Kasus: bullying

  • Geger Kematian Zara Qairina, Dugaan Bullying Masih Diselidiki

    Geger Kematian Zara Qairina, Dugaan Bullying Masih Diselidiki

    Kuala Lumpur

    Kematian bocah Malaysia, Zara Qairina Mahathir, yang menyita perhatian publik sedang diselidiki oleh kepolisian, termasuk soal dugaan bullying atau perundungan. Kementerian Pendidikan Malaysia menyatakan siap bekerja sama dengan kepolisian, dan menegaskan tidak akan ada perlindungan bagi pihak tertentu terkait bullying.

    Wakil Menteri Pendidikan Malaysia, Wong Kah Woh, seperti dilansir Malay Mail, Rabu (13/8/2025), menegaskan pihaknya tidak akan berkompromi dalam hal apa pun terkait bullying di sekolah.

    Wong juga mengatakan bahwa Kementerian Pendidikan tidak pernah berusaha melindungi pihak mana pun yang terlibat dalam insiden perundungan semacam itu, yang merespons sejumlah tuduhan yang muncul.

    Dia menambahkan bahwa pihaknya siap bekerja sama sepenuhnya dengan kepolisian dalam penyelidikan kasus Zara.

    “Kasus ini sedang diselidiki oleh kepolisian, dan Kementerian Pendidikan akan menyerahkannya kepada otoritas berwenang untuk menjalankan tugas mereka,” ucap Wong saat berbicara di hadapan parlemen atau Dewan Rakyat Malaysia pada Senin (11/8).

    Dia menanggapi pertanyaan yang dilontarkan oleh anggota parlemen dari wilayah Semporna, Mohd Shafie Apdal, yang menyuarakan kekhawatiran tentang dugaan keterlibatan orang-orang dengan koneksi kuat dalam kasus Zara.

    “Pertama, Kementerian Pendidikan tidak pernah dan tidak akan berkompromi dalam hal bullying. Kedua, Kementerian Pendidikan tidak pernah, dalam kondisi apa pun, berusaha melindungi siapa pun, sebagaimana yang dituduhkan,” tegas Wong.

    Tonton juga video “Polisi Periksa 20 Orang Terkait Perundungan Saat MPLS di Blitar” di sini:

    Zara yang berusia 13 tahun ditemukan tidak sadarkan diri di sebuah selokan pada 16 Juli, antara pukul 03.00 hingga pukul 04.00 waktu setempat, setelah diduga terjatuh dari lantai 3 gedung asramanya. Dia merupakan siswi Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SMKA) Tun Datu Mustapha di Papar, Sabah.

    Dia dilarikan ke Rumah Sakit Queens Elizabeth I, namun dinyatakan meninggal dunia pada 17 Juli. Jenazahnya kemudian dimakamkan tanpa adanya pemeriksaan post-mortem.

    Kematian Zara ini menuai kecurigaan publik, yang awalnya dipicu oleh tidak adanya autopsi awal terhadap jenazahnya. Publik Malaysia juga mengkritik kurangnya transparansi dalam penyelidikan kasus ini.

    Spekulasi yang muncul soal dugaan bullying yang dialami Zara dan dugaan keterlibatan keluarga “VIP” berpengaruh — yang belum terverifikasi — semakin memperkuat kecurigaan dan memicu kemarahan publik, dengan beberapa menuduh adanya dugaan upaya menutup-nutupi kasus ini.

    Penyelidikan terhadap kasus ini masih berlangsung, dengan makam Zara telah digali dan jenazahnya diautopsi pada 10 Agustus setelah perintah autopsi post-mortem diterbitkan oleh Kantor Kejaksaan Agung Malaysia (ACG).

    Hasil autopsi belum dirilis secara resmi ke publik, namun pengacara keluarga Zara menyebut adanya tanda-tanda cedera pada tubuhnya.

    Lihat juga Video ‘Terkuak Kejinya Syahrama Bunuh Driver Ojol Wanita di Sidoarjo’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Geger Kematian Zara Qairina, Dugaan Bullying Masih Diselidiki

    Kronologi Kematian Zara Qairina yang Gemparkan Malaysia

    Jakarta

    Malaysia digemparkan oleh kematian Zara Qairina Mahathir, seorang anak perempuan berumur 13 tahun. Dia awalnya ditemukan pingsan di sekitar asrama sekolahnya di SMKA Tun Datu Mustapha Limauan, Sabah, pukul 3 pagi pada 16 Juli lalu. Meski sempat dirawat di Rumah Sakit Queen Elizabeth I di Kota Kinabalu, nyawanya tak tertolong.

    Kematiannya, yang diyakini terkait dengan bullying atau perundungan, memicu kemarahan nasional setelah tuduhan yang melibatkan tokoh-tokoh terkemuka. Kasusnya memicu seruan keadilan dan duka cita yang meluas dengan tagar #JusticeForZara.

    Dilansir media New Straits Times, Rabu (13/8/2025), berikut kronologi seputar kematian Zara:

    16 Juli: Zara Qairina ditemukan pingsan di saluran pembuangan dekat asrama sekolahnya pada pukul 3 pagi. Ia dilaporkan jatuh dari lantai tiga asrama dan dirawat di Rumah Sakit Queen Elizabeth I.

    17 Juli: Zara Qairina dinyatakan meninggal dunia dan kemudian dimakamkan di Kampung Kalamauh Mesapol, Sipitang.

    18 Juli: Menteri Pendidikan Fadhlina Sidek mengatakan bahwa kementeriannya bekerja sama penuh dengan polisi dan mengizinkan penyelidikan untuk dilanjutkan tanpa gangguan.

    21 Juli: Ibu Zara Qairina, Noraidah Lamat, menuntut penyelidikan yang transparan, adil, dan jujur atas kematian putrinya. Ia mengungkapkan bahwa terakhir kali ia bertemu putri tunggalnya adalah saat gotong royong sekolah pada 12 Juli.

    28 Juli: Komisaris Polisi Sabah, Jauteh Dikun, mengatakan penyelidikan menyeluruh sedang dilakukan. Dia mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan menghindari spekulasi.

    30 Juli: Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Mustapha Sakmud, membantah terlibat dalam kasus ini, baik dirinya sendiri maupun istrinya, mantan kepala sekolah Rosnih Nasir, yang menjabat dari 20 Maret hingga 22 November 2024 sebelum pensiun. Ia menyebut tuduhan yang diajukan di Parlemen tidak berdasar dan merusak reputasinya.

    31 Juli: Polisi mengonfirmasi bahwa mereka sedang dalam tahap akhir penyelidikan. Komisaris Jauteh Dikun mengatakan bahwa berkas penyelidikan telah diserahkan ke kepolisian pusat untuk peninjauan akhir sebelum diteruskan ke Kejaksaan Agung (AGC). Sebanyak 60 orang telah dimintai keterangannya.

    1 Agustus: Ibu Zara Qairina meminta makam putrinya digali kembali agar otopsi dapat dilakukan untuk mendapatkan jawaban dan keadilan. Para pengacara diinstruksikan untuk memulai proses hukum atas penggalian tersebut.

    6 Agustus: Pengacara yang mewakili ibu korban mengimbau masyarakat untuk menahan diri dari spekulasi yang dapat menyebabkan tekanan bagi keluarga, dan berpotensi mengakibatkan konsekuensi pidana.

    Sementara itu, Kejaksaan Agung mengembalikan laporan investigasi awal kepada polisi dengan instruksi untuk menyelesaikan penyelidikan. Kejaksaan Agung juga mengimbau masyarakat untuk tidak menyebarkan informasi yang belum diverifikasi atau membagikan gambar anak-anak yang diduga terlibat dalam kasus tersebut.

    Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Mohd Khalid Ismail memperingatkan bahwa penyebaran konten yang tidak akurat dapat membahayakan investigasi.

    7 Agustus: Ibu Zara Qairina dijadwalkan menyerahkan ponselnya yang berisi rekaman audio percakapan antara dirinya dan mendiang putrinya kepada polisi untuk membantu investigasi.

    Kementerian Pendidikan telah mengajukan lebih dari 10 laporan polisi terkait unggahan dan video menyesatkan terkait kasus ini, dengan alasan kekhawatiran atas potensi pelecehan publik terhadap guru dan siswa.

    Menteri Komunikasi Fahmi Fadzil mendesak Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (KPK) dan kepolisian untuk memastikan penyelidikan menyeluruh. KPK juga memperingatkan tentang penyebaran informasi palsu.

    Kementerian Pendidikan meyakinkan para orang tua tentang komitmennya untuk meningkatkan keamanan di sekolah-sekolah berasrama.

    8 Agustus: Kejaksaan Agung mengembalikan berkas investigasi kepada kepolisian, menginstruksikan tindakan lebih lanjut, termasuk penggalian makam Zara Qairina.

    Tonton juga video “Kronologi Kasus Pembunuhan Pria di Pati Bermula dari Aksi Threesome” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Geger Kematian Zara Qairina, Dugaan Bullying Masih Diselidiki

    Kematian Zara Qairina Gegerkan Malaysia, Jasadnya Diautopsi

    Kuala Lumpur

    Kasus meninggalnya seorang bocah perempuan bernama Zara Qairina Mahathir menyita perhatian publik Malaysia. Kasus ini diwarnai sejumlah kejanggalan, dengan Zara kehilangan nyawa sehari setelah ditemukan tak sadarkan diri dan diduga terjatuh dari lantai tiga asrama sekolahnya di Sabah.

    Kasus kematian Zara yang berusia 13 tahun ini, seperti dilansir Malay Mail, Rabu (13/8/2025), menuai kecurigaan publik yang awalnya dipicu oleh tidak adanya autopsi awal terhadap jenazah siswi Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SMKA) Tun Datu Mustapha di Papar, Sabah, tersebut.

    Publik Malaysia juga mengkritik kurangnya transparansi dari otoritas berwenang dalam penyelidikan kasus ini.

    Spekulasi yang muncul soal dugaan bullying yang dialami Zara dan dugaan keterlibatan keluarga “VIP” berpengaruh — yang belum terverifikasi — semakin memperkuat kecurigaan dan memicu kemarahan publik, dengan beberapa menuduh adanya upaya menutup-nutupi kasus ini.

    Zara ditemukan tidak sadarkan diri di sebuah selokan pada 16 Juli, antara pukul 03.00 hingga pukul 04.00 waktu setempat, setelah diduga terjatuh dari lantai 3 gedung asramanya. Dia dilarikan ke Rumah Sakit Queens Elizabeth I, namun dinyatakan meninggal dunia pada 17 Juli.

    Jenazahnya dimakamkan di pemakaman di Sipitang tanpa adanya pemeriksaan post-mortem oleh pihak rumah sakit.

    Kecurigaan mengenai kematian Zara baru dilaporkan ke kepolisian oleh keluarganya beberapa hari kemudian, setelah sang ibunda teringat dirinya melihat ada memar di punggung putrinya saat ritual memandikan jenazah — detail ini awalnya tidak dilaporkan ke polisi.

    Penyelidikan terhadap kasus ini dilakukan oleh Kepolisian Malaysia, dengan Perdana Menteri (PM) Anwar Ibrahim secara terbuka berjanji bahwa penyelidikan akan berlangsung “cepat dan transparan”. Anwar juga menegaskan tidak akan ada yang dilindungi jika bukti pelanggaran hukum muncul.

    Pada 8 Agustus, Kantor Kejaksaan Agung Malaysia (ACG) memerintahkan penggalian kembali makam Zara demi dilakukannya autopsi post-mortem yang tertunda. Makam Zara digalli dan jenazahnya diautopsi pada 10 Agustus waktu setempat.

    Proses autopsi post-mortem itu berlangsung selama 8 jam di Rumah Sakit Queen Elizabeth I di Kota Kinabalu, Sabah. Usai diautopsi, jenazah Zara dimakamkan kembali di pemakaman yang sama.

    Hasil awal autopsi diungkapkan oleh pengacara yang mewakili keluarga Zara, Shahlan Jufri dan Mohd Luqman Syazwan Zabidi, yang mengatakan bahwa ada tanda-tanda cedera yang terdeteksi pada tubuh Zara selama autopsi dilakukan.

    Namun, mereka menekankan tidak akan mengungkapkan detail lebih lanjut hingga laporan autopsi dirilis secara resmi.

    Otoritas berwenang Malaysia sejauh ini belum mengonfirmasi apakah luka-luka yang ditemukan dalam pemeriksaan awal terkait dengan tindak pelanggaran hukum, meskipun pihak kepolisian mengatakan mereka juga sedang menyelidiki unsur bullying dalam kasus ini.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • BNN gandeng PKK Jaktim cegah narkoba lewat edukasi keluarga

    BNN gandeng PKK Jaktim cegah narkoba lewat edukasi keluarga

    Jakarta (ANTARA) – Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Jakarta Timur menjalin kerja sama dengan Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam upaya mencegah penyalahgunaan narkoba melalui edukasi keluarga.

    “Dalam pencegahan narkoba, diperlukan kerja sama dengan seluruh elemen pemerintah dan masyarakat, salah satunya dengan PKK Kota Administrasi Jakarta Timur,” kata Kepala BNN Kota Jakarta Timur Kombes Pol Tri Setiyadi di Jakarta Timur, Selasa.

    Menurut dia, PKK memiliki program Pusat Informasi dan Konsultasi (PIK) Keluarga yang efektif memberikan pemahaman pola asuh kepada orang tua sehingga generasi muda terhindar dari narkoba.

    BNN Jakarta Timur juga sudah menggelar rapat pencegahan narkoba bersama tim PKK di Kantor Walikota Jakarta Timur, Senin (11/8).

    “Kami bersinergi untuk mewujudkan Jakarta Timur bersih dari narkoba, mulai dari peran orang tua, keluarga dan terutama wanita. Ini strategi baru karena kami baru bekerja sama dengan ibu-ibu PKK yang notabene adalah kaum wanita,” ujar Tri.

    Sementara itu, Ketua Bidang I Tim Penggerak PKK Kota Jakarta Timur Linda Kusmanto menyambut baik langkah BNN dalam mewujudkan wilayah bebas narkoba.

    Linda menyebut PKK bergerak langsung di tengah masyarakat melalui Kelompok Kerja (Pokja) I yang fokus pada pembinaan pola asuh anak.

    “Kami berkegiatan yang bersinggungan dengan ibu-ibu, anak-anak, remaja, RT/RW yang berada di lingkungan masyarakat. Kami juga sudah melakukan pola asuh yang baik terkait pencegahan narkoba,” jelas Linda.

    Melalui kolaborasi BNN dan PKK Jakarta Timur, diharapkan edukasi pencegahan narkoba dapat menjangkau hingga ke lingkungan terkecil, membangun keluarga yang sehat, ekonomi yang stabil, dan generasi yang bebas narkoba.

    Sebelumnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur (Jaktim) menggelar kegiatan sosialisasi sebagai upaya mencetak generasi muda yang tangguh dan bebas dari narkoba, perilaku perundungan (bullying), serta tawuran.

    Kegiatan sosialisasi itu dilakukan di sejumlah sekolah di wilayah Jakarta Timur, salah satunya SMK Budi Murni, Jalan Sawah Besar, Duren Sawit, pada Jumat (8/8).

    Sosialisasi tersebut bertujuan memberikan edukasi kepada pelajar agar memahami dan menghindari perilaku negatif sekaligus menanamkan kesadaran untuk mengembangkan potensi diri secara positif.

    Di sisi lain, Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya merilis tindak pidana narkoba periode Mei-Juni 2025 serta hasil operasi Nila Jaya 2025.

    Selama periode dan operasi tersebut, terjaring sebanyak 1.672 orang tersangka dan barang bukti sebanyak 321,5 kilogram yang terdiri dari jenis ganja, sabu, ekstasi, tembakau sintetis, obat-obat berbahaya, liquid thc, serbuk bibit sinte, kokain, dan heroin.

    Selanjutnya, barang bukti berupa ganja sebanyak 155,5 kilogram, sabu 10,7 kilogram, ekstasi 5.612 butir, dan heroin 1,561 kilogram turut dimusnahkan.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Alasan Psikologis Perundung Cenderung Berkelompok, Dikaitkan Kematian Prada Lucky

    Alasan Psikologis Perundung Cenderung Berkelompok, Dikaitkan Kematian Prada Lucky

    Jakarta

    Sebanyak 20 anggota TNI dari Teritorial Pembangunan 834 Wakanga Mere, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), ditetapkan sebagai tersangka atas kematian Prada Lucky Chepril Putra Namo. Dia meninggal diduga setelah dianiaya seniornya.

    “Seluruhnya 20 tersangka yang ditetapkan dan sudah ditahan. Kemudian akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan selanjutnya,” ujar Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Piek Budyakto kepada wartawan di rumah duka Prada Lucky di Asrama TNI Kuanino, Kota Kupang, NTT, Senin (11/8/2025).

    Penindasan atau perundungan adalah perilaku yang dilakukan berulang-ulang dan dimaksudkan untuk menimbulkan kerugian psikologis, sosial, atau fisik. Kerap kali, pelaku perundungan melakukannya secara berkelompok untuk menciptakan ilusi bahwa mereka mendapat dukungan dari mayoritas.

    Psikolog klinis Maharani Octy Ningsih menjelaskan ada beberapa pelaku bullying yang hanya mengikut arus sosial awalnya, terjebak dalam dinamika sosial, dan tidak mempunyai keberanian untuk menolak.

    “Ada juga kasus di mana orang awalnya hanya penonton, tapi karena tekanan sosial, lama-lama ikut-ikutan membully. Hal ini biasa disebut “diffusion of responsibility”, menyebabkan pertanggungjawaban atas suatu pelanggaran moral memudar (bias) atas pelanggaran moral karena ditanggung bersama-sama,” jelas dia kepada detikcom, Selasa (12/8/2025).

    Selain itu adanya status sosial dalam kelompok dengan membully, mereka bisa dapat pengakuan, ketenaran, atau pengaruh dari teman-temannya. Penerimaan sosial juga salah satu yang bisa didapatkan mereka, agar diterima dalam kelompok tertentu, dan biasanya sering terjadi karena tekanan sosial.

    “Jadi, bukan karena benci pada korban, tapi karena ingin dianggap bagian dari kelompok,” kata Maharani.

    Merundung dengan berkelompok juga bisa menjadi cara pelaku dalam mengalihkan atau melampiaskan masalah. Pelaku bullying kerap kali membawa emosi negatif yang belum terselesaikan tanpa mengetahui dengan tepat dalam mengeluarkannya secara sehat.

    Tidak hanya itu ini juga bisa menjadi cara pelaku dalam mengalihkan atau melampiaskan masalah. Pelaku bullying sering membawa emosi negatif yang belum terselesaikan, seperti marah, malu, trauma, atau frustasi, dan mereka tidak mengetahui cara yang tepat dalam menyalurkannya secara sehat.

    “Ada pelaku bullying yang menikmati penderitaan orang lain di mana hal ini bisa terjadi karena pernah berada sebagai korban, ada rasa iri, serta tidak memiliki empati yang sehat. Hal ini tentu akan memberikan mereka kepuasan sesaat, tapi dalam jangka panjang justru merusak diri mereka sendiri secara sosial dan emosional,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Media Sosial dan Perundungan Jadi Pemicu Stres, Psikiater Ingatkan Pentingnya Berbaik Hati pada Diri Sendiri
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        8 Agustus 2025

    Media Sosial dan Perundungan Jadi Pemicu Stres, Psikiater Ingatkan Pentingnya Berbaik Hati pada Diri Sendiri Surabaya 8 Agustus 2025

    Media Sosial dan Perundungan Jadi Pemicu Stres, Psikiater Ingatkan Pentingnya Berbaik Hati pada Diri Sendiri
    Tim Redaksi
    MALANG, KOMPAS.com
    – Tekanan kompetisi, gaya hidup, dan ekspektasi sosial yang kian tinggi menjadi pemicu stres di tengah masyarakat modern.
    Di antara berbagai faktor tersebut, pengaruh negatif media sosial dan dampak destruktif dari perundungan (
    bullying
    ) mengemuka sebagai ancaman paling berbahaya bagi kesehatan mental, terutama di kalangan anak muda.
    Fenomena ini menjadi sorotan utama dalam seminar kesehatan mental bertajuk Stress Management, Stop Jadi Korban Overthinking! yang digelar oleh komunitas Indonesia Sehat Jiwa di Gedung Malang Creative Center (MCC), Kota Malang, pada Jumat (8/8/2025).
    Ketua Indonesia Sehat Jiwa, Sofia Ambarini menyampaikan bahwa kampanye publik yang diikuti oleh 60 peserta dari berbagai latar belakang mulai dari pelajar, pekerja, dan ibu rumah tangga ini bertujuan sebagai langkah preventif.
    “Tujuan utama kami adalah pencegahan bunuh diri. Untuk itu, mental yang kuat harus dibangun. Dengan adanya media sosial, orang menjadi lebih gampang membandingkan dirinya dengan yang lain. Tanpa ada tekanan dari manapun, dia sudah menekan dirinya sendiri,” kata Sofia, Jumat (8/8/2025).
    Sofia mengungkapkan, dari berbagai kasus yang ditangani melalui program Pojok Curhat dari layanan rutin pihaknya, stres akibat perundungan merupakan yang paling berbahaya.
    “Stres karena keluarga mungkin masih bisa diredam oleh ikatan keluarga yang kuat. Tetapi, stres akibat
    bullying
    tidak bisa diredam dengan cara itu. Dampaknya sangat merusak, terutama pada pelajar yang kemudian mengalami penurunan prestasi akademik dan kesulitan fokus,” katanya. 
    Menjawab keresahan tersebut, Dokter Spesialis Jiwa dari Rumah Sakit Universitas Brawijaya, dr Kresna Septiandy Runtuk menekankan pentingnya berbaik hati pada diri sendiri (
    self-compassion
    ).
    “Kita sering lupa berbuat baik pada diri sendiri. Pikiran seperti ‘Aku bodoh’ atau ‘aku salah terus’ adalah bentuk penghakiman diri yang keras,” kata dr Kresna.
    “Kita perlu mengubah pola pikir itu. Ganti dengan kalimat ‘Saya pantas mendapatkan kebaikan’ atau ‘Saya sedang belajar, sehingga tidak luput dari kesalahan’,” ujarnya.
    Menurutnya, melawan perasaan negatif seperti kesedihan justru akan memperburuk keadaan.
    Sebaliknya, masyarakat perlu belajar memberi ruang bagi setiap emosi untuk datang dan pergi.
    “Saat menghadapi situasi sulit, terhubunglah dengan orang lain dan temukan kembali nilai-nilai baik dalam diri. Kehidupan memang tidak mudah, bukan berarti tidak indah. Teruslah berproses,” katanya.
    Kenyataan pahit dari stigma dan tekanan sosial dirasakan langsung oleh salah satu peserta berinisial S.
    Sebagai seorang pasien dengan diagnosis bipolar dan
    borderline personality disorder
    (BPD), ia berbagi pengalamannya.
    Ia mengaku pernah mencoba bunuh diri sebanyak 4-5 kali karena tidak kuat menanggung beban pikiran akibat penilaian orang lain.
    “Saya sering dibilang ‘alay’ karena harus minum obat setiap hari. Ada juga
    body shaming
    karena berat badan saya naik akibat pengobatan,” ungkap S.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Siswa Baru Dirawat 16 Hari Usai Mengikuti MPLS, Ini Kata Kepala SMA N 1 Purwokerto
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        8 Agustus 2025

    Siswa Baru Dirawat 16 Hari Usai Mengikuti MPLS, Ini Kata Kepala SMA N 1 Purwokerto Regional 8 Agustus 2025

    Siswa Baru Dirawat 16 Hari Usai Mengikuti MPLS, Ini Kata Kepala SMA N 1 Purwokerto
    Tim Redaksi
    PURWOKERTO, KOMPAS.com –
    Pihak SMA Negeri 1 Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mendalami dugaan perundungan yang menimpa salah satu siswa baru berinisial DPN (16).
    Namun, pihak sekolah mengalami kesulitan karena sampai saat ini DPN tidak bisa diajak berkomunikasi.
    “Kami belum bisa menyimpulkan apa-apa. Sampai saat ini kami belum menemukan bukti,” kata Kepala SMA Negeri 1 Purwokerto Tjaraka Tjunduk Karsadi saat ditemui di sekolah, Jumat (8/8/2025).
    Tjaraka mengatakan telah meminta keterangan kepada sejumlah pihak yang terkait dengan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), seperti panitia dan para siswa.
    “Kami terus berusaha mencari informasi, kami tanyai semua. Sampai saat ini tidak ada yang merasa melakukan (perundungan), tidak ada yang melihat juga. Sementara anaknya belum bisa ditanyai,” ujar Tjaraka.
    Menurut Tjaraka, MPLS yang digelar selama lima hari, 14-18 Juli 2025, diisi dengan berbagai materi dengan menghadirkan berbagai narasumber.
    Kegiatan digelar di sebuah ruangan besar secara bersama-sama.
    Namun demikian, Tjaraka menyatakan, sekolah berkomitmen untuk mengusut dugaan perundungan tersebut.
    “Kami menganut prinsip sekolah bebas bullying, kami tidak mau ada pelaku maupun korban bullying di sekolah,” tegas Tjaraka.
    Tjaraka mengatakan, sekolah saat ini fokus memberikan pendampingan kepada DPN.
    “Kami sudah beberapa kali melakukan kunjungan ke rumah siswa tersebut. Fokus kami siswa tersebut segera pulih dan dapat sekolah kembali,” kata Tjaraka.
    Sementara itu, Humas Komite SMA Negeri 1 Purwokerto, Yudho F Sudiro atau Itheng, berharap persoalan tersebut dapat segera diselesaikan.
    “Kami berharap yang bersangkutan bisa sekolah kembali,” kata Itheng.
    Diberitakan sebelumnya, seorang siswa baru SMA Negeri 1 di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, harus menjalani perawatan di rumah sakit selama 16 hari.
    Siswa berinisial DPN (16) ini tiba-tiba berubah menjadi pendiam dan ketakutan usai mengikuti MPLS hari kedua, Selasa (15/7/2015) lalu.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • LPAI Akui Kerap Kewalahan Tangani Kasus Kekerasan Anak di Jakarta
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        7 Agustus 2025

    LPAI Akui Kerap Kewalahan Tangani Kasus Kekerasan Anak di Jakarta Megapolitan 7 Agustus 2025

    LPAI Akui Kerap Kewalahan Tangani Kasus Kekerasan Anak di Jakarta
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) kerap kali kewalahan dalam menangani banyaknya kasus kekerasan anak di Jakarta. Apalagi, belakangan kasus kekerasan anak meningkat. 
    “Kasus di Jakarta cukup banyak, dan kadang-kadang kami kewalahan. Padahal kami juga menangani kasus-kasus di Papua, Maluku, Kalimantan, Sulawesi, dan sebagainya,” ungkap Ketua LPAI Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto dalam Pelantikan Pengurus Baru LPAI Jakarta periode 2025-2030 di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (7/8/2025).
    Menyusul hal tersebut, Kepala LPAI Jakarta, Kasandra Putranto, menyebutkan, pihaknya akan mengedepankan upaya pencegahan hingga rehabilitasi untuk menekan jumlah kasus kekerasan anak.
    “Sosialisasi, advokasi, pencegahan, kami juga menyediakan
    hotline
    pengaduan, kami siapkan juga asesmen yang diperlukan, pendampingannya dan tentu rehabilitasi,” kata Kasandra.
    Upaya preventif yang dimaksud, di antaranya, pendampingan anak dalam mengakses media sosial secara bijak dan cerdas.
    Selain itu, Kasandra menyebutkan, pendidikan karakter anak dan pencegahan perundungan juga perlu digalakkan lagi. Ia juga menyinggung pentingnya peran orangtua. 
    “Upaya preventif seperti pendidikan karakter anak, pencegahan perundungan (
    bullying
    ), dan penguatan peran orangtua serta pendidik dalam mendampingi anak, terutama dalam mengakses media sosial dengan bijak dan cerdas,” tutur dia.
    Sementara, terkait rehabilitasi, LPAI akan bekerja sama dengan lembaga terkait. Dengan begitu, anak-anak korban kekerasan maupun yang berhadapan dengan hukum diharapkan dapat kembali pulih dan masih memiliki masa depan.
    “Dengan membangun kemitraan dengan berbagai lembaga dalam rangka rujukan pemulihan dan rehabilitasi kondisi anak-anak korban kekerasan dan anak-anak yang berhadapan dengan hukum,” jelas Kasandra.
    Terkait ini, LPAI akan bekerja sama dengan Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, hingga Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
    Sebelumnya, Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno mengakui angka kekerasan anak di Jakarta mengalami peningkatan.
    “Ternyata berdasarkan data, memang itu realita,” kata Rano saat ditemui di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu (26/7/2025).
    Menyikapi temuan tersebut, kata Rano, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI telah menggelar rapat khusus.
    “Kemarin, kami khusus rapat paripurna tentang tawuran. Kami sedang menyikapi sehingga sudah sangat dibutuhkan pergub (peraturan gubernur) tentang bagaimana masyarakat menjaga Jakarta,” tegas dia.
    Saat ditanya detail mengenakan pergub tersebut, Rano belum bisa membeberkannya kepada publik karena masih dalam proses pembahasan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bullying di Kantor, Karyawan Alami Trauma Psikis di Korsel Cetak Rekor Tertinggi

    Bullying di Kantor, Karyawan Alami Trauma Psikis di Korsel Cetak Rekor Tertinggi

    Jakarta

    Kasus perundungan atau bullying di tempat kerja meningkat di Korea. Data pemerintah terbaru mencatat jumlah karyawan yang melaporkan trauma psikologis telah mencapai rekor tertinggi.

    Dikutip dari The Korea Times, The Korea Occupational Safety and Health Agency (KOSHA) atau Badan Keselamatan dan kesehatan Kerja Korea mengatakan bahwa jaringan pusat yang menangani konseling trauma kerja sebanyak 16.607 sesi antara tahun 2022 dan 2024. Kondisi ini terjadi dengan angka yang terus meningkat di setiap tahunnya.

    Pada 2023, terdapat 6.757 konsultasi, mengalami peningkatan sebesar 56,4 persen, dari tahun 2022 dan melonjak 22,2 persen dibandingkan tahun 2023.

    Pusat-pusat tersebut, yang pertama kali didirikan di Daegu, Korea Selatan, pada tahun 2018 dan kini telah diperluas ke 23 lokasi di seluruh negeri, menawarkan dukungan psikologis gratis kepada pekerja yang mengalami trauma akibat kecelakaan industri serius, bunuh diri rekan kerja, perundungan di tempat kerja, atau pelecehan atau kekerasan seksual.

    Selain itu, kecelakaan kerja termasuk cedera industri serius juga merupakan alasan paling umum untuk konseling trauma pada tahun 2023, dengan 3.214 sesi. Konsultasi terkait perundungan dan pelecehan seksual juga menyusul dengan jumlah 2.311 kasus, hampir dua kali lipat dari yang tercatat pada tahun 2022.

    Kasus perundungan di tempat kerja yang dilaporkan pemerintah juga terus meningkat, dari 8.961 pada tahun 2022 menjadi 11.038 pada tahun 2023 dan 12.253 pada tahun 2024, menunjukkan adanya hubungan langsung dengan meningkatnya permintaan akan layanan dukungan terkait trauma.

    Laporan kekerasan oleh pelanggan, termasuk kekerasan verbal dan fisik, juga meningkat dari 72 kasus pada tahun 2022 menjadi 202 kasus pada tahun 2024. Tetapi, angka tersebut menunjukkan penurunan sesaat dari 589 kasus seperti yang dilaporkan pada tahun 2023.

    Peningkatan layanan konseling trauma secara keseluruhan juga didorong oleh lonjakan kasus lainnya, seperti trauma yang berasal dari penyakit, termasuk COVID-19, yang meningkat dari 84 kasus pada tahun 2022 menjadi 1.030 kasus pada tahun 2024.

    “Program trauma tidak hanya mencakup korban utama yang terlibat langsung dalam insiden di tempat kerja, tetapi juga korban sekunder, seperti rekan kerja atau saksi, yang terdampak secara psikologis oleh peristiwa tersebut,” tegas KOSHA.

    (sao/naf)

  • Darurat Kesehatan Mental di Kalangan Gen Z dan Gen Alpha

    Darurat Kesehatan Mental di Kalangan Gen Z dan Gen Alpha

    Jakarta

    Pemerintah mulai melakukan cek kesehatan gratis (CKG) pada usia sekolah sejak Senin (8/5/2025). Bagi siswa-siswi di bangku sekolah dasar, para orangtua yang diarahkan mengisi kuesioner terkait kesehatan mental anak, untuk kemudian dianalisis oleh psikolog dan mendapatkan pendampingan lebih lanjut bila terindikasi masalah tertentu.

    Sementara bagi para siswa-siswi di SMP dan SMA, kuesioner diperbolehkan diisi secara mandiri, untuk kemudian mendapatkan pendampingan serupa. Hal ini salah satunya berangkat dari temuan Survei Kesehatan Indonesia (2023) yang mencatat kelompok dengan insiden depresi terbanyak adalah anak muda berusia 15 hingga 24 tahun.

    Depresi menjadi penyebab utama disabilitas pada remaja, kebanyakan dari gangguan psikologis yang mereka alami tidak disadari dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat.

    Survei mengenai kesehatan mental pada remaja di Indonesia 2022 misalnya, mendapati 5,5 persen remaja usia 10-17 tahun mengalami gangguan mental. Sebanyak 1 persen remaja depresi, 3,7 persen cemas, post traumatic syndrome disorder (SPTSD) 0,9 persen dan attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) sebanyak 0,5 persen.

    Tingginya proporsi depresi pada kelompok anak muda atau dikenal sebagai gen Z atau generasi strawberi, memerlukan perhatian. Beberapa determinan yang
    terkait depresi yaitu jenis kelamin, status pendidikan, status bekerja, status ekonomi, dan tempat tinggal.

    Selain karakteristik, dinilai juga proporsi anak muda yang dalam 1 bulan terakhir mempunyai pemikiran untuk mengakhiri hidup.

    Bahkan, proporsi anak muda dengan gangguan depresi yang pernah berpikir untuk mengakhiri hidup dalam 1 bulan terakhir yang didapatkan dalam SKI 2023 sangat tinggi yaitu 36 kali lebih besar dibandingkan yang tidak depresi pernah berpikir untuk mengakhiri hidup.

    “Walaupun prevalensi depresi pada gen Z tertinggi, namun kelompok ini adalah yang paling sedikit dalam mengakses pengobatan. Gen Z yang tidak mendapatkan penanganan yang baik akan mengakibatkan permasalahan sosial yang tinggi di antaranya adalah penyakit yang menjadi semakin parah, bunuh diri, penggunaan zat-zat terlarang, dan lain sebagainya,” demikian laporan Fact Sheet SKI 2023.

    DKI Jakarta menjadi salah satu kasus dengan laporan masalah mental remaja yang relatif tinggi.

    Pemegang program jiwa Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Asri Hendrasari, SST, menjelaskan kebanyakan remaja yang mengalami masalah mental adalah siswa-siswi SMP dan SMA.

    Hal ini ditemukan melalui skrining yang dilakukan secara menyeluruh. Mirisnya, banyak anak yang kurang mendapatkan perhatian dari orangtua.

    “Jadi beberapa informasi dari sekolah bahkan, anak-anak jarang sekali mengobrol dengan orangtua-nya. Jadi dalam seminggu mereka cuma bisa berkomunikasi sekitar 30 menit, selebihnya anak-anak dan orangtua sibuk dengan gadget masing-masing,” beber dia kepada detikcom, Sabtu (1/8/2025).

    Menyoal hal ini, Asri mengingatkan banyak sisi negatif dan positif dari penggunaan gadget bila tidak dibatasi. Orangtua sebenarnya perlu memberikan pendampingan agar anak bisa mendapatkan ‘ruang aman’ untuk bercerita.

    Masalah Mental Picu Masalah Fisik

    Dari temuan catatan pemeriksaan kesehatan di poli puskesmas, juga ditemukan banyak anak remaja mengalami gejala fisik merasa seperti sakit kepala, batuk dan pilek, yang belakangan diketahui terindikasi gangguan mental.

    “Lalu kami arahkan ke psikolog. Sering sekali tenaga medis mendapatkan keluhan ‘curcol’ permasalahan remaja dari efek samping penggunaan gadget berlebihan, mengganggu konsentrasi dan belajar. Karena misalnya di pagi hari, efeknya sudah ngantuk-ngantuk,” sorotnya dalam webinar Healthy Me Fest 2025.

    Polemik kedua adalah korban bullying. Para guru sebenarnya sudah dibekali dengan langkah preventif untuk mencegah bullying di lingkup sekolah, tetapi hal ini tidak bisa dihindari saat si anak masih belum mendapatkan edukasi maksimal.

    “Jadi ini harus terus dilakukan pembinaan, terkait dengan status bullying, dan solusinya kita juga membuka opsi siswa-siswi menjadi mata-mata untuk teman sebayanya,” jelasnya.

    Sehingga mereka melapor bila menemukan kasus seperti itu untuk langsung disampaikan kepada guru, karena banyak sekali grup-grup organisasi tersembunyi, yang kebanyakan bentuknya adalah negatif, terkait dengan bullying,” catatan dia.

    “Di sini yang sering menjadi pelaku dan terkena dampaknya Gen Z, gen Alpha,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 3

    (naf/kna)