Kasus: Bom bunuh diri

  • Warga Australia Diduga Serang Kamp Aborigin Ditangkap

    Warga Australia Diduga Serang Kamp Aborigin Ditangkap

    Anda sedang menyimak laporan Dunia Hari Ini edisi Kamis, 4 September 2025.

    Laporan dari berbagai belahan dunia selama 24 jam terakhir kami awali dari Australia.

    Dakwaan penyerang kamp Aborigin

    Orang keempat telah dijatuhi tuduhan menyerang ‘Camp Sovereignity’ atau kamp milik penduduk asli Australia, yakni suku Aborigin, di Melbourne akhir pekan lalu.

    Sekelompok pria berpakaian hitam terlibat perkelahian dengan penghuni kamp setelah mengikuti demonstrasi anti-imigrasi pada hari Minggu.

    Pemimpin Neo-Nazi, Thomas Sewell, ditahan setelah ditangkap awal pekan ini atas insiden tersebut.

    Kepolisian Negara Bagian Victoria mengatakan seorang pria berusia 29 tahun asal Rye ditangkap kemarin di Sunnyside Road, Mount Eliza.

    Ia diinterogasi oleh detektif dan didakwa dengan kerusuhan, penyerangan ilegal, dan melepaskan tembakan rudal.

    Polisi yang melindas ojol diberhentikan

    Kepolisian RI menetapkan pemberhentian tidak terhormat terhadap anggot polisi yang melindas pengemudi ojek online Affan Kurniawan.

    Kompol Kosmas Kaju Gae menyampaikan permintaan maaf dan mengatakan tidak mengetahui Affan meninggal saat kejadian.

    “Kami ketahui beberapa jam berikutnya setelah viral melalui medsos,” ujarnya.

    Ada enam anggota Brimob lain yang menjalani proses etik.

    Proses pemidanaan polisi sudah dilimpahkan ke Badan Reserse Kriminal (Bareskrim), menurut Markas Besar Polri seperti dilaporkan Tempo.

    Belasan korban kereta gantung Lisbon tewas

    Gerbong kereta gantung Gloria di Lisbon tergelincir dan jatuh, menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai sekitar 18 orang.

    Jalur kereta api ini populer di kalangan wisatawan.

    Meskipun pihak berwenang tidak mengidentifikasi korban, menurutnya beberapa warga negara asing termasuk di antara korban tewas.

    Lima dari 18 korban luka mengalami luka parah, tambah juru bicara tersebut.

    “Ini hari yang tragis bagi kota kami … Lisbon sedang berduka. Ini adalah insiden yang sangat tragis,” ujar Carlos Moedas, wali kota Lisbon, kemarin.

    ISIS di balik bom bunuh diri Pakistan

    Kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas bom bunuh diri yang menurut pihak berwenang menewaskan 15 orang dan melukai puluhan lainnya dalam demonstrasi politik di Pakistan.

    Klaim atas serangan hari Selasa di Quetta, ibu kota provinsi Balochistan, disampaikan melalui sayap propaganda kelompok tersebut.

    Menteri Dalam Negeri Balochistan, Hamza Shafqat, mengatakan jumlah korban tewas mencapai 15 orang.

    Puluhan orang juga terluka dalam serangan yang dilakukan oleh seorang pelaku bom bunuh diri dengan 8 kilogram bahan peledak di area parkir stadion di Quetta.

    Tonton juga Video: PM Australia Tunjuk Perempuan, Muslim dan Aborigin Jadi Menteri

  • Israel Akui Kecolongan, Pejuang Hamas Menyusup Lewat Terowongan Tembus Pos Militer Zionis

    Israel Akui Kecolongan, Pejuang Hamas Menyusup Lewat Terowongan Tembus Pos Militer Zionis

    GELORA.CO – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Kamis (21/8) mengakui adanya ‘kegagalan’ antisipasi ketika Hamas berhasil menyusup ke kamp tentara Israel di Khan Younis, Gaza Selatan, pada Rabu (20/8).

    Dalam insiden tersebut, pejuang Hamas bahkan sempat masuk ke bangunan yang ditempati tentara. Meski begitu, tentara Israel melawan balik dan melumpuhkan pejuang Hamas.

    Berdasarkan hasil investigasi awal IDF, para pejuang Hamas muncul dari sebuah terowongan yang berjarak 40-50 meter dari pos militer. Pos tersebut dihuni pasukan Brigade Infanteri Kfir dan Batalion 74 dari Brigade Lapis Baja ke-188.

    Terowongan tersebut sebenarnya sudah diketahui oleh tentara Israel dan sebagian poros utamanya telah dihancurkan sebelumnya. Namun, para pejuang Hamas diduga menggali poros baru dari jalur bawah tanah yang sudah ada untuk melancarkan serangan.

    Kelompok Hamas terbagi menjadi tiga tim. Tim pertama melakukan tembakan penekan dari gundukan tanah, tim kedua masuk ke bangunan kosong di dalam kamp, dan tim ketiga menyerang bangunan yang ditempati satu peleton tentara.

    Komandan peleton dan seorang prajurit sempat keluar setelah mendengar suara mencurigakan, namun langsung ditembaki. Komandan tersebut kembali masuk, membangunkan prajurit lain yang sedang tidur, lalu bersiap di posisi bertahan.

    Dua anggota Hamas berhasil menembus gedung yang ditempati tentara. Mereka melemparkan granat dan menembaki tentara Israel, sementara tentara Israel membalas. Baku tembak berlangsung sekitar lima menit. Salah satu anggota Hamas gugur di dalam gedung, sementara rekannya menurut media Israel, melarikan diri dan dilumpuhkan. 

    Pertempuran juga berlangsung di sekitar gedung melawan kelompok Hamas lainnya. Menurut laporan IDF, tiga tentara Israel terluka dalam insiden ini — satu luka serius dan dua lainnya luka ringan. Kondisi tentara yang terluka parah disebut sudah membaik.

    Selain itu, tank Batalion 74 menembaki gedung kosong yang sempat dimasuki Hamas setelah terlihat tembakan RPG. Dua pejuang Hamas dilaporkan gugur. Tank lainnya melindas seorang militan yang bersiap menembakkan RPG, sementara beberapa lainnya tewas dalam baku tembak di sekitar lokasi.

    IDF menyebut pertempuran di dalam kamp berlangsung sekitar 10 menit sebelum para anggota Hamas mencoba melarikan diri ke terowongan. Drone dan helikopter tempur Israel juga ikut menyerang para pelaku saat melarikan diri.

    Times of Israel menyebut total delapan anggota Hamas dilaporkan gugur di dalam dan sekitar kamp. Sementara tujuh lainnya yang menembakkan mortir syahid di pinggiran area akibat serangan udara. Sekitar delapan orang berhasil kabur kembali ke terowongan.

    Tentara Israel menemukan senjata lengkap berupa senapan serbu, RPG, granat, serta alat peledak. Mereka juga menemukan tandu yang ditinggalkan di gedung kosong, diduga untuk menculik tentara yang terluka.

    Meski berhasil memukul mundur serangan, IDF menegaskan bahwa insiden ini tetap merupakan kegagalan karena Hamas bisa menyusup tanpa terdeteksi. Sebelumnya, tentara Israel sudah menyiapkan penyergapan di area itu setelah mendeteksi pergerakan mencurigakan, namun tidak efektif.

    Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, bertanggung jawab atas serangan itu. Mereka menyebut berhasil menyerang tank Israel dengan bahan peledak dan RPG, serta menembaki bangunan yang ditempati tantara Israel. Hamas juga menyebut ada aksi penembakan jarak dekat hingga serangan bom bunuh diri yang menewaskan tentara Israel.

    Insiden ini disebut sebagai salah satu upaya langka dari Hamas dengan jumlah besar yang berani menyerang pos tentara Israel secara langsung. Bulan lalu, sekitar 12 anggota Hamas juga mencoba menyerang jalur logistik IDF di Khan Younis. Serangan terbaru tersebut terjadi saat IDF tengah bersiap melakukan ofensif besar-besaran di Kota Gaza.

  • Israel Klaim Bunuh 10 Militan Hamas dalam Pertempuran di Gaza

    Israel Klaim Bunuh 10 Militan Hamas dalam Pertempuran di Gaza

    Gaza

    Militer Israel mengklaim telah membunuh 10 militan Hamas di Gaza, Palestina. Peristiwa ini terjadi saat Israel menangkis serangan oleh sayap bersenjata kelompok Islamis tersebut.

    Dilansir AFP, Kamis (21/8/2025), Media Israel melaporkan bahwa serangan semacam itu terhadap pasukan di Jalur Gaza sangat tidak biasa sejak dimulainya perang.

    “Hari ini, sekitar pukul 09.00 (06.00 GMT), lebih dari 15 teroris muncul dari beberapa terowongan yang berdekatan dengan pos batalion ke-90 di Khan Yunis selatan,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.

    “(Militan) melakukan serangan gabungan dengan tembakan dan rudal anti-tank ke arah pos tersebut, dengan beberapa teroris menyusup ke dalamnya dan tersingkir dalam pertempuran tatap muka dan serangan dukungan udara,” tambahnya.

    Militer mengatakan bahwa satu tentara terluka parah. Sementara dua lainnya terluka ringan dalam serangan tersebut.

    Doron Kadosh, seorang jurnalis radio militer Israel, mengatakan serangan di Khan Yunis “luar biasa” sejak awal perang, sementara Times of Israel menggambarkannya sebagai “insiden yang tidak biasa”.

    Saluran 12 Israel melaporkan bahwa serangan itu ditujukan untuk menculik tentara.

    “Para pejuang kami menyerbu lokasi tersebut dan menargetkan beberapa tank penjaga. Para pejuang kami juga menargetkan beberapa rumah tempat tentara (Israel) dibentengi,” tambahnya.

    “Sejumlah pejuang kami menyerbu rumah-rumah dan menghabisi beberapa tentara (Israel) di dalamnya dari jarak dekat dengan senjata ringan dan granat tangan,” katanya, mengklaim juga telah menewaskan seorang komandan tank.

    “Begitu pasukan penyelamat tiba, salah satu pejuang Qassam meledakkan dirinya di antara para prajurit, menyebabkan mereka tewas dan terluka,” tambah pernyataan itu.

    Mereka tidak menyebutkan adanya korban jiwa di antara para pejuangnya.

    Ketika dihubungi AFP, militer Israel membantah “bahwa ada satu atau lebih pelaku bom bunuh diri di antara militan Hamas, atau bahwa Hamas berusaha menculik tentara IDF”.

    Hamas sering menggunakan bom bunuh diri selama pemberontakan intifada kedua melawan Israel di awal tahun 2000-an, tetapi tidak ada laporan serangan bunuh diri terhadap pasukan Israel di Gaza selama perang yang sedang berlangsung.

    Hamas mengklaim telah melakukan upaya operasi bunuh diri di Tel Aviv pada Agustus 2024, yang mengakibatkan kematian militan tersebut.

    (lir/lir)

  • Pakistan Perintahkan Warga Afghanistan Angkat Kaki!

    Pakistan Perintahkan Warga Afghanistan Angkat Kaki!

    Jakarta

    Pemerintah Pakistan kembali mengeluarkan seruan bagi warga Afghanistan yang tinggal di wilayah barat daya negeri itu untuk angkat kaki. Seruan ini memicu ribuan warga Afghanistan bergegas ke perbatasan.

    Jutaan warga Afghanistan telah membanjiri Pakistan selama beberapa dekade terakhir, melarikan diri dari perang yang berkecamuk. Begitu pula dengan ratusan ribu orang yang tiba setelah kembalinya pemerintahan Taliban pada tahun 2021.

    Dilansir kantor berita AFP, Jumat (1/8/2025), upaya deportasi yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2023 diperbarui pada bulan April, ketika pemerintah Pakistan mencabut izin tinggal ratusan ribu warga Afghanistan, dengan ancaman akan menangkap siapa pun yang tidak pergi.

    “Kami telah menerima perintah dari Kementerian Dalam Negeri untuk memulai upaya baru untuk memulangkan semua warga Afghanistan… dengan cara yang terhormat dan tertib,” ujar Mehar Ullah, seorang pejabat senior pemerintah di Quetta, ibu kota Provinsi Balochistan, kepada AFP.

    Provinsi ini berbatasan dengan Afghanistan dan terdapat hubungan yang signifikan antarwilayah.

    Pada hari Jumat, terdapat “sekitar 4.000 hingga 5.000 orang di perbatasan Chaman” yang menunggu untuk kembali, kata Habib Bingalzai, seorang pejabat senior pemerintah di Chaman.

    Abdul Latif Hakimi, kepala Pendaftaran Pengungsi di Provinsi Kandahar, Afghanistan, yang terletak di seberang perbatasan, mengatakan bahwa mereka mengetahui adanya peningkatan jumlah warga Afghanistan yang kembali pada hari Jumat (1/8).

    Islamabad telah melabeli warga Afghanistan sebagai “teroris dan penjahat”. Namun, para analis mengatakan pengusiran tersebut dirancang untuk menekan otoritas Taliban di Afghanistan agar mengendalikan militansi di wilayah perbatasan.

    Secara total, lebih dari satu juta warga Afghanistan telah meninggalkan Pakistan sejak 2023, termasuk lebih dari 200.000 orang sejak April lalu.

    Kampanye yang diluncurkan pada bulan April menargetkan lebih dari 800.000 warga Afghanistan yang memiliki izin tinggal sementara, beberapa di antaranya lahir di negara tersebut atau telah tinggal di sana selama beberapa dekade.

    Tahun lalu, Pakistan mencatat jumlah kematian tertinggi akibat serangan dalam satu dekade, dan pemerintah sering menuduh warga negara Afghanistan terlibat dalam serangan tersebut.

    Tonton juga video “Bom Bunuh diri di Ponpes Pakistan, 6 Orang Tewas Termasuk Ulama Taliban” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Ledakan bom guncang Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di Jakarta

    Ledakan bom guncang Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di Jakarta

    Eksterior JW Marriott setelah ledakan—menggambarkan kehancuran struktural akibat bom pagi 17 Juli 2009. (wikipedia)

    17 Juli 2009: Ledakan bom guncang Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di Jakarta
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Kamis, 17 Juli 2025 – 06:00 WIB

    Elshinta.com – Pada tanggal 17 Juli 2009, dua ledakan bom mengguncang dua hotel mewah di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan—JW Marriott dan Ritz-Carlton. Peristiwa ini terjadi pada pagi hari menjelang pukul 08.00 WIB, saat banyak tamu sedang bersiap sarapan dan menghadiri pertemuan bisnis.

    Ledakan pertama terjadi di JW Marriott sekitar pukul 07.47 WIB, disusul oleh ledakan kedua di Ritz-Carlton lima menit kemudian. Akibat serangan ini, sebanyak 9 orang meninggal dunia dan lebih dari 50 orang mengalami luka-luka, termasuk warga negara asing.

    Pihak kepolisian menyatakan bahwa ledakan tersebut merupakan aksi bom bunuh diri. Pelaku diketahui menyamar sebagai tamu hotel dan membawa bahan peledak ke dalam kamar, yang kemudian digunakan untuk menyerang area restoran tempat para tamu berkumpul. Polisi juga menemukan satu bom aktif yang gagal meledak di salah satu kamar hotel, yang diduga akan digunakan dalam serangan lanjutan.

    Kelompok teroris Jemaah Islamiyah dituding berada di balik serangan ini, dan nama Noordin M. Top kembali muncul sebagai otak perencana. Aksi teror ini menjadi salah satu serangan besar setelah serangkaian pemboman yang terjadi di Indonesia pada awal 2000-an.

    Pemerintah Indonesia dan masyarakat internasional mengecam keras serangan tersebut. Kejadian ini juga berdampak besar pada citra keamanan Indonesia, terutama dalam sektor pariwisata dan bisnis internasional. Pengamanan di hotel-hotel besar dan tempat publik diperketat secara signifikan pasca kejadian.

    Sumber : Sumber Lain

  • Penembakan di Gereja AS Tewaskan 2 Orang, Pelaku Ditembak Mati

    Penembakan di Gereja AS Tewaskan 2 Orang, Pelaku Ditembak Mati

    Kentucky

    Insiden penembakan mematikan terjadi di sebuah gereja di Kentucky, Amerika Serikat (AS), pada Minggu (13/7) waktu setempat. Sedikitnya dua wanita tewas dan tiga orang lainnya, termasuk seorang polisi negara bagian, mengalami luka-luka, dengan sang pelaku penembakan tewas ditembak.

    Kepala Kepolisian Lexington, Lawrence Weathers, seperti dilansir Associated Press, Senin (14/7/2025), menyebut pelaku awalnya membajak sebuah kendaraan saat pencegatan lalu lintas di dekat bandara Lexington, dan melarikan diri ke Gereja Baptis Richmond Road, di mana pelaku kemudian melepaskan tembakan.

    Dua wanita yang berusia 72 tahun dan 32 tahun, menurut petugas koroner setempat, tewas dalam penembakan di gereja tersebut. Dua orang lainnya mengalami luka-luka akibat penembakan di gereja yang sama dan telah dilarikan ke rumah saki setempat.

    Salah satu korban mengalami luka kritis, dan satu korban lainnya dalam kondisi stabil.

    Weathers mengatakan pelaku ditembak oleh polisi dan tewas seketika di lokasi kejadian. Identitas pelaku penembakan juga belum diungkap ke publik.

    Motif di balik insiden pembajakan kendaraan dan penembakan itu belum diketahui secara jelas. Menurut Weathers, informasi awal menunjukkan bahwa pelaku mungkin memiliki hubungan dengan orang-orang di gereja tersebut.

    Seorang polisi negara bagian, yang tidak disebut identitasnya, mengalami luka-luka saat melakukan pencegatan lalu lintas yang melibatkan pelaku. Disebutkan oleh Weathers bahwa polisi negara bagian itu mencegat kendaraan yang digunakan pelaku setelah menerima peringatan soal nomor plat kendaraan itu.

    Lihat juga Video ‘Bom Bunuh Diri ISIS Meledak di Gereja Suriah, 20 Orang Tewas’:

    Polisi negara bagian itu, sebut Weathers, ditembak pada pukul 11.30 waktu setempat. Sang polisi kini dalam kondisi stabil di rumah sakit setempat.

    Dalam penjelasannya, Weathers mengatakan bahwa pihak kepolisian melacak kendaraan yang dibajak itu hingga ke gereja tersebut, yang berjarak sekitar 26 kilometer dari lokasi sang polisi negara bagian ditembak.

    Insiden penembakan ini masih dalam penyelidikan otoritas setempat.

    Lihat juga Video ‘Bom Bunuh Diri ISIS Meledak di Gereja Suriah, 20 Orang Tewas’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Menyusuri Jejak Raibnya Wanita Alawit Suriah: Penculikan atau Kebencian Agama?

    Menyusuri Jejak Raibnya Wanita Alawit Suriah: Penculikan atau Kebencian Agama?

    Damaskus

    Raga kurus kering, wajah penuh bekas luka, rambut dicukur, alis pun hilang, Nora* menatap lelah ke arah kamera. Di pangkuannya, ia menggendong seorang bayi yang sempat dipisahkan secara paksa darinya.

    Foto pertama setelah pembebasannya cepat menyebar di media sosial—lambang trauma yang mengguncang banyak warga Suriah saat ini: Perempuan dari komunitas Alawit–atau yang disebut juga Alawi- menjadi incaran penculik brutal. Nora kini berusaha menghapus jejaknya sebaik mungkin dan meninggalkan negeri.

    (Ed.; Alawi — bentuk kata sifat atau dipakai untuk menyebut keyakinan, ajaran atau mazhabnya. Sementara Alawit — bentuk kata benda jamak yang lebih sering dipakai untuk menyebut orang-orang dari komunitas tersebut, misalnya “perempuan Alawit” atau “orang Alawit”)

    Tiada hari tanpa dihina dan digebuki

    Selama hampir sebulan Nora terkurung di sebuah ruang bawah tanah, di mana menurut pengakuannya, ia mengalami penyiksaan psikologis dan fisik.

    Sang ibu muda bersama bayi berusia sebelas bulan itu sedang dalam perjalanan menuju pusat bantuan dekat kota pesisir Jablah ketika dihentikan oleh para pria bertopeng dengan kendaraan berplat Idlib.

    Mereka bertanya dari mana asalnya. Saat Nora menyebut dirinya beretnis Alawit, perempuan itu langsung diseret dengan kasar ke dalam mobil. Bahkan mata Nora diikat agar tak bisa melihat saat penculikan terjadi, tuturnya.

    “Aku dihina setiap hari dan dipukuli begitu keras hingga beberapa kali kehilangan kesadaran,” katanya dalam wawancara dengan DW. Selama masa tahanan, bayinya direnggut paksa, dan ia dipaksa menandatangani dokumen—sebuah surat nikah. “Aku menolak. Aku sudah menikah. Setelah itu, penyiksaan menjadi semakin brutal,” ujar Nora.

    Kini Nora hidup di luar negeri, dalam perlindungan, dan sedang menjalani pengobatan karena masalah kesehatan organ kandungan yang serius.

    Penghinaan yang sistematis

    Kisah Nora bukanlah kasus tunggal. Kantor berita Reuters dan sejumlah media Arab maupun internasional melaporkan penculikan dan pemerasan perempuan Alawit.

    Sejak awal tahun, lebih dari 40 perempuan dilaporkan hilang di Suriah, ujar aktivis HAM Bassel Younus kepada DW. Dari Swedia, ia mendokumentasikan pelanggaran HAM secara sistematis melalui jaringan di Suriah.

    “Kebanyakan besar korban penculikan—seperti Nora—adalah dari komunitas Alawit,” ujar Younus.

    Maka target utama adalah perempuan dari minoritas agama yang sama dengan diktator terguling Bashar al Assad, yang dianggap “murtad” oleh kaum Islam radikal.

    Laporan serangan brutal terhadap Alawit yang diduga mendukung Assad oleh kelompok radikal Sunni meningkat drastis pasca kejatuhan Assad. Terutama dalam beberapa bulan terakhir, kaum Alawit di Suriah berada di bawah tekanan berat, bahkan ancaman nyawa.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Pada Maret terjadi serangan berdarah terhadap komunitas Alawit dengan korban ratusan jiwa. Berbagai media melaporkan, sebagian pasukan perampok itu memiliki hubungan dengan kementerian dalam negeri Suriah.

    Presiden interim Suriah Ahmed al-Sharaa membentuk komisi penyelidikan, tetapi hasilnya belum dirilis. Namun ketakutan akan kekerasan merambah ke minoritas lain, termasuk umat Kristiani, yang sudah merasakan derita serupa.

    Perempuan Alawit bukan korban penculikan acak, tegas aktivis Younus. “Mereka dijadikan simbol penaklukan satu komunitas utuh.” Dalam penjara, Nora menceritakan kerap dihina dengan panggilan “babi” dan “kafir”.

    PBB pun sudah menangani laporan penculikan ini. Komisi investigasi independen PBB untuk Suriah mengatakan kepada DW bahwa laporan kasus yang didokumentasikan akan segera dirilis.

    Pada akhir Juni, komisi itu mengonfirmasi minimal enam penculikan perempuan Alawit di Suriah. Ketua komisi tersebut Paulo Sergio Pinheiro juga menyebut adanya “indikasi kredibel” kasus lainnya. Pemerintah transisi Suriah telah memulai penyelidikan beberapa kasus tersebut. Namun kementerian dalam negeri Suriah enggan memberikan jawaban kepada DW.

    Tuntutan uang dari luar negeri

    DW selama beberapa minggu melakukan investigasi dan berbicara dengan lebih dari selusin keluarga dan perempuan yang terdampak. Aktivis HAM dan lembaga pengawas memberikan data tambahan. Namun banyak keluarga enggan muncul ke publik karena takut, malu, atau tidak pasti.

    Sami*, pemuda desa dekat Kota Tartus di barat Suriah, adalah salah satu yang berani bicara ke media. Ia bercerita bahwa saudara perempuannya yang berusia 28 tahun, Iman*, menghilang tanpa jejak setelah pergi ke kota. Tidak lama kemudian, keluarga menerima telepon dari nomor asing. Suara anonim mengancam: “Lupakan Iman. Dia tidak akan pernah kembali.”

    Sami melaporkan ke polisi, tapi awalnya mereka menyepelekan dan mengatakan sebagian besar perempuan yang hilang sebenarnya kabur dengan kekasih rahasia. Namun beberapa hari kemudian penculik menghubungi kembali, kali ini menuntut tebusan dengan jumlah lima digit. Keluarga meminjam uang dan mengirimnya lewat sistem Hawala, yang menyulitkan pelacakan, ke Turki.

    Dokumen yang dimiliki DW menunjukkan penerima adalah pengungsi Suriah di Turki. Kasus lain juga terverifikasi dengan pola pembayaran serupa. Namun bagi Sami, tebusan itu sia-sia. Setelah uang ditransfer, kontak terputus dan hingga kini jejak Iman tak berbekas.

    Setali tiga uang dengan nasib Yazidi?

    Maya*, 21 tahun, juga dari dekat Tartus, diculik bersama adik di bawah umur. Saat mereka hendak berbelanja pada Maret, mereka dihentikan pria bersenjata bertopeng. “Mereka tanya kami Alawit atau Sunni. Saat jawab ‘Alawit’, kami diseret ke bus tanpa plat nomor,” ceritanya ke DW.

    Dengan mata tertutup, mereka diangkut berjam-jam melewati wilayah tak dikenal, dihina sebagai “orang kafir” dan “sisa-sisa rezim Assad.”

    Penculik menuduh mereka ikut bertanggung jawab atas kematian ratusan milisi kelompok pemerintahan transisi Islam. Maya dan adiknya akhirnya ditahan di sebuah ruang bawah tanah. “Kami takut dijual,” katanya.

    Di media sosial dan beberapa laporan sudah muncul spekulasi bahwa nasib perempuan Alawit mungkin serupa dengan Yazidi yang pada 2014 diperbudak kelompok teroris “Negara Islam” (ISIS).

    Pemerintah transisi Suriah memang mengintegrasikan kelompok radikal Islam yang komandan-komandannya pernah dituduh terlibat perdagangan manusia, seperti Jenderal Ahmad Ihsan Fayyad al-Hayes yang dituding AS terlibat perdagangan perempuan Yazidi.

    Ketua organisasi HAM “Syrians for Truth & Justice”, Bassam Alahmad, mengatakan dalam wawancara dengan DW: “Hingga kini belum ada bukti perempuan Alawit secara sistematis diperbudak seperti Yazidi dulu.”

    Namun mengkhawatirkan bahwa agama jadi alasan utama dalam penculikan dan pembunuhan. “Perempuan Alawit diserang karena agama mereka—itu alasan serupa yang menimpa perempuan Yazidi,” ungkapnya lebih lanjut.

    Selain itu, menurut Alahmad, komunitas Alawit dianggap bertanggung jawab atas kejahatan rezim Assad. “Itulah inti masalahnya.”

    Maya dan adiknya akhirnya dibebaskan. Kenapa, tak jelas. Setelah dua bulan, mereka diserahkan kembali ke keluarga dalam keadaan tertutup, ketakutan, dan trauma. Mereka selamat. Namun perempuan lain tetap hilang.

    *Nama diganti demi melindungi narasumber.

    Artikel ini pertama kali dirilis dalam bahasa iJerman
    Diadaptasi oleh: Ayu Purwaningsih
    Editor: Yuniman Farid

    Lihat juga Video ‘Bom Bunuh Diri ISIS Meledak di Gereja Suriah, 20 Orang Tewas’:

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Malaysia Bongkar Jaringan ISIS yang Libatkan Pekerja Asing

    Malaysia Bongkar Jaringan ISIS yang Libatkan Pekerja Asing

    Kuala Lumpur

    Otoritas Malaysia membongkar jaringan kelompok radikal Islamic State (ISIS) yang melibatkan para pekerja asing dari Bangladesh. Kuala Lumpur menyebut puluhan warga negara Bangladesh telah ditangkap dalam berbagai operasi yang digelar sejak April lalu.

    Kepala Kepolisian Diraja Malaysia, Inspektur Jenderal Polisi Mohd Khalid Ismail, dalam konferensi pers, seperti dilansir Reuters, Jumat (4/7/2025), mengatakan bahwa jaringan tersebut menggunakan media sosial untuk menyebarkan ideologi dan menggalang dana bagi ISIS di kalangan warga Bangladesh yang bekerja di Malaysia.

    Malaysia telah menahan ratusan orang yang diduga melakukan aktivitas militan setelah serangan terkait ISIS tahun 2016 lalu yang melanda ibu kota Kuala Lumpur, meskipun penangkapan itu sebagian besar telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir setelah penindakan keras regional.

    Malaysia sangat bergantung pada tenaga kerja asing untuk mengisi pekerjaan pabrik, perkebunan, dan konstruksi, dengan ribuan warga negara Bangladesh pindah ke negara itu untuk bekerja setiap tahunnya.

    Dalam konferensi pers yang disiarkan televisi setempat, Mohd Khalid mengatakan pihak kepolisian telah menahan sebanyak 36 warga negara Bangladesh dalam beberapa operasi sejak April lalu.

    Warga Bangladesh yang ditahan itu, sebut Mohd Khalid, semuanya datang ke Malaysia untuk bekerja di pabrik atau di sektor-sektor seperti konstruksi dan jasa.

    Diungkapkan oleh Mohd Khalid, dengan mengutip intelijen kepolisian, jaringan ISIS itu merekrut para anggota dengan menargetkan pekerja-pekerja Bangladesh lainnya. Dia juga menyebut bahwa jaringan tersebut menggunakan media sosial serta platform pesan online untuk menyebarkan ideologi radikal dan ekstremis.

    Lihat juga Video: Bom Bunuh Diri ISIS Meledak di Gereja Suriah, 20 Orang Tewas

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Tidak hanya itu, menurut Mohd Khalid, jaringan ISIS tersebut juga menggalang dana menggunakan layanan transfer dana internasional dan dompet elektronik untuk dikirimkan kepada kelompok ISIS yang ada di wilayah Suriah dan Bangladesh. Dia menolak untuk menyebutkan secara detail jumlah dana yang terkumpul.

    Di antara mereka yang ditahan di Malaysia, sekitar lima warga Bangladesh di antaranya telah didakwa sebagai bagian dari organisasi teroris. Sedangkan 15 orang lainnya akan dideportasi.

    Kemudian sebanyak 16 warga Bangladesh lainnya masih dalam penahanan kepolisian sembari menunggu penyelidikan lebih lanjut. Mohd Khalid menambahkan bahwa penangkapan lebih lanjut diperkirakan akan dilakukan oleh pihak kepolisian

    Total sebanyak 100 orang hingga 150 orang, sebut Mohd Khalid, diduga terlibat dalam jaringan ISIS di Malaysia tersebut.

    “Kami akan mendeportasi mereka, yang keterlibatannya minimal, kembali ke negara asal mereka, sedangkan mereka yang keterlibatannya lebih besar akan didakwa berdasarkan hukum Malaysia,” tegasnya.

    Lihat juga Video: Bom Bunuh Diri ISIS Meledak di Gereja Suriah, 20 Orang Tewas

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ketakutan Umat Kristen Suriah Usai Bom Bunuh Diri di Gereja

    Ketakutan Umat Kristen Suriah Usai Bom Bunuh Diri di Gereja

    Jakarta

    Peringatan: Artikel ini mengandung detail yang dapat mengganggu kenyamanan Anda

    “Abangmu gugur sebagai pahlawan.”

    Kalimat itu didengar Emad saat mengetahui abangnya, Milad, tewas dalam ledakan bom bunuh diri di sebuah gereja di Damaskus, ibu kota Suriah.

    Saat kejadian, Milad dan dua orang lainnya berjuang mendorong pelaku bom bunuh diri keluar dari gedung gereja. Milad tewas seketika di tempat kejadian bersama 24 jemaat lainnya.

    Selain korban tewas, 60 orang menderita luka dalam serangan di Gereja Ortodoks Yunani Nabi Elia pada 22 Juni silam. Tempat ibadah itu terletak di pinggiran timur Damaskus, Dweila.

    Serangan itu menjadi yang pertama kalinya terjadi di Damaskus sejak pasukan pemberontak yang dipimpin kelompok Islam menggulingkan Bashar al-Assad pada bulan Desember.

    Penggulingan itu sekaligus mengakhiri perang saudara yang menghancurkan selama 13 tahun.

    Pihak berwenang Suriah menuding kelompok Negara Islam (ISIS) sebagai dalang di balik serangan ini.

    Kelompok ekstremis Sunni yang kurang dikenal, Saraya Ansar al-Sunnah, kemudian mengklaim bertanggung jawab atas serangan. Namun, pejabat pemerintah mengatakan operasi kelompok ini terkait langsung dengan ISIS.

    Milad tengah mengikuti kebaktian Minggu malam ketika seorang pria tiba-tiba melepaskan tembakan ke arah jemaat sebelum meledakkan rompi berisi bom.

    Emad mendengar ledakan dari rumahnya. Selama berjam-jam, abangnya tidak bisa dihubungi.

    “Saya pergi ke rumah sakit untuk mengidentifikasi jenazah, tapi saya tidak bisa mengenali abang saya. Separuh wajahnya hangus,” tutur Emad saat ditemui di tempat tinggalnya.

    Hanya ada dua kamar tidur di rumah kecil itu. Emad tinggal di sana bersama beberapa kerabatnya.

    Baca juga:

    Emad yang berusia 40-an tahun punya postur tinggi kurus. Wajahnya yang tegas memancarkan guratan kehidupan keras.

    Seperti abangnya, Emad bekerja sebagai petugas kebersihan di salah satu sekolah di permukiman miskin tersebut. Area ini memang banyak ditinggali para keluarga kelas ekonomi menengah ke bawah dan kebanyakan memeluk agama Kristen.

    Selama pemerintahan Bashar al-Assad, anggota berbagai komunitas minoritas agama dan etnis di Suriah percaya bahwa negara melindungi mereka.

    Namun, pemerintahan baru yang dipimpin kelompok Islam yang dibentuk para pemberontak yang menggulingkan Assad pada Desember lalu dikhawatirkan tidak akan melakukan hal yang sama.

    Di satu sisi, Presiden interim Ahmed al-Sharaa dan pemerintahannya berjanji untuk melindungi semua warga negara.

    Akan tetapi, kekerasan sektarian mematikan baru-baru ini terjadi di wilayah pesisir Alawi. Hal yang sama menimpa komunitas Druze di sekitar Damaskus.

    Perkembangan ini membuat orang-orang meragukan kemampuan pemerintah untuk mengendalikan situasi.

    Banyak anggota keluarga Emad yang menyuarakan sentimen ini.

    “Kami tidak aman lagi di sini,” kata mereka.

    Dua bulan sebelum wisuda, Angie Awabde, 23 tahun, terjebak dalam serangan di gereja. Dia mendengar suara tembakan sebelum ledakan besar.

    “Semuanya terjadi dalam hitungan detik,” tuturnya sembari terbaring di ranjang rumah sakit.

    Dia mengalami luka serpihan di wajah, tangan, dan kakinya, serta patah tulang kaki.

    Angie kini sangat ketakutan dan merasa tidak ada masa depan bagi umat Kristen di Suriah.

    “Saya hanya ingin meninggalkan negara ini. Saya sudah melewati krisis, perang, ledakan mortir. Saya tidak pernah menyangka sesuatu akan terjadi pada saya di dalam gereja,” ujarnya.

    “Saya tidak punya solusi. Mereka yang harus mencari solusi, ini bukan tugas saya. Jika mereka tidak bisa melindungi kami, kami ingin pergi.”

    Sebelum perang saudara selama 13 tahun, umat Kristen mencakup sekitar 10% dari 22 juta penduduk Suriah. Namun, jumlah ini menyusut drastis karena ratusan ribu orang memilih kabur ke luar negeri.

    Selama perang, gereja-gereja memang tidak luput dari pemboman pemerintah Suriah dan pasukan sekutu Rusia. Namun, serangan berlangsung ketika tidak ada jemaat di dalamnya.

    Ribuan umat Kristen juga terpaksa meninggalkan rumah mereka karena ancaman dari kelompok Islamis garis keras dan jihadis, seperti ISIS.

    Di luar rumah sakit tempat Angie dirawat, deretan peti mati beberapa korban serangan gereja siap untuk dikebumikan. Orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat Suriah menghadiri upacara di bawah pengamanan ketat di gereja terdekat.

    Dalam khotbahnya, Patriark Gereja Ortodoks Yunani di Suriah, John Yazigi, menegaskan “pemerintah memikul tanggung jawab penuh”.

    Dia menyatakan bahwa telepon belasungkawa dari Presiden Ahmed al-Sharaa “tidak cukup bagi kami,” yang disambut tepuk tangan jemaat.

    “Kami berterima kasih atas teleponnya. Tapi kejahatan yang terjadi sedikit lebih besar dari itu.”

    Sharaa sendiri minggu lalu telah berjanji bahwa mereka yang terlibat dalam serangan “keji” itu akan dibawa ke pengadilan.

    Sehari setelah pengeboman, dua tersangka tewas dan enam lainnya ditangkap dalam operasi keamanan terhadap sel ISIS di Damaskus.

    Namun, langkah ini belum banyak meredakan kekhawatiran di sini tentang situasi keamanan, terutama bagi pemeluk agama minoritas.

    Baca juga:

    Suriah juga mengalami pengetatan kebebasan sosial, termasuk dekrit tentang cara perempuan berpakaian di pantai.

    Selain itu, terjadi serangan terhadap pria yang mengenakan celana pendek di tempat umum, serta penutupan bar dan restoran karena menyajikan alkohol.

    Banyak pihak di Suriah khawatir bahwa ini bukan kasus tunggal, melainkan tanda-tanda dari rencana yang lebih luas untuk mengubah masyarakat Suriah.

    Archimandrite Meletius Shattahi, direktur jenderal badan amal dari Patriarkat Ortodoks Yunani Antiokia, merasa pemerintah tidak berbuat cukup banyak untuk menangani perubahan ini.

    Dia merujuk pada video-video yang beredar secara daring yang menunjukkan para ulama bersenjata menyerukan Islam melalui pengeras suara di permukiman Kristen.

    Shattahi menambahkan bahwa ini bukanlah “insiden individu”.

    “Ini terjadi secara terbuka di depan semua orang, dan kami tahu betul bahwa pemerintah kami tidak mengambil tindakan apa pun terhadap [mereka] yang melanggar hukum dan aturan,” katanya.

    Kelambanan tindakan inilah, menurut dia, yang diduga menyebabkan serangan di Gereja Nabi Elias.

    Lihat juga Video: Bom Bunuh Diri ISIS Meledak di Gereja Suriah, 20 Orang Tewas

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Rusia Disebut Jadi Negara Pertama Akui Pemerintahan Taliban

    Rusia Disebut Jadi Negara Pertama Akui Pemerintahan Taliban

    Jakarta

    Pemerintah Afghanistan mengatakan Rusia telah menjadi negara pertama yang secara resmi mengakui keputusannya. Pemerintah Afghanistan menyebut Rusia telah mengambil ‘keputusan yang berani’.

    Dilansir AFP, Jumat (4/7/2025), pengumuman tersebut dibuat setelah Menlu Afghanistan Amir Khan Muttaqi bertemu dengan Duta Besar Rusia untuk Afghanistan Dmitry Zhirnov di Kabul. Muttaqi memuji Rusia mengambil keputusan berani.

    “Keputusan berani ini akan menjadi contoh bagi yang lain… Sekarang setelah proses pengakuan dimulai, Rusia berada di depan semua orang,” kata Muttaqi dalam sebuah video pertemuan.

    Senada dengan Muttaqi, Jubir Kemlu Taliban juga mengatakan hal serupa.

    “Rusia adalah negara pertama yang secara resmi mengakui Emirat Islam,” kata juru bicara kementerian luar negeri Taliban Zia Ahmad Takal kepada AFP.

    Muttaqi mengatakan bahwa ini adalah “fase baru hubungan positif, saling menghormati, dan keterlibatan konstruktif”.

    Sementara itu, Kemlu Rusia mengatakan pengakuan ini bisa mendorong pengembangan kerja sama bilateral di beberapa bidang. Kemlu Rusia mengatakan akan bekerja sama dalam bidang energi, transportasi, pertanian, dan infrastruktur.

    Kementerian tersebut mengatakan Moskow berharap untuk terus membantu Kabul “memperkuat keamanan regional dan memerangi ancaman terorisme dan perdagangan narkoba”.

    Moskow telah mengambil langkah-langkah baru-baru ini untuk menormalisasi hubungan dengan otoritas Taliban, menghapus mereka dari daftar “organisasi teroris” pada bulan April dan menerima seorang duta besar Taliban di Kabul.

    Pada Juli 2024 lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut Taliban sebagai “sekutu dalam perang melawan terorisme”.

    Rusia adalah negara pertama yang membuka kantor perwakilan bisnis di Kabul setelah Taliban mengambil alih kekuasaan, dan telah mengumumkan rencana untuk menggunakan Afghanistan sebagai pusat transit gas menuju Asia Tenggara.

    Untuk diketahui, Taliban kembali berkuasa pada tahun 2021 setelah menggulingkan pemerintah yang didukung asing dan telah memberlakukan hukum Islam yang ketat.

    Mereka telah berusaha keras untuk mendapatkan pengakuan dan investasi internasional resmi, karena negara tersebut tengah memulihkan diri dari perang selama empat dekade, termasuk invasi Soviet dari tahun 1979 hingga 1989.

    Hanya Arab Saudi, Pakistan, dan Uni Emirat Arab yang mengakui Taliban selama masa kekuasaan pertama mereka dari tahun 1996 hingga 2001.

    Dalam laporan AFP disebutkan banyak negara lain, termasuk Tiongkok dan Pakistan, telah menerima duta besar Taliban di ibu kota mereka, tetapi belum secara resmi mengakui Emirat Islam tersebut sejak berakhirnya perang dua dekade antara pemberontak dengan pasukan NATO yang dipimpin AS.

    Ada keterlibatan yang terbatas tetapi terus meningkat dengan otoritas Taliban, terutama dari negara-negara tetangga regional, tetapi juga pemain global utama Tiongkok dan Rusia.

    Lihat juga Video: Bom Bunuh diri di Ponpes Pakistan, 6 Orang Tewas Termasuk Ulama Taliban

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini