Kasus: Bom bunuh diri

  • Memanas! Pakistan Bombardir Afghanistan, 10 Warga Sipil Tewas

    Memanas! Pakistan Bombardir Afghanistan, 10 Warga Sipil Tewas

    Jakarta

    Pakistan melancarkan serangan udara di negara tetangganya, Afghanistan dan menewaskan sedikitnya 10 orang.

    “Pasukan invasi Pakistan membombardir rumah seorang warga sipil setempat… Akibatnya, sembilan anak (lima anak laki-laki dan empat anak perempuan) dan seorang perempuan gugur di Provinsi Khost,” tulis juru bicara pemerintah Taliban, Zabihullah Mujahid di media sosial X, dilansir kantor berita AFP, Selasa (25/11/2025).

    Serangan udara pada Senin (24/11) malam waktu setempat yang menargetkan wilayah perbatasan Kunar dan Paktika tersebut, juga melukai empat warga sipil lainnya, tambah juru bicara Taliban tersebut.

    Serangan udara tersebut dilakukan menyusul serangan bom bunuh diri pada hari Senin (24/11) terhadap pasukan keamanan Pakistan di sebuah provinsi yang berbatasan dengan Afghanistan. Tidak ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.

    Sebelumnya, ledakan bom bunuh diri lainnya di ibu kota Pakistan, Islamabad, bulan ini menewaskan 12 orang dan diklaim oleh Taliban Pakistan, kelompok yang memiliki ideologi yang sama dengan Taliban Afghanistan.

    Pemerintah Pakistan menyalahkan sel-sel militan yang “dibimbing di setiap langkah oleh… komando tinggi yang berbasis di Afghanistan” atas serangan di Islamabad tersebut.

    Beberapa putaran negosiasi telah gagal mencapai kesepakatan yang solid, dengan ketidaksepakatan yang masih terjadi terkait keamanan di masing-masing negara.

    (ita/ita)

  • Bom Bunuh Diri Guncang Markas Paramiliter Pakistan, 3 Orang Tewas

    Bom Bunuh Diri Guncang Markas Paramiliter Pakistan, 3 Orang Tewas

    Islamabad

    Ledakan bom bunuh diri mengguncang markas besar pasukan paramiliter Pakistan pada Senin (24/11) waktu setempat. Setidaknya tiga pengebom bunuh diri menyerang markas yang ada di kota Peshawar tersebut, dan menewaskan sedikitnya tiga personel.

    Lima orang lainnya mengalami luka-luka akibat ledakan bom tersebut.

    Kepolisian Pakistan, seperti dilansir Reuters, Senin (24/11/2025), melaporkan para penyerang melepas tembakan saat memaksa masuk ke markas kepolisian perbatasan di kota Peshawar sebelum meledakkan diri mereka di dalam kompleks tersebut.

    Wakil komandan pasukan paramiliter Pakistan, Javed Iqbal, menyebut tiga personel paramiliter tewas akibat ledakan bom bunuh diri itu.

    “Pelaku bom bunuh diri pertama melancarkan serangan di gerbang masuk utama markas kepolisian dan para pelaku lainnya memasuki kompleks tersebut,” kata seorang pejabat senior setempat, yang enggan disebut namanya, kepada Reuters.

    “Para personel penegak hukum, termasuk tentara dan polisi, telah menutup area tersebut dan menangani situasi tersebut secara hati-hati, karena kami menduga ada beberapa teroris di dalam markas tersebut,” sebut pejabat senior tersebut.

    Markas besar pasukan paramiliter Pakistan terletak di area padat penduduk di Peshawar, ibu kota Provinsi Khyber Pakhtunkhwa.

    “Ruas jalanan telah ditutup untuk lalu lintas dan ditutup oleh tentara, polisi, dan para personel (keamanan),” kata seorang warga setempat, Safdar Khan, kepada Reuters.

    Juru bicara Rumah Sakit Lady Reading, Mohammad Asim, menyebut lima korban luka, termasuk dua personel paramiliter, dibawa ke rumah sakit tersebut.

    Sejauh ini belum ada kelompok militan yang mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri tersebut.

    Kelompok-kelompok militan Islamis yang beroperasi di wilayah tersebut telah meningkatkan serangan dalam beberapa pekan terakhir, setelah bentrokan mematikan di perbatasan antara Pakistan dan Afghanistan bulan lalu.

    Islamabad menyalahkan Taliban Afghanistan yang kini menguasai Kabul atas bentrokan berdarah tersebut. Taliban dituduh menyembunyikan para militan yang diyakini melancarkan serangan lintas perbatasan. Tuduhan itu telah dibantah oleh Taliban.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Kesaksian Detik-detik Bom Bunuh Diri di Pakistan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (nvc/ita)

  • India Tangkap Pria Khasmir terkait Serangan Bom Mobil Bunuh Diri di New Delhi

    India Tangkap Pria Khasmir terkait Serangan Bom Mobil Bunuh Diri di New Delhi

    JAKARTA – Badan investigasi antiteror India menangkap seorang pria dari Kashmir atas dugaan berkonspirasi dengan seorang pelaku bom bunuh diri untuk melakukan ledakan mobil mematikan di ibu kota New Delhi.

    Dilansir ABC News, Senin, 17 November, Badan Investigasi Nasional (NIA) mengatakan mobil yang meledak pada pekan lalu terdaftar atas nama Amir Rashid Ali.

    Dia diduga melakukan perjalanan ke New Delhi dari Kashmir yang dikuasai India untuk memfasilitasi pembelian kendaraan tersebut. Penangkapan Ali merupakan “terobosan besar” dalam kasus tersebut.

    Ledakan itu menewaskan 10 orang dan melukai 32 lainnya di dekat Benteng Merah bersejarah kota itu. Para pejabat India menyebutnya sebagai “insiden teror keji” yang dilakukan oleh “pasukan anti-nasional.”

    Ledakan mobil itu terjadi beberapa jam setelah polisi di Kashmir mengatakan mereka telah membongkar sel militan yang diduga beroperasi dari wilayah yang disengketakan, menangkap setidaknya tujuh orang, termasuk dua dokter Kashmir dari kota-kota di India, dan menyita sejumlah besar bahan pembuat bom.

    Badan investigasi mengidentifikasi pengemudi mobil dan tersangka pelaku bom bunuh diri sebagai Umar Un Nabi, juga seorang warga Kashmir, seorang dokter yang mengajar di sebuah perguruan tinggi kedokteran di kota Faridabad, dekat New Delhi.

    Pasukan pemerintah meledakkan rumah keluarganya di distrik Pulwama di selatan pada Kamis malam, kata para pejabat, sebagai balasan atas serangan tersebut.

    Badan keamanan India juga telah melakukan serangkaian penggerebekan di seluruh Kashmir sebagai bagian dari penyelidikan mereka, dengan menginterogasi ribuan orang dan menahan ratusan orang.

    Pada Jumat malam, beberapa bahan peledak yang disita dari Faridabad dan dibawa ke kota utama Kashmir, Srinagar, oleh polisi meledak di dalam kantor polisi, menewaskan sembilan orang dan melukai 32 lainnya.

  • 8 Atlet Kriket Sri Lanka Tinggalkan Pakistan Buntut Ledakan Bom Bunuh Diri

    8 Atlet Kriket Sri Lanka Tinggalkan Pakistan Buntut Ledakan Bom Bunuh Diri

    Jakarta

    Delapan atlet kriket Sri Lanka meninggalkan Pakistan di tengah kompetisi seri kriket tiga negara antara Sri Lanka, Pakistan, dan Zimbabwe. Mereka pergi atas alasan keamanan.

    “Setidaknya delapan pemain kriket Sri Lanka akan pulang tanpa bermain dalam seri kriket bola putih tiga negara melawan Pakistan dan Zimbabwe karena masalah keamanan,” kata seorang pejabat Sri Lanka, dilansir AFP, Kamis (13/11/2025).

    Para pemain telah menyatakan kekhawatiran akan keselamatan mereka setelah bom bunuh diri hari Selasa lalu di ibu kota Pakistan, yang menewaskan 12 orang dan melukai 27 orang di luar pengadilan.

    “ODI kedua melawan Pakistan besok masih diragukan, tetapi pemain pengganti akan dikirim untuk melanjutkan seri tiga negara,” kata seorang sumber Sri Lanka Cricket (SLC) kepada AFP.

    Presiden SLC, Shammi Silva, mengatakan bahwa mereka sedang mempersiapkan pernyataan resmi tentang kelanjutan partisipasi mereka dalam turnamen tersebut. Ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

    Pakistan mengalahkan Sri Lanka dengan selisih enam run dalam pertandingan internasional satu hari pembuka di Rawalpindi pada hari Selasa, pertandingan yang tetap berlangsung meskipun terjadi serangan bom bunuh diri di kota kembar Islamabad.

    Dewan Kriket Pakistan mengatakan keamanan di sekitar tim tamu telah ditingkatkan setelah serangan tersebut.

    Pertandingan tersisa dijadwalkan berlangsung pada hari Kamis dan Sabtu, juga di Rawalpindi.

    (maa/maa)

  • Video Kesaksian Detik-detik Bom Bunuh Diri di Pakistan

    Video Kesaksian Detik-detik Bom Bunuh Diri di Pakistan

    Terjadi bom bunuh diri di Islamabad, Pakistan pada Selasa (11/11). Bom bunuh diri ini menewaskan 12 orang di luar gedung pengadilan.

    “Pelaku bom mencoba memasuki gedung pengadilan dengan berjalan kaki, tetapi meledakkan bom di luar, dekat dengan sebuah kendaraan polisi, setelah menunggu di sana selama 10 hingga 15 menit,” ujar Menteri Dalam Negeri Pakistan, Mohsin Naqvi.

    Seorang saksi mata bernama Jaseem Ahmed Bhutto pun mengatakan ledakan terdengar sekitar pukul 11.50 waktu setempat. “Saat itu sekitar pukul 11.50 pagi dan kami berada di gedung pengadilan. Tiba-tiba, terjadi ledakan keras,” terangnya.

  • Bom Bunuh Diri Hantam Stasiun Kereta di Ukrania, Pelaku dan 3 Perempuan Tewas

    Bom Bunuh Diri Hantam Stasiun Kereta di Ukrania, Pelaku dan 3 Perempuan Tewas

    JAKARTA – Seorang pria meledakkan bom bunuh diri saat penjaga perbatasan sedang memeriksa dokumen di stasiun kereta api di Ukraina utara.

    Dinas Penjaga Perbatasan Negara menyebut bom bunuh diri itu menewaskan pelaku dan tiga perempuan.

    Dilansir Reuters, Jumat, 24 Oktober, dinas tersebut menyatakan 12 orang lainnya terluka dalam ledakan di stasiun di Ovruch, dekat perbatasan dengan Belarus, dan seorang penjaga perbatasan termasuk di antara korban tewas.

    Pria yang meledakkan bom tersebut adalah seorang warga Kharkiv berusia 23 tahun di timur laut Ukraina yang baru-baru ini ditahan karena mencoba melintasi perbatasan. Laporan itu tidak menyebutkan adanya hubungan apa pun dengan perang Rusia di Ukraina.

  • Afghanistan-Pakistan Kembali Sepakati Gencatan Senjata

    Afghanistan-Pakistan Kembali Sepakati Gencatan Senjata

    Jakarta

    Untuk kedua kalinya dalam beberapa hari terakhir, Afganistan dan Pakistan menyepakati gencatan senjata demi menyudahi konflik militer antara kedua negara. Setelah bentrokan yang berlangsung selama berhari-hari dan menewaskan banyak orang serta melukai ratusan lainnya, gencatan senjata dicapai setelah negosiasi yang ditengahi Qatar.

    Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Qatar pada Minggu(19/10) dini hari, perwakilan kedua negara dalam perundingan di ibu kota Doha sepakat melakukan “gencatan senjata segera dan membentuk mekanisme untuk memperkuat perdamaian dan stabilitas yang berkelanjutan.”

    Saling jamin keamanan

    Setelah pembicaraan di ibu kota Qatar, Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif menyatakan bahwa kedua “negara tetangga akan saling menghormati keutuhan wilayah teritorial masing-masing.” Pertemuan lanjutan dijadwalkan pada Sabtu (25/10) di kota Istanbul, Turki, untuk membahas “isu-isu secara lebih merinci,” jelas Asif.

    Juru bicara pemerintahan Taliban Afghanistan, Sabihullah Mujahid, mengonfirmasi perkembangan ini. Ia menyatakan bahwa para pemimpin di Kabul “tidak akan mendukung kelompok mana pun yang melakukan serangan terhadap pemerintah Pakistan”.

    Perundingan penting Sabtu(18/10) di Doha dimediasi oleh Qatar dan Turki. Baik Afghanistan maupun Pakistan menyampaikan terima kasih kepada kedua negara tersebut. Menurut Kementerian Luar Negeri Qatar, tujuan pertemuan lanjutan di Istanbul adalah “menjamin keberlangsungan gencatan senjata serta memantau implementasinya secara tepat dan berkelanjutan.”

    Gencatan senjata pertama hanya bertahan selama dua hari

    Gencatan senjata pertama diberlakukan di pertengahan minggu lalu untuk meredam situasi. Sebelumnya, kedua belah pihak terlibat pertempuran darat menggunakan artileri dan senjata berat. Namun, gencatan senjata ini hanya berlangsung selama dua hari.

    Pada Jumat(17.10) sebuah serangan bom bunuh diri terjadi di wilayah perbatasan Pakistan utara, Waziristan. Tujuh anggota pasukan keamanan Pakistan tewas. Hal ini memicu eskalasi baru. Menurut pemerintah Islamabad, kelompok Hafis Gul Bahadur asal Afganistan terlibat dalam serangan tersebut.

    Menurut aparat keamanan Pakistan “serangan udara presisi” tersebut menargetkan kelompok Hafis Gul Bahadur, kelompok yang diduga memiliki keterkaitan dengan Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP). Pemerintah Pakistan telah lama menghadapi eskalasi serangan dari TTP.

    Konflik telah berlangsung selama empat tahun

    Taliban membantah memberikan perlindungan bagi kelompok militan yang menyerang Pakistan. Sebaliknya, pemerintah di Kabul menuduh militer Pakistan sengaja menyebarkan informasi palsu dan merusak stabilitas Afghanistan. Sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus 2021, bentrokan militer kedua negara telah berulang kali terjadi.

    Kedua negara tetangga ini berbagi perbatasan sepanjang sekitar 2.400 kilometer, yang ditetapkan pada tahun 1893 antara Inggris India saat itu dan Emirat Afghanistan. Garis perbatasan ini dikenal sebagai “Garis Durand”, yang hingga kini statusnya masih menjadi perselisihan kedua negara.

    Ketidakpercayaan mendalam antar kedua negara serta sengketa yang belum terselesaikan terkait kelompok militan di perbatasan diperkirakan akan terus membebani hubungan kedua negara yang dulunya bersekutu ini.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Rizki Nugraha


    (ita/ita)

  • Perang Saudara Acak-Acak Negara, Penjara Diserbu-Militer Turun Gunung

    Perang Saudara Acak-Acak Negara, Penjara Diserbu-Militer Turun Gunung

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kelompok bersenjata Al-Shabab pada hari Minggu (5/10/2025) melancarkan serangan besar yang menargetkan Penjara Pusat di Mogadishu, ibu kota Somalia. Pemerintah federal Somalia mengonfirmasi bahwa serangan tersebut berhasil digagalkan dan seluruh militan yang terlibat tewas.

    Menurut laporan dari pejabat keamanan dan saksi mata, serangan dimulai dengan ledakan bom bunuh diri menggunakan sebuah mobil yang menabrak gerbang utama penjara. Ledakan dahsyat tersebut membuka jalan bagi sejumlah pria bersenjata untuk mencoba menyerbu masuk ke dalam fasilitas penjara.

    Baku tembak sengit segera terjadi antara para penyerang dengan penjaga penjara dan pasukan keamanan Somalia yang dengan cepat merespons insiden tersebut. Menteri Informasi Somalia, Daud Aweis, dalam sebuah pernyataan resmi menegaskan bahwa situasi telah berhasil dikendalikan.

    “Pasukan keamanan pemberani kami telah berhasil menggagalkan serangan teroris di Penjara Pusat Mogadishu,” kata Aweis, dikutip Senin (6/10/2025). “Semua teroris yang terlibat dalam serangan itu telah dinetralkan.”

    Pemerintah belum merilis jumlah pasti penyerang yang tewas atau memberikan rincian mengenai kemungkinan korban dari pihak pasukan keamanan.

    Penjara Pusat Mogadishu dikenal sebagai fasilitas yang menahan banyak anggota tingkat tinggi Al-Shabab dan militan lain yang telah divonis bersalah. Upaya penyerbuan penjara untuk membebaskan anggota mereka merupakan taktik yang telah berulang kali digunakan oleh kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda tersebut.

    Insiden ini sekali lagi menyoroti tantangan keamanan yang terus dihadapi pemerintah Somalia dalam perangnya melawan Al-Shabab, yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade.

    (tps/șef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Serahkan Pangkalan Bagram atau Hal Buruk Terjadi!

    Serahkan Pangkalan Bagram atau Hal Buruk Terjadi!

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuntut Taliban untuk menyerahkan Pangkalan Udara Bagram di Afghanistan yang pernah menjadi basis pasukan militer AS. Trump bahkan mengancam bahwa hal-hal buruk akan terjadi, jika penguasa Taliban tidak menyerahkannya.

    Namun, seorang pejabat senior Taliban menolak tuntutan Trump tersebut, dengan menegaskan bahwa fasilitas itu merupakan bagian tak terpisahkan dari Afghanistan.

    Berbicara kepada Al Arabiya English dalam sebuah wawancara eksklusif, juru bicara utama pemerintah Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan: “Bagram adalah bagian dari wilayah Afghanistan. Tidak ada bedanya dengan wilayah Afghanistan lainnya. Kami tidak akan pernah setuju untuk menyerahkan atau menyerahkan bagian mana pun dari negara kami.”

    Dilansir Al Arabiya English, Kamis (25/9/2025), ia menambahkan bahwa “Warga Afghanistan sangat sensitif terhadap pendudukan, dan tidak ada warga Afghanistan yang akan membiarkan tanah mereka diambil atau dikuasai oleh pihak luar – bahkan sejengkal pun.”

    Bagram, yang terletak di utara Kabul, ibu kota Afghanistan, adalah instalasi militer AS terbesar di Afghanistan dan pusat perang dua dekade melawan Taliban. Pasukan AS meninggalkannya pada Juli 2021, beberapa minggu sebelum Taliban kembali berkuasa.

    Trump pada hari Sabtu lalu mengancam akan memberikan hukuman jika pangkalan tersebut tidak diserahkan.

    “Jika Afghanistan tidak mengembalikan Pangkalan Udara Bagram kepada mereka yang membangunnya, Amerika Serikat, HAL-HAL BURUK AKAN TERJADI!!!” tulis Trump di media sosial miliknya, Truth Social.

    Menanggapi ancaman Trump itu, Mujahid mengatakan kepada Al Arabiya English: “Selama dua puluh tahun di bawah pendudukan AS, Afghanistan mengalami ‘hal-hal buruk’ – bukan hanya sehari, tetapi terus menerus selama dua dekade. Amerika tidak boleh lupa bahwa tindakan buruk memicu reaksi buruk. Pada akhirnya, mereka terpaksa menarik pasukan mereka dari Afghanistan.”

    “Afghanistan bukanlah negara yang dapat diduduki atau ditaklukkan. Mereka harus terlibat dengan rakyat Afghanistan secara politis, diplomatis, dan rasional,” imbuh Mujahid.

    Juru bicara Taliban tersebut mengonfirmasi adanya pembicaraan dengan para pejabat AS, tetapi menekankan bahwa mereka berfokus pada pertukaran tahanan, hubungan diplomatik, dan investasi ekonomi — bukan Bagram, yang ia sebut sebagai sesuatu yang tidak dapat dinegosiasikan.

    Lihat juga Video: Bom Bunuh diri di Ponpes Pakistan, 6 Orang Tewas Termasuk Ulama Taliban

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Mantan Amir Jamaah Islamiyah Ungkap Perubahan Sikapnya

    Mantan Amir Jamaah Islamiyah Ungkap Perubahan Sikapnya

    Surabaya (beritajatim.com) – Cahaya bulan dan bintang di langit malam Pantai Kuta, Bali, 12 Oktober 2002 bersinar terang. Tentu tidak tak seterang lampu dari sejumlah klub malam di sepanjang pantai Kuta. Tapi dari cahaya yang menghiasi langit, ratusan turis bersepakat malam itu semesta mendukung mereka untuk bersenang-senang.

    Cuaca cerah. Suara musik dari berbagai klub malam di pantai Kuta saling bertaut. Para turis dari lokal maupun mancanegara berjoget sembari menenggak minuman beralkohol yang sudah dibeli. Hingga saling bercengkrama. Tidak ada yang mengira, malam itu berakhir buruk.

    Tepat pukul 23.05 WITA, ledakan besar terjadi dari Paddy’s Pub dan Sari Club (SC). Dua klub malam favorit turis yang berada di Jalan Legian itu hancur lebur. Potongan tubuh pelaku bom bunuh diri berserakan. Api melahap bangunan. Dilaporkan, 200 orang tewas dalam ledakan dua klub malam itu.

    Sekitar 10 menit kemudian, sebuah bom dengan daya ledak besar juga aktif di wilayah Renon, Denpasar. Bom meledak Tepat di sekitar Kantor Konsulat AS. Cahaya bintang dan bulan yang menghiasi langit Pulau Bali malam itu pun tertutup kepulan asap hitam pekat. Suara musik berganti menjadi suara teriak dan tangis. Bali berduka malam itu. Peristiwa itu lantas dikenal dengan Bom Bali 1. Dalam peristiwa itu, 208 nyawa manusia melayang.

    Peristiwa Bom Bali 1 merupakan salah satu aksi besar yang dilakukan oleh kelompok Jamaah Islamiyah (JI).

    Jamaah Islamiyah merupakan buah dari kelompok Negara Islam Indonesia (NII) yang didirikan oleh Kartosuwiryo pada tahun 1949. Berkembangnya NII melahirkan kelompok militer Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang saat itu mampu menjadi ancaman keamanan NKRI yang masih seumuran jagung.

    Dari berbagai keterangan yang dihimpun dari eks anggota JI. Saat itu mereka memiliki mimpi untuk merubah sistem dan ideologi Indonesia. Mengubah Pancasila dengan konstitusi Islam yang Kaffah. Organisasi yang berdiri pada 1993 akibat perpecahan di kelompok Darul Islam Indonesia ini percaya bahwa dengan jihad yang mereka lakukan, ke depan Indonesia dan sejumlah negara di Asia Tenggara akan menganut sistem islam yang murni.

    Mereka lantas berpandangan sistem pemerintahan di Indonesia harus diganti. Ideologi Pancasila harus berubah. UUD tahun 1945 tidak relevan digunakan sebagai landasan sistem pemerintah dan hukum yang dianut. Tujuannya jelas, Negara Islam yang Kaffah seperti zaman nabi dan sahabat.

    Bom Bali 1 merupakan salah satu tragedi kemanusiaan yang dilakukan anggota JI di Indonesia. Mereka juga bertanggung jawab atas Bom Gereja di 13 kota saat Malam natal tahun 2000, Bom JW Marriot Jakarta Agustus 2003, Bom Bali 2 pada Oktober 2005, hingga mutilasi 3 siswi di Poso.

    Rangkaian kejahatan yang dilakukan oleh kelompok yang terafiliasi dengan Al Qaeda ini sempat membuat masyarakat ketakutan. Memunculkan islamophobia dan menggoyang kerukunan umat beragama di Indonesia. Atas segala yang sudah dilakukan, negara lalu memerangi JI. Negara mengumumkan perang dan menyatakan JI merupakan organisasi terlarang pada 21 April 2008. Penangkapan anggota JI masif dilakukan oleh pihak Densus 88 Anti Teror bersama aparat negara lainnya.

    Walaupun telah ditetapkan sebagai organisasi terlarang, anggota JI tetap beroperasi secara senyap. Para anggota tetap berani melakukan aktivitas untuk mewujudkan mimpi organisasi walaupun terus diburu oleh aparatur negara.

    Kelompok Jamaah Islamiyah (JI) lalu ‘melemah’ pasca sejumlah tokoh petinggi ditangkap. Lalu juga adanya konflik internal terkait dengan pro/kontra jihad pasca Bom Bali. Selain itu, negara juga menetapkan UU No 15 tahun 2003 tentang Terorisme pada tahun 2018 untuk memperluas penanganan terhadap kelompok ekstrimis.

    Namun, cara yang paling efektif supaya organisasi Jamaah Islamiyah bubar dan memberhentikan aktivitasnya bukan dengan cara beradu tembakan. Juga bukan dengan cara kekerasan dan represif. Namun dengan komunikasi dan memberikan ruang kepada pimpinan dan para ahli Jamaah Islamiyah untuk berdiskusi.

    Selama menjalani masa penahanan, anggota dan pimpinan JI ‘difasilitasi’ negara untuk mengkaji dan berdiskusi terkait dengan kebenaran paham yang mereka anut. Para ahli ilmu di Jamaah Islamiyah juga diberikan keleluasaan untuk bertukar pendapat dengan ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan kementerian Agama.

    Dari serangkaian proses yang dijalani, ahli ilmu dan pimpinan JI menyadari bahwa paham yang mereka anut selama ini keliru. Paham yang keliru itu dilahirkan dari kesalahan tafsir.

    “Walaupun permasalahan yang ditimbulkan bukan karena seluruh anggota JI. Namun, 80 persen masalah yang ditimbulkan karena mudahnya kami saat itu mengkafirkan orang, lalu paham terorisme, juga radikal. Sehingga perlu ada evaluasi secara internal,” kata mantan Amir (pimpinan tertinggi) Jamaah Islamiyah, Ustadz Para Wijayanto kepada Beritajatim.

    Sebagai mantan Amir Jamaah Islamiyah selama 11 tahun, Ustadz Para Wijayanto menjelaskan dari hasil evaluasi dan kajian yang ia lakukan bersama para ahli alim ulama lainnya tentang cara beragama. Menurut kajian para alim ulama bersama eks JI, Agama harus mendatangkan kemaslahatan dan menjauhkan dari kemungkaran. Agama juga harus melindungi akal, jiwa, keturunan, dan harta.

    “Dan kemudian juga ada nilai-nilai universal Islam seperti rahmat, keadilan, persamaan, kebebasan, dan lain-lain. Nah ketika aktivitas organisasi itu bertentangan dengan tiga hal tadi, dengan tujuan syariat, dengan maqasid syariat, dan dengan nilai-nilai universal Islam, maka seharusnya kegiatan itu memang dihentikan. Nah itulah makanya kita menjadikan organisasi ini dibubarkan,” jelasnya.

    Pimpinan JI lantas sepakat untuk kembali ke pangkuan NKRI dengan membawa misi transformasi Ideologi untuk membangun kesadaran baru menuju Wasathiyah (di tengah). Wasathiyah berarti konsep beragama moderat dan menolak sikap ekstrem. Kini para pimpinan eks JI kembali menjadi tulang punggung eksodus anggotanya ke NKRI.

    “Sebenarnya kami sudah mengkaji sebelum ditangkap. Namun, saluran komunikasi ke negara saat itu tidak ada. Jadi pendekatan Densus 88 ke kami bisa dibilang berhasil. Sehingga kami memilih Densus 88 untuk menjadi jembatan kami. Kami memberikan kepercayaan penuh kepada Densus 88,” pungkas Ustadz Para Wijayanto. (ang/but)