ERA.id – Jumlah cacar monyet (Mpox) di Afrika sepanjang tahun ini telah melampaui 65.000 kasus, dengan kasus kematian mencapai lebih dari 1.200, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Afrika.
Sejak awal tahun ini, benua Afrika telah melaporkan 65.711 kasus Mpox, dengan 14.241 di antaranya merupakan kasus terkonfirmasi, dan 1.237 lebih kasus kematian, demikian disampaikan Direktur Jenderal CDC Afrika Jean Kaseya dalam konferensi pers daring pada Kamis (12/12/2024) malam waktu setempat.
Selama pekan lalu saja, benua ini melaporkan 3.545 kasus baru, termasuk 467 kasus terkonfirmasi, dan 37 kasus kematian baru, menurut data dari badan kesehatan khusus Uni Afrika tersebut.
CDC Afrika mengatakan enam negara Afrika, yaitu Gabon, Guinea, Afrika Selatan, Maroko, Zambia, dan Zimbabwe, telah beralih status dari penularan aktif ke tahap yang terkendali.
Benua Afrika masih kehilangan warga karena wabah Mpox yang sedang merebak, yang sejauh ini telah berdampak pada 20 negara, kata Kaseya, seraya menyerukan upaya bersama untuk melawan wabah tersebut
Pada pertengahan Agustus, CDC Afrika menyatakan wabah Mpox yang sedang merebak di Afrika sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Mengancam Keamanan Benua (Public Health Emergency of Continental Security/PHECS). Tak lama setelah itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan Mpox sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC), mengaktifkan peringatan global level tertinggi untuk mpox, kedua kalinya dalam dua tahun.
Mpox pertama kali terdeteksi pada monyet laboratorium tahun 1958. Mpox merupakan penyakit virus langka yang biasanya menular melalui cairan tubuh, percikan cairan saluran pernapasan, dan benda yang terkontaminasi lainnya. Infeksi Mpox biasanya menyebabkan demam, ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening.