Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Kakek Rela Nyebur Cari Cacing Demi Bisa Makan, Utang Bensin Imbas Banjir, Gubuknya Buat Trenyuh

Kakek Rela Nyebur Cari Cacing Demi Bisa Makan, Utang Bensin Imbas Banjir, Gubuknya Buat Trenyuh

TRIBUNJAKARTA.COM – Kisah Kakek Budiman (73) rela berbasah-basahan nyebur ke kali untuk mencari cacing untuk dijual demi bisa makan viral di media sosial.

Video yang beredar memperlihatkan sang kakek yang mengendarai sepeda motor butut mengharapkan belas kasih penjual bensin agar boleh berutang.

Sang penjual bensin itu pun memperbolehkan kakek Budiman mengutang bensin.

“Mau nganter cacing,” kata Budiman dikutip TribunJakarta.com dari akun instagram @sayaphati, Senin (18/11/2024).

“Ngutang bensin lagi?” tanya penjual bensin.

“Iya besok pagi yak,” kata Budiman.

Penjual bensin itu lalu bertanya mengenai tempat tingggal Kakek Budiman. 

Ia lalu mengaku tinggal seorang diri. “Cari buat makan saja susah,” katanya.

Saat itu Kakek Budiman tampak mengenakan jaket lusuh, tas dan celana traning.

“Makasih ya,” kata Kakek Budiman.

Tim Sayaphati lalu mendatangi kediaman Kakek Budiman. Ia mengaku telah tinggal selama 30 tahun di kebun tersebut sekaligus menjaga dan menempati perkarangan.

KLIK SELENGKAPNYA: Raut Wajah Kelelahan Terlihat Saat Kakek Sadimin (72), Penjual Kayu Bakar, Beristirahat Di Depan Rumah Warga. Tangis Pecah Terima Rezeki.

Kakek Budiman lalu mendirikan gubug sederhana dan sangat kecil. Gubuk tersebut tampak beralaskan tanah.

Bangunan semi permanen itu hanya berisi tempat tidur dan lemari. Kamar mandi terbuka tanpa atap.

Sedangkan dinding gubuk hanya triplek dan hebel tanpa pintu. 

Ia bercerita sehari-hari mencari cacing di sungai untuk dijual.

Uang tersebut digunakannya untuk membeli makan.

“Paling lima liter cacing harganya Rp 15 ribu,” katanya.

Namun, curah hujan yang tinggi membuat sungai meluap. Akhirnya, ia pun tidak mendapatkan cacing sama sekali.

Kakek Budiman tidak mendapatkan penghasilan sama sekali.

“Cuma sekarang banjir itu kali itu, dari tadi nyari sampai Bekasi, Cikarang, Tambun, balik lagi kosong,” katanya.

Kakek Budiman mengaku ingin berusaha mandiri bila memiliki modal.

“Kata kakek selalu bersyukur apapun yang dia punya,” imbuhnya.

Kakek Budiman (73) rela berbasah-basahan nyebur ke kali untuk mencari cacing demi makan. Terpaksa utang bensin imbas banjir. Gubuknya bikin trenyuh. (Kolase Foto TribunJakarta/Akun Instagram @sayaphati)

Sosok dibalik akun instagram @sayaphati

Dikutip dari Tribunnews.com, sosok dibalik akun instagram @sayaphati bernama Windi.

Pria asal Palembang ini memberi nama tagline kegiatan berbaginya dengan sebutan “Project Bahagia”.

Windi menceritakan bagaimana dia mendirikan komunitas berbagi ini, Kamis (19/11/2020).

“Aku udah jalanin project ini udah 4 tahun lalu di komunitas sayap hati ini. Untuk nama projectnya, aku namain baru aja dengan sebutan Project Bahagia,” cerita Windi.

Pria ini menceritakan kisah dibalik ia mendirikan Sayap Hati dengan project bahagia.

“Jadi aku punya cerita, awal mulanya sepatuku sobek terus ada ibu-ibu ngasih uang aku Rp 200 ribu untuk beli sepatu baru.”

“Cerita ini menyentuh banget di hidupku. Aku ingin semua orang lewat project bahagia ini bisa bikin orang ngerasa masih banyak yang peduli dan berbagi kebahagiaan buat kalian,” ucapnya

Ia menceritakan Project Bahagia yang sudah berjalan selama 4 tahun ini telah mencapai sekitar 300 target.

“Sayap Hati ini kayak akun sosial aja, tapi relawan ada si di beberapa kota,” ucapnya.

Windi menceritakan lebih detal tentang Sayap Hati.

“Jadi Sayap Hati ini sebuah akun sosial Instagram yang berbagi hal positif, inspirasi untuk menggerakan hati orang untuk melakukan hal baik,” ucapnya.

Ia menceritakan Sayap Hati hanya dipegang oleh dirinya sendiri.

“Sayap Hati saya sendiri, tapi untuk relawan yang membantu Sayap Hati dalam menyerahkan bantuan ada. Ada di Makassar, Pontianak, Jakarta Timur,” ujarnya.

Windi menceritakan Sayap Hati berawal dari Instagram, sedangkan di TikTok baru saja.

“Awalnya Instagram, kedua, TikTok justru baru, share hal yang berdampak baik, ketiga YouTube,” ceritanya.

Windi juga menyampaikan perekrutan relawan Sayap Hati dilakukan secara sukarela. Namun, tetap memperhatikan keseriusan relawan dalam membantu Sayap Hati ini.

Ia menceritakan dirinya memang sejak SMP sudah suka melakukan donasi dan membantu sesama karena panggilan hatinya sendiri.

Menurutnya, kegiatan berbagi ini kalau tidak dari panggilan hati, akan sulit bertahan.

“Karena kalau ngelakuinnya enggak dari hati karena terpaksa gitu, terus numpang tenar dari akun sosial enggak akan bertahan lama,” ucap Windi tegas.

Windi menitipkan pesan bagi kaum muda lainnya untuk tetap melakukan hal yang positif.

“Jangan takut berbagi, jangan takut untuk melakukan hal baik, karena percayalah apa yang kamu lakuin setulus hati itu akan menyentuh hati seseorang,” ucapnya.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya