Kampus Kelola Tambang, Siapa Setuju? Siapa Menolak?
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Badan usaha milik perguruan tinggi menjadi salah satu pihak yang diusulkan mendapatkan Wilayah Izin Usaha Tambang (WIUP).
Rencana ini tertuang dalam revisi UU Mineral dan Batubara yang sudah ditetapkan sebagai usul inisiatif dari DPR RI melalui rapat paripurna pada Kamis (23/1/2025).
Pemberian pengelolaan tambang kepada perguruan tinggi diusulkan oleh Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Indonesia, Budi Djatmiko, menyebut bahwa usul agar universitas diberikan hak untuk mengelola tambang datang dari lembaganya.
Budi berkata, usulan itu pernah mereka sampaikan kepada Prabowo Subianto dan juga Joko Widodo. Budi membuat klaim, APTISI memberikan usulan pertama kepada Jokowi pada tahun 2016.
“Dari Pak Jokowi tidak direspon, lalu saya usulkan kepada Pak Prabowo pada 2018,” kata Budi kepada BBC News Indonesia.
Budi juga mengatakan bertemu berkali-kali dengan Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran untuk membicarakan usulan tersebut. Setidaknya, ada sekitar 15 pertemuan.
Usulan universitas mengelola konsesi pertambangan dirumuskan dalam dokumen berjudul “Usulan APTISI: Peta Jalan Pendidikan Bahagia Menuju Indonesia Emas 2045”.
Pada dokumen itu, Budi Djatmiko tertulis sebagai penyusun dokumen. Nama lain yang tertera adalah La Ode Masihu Kamaludin, yang ditulis penyunting. Kamaludin tercatat sebagai anggota dewan pakar pada Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran untuk Pilpres 2024.
Dia sempat menjabat ketua Forum Rektor Indonesia pada 2013 dan pernah berkiprah sebagai anggota DPR dari Partai Persatuan Pembangunan.
Kamaludin berkata, dokumen usulan itu mereka terbitkan pada Agustus 2024—sekitar dua bulan sebelum pelantikan Prabowo-Gibran.
Peta jalan yang disusun Budi dan Kamaludin memuat “permasalahan utama pendidikan” yang mereka klaim selama ini “bias perkotaan”.
“Pada saat anak desa ke kota ambil jurusan industri, dia enggak akan kembali ke desanya karena desanya enggak ada industri,” kata Budi via telepon, Selasa (21/01).
Dokumen usulan itu menyebut “pertambangan merupakan salah satu elemen dalam solusi permasalahan pendidikan”.
Pada dokumen itu, mereka menulis “Indonesia memiliki kekayaan bahan terbaik di dunia”. Pada poin tersebut pula, mereka membuat klaim “sumber daya manusia dan teknologi Indonesia belum mampu mengelolanya dengan optimal”.
Saat ini, RUU sudah diketok menjadi inisiatif DPR pada Kamis. Wakil Ketua Baleg DPR RI, Ahmad Doli Kurnia, mengatakan, revisi RUU Minerba didorong oleh dua alasan utama.
Pertama, adanya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait UU Nomor 3 Tahun 2020 yang merupakan perubahan dari UU Nomor 4 Tahun 2009. MK telah mengeluarkan tiga putusan, yakni 59/PUU-XVIII/2020, 60/PUU-XVII/2020 (pengujian formal), dan 64/PUU-XVIII/2020 (pengujian materiil).
Dalam putusan tersebut, MK menolak pengujian formal tetapi mengabulkan sebagian pengujian materiil, sehingga memerlukan penyesuaian terhadap UU Minerba.
Kedua, untuk memperkuat keberpihakan negara terhadap masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA).
Lalu, revisi ini bertujuan untuk membuka peluang lebih besar bagi masyarakat melalui ormas, perguruan tinggi, dan UKM dalam pengelolaan tambang.
“Revisi ini adalah langkah afirmatif untuk memastikan SDA dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat,” kata dia.
Merespons hal ini banyak bermunculan pro dan kontra dari berbagai kalangan. Delapan fraksi di DPR menyepakati pembahasan revisi UU Minerba.
Salah satu pihak yang menolak keras adalah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi). Penolakan ini bahkan disampaikan oleh Deputi Eksternal Eksekutif Nasional Walhi, Mukri Friatna dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) soal revisi UU Minerba di Badan Legislasi (Baleg) DPR RI, Jakarta, Kamis (23/1/2025).
“Kami menolak dengan keras keterlibatan atau pemberian hak atau akses dalam rancangan undang-undang perubahan minerba kepada perguruan tinggi. Saya kira cukup sudah bangsa ini menceburkan ulama ke lahan-lahan kotor,” kata Mukri di hadapan jajaran Baleg DPR RI.
Mukri tidak ingin pemberian izin kelola tambang ini memberangus pikiran kritis perguruan tinggi.
Dia sangat mendesak agar usulan pemberian izin kelola tambang ke universitas dihapuskan dalam revisi UU Minerba.
“Jika mereka tempat kita bertanya tentang intelektualitas, diceburkan, bagaimana dia akan kemudian menjadi bersih ketika menyampaikan pikiran, kalau telah tercemari oleh lumpur-lumpur tambang,” sambungnya.
Koordinator Pusat Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), Herianto, secara tegas menolak usulan pengelolaan tambang oleh perguruan tinggi yang diatur dalam revisi Undang-Undang Minerba.
Menurutnya, fokus perguruan tinggi adalah mendidik dan mengajar, bukan terlibat dalam aktivitas bisnis seperti pengelolaan tambang.
“Kami menolak keras. Kampus itu tujuannya untuk mendidik, bukan jadi tempat bisnis,” kata Herianto kepada Kompas.com, Jumat (23/1/2025).
“Jika kampus diberi pengelolaan tambang, mahasiswa berpotensi menjadi obyek bisnis. Ini jelas di luar koridor tujuan pendidikan tinggi,” tegas Herianto.
Forum Rektor Indonesia mendukung wacana agar perguruan tinggi dapat mengelola tambang yang diusulkan masuk dalam revisi Undang-Undang Mineral dan Batu Bara (UU Minerba).
Wakil Ketua Forum Rektor Indonesia Didin Muhafidin menilai langkah ini sangat positif, asalkan perguruan itu telah memiliki status badan hukum (BHP) dan unit usaha sendiri.
“Perguruan tinggi seperti ITB atau UGM, yang sudah profesional dan memiliki unit usaha, sebenarnya sudah biasa mendapat kontrak di sektor pertambangan,” ujar Didin kepada Kompas.com, Rabu (22/1/2025).
“Jadi, syaratnya harus yang sudah BHP dan memiliki badan usaha mandiri,” ujar dia.
Menurut Didin, melibatkan perguruan tinggi dalam pengelolaan tambang akan meningkatkan pendapatan lembaga, terutama bagi perguruan tinggi swasta besar yang memiliki yayasan dengan unit usaha.
Pendapatan tambahan ini diharapkan dapat mengurangi beban mahasiswa, misalnya dengan menekan kenaikan SPP atau biaya operasional lainnya.
“Jika yayasan mendapatkan tambahan pendapatan dari proyek tambang, tentu muaranya akan meringankan beban mahasiswa,” kata Didin.
“SPP mungkin tidak perlu naik, beban lain juga tidak perlu naik, dan kesejahteraan pegawai bisa meningkat,” ujar rektor Universitas Al Ghifari itu.
Sejumlah rektor universitas juga telah angkat bicara mengenai isu ini. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Sumaryanto mengaku siap jika mendapat perintah untuk mengelola tambang.
“UNY itu kan bagian yang tidak terpisahkan dari negara ya siap melaksanakan kalau “didhawuhi” (diperintah). Udah itu saja. Demi kemaslahatan umat,” ujar dia.
Saat ini masih menunggu syarat dan regulasi dari pemerintah jika usulan perguruan tinggi mengelola tambang dijadikan kebijakan.
Terkait peran di pertambangan, Sumaryanto mengungkapkan, UNY memiliki multi fakultas. Sehingga bisa berperan diberbagai bidang, mulai dari teknologi, Biologi hingga Fisika.
“Kami kan multi, misalnya dari aspek teknologi punya Fakultas Teknik, dari aspek Biologi, Kimia, Fisika wonten (ada),” ucapnya.
Sumaryanto menuturkan civitas akademika UNY siap jika diminta untuk terlibat dalam pengelolaan.
“Insya allah (siap) ya dosen tendik mahasiswa, alumni dan mitra kerja,” pungkasnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof. M Nasih, juga setuju dengan wacana perizinan pengelolaan tambang untuk perguruan tinggi.
Nasih menganggap, rencana memberikan
izin tambang untuk perguruan tinggi
tersebut merupakan sebuah niat baik dari Pemerintah.
“Niatan ini kan sudah dapat satu, artinya pahalanya sudah satu. Kalau niatan baik ini direalisasikan tentu kami akan menyambut dengan baik,” kata Nasih, di Kampus B Unair.
Pro dan kontra pun terjadi di lingkungan DPR. Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP), Yasti Soepredjo khawatir adanya upaya pembungkaman sehingga pemerintah memberikan izin usaha kelola tambang kepada perguruan tinggi, organisasi masyarakat (ormas), dan usaha kecil menengah (UKM).
Dengan begitu, pihak yang mendapat akses untuk mengelola tambang tersebut tidak lagi bersuara kencang kepada pemerintah.
“Saya khawatir pemberian WIUP (wilayah izin usaha pertambangan) ini kepada ormas keagamaan dan perguruan tinggi adalah upaya pembungkaman. Apabila ormas bersuara kencang, perguruan tinggi bersuara kencang, itu bisa bernasib lain,” ujar Yasti di rapat Baleg DPR RI, Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (23/1/2025).
Menurutnya, ada ribuan perguruan tinggi di Indonesia. Jumlah ormas di Indonesia juga banyak. Ia bertanya-tanya bagaimana pemerintah dapat memberikan izin usaha pertambangan kepada institusi tersebut.
Oleh karenanya, ia juga mendorong agar pemberian izin usaha kelola tambang dilakukan secara selektif.
“Bagaimana cara pemerintah memberikan IUP kepada ormas dan perguruan tinggi?. Harus selektif betul terhadap pemberian izin khusus ini,” tegasnya.
Anggota DPR lain, yakni Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, juga menekankan pemberian konsesi tambang untuk perguruan tinggi perlu dikaji secara mendalam dan komprehensif.
Ia menekankan pentingnya pertimbangan yang matang terkait usulan pemberian izin kelola tambang kepada perguruan tinggi.
“Harus betul-betul dipikirkan manfaat dan mudaratnya, apakah lebih banyak ke kepentingan pendidikan atau bisnis?” ujar Lalu, saat dikonfirmasi oleh Kompas.com, kemarin.
Kendati ada pihak yang kontra, ada pula yang mendukung usulan ini. Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menilai, usul memberikan hak mengelola tambang bagi perguruan tinggi muncul agar kampus memiliki sumber penghasilan lain.
Politikus Partai Gerindra ini berharap, pemberian izin kelola tambang ini bisa memberi manfaat yang baik kepada kampus.
“Mungkin mekanisme pengerjaan dan lain-lainnya itu silakan nanti diatur di dalam aturan yang ada. Nah, sehingga kemudian memang pemberian-pemberian itu juga memberikan manfaat kepada universitas yang dimaksud,” kata Dasco.
Di sisi lain, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Saintek) siap terlibat terkait usulan pemberian izin kelola tambang kepada perguruan tinggi.
Sekretaris Jenderal Kemendiktisaintek, Togar M. Simatupang menilai usulan itu dapat membuat perguruan tinggi semakin dekat dengan sumber pendanaan.
“Karena itu termasuk salah satu kebijakan dalam pendidikan tinggi yang dekat dengan apa, dekat dengan pendanaan, seperti itu kira-kira,” ujarnya.
Sementara salah satu pihak kampus, Dekan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB, Ridho Kresna Wattimena, mengungkapkan, ITB masih harus berpikir keras terkait pemberian izin kelola tambang.
Sebab, usaha tambang adalah bisnis jangka panjang dan perlu modal besar.
Dia menekankan proses pertambangan tidaklah cepat. Apabila kampus mendapat lahan kategori greenfield, maka harus menjalankan berbagai tahapan sebelum bisa menambang
Tahapan yang dimaksud mulai dari penyelidikan umum, eksplorasi, membuat amdal, membuat studi kelayakan, kemudian membuat desain dan menambang.
“Pengalaman teman-teman di industri, penyelidikan umum sampai eksplorasi (sekitar) 5 sampai 10 tahun, apakah perguruan tinggi memang diminta spend (mengeluarkan) uang 5 sampai 10 tahun sebelum bisa mendapatkan uang. Itu juga sesuatu yang berat untuk perguruan tinggi,” tandasnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Yogyakarta
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5104978/original/016842200_1737518747-20250121_110907.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Sejarah dan Tema Hari Gizi Nasional 2025
Liputan6.com, Yogyakarta – Setiap 25 Januari, diperingati sebagai Hari Gizi Nasional (HGN). Tahun ini, Indonesia akan merayakan HGN yang ke-65.
Sejarah dibentuknya Hari Gizi Nasional berkaitan dengan didirikannya Sekolah Juru Penerang Makanan oleh Lembaga Makanan Rakyat (LMR) pada 25 Januari 1951. Peringatan ini juga tak lepas dari sosok Prof Poorwo Soedarmo yang dikenal sebagai Bapak Gizi Indonesia.
Pada 1950, Prof Poorwo Soedarmo diangkat sebagai Kepala LMR oleh Menteri Kesehatan Dokter J Leimena. Setahun setelah menjabat, ia pun membangun Sekolah Juru Penerang Makanan yang berada di bawah naungan LMR.
Saat itu, LMR lebih dikenal sebagai Instituut Voor Volksvoeding. Lembaga ini merupakan bagian dari Lembaga Penelitian Kesehatan atau yang dikenal juga sebagai Lembaga Eijkman.
Pada masa itu, upaya perbaikan gizi di Indonesia sedang gencar dilakukan. Berada di bawah kepemimpinan Menteri Kesehatan (Menkes) J Leimena, salah satu upayanya adalah dengan mengangkat Prof Poorwo Soedarmo sebagai kepala LMR.
Sekolah Juru Penerang Makanan ternyata berhasil menjadi tonggak perkembangan gizi di Indonesia. Sebagai bentuk apresiasi, akhirnya ditetapkan Hari Gizi Nasional setiap 25 Januari sejak 1960. Tanggal tersebut merujuk pada tanggal didirikannya Sekolah Juru Penerang Makanan.
Hari Gizi Nasional hadir sebagai momentum penting dalam keberlangsungan upaya pemenuhan gizi di Indonesia. Melalui peringatan ini diharapkan dapat meningkatkan komitmen dari berbagai pihak untuk bersama-sama memenuhi gizi menuju bangsa sehat berprestasi melalui gizi seimbang dan produksi pangan berkelanjutan.
Setiap tahunnya, HGN diisi dengan tema besar yang menjadi fokus utama. Tahun ini, tema Hari Gizi Nasional adalah Pilih Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat. Melalui tema ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengadopsi pola makan bergizi seimbang demi mewujudkan generasi emas Indonesia.
Penulis: Resla
-

Penyebab Libido Wanita Menurun dan Kurangnya Hasrat Seksual
YOGYAKARTA – Penurunan libido atau gairah seks seringkali dialami oleh wanita dan dapat mempengaruhi kualitas kehidupan serta keintiman hubungan. Lantas apa penyebab libido wanita menurun?
Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan hal ini, mulai dari perubahan hormonal hingga masalah psikologis.
Artikel ini akan mengulas secara mendalam mengenai penyebab-penyebab umum penurunan libido pada wanita, serta memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi ini.
Penyebab Libido Wanita Menurun
Dilansir dari laman mayoclinic, keinginan untuk berhubungan seksual didasarkan pada beberapa faktor meliputi kesehatan fisik dan emosional, pengalaman, keyakinan, gaya hidup, hubungan Anda saat ini.
Penyebab Fisik
Berbagai penyakit, perubahan fisik, dan obat-obatan dapat menyebabkan penurunan gairah seksual, di antaranya:
Jika Anda merasakan nyeri saat berhubungan seksual atau tidak dapat mencapai orgasme, hal itu dapat menurunkan keinginan Anda untuk berhubungan seksual.
Banyak penyakit non-seksual dapat mempengaruhi gairah seksual. Ini termasuk kanker, diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit arteri koroner, dan penyakit neurologis.
Beberapa obat resep menurunkan gairah seksual – terutama obat depresi yang disebut selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).
Baca juga artikel yang membahas Minum Obat Setelah Minum Susu Boleh, tapi Ada Syaratnya
Segelas anggur mungkin membuat Anda bergairah, tetapi terlalu banyak alkohol dapat mempengaruhi gairah seksual Anda. Hal yang sama juga berlaku untuk narkoba. Selain itu, merokok mengurangi aliran darah, yang dapat mengurangi gairah.
Setiap operasi yang berhubungan dengan payudara atau saluran genital Anda dapat mempengaruhi citra tubuh, fungsi seksual, dan keinginan untuk berhubungan seksual.
Terakhir adalah kelelahan yang dapat berakibat pada gairah seksual. Sebagai contoh merawat anak kecil atau orang tua yang lanjut usia dapat berkontribusi pada penurunan gairah seksual. Kemudian kelelahan akibat penyakit atau operasi juga dapat berperan.
Perubahan Hormon
Perubahan kadar hormon Anda juga dapat mengubah keinginan untuk berhubungan seksual, yang dapat terjadi selama menopause lantaran kadar estrogen menurun.
Menopause dapat membuat Anda kurang tertarik pada seks dan menyebabkan kekeringan vagina, yang menyebabkan seks menjadi menyakitkan atau tidak nyaman.
Namun faktanya banyak wanita masih menikmati seks yang memuaskan selama dan setelah menopause. Namun, beberapa mengalami penurunan libido selama perubahan hormon ini.
Selain itu kehamilan dan menyusui juga berpengaruh pada gairah seksual Anda. Perubahan hormon selama kehamilan, tepat setelah melahirkan, dan selama menyusui dapat mengurangi gairah seksual. Kelelahan dan perubahan citra tubuh dapat memengaruhi hasrat seksual Anda. Begitu juga dengan tekanan kehamilan atau merawat bayi baru lahir.
Penyebab Psikologis
Keadaan pikiran Anda juga dapat memengaruhi hasrat seksual. Penyebab psikologis dari penurunan gairah seksual meliputi:
Kondisi kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi.Stres yang terkait dengan hal-hal seperti keuangan, hubungan, atau pekerjaan.Citra tubuh yang buruk.Harga diri rendah.Riwayat pelecehan fisik, emosional, atau seksual.Pengalaman seksual negatif di masa lalu.Masalah Hubungan
Kemudian bagi banyak orang, keintiman emosional adalah kunci untuk keintiman seksual. Jadi masalah dalam hubungan Anda dapat menjadi faktor utama dalam penurunan gairah seksual.
Seringkali, kurangnya minat dalam seks adalah buah dari masalah yang sedang berlangsung seperti:
Kurangnya koneksi dengan pasangan Anda.Konflik atau pertengkaran yang belum terselesaikan.Komunikasi yang buruk tentang kebutuhan dan keinginan seksual.Masalah kepercayaan.Kekhawatiran tentang kemampuan pasangan Anda untuk berhubungan seks.Tidak cukup privasi.
Selain penyebab libido wanita menurun, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari VOI dan follow semua akun sosial medianya!
-
/data/photo/2025/01/24/6793814f95e1a.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Saat Wamenpar Ni Luh Puspa Coba Memerah Susu Kambing Etawa di Purworejo Yogyakarta 24 Januari 2025
Saat Wamenpar Ni Luh Puspa Coba Memerah Susu Kambing Etawa di Purworejo
Tim Redaksi
PURWOREJO, KOMPAS.com –
Di tengah perbukitan sejuk Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah,
Wakil Menteri Pariwisata
RI, Ni Luh Puspa, menciptakan momen tak terlupakan dengan mencoba memerah
susu kambing Etawa
pada Jumat (24/1).
Kunjungan ini merupakan bagian dari agenda kerja untuk meninjau potensi pariwisata unggulan di Jawa Tengah.
Sebelum tiba di
Desa Wisata Pandanrejo
, Ni Luh Puspa dan rombongan meninjau tempat wisata De Loano Glamping yang berjarak sekitar 11 kilometer dari lokasi tersebut.
Kedatangan Wamen di Desa Pandanrejo disambut dengan suasana berkabut, mendung, dan gerimis.
Warga serta pejabat Pemkab Purworejo telah menunggu sejak siang hari di peternakan milik Sukiswanto, salah satu warga setempat.
Sekitar pukul 15.30, Ni Luh Puspa, yang mengenakan kaus hitam dan rok bermotif batik bunga, tiba di lokasi.
Ia langsung disambut oleh warga setempat dan melihat-lihat kambing yang harganya setara dengan mobil.
Dengan bimbingan seorang peternak, Ni Luh Puspa duduk dan mulai memerah susu kambing.
Meskipun ini merupakan pengalaman pertamanya, ia tampak santai dan berhasil mengisi wadah susu dengan susu segar.
“Maaf ya maaf,” ucap Ni Luh Puspa kepada kambing yang diperahnya, disertai gelak tawa dari rombongan.
“Oke, lumayan lah ya,” tambahnya saat menyudahi aksinya memerah susu.
Setelah selesai, Wamen memberikan hasil perahannya kepada peternak.
Ia terkejut ketika peternak menawarkan susu kambing tersebut untuk diminum langsung.
Meski awalnya ragu, Ni Luh akhirnya mengambil segelas kecil susu hasil perahannya dan meminumnya hingga habis.
“Rasanya seperti susu pada umumnya ya,” ungkapnya usai meneguk susu kambing Etawa Kaligesing.
Selain memerah susu, Ni Luh Puspa juga menyaksikan proses pengolahan susu menjadi berbagai produk olahan seperti dalgona susu kambing Etawa, puding susu, dan lain-lain.
“Yang paling mengagetkan saya tadi adalah nyobain minum susu kambing Etawa Kaligesing, murni langsung diperas dan langsung diminum,” ujar Ni Luh setelah kunjungan.
Ia berharap Desa Wisata Pandanrejo Kaligesing dapat menjadi tujuan wisata nasional yang semakin berkembang.
Sensasi memerah susu kambing dan langsung meminumnya di tempat diharapkan menjadi daya tarik yang patut dicoba oleh wisatawan.
“Itu tadi (perah susu kambing dan langsung minum) pengalaman seperti ini yang harus dirasakan masyarakat lain dan wisatawan,” tutupnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Cicipi Pedesan Sapi dan Sate Bagong Khas Kediri, Kuliner Pedas Nikmat yang Dijamin Bikin Nagih
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori
TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI – Jika Anda pecinta kuliner pedas dan sedang mencari makanan khas di Kediri, Pedesan Sapi Tiru Kidul adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi.
Berdiri sejak 10 Oktober 2022, tempat makan ini menawarkan cita rasa khas yang menggugah selera, terutama bagi pecinta masakan pedas.
Dengan menu andalan berupa pedesan sapi dan sate bagong, kedai ini semakin dikenal sebagai destinasi wisata kuliner yang unik di Desa Tiru Kidul, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.
Pemilik usaha ini, Dicky Putra Octaviyanto mengungkapkan, ia memilih menu pedesan sapi karena masih jarang ditemukan di Kediri.
Inspirasi awalnya berasal dari tradisi keluarga yang selalu memasak olahan daging pedas saat Lebaran.
“Dari situlah saya berpikir untuk menghadirkan masakan yang bisa dinikmati masyarakat luas dengan rasa khas pedas dari daging sapi,” katanya, Jumat (24/1/2025).
Salah satu keunikan dari Pedesan Sapi Tiru Kidul adalah sate bagong.
Berbeda dengan sate sapi biasa, sate bagong dibuat dari daging sapi tanpa lemak yang diolah sedemikian rupa dan diberi bumbu rahasia hingga memiliki tekstur empuk dengan rasa yang kaya.
Nama bagong diambil dari tokoh pewayangan yang berbadan besar dan berkulit hitam.
“Maka dari itu, kami aplikasikan ke dalam bentuk sate berukuran besar dengan warna kecokelatan khas bakaran bumbu rempah,” bebernya.
Setiap harinya, dapur Pedesan Sapi Tiru Kidul mengolah sekitar 20 kg daging sapi menjadi sate bagong dan 20 kg daging sapi untuk menu pedesan.
Proses memasak dilakukan dengan teliti untuk menjaga kualitas dan cita rasa.
Bagi pelanggan yang datang, tersedia dua pilihan tingkat kepedasan pada menu pedesan, yaitu pedas sedang dengan harga Rp 23.000 dan pedas ekstra seharga Rp 25.000.
Sedangkan sate bagong dijual dengan harga Rp 35.000 per porsi yang berisi dua tusuk sate seberat 100 gram.
Tak hanya makanan, pengunjung juga bisa menikmati segarnya es dawet dengan pilihan rasa original seharga Rp 5.000 atau varian durian seharga Rp 20.000 saat musim durian tiba.
Setiap harinya, Pedesan Sapi Tiru Kidul mampu melayani sekitar 100-150 porsi pada hari biasa, dan meningkat menjadi 200-300 porsi saat akhir pekan.
Banyak pelanggan datang bersama keluarga untuk menikmati hidangan pedas ini dengan suasana khas pedesaan.
“Tak sedikit pengunjung yang datang dari luar kota seperti Malang, Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, hingga dari Kalimantan, Jawa Tengah, dan Yogyakarta,” ujar Dicky.
Pedesan Sapi Tiru Kidul juga menyediakan layanan makanan dalam bentuk frozen.
Produk beku ini memungkinkan pelanggan membawa pulang sate maupun pedesan untuk dinikmati di rumah atau dikirim ke luar kota tanpa mengurangi kelezatannya.
Meski semakin populer, usaha ini tidak berencana membuka cabang di daerah lain.
Dicky mengaku ingin mempertahankan keunikan Pedesan Sapi Tiru Kidul sebagai destinasi wisata kuliner khas di Kediri.
“Kami ingin tempat ini tetap menjadi tujuan utama pecinta kuliner, bukan hanya sekadar membuka banyak outlet,” ujar Dicky.
Salah satu pelanggan setia, Imaniarta Putra, warga Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, mengungkapkan, dirinya dan keluarga selalu menyempatkan diri mampir ke Pedesan Sapi Tiru Kidul setiap kali melewati daerah tersebut, terutama saat dalam perjalanan dari arah Blitar.
Dia menambahkan, sate bagong menjadi menu favorit yang selalu ia pesan.
“Saya suka satenya, gurih dan empuk. Untuk tingkat kepedasannya juga lumayan dan bisa disesuaikan dengan selera,” ujarnya.
/data/photo/2025/01/23/6791fe5318d6b.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)




