Kerangka yang Ditemukan di Ladang Tebu Bantul Ternyata Pria, Ini Cirinya
Tim Redaksi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com –
Polisi masih terus mencari identitas kerangka manusia yang ditemukan di Ladang Tebu Kaligondang, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta.
Penemuan ini sebelumnya diduga merupakan kerangka seorang perempuan muda, namun hasil pemeriksaan medis mengoreksi dugaan tersebut dan mengungkapkan bahwa korban diperkirakan seorang laki-laki berusia sekitar 60-an tahun.
Kasat Reskrim Polres Bantul, Iptu Iqbal Satya Bimantara, menyampaikan bahwa hingga kini pihaknya masih mencari identitas korban.
Mereka telah menyebarkan informasi terkait ciri-ciri pakaian yang ditemukan di sekitar kerangka melalui media sosial.
“Ciri-ciri pakaian korban adalah baju lengan panjang berwarna hijau dengan kerah yang terdapat tulisan Louis Vuitton, serta celana pendek berwarna hitam dengan motif segitiga,” kata Iqbal di Mapolres Bantul, Selasa (25/3/2025).
Iqbal menambahkan bahwa hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan dari keluarga yang melaporkan kehilangan orang terdekat.
“Masih dalam penyelidikan, kita masih mencari keluarga. Informasi kehilangan sudah disebar lewat media sosial, tapi belum ada yang mengaku,” ujarnya.
Dari pemeriksaan medis, Iqbal menjelaskan bahwa sebelumnya ada dugaan bahwa kerangka tersebut milik perempuan muda berusia 20-an tahun. Namun, hasil medis menunjukkan bahwa kerangka tersebut adalah pria berusia sekitar 60-an tahun.
“Jadi untuk hasilnya kerangka pria umur sekitar 60 ke atas, bukan (perempuan 20-an tahun),” katanya.
Penemuan kerangka manusia ini pertama kali ditemukan oleh seorang petani tebu di lahan tebu milik Perusahaan Gula Madukismo yang terletak di Padukuhan Kaligondang,
Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Bantul, pada Senin (17/3/2025) pagi. Polisi terus berupaya untuk mengungkap identitas korban.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Yogyakarta
-
/data/photo/2025/03/17/67d7a6a9acc4b.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
9 Kerangka yang Ditemukan di Ladang Tebu Bantul Ternyata Pria, Ini Cirinya Regional
-

Teror Kepala Babi di Tempo, Praktisi UGM: Kebebasan Pers Terancam
Yogyakarta, Beritasatu.com – Teror kepala babi hingga bangkai tikus tanpa kepala di kantor Tempo mendapat sorotan dari berbagai pihak. Praktisi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Wisnu Martha Adiputra menilai tindakan ini sebagai bentuk intimidasi terhadap media.
Kantor redaksi Tempo menjadi sasaran teror. Sebuah paket berisi kepala babi dan bangkai tikus dikirimkan kepada salah satu jurnalisnya. Aksi ini menambah panjang daftar ancaman terhadap jurnalis, terutama mereka yang menjadi host di podcast BocorAlus.
Teror berupa kiriman bangkai hewan ini diduga merupakan upaya untuk membungkam kebebasan pers, yang seharusnya dijamin dalam konstitusi.
“Intimidasi terhadap media sudah terjadi, mulai dari perlakuan semena-mena hingga upaya menghalangi akses informasi. Namun, kasus kali ini jelas lebih berat,” ujar Praktisi UGM, Dr Wisnu Martha Adiputra kepada wartawan, Selasa (25/3/2025).
Wisnu menyoroti, kebebasan pers dan demokrasi yang dibangun sejak reformasi 1998 justru kini mengalami kemunduran, baik dari sisi negara maupun masyarakat. Ia menilai teror semacam ini terjadi karena adanya kebencian yang terus dipupuk.
Padahal, dalam kehidupan bernegara, penting bagi setiap warga untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan pendapat. Terlebih lagi, pers merupakan pilar utama dalam demokrasi.
Untuk menghadapi ancaman terhadap kebebasan pers, Wisnu menegaskan pentingnya penegakan hukum yang kuat. Ia juga menambahkan bahwa perbedaan pendapat terkait pemberitaan media sebaiknya diselesaikan melalui jalur yang telah diatur, seperti mediasi melalui Dewan Pers.
“Mungkin sudah saatnya masyarakat, terutama pemerintah, kembali dikenalkan dengan prosedur yang benar jika terdapat perbedaan pendapat,” tambahnya.
Terkait dengan teror yang menyasar jurnalis kritis, Wisnu menyatakan dukungannya kepada Tempo dan mendesak aparat penegak hukum untuk segera melakukan investigasi. Ia juga mengingatkan para jurnalis, terutama mereka yang bekerja di media kecil atau kampus, untuk selalu berhati-hati.
“Kemerdekaan pers adalah hal yang sangat penting dalam demokrasi. Tanpa kebebasan pers, berarti tidak ada demokrasi,” tegas praktisi UGM Dr Wisnu Martha Adiputra yang mengecam tindakan teror kepala babi hingga bangkai tikus tanpa kepala di kantor Tempo.
-
/data/photo/2023/08/16/64dcba3f22761.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
7 Reservasi Hotel di Yogyakarta Jeblok Saat Libur Lebaran, Pengusaha Hotel Hanya Bisa Bertahan 3 sampai 6 Bulan Yogyakarta
Reservasi Hotel di Yogyakarta Jeblok Saat Libur Lebaran, Pengusaha Hotel Hanya Bisa Bertahan 3 sampai 6 Bulan
Tim Redaksi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com –
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengeluhkan penurunan signifikan pada tingkat reservasi hotel selama periode libur Lebaran tahun ini.
Hingga menjelang Lebaran, Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono, mengatakan, jumlah reservasi hotel di Yogyakarta baru terisi sekitar 5 hingga 20 persen.
“Lebaran tinggal beberapa hari, reservasi kita baru 5-20 persen untuk periode 26 Maret hingga 1 April. Kemudian, untuk tanggal 1 hingga 4 April, baru mencapai 40 persen,” kata Deddy pada Selasa (25/3/2025).
Angka ini, menurut Deddy, jauh berbeda dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, di mana tingkat reservasi bisa mencapai 60 hingga 70 persen pada waktu yang sama.
“Ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun lalu, di mana pada libur Lebaran tahun lalu, reservasi bisa mencapai 60-70 persen,” tambahnya.
Deddy berharap bahwa pada hari H, wisatawan yang datang ke Yogyakarta dapat langsung memesan kamar hotel tanpa melalui proses reservasi sebelumnya, yang dapat membantu meningkatkan hunian hotel di DIY.
“Semoga di hari H nanti, wisatawan tidak hanya mengandalkan reservasi, tetapi juga langsung memesan di hotel yang mereka tuju,” ujarnya.
Rendahnya tingkat reservasi ini, menurut Deddy, diperparah oleh tidak adanya kegiatan MICE (Meetings, Incentives, Conferences, Exhibitions) yang biasanya digelar oleh pemerintah atau sektor swasta.
“MICE swasta yang biasanya ramai juga menurun. Daya beli masyarakat pun kami rasakan ikut menurun,” kata dia.
Kondisi ini membuat para pengusaha hotel semakin terdesak. Deddy mengungkapkan bahwa hotel-hotel di DIY hanya dapat bertahan antara 3 hingga 6 bulan tanpa melakukan PHK terhadap karyawan mereka.
“Kami hanya bisa bertahan 3 sampai 6 bulan tanpa PHK. Ini adalah warning bagi pemerintah,” ujarnya.
“Karena kita sudah tidak bisa apa-apa lagi, kami hanya bisa memberi gaji karyawan berdasarkan jumlah tamu yang ada. Tabungan kami sudah habis,” ungkap Deddy.
Selain itu, Deddy juga menyebutkan bahwa okupansi hotel di DIY tetap rendah sepanjang tahun, termasuk selama bulan Maret yang hanya mencapai 5 hingga 15 persen.
“Di bulan Januari, okupansi masih mencapai 60-70 persen, tetapi pada Februari turun menjadi 50 persen dan Maret jeblok,” tutupnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.




:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5174004/original/010361000_1742893621-WhatsApp_Image_2025-03-25_at_15.37.33__1_.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

