kab/kota: Yogyakarta

  • Mengangkat Martabat Petani dan Citra Teh Indonesia di Pasar Global

    Mengangkat Martabat Petani dan Citra Teh Indonesia di Pasar Global

    Jakarta

    “Mengapa Anda tega sama kami?,”.

    Pertanyaan itu diucapkan lirih namun tajam oleh seorang petani di perkebunan teh yang terus menggema di kepala Redha Taufik Ardias (34). Kala itu, 2017, ia datang sebagai perwakilan sebuah perusahaan produsen teh besar. Awalnya ia mengira kunjungannya akan disambut ramah.

    Di kepalanya, saat itu, kebun teh serupa adegan film Petualangan Sherina, hamparan hijau yang damai, para pemetik bekerja sambil tersenyum, dan anak-anak berlarian riang gembira. Nyatanya, pemandangannya justru bertolak belakang. Wajah-wajah murung, sikap curiga, hingga ‘panen’ keluhan.

    “Tahu nggak berapa yang kami dapat dari apa yang kalian ambil?,” tanya petani teh dalam Bahasa Sunda yang Redha ceritakan saat berbincang dengan detikcom.

    Foto: Alfi Kholisdinuka/detikcom

    Redha kemudian mendengar realitas pahit. Setiap kilogram teh kering yang dijual petani ke pabrik besar, hanya dihargai sekitar US$ 0,95 atau Rp 12.500 (kurs Rp 13.000 di 2017). Ini setara Rp 25 untuk satu modal bahan baku kantong teh (tea bag) ukuran 1,8 – 2 gram yang dipasarkan.

    “Baru saya sadar, keputusan saya saat itu mencari teh semurah mungkin berimbas langsung pada hidup mereka. Saya pikir, ide apa yang harus kita lakukan? Karena solusinya cuma satu, harus ditingkatkan nilainya,” ungkapnya.

    Pertemuan itu menjadi pemantik bagi dirinya untuk mengambil sebuah keputusan baru demi mengangkat martabat kesejahteraan para petani teh. Terlebih, saat itu, stigma teh juga masih sebatas minuman pelengkap yang disajikan secara cuma-cuma di rumah makan.

    “Saya perhatikan di Hotel Bintang 5, jarang sekali kita nemu Teh Indonesia. Brand itu datang dari Singapura, Amerika, Inggris. Bukan negara yang punya kebun teh. Kita yang punya kebun teh sendiri, kok nggak punya brand seperti itu,” terangnya.

    Mendirikan Sila Artisan Tea

    Akhirnya pada 2018, ia bersama Iriana Ekasari mendirikan Sila Artisan Tea dengan komitmen penuh meningkatkan citra teh Indonesia sebagai produk unggulan. Hal ini dilakukan untuk mengapresiasi para pemetik dan petani teh.

    Sebelum mendirikan Sila Artisan Tea, Redha nyaris tak mengenal teh sebagai sebuah ilmu. Ia lulusan Psikologi UI yang kemudian bekerja sebagai asisten konsultan bisnis dan branding untuk Iriana Ekasari yang kini menjadi ibu mertuanya.

    Foto: Alfi Kholisdinuka/detikcom

    Dia bercerita dalam perjalanan di mobil bersama Iriana yang latar belakangnya Teknologi Pertanian IPB, keduanya awalnya berniat untuk membangun brand kopi bernama Sila. Namun belakangan nama itu beralih ke teh sebab ada misi besar yang harus dilakukannya, yakni meng-Indonesiakan Teh Indonesia.

    “Kita bikin product name-nya, blueprint, strategy, everything. Semuanya kita kerjain. Saya riset segala macam, sampai pada keputusan, oh iya benar. Ini harus ada pembaharuan di Teh Indonesia, dan jawabannya, solusinya itu ada pada kita. Inovasi, edukasi dan branding,” terangnya.

    Dia menuturkan nama Sila sendiri terinspirasi dari kata ‘Pancasila’. Hal ini mencerminkan nilai kebersamaan, persatuan, dan keharmonisan. Sila juga diambil dari kata ‘Silaturahmi’ yang melambangkan komitmen membangun hubungan baik sejalan dengan misi Sila Artisan Tea menghubungkan petani dengan prinsip keberlanjutan.

    “Jadi Sila keenam itu Minum Teh Indonesia,” kelakar Redha.

    Redha dan Iriana kemudian rutin berkeliling Indonesia, mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Sumatera Barat, kebun-kebun teh dia kunjungi. Tujuannya satu, mencari petani kecil yang bersedia belajar, berubah, dan meracik atau mengolah teh berkualitas.

    Dia mengedukasi petani bahwa teh dengan kualitas terbaik itu P+3, yakni pucuk 1 sampai 4 daun teratas. “Kami mengembangkan mutu untuk disebut specialty tea adalah P+2 jadi 3 daun teratas, harus petik tangan, nggak mungkin bisa petik ini dengan pisau,” terangnya.

    Mengharumkan Teh Indonesia di Pasar Global

    Foto: Alfi Kholisdinuka/detikcom

    Sila berkomitmen menggunakan hanya teh Indonesia kualitas terbaik dan teratas ditambah racikan teh dengan bahan alaminya. Oleh karena itu, Sila Artisan Tea memiliki dua peran utama, yakni sebagai inovator menghadirkan teh artisan berkualitas tinggi, serta edukator mengenalkan kekayaan teh Indonesia kepada masyarakat luas.

    Perjuangannya membuahkan hasil. Tercatat, saat ini Sila Artisan Tea sudah bermitra dengan 25 kebun teh terbaik di Indonesia yang masing-masing memiliki 3 sampai 12 jenis teh seperti di Yogyakarta, Batang, Ciwidey, Cianjur dan Sukabumi. Total Sila Artisan memiliki 200 artikel teh yang telah dikurasi namun belum semua dikenalkan.

    “Sekarang yang udah release sekitar 75. Single origin sama yang blend. 3 di antaranya yang bestseller itu ada Jeda, Kasmaran, dan Senandung Senja,” katanya.

    Redha mengaku pemasaran Sila Artisan Tea dilakukan secara B2B dan B2C. Sila bekerja sama dengan e-commerce, jaringan hotel, restoran, dan kafe di berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Medan, Bali, Labuan Bajo, NTB, hingga Papua.

    Pada 2023, Sila Artisan Tea kemudian meresmikan Rumah Teh Indonesia di Bogor sebagai galeri inovasi dan edukasi. Sila pun semakin diterima di segmen pasar premium. Sila kini mampu menjangkau konsumen di pasar internasional seperti Singapura, Malaysia, Filipina, Austria, Rusia, Jepang, Amerika Serikat hingga Turkey.

    Bahkan saat detikcom mengunjungi Rumah Teh Indonesia Sabtu (29/11/2025), terlihat ada buyer asal Austria dan Rusia langganan Sila Artisan yang kembali berkunjung. Mereka membeli produk Teh Artisan sebagai hand carry untuk dibawa ke negaranya.

    “Banyak juga yang datang dari Arab Saudi ini ke galeri ini, karena kita punya mitra di Puncak, jadi mereka rekomendasikan datang ke sini. Atau kemarin ada perkumpulan mahasiswa dari dosen datang ke Inggris. Dari Jepang, Korea, belanja di sini, jadi ini udah kaya tempat wisata destinasi,” terangnya.

    Foto: Alfi Kholisdinuka/detikcom

    Diketahui, Sila Artisan Tea merupakan nasabah UMKM binaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Sejak 2021, Sila Artisan Tea menerima manfaat dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) serta Kredit Modal Kerja (KMK) BRI. Kredit yang diterimanya disalurkan untuk membangun Rumah Teh Indonesia tersebut.

    Redha juga mengikuti berbagai program pendampingan, seperti Growpreneur Pengusaha Muda BRILiaN dan BRI UMKM EXPO(RT). Bahkan, Sila meraih Juara 1 The Best Expo pada ajang tersebut dan mewakili Indonesia di FHA Food and Beverages Singapore 2025.

    Diketahui, penyaluran KUR yang diterima Sila Artisan itu sejalan dengan komitmen BRI dalam mewujudkan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto untuk membantu pembiayaan bagi pelaku UMKM dan meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas.

    Teh Indonesia Lebih Baik dari Thai Tea

    Foto: Alfi Kholisdinuka/detikcom

    Tak hanya itu, Sila Artisan juga mengikuti berbagai pameran bersama bank sentral termasuk Himbara ke Las Vegas, Prancis, hingga Thailand. Misinya cuma satu mengangkat pamor citra teh para petani Indonesia di pasar global.

    Redha menyebut Teh Indonesia tidak kalah saing dengan teh di banyak negara. Bahkan dia menyebut Teh Indonesia itu lebih baik dari Thai Tea di Thailand. Menurutnya, Thai Tea adalah kualitas teh terburuk.

    “Dulu saya ini alumni Thai Tea juga awalnya. Setelah belajar, jadi tahu bahwa seampas-ampasnya teh, seancur-ancurnya teh itu Thai Tea. Kita penting banget buat edukasi, bahwa teh Indonesia itu lebih baik,” tuturnya.

    “Kita harus dorong kekayaan alam kita. Meracik teh itu jadi bagian dari kita mempromosikan ciri khasnya teh kita. Bahwa teh yang kita minum itu akan ditambahkan dengan herbal rempah khasnya kita. Dengan syarat tehnya tetap dominan. Supaya tetap disebut teh,” jelasnya.

    Oleh karena itu, dia berharap semakin banyak para pemain di industri teh yang mampu mengangkat citra teh Indonesia, seperti layaknya industri kopi, sehingga banyak masyarakat bisa teredukasi dan para petani teh bisa mendapat apresiasi.

    Apresiasi Para Petani Teh

    Sementara itu, salah satu Petani Teh di Samigaluh, Yogyakarta, Surati mengapresiasi keberhasilan Sila Artisan dalam mengangkat martabat para petani teh. Ia mengaku mendapat banyak perubahan setelah bermitra dengan Sila Artisan.

    Sekedar diketahui, Surati merupakan seorang ibu rumah tangga yang memiliki tiga orang anak. Pada 2016, suaminya meninggal. Ia kemudian menjadi tulang punggung keluarga.

    Pada 2017, dengan segala keterbatasannya, Surati memutuskan melanjutkan apa yang telah suaminya mulai, yakni bertani teh. Di tahun itulah ia bertemu dengan Redha dari Sila Artisan sosok yang kemudian mengubah arah hidupnya.

    “Saya dibina, diajari cara membuat teh yang baik, dari awal sekali,” kenang Surati saat dihubungi detikcom.

    Selama satu tahun penuh, ia belajar merawat, memetik, menjaga kualitas daun, hingga mengolah teh yang layak dijual. Sejak 2018 hingga kini, Surati sudah memproduksi teh hijau, yang kemudian di-rebranding oleh Sila Artisan jadi Menoreh Kencana.

    Surati dulu hanya bisa menjual 2-3 kg teh. Sekarang, setelah kebunnya diperbaiki sedikit demi sedikit, ia mampu menghasilkan 15 kg per panen. Sila Tea membelinya dengan harga Rp 200.000 per kg, sebuah hal yang dulu tak pernah Surati bayangkan.

    “Dulu sebelum ada Sila, teh saya dikirim ke industri, untuk teh basah harganya Rp 1.250 per kilogram (harga itu sudah termasuk subsidi),” ungkapnya.

    Surati kini turut mendorong para petani lingkungannya untuk mengolah teh seperti dirinya. Ia ingin mereka merasakan perubahan yang sama.

    “Saya ingin bukan hanya saya yang merasakan ini, tapi semua petani bisa hidup dari teh. Itu sudah cukup bagi saya,” tukasnya.

    (akd/akn)

  • Yamaha Youth Community Got Talent 2025 Masuk Tahap Grand Final

    Yamaha Youth Community Got Talent 2025 Masuk Tahap Grand Final

    JAKARTA – Program Yamaha Youth Community (Y2C) Got Talent memasuki tahap penentuan. Setelah melalui School Stage hingga Regional Stage di lima kota, yakni Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Makassar, dan Pekanbaru.

    Kini, para finalis kini bersiap bertarung di Grand Final National Stage di Anjungan Sarinah Mall, Jakarta, Sabtu, 29 November. Sebelum tampil, mereka terlebih dahulu dikumpulkan dalam ChampZone, sebuah ruang pengembangan diri yang dirancang untuk mempertemukan para finalis dan memfasilitasi proses tumbuh bersama.

    Keberagaman bakat tahun ini menjadi salah satu daya tarik ajang Y2C. Para finalis hadir dari beragam disiplin, mulai dari menyanyi, modern dance, tari tradisional, mendongeng, hingga pencak silat. Meski mengusung konsep kompetisi, Y2C juga diarahkan menjadi wadah pembentukan karakter dan kreativitas generasi muda.

    Karena itu, ChampZone dibuat sebagai zona belajar dan berkolaborasi, bukan sekadar persaingan. Ini juga sebagai komitmen Yamaha Motor Indonesia untuk bisa terus mendukung generasi muda saat ini yang punya ragam talenta.

    “Lewat acara Y2C ini juga kami ingin mendorong anak muda sejak dini untuk dapat mengembangkan karakter, kepercayaan diri, serta kreativitas mereka sehingga ChampZone ini diadakan untuk menjadi ruang tumbuh, ruang belajar, dan ruang merayakan talenta bersama bagi para finalis,” ujar Manager PR, YRA, & Community PT Yamaha Indonesia Motor Mfg. Rifki Maulana, Sabtu, 29 November.

    Rangkaian kegiatan di ChampZone memberikan bekal penting bagi para finalis, mulai dari pemahaman tentang membangun citra positif di media sosial, cara membuat konten yang relevan, hingga etika digital. Mereka juga dilatih kemampuan berbicara di depan umum untuk meningkatkan rasa percaya diri serta kemampuan menyampaikan pesan secara efektif. Selain itu, sesi team building digelar untuk menumbuhkan sportivitas, kekompakan, dan sikap saling menghargai.

    Tidak berhenti pada pembekalan soft skill, para finalis mendapatkan kesempatan mengunjungi pabrik Yamaha Indonesia untuk melihat langsung proses produksi sepeda motor berteknologi modern dengan standar internasional.

    Pabrik tersebut juga telah meraih penghargaan Green Proper sebagai wujud komitmen Yamaha terhadap kualitas dan keberlanjutan lingkungan. Pengalaman ini memberikan perspektif baru bagi para finalis mengenai industri otomotif dan teknologi di balik produk yang mereka kenal sehari-hari.

    “Jujur senang banget dan tidak nyangka bisa lolos ke Jakarta untuk ChampZone Y2C karena kita diberikan pembelajaran baru yang penting banget di masa sekarang seperti bikin konten di media sosial dan makin seru karena diajak keliling bareng teman-teman baru ke pabrik Yamaha, ” ujar finalis asal Pekanbaru Syafira Isni Putri.

  • ISI Yogyakarta Dukung Kemandirian Usaha Kelompok Penjahit Disabilitas

    ISI Yogyakarta Dukung Kemandirian Usaha Kelompok Penjahit Disabilitas

    ISI Yogyakarta Dukung Kemandirian Usaha Kelompok Penjahit Disabilitas

    YOGYAKARTA – Tim Pengabdian Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta melakukan penyerahan alat produksi bagi kelompok usaha Avta Kebaya di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta guna mendukung kemandirian usaha kelompok penjahit perempuan disabilitas tersebut.

    Kepala Pusat Inovasi dan Penerbitan LPPM ISI Yogyakarta Riza Septriani Dewi dalam keterangan di Yogyakarta, Sabtu, mengatakan penyerahan alat produksi berupa mesin jahit kaos dan perlengkapan pendukung produksi itu merupakan tahap penting setelah sebelumnya diberi program pendampingan.

    “Peralatan produksi yang memungkinkan Avta Kebaya memperluas variasi produk serta meningkatkan kapasitas produksi. Dukungan ini bagian dari Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) 2025, yang tidak hanya memberikan pelatihan, tetapi memastikan keberlanjutan melalui penguatan sarana kerja,” katanya.

    Pihaknya berharap dengan identitas yang mulai dirumuskan, keterampilan promosi digital yang dibangun, dan fasilitas produksi yang tersedia, Avta Kebaya berada pada posisi strategis untuk tumbuh menjadi brand fesyen berbasis komunitas perempuan disabilitas yang mandiri dan kompetitif.

    Anggota tim Pengabdian ISI Yogyakarta Amanda Amalia Faustine Gittawati mengatakan bahwa pendampingan bagi kelompok penjahit perempuan disabilitaa itu akan tetap dilakukan meskipun alat produksi telah diserahkan.

    “Yang kami dorong bukan hanya penggunaan alat, tetapi keberanian untuk bereksperimen dan mengembangkan desain baru. Alat ini hanya sarana, sedangkan tujuan akhirnya adalah kemandirian,” katanya.

    Sementara itu, Ketua Avta Kebaya Sumrah merasa antusias terhadap fasilitas baru yang kini mereka miliki. Sehingga, dengan alat tersebut kelompok bisa mencoba teknik yang sebelumnya tidak bisa dilakukan untuk bisa naik kelas, mengingat selama ini hanya mengandalkan satu mesin lama.

    Sedangkan mahasiswa pendamping, Ayunda merasa terkesan ketika melihat respons peserta terhadap penyerahan alat produksi tersebut.

    “Yang paling terasa bukan suasana seremonialnya, tetapi reaksi mereka ketika menyadari bahwa alat ini benar-benar akan mereka kelola sendiri. Ada rasa percaya yang tumbuh dengan sangat nyata,” katanya.

  • Kemenekraf Dorong Festival Film Digelar di 15 Destinasi Prioritas

    Kemenekraf Dorong Festival Film Digelar di 15 Destinasi Prioritas

    Liputan6.com, Jakarta Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) gencar mendorong penyelenggaraan festival film di 15 provinsi yang jadi destinasi ekonomi kreatif (ekraf) prioritas Indonesia. Langkah ini diambil seiring dengan upaya menghadirkan fasilitas bioskop yang lebih merata di daerah-daerah guna mendongkrak perekonomian lokal.

    Dorongan ini disampaikan Direktur Film, Animasi dan Video Kemenekraf, Doni Setiawan usai menghadiri malam pembukaan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2025 di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM Yogyakarta, Jumat (29/11/2025). Tahun ini, JAFF merayakan hari jadinya ke-20.

    “Di usianya yang ke-20, JAFF telah menjelma menjadi ruang yang mempertemukan ide, gagasan dan semangat berkolaborasi dengan jejaring bagi para seniman kita. Perayaan ini membuktikan komitmennya memperkenalkan film nasional ke luar negeri,” ujar Doni.

    Melihat perkembangan pesat JAFF, Kemenekraf berencana memantik semangat serupa di 15 provinsi yang telah ditetapkan sebagai destinasi ekraf prioritas. Kehadiran perwakilan dari berbagai daerah dalam pembukaan JAFF diharapkan menjadi pemantik untuk menggelar ajang serupa, meskipun dalam skala lokal.

    Menurut Doni, festival film bukan hanya sekadar menjadi pasar baru film, tetapi juga berfungsi menumbuhkan semangat kompetisi bagi talenta muda ekraf di daerah.

    Sebagai bentuk dukungan nyata, Kemenekraf terus berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk Danantara, perihal penyediaan ruang bioskop di tingkat kabupaten/kota. Meskipun gedung bioskop sudah tersebar di 37 provinsi, jumlahnya saat ini masih didominasi di Pulau Jawa.

    “Kami ingin keberadaan bioskop di kabupaten/kota, sebagai upaya mendorong film nasional diputar lebih luas. Sekarang tingkat produksi film semakin berkembang, namun belum bisa ditampilkan ke masyarakat yang lebih luas,” paparnya.

    Dengan hadirnya bioskop-bioskop di daerah, Doni optimistis hal ini akan membuka peluang besar dalam peningkatan ekonomi, dan menyediakan ruang baru bagi sineas lokal untuk menampilkan karyanya.

    “Semakin banyak orang yang nonton, makin banyak diapresiasi. Kami berharap ini juga akan meningkatkan tenaga kerja, meningkatkan PDB Indonesia,” jelas Doni.

    Sementara itu, inisiator JAFF sekaligus sineas senior Garin Nugroho, mengungkapkan bahwa 20 tahun perjalanan JAFF telah berhasil mentransformasi sumber daya manusia, utamanya anak-anak muda, yang kini mampu berorganisasi untuk mewujudkan dialog antara Indonesia, Asia dan dunia.

    “Kerja sama ini telah melahirkan generasi-generasi muda dengan karya-karya yang luar biasa. Karya yang mampu membuat peta bagi mereka untuk mencapai tujuannya,” tutur Garin.

    Garin menekankan bahwa JAFF, yang telah berusia dua dekade, telah melalui berbagai gelombang pasang surut untuk terus berupaya membentuk identitas dan posisinya di antara festival film di Asia Pasifik.

    “JAFF harus terus-menerus mendesain program yang inovatif seraya memperdalam program yang tengah berjalan demi menciptakan masa depan yang lebih baik. Tidak hanya sekadar sebagai perayaan tahunan film Asia, tapi juga menciptakan festival yang berdampak bagi industri, komunitas, dan ekosistem perfilman secara luas,” tutupnya.

  • Perayaan Dua Dekade JAFF, Manifesto Arsip Perfilman Indonesia Dikumandangkan di Yogyakarta

    Perayaan Dua Dekade JAFF, Manifesto Arsip Perfilman Indonesia Dikumandangkan di Yogyakarta

    Liputan6.com, Jakarta Perayaan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-20 bertema Transfiguration resmi dibuka Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK), Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Acara ini berlangsung mulai 29 November hingga 6 Desember 2025.

    Momen perayaan dua dekade ini tidak hanya menjadi ajang pemutaran 227 film dari 43 negara, tetapi juga menjadi penting bagi para penggagas festival untuk menyampaikan manifesto mendesak terkait tata kelola kearsipan film di Indonesia.

    Acara pembukaan dihadiri Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Para penggagas JAFF terdahulu, dipimpin oleh sineas senior Garin Nugroho, naik ke panggung utama untuk menyuarakan kekhawatiran mereka akan rapuhnya memori kolektif perfilman nasional.

    Festival Direktur Ifa Isfansyah mengungkapkan bahwa selama 20 tahun perjalanan JAFF, tantangan terbesar justru datang dari masalah fundamental: ketiadaan akses terhadap arsip dan artefak sejarah festival itu sendiri.

    “Banyak sekali arsip-arsip JAFF yang sekarang susah sekali kita akses. Artefak-artefak selama 20 tahun itu susah kita temukan,” ujar Ifa, Yogyakarta, Sabtu (30/11/2025).

    Ia menekankan bahwa 20 tahun adalah rentang waktu yang cukup untuk melihat ekosistem tumbuh, namun juga cukup pendek untuk membuktikan betapa rapuhnya ingatan bangsa.

    Ifa memberikan contoh ironis terkait film pembuka edisi pertama JAFF. “Hari ini, 20 tahun lalu, di edisi pertama, kami membuka festival dengan film Opera Jawa. Ironisnya, sekarang kami tidak lagi memiliki akses ke materi film tersebut di Indonesia,” tambahnya.

    Panitia terpaksa harus meminta materi film Opera Jawa dari Prancis, sebuah negara yang dinilai memiliki sistem kearsipan yang konsisten dan menghormati jejak perjalanan sejarah sinema.

    Melalui manifesto ini, Ifa menegaskan bahwa industri perfilman Indonesia saat ini tengah menghadapi kenyataan pahit yaitu kehilangan ingatan akan karya bangsa di tengah kebanggaan akan pencapaian film nasional kontemporer.

    “Apa gunanya film ditonton jutaan penonton orang hari ini, jika 10 tahun lagi, ia hilang tanpa jejak?” tegasnya.

    Ifa menyerukan agar pemerintah menempatkan arsip film sebagai prioritas budaya, investasi dan panggilan untuk menjaga memori bangsa. Hal ini mencakup penyediaan infrastruktur, laboratorium restorasi, dan digitalisasi yang memadai.

    Menanggapi manifesto tersebut, Fadli Zon menyatakan pihaknya telah menaruh perhatian serius pada arsip film sebagai warisan budaya. Fadli mengakui adanya kendala teknis dalam pengarsipan materi film yang mudah rusak, serta masalah Hak Kekayaan Intelektual (IP).

    “Dan memang film agak lebih sulit dibanding dengan mengarsipkan musik,” kata Fadli.

    Meski demikian, Kemenbud berjanji akan memulai inisiatif pengarsipan yang lebih terorganisir, berkolaborasi dengan berbagai pihak, dan menyediakan museum yang representatif untuk mengoleksi aset nasional tersebut.

  • ACFFEST 2025, Cara Relevan dan Kreatif Kampanye Antikorupsi

    ACFFEST 2025, Cara Relevan dan Kreatif Kampanye Antikorupsi

    Jakarta (beritajatim.com) – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akhirnya menyelesaikan rangkaian Apresiasi Pariwara Antikorupsi dan Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST) 2025. Puncak acara ACFFEST 2025 digelar di Gedung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jumat (28/11/2025).

    Deputi Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK, Wawan Wardiana menyebut capaian membanggakan dari program ACFFEST 2025. Menurutnya, program yang telah berjalan selama 11 tahun merupakan festival film unik di kancah global.

    “Saat ini, ACFFEST menjadi film antikorupsi yang pertama dan satu-satunya di dunia, serta satu dari tiga festival film yang membicarakan isu transparansi dan korupsi,” kata Wawan.

    Dia berharap, ACFFEST 2025 bisa mendorong masyarakat untuk lebih waspada terhadap praktik korupsi melalui pendekatan yang lebih relevan dan kreatif.

    “Pariwara antikorupsi diharapkan mendorong lahirnya kampanye-kampanye yang kreatif dan berdampak di masyarakat untuk mengampanyekan antikorupsi secara lebih masif,” ujar Wawan.

    Sepanjang tahun 2025, film-film ACFFEST telah ditonton lebih dari 57 ribu orang dan tayang di 6 platform OTT, 2 kanal YouTube, serta hiburan di pesawat dan kereta api.

    Pada tahun ini, kompetisi Pariwara Antikorupsi mencatat partisipasi yang sangat tinggi, dengan 103 instansi yang dinyatakan lolos tahap administrasi. Total karya yang dinilai meliputi 102 karya pada kategori Media Digital, 51 karya pada kategori Media Konvensional, serta 41 karya pada kategori Media On-Ground Activation. Angka ini menunjukkan bahwa semangat menghadirkan kampanye publik antikorupsi terus tumbuh di berbagai pemerintah provinsi, kabupaten/kota, maupun BUMD di seluruh Indonesia. (kun)

    Daftar Pemenang Pariwara & ACFFEST 2025

    Ajang ini juga memberikan apresiasi kepada pemerintah daerah dan sineas muda yang dinilai paling kreatif dalam mengampanyekan antikorupsi. Berikut daftar lengkap pemenangnya:

    Kategori Pariwara Antikorupsi (Instansi Daerah):

    Media Konvensional Terbaik:

    Pemerintah Provinsi Jawa Timur
    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
    Pemerintah Kabupaten Demak

    Media Digital Terbaik:

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
    Pemerintah Kabupaten Wonosobo
    Pemerintah Kota Yogyakarta

    • Kategori Khusus: Pemkab Probolinggo

    • On Ground Activation Terbaik:

    Pemerintah Kabupaten Wonosobo
    Pemerintah Kabupaten Klaten
    Pemerintah Kabupaten Kudus

    Kategori ACFFEST (Film Pendek):

    • Best Movie (Kategori Pelajar): “Kuitansi Kosong” karya SMAN 3 Singkawang, Kalimantan Barat.
    • Jury Mention (Kategori Pelajar): “Catatan Merah Andika” karya SMPN 1 Karangjati, Jawa Timur.
    • Best Movie (Ide Cerita Film Pendek): “Review Klinik Baru (feat sissy)” karya sutradara Taritsah.

  • Mas Dhito Berikan Dukungan kepada Aulia, Perwakilan Kabupaten Kediri di Ajang OMATIQ 2025

    Mas Dhito Berikan Dukungan kepada Aulia, Perwakilan Kabupaten Kediri di Ajang OMATIQ 2025

    Kediri (beritajatim.com) – Setiap anak memiliki bakat dan kelebihan masing-masing. Dibalik sosoknya yang pendiam Aulia Khikmatul Maula (11), pelajar SDN Sidomulyo ini ternyata menyimpan potensi yang membanggakan.

    Besar dari keluarga sederhana tak menghambat pelajar ini untuk mengukir prestasi. Karena prestasinya, Aulia bahkan bisa mewakili Kabupaten Kediri dalam Olimpiade Matematika dan Al-Quran (OMATIQ) 2025 tingkat nasional pada 16-18 Desember di Yogyakarta.

    Berkat capaian yang membanggakan, sebelum berangkat mengikuti olimpiade, pada Jumat (28/11) pelajar SD ini diundang langsung untuk bertemu dengan Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana.

    Dalam pertemuan di ruang kerja bupati siang itu, disampaikan pada olimpiade yang diikuti, Aulia mengikuti lomba Al-Quran. Mas Dhito pun memberikan semangat kepada Aulia dan mendoakan untuk kesuksesan di ajang olimpiade yang secara rutin diadakan Laznas Yatim Mandiri itu.

    Apapun hasil yang didapatkan, Aulia telah membuktikan, dalam kesederhanaan sekalipun tetap bisa menunjukkan sebagai anak berprestasi. Sebab baginya dalam kompetisi yang terpenting semangat dalam menjalani proses.

    “Semoga nanti saat mengikuti kompetisi dapat memberikan hasil dan prestasi yang maksimal,” kata Mas Dhito.

    Sebagai bentuk dukungan, Mas Dhito memberikan uang saku sebagai bekal selama mengikuti olimpiade. Bupati muda ini bahkan memberikan beasiswa pendidikan ke tingkat lebih tinggi bagi pelajar yang kini duduk di kelas 6 tersebut.

    Mas Dhito saat itu juga mengaku bangga dengan orang tua Aulia. Ditengah kesibukan sang ibu berjualan lontong dan bapak buruh bangunan, namun keduanya mampu membimbing dan mendampingi anaknya hingga berprestasi.

    “Ibu ini juga luar biasa, saya titip anaknya,” pesan Mas Dhito kepada Anis Sukanti, ibu Aulia yang ikut mendampingi.

    Pada pertemuan itu pula, bersama Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri Mokhamat Muhsin, Mas Dhito mengaku beasiswa pendidikan tak hanya diberikan bagi Aulia, namun juga akan diberikan bagi adiknya yang kini masih di taman kanak-kanak (TK).

    “Saya selaku bupati merasa bangga, dan akan suport nanti kebutuhannya Aulia, beasiswa SMP, SMA kita bantu juga adiknya kami beri beasiswa,” ungkap Mas Dhito.

    Anis Sukanti dalam kesempatan itu mengaku bangga dan menyampaikan rasa syukur. Pihaknya tak menduga, berkat capaian prestasi anaknya dia bisa diundang dan ikut bertemu bupati.

    Menurut Anis, anaknya sejak kecil memang rajin mengaji Al-Quran. Meski pendiam, dalam kesehariannya, Aulia juga biasa bermain dengan teman-teman sebayanya.

    “Senang sekali bisa mendapatkan beasiswa dari Mas Bupati. Semoga apa yang didapat menjadi berkah bagi anaknya,” ucap ibu Aulia. [ADV PKP/nm]

  • Pemprov Jatim, Pemkab Probolinggo, dan SMPN 1 Karangjati Ngawi Raih KPK Award 2025

    Pemprov Jatim, Pemkab Probolinggo, dan SMPN 1 Karangjati Ngawi Raih KPK Award 2025

    Jakarta (beritajatim.com) – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akhirnya mengumumkan periah anugerah Pariwara Antikorupsi dan Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST) 2025.

    Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten Probolinggo, dan SMPN 1 Karangjati Kabupaten Ngawi Jawa Timur masing-masing meraih satu penghargaan.

    Pemerintah Provinsi Jawa Timur meraih penghargaan dalam Kategori Pariwara Antikorupsi (Instansi Daerah) sebagai Media Konvensional Terbaik bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kabupaten Demak.

    Sementara Pemerintah Kabupaten Probolinggo memperoleh penghargaan Kategori Khusus. Adapun Film Pendek “Catatan Merah Andika” karya SMPN 1 Karangjati meraih Jury Mention Kategori Pelajar.

    Wakil Ketua KPK Ibnu Basuki Widodo mengatakan, pihaknya memiliki konsep Trisula Pemberantasan Korupsi, yakni Pendidikan, Pencegahan, dan Penindakan.

    Melalui ajang seperti ACFFEST dan Pariwara Antikorupsi, KPK menjalankan fungsi pendidikan yang menyasar mentalitas masyarakat sejak dini. “Upaya pencegahan korupsi tidak cukup hanya dengan upaya penindakan,” ujar Ibnu di Gedung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jumat (28/11/2025).

    Dia menyebut, pendidikan antikorupsi bertujuan mengubah sikap mental agar seseorang tidak ingin melakukan korupsi meski ada kesempatan.

    “Membuat film itu tunjukkan suatu kejujuran, itu antikorupsi. Inilah wujud nyata bahwa pemberantasan korupsi adalah gerakan bangsa,” tegasnya.

    Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang hadir menerima penghargaan mengatakan, pihaknya memang gencar melakukan sosialisasi anti korupsi melalui media luar ruang di tempat strategis seperti Jalan Waru dan Jalan Ahmad Yani Surabaya.

    “Hasil evaluasinya positif. Selain itu sosialisasi juga di web (pemerintah provinsi) dan forum saya juga kerap memyampaikan pesan bagaimana kita mengemban amanah, jujur, dan antikorupsi,” kata Khofifah.

    Pada tahun ini, kompetisi Pariwara Antikorupsi mencatat partisipasi yang sangat tinggi, dengan 103 instansi yang dinyatakan lolos tahap administrasi. Total karya yang dinilai meliputi 102 karya pada kategori Media Digital, 51 karya pada kategori Media Konvensional, serta 41 karya pada kategori Media On-Ground Activation. Angka ini menunjukkan bahwa semangat menghadirkan kampanye publik antikorupsi terus tumbuh di berbagai Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun BUMD di seluruh Indonesia.

    Daftar Pemenang Pariwara & ACFFEST 2025

    Ajang ini juga memberikan apresiasi kepada Pemerintah Daerah dan sineas muda yang dinilai paling kreatif dalam mengkampanyekan antikorupsi. Berikut daftar lengkap pemenangnya: (hen/ted)

    Kategori Pariwara Antikorupsi (Instansi Daerah):

    • Media Konvensional Terbaik:

    1. Pemerintah Provinsi Jawa Timur

    2. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

    3. Pemerintah Kabupaten Demak

    • Media Digital Terbaik:

    1. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

    2. Pemerintah Kabupaten Wonosobo

    3. Pemerintah Kota Yogyakarta

    • Kategori Khusus: Pemkab Probolinggo

    • On Ground Activation Terbaik:

    1. Pemerintah Kabupaten Wonosobo

    2. Pemerintah Kabupaten Klaten

    3. Pemerintah Kabupaten Kudus

    Kategori ACFFEST (Film Pendek):

    • Best Movie (Kategori Pelajar): “Kuitansi Kosong” karya SMAN 3 Singkawang, Kalimantan Barat.

    • Jury Mention (Kategori Pelajar): “Catatan Merah Andika” karya SMPN 1 Karangjati, Jawa Timur.

    • Best Movie (Ide Cerita Film Pendek): “Review Klinik Baru (feat sissy)” karya sutradara Taritsah.

  • Kemenangan 2-0 Jadi Kado Manis Ulang Tahun Macan Kemayoran

    Kemenangan 2-0 Jadi Kado Manis Ulang Tahun Macan Kemayoran

    JAKARTA – Tiga poin penuh berhasil diamankan Persija Jakarta pada pekan ke-14 Super League 2025/2026. Menjamu PSIM Yogyakarta, Macan Kemayoran menang 2-0.

    Dalam pertandingan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, pada Jumat, 28 November 2025, malam WIB, kemenangan ini jadi kado indah untuk Macan Kemayoran yang tepat merayakan hari jadi ke-97. 

    Momen menjamu PSIM ini juga semakin spesial karena jadi ajang Persija pulang ke kandang usai bersatus tim musafir. Tampil sebagai tim tuan rumah, Persija berusaha mendominasi jalannya laga. 

    Upaya ini terlihat nyata sebab sejak awal peluit ditiup, anak asuh Mauricio Souza tampil menekan tim lawan. Bahkan, pada menit kedua, peluang tercipta lewat sundulan yang masih membentur mistar gawang.

    Peluang-peluang lain juga banyak diciptakan Persija untuk menggedor mental penggawa PSIM. Sayangnya, hingga turun minum skor 0-0 bertahan untuk kedua tim.

    Selepas jeda, permainan kembali dengan tensi panas. Pada menit ke-63, Anton Fase mendapat kartu kuning usai melanggar Thales.

    Meski banyak peluang terbuang, kemudian gawang PSIM akhirnya jebol pada menit ke-76 lewat tembakan Maxwell Souza. Berawal dari tendangan sudut, sang penyerang menanduk bola yang diterima oleh Witan. 

    Bola kemudian dikembalikan kepada Maxwell yang langsung melepaskan tembakan untuk merobek jala gawang Fikri. Skor 1-0 untuk Persija.

    Keunggulan ini membakar semangat Macan Kemayoran untuk terus menggedor pertahanan PSIM. Sayangnya, hingga waktu normal tak ada angka tercipta.

    Namun, saat wasit memberikan waktu tambahan, Persija mampu memanfaatkannya dengan baik. Angka berhasil digandakan pada menit ke-90+5 lewat eksekusi Allano.

    Hingga akhir laga, Persija mampu mempertahankan keunggulan dua gol ini. Kemenangan ini memperkokoh posisi Macan Kemayoran di peringkat kedua klasemen Super League dengan koleksi 29 poin. Sementara PSIM tetap di urutan keempat dengan koleksi 22 poin.

  • Ada Laga Persija Vs PSIM, Warga Diminta Hindari Jalan di Sekitar GBK
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        28 November 2025

    Ada Laga Persija Vs PSIM, Warga Diminta Hindari Jalan di Sekitar GBK Megapolitan 28 November 2025

    Ada Laga Persija Vs PSIM, Warga Diminta Hindari Jalan di Sekitar GBK
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Polisi mengimbau warga mencari jalur alternatif untuk menghindari kemacetan lalu lintas di sekitar Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).
    Pasalnya ada pertandingan sepak bolaBRI Super League,
     
    Persija Jakarta melawan PSIM Yogyakarta pada Jumat (28/11/2025). Pertandingan akan dimulai pukul 19.00 WIB.
    “Kami mengimbau masyarakat dan pengendara yang melintas untuk mencari jalur alternatif, karena arus lalu lintas di sekitar GBK berpotensi padat saat pertandingan berlangsung,” ujar Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro dalam keterangan tertulis, Jumat.
    Menurutnya, pihak kepolisian sudah menyiapkan
    rekayasa lalu lintas
    di sekitar stadion guna mengurangi kepadatan kendaraan.
    Susatyo juga menyebut, sebanyak 2.200 personel gabungan dari Polri, TNI, dan Pemprov Jakarta diterjunkan untuk memberikan pelayanan selama pertandingan.
    Pelayanan dilakukan secara maksimal pada seluruh akses sekitar stadion GBK.
    “Kami pastikan tidak ada celah bagi pihak mana pun yang berpotensi mengganggu jalannya pertandingan. Pemeriksaan terhadap setiap suporter akan dilakukan ketat sebelum memasuki area stadion. Semua ini bagian dari pelayanan kami kepada penonton agar aman dan nyaman,” jelas Susatyo.
    Ia pun menegaskan suporter dilarang membawa flare, petasan, kembang api, senjata tajam, dan minuman ke stadion.
    “Semua barang terlarang akan disita, dan pelanggar akan kami tindak tegas. Tujuan kami adalah memastikan pelayanan kepada penonton berjalan optimal,” kata Susatyo.
    Meski demikian, ia menyebut pendekatan humanis tetap menjadi prioritas.
    Seluruh personel polisi yang bertugas tidak dibekali senjata api untuk menjaga suasana tetap kondusif.
    Pengamanan juga mencakup pengawalan suporter PSIM Yogyakarta yang hadir di GBK.
    Pertandingan antara Persija Jakarta melawan PSIM Yogyakarta malam nanti diperkirakan akan dipadati sekitar 50.000 suporter tuan rumah, The Jakmania.
    Pertandingan malam ini bertepatan dengan hari ulang tahun Persija yang ke-97.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.