Kata Jokowi soal Sosok Mulyono, Teman Seangkatannya yang Disebut Calo Terminal
Tim Redaksi
SOLO, KOMPAS.com
— Presiden ke-7 Joko Widodo buka suara menanggapi kabar mengenai
Mulyono
, teman seangkatannya di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), yang disebut-sebut bekerja sebagai calo di Terminal Tirtonadi, Solo.
Isu tersebut mencuat setelah Mulyono menghadiri reuni ke-45 angkatan 1980 yang digelar di Aula Integrated Forest Farming Learning Center, Fakultas Kehutanan UGM, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (26/7/2025).
Di tengah keraguan terhadap ijazah asli
Jokowi
, sejumlah pihak pun turut meragukan bahwa Mulyono merupakan alumnus UGM, dan menyebutnya bekerja sebagai calo di terminal Solo.
“Semua kok diragukan. Ijazah diragukan, skripsi diragukan, KKN diragukan, teman diragukan. Siapa lagi yang mau disampaikan?” ujar Jokowi saat ditemui di Solo, Kamis (31/7/2025).
Jokowi menegaskan bahwa Mulyono adalah teman seangkatannya saat kuliah di UGM.
Ia menyebut keduanya sama-sama masuk pada tahun 1980, namun lulus pada tahun yang berbeda.
“Pak Mulyono itu adalah teman seangkatan saya tahun ’80. Hanya lulusnya saya lebih cepat. Saya lulus bulan November 1985, Pak Mulyono tahun 1987. Bedanya itu,” jelasnya.
Lebih lanjut, Jokowi membantah tuduhan bahwa Mulyono adalah calo di Terminal Tirtonadi.
Pria yang namanya sama dengan nama kecil Jokowi itu merupakan seorang profesional yang berkecimpung di bidang kehutanan.
“Yang saya tahu terakhir, beliau bekerja di Jambi. Dia bekerja di PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI), yang berlokasi di perbatasan Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan,” ujar Jokowi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Yogyakarta
-
/data/photo/2025/07/27/6885bec01e48a.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
10 Kata Jokowi soal Sosok Mulyono, Teman Seangkatannya yang Disebut Calo Terminal Regional
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5301406/original/031416600_1753947223-IMG-20250730.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Ramos Horta Sebut 3 Kunci Transformasi Sosial saat Pidato di UGM
Liputan6.com, Yogyakarta – Presiden Timor Leste sekaligus penerima Nobel Perdamaian, José Ramos Horta, menyampaikan pidato reflektif bertajuk Pemberdayaan Masyarakat: Pendidikan, Kewirausahaan Sosial, dan Perdamaian di hadapan civitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM), Kamis (31/7/2025).
Kunjungan ini menjadi yang keempat bagi Ramos Horta ke Yogyakarta dan yang kedua ke UGM, kampus yang disebutnya sebagai ‘almamater rakyat Timor Leste’. Dalam sambutannya, Ramos Horta menyoroti pentingnya kepemimpinan inspiratif yang berpijak pada komunitas, empati, dan keberanian politik.
“Masyarakat harus menjadi pusat dari setiap kebijakan. Hanya dengan inklusivitas dan keadilan, perdamaian yang langgeng dapat tercapai,” tegasnya.
Sebagai catatan, Ramos Horta menekankan bahwa perubahan sosial tidak akan efektif tanpa kepemimpinan yang mengakar pada nilai-nilai kemanusiaan. Ia menyebut tiga pilar perubahan sosial pendidikan, kewirausahaan sosial, dan perdamaian.
Ia menceritakan bagaimana Timor Leste membangun kembali dunia pendidikan pascakonflik. Program makan di sekolah, misalnya, disebut sebagai langkah sederhana namun berdampak besar dalam mencegah kelaparan dan putus sekolah.
“Setiap satu piring makanan bergizi bisa menjadi penentu antara anak yang belajar atau anak yang putus sekolah,” katanya, menggarisbawahi pentingnya dukungan negara terhadap pendidikan.
Menjelang keanggotaan penuh Timor Leste di ASEAN pada Oktober 2025, Ramos Horta mendorong pengakuan atas model lokal dalam menyelesaikan konflik dan membangun perdamaian. Ia menyebut ‘Tara Bandu’ tradisi lokal Timor sebagai salah satu instrumen efektif dalam transformasi sosial.
Ramos Horta bahkan mengusulkan pembentukan Pusat Studi Perdamaian dan Rekonsiliasi Komunitas ASEAN, serta Program Pemuda ASEAN untuk Kepemimpinan Transformasional yang menggabungkan pertukaran budaya, magang komunitas, dan inovasi sosial.
Di akhir pidato, ia memberi apresiasi mendalam terhadap Program KKN-PPM UGM yang dianggapnya sebagai contoh nyata integrasi pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.
“Kehadiran mahasiswa di tengah masyarakat, dengan mendengar dan bertindak, bisa melahirkan dampak jangka panjang,” ujar Ramos Horta, sambil mengajak generasi muda untuk menjadi pemimpin dengan empati, integritas, dan visi.
Dalam dunia yang penuh tantangan global seperti kemiskinan, ketimpangan, perubahan iklim, dan konflik, Ramos Horta mengajak semua pihak untuk tetap berani bermimpi dan bekerja keras mewujudkannya.
“Masa depan adalah milik mereka yang berani bermimpi dan punya keberanian untuk mewujudkannya,” tutupnya.
-

Interogasi 12 Jam Dinilai Berlebihan, Roy Suryo Sindir Cara Polisi Perlakukan Prof. Sofian Effendi
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Setelah heboh mengenai ceritanya tentang dugaan ijazah palsu Jokowi hingga meminta maaf secara terbuka ke publik, kini ada kabar baru dari Prof. Sofian Effendi.
Mantan Rektor UGM periode 2002-2007 ini dikabarkan didatangi Polisi di kediamannya, Yogyakarta.
Bahkan, dikatakan Roy Suryo berdasarkan kabar yang diterimanya, Prof. Sofian diperiksa Polisi hingga 12 jam lamanya.
“Prof Sofian mendapatkan interogasi selama lebih dari 12 jam, terlalu,” ujar Roy kepada fajar.co.id, Kamis (31/7/2025).
Roy bilang, mestinya Prof. Sofian tidak diseret-seret dalam kasus ini. Apalagi, ia telah berbicara huhut menceritakan panjang lebar mengenai dugaan ijazah palsu Jokowi.
“Sebelum akhirnya menandatangani surat pernyataan yang kontroversi,” ucapnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan dari pihak Kepolisian mengenai detail pemeriksaan tersebut.
Sebelumnya, Prof. Sofian Effendi, menyampaikan permintaan maaf terkait pernyataannya yang menyinggung soal mantan Presiden Jokowi.
Video yang diunggah kanal YouTube Langkah Update tersebut berjudul, “Mantan Rektor UGM Buka-Bukaan! Prof Sofian Effendy Rektor 2002–2007! Ijazah Jokowi & Kampus UGM!” dan tayang pada 16 Juli 2025, kemarin.
Dalam video itu, Sofian sempat mengomentari keaslian ijazah mantan Presiden Jokowi semasa kuliah di Fakultas Kehutanan UGM.
Namun, dalam surat pernyataan tertulis yang ditandatangani langsung oleh Sofian dan diterbitkan pada Kamis, 17 Juli 2025, ia secara resmi menarik seluruh ucapannya dalam video tersebut.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5300825/original/063294400_1753929347-20250721_132106.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kepala Desa Bingung Bedakan Koperasi Merah Putih dan BUMDes, Begini Curhatannya
Liputan6.com, Jakarta Kekhawatiran tumpang tindih kewenangan antara unit usaha Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) mengemuka, seiring upaya pemerintah dalam mendorong kemandirian ekonomi desa.
Di tengah upaya pembangunan berbasis potensi lokal, muncul pertanyaan: bagaimana memastikan dua entitas ini tidak saling berbenturan?
Sejumlah kepala desa di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyampaikan harapan sekaligus keprihatinan terkait pengelolaan usaha desa. Mereka menilai perlu adanya kejelasan batas kewenangan antara BUMDes dan Kopdes, agar keduanya bisa berjalan beriringan dan saling menguatkan.
“Di satu sisi kami ingin mendukung program nasional melalui Kopdes, tapi BUMDes yang sudah lebih dulu berjalan juga tidak boleh ditinggalkan,” ujar Ketua Paguyuban Lurah Gunungkidul Suhadi, Rabu (30/7).
Dia mencontohkan, unit usaha yang memiliki kesamaan, seperti toko desa atau pengelolaan hasil pertanian, bisa menjadi titik rawan jika tidak dikelola secara terpadu.
Bila peran keduanya tidak dibedakan dengan jelas, bukan tidak mungkin akan timbul kebingungan di tingkat desa.
“Potensi tumpang tindih ini perlu benar-benar diantisipasi. Jangan sampai dua lembaga yang sama-sama dibentuk untuk memajukan desa justru berjalan sendiri-sendiri tanpa arah yang terkoordinasi,” imbuhnya.
Karena itu, para kepala desa berharap adanya panduan teknis dan pendampingan yang lebih terstruktur dari pemerintah. Dengan begitu, baik BUMDes maupun Kopdes bisa menjadi mitra strategis yang saling melengkapi dalam mendorong kemandirian ekonomi desa.
Sementara itu, ahli kebijakan publik dari Universitas Gunungkidul Djuniawan Kartarajasa, menilai pentingnya sinergi dan penyusunan skala prioritas yang berbasis pada kebutuhan nyata masyarakat desa. Pemerintah desa tidak boleh latah dalam menjalankan program tanpa analisis kebutuhan. Ia juga menekankan perlunya pendampingan dari pemerintah kabupaten agar peran keduanya menjadi komplementer, bukan kompetitor.
Menurutnya, pemerintah daerah perlu membuat regulasi turunan berupa petunjuk teknis (juknis) dan standar operasional prosedur (SOP) yang membedakan secara tegas peran masing-masing unit.
“BUMDes bisa difokuskan pada bisnis jangka panjang dan pelayanan umum, sementara Kopdes diarahkan sebagai motor penguatan pangan atau koperasi simpan pinjam. Tapi semua ini butuh aturan main yang jelas,” ucap Djuniawan.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/932635/original/010015700_1437458140-arbal_3_popavenue.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Weton dan Kalender Jawa Kamis, 31 Juli 2025: Cek di Sini!
Liputan6.com, Yogyakarta – Penanggalan Jawa masih menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Sistem kalender ini tidak hanya berfungsi sebagai penanda hari tetapi juga menyimpan nilai-nilai filosofi dan kepercayaan yang telah diwariskan secara turun-temurun. Salah satu elemen penting dalam kalender Jawa adalah weton yakni perpaduan antara hari dalam kalender Masehi dan lima hari pasaran Jawa yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.
Selain itu, kombinasi ini sering dijadikan acuan dalam berbagai aspek kehidupan seseorang. Adapun pada Kamis, 31 Juli 2025 menurut perhitungan kalender Jawa bertepatan dengan 5 Sapar 1959 dan weton Kamis Wage. Weton ini dikenal memiliki ciri khas tersendiri karena mereka yang lahir pada Kamis Wage umumnya dikenal sebagai sosok yang sabar, cermat, serta bertanggung jawab. Karakter yang dimiliki oleh orang dengan weton ini menjadikan mereka cukup bijaksana.
Sebagai informasi, weton tidak hanya mencerminkan kepribadian seseorang tetapi juga sering menjadi panduan dalam memilih waktu pelaksanaan berbagai kegiatan penting seperti pernikahan, syukuran, pindah rumah, dan lain-lain. Penentuan weton dan perhitungan tanggalnya memiliki tujuan yang diyakini agar segala kegiatan tersebut bisa berlangsung dengan lancar serta membawa kebaikan dan keberuntungan.
-

Pernyataan Kemlu usai Polisi Rilis Pemicu Kematian Diplomat Arya Daru
Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) menghormati penyelidikan wafatnya salah satu stafnya, ADP, yang diumumkan oleh Polda Metro Jaya pada Selasa (29/7/2025).
Dalam keterangan yang dirilis melalui laman resmi Kemlu, kementerian menyampaikan apresiasi atas upaya tim penyelidik dan para ahli yang terlibat dalam proses investigasi.
Kemlu menegaskan bahwa sejak awal proses penyelidikan, pihaknya aktif menjalin komunikasi dengan keluarga almarhum, aparat kepolisian, dan berbagai pihak terkait, termasuk Komnas HAM. Kerja sama tersebut dilakukan dalam rangka mendorong pengungkapan kasus secara menyeluruh dan transparan.
“Kemlu memberikan dukungan penuh serta akses terhadap seluruh informasi dan berbagai hal terkait lainnya kepada keluarga, penyelidik, dan para ahli,” tulis Kemlu dalam pernyataan resminya, Kamis (31/7/2025).
Selain memfasilitasi proses hukum, Kemlu juga memberikan pendampingan emosional kepada keluarga almarhum. Menteri Luar Negeri Sugiono bahkan telah mengunjungi rumah duka di Yogyakarta untuk menyampaikan langsung belasungkawa dan memberikan dukungan moril kepada istri dan dua anak almarhum.
Kemlu turut menyediakan layanan konseling psikologis bagi keluarga yang ditinggalkan, sebagai bagian dari komitmen untuk terus mendampingi mereka dalam masa sulit ini.
“Kepergian Almarhum ADP meninggalkan duka mendalam bagi Kemlu. Ia dikenal sebagai pribadi ramah, pekerja yang berdedikasi, serta sosok senior yang mengayomi,” tulis pernyataan tersebut.
Di tengah suasana duka, Kemlu juga menyampaikan penghargaan atas atensi dan dukungan dari masyarakat serta berbagai pihak yang turut membantu dan menunjukkan empati terhadap keluarga dan rekan kerja almarhum.
Sebagai institusi, Kemlu menyatakan komitmennya untuk terus menyediakan layanan konseling psikologi dan psikiatri secara internal bagi staf dan keluarga besar Kemlu, khususnya yang terdampak langsung oleh penugasan kedinasan maupun tekanan pekerjaan.
“Kemlu akan terus mendampingi keluarga besar almarhum dalam proses pengungkapan kasus ini secara empatik, terbuka, dan objektif,” tutup pernyataan itu.
-
.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Mencurigakan, Sosok Ini Sebut Polisi Gelagapan saat Ditanya Hal Ini di Balik Kematian Arya Daru
GELORA.CO – Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya akhirnya mengumumkan penyebab kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan (ADP).
Namun, ada satu pertanyaan dari awak media yang bikin polisi untuk menjawabnya, simak di bawah ini.
Bukan dibunuh seperti kabar simpang siur yang beredar, polisi menyebut kematian Arya Daru karena diduga mengalami depresi.
Ketua Apsifor, Nathanael EJ Sumampouw dalam konferensi pers yang digelar Selasa (29/7/2025) menjelaskan alasan Arya Daru melakukan tindakan menghabisi nyawa sendiri.
Dari keterangan yang diberikan oleh keluarga dan rekan kerjanya, Arya Daru dikenal sebagai sosok pribadi yang sangat positif, bertanggung jawab juga suportif, dan pekerja keras serta peduli terhadap lingkungan.
Menurutnya hal itulah yang akhirnya membuat Arya Daru kesulitan untuk mengekspresikan emosi negatif.
“Sebagai sosok yang sangat positif di lingkungan, almarhum sangat sulit ekspresikan emosi negatif yang kuat terutama dalam situasi tekanan yang tinggi,” ungkapnya.
Bukti lain yang semakin memperkuat adalah ditemukannya data Arya Daru yang menghimpun mengakses layanan kesehatan mental dari tahun 2013 kemudian berlanjut di tahun 2021.
Pekerjaan Arya Daru juga disinyalir menjadi tekanan baginya dan menimbulkan depresi. Apalagi ia harus melihat peristiwa-peristiwa memilukan yang dialami Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri hingga melibatkan emosional kejiwaannya sendiri.
“Peran tersebut menuntut empati yang tinggi dan sensitivitas sosial sehingga menimbulkan burnout, kelelahan kepedulian, terus menerus terpapar pengalaman penderitaan, dinamika psikologis itulah yang kami temukan di akhir kehidupannya,” jelasnya.
Kepolisian Polda Metro Jaya menyatakan bahwa tidak ditemukan unsur pidana atau keterlibatan pihak lain dalam kematian Arya Daru.
Sosok Ini Curigai ada yang Memandu Arya Daru dari Rooftop Kemlu hingga Kosan
Mustofa Nahrawardaya, koordinator Indonesia Crime Analyst Forum memiliki pandangan yang berbeda terkait rilis yang disampaikan oleh polisi.
Analis kriminal awalnya mengatakan bahwa cara mengungkapkan motif kasus ini adalah dengan menemukan handphone utama milik Arya Daru, yang dipakai sehari-hari.
“Selama handphone utama itu belum ditemukan, belum disentuh tangan kotor, belum direkayasa apapun, itu akan ditemukan dari motif kematian,” tuturnya.
Kemudian, handphone yang ditemukan dan disampaikan dalam rilis, terakhir kali digunakan pada tahun 2022.
“Terlalu jadul, jadi satu-satunya cara menemukan handphone utama, kemungkinan bisa saja ke lantai 12 kembali ke kosan,” ujarnya.
“Ini dugaan saya nih, bukan keinginan sendiri, tapi ada yang memandu, mohon dipelajari. Ada pihak lain yang belum ketemu,” pungkasnya.
Lebih lanjut, Mustofa Nahrawardaya juga menyoroti salah satu pertanyaan dari awak media saat konferensi pers yang bikin polisi gelagapan untuk menjawabnya.
“Waktu jumpa pers selesai, ada sesi tanya jawab sama wartawan, satu pertanyaan yang polisi itu gelagapan menjawab dan tidak siap. Farah itu hubungannya apa dengan korban?” ungkap analis kriminal itu menyoal kasus kematian Arya Daru.
“Oh privat, enggak boleh kami sampaikan,” papar Mustofa menirukan jawaban dari polisi.
Menurut pandangan Mustofa, jawaban dari polisi itu membuat dirinya dan kalangan awak media yang berada di ruangan tersebut menjadi curiga.
“Lho, bagaimana kita mau mengungkap sesuatu kalau privat? nah wartawan curiga kemarin,” katanya.
“Mohon maaf, tidak mengurangi rasa hormat kami dengan keluarga, tapi ini menganalis, beredar isu yang berkembang dari kalangan wartawan, saya juga saya salah satu di dalamnya, bahwa ini terkait dengan asmara,” pungkas Mustofa.
Mustofa kemudian mempertanyakan mengenai intensitas komunikasi antara Arya Daru dengan istrinya di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Tidak mengurangi rasa hormat kami, berempati dengan keluarga, tapi ini menganalisa, apakah sehari sebelumnya, dua hari sebelumnya, tiga hari sebelumnya dan seterusnya selama ngekost di situ apa sebegitu intens istrinya menelpon suaminya?” ucap Mustofa.
“Kalau dikatakan tidak ada pihak luar yang terlibat, ini terlalu dini, itu hanya berdasarkan uji forensik yang ada di laptop, handphone, dan yang ada di saksi-saksi,” tuturnya.
“Tapi saya agak penasaran intensitas, kok sampai dia mengejar penjaga kos untuk terus mengawasi, melihat ke kamar, memutar CCTV segala, itu berarti intensitas istrinya untuk berkomunikasi melalui handphone itu enggak biasa pada hari itu,” tuturnya.
Analis kriminal itu menyampaikan dugaannya bahwa istri dan keluarga Arya sudah tahu ada masalah.
“Pada hari itu kemungkinan dugaan saya adalah istrinya sudah tahu atau keluarganya sudah tahu ada masalah,” jelasnya.
“Artinya istrinya mengecek dari detik per detik, menit ke menit kepada penjaga kos untuk mengecek suaminya, ini penting untuk dihubungkan kembali,” pungkasnya.


