kab/kota: Yerusalem

  • PM Israel: Tidak Akan Ada Negara Palestina

    PM Israel: Tidak Akan Ada Negara Palestina

    Yerusalem

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah bahwa tidak akan ada negara Palestina. Pernyataan itu disampaikan Netanyahu saat berbicara pada upacara penandatanganan proyek permukiman besar di Tepi Barat yang diduduki.

    “Kami akan memenuhi janji kami bahwa tidak akan ada negara Palestina, tempat ini milik kami,” kata Netanyahu pada acara di Maale Adumim, sebuah permukiman Israel di sebelah timur Yerusalem, dilansir AFP, Jumat (12/9/2025).

    “Kami akan menjaga warisan kami, tanah kami, dan keamanan kami… Kami akan menggandakan populasi kota ini,” imbuhnya.

    Israel telah lama berambisi membangun di atas lahan seluas kurang lebih 12 kilometer persegi yang dikenal sebagai E1. Akan tetapi rencana tersebut telah tertunda selama bertahun-tahun karena adanya pertentangan internasional.

    Lokasi tersebut terletak di antara Yerusalem dan permukiman Israel di Maale Adumim, dekat dengan rute yang menghubungkan wilayah utara dan selatan Palestina.

    Bulan lalu, Menteri Keuangan sayap kanan Israel, Bezalel Smotrich, mendukung rencana pembangunan sekitar 3.400 rumah di atas lahan yang sangat sensitif tersebut.

    Pengumumannya menuai kecaman. Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa permukiman tersebut secara efektif akan membelah Tepi Barat menjadi dua dan menimbulkan “ancaman eksistensial” bagi negara Palestina yang bersebelahan.

    Semua permukiman Israel di Tepi Barat, yang diduduki sejak 1967, dianggap ilegal menurut hukum internasional, terlepas dari apakah mereka memiliki izin perencanaan dari Israel.

    Beberapa pemerintah Barat, termasuk Inggris dan Prancis, telah mengumumkan niat mereka untuk mengakui Negara Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa akhir bulan ini.

    Inggris menyatakan akan mengambil langkah tersebut jika Israel gagal menyetujui gencatan senjata dalam perang Gaza.

    Para menteri sayap kanan Israel dalam beberapa bulan terakhir secara terbuka menyerukan aneksasi Israel atas wilayah tersebut.

    LSM Israel, Peace Now, yang memantau aktivitas permukiman di Tepi Barat, mengatakan pekan lalu bahwa pekerjaan infrastruktur di E1 dapat dimulai dalam beberapa bulan, dan pembangunan perumahan dalam waktu sekitar satu tahun.

    Lembaga tersebut menyatakan bahwa rencana E1 “mematikan bagi masa depan Israel dan bagi peluang apa pun untuk mencapai solusi dua negara yang damai”.

    Tidak termasuk Yerusalem timur yang dianeksasi Israel, Tepi Barat adalah rumah bagi sekitar tiga juta warga Palestina, serta sekitar 500.000 pemukim Israel.

    (lir/lir)

  • Waspada Perang Arab, Ini Perbandingan Militer Israel Vs Qatar

    Waspada Perang Arab, Ini Perbandingan Militer Israel Vs Qatar

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Israel melancarkan serangan yang menargetkan pimpinan Hamas di Qatar pada hari Selasa. Serangan ini terjadi saat Qatar menjadi negara mediator kunci dalam konflik Gaza.

    Seorang pejabat senior Israel mengatakan kepada CNN International, bahwa di antara mereka yang menjadi sasaran adalah kepala negosiator Hamas, Khalil Al Hayya. Diketahui enam orang tewas dalam operasi pemerintah Zionis itu.

    Perdana Menteri (PM)  Israel Benjamin Netanyahu mengatakan ia memerintahkan serangan tersebut sebagai tanggapan atas penembakan hari Senin di Yerusalem yang menewaskan enam orang. Serangan itu kemudian diklaim oleh Hamas.

    “Kemarin, setelah serangan mematikan di Yerusalem dan Gaza, Perdana Menteri Netanyahu menginstruksikan semua badan keamanan untuk bersiap menghadapi kemungkinan menargetkan para pemimpin Hamas,” demikian pernyataan bersama Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz.

    Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al Ansari, mengatakan serangan Israel menargetkan bangunan tempat tinggal yang menjadi rumah bagi beberapa anggota biro politik Hamas di Doha. Ia menyebut aksi itu sebagai “pengecut”.

    “Sambil mengecam keras serangan ini, Negara Qatar menekankan bahwa mereka tidak akan menoleransi perilaku Israel yang sembrono dan tidak bertanggung jawab ini,” kata Al Ansari di X.

    PM Qatar memperingatkan bahwa negaranya berhak menanggapi serangan mematikan Israel terhadap Hamas di Doha pada hari Selasa. Ia bahkan menyebutnya sebagai “momen penting” bagi kawasan.

    “Qatar… berhak menanggapi serangan terang-terangan ini,” ujar PM Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani dalam konferensi pers, dikutip dari AFP.

    “Kami yakin bahwa hari ini kita telah mencapai momen penting. Harus ada respons dari seluruh kawasan terhadap tindakan biadab semacam itu,” tambahnya.

    Serangan ini meningkatkan tensi di Timur Tengah, dengan proyeksi instabilitas di masa depan. Israel, yang saat ini telah menyerang beberapa negara Arab, pun terus melakukan serangan dengan teknologi dan kekuatan militer yang dimiliki.

    Lalu, bagaimana kekuatan militer Israel bila dibandingkan dengan Qatar? Berikut datanya mengutip berbagai sumber, dikutip Kamis (11/9/2025).

    Personel dan Anggaran

    Dalam hal kuantitas personel, Israel jauh melampaui Qatar. Ini terlihat di data dari Global Firepower Index 2024 dan laporan IISS The Military Balance 2024.

    Israel memiliki sekitar 170.000 personel aktif, didukung oleh lebih dari 465.000 personel cadangan yang dapat dimobilisasi dengan cepat.  Sistem wajib militer, baik bagi pria maupun wanita, memastikan ketersediaan sumber daya manusia yang besar dan terlatih.

    Sebaliknya, Qatar hanya memiliki sekitar 11.800 personel aktif, dengan cadangan yang sangat terbatas. Perbedaan ini mencerminkan fokus strategis masing-masing negara di mana Israel pada mobilisasi massal, sementara Qatar pada profesionalisme dan teknologi tinggi.

    Angkatan Darat

    Angkatan Darat Israel (IDF) dilengkapi dengan jumlah unit dan peralatan yang jauh lebih besar. Berdasarkan laporan IISS The Military Balance 2024, Israel diperkirakan memiliki sekitar 2.200 tank tempur utama, termasuk model Merkava yang diproduksi di dalam negeri, serta ribuan kendaraan lapis baja lainnya, di mana jumlah ini mencerminkan doktrin militer yang berorientasi pada operasi darat skala besar.

    Sementara itu, Angkatan Darat Qatar jauh lebih kecil, hanya memiliki sekitar 96 tank tempur utama, termasuk Leopard 2A7 yang canggih, dan beberapa ratus kendaraan tempur ringan. Ini menunjukkan bahwa kekuatan darat Qatar lebih berfokus pada pertahanan teritorial.

    Angkatan Udara

    Angkatan Udara Israel (IAF) adalah salah satu yang paling dominan di Timur Tengah, dengan sekitar 340 pesawat tempur canggih, termasuk puluhan jet F-16 dan F-15, serta jet tempur siluman F-35 yang paling modern. Kemampuan ini didukung oleh armada helikopter serang dan transportasi yang besar, sebagaimana dilaporkan oleh Global Firepower Index 2024.

    Angkatan Udara Qatar, meskipun dilengkapi dengan pesawat modern, memiliki jumlah yang jauh lebih sedikit. Qatar memiliki sekitar 36 jet tempur Rafale dari Prancis dan 36 jet tempur F-15QA dari Amerika Serikat. Meskipun canggih, jumlah ini tidak sebanding dengan armada Israel.

    Angkatan Laut dan Pertahanan Rudal

    Dalam data yang bersumber dari laporan Global Firepower Index 2024 dan SIPRI (Stockholm International Peace Research Institute), Angkatan Laut Israel memiliki armada kecil namun canggih yang berfokus pada pertahanan pesisir dan patroli. Mereka memiliki sekitar 16 korvet dan kapal patroli, serta sejumlah kapal selam.

    Pertahanan rudal Israel adalah yang paling maju di dunia, dengan sistem berlapis seperti Iron Dome untuk rudal jarak pendek, David’s Sling untuk rudal jarak menengah, dan Arrow untuk rudal balistik.

    Di sisi lain, Angkatan Laut Qatar lebih kecil, dengan sekitar 60 kapal patroli dan beberapa kapal kecil. Qatar tidak memiliki sistem pertahanan rudal yang sebanding dengan Israel, dan lebih mengandalkan aliansi militer dengan negara-negara besar untuk perlindungan dari ancaman udara. 

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Sayap Bersenjata Hamas Dalangi Penembakan di Yerusalem

    Sayap Bersenjata Hamas Dalangi Penembakan di Yerusalem

    Gaza City

    Sayap bersenjata kelompok Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, mengklaim mendalangi serangan penembakan di sebuah halte bus di pinggiran Yerusalem, yang menewaskan sedikitnya enam orang dan melukai belasan orang lainnya pada Senin (8/9) waktu setempat.

    Penembakan mematikan itu terjadi di sebuah halte bus yang berada di dekat Persimpangan Ramot, yang terletak dekat permukiman Ramot di wilayah Yerusalem Timur. Kepolisian Israel menyebut ada dua pelaku yang tiba di lokasi dengan menggunakan mobil.

    Menurut Kepolisian Israel, kedua pelaku itu ditembak mati setelah melepaskan tembakan ke arah halte bus tersebut. Dikatakan oleh Kepolisian Israel bahwa seorang petugas keamanan dan seorang warga sipil yang ada di lokasi yang telah menembak kedua pelaku hingga tewas.

    Beberapa senjata, amunisi dan pisau yang digunakan oleh para pelaku penyerangan ditemukan di lokasi kejadian.

    Brigade Ezzedine al-Qassam dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Xinhua, Rabu (10/9/2025), menyebut serangan penembakan itu dilakukan oleh dua anggotanya yang bernama Muthanna Naji Omar dan Mohammed Bassam Taha.

    Brigade Ezzedine al-Qassam mengatakan bahwa kedua anggotanya itu tewas dalam baku tembak dengan pasukan Israel.

    “Brigade Al-Qassam menyatakan tanggung jawabnya atas serangan penembakan yang terjadi kemarin (8/9) pagi… di dekat persimpangan permukiman Ramot, yang terletak di tanah Yerusalem tercinta kita,” demikian pernyataan Brigade Ezzedine al-Qassam via Telegram pada Selasa (9/9).

    Menurut Brigade Ezzedine al-Qassam, penembakan itu merupakan “respons atas tindakan pendudukan (Israel) yang terus berlanjut terhadap rakyat Palestina”.

    Dalam pernyataannya, seperti dilansir New York Times (NYT), Brigade Ezzedine al-Qassam juga memperingatkan bahwa perang Israel di Jalur Gaza dan pendudukan Tel Aviv atas wilayah Tepi Barat akan “disambut dengan keteguhan hati rakyat dan keberanian perlawanan”.

    Diklaim juga oleh Brigade Ezzedine al-Qassam bahwa serangan penembakan itu menewaskan tujuh orang, bukan enam orang seperti dilaporkan oleh Israel.

    Sesaat usai pernyataan Brigade Ezzedine al-Qassam dirilis, menurut laporan NYT, Israel melancarkan serangan mengejutkan terhadap para pemimpin senior Hamas yang ada di Doha, Qatar, pada Selasa (9/9) waktu setempat.

    Menurut pengumuman yang dirilis kantor Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu pada Selasa (9/9) malam, penembakan mematikan di halte bus Yerusalem itu turut mendorong keputusan Israel untuk melancarkan serangan terarah di Doha.

    Tonton juga video “Hamas: Para Pemimpin Senior Selamat dari Serangan Israel ke Doha” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Serang Pemimpin Hamas di Qatar, Jerman-AS Bereaksi

    Israel Serang Pemimpin Hamas di Qatar, Jerman-AS Bereaksi

    Jakarta

    Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, menggelar konferensi pers, Selasa (09/09).

    Ketika ditanya apakah pembicaraan damai Gaza akan berlanjut, Sheikh Mohammed mengatakan bahwa ia tidak melihat ada hal yang valid dalam pembicaraan saat ini setelah Doha diserang. Namun, ia menegaskan, “Qatar telah mengerahkan segala upaya dan akan melakukan apa pun yang bisa dilakukan untuk menghentikan perang di Gaza.”

    Qatar, bersama Mesir dan Amerika Serikat (AS), telah menjadi mediator utama antara Israel dan Hamas selama konflik di Gaza.

    Sheikh Mohammed menyalahkan Israel atas gagalnya negosiasi damai dan melontarkan kritik tajam terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

    Ia menyebut Netanyahu melakukan “terorisme negara” dan “membawa kondisi negara ke titik yang tidak dapat diperbaiki.”

    Netanyahu menyebut serangan tersebut sebagai “sepenuhnya dibenarkan,” yang dilakukan setelah serangan di Yerusalem dan tewasnya empat tentara Israel di Gaza.

    Perdana Menteri Qatar juga mengatakan bahwa pejabat AS baru memberi peringatan kepada pemerintahnya 10 menit setelah serangan dimulai, dan menyebut serangan itu sebagai “100% pengkhianatan.”

    Kementerian Luar Negeri Qatar sebelumnya menyatakan bahwa klaim bahwa Qatar telah diberi tahu sebelumnya tentang serangan itu adalah “tidak berdasar.”

    “Panggilan dari pejabat AS muncul saat suara ledakan akibat serangan Israel terdengar di Doha,” tulis juru bicara kementerian, Majed al-Ansari, lewat platform X.

    Lewat unggahan di Truth Social, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa pemerintahannya telah berupaya memperingatkan Doha, tetapi peringatan tersebut “sayangnya terlambat untuk menghentikan serangan.”

    Sheikh Mohammed menyerukan agar negara-negara di Timur Tengah bersatu untuk mengendalikan serangan Israel.

    “Hari ini, kita telah mencapai titik balik yang menuntut adanya respons dari seluruh kawasan terhadap perilaku yang sangat brutal,” kata Mohammed sebagaimana dikutip oleh lembaga Al Jazeera.

    Trump: Serangan Israel ke Qatar “bukan keputusan saya”

    Presiden AS Donald Trump kembali menegaskan bahwa keputusan menyerang pemimpin Hamas di Qatar sepenuhnya berasal dari Israel. Ia mengatakan telah mencoba memberi peringatan kepada Doha, tetapi waktunya tidak cukup.

    “Ini adalah keputusan Perdana Menteri Netanyahu, bukan keputusan saya,” tulis Trump di platform Truth Social.

    Trump mengatakan bahwa pemerintahannya menerima informasi mengenai serangan tersebut dari militer AS.

    “Saya segera menginstruksikan Utusan Khusus, Steve Witkoff, untuk memberi tahu pihak Qatar tentang serangan yang akan terjadi. Ia lantas melakukannya, tapi sayangnya terlalu terlambat untuk menghentikan serangan itu,” kata Trump. “Saya memandang Qatar sebagai sekutu dan sahabat kuat Amerika Serikat, dan sangat menyesalkan lokasi serangan tersebut.”

    Meski begitu, Trump juga menegaskan bahwa “menghancurkan Hamas, yang telah mengambil keuntungan dari penderitaan warga Gaza, adalah tujuan yang layak.”

    Trump menyatakan bahwa ia telah meyakinkan Emir dan Perdana Menteri Qatar bahwa “hal seperti ini tidak akan terjadi lagi di wilayah mereka.”

    “Saya telah menginstruksikan Menteri Luar Negeri, Marco Rubio, untuk menyelesaikan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan dengan Qatar,” tambahnya.

    Jerman: Serangan Israel di Qatar “tidak bisa diterima”

    Kanselir Jerman Friedrich Merz menelepon Emir Qatar, Tamim bin Hamad Al Thani, dan menyatakan bahwa pelanggaran kedaulatan dan integritas wilayah Qatar oleh serangan Israel adalah “tidak dapat diterima”.

    Merz memuji upaya mediasi Qatar dalam konflik Gaza untuk mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera, serta memperingatkan potensi meluasnya perang di kawasan.

    Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul, telah merilis pernyataan resmi pemerintah Jerman sebagai tanggapan atas serangan tersebut.

    “Serangan Israel di Doha tidak hanya melanggar kedaulatan teritorial Qatar, tetapi juga membahayakan seluruh upaya kami dalam membebaskan para sandera,” ujar Wadephul.

    Ia juga menyatakan sangat prihatin terhadap keselamatan para sandera yang masih berada di tangan Hamas, termasuk warga negara Jerman.

    Wadephul menyerukan agar Hamas meletakkan senjata dan “meninggalkan aksi teror terhadap Negara Israel.”

    “Eskalasi saat ini juga merupakan akibat dari serangan teroris Hamas yang mengerikan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023,” tambahnya.

    Meski Jerman merupakan sekutu kuat Israel, belakangan negara tersebut mulai mempertanyakan tindakan Israel di Gaza, terutama terkait krisis kemanusiaan yang dialami warga sipil di wilayah tersebut.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Joan Aurelia

    Editor: Hani Anggraini

    Tonton juga video “Netanyahu di Ruang Operasi Militer Israel saat Serangan ke Qatar” di sini:

    (ita/ita)

  • Netanyahu: Perang Gaza Berakhir Jika Hamas Terima Proposal Trump

    Netanyahu: Perang Gaza Berakhir Jika Hamas Terima Proposal Trump

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa perang Gaza dapat berakhir “segera” jika kelompok Hamas menyetujui proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Netanyahu menyebut pemerintahnya telah menerima persyaratan yang disebutkan dalam usulan gencatan senjata tersebut.

    “Israel telah menerima prinsip-prinsipnya, proposal yang diajukan oleh Presiden Trump untuk mengakhiri perang, dimulai dengan pembebasan segera semua sandera kami,” kata Netanyahu dalam sebuah acara di Kedutaan Besar AS di Yerusalem. “Jika proposal Presiden Trump diterima, perang dapat segera berakhir,” tambahnya, dilansir kantor berita AFP, Rabu (10/9/2025).

    Sebelumnya, Trump mengumumkan pada hari Minggu (7/9) lalu bahwa ia telah mengajukan usulan untuk mengamankan pembebasan para sandera di Gaza. Namun, Gedung Putih belum merilis detail apa pun tentang hal itu.

    Sementara itu, militer Israel pada Selasa (9/9) waktu setempat mengatakan mereka akan bertindak dengan “kekuatan lebih besar” dalam operasi militer di Kota Gaza, kota terbesar di Jalur Gaza yang ingin mereka kuasai. Militer Israel pun memperingatkan penduduk Kota Gaza untuk segera mengungsi.

    Militer Israel dalam pernyataannya, mengatakan pengerahan “kekuatan lebih besar” di Kota Gaza itu bertujuan untuk mengalahkan kelompok Hamas, yang menguasai daerah kantong Palestina tersebut.

    “Kepada seluruh penduduk Kota Gaza… pasukan pertahanan bertekad untuk mengalahkan Hamas dan akan bertindak dengan kekuatan yang lebih besar di wilayah Kota Gaza,” kata juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, dalam pernyataan via media sosial X.

    “Segera mengungsi melalui poros Al-Rashid,” cetus Adraee dalam pernyataannya.

    Imbauan mengungsi itu disampaikan militer Israel setelah Netanyahu memperingatkan penduduk Kota Gaza untuk mengungsi sesegera mungkin.

    Israel semakin mengintensifkan pengeboman terhadap Kota Gaza sebagai persiapan untuk operasi mengambil alih kendali atas kota tersebut dari Hamas, meskipun negara-negara Barat dan lembaga-lembaga bantuan kemanusiaan telah berulang kali meminta Tel Aviv untuk membatalkan rencananya itu.

    “Dalam dua hari ini, kami telah merobohkan 50 menara teror, dan ini hanyalah tahap awal dari manuver darat yang intensif di Kota Gaza. Saya mengatakan kepada para penduduk: kalian telah diperingatkan, pergi sekarang!” kata Netanyahu dalam pernyataan via video pada Senin (8/9) malam.

    “Semua ini hanyalah pendahuluan, hanya pembukaan, untuk operasi intensif utama — manuver darat pasukan kami, yang sekarang sedang bersiap dan berkumpul untuk memasuki Kota Gaza,” tegasnya memberi peringatan.

    Dalam tanggapannya, Hamas menyebut ancaman yang dilontarkan Netanyahu sebagai “tindakan nyata untuk pemindahan paksa” para penduduk Kota Gaza.

    “Ini terjadi di bawah tekanan pengeboman, pembantaian, kelaparan, dan ancaman kematian — yang merupakan tantangan secara terang-terangan dan belum pernah terjadi sebelumnya terhadap hukum dan konvensi internasional,” sebut Hamas dalam pernyataannya.

    Tonton juga video “Netanyahu di Ruang Operasi Militer Israel saat Serangan ke Qatar” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Dunia Hari Ini: Australia Akan Jadi Negara Pertama Lindungi Anak dari AI

    Dunia Hari Ini: Australia Akan Jadi Negara Pertama Lindungi Anak dari AI

    Enggak sempat mengikuti perkembangan berita? Kami sudah merangkum sejumlah laporan utama untuk Anda dalam Dunia Hari Ini.

    Edisi Selasa, 9 September 2025 kami awali dari Australia.

    Anak-anak akan dilindungi dari AI

    Australia akan mencegah anak-anak untuk terlibat dalam percakapan seksual, kekerasan, atau percakapan berbahaya lainnya saat menggunakan kecerdasan buatan atau AI.

    Ini menjadi langkah pertama di dunia untuk memastikan anak-anak di Australia dengan mendaftarkan enam kode baru di bawah undang-undang keamanan daring yang dirancang untuk membatasi anak-anak dalam mengakses konten berbahaya.

    Komisaris eSafety Julie Inman Grant mengatakan perubahan legislatif tersebut akan mewajibkan perusahaan teknologi “untuk memiliki perlindungan dan menggunakan jaminan usia” sebelum chatbot AI diterapkan, dan Australia akan menjadi negara pertama di dunia yang mengambil tindakan tersebut.

    “Kita tidak perlu melihat jumlah korban untuk mengetahui kalau ini adalah hal yang tepat untuk dilakukan oleh perusahaan,” ujar Julie kepada ABC.

    Julie juga mengatakan sekolah-sekolah Australia sudah melaporkan jika anak-anak berusia 10 dan 11 tahun menghabiskan hingga enam jam per hari dengan teknologi AI, “kebanyakan dari mereka menggunakan chatbot yang penuh seksualitas”.

    Kasus penembakan di Yerusalem

    Pihak berwenang Israel mengonfirmasi enam orang tewas dalam serangan penembakan di pinggiran Yerusalem.

    Paramedis dari Magen David Adom mengatakan salah satu pria berusia 50-an, sementara tiga pria berusia 30-an juga tewas, sementara seorang perempuan berusia sekitar 50 tahun meninggal setelah dibawa ke rumah sakit.

    Polisi mengatakan para penyerang menembak orang-orang yang menunggu di halte bus, kemudian seorang tentara dan warga sipil Israel yang berada di lokasi kejadian menembak mati para penyerang.

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperingatkan Israel “sedang berperang di berbagai medan,” termasuk Gaza, Tepi Barat, dan Israel.

    Belasan tewas saat unjuk rasa

    Setidaknya 19 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka saat unjuk rasa digelar di Kathmandu, yang menentang dugaan korupsi pemerintah dan larangan media sosial baru.

    Polisi menembakkan peluru tajam, gas air mata, meriam air, dan peluru karet saat ribuan demonstran muda mencoba menyerbu gedung parlemen.

    Para demonstran menerobos kawat berduri dan memaksa polisi anti huru hara mundur saat mereka mengepung gedung parlemen, sementara jumlah polisi kalah dari jumlah demonstran.

    “Polisi telah menembak tanpa pandang bulu,” kata seorang demonstran kepada kantor berita ANI.

    “[Mereka] menembakkan peluru yang tidak mengenai saya, tapi mengenai teman yang berdiri di belakang saya. Ia terkena di tangan.”

    PM Prancis mengundurkan diri

    Franois Bayrou, yang sudah menjabat sebagai perdana menteri Prancis sejak Desember 2024, akan mengundurkan diri setelah kalah dalam pemungutan suara untuk mosi kepercayaan untuk bisa mengatasi tekanan Prancis untuk perbaiki keuangannya.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron akan menunjuk penggantinya dalam “beberapa hari mendatang”, demikian pernyataan kantornya.

    Partai-partai oposisi menyerukan pemilihan umum baru di tengah Prancis yang berjuang menghadapi krisis fiskal dan utang yang semakin parah.

    Prancis mengalami defisit tahun lalu hampir dua kali lipat dan utang publik mencapai 113,9 persen dari PDB.

    Tonton juga video “Medsos Bagai Dua Sisi Mata Pisau Bagi Anak-Remaja” di sini:

  • Video Penembakan di Halte Bus Yerusalem: 5 Tewas, 11 Luka-Luka

    Video Penembakan di Halte Bus Yerusalem: 5 Tewas, 11 Luka-Luka

    Penembakan terjadi di halte bus Ramot Junction, pinggiran Yerusalem, Senin (8/9), menewaskan lima orang dan melukai 11 lainnya. Dua penyerang yang datang dengan mobil ditembak mati oleh petugas keamanan dan warga sipil.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu langsung meninjau lokasi. Ia tampak dijaga ketat oleh petugas bersenjata lengkap.

  • Jelang Pengakuan Kedaulatan, PM Palestina Temui Menlu Inggris Bahas Solusi 2 Negara

    Jelang Pengakuan Kedaulatan, PM Palestina Temui Menlu Inggris Bahas Solusi 2 Negara

    JAKARTA – Perdana Menteri (PM) Palestina Mohammad Mustafa bersama Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris yang baru diangkat, Yvette Cooper, membahas upaya untuk mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza dan solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina.

    Dalam pertemuan yang berlangsung pada Minggu 7 September waktu setempat ini, AN melaporkan Mustafa dan Cooper juga membahas persiapan Sidang Umum PBB mendatang, di mana beberapa negara telah berjanji untuk mengakui Negara Palestina.

    Keduanya juga sepakat melanjutkan kerja sama mengenai hasil konferensi yang diketuai bersama oleh Arab Saudi dan Prancis yang diadakan Juli 2025, yang bertujuan untuk menghidupkan kembali proses perdamaian di kawasan tersebut.

    Adapun Inggris berencana untuk mengakui Palestina dalam forum di PBB bulan ini, kecuali Israel menyetujui gencatan senjata di Gaza dan terlibat dalam solusi dua negara.

    Kantor berita Wafa menambahkan, Mustafa dan Cooper juga terlibat dalam pembahasan tata kelola Kota Gaza yang hancur lebur oleh serangan Israel, termasuk serangan lanjutan Israel untuk mengambil alih Kota Gaza sepenuhnya dan makin meluasnya pemukim ilegal Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

    Menurut keduanya, perlunya kerja sama yang berkelanjutan untuk menghentikan agresi Israel di Gaza, dan upaya-upaya konkret menghentikan perluasan dan aneksasi permukiman ilegal Israel di Tepi Barat.

  • Geger Penembakan di Halte Bus Yerusalem, 5 Orang Tewas

    Geger Penembakan di Halte Bus Yerusalem, 5 Orang Tewas

    Yerusalem

    Penembakan mematikan terjadi di sebuah halte bus yang ada di dekat persimpangan jalan di pinggiran Yerusalem yang dikuasai Israel pada Senin (8/9). Sedikitnya lima orang tewas dan belasan orang lainnya luka-luka dalam penembakan tersebut, dengan dua pelaku telah ditembak mati di lokasi kejadian.

    Layanan darurat dan ambulans Israel, Magen David Adom, dalam laporannya, seperti dilansir AFP dan Reuters, Senin (8/9/2025), mengidentifikasi kelima korban tewas sebagai seorang pria berusia 50 tahun, seorang wanita berusia 50-an tahun, dan tiga pria berusia 30-an tahun.

    Disebutkan juga bahwa sekitar 11 orang lainnya mengalami luka-luka. Enam korban luka di antaranya disebut berada dalam kondisi serius akibat luka tembak yang mereka derita.

    Motif di balik penembakan maut itu belum diketahui secara jelas.

    Kepolisian Israel, dalam pernyataannya, menyebut ada dua pelaku penyerangan yang tiba di lokasi dengan menggunakan mobil. Kedua pelaku, sebut Kepolisian Israel, melepaskan tembakan ke arah halte bus yang ada di Persimpangan Ramot.

    Dikatakan oleh Kepolisian Israel bahwa seorang petugas keamanan dan seorang warga sipil menembak mati kedua pelaku penyerangan tersebut.

    Beberapa senjata, amunisi dan pisau yang digunakan oleh para pelaku penyerangan ditemukan di lokasi kejadian. Kepolisian Israel menyebut para pelaku serangan sebagai “teroris”.

    Penembakan maut itu terjadi di persimpangan jalan yang ada di dalam wilayah Yerusalem, yang direbut Israel dalam perang tahun 1967 dan kemudian dianeksasi dalam langkah yang tidak diakui internasional.

    Sementara itu, kelompok Hamas, yang menguasai Jalur Gaza dan sedang berperang melawan Israel, memberikan pujian untuk para pelaku yang mereka sebut sebagai “pejuang perlawanan” Palestina. Kelompok Jihad Islam, sekutu Hamas, juga memuji penembakan di Yerusalem itu.

    Namun baik Hamas maupun Jihad Islam tidak mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan tersebut.

    Kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, dalam pernyataannya, menyebut sang PM sedang menggelar rapat membahas situasi tersebut dengan jajaran pejabat keamanan Tel Aviv.

    Lihat juga Video: Detik-detik Penembakan Staf KBRI di Peru

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Tegaskan Akui Palestina Kesalahan Besar, Ancam Tindakan Sepihak

    Israel Tegaskan Akui Palestina Kesalahan Besar, Ancam Tindakan Sepihak

    Tel Aviv

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel Gideon Saar menyebut desakan internasional baru-baru ini untuk mengakui negara Palestina merupakan “kesalahan besar”. Saar memperingatkan bahwa pengakuan semacam itu dapat memicu tindakan sepihak dari Israel.

    Beberapa negara, termasuk Prancis dan Inggris, telah berjanji untuk secara resmi mengakui negara Palestina di sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 yang dijadwalkan bulan ini.

    Hubungan antara Tel Aviv dan Paris semakin memburuk sejak Presiden Emmanuel Macron mengumumkan rencana negaranya untuk mengakui negara Palestina dan menjadi tuan rumah bersama Arab Saudi untuk konferensi membahas solusi dua negara di PBB pada Juli lalu.

    Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer, bulan lalu, mengatakan Inggris akan mengikuti jejak Prancis dengan mengakui negara Palestina jika Israel gagal menyetujui gencatan senjata dalam perang Gaza.

    Kritikan untuk Prancis dan negara-negara lainnya yang berencana mengakui negara Palestina, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (8/9/2025), disampaikan oleh Saar dalam konferensi pers gabungan, pada Minggu (7/9), dengan Menlu Denmark Lars Lokee Rasmussen yang berkunjung ke Israel.

    “Negara-negara seperti Prancis dan Inggris yang mendorong apa yang mereka sebut pengakuan, telah melakukan kesalahan besar,” kata Saar dalam pernyataannya.

    Melanjutkan rencana tersebut, menurut Saar, akan “mempersulit tercapainya perdamaian”.

    “Hal itu akan mengganggu stabilitas kawasan. Hal itu juga akan mendorong Israel untuk mengambil keputusan sepihak,” sebutnya.

    Saar tidak menyebutkan lebih lanjut soal “keputusan sepihak” yang mungkin diambil Israel. Namun pernyataannya muncul setelah pemerintah Tel Aviv memberikan persetujuan untuk proyek permukiman baru, termasuk proyek E1 yang kontroversial, di Tepi Barat yang diduduki Israel sejak tahun 1967 silam.

    Proyek E1 yang merupakan proyek besar-besaran ini berlokasi di Yerusalem bagian timur, dan jika direalisasikan, akan membagi wilayah Tepi Barat menjadi dua.

    Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich menyebut proyek E1 akan “mengubur gagasan negara Palestina”. Smotrich yang tinggal di permukiman Yahudi di Tepi Barat, juga menyerukan agar Israel mencaplok sebagian besar wilayah Tepi Barat untuk “menghilangkan gagasan membagi tanah kami yang kecil dan mendirikan negara teroris di pusatnya dari agenda untuk selamanya”.

    Komunitas internasional telah memperingatkan bahwa proyek E1 akan mengancam kelangsungan negara Palestina di masa depan. Pada dasarnya, semua permukiman Israel di wilayah Tepi Barat dianggap ilegal menurut hukum internasional.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)