kab/kota: Yerusalem

  • Solidaritas untuk Gaza, Tak Ada Perayaan Natal di Betlehem

    Solidaritas untuk Gaza, Tak Ada Perayaan Natal di Betlehem

    Bethlehem

    Perayaan Natal tampaknya dibatalkan di Bethlehem, sebuah kota di wilayah Tepi Barat, yang diyakini oleh umat Kristen sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus. Suasana Natal tidak terlihat di kota Betlehem, yang biasanya menggelar perayaan secara meriah.

    Seperti dilansir AFP dan Mirror.co.uk, Senin (18/12/2023), kerumunan wisatawan dan peziarah yang biasanya berkumpul di kota Bethlehem, dengan banyak orang mengenakan kostum Sinterklas, disertai marching band, menghilang dari pandangan untuk tahun ini.

    Sama sekali tidak ada lampu kerlap-kerlip yang menandai perayaan Natal dan tidak ada juga keberadaan pohon cemara besar yang biasanya dipajang untuk merayakan kelahiran Yesus Kristus, yang diyakini oleh umat Kristen terjadi di Betlehem sekitar 2.000 tahun lalu.

    Gereja Kelahiran atau Church of Nativity yang biasanya dipenuhi banyak peziarah saat menjelang Natal, kini tampak kosong.

    Manger Square di Bethlehem, yang biasanya menjadi lokasi berdirinya pohon cemara setinggi 6 meter, terlihat kosong. Menurut penduduk setempat, minimnya suasana perayaan Natal menjadi bentuk solidaritas terhadap orang-orang yang dilanda perang di Jalur Gaza yang berjarak 74 kilometer dari kota itu.

    Ketika perang antara Israel dan Hamas berkecamuk di Jalur Gaza, perayaan Natal tampaknya menjadi hal yang diredam untuk tahun ini di Tepi Barat yang diduduki oleh Israel. Sedikitnya 18.800 warga Palestina tewas dan hampir dua juta orang mengungsi juga terjebak bencana kemanusiaan di Jalur Gaza.

    Di Tepi Barat sendiri, tindak kekerasan meningkat sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza. Menurut otoritas kesehatan setempat, lebih dari 290 warga Palestina di Tepi Barat tewas dibunuh oleh tentara atau pemukim radikal Israel.

    Pada tahun-tahun normal, menurut seorang pemilik toko souvenir yang bernama Abooh Suboh (30), Bethlehem biasanya menjadi “kota yang penuh dengan orang, penuh dengan turis”. Toko Suboh yang menjual syal kasmir dan tas kulit tampak kosong pada akhir tahun ini.

    “Perang ini menghentikan segalanya,” ucapnya.

    Para pemimpin-pemimpin gereja di Yerusalem dan dewan kota Bethlehem telah mengambil keputusan, sejak bulan lalu, untuk tidak menggelar perayaan Natal yang “tidak perlu” sebagai bentuk solidaritas untuk warga di Jalur Gaza.

    Patriark Latin Yerusalem tetap akan datang untuk menyampaikan khotbah tengah malam yang secara tradisi digelar pada Malam Natal. Namun dengan banyaknya peziarah yang menghindari Bethlehem saat ini, dan akses ke kota itu yang dibatasi oleh Israel, jumlah jemaat yang hadir kemungkinan akan berkurang.

    Sementara itu, seorang pendeta Palestina bernama Dr Munther Isaac dari Gereja Evangelis Lutheran di Bethelehem menciptakan adegan palungan saat kelahiran Yesus dengan menggambarkan bayi Yesus dikelilingi oleh puing-puing.

    “Kami melakukan ini untuk diri kami sendiri, untuk menekankan bahwa Yesus ada dalam solidaritas dengan mereka yang menderita,” ucapnya.

    “Yesus menyertai kita dalam penderitaan kita, ketika kita menjadi korban marginalisasi dan ketidakadilan. Ini adalah Natal bagi kita. Dan saya berharap Anda memikirkan arti sebenarnya dari Natal saat Anda merayakannya dengan cara Anda sendiri,” ujar Dr Isaac dalam pernyataannya.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Apakah Resolusi 377A PBB Bisa Bantu Loloskan Resolusi soal Gaza?

    Apakah Resolusi 377A PBB Bisa Bantu Loloskan Resolusi soal Gaza?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Mesir dan Mauritania memakai Resolusi 377A untuk menggelar rapat darurat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), merespons kegagalan Dewan Keamanan (DK) PBB mengadopsi resolusi gencatan senjata di Gaza.

    Kedua negara memanfaatkan resolusi 377A untuk mendesak majelis umum bersidang dan membuat rekomendasi usai DK PBB gagal mengeluarkan resolusi buntut veto Amerika Serikat.

    “Dengan tidak adanya gencatan senjata dan mengingat pelanggaran berat yang sedang berlangsung terhadap hukum internasional, termasuk hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia, dan pelanggaran terhadap resolusi PBB yang relevan… situasi di Wilayah Pendudukan Palestina, termasuk Yerusalem Timur, khususnya di Jalur Gaza, kondisinya terus memburuk secara dramatis,” bunyi surat bersama yang dibagikan Majelis Umum PBB seperti dikutip CNN.

    Presiden Majelis Umum PBB Dennis Francis mengatakan rapat darurat akan berlangsung pada Selasa (12/12) sekitar pukul 15.00 waktu New York, AS.

    Apakah Resolusi 377A bisa bantu meloloskan resolusi di Dewan Keamanan PBB soal gencatan senjata di Gaza?

    Resolusi UNGA (United Nations General Assembly) 377A dikenal sebagai “Uniting for Peace” atau “Resolusi Bersatu untuk Perdamaian”.

    Resolusi tersebut menyatakan jika DK PBB tak mampu melaksanakan tanggung jawab utama menjaga perdamaian global karena kurang suara, maka Majelis Umum PBB bisa mengambil tindakan.

    Majelis Umum bakal memiliki wewenang untuk menggelar pertemuan melalui Sekretaris Jenderal PBB, demikian dikutip Al Jazeera.

    Pertemuan ini bertujuan membuat rekomendasi soal tindakan kolektif termasuk “penggunaan kekuatan bersenjata bila diperlukan.”

    Setidaknya satu anggota DK PBB atau sekelompok anggota Majelis Umum harus mendukung resolusi agar ini bisa berlaku.

    Pada 1956, Resolusi 377A digunakan untuk merespons Krisis Suez. Berkat resolusi ini, pasukan penjaga perdamaian pertama PBB dibentuk.

    Resolusi ini pada akhirnya membantu menyelesaikan invasi tripartit Israel, Inggris, dan Prancis ke Mesir dan Gaza, demikian dikutip dari The New Arab.

    Kendati begitu, semua resolusi dan rekomendasi Majelis Umum PBB tak mengikat secara hukum. Artinya, usulan itu bisa saja diabaikan tanpa konsekuensi apa pun.

    Pakar studi konflik dari Universiti Malaya, Muhammad Danial Azman, mengatakan badan yang memiliki pengaruh dan otoritas tertinggi di PBB ialah Dewan Keamanan.

    “DK PBB adalah badan tertinggi dari sistem PBB dan memiliki keputusan akhir terhadap status quo sebuah resolusi,” kata Azman, seperti dikutip New Straits Times.

    Ia menegaskan, “Hanya resolusi yang disahkan DK PBB yang merupakan hukum internasional yang nyata dan bersifat mengikat.”

    Resolusi 377A ini sendiri diciptakan oleh Amerika Serikat dan disahkan Majelis Umum PBB pada 1950.

    Tujuan awal resolusi dibentuk yaitu untuk melawan Uni Soviet dan mencegah negara itu menghentikan Dewan Keamanan membantu Korea Selatan, yang diserang oleh sekutu Kremlin, Korea Utara.

    (blq/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Respons Netanyahu soal Gaza, Hamas Ajak Palestina Ikut Perangi Israel

    Respons Netanyahu soal Gaza, Hamas Ajak Palestina Ikut Perangi Israel

    Jakarta, CNN Indonesia

    Hamas mendesak Otoritas Palestina berhenti berunding dengan Israel menyusul pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang bocor soal rencananya atas Jalur Gaza pasca perang.

    Hamas menganggap pernyataan Netanyahu itu menegaskan bahwa Israel tidak tertarik dengan penyelesaian konflik secara politik dengan Palestina.

    Kelompok penguasa Gaza itu bahkan menuding Israel berniat mengkonsolidasikan pendudukannya terhadap wilayah Palestina khususnya Yerusalem dan Masjid Al Aqsa.

    “Ia (Netanyahu) tidak tertarik pada penyelesaian politik dan ingin mengkonsolidasikan pendudukan, khususnya di Yerusalem dan Masjid Al Aqsa,” ujar Hamas melalui pernyataan pada Selasa (12/12) seperti dikutip Al Jazeera.

    “Hamas meminta Otoritas Palestina dan badan-badannya untuk mengabaikan Perjanjian Oslo, menghentikan koordinasi keamanan, dan melakukan transisi ke perlawanan bersenjata,” bunyi seruan Hamas menambahkan.

    Seruan Hamas itu datang menanggapi pernyataan PM Netanyahu yang mengungkap sejumlah rencananya soal Jalur Gaza ketika agresi Israel ke wilayah itu berakhir.

    Dalam rapat tertutup bersama parlemen Knesset beberapa waktu lalu, Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan terus melancarkan agresinya sampai milis Hamas kalah.

    Dalam transkrip pernyataan Netanyahu yang bocor di beberapa media Hebrew, sang PM juga berupaya mencegah Otoritas Palestina menguasai Jalur Gaza kala agresi Israel berhenti.

    Selama rapat, Netanyahu juga mengatakan bahwa Gaza akan berada di bawah kontrol militer Israel. Meski begitu, urusan administratif Gaza akan diurus oleh “otoritas sipil”.

    “Setelah perang, sebuah administrator sipil akan beroperasi di Gaza dan Jalur Gaza akan direhabilitasi di bawah kepemimpinan negara Teluk Arab. Kami tidak akan menyerah pada tekanan internasional,” kata Netanyahu.

    Netanyahu juga menyamakan Otoritas Palestina sama seperti Hamas. Menurutnya, keduanya sama-sama ingin menghancurkan Israel.

    “Bedanya Hamas dan Otoritas Palestina itu, Hamas ingin menghancurkan Israel saat ini juga, dan Otoritas Palestina ingin melakukannya dalam beberapa tahap,” ucap Netanyahu kepada Komite Hubungan Luar Negeri Knesset lagi seperti dikutip Al Jazeera.

    Sementara itu, Netanyahu juga mengungkap bahwa Arab Saudi dan Uni Emirat Arab akan membiayai rekonstruksi Jalur Gaza setelah perang Israel-Hamas sejak 7 Oktober lalu berakhir di wilayah itu.

    “Langkah pertama di Gaza adalah mengalahkan Hamas. Setelah itu, saya yakin Uni Emirat Arab dan Arab Saudi akan mendukung rehabilitasi Jalur Gaza,” kata Netanyahu.

    Klaim Netanyahu itu masih belum jelas. Sejauh ini, tidak ada negara Teluk Arab yang memberikan indikasi publik bahwa mereka bersedia menanggung tanggung jawab rehabilitasi dan pembangunan di Jalur Gaza pasca agresi Israel berhenti.

    (rds/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Apa Isi Resolusi 377A yang Dipakai Mesir Lawan Veto AS di DK PBB?

    Apa Isi Resolusi 377A yang Dipakai Mesir Lawan Veto AS di DK PBB?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Mesir dan Mauritania menggunakan Resolusi 377A untuk melawan Amerika Serikat yang memveto resolusi soal Gaza di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada pekan lalu.

    Resolusi yang diveto AS di DK PBB berisi seruan gencatan senjata di Gaza yang hingga kini masih digempur Israel.

    Draf resolusi baru bisa diadopsi lalu diimplementasikan jika mendapat dukungan sembilan dari 15 anggota DK PBB dan tak ada veto dari anggota tetap.

    Untuk melawan veto AS, Mesir menggunakan Resolusi 377A (V) mengingat Gaza kian krisis. Lalu apa isi resolusi itu?

    Resolusi UNGA (United Nations General Assembly) 377A ini dikenal juga sebagai “Resolusi Bersatu untuk Perdamaian”.

    Resolusi tersebut menyatakan jika DK PBB tak mampu melaksanakan tanggung jawab utama menjaga perdamaian global karena kurang suara, maka Majelis Umum PBB bisa mengambil tindakan.

    Majelis Umum akan memiliki wewenang untuk menggelar pertemuan melalui Sekretaris Jenderal, demikian dikutip Al Jazeera.

    Pertemuan ini bertujuan untuk membuat rekomendasi soal tindakan kolektif termasuk “penggunaan kekuatan bersenjata bila diperlukan.”

    Negara anggota bisa membuat rekomendasi untuk tindakan kolektif, yang berarti bisa mengambil pilihan lebih ekstrem jika disepakati, termasuk tindakan militer.

    Untuk bisa terwujud, setidaknya satu anggota DK PBB atau sekelompok anggota Majelis Umum harus mendukung diadakannya resolusi itu agar bisa berlaku.

    Namun, semua resolusi dan rekomendasi Majelis Umum PBB tak mengikat secara hukum. Ini artinya usulan mereka bisa diabaikan tanpa konsekuensi apa pun.

    Resolusi yang sangat jarang digunakan ini sebelumnya pernah dipakai beberapa kali untuk membantu menyelesaikan konflik.

    Beberapa konflik itu di antaranya Krisis Kongo pada 1960, konflik India-Pakistan pada 1971, pendudukan Uni Soviet di Afghanistan pada 1980, hingga Perang Korea.

    Elemen penting resolusi ini adalah Majelis Umum bisa, jika dianggap perlu, merekomendasikan penggunaan kekerasan.

    Rapat Darurat Digelar Hari Ini

    Usai DK PBB kembali gagal meloloskan resolusi, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan menggelar rapat darurat terkait situasi di Jalur Gaza Palestina pada Selasa (12/12).

    Dalam surat yang dibagikan oleh presiden Majelis Umum PBB Dennis Francis pada Senin (11/12), perwakilan Mesir dan Mauritania menyerukan pertemuan darurat khusus Majelis Umum PBB “dalam kapasitas masing-masing sebagai Ketua Kelompok Negara Arab dan Kelompok Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).”

    Dalam suratnya, Mesir dan Mauritania menganggap resolusi UNGA 377A perlu digunakan agar Majelis Umum dapat bersidang dan membuat rekomendasi ketika DK PBB “gagal menjalankan tanggung jawab utamanya untuk bertindak sebagaimana diperlukan untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional.

    “Dengan tidak adanya gencatan senjata dan mengingat pelanggaran berat yang sedang berlangsung terhadap hukum internasional, termasuk hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia, dan pelanggaran terhadap resolusi PBB yang relevan… situasi di Wilayah Pendudukan Palestina, termasuk Yerusalem Timur, khususnya di Jalur Gaza, kondisinya terus memburuk secara dramatis,” bunyi surat bersama Majelis Umum PBB tersebut seperti dikutip CNN.

    Francis mengatakan rapat darurat ini diperkirakan akan berlangsung sekitar pukul 15.00 waktu New York, Amerika Serikat.

    (isa/dna)

    [Gambas:Video CNN]

  • VIDEO: Israel ‘Ganggu’ Jemaah Salat Jumat di Kompleks Al Aqsa

    VIDEO: Israel ‘Ganggu’ Jemaah Salat Jumat di Kompleks Al Aqsa

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kepolisian Israel memperketat keamanan bagi warga Palestina yang beribadah di wilayah kompleks Al Aqsa, Yerusalem, Jumat (8/12).

    Hal ini menyulitkan banyak orang untuk masuk ke kompleks tersebut untuk melakukan salat Jumat. Saat salat pun, para jemaah yang berada di luar masjid masih saja diganggu polisi Zionis.

    Israel memperketat keamanan di sekitar Al Aqsa sejak perang berkecamuk pada 7 Oktober lalu. Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza, genosida Israel ini membuat setidaknya 17.487 warga Palestina meninggal dan 21 rumah sakit lumpuh.

  • Kenapa Israel Tetap Serbu Tepi Barat di Tengah Agresi ke Gaza?

    Kenapa Israel Tetap Serbu Tepi Barat di Tengah Agresi ke Gaza?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sejak serangan balasan diluncurkan Israel pada 7 Oktober lalu, mata dunia tertuju pada kehancuran dan penderitaan yang dialami oleh Gaza.

    Namun, sisi lain dari wilayah Palestina sebenarnya juga mengalami penderitaan serupa akibat konflik dengan Israel yang terus memanas.

    Pasukan Israel dilaporkan kini menangkap 60 warga Palestina dalam penggerebekan yang terjadi di Tepi Barat pada Minggu (3/12) malam, dikutip dari Al Jazeera.

    Di Kota Jenin, Tepi Barat, pasukan penembak runduk Israel terlihat memantau di atas gedung, 50 kendaraan lapis baja berpatroli, dan pesawat pengintai beterbangan di atas wilayah tersebut.

    Pejabat kesehatan Palestina mengatakan bahwa Israel membunuh lima warga Tepi Barat atas pendudukan beberapa hari lalu.

    Kenapa Israel serbu Tepi Barat di tengah agresi ke Gaza dengan dalih menumpas Hamas?

    Tepi Barat merupakan sebidang tanah di tepi barat Sungai Yordan dan di sebelah timur Israel yang menjadi tempat tinggal bagi lebih dari tiga juta warga Palestina.

    Sejak terjadinya Perang Enam Hari pada Juni 1967, Israel telah merencanakan dan mendanai pos-pos terdepan Yahudi di Tepi Barat, dikutip dari Vox.

    Para pemukim percaya bahwa mereka memiliki hak atas wilayah tersebut, walaupun sebagian besar komunitas internasional menganggap pemukiman itu ilegal.

    Kekuasaan yang dimiliki Otoritas Palestina (PA) tidak mencegah Israel untuk ikut campur dalam urusan Tepi Barat.

    Populasi-populasi ini sebagian besar dipisahkan dan dikontrol oleh infrastruktur keamanan Israel yang kompleks, termasuk pos pemeriksaan militer, patroli bersenjata, penghalang pemisah, dan kartu identitas serta pelat nomor dengan kode warna.

    Kondisi ini membentuk dan mengatur kehidupan masyarakat Tepi Barat sehari-hari.

    Bersambung ke halaman berikutnya…

    Memanasnya perang dengan Israel membuat tingkat kekerasan di Tepi Barat terus meningkat drastis, bahkan menjadi yang terparah sejak Intifadah Kedua.

    Sebelum agresi total ke Gaza, 2023 sudah menjadi tahun paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat dalam lebih dari dua dekade, dengan tewasnya 250 warga Palestina akibat tembakan Israel, sebagian besar terjadi dalam operasi militer.

    “Saya terus khawatir mengenai pemukim ekstremis yang menyerang warga Palestina di Tepi Barat,” ungkap Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada akhir Oktober lalu.

    Ghassan Daghlas, pejabat Otoritas Palestina, mengatakan bahwa pemukim menghancurkan lebih dari 3.000 pohon Zaitun selama musim panen yang penting, dikutip dari Associated Press News.

    Pemukim juga mengganggu komunitas pengembala dengan memaksa 900 orang meninggal 15 dusun yang sudah lama menjadi tempat tinggal mereka.

    Kekerasan dan penyerangan Israel terhadap Tepi Barat diduga terkait dengan proyek pemukiman yang diciptakan oleh kelompok kiri-tengah Israel sejak 1948. Proyek tersebut bertujuan untuk menaklukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

    Proyek pemukiman merupakan proyek terbesar dan termahal yang pernah dilakukan Israel.

    Pandangan lain terkait perluasan serangan pasukan Israel di Tepi Barat disampaikan oleh Jenderal Kenneth “Frank” McKenzie, mantan kepala Komando Pusat AS.

    McKenzie, mengatakan bahwa tujuan Israel adalah menumpas kelompok Hamas, sedangkan Tepi Barat tidak dikuasai oleh Hamas.

    Serangan Israel justru menargetkan sejumlah kelompok perlawanan yang beroperasi di Tepi Barat.

    “Menurut saya, salah satu konsep dasar pendekatan Israel terhadap perang di Gaza adalah mencegahnya meluas. Jadi saya pikir mereka tidak tertarik dengan gejolak lebih lanjut di Tepi Barat. Jadi saya pikir jika – ketika Israel beroperasi di sana, mereka benar-benar mengejar elemen-elemen yang mencoba menyerang mereka di Tepi Barat,” ungkap McKenzie, dikutip dari NPR.

    Sejalan dengan hal ini, IDF mengeluarkan pernyataan bahwa peningkatan signifikan serangan teroris di Tepi Barat. Oleh karena itu, IDF menjalankan operasi kontra terorisme setiap malam untuk menangkap para tersangka.

    Beberapa tersangka yang berhasil ditangkap merupakan bagian dari kelompok Hamas, dikutip dari CNN.

  • Israel Paksa Warga Palestina Bongkar Rumah Sendiri di Yerusalem Timur

    Israel Paksa Warga Palestina Bongkar Rumah Sendiri di Yerusalem Timur

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pasukan Israel disebut memerintahkan seorang warga Palestina untuk menghancurkan rumahnya sendiri di dekat Yerusalem Timur.

    Dilansir Al Jazeera, warga Sur Baher bernama Ayman Awad mengaku kehilangan rumahnya pada Minggu (3/12) kemarin.

    Warga setempat mengatakan pihak berwenang Israel memberinya ultimatum untuk merobohkan rumahnya sendiri. Jika menolak, Israel mengancam akan menghancurkan rumah tersebut.

    Media Palestina Wafa mengatakan warga tersebut juga diminta membayar biaya yang mahal, jika memilih opsi terakhir.

    Warga Palestina di Yerusalem Timur sering kali diancam dengan pembongkaran rumah oleh Israel, karena dianggap membangun tanpa izin.

    Tahun ini pihak berwenang Israel telah menghancurkan lebih dari 600 rumah di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki, dengan dalih tersebut.

    Sampai saat ini, pasukan Israel masih terus memperluas serbuan darat di seluruh wilayah Jalur Gaza.

    Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (International Defense Forces/IDF) menyebut pihaknya memperluas operasi militer di Gaza, untuk menumpas kelompok Hamas.

    “IDF melanjutkan dan memperluas operasi darat terhadap kelompok Hamas di seluruh Jalur Gaza,” kata Hagari seperti dikutip CNN, Minggu (3/12).

    Sejak agresi Israel dilanjutkan usai gencatan senjata berakhir pada Jumat (1/12) lalu, pasukan militer Israel mulai menggempur lagi Gaza habis-habisan.

    Kali ini serangan bukan cuma menyasar utara Gaza, namun mulai beralih ke wilayah selatan terutama di kota Khan Younis.

    (dna/dna)

    [Gambas:Video CNN]

  • Alasan Gencatan Senjata Israel-Hamas Berakhir sampai Gaza Dibom Lagi

    Alasan Gencatan Senjata Israel-Hamas Berakhir sampai Gaza Dibom Lagi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Gencatan senjata Israel dan Hamas di Jalur Gaza Palestina akhirnya berakhir pada Jumat (1/12) setelah keduanya tak lagi mencapai kesepakatan soal perpanjangan jeda pertempuran.

    Israel pun segera melancarkan rentetan serangannya lagi ke Jalur Gaza tak lama setelah masa gencatan senjata habis pada Jumat pagi pukul 07.00 waktu lokal atau 12.00 WIB.

    Militer Israel menyalahkan Hamas atas kegagalan perpanjangan gencatan senjata. Tel Aviv menuding Hamas melanggar kesepakatan gencatan senjata terutama soal pembebasan sandera.

    Beberapa jam sebelum gencatan senjata selesai, Hamas mengklaim Israel menolak tawaran milisi tersebut soal pembebasan sejumlah sandera tambahan.

    Dilansir Al Jazeera, tiga dari beberapa sandera yang rencananya dibebaskan Hamas ini tewas akibat bombardir Israel selama masa tawanan dan kelompok penguasa Gaza itu berencana mengembalikan jasad mereka.

    Namun, Israel disebut menolaknya lantaran menganggap Hamas melanggar janji untuk membebaskan sandera dengan kondisi selamat.

    Senada dengan Israel, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony J. Blinken juga menyalahkan sikap Hamas yang mengingkari komitmennya menjadi alasan gencatan senjata berakhir tanpa ada perpanjangan lagi. 

    Blinken mengatakan sudah melihat tanda-tanda bahwa Israel telah mengambil langkah baru untuk melindungi warga sipil saat mereka melanjutkan operasi militernya.

    “Penting untuk dipahami mengapa jeda ini berakhir: Ini berakhir karena Hamas. Hamas mengingkari komitmen yang dibuatnya,” kata Blinken di akhir kunjungannya ke Timur Tengah seperti dilaporkan The New York Times.

    Dia mencatat bahwa beberapa jam sebelum gencatan tujuh hari berakhir, Hamas “melakukan serangan teroris yang mengerikan di Yerusalem”. Penembakan pada Kamis (30/11) itu menewaskan tiga orang dan melukai enam orang.

    Hamas memang mengakui bertanggung jawab atas penembakan di Yerusalem tersebut. Blinken juga menambahkan Hamas turut menembakkan roket ke Israel pada Jumat dan gagal membebaskan sandera yang telah dijanjikan untuk bebas.

    PM Netanyahu kian tertekan

    Gencatan senjata berakhir juga berlangsung kala Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terus ditekan untuk terus melanjutkan peperangan di Gaza.

    Dikutip Al Jazeera, elite militer Israel telah lama mendesak agar perang di Gaza berlanjut. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant bahkan menegaskan pasukannya telah siap menggempur Gaza lagi dari darat, udara, dan laut ketika gencatan selesai.

    Gallant memang sejauh ini yang paling agresif menyerukan agresi Israel ke Gaza berlanjut. Sementara itu, Netanyahu mempertahan sikap hawkish-nya selama konflik ini berlangsung dan memilih untuk tampil sebagai pemimpin secara umum dengan menyerahkan urusan pertahanan sepenuhnya pada militer Israel.

    Sikap ini diambil Netanyahu kala dirinya terus menghadapi tekanan untuk mundur tak hanya dari publik Israel tapi dari beberapa pendahulunya. Sejauh ini, setidaknya tiga mantan PM Israel telah mengkritik keras kepemimpinan Netanyahu yang dianggap gagal menyelamatkan keamanan nasional imbas serangan Hamas ke negara itu pada 7 Oktober lalu.

    Serangan Hamas itu menjadi pematik agresi brutal Israel ke Palestina hingga hari ini telah menewaskan lebih dari 15 ribu orang, termasuk lebih dari 6 ribu anak-anak dan 4 ribu perempuan.

    Sejak itu, sebagian publik Israel, terutama warga yang tinggal di perbatasan dekat Gaza dan keluarga korban sandera Hamas menganggap pemerintah Zionis kecolongan dan gagal melindungi keamanan nasional. Beberapa survei publik yang dibuat media lokal Israel juga memaparkan mayoritas warga ingin Netanyahu bertanggung jawab atas serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu.

    (els/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Rabi-Hakim Israel Pemberi ‘Fatwa’ Bom RS Gaza Tewas di Yerusalem

    Rabi-Hakim Israel Pemberi ‘Fatwa’ Bom RS Gaza Tewas di Yerusalem

    Jakarta, CNN Indonesia

    Rabi sekaligus hakim senior Israel Elimelech Wasserman yang memberi ‘fatwa’ terkait bom di rumah sakit Jalur Gaza Palestina, turut tewas dalam serangan penembakan di Yerusalem pada Kamis (30/11).

    Hamas kemudian mengklaim bertanggung jawab atas serangan penembakan tersebut yang menewaskan tiga orang, seperti dikutip dari AFP.

    Kabar kematian itu terungkap usai Menteri Pelayanan Keagamaan Michael Malchieli menyatakan satu dari tiga korban yang tewas di Yerusalem adalah Wasserman.

    Ia menerangkan insiden ini terjadi saat Rabi Wasserman dalam perjalanan menuju Pengadilan Rabbi di Ashdod. Malchieli pun menyampaikan duka cita untuk hakim senior ini.

    “Semoga jalan dia diberkati,” kata Malchieli, dikutip Jerusalem Post, Kamis (30/11).

    Kepala Rabi Yitzhak Yosef juga menyampaikan bela sungkawa untuk Wassermn.

    “[Saya] berduka atas pembunuhan tragis hakim rabi, Rabi Elimelech Wasserman, yang dibunuh secara brutal oleh pelaku kejahatan pagi ini di Yerusalem,” kata Yosef dalam pernyataan resmi.

    Wasserman merupakan salah satu korban dalam serangan yang dilakukan Hamas di Yerusalem pada Kamis.

    Semasa hidup, dia dianggap sebagai salah satu hakim senior. Wasserman juga berpengalaman dan memiliki pengetahuan yang luas soal Talmud atau kumpulan ajaran, hukum, hingga interpretasi sastra Yahudi, dan keputusan hukum Yahudi.

    Dia juga sempat menuai sorotan usai menjadi salah satu sosok yang mengeluarkan fatwa untuk mengizinkan pengeboman Rumah Sakit Al Shifa di Gaza.

    Menurut laporan Watan, sekitar 43 rabi telah mengeluarkan fatwa yang mengizinkan pengeboman di RS Al Shifa ke Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Keputusan itu muncul usai puluhan ribu warga Palestina mencari perlindungan di tempat tersebut imbas gempuran Israel yang mengenai rumah mereka.

    Israel melancarkan serangan ke Al Shifa pada pertengahan November. Mereka juga sempat mengepung rumah sakit tersebut.

    Tak hanya itu, Israel merangsek masuk ke RS dan melepas tembakan hingga menyebabkan korban luka.

    Sebelum menggempur habis-habisan RS itu, Israel menuduh Al Shifa menjadi markas Hamas. Di sana, kata mereka, terdapat terowongan yang menuju rumah pemimpin Hamas.

    Namun, pihak RS Al Shifa membantahnya. Terowongan yang dimaksud adalah jalur air untuk mengisi kolam.

    (isa/rds/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Penembakan Yerusalem, Israel Kekeh Ingin Bekali Warga dengan Senapan

    Penembakan Yerusalem, Israel Kekeh Ingin Bekali Warga dengan Senapan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir mengatakan penembakan di Yerusalem menunjukkan pendistribusian senjata api kepada warga sipil adalah hal penting sebagai pertahanan diri.

    Ben-Gvir berjanji akan melanjutkan pemberian senjata kepada warga sipil Israel, terutama di saat Tel Aviv masih dalam status berperang dengan kelompok Hamas Palestina sejak 7 Oktober lalu.

    “Senjata menyelamatkan nyawa. Meskipun ada kritik dari berbagai pihak, saya akan melanjutkan kebijakan membagikan senjata di mana pun, baik ke ruang gawat darurat maupun warga sipil,” kata Ben-Gvir.

    “Kami punya pasukan koalisi yang kuat, kami punya tentara yang kuat, tapi tidak ada polisi di mana-mana, jadi jika ada senjata sipil, itu bisa menyelamatkan nyawa,” paparnya menambahkan seperti dikutip Al Jazeera pada Kamis (30/11).

    Beberapa hari setelah perang dengan Hamas pecah, Ben-Gvir telah mendistribusikan puluhan ribu senjata api kepada warga sipil Israel.

    Israel memprioritaskan mempersenjatai warga sipil yang tinggal di wilayah pendudukan Tepi Barat Palestina dan Yerusalem Timur yang menjadi wilayah rebutan Israel-Palestina.

    Warga Israel yang tinggal di “kota campuran” di wilayah Palestina juga turut dibekali senjata oleh pemerintah Zionis.

    Pernyataan Ben-Gvir itu datang merespons penembakan yang terjadi di sebuah halte bus di sisi barat Yerusalem pada Kamis. Dua pria bersenjata menembaki halte bus di wilayah tersebut hingga menewaskan tiga warga dan melukai 16 orang lainnya.

    Penembakan ini terjadi kala Israel dan Hamas tengah menerapkan gencatan senjata di Jalur Gaza Palestina.

    Menurut keterangan polisi Israel, dua orang pelaku tersebut berasal dari Yerusalem Timur. Mereka menembaki lokasi kejadian dengan senapan M-16 dan sebuah pistol.

    Tak lama usai kejadian, Hamas mengaku bertanggung jawab atas penembakan tersebut.

    Dalam sebuah pernyataan yang dirilis beberapa jam usai insiden, Hamas menyebut serangan itu merupakan “tanggapan alami terhadap kejahatan penjajah (Israel) yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jalur Gaza dan terhadap anak-anak di Jenin (Tepi Barat, Palestina).”

    Hamas menyebut dua pelaku penembakan yakni dua bersaudara Murad Nemr (38) dan Ibrahim Nemr (30). Mereka adalah anggota sayap bersenjata Hamas yang berbasis di Yerusalem Timur, demikian dikutip dari AFP.

    (rds/rds)

    [Gambas:Video CNN]