kab/kota: Yerusalem

  • Arkeolog Ungkap Fakta Kolam Lokasi Yesus Sembuhkan Orang Buta

    Arkeolog Ungkap Fakta Kolam Lokasi Yesus Sembuhkan Orang Buta

    Jakarta, CNN Indonesia

    Arkeolog menemukan kolam tempat Yesus Kristus disebut-sebut menyembuhkan orang buta. Tempat tersebut kini bahkan telah dibuka untuk kunjungan publik.

    Situs dari kisah di Alkitab ini bernama Kolam Siloam. Pada 2023 lalu, para arkeolog mencapai kemajuan yang signifikan dalam penggalian situs tersebut, dengan menemukan sekitar delapan anak tangga yang menurun ke dalam Kolam Siloam, yang tidak pernah terlihat selama 2.000 tahun, atau pada masa Yesus berjalan di muka bumi.

    “Penggalian yang sedang berlangsung di Kota Daud – situs bersejarah Yerusalem dalam Alkitab – khususnya di Kolam Siloam dan Jalan Ziarah, menjadi salah satu penegasan terbesar atas warisan tersebut dan ikatan ribuan tahun yang dimiliki oleh orang Yahudi dan Kristen dengan Yerusalem,” ujar Ze’ev Orenstein, direktur Urusan Internasional – Yayasan Kota Daud, dikutip dari New York Post.

    “Bukan hanya sebagai masalah iman, tetapi sebagai masalah fakta,” tambahnya.

    Yayasan Kota Daud adalah organisasi nirlaba yang didirikan pada 1986, didedikasikan untuk pelestarian dan pengembangan Kota Daud dan sekitarnya, dan berkomitmen untuk menghubungkan orang-orang dari semua agama dan latar belakang dengan Yerusalem kuno.

    Kolam Siloam disebut pertama kali dibangun sekitar 2.700 tahun yang lalu sebagai bagian dari sistem air Yerusalem pada abad kedelapan sebelum masehi.

    Menurut Otoritas Purbakala Israel, Otoritas Taman Nasional Israel, dan Yayasan Kota Daud, pembangunannya berlangsung pada masa pemerintahan Raja Hizkia seperti yang dikutip dalam Alkitab pada Kitab Raja-raja II, 20:20.

    Menurut perkiraan, Kolam Siloam melewati banyak tahap pembangunan dan mencapai ukuran 1,25 hektar. Menurut sebuah ayat dalam Injil Yohanes, Yesus memulihkan penglihatan seseorang yang terlahir buta di Kolam Siloam.

    Sebuah bagian kecil dari kolam tersebut, yang telah selesai digali, telah dapat diakses oleh publik selama beberapa tahun. Sebagian besar bagian kolam lain terus digali dan dibuka sedikit demi sedikit atau akan dibuka setelah seluruh situs selesai digali.

    “Di Kolam Siloam, kami menemukan bukti sejarah yang tersimpan untuk kami, yang terungkap pada waktu yang tepat,” ujar Pdt. Johnnie Moore, presiden Kongres Pemimpin Kristen, dilansir dari Jerusalem Post.

    “Secara teologis, hal ini menegaskan kitab suci; secara geografis, hal ini menegaskan kitab suci,” lanjutnya.

    (lom/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Bersolidaritas untuk Gaza, Betlehem Tak Gelar Perayaan Natal Lagi

    Bersolidaritas untuk Gaza, Betlehem Tak Gelar Perayaan Natal Lagi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kota Betlehem tak akan lagi menggelar perayaan Natal di tempat publik pada tahun ini, sama seperti pada 2023 lalu.

    “Pemerintah Kota Betlehem mengumumkan bahwa perayaan publik dibatalkan dan layanan akan dibatasi hanya pada ritual keagamaan,” demikian diberitakan Aljazeera, Senin (23/12).

    Mengutip dari Christianity Today, pembatalan perayaan natal secara terbuka di Betlehem itu adalah bentuk ‘solidaritas dengan penderitaan di Gaza’. Alun-alun Manger yang ada di pusat kota Betlehem pun tak diwarnai pernak-pernik hiasan, termasuk pohon natal.

    Sepekan sebelumnya, para pemimpin gereja di Yerusalem juga meminta umat Kristiani untuk menahan diri dari kegiatan Natal yang ‘berlebihan’.

    “Karena ribuan orang terbunuh – dan kami berdoa untuk perdamaian,” kata pendeta Munir Kakish, salah satu pemimpin gereja di sana.

    “Kami hanya akan mengadakan kebaktian tradisional dan kebaktian tentang makna Natal,” imbuhnya.

    (tim/kid)

    [Gambas:Video CNN]

  • Paus Fransiskus Kutuk Pengeboman di Gaza, Israel Malah Balas Menuduh

    Paus Fransiskus Kutuk Pengeboman di Gaza, Israel Malah Balas Menuduh

    Tel Aviv

    Israel menuduh Paus Fransiskus memiliki ‘standar ganda’ setelah pemimpin tertinggi gereja Katolik dunia itu mengutuk pengeboman menewaskan anak-anak di Gaza, Palestina. Paus menyebut Israel melakukan ‘kekejaman’ setelah serangan udara menewaskan tujuh anak dari satu keluarga.

    “Pernyataan Paus sangat mengecewakan karena tidak sesuai dengan konteks sebenarnya dan faktual dari perjuangan Israel melawan terorisme jihadis, perang multi-front yang dipaksakan kepadanya sejak 7 Oktober,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Israel seperti dilansir AFP, Minggu (22/12/2024).

    “Cukup dengan standar ganda dan tindakan mengasingkan negara Yahudi dan rakyatnya,” sambung Kemlu Israel.

    Badan Penyelamat Pertahanan Sipil Gaza telah melaporkan serangan udara Israel menewaskan 10 anggota keluarga pada Jumat (20/12) di bagian utara wilayah Palestina, termasuk tujuh anak. Paus menganggap serangan itu sebagai kekejaman.

    “Kemarin mereka tidak mengizinkan Patriark (Yerusalem) masuk ke Gaza seperti yang dijanjikan. Kemarin anak-anak dibom. Ini kekejaman, ini bukan perang,” kata Paus kepada anggota pemerintahan Takhta Suci.

    “Saya ingin mengatakannya karena ini menyentuh hati saya,” sambung Paus.

    Israel pun berdalih ‘Kekejaman adalah teroris yang bersembunyi di balik anak-anak sambil mencoba membunuh anak-anak Israel; kekejaman adalah menyandera 100 orang selama 442 hari, termasuk bayi dan anak-anak, oleh teroris dan menyiksa mereka’. Dalih itu merujuk pada militan Hamas yang menyerang Israel dan menyandera orang-orang saat 7 Oktober 2023.

    Serangan besar-besaran Israel ke Gaza telah terjadi sejak 7 Oktober 2023. Serangan itu diklaim sebagai balasan atas serangan Hamas ke Israel yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan ratusan orang lain disandera.

    Sementara, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 45 ribu orang di Gaza. Mayoritas korban merupakan anak-anak dan perempuan. Serangan Israel juga memaksa jutaan warga Gaza mengungsi dan terancam kelaparan.

    (haf/imk)

  • Ambisi Netanyahu Terwujud: Hamas, Hizbullah, dan Suriah Takluk, Tahun Depan Giliran Iran – Halaman all

    Ambisi Netanyahu Terwujud: Hamas, Hizbullah, dan Suriah Takluk, Tahun Depan Giliran Iran – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, DUBAI – Tahun 2025 akan menjadi tahun perhitungan bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan musuh bebuyutan negaranya, Iran.

    Pemimpin veteran Israel itu siap memperkuat tujuan strategis selanjutnya.

    Yakni memperketat kontrol militernya atas Gaza, menggagalkan ambisi nuklir Iran, dan memanfaatkan pembubaran sekutu Teheran-Hamas Palestina, Hizbullah Lebanon, dan penggulingan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

    Runtuhnya Assad, tersingkirnya para pemimpin tinggi Hamas dan Hizbullah, serta hancurnya struktur militer mereka menandai serangkaian kemenangan monumental bagi Netanyahu.

    Tanpa Suriah, aliansi yang telah dibina Teheran selama beberapa dekade telah hancur.

    Dikutip dari Reuters, Sabtu (21/12/2024), seiring melemahnya pengaruh Iran, Israel muncul sebagai kekuatan dominan di kawasan tersebut.

    Netanyahu siap memusatkan perhatian pada ambisi nuklir dan program rudal Iran serta menerapkan fokus yang kuat untuk membongkar dan menetralisir ancaman strategis ini terhadap Israel.

    Iran, kata pengamat Timur Tengah, menghadapi pilihan yang sulit yakni  melanjutkan program pengayaan nuklirnya atau mengurangi aktivitas atomnya dan menyetujui perundingan.

    “Iran sangat rentan terhadap serangan Israel, khususnya terhadap program nuklirnya,” kata Joost R. Hiltermann, Direktur Program Timur Tengah dan Afrika Utara dari International Crisis Group.

    “Saya tidak akan terkejut jika Israel melakukannya, tetapi itu tidak akan menyingkirkan Iran.”

    “Jika mereka (Iran) tidak mundur, Trump dan Netanyahu mungkin akan menyerang, karena sekarang tidak ada yang bisa menghalangi mereka,” kata analis Palestina Ghassan al-Khatib, merujuk pada Presiden terpilih Donald Trump .

    Khatib berpendapat bahwa kepemimpinan Iran, yang telah menunjukkan pragmatisme di masa lalu, mungkin bersedia berkompromi untuk menghindari konfrontasi militer.

    Trump, yang menarik diri dari perjanjian tahun 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia yang bertujuan untuk mengekang tujuan nuklir Teheran, kemungkinan akan meningkatkan sanksi terhadap industri minyak Iran.

    Meskipun ada seruan untuk kembali ke negosiasi dari para kritikus yang melihat diplomasi sebagai kebijakan jangka panjang yang lebih efektif.

    Korupsi Netanyahu

    Di tengah kekacauan di Iran dan Gaza, persidangan korupsi Netanyahu yang telah berlangsung lama, yang dilanjutkan pada bulan Desember, juga akan memainkan peran penting dalam membentuk warisannya.

    Untuk pertama kalinya sejak pecahnya perang Gaza pada tahun 2023, Netanyahu mengambil sikap dalam persidangan yang telah memecah belah warga Israel.

    Dengan berakhirnya tahun 2024, Perdana Menteri Israel kemungkinan akan setuju untuk menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan Hamas untuk menghentikan perang Gaza yang telah berlangsung selama 14 bulan dan membebaskan sandera Israel yang ditawan di daerah kantong tersebut, menurut sumber yang dekat dengan negosiasi tersebut.

    Namun Gaza akan tetap berada di bawah kendali militer Israel jika tidak ada rencana AS pascaperang agar Israel menyerahkan kekuasaan kepada Otoritas Palestina (PA), yang ditolak Netanyahu.

    Negara-negara Arab tidak menunjukkan keinginan untuk menekan Israel agar berkompromi atau mendorong PA yang sedang membusuk untuk merombak kepemimpinannya guna mengambil alih.

    “Israel akan tetap berada di Gaza secara militer di masa mendatang karena penarikan pasukan akan membawa risiko Hamas melakukan reorganisasi. Israel percaya bahwa satu-satunya cara untuk mempertahankan perolehan militer adalah dengan tetap berada di Gaza,” kata Khatib kepada Reuters.

    Bagi Netanyahu, hasil seperti itu akan menandai kemenangan strategis, yang mengonsolidasikan status quo yang sejalan dengan visinya:

    Mencegah berdirinya negara Palestina sambil memastikan kontrol jangka panjang Israel atas Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur — wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian integral negara Palestina di masa depan.

    Perang Gaza meletus ketika militan Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang, menurut penghitungan Israel.

    Israel menanggapi dengan serangan udara dan darat yang telah menewaskan 45.000 orang, kata otoritas kesehatan di sana, menyebabkan 1,2 juta orang mengungsi dan membuat sebagian besar wilayah kantong itu hancur.

    Meskipun pakta gencatan senjata akan segera mengakhiri permusuhan di Gaza, namun hal itu tidak akan menyelesaikan konflik Palestina-Israel yang lebih dalam dan telah berlangsung puluhan tahun, kata pejabat Arab dan Barat.

    Di lapangan, prospek berdirinya negara Palestina, sebuah opsi yang berulang kali dikesampingkan oleh pemerintahan Netanyahu, menjadi semakin tidak mungkin tercapai, dengan para pemimpin pemukim Israel optimis bahwa Trump akan selaras dengan pandangan mereka.

    Meningkatnya kekerasan pemukim dan meningkatnya kepercayaan diri gerakan pemukim – papan iklan jalan raya di beberapa wilayah Tepi Barat bertuliskan pesan dalam bahasa Arab “Tidak Ada Masa Depan di Palestina” – mencerminkan tekanan yang semakin besar terhadap warga Palestina.

    Bahkan jika pemerintahan Trump berupaya keras untuk mengakhiri konflik tersebut, “resolusi apa pun akan mengikuti ketentuan Israel,” kata Hiltermann dari Crisis Group.

    “Semuanya sudah berakhir jika menyangkut negara Palestina, tetapi orang-orang Palestina masih ada di sana,” katanya.
    Pada masa jabatan Trump sebelumnya, Netanyahu memperoleh beberapa kemenangan diplomatik, termasuk

    Kesepakatan Abad Ini,” rencana perdamaian yang didukung AS yang diluncurkan Trump pada tahun 2020 untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina.

    Rencana tersebut, jika dilaksanakan, menandai perubahan dramatis dalam kebijakan AS dan perjanjian internasional dengan secara terang-terangan berpihak pada Israel dan menyimpang tajam dari kerangka kerja tanah untuk perdamaian yang telah lama ada, yang secara historis telah memandu negosiasi.

    Kesepakatan ini akan memungkinkan Israel untuk mencaplok wilayah yang luas di Tepi Barat yang diduduki, termasuk permukiman Israel dan Lembah Yordan. Kesepakatan ini juga akan mengakui Yerusalem sebagai “ibu kota Israel yang tidak terbagi” – yang secara efektif menolak klaim Palestina atas Yerusalem Timur sebagai ibu kota mereka, aspirasi utama dalam tujuan kenegaraan mereka dan sesuai dengan resolusi PBB.

    Suriah di Tengah Krisis

    Di seberang perbatasan Israel, Suriah berada pada titik kritis menyusul penggulingan Assad oleh pasukan pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang dipimpin oleh Ahmad al-Sharaa, yang lebih dikenal sebagai Abu Mohammed al-Golani.

    Golani kini menghadapi tugas berat untuk mengonsolidasikan kendali atas Suriah yang terpecah-pecah, di mana militer dan kepolisian telah runtuh.

    HTS harus membangun kembali dari awal, mengamankan perbatasan dan menjaga stabilitas internal terhadap ancaman dari para jihadis, sisa-sisa rezim Assad, dan musuh lainnya.

    Ketakutan terbesar di kalangan warga Suriah dan pengamat adalah apakah HTS, yang pernah terkait dengan al-Qaeda tetapi sekarang menampilkan dirinya sebagai kekuatan nasionalis Suriah untuk mendapatkan legitimasi, akan kembali ke ideologi Islam yang kaku.

    Kemampuan kelompok tersebut – atau kegagalannya – untuk menavigasi keseimbangan ini akan membentuk masa depan Suriah, rumah bagi berbagai komunitas Sunni, Syiah, Alawi, Kurdi, Druze, dan Kristen.

    “Jika mereka berhasil dalam hal itu (nasionalisme Suriah), ada harapan bagi Suriah, tetapi jika mereka kembali ke zona nyaman Islamisme yang sangat ternoda ideologis, maka itu akan memecah belah Suriah,” kata Hiltermann.

    “Anda bisa mengalami kekacauan dan kelemahan Suriah dalam jangka waktu lama, seperti yang kita lihat di Libya dan Irak.”

     

     

     

  • Pemukim Israel Bakar Masjid di Tepi Barat, Tulis Pesan Rasis – Halaman all

    Pemukim Israel Bakar Masjid di Tepi Barat, Tulis Pesan Rasis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemukim Israel membakar sebuah masjid dan merusak properti di Marda, Tepi Barat utara yang diduduki, pada Jumat (20/12/2024).

    Kepala dewan di Marda, Nasfat al-Khafash, mengatakan sekelompok pemukim tiba pagi-pagi sekali, membakar masjid dan menuliskan pesan-pesan kebencian di atasnya.

    “Mereka menghancurkan pintu utama dan jendelanya, lalu menuangkan bahan pembakar sebelum membakarnya,” katanya.

    Pintu masuk dan beberapa karpet masjid terbakar karena tindakan tersebut.

    Video yang tersebar di media sosial menunjukkan dinding masjid dengan gambar bintang David yang dibuat dengan cat semprot.

    “Matilah orang-orang Arab. Masjid akan terbakar, kuil akan dibangun,” bunyi tulisan berbahasa Ibrani pada dinding masjid, seperti diberitakan Al Quds.

    Tulisan tersebut diduga merujuk pada keinginan kaum ultranasionalis Zionis untuk membangun Kuil Ketiga bagi kaum Yahudi di Yerusalem yang menjadi lokasi tersuci dan paling diperebutkan di Palestina.

    “Slogan-slogan ini mencerminkan didikan dan kebencian mereka terhadap Palestina dan Arab,” kata Nasfat al-Khafash.

    Nasfat al-Khuffash membenarkan desa Marda menjadi sasaran serangan terus menerus oleh tentara pendudukan Israel dan pemukimnya.

    Ia mengatakan para pemukim menerima dukungan penuh dari pemerintahan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

    Polisi, militer, dan badan keamanan internal Israel, Shin Bet, mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki insiden tersebut. 

    “Kami menganggap insiden itu serius dan akan bertindak dengan tekad untuk membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan,” kata mereka dalam sebuah pernyataan, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Tepi Barat telah menyaksikan lonjakan kekerasan oleh pemukim Yahudi selama meningkatnya agresi Israel di Gaza, dan kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan tentara Israel sering kali menutup mata.

    Serangan pemukim Israel terhadap petani Palestina juga meningkat tiga kali lipat pada tahun 2024 dibandingkan dengan tiga tahun terakhir, menurut laporan kantor kemanusiaan PBB.

    Di Tepi Barat dan Yerusalem timur, lebih dari 700.000 pemukim Yahudi memiliki kewarganegaraan Israel, sementara 3 juta warga Palestina di wilayah tersebut hidup di bawah hukum militer Israel.

    Jumlah Korban di Jalur Gaza

    Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza.

    Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 45.206 jiwa dan 107.512 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Jumat (20/12/2024) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada tahun 1948.

    Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Netanyahu Ogah Tarik Pasukan dari Gunung Hermon, Klaim Jaga Perbatasan

    Netanyahu Ogah Tarik Pasukan dari Gunung Hermon, Klaim Jaga Perbatasan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengeklaim militer Israel (ID) akan tetap menguasai Gunung Hermon yang berada di perbatasan Suriah, hingga ada kesepakatan lebih lanjut.

    Pada Selasa (17/12) lalu, Netanyahu secara langsung mendatangi gunung tersebut untuk memberikan pengarahan operasional dengan komandan militer dan pejabat keamanan.

    “Kami mengadakan penilaian ini untuk memutuskan penempatan IDF di tempat penting ini, hingga ditemukan kesepakatan lain yang menjamin keamanan Israel,” kata Netanyahu usai mengunjungi Gunung Hermon, seperti dilansir Reuters.

    Pasukan Israel menduduki Gunung Hermon saat mereka bergerak ke zona demiliterisasi antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, menyusul runtuhnya rezim Presiden Suriah Bashar Al Assad.

    Israel mengeklaim langkah itu “terbatas dan sementara”, untuk memastikan keamanan perbatasan Israel. 

    Penempatan pasukan Israel di zona penyangga, yang dibuat setelah perang Arab-Israel tahun 1973, dikritik sebagai pelanggaran perjanjian internasional oleh sejumlah negara dan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

    Perjanjian tersebut menetapkan zona penyangga demiliterisasi antara Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel dan wilayah Suriah lainnya.

    Dalam perjanjian itu Israel harus menarik diri dari beberapa wilayah Suriah yang diduduki pada tahun 1967.

    Namun Netanyahu menolak dengan mengeklaim perjanjian itu tidak berlaku lagi setelah runtuhnya rezim Assad dan pengambilalihan Suriah oleh kelompok pemberontak yang dipimpin oleh Hayat Tahrir Al Sham (HTS).

    Dilansir CNN, puncak Gunung Hermon merupakan aset luar biasa yang berada di bawah kendali Israel. Dengan ketinggian 2.814 meter, puncak gunung ini lebih tinggi daripada titik mana pun di Suriah atau Israel.

    Direktur Institut Strategi dan Keamanan Yerusalem (JISS), Efraim Inbar, dalam makalah akademisnya tahun 2011 menulis tentang banyak keuntungan yang ditawarkan oleh Gunung Hermon.

    “(Gunung) ini memungkinkan penggunaan pengawasan elektronik hingga ke wilayah Suriah, sehingga Israel dapat memberikan peringatan dini jika terjadi serangan,” tulisnya.

    Selain itu puncak Gunung Hermon yang berjarak hanya 35 kilometer dari ibu kota Damaskus, sangat mudah bagi Israel untuk menargetkan Suriah dalam jangkauan meriam artileri.

    Pemimpin milisi Suriah Mohammad Al Jolani menuduh Israel melewati “garis batas” dengan tindakannya di Suriah. Sementara negara-negara tetangga di kawasan itu juga mendesak Israel menarik pasukan dari semua wilayah di Suriah.

    Netanyahu bersikeras “tangannya terulur” kepada pemerintah baru Suriah. Dia mengeklaim akan menarik pasukan Israel jika pasukan Suriah dapat menjamin keamanan di perbatasan.

    Namun tidak jelas kapan kesepakatan itu bisa tercapai.

    (dna/dna)

    [Gambas:Video CNN]

  • Puing Rudal Yaman Jatuh di Gedung Knesset Israel di Yerusalem, Drone Sasar Pemukiman, IDF Ditikam – Halaman all

    Puing Rudal Yaman Jatuh di Gedung Knesset Israel di Yerusalem, Drone Sasar Pemukiman, IDF Ditikam – Halaman all

    Puing Rudal Yaman Jatuh Gedung Knesset Israel di Yerusalem, Drone Sasar Pemukiman Yahudi

    TRIBUNNEWS.COM – Situs web Israel,  Walla Israel melaporkan insiden yang terjadi di area gedung Knesset (Parlemen Israel) di Yerusalem

    Insiden itu berupa jatuhnya bagian dari rudal yang ditembakkan kelompok Houthi Yaman di halaman gedung parlemen itu.

    “Akibat upaya untuk mencegat rudal Yaman, bagian dari rudal pencegat jatuh di halaman Knesset,” kata laporan itu.

    Houthi mengonfirmasi serangan-serangan tersebut dengan menyatakan aksi tersebut sebagai bagian dari keteguhan mereka membela Palestina sekaligus membalas agresi Israel dalam sejumlah serangan udara Israel di Yaman.

    Bagian dari bangunan Knesset Israel yang tertimpa puing rudal yang ditembakkan Kelompok Houthi Yaman. Rudal itu diklaim Israel berhasil dicegat sistem pertahanan udara namun puing-puing rudal hasil pencegatan menimpa sejumlah lokasi di Tel Aviv dan Yerusalem, Kamis (18/12/2024).

    Drone Sasar Pemukiman Yahudi Israel

    Dalam laporan lain, Front Dalam Negeri Israel mengumumkan pengaktifan sirene serangan udara di beberapa daerah sekitar Jalur Gaza karena dugaan infiltrasi pesawat tak berawak.

    Sumber-sumber Ibrani kemudian mengonfirmasi bahwa sebuah pesawat tak berawak telah jatuh di salah satu pemukiman dekat Gaza setelah upaya sistem pertahanan udara Israel untuk mencegat drone tersebut, gagal.

    Bagian dari drone yang menghantam pemukiman Yahudi Israel di sekitara Jalur Gaza, Kamis (19/12/2024).

    Qassam Umumkan Operasi Penikaman Tentara Israel

    Selain dua insiden tersebut, Israel juga menghadapi serangan terhadap pasukan militer mereka yang melancarkan agresi di Jalur Gaza Utara.

    Brigade Qassam, sayap militer Hamas, mengumumkan kalau salah satu anggotanya melakukan serangan penusukan yang menargetkan seorang perwira Israel dan tiga tentara di dekat posisi garis depan di Kamp Pengungsi Jabalia, Gaza utara.

    Pernyataan itu mengatakan bahwa penyerang berhasil mengalahkan target dan menyita senjata pribadi mereka.

    Israel Bombardir Yaman

    Pesawat tempur Israel melancarkan serangan udara baru di ibu kota Yaman, Sana’a, dan provinsi strategis di bagian barat Hudaydah.

    Saluran televisi Yaman, al-Masirah, melaporkan pada hari Kamis (19/12/2024) bahwa serangan udara tersebut menargetkan pembangkit listrik Haziz dan Dhahban di dekat ibu kota, serta pelabuhan Hudaydah dan fasilitas minyak Ras Isa.

    Dikatakan bahwa sembilan warga sipil tewas dan tiga lainnya terluka dalam serangan tersebut.

    Tim pertahanan sipil berhasil memadamkan api di pembangkit listrik Dhahban, sementara upaya terus dilakukan di Haziz, tambah laporan tersebut.

    Sementara itu, militer Israel (IDF) mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan bahwa jet tempurnya telah mengebom Yaman setelah adanya serangan rudal dan pesawat nirawak di wilayah yang diduduki.

    “Pemboman fasilitas sipil oleh AS-Israel menunjukkan kemunafikan Barat”

    Menanggapi serangan tersebut, Mohammed Al-Bukhaiti, anggota biro politik gerakan perlawanan Ansarullah atau Houthi, mengatakan bahwa pengeboman fasilitas sipil oleh AS-Israel di Yaman mengungkap kebenaran tentang kemunafikan Barat.

    Mengutip PressTV, dalam sebuah unggahan di akun X miliknya pada Kamis pagi, Al-Bukhaiti menegaskan kembali bahwa operasi militer Angkatan Bersenjata Yaman untuk mendukung Gaza akan terus berlanjut.

    “Kami akan menghadapi eskalasi dengan eskalasi hingga kejahatan genosida di Gaza berhenti dan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar diizinkan masuk ke penduduknya,” tambahnya.

    Postingan Mohammed Al-Bukhaiti di X (X)

    Serangan Israel terjadi hanya beberapa jam setelah militer Israel mengatakan telah mencegat rudal Yaman sebelum memasuki wilayah pendudukan.

    Serangan tersebut memicu sirIne roket di seluruh Tel Aviv dan bagian tengah wilayah pendudukan, yang menyebabkan lebih dari satu juta pemukim mengungsi, menurut laporan media Israel.

    Dampak pencegatan tersebut, pecahan peluru jatuh di wilayah Tel Aviv dan merusak sebuah sekolah dan beberapa kendaraan.

    Sejak dimulainya perang Israel-Hamas di Jalur Gaza, pasukan Yaman melakukan operasi untuk mendukung warga Palestina.

    Mereka menyerang target di seluruh wilayah pendudukan, menembaki kapal-kapal Israel atau kapal-kapal yang menuju atau meninggalkan pelabuhan Israel di Laut Merah selatan, Selat Bab el-Mandeb, Teluk Aden, dan bahkan di Laut Arab.

    Angkatan Bersenjata Yaman menekankan bahwa mereka akan melanjutkan operasi anti-Israel mereka hingga Israel mengakhiri serangan berdarahnya di Gaza.

    Israel Ancam Pemimpin Houthi

    “Tangan panjang” Israel akan menjangkau para pemimpin gerakan Houthi, ujar Menteri Pertahanan Israel Katz pada hari Kamis (19/12/2024), setelah melancarkan serangan udara di beberapa wilayah di Yaman.

    “Saya peringatkan para pemimpin organisasi Houthi: tangan panjang Israel juga akan menjangkau Anda,” kata Katz dalam sebuah posting di X. 

    “Siapa pun yang mengangkat tangan melawan Israel, tangannya akan dipotong; siapa pun yang menyakiti, akan disakiti tujuh kali lipat.” 

     

    (oln/rntv/*)

  • Arab Saudi Bersikeras Soal Negara Palestina Sebelum Normalisasi Israel

    Arab Saudi Bersikeras Soal Negara Palestina Sebelum Normalisasi Israel

    Jakarta

    Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman bersikeras menjadikan negara Palestina sebagai bagian dari kesepakatan apa pun untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menyampaikan hal tersebut, seraya menambahkan bahwa ini adalah kunci stabilitas jangka panjang di Timur Tengah dan yang akan menjamin keamanan Israel.

    Blinken mengatakan bahwa gencatan senjata Gaza diperlukan terlebih dahulu. Namun setelah itu, fokusnya harus pada stabilitas jangka panjang kawasan tersebut, yang akan mencakup keamanan Israel. “Dan, tentu saja, kuncinya adalah normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi,” katanya dalam wawancara dengan Foreign Affairs yang diterbitkan pada hari Rabu (18/12), sambil menyatakan harapan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump yang nantinya akan menyelesaikan kesepakatan tersebut.

    “Namun agar itu terjadi, kita membutuhkan ketenangan di Gaza – dan itu jelas dari Saudi – tetapi kita juga membutuhkan jalur yang kredibel menuju negara Palestina,” kata Blinken, dilansir Al Arabiya, Kamis (19/12/2024).

    Meskipun ada beberapa laporan sepanjang tahun lalu, termasuk minggu ini, bahwa Arab Saudi bersedia melonggarkan tuntutannya dengan imbalan normalisasi, Riyadh telah berulang kali konsisten dalam pendiriannya yang menuntut pembentukan negara Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

    Diperkirakan lebih dari 40.000 warga Palestina telah tewas akibat bombardir Israel sejak Oktober lalu, ketika militer Israel mulai menggempur Gaza sebagai respons atas serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober.

    Israel juga secara rutin memblokir bantuan kemanusiaan agar tidak masuk ke daerah kantong itu. Hal ini memicu peringatan baru-baru ini dari AS, bahwa jika lebih banyak bantuan tidak masuk, AS dapat mengambil tindakan khusus sebagai tanggapan.

  • Kaleidoskop 2024 Perang Gaza: Bagaimana Sejarah Konflik Israel-Palestina? – Halaman all

    Kaleidoskop 2024 Perang Gaza: Bagaimana Sejarah Konflik Israel-Palestina? – Halaman all

    Kaleidoskop 2024 Perang Gaza: Bagaimana Sejarah Konflik Israel-Palestina?

    TRIBUNNEWS.COM – Israel dan Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas terlibat dalam Perang Gaza yang dimulai sejak 7 Oktober 2023, menambah daftar panjang konflik bersenjata dua entitas yang mendiami sebuah wilayah di Jazirah Arab.

    Perang Gaza itu ditandai oleh serangan Banjir Al-Aqsa oleh faksi-faksi milisi Palestina di Jalur Gaza yang menyerbu ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023.

    Hamas menyatakan, serangan itu adalah akumulasi dari penindasan pendudukan Israel dan penistaan zionis terhadap situs-situs suci di tanah Palestina.

    Serangan Banjir Al-Aqsa ini diklaim pihak Israel menewaskan 1.200 orang dan Hamas menyandera 253 orang Israel.

    Israel membalas dengan serangan militer di Gaza yang menewaskan lebih dari 45.000 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan Gaza per 18 Desember 2024. 

    Hampir seluruh populasi yang berjumlah 2,3 juta orang di daerah kantong itu telah mengungsi dari rumah mereka dan sebagian besar wilayahnya telah dihancurkan sepanjang 2024, menandai satu di antara aksi genosida dan pemusnahan etnis paling suram dalam sejarah peradaban.

    “Perang Gaza adalah episode paling berdarah dalam konflik antara Israel dan Palestina yang telah berlangsung selama lebih dari 75 tahun dan menyebabkan ketidakstabilan di Timur Tengah,” tulis ulasan Reuters.

    Personel Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas di Jalur Gaza. Hamas menyatakan tidak ada pertukaran sandera sebelum pasukan Israel menghentikan agresinya di Jalur Gaza. (khaberni/HO)

    Apa Asal Mula Konflik Israel-Palestina

    Konflik tersebut terjadi karena benturan atas keinginan Israel untuk mendapatkan tanah air yang aman di wilayah yang telah lama dianggapnya sebagai Timur Tengah, dengan aspirasi Palestina yang belum terwujud untuk mendapatkan negara mereka sendiri.

    Pada tahun 1947, ketika Palestina berada di bawah kekuasaan mandat Inggris, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui rencana untuk membaginya menjadi negara-negara Arab dan Yahudi dan untuk pemerintahan internasional atas Yerusalem.

    Para pemimpin Yahudi menerima rencana tersebut, di mana mereka mendapat sebanyak 56 persen tanah Palestina. Liga Arab menolak usulan tersebut.

    Sosok Yahudi yang disebut-sebut sebagai ‘Bapak Pendiri Israel’, David Ben-Gurion, memproklamasikan negara Israel modern pada tanggal 14 Mei 1948, sehari sebelum berakhirnya kekuasaan Inggris yang dijadwalkan.

    “Deklarasi negara Israel ini menjadi ruang membangun tempat perlindungan yang aman bagi orang-orang Yahudi yang melarikan diri dari penganiayaan dan mencari rumah nasional di tanah yang mereka kutip hubungannya sudah ada sejak jaman dahulu,” tulis Reuters.

    Pada akhir tahun 1940-an, kekerasan meningkat antara orang Arab, yang mencakup sekitar dua pertiga populasi, dan orang Yahudi.

    Sehari setelah Israel didirikan, pasukan dari lima negara Arab menyerang.

    Dalam perang berikutnya, sekitar 700.000 warga Palestina melarikan diri atau diusir dari rumah mereka, berakhir di Yordania, Lebanon, dan Suriah, serta di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.

    Warga Palestina meratapi hal ini sebagai “Nakba”, atau malapetaka.

    Israel membantah pernyataan bahwa mereka telah memaksa keluar warga Palestina.

    Perjanjian gencatan senjata menghentikan pertempuran pada tahun 1949, tetapi tidak ada perdamaian resmi.

    Keturunan warga Palestina yang tetap bertahan dalam perang kini berjumlah sekitar 20 persen dari populasi Israel.

    Intifada atau gerakan perjuangan bersenjata di Palestina melawan agresor Israel. (fatehyouthgermany.blogspot.com)

    Perang Apa Saja yang Terjadi Sejak Itu?

    Pada tahun 1967, Israel melancarkan serangan pendahuluan terhadap Mesir dan Suriah, yang memicu Perang Enam Hari.

    Israel merebut Tepi Barat dan Yerusalem Timur Arab dari Yordania, Dataran Tinggi Golan dari Suriah, serta Semenanjung Sinai dan Jalur Gaza dari Mesir.

    Sensus Israel tahun 1967 menyebutkan populasi Gaza berjumlah 394.000, sedikitnya 60?ri mereka adalah pengungsi Palestina dan keturunan mereka.

    Pada tahun 1973, Mesir dan Suriah menyerang posisi Israel di sepanjang Terusan Suez dan Dataran Tinggi Golan, yang memicu Perang Yom Kippur.

    Israel berhasil memukul mundur kedua pasukan dalam waktu tiga minggu.
     
    Israel menginvasi Lebanon pada tahun 1982 dan ribuan gerilyawan Organisasi Pembebasan Palestina di bawah pimpinan Yasser Arafat dievakuasi melalui laut setelah pengepungan selama 10 minggu.

    Pasukan Israel ditarik keluar dari Lebanon pada tahun 2000.

    Pada tahun 2005, Israel menarik para pemukim dan tentara dari Gaza.

    Hamas memenangkan pemilihan parlemen pada tahun 2006 dan menguasai penuh Gaza pada tahun 2007.

    Pertempuran besar terjadi antara Israel dan militan Palestina di Gaza pada tahun 2006, 2008, 2012, 2014 dan 2021.

    Pada tahun 2006, militan Hizbullah Lebanon yang didukung Iran menangkap dua tentara Israel di wilayah perbatasan dan Israel melancarkan tindakan militer, yang memicu perang selama enam minggu.

    Terdapat pula dua intifada atau pemberontakan Palestina dari tahun 1987 hingga 1993 dan tahun 2000 hingga 2005.

    Pada intifada kedua, Hamas dan kelompok militan Palestina lainnya melakukan bom bunuh diri di Israel, dan Israel melancarkan serangan tank dan serangan udara terhadap kota-kota Palestina.

    Sejak saat itu, telah terjadi beberapa putaran permusuhan antara Israel dan Hamas, yang menolak mengakui Israel.

    Sebaliknya, Hamas dianggap sebagai organisasi teroris oleh Israel, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan negara-negara lain. 

    Hamas mengatakan bahwa aktivitas bersenjatanya merupakan perlawanan terhadap pendudukan Israel, klaim yang belakangan diakui juga oleh negara-negara di PBB kalau Hamas adalah organisasi perjuangan Palestina.

    Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri cadangan melakukan patroli di wilayah Gaza Utara yang tampak rata tanah. Meski sudah beroperasi berbulan-bulan, IDF belum mampu membongkar kemampuan tempur Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas yang menjalankan taktik gerilya hit and run. (khaberni/HO)

    Apa Saja Upaya yang Telah Dilakukan untuk Mencapai Perdamaian?

    Pada tahun 1979, Mesir menjadi negara Arab pertama yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel, yang mana Semenanjung Sinai dikembalikan ke kekuasaan Mesir.

    Pada tahun 1993, Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan pemimpin PLO Arafat berjabat tangan pada Perjanjian Oslo yang menetapkan otonomi terbatas Palestina di Tepi Barat dan Gaza.

    Pada tahun 1994, Israel menandatangani perjanjian damai dengan Yordania. 

    Namun, pertemuan puncak enam tahun kemudian yang dihadiri oleh Arafat, Perdana Menteri Israel Ehud Barak, dan Presiden AS Bill Clinton di Camp David gagal mengamankan kesepakatan damai final.

    Pada tahun 2002, sebuah rencana Liga Arab yang diusulkan menawarkan Israel hubungan normal dengan semua negara Arab sebagai imbalan atas penarikan penuh dari wilayah yang direbutnya dalam perang Timur Tengah tahun 1967, pembentukan negara Palestina, dan “solusi yang adil” bagi para pengungsi Palestina.

    Penyajian rencana tersebut dibayangi oleh Hamas, yang meledakkan sebuah hotel Israel yang penuh dengan korban Holocaust saat jamuan makan Paskah.

    Upaya perdamaian lebih lanjut telah terhenti sejak 2014.

    Di bawah Presiden AS Donald Trump pada tahun 2020, Israel mencapai kesepakatan yang dikenal sebagai Kesepakatan Abraham untuk menormalisasi hubungan dengan beberapa negara Arab, termasuk Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko.

    Palestina berhenti berurusan dengan pemerintahan Amerika Serikat (AS) setelah Trump memutuskan hubungan dengan kebijakan AS dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. 

    Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

    Qatar dan Mesir telah bertindak sebagai mediator dalam perang terbaru, mengamankan gencatan senjata pada akhir tahun 2023 yang berlangsung selama tujuh hari, di mana beberapa sandera yang ditahan oleh Hamas ditukar dengan tahanan yang ditahan oleh Israel, dan lebih banyak bantuan kemanusiaan mengalir ke Gaza.

    Utusan Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, yang akan secara resmi memangku jabatan tersebut setelah Trump kembali menjabat, mengatakan pada awal Desember kalau “hari ini tidak akan indah” jika para sandera yang ditawan di Gaza tidak dibebaskan sebelum Trump kembali ke Gedung Putih pada tanggal 20 Januari.

    Di Mana Situasi Negosiasi Gencatan Senjata Saat Ini?

    Pembicaraan selama berbulan-bulan mengenai gencatan senjata lebih lanjut di Gaza sejauh ini terbukti tidak membuahkan hasil , hanya berkisar pada isu yang sama.

    Hal yang terpokok, Hamas mengatakan akan membebaskan sandera yang tersisa hanya sebagai bagian dari kesepakatan damai yang mengakhiri perang secara permanen. 

    Israel mengatakan tidak akan mengakhiri perang sampai Hamas dihancurkan.

    Masalah lain yang menghambat kesepakatan tersebut termasuk kontrol atas perbatasan antara Gaza dan Mesir, urutan langkah timbal balik dalam perjanjian apa pun, jumlah dan identitas tahanan Palestina yang akan dibebaskan bersama sandera Israel, dan kebebasan bergerak bagi warga Palestina di dalam Gaza.

    Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah mengupayakan “kesepakatan besar” di Timur Tengah yang akan mencakup normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi.

    Riyadh mengatakan hal ini akan memerlukan kemajuan menuju pembentukan negara Palestina yang merdeka, yang telah dikesampingkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Apa Saja Masalah Utama Israel-Palestina?

    Terdapat sejumlah masalah utama antara Israel dan Palestina yaitu:

    Solusi dua negara

    Pemukiman Israel di tanah Palestina yang diduduki (Israel)

    Status Yerusalem

    Perbatasan yang disepakati

    Nasib Pengungsi Palestina

    Solusi Dua Negara

    Solusi dua nefara adalah wacana kesepakatan yang akan menciptakan negara bagi warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza bersama Israel. 

    Netanyahu mengatakan Israel harus memiliki kendali keamanan atas semua wilayah di sebelah barat Sungai Yordan.

    Syarat Netanyahu ini justru akan menghalangi berdirinya negara Palestina yang berdaulat.

    Kelompok aktivis pemukim Yahudi mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsa pada hari ketiga libur Paskah Yahudi di Yerusalem pada 25 April 2024. Aksi mereka dikawal ketat oleh polisi Israel. Mohammad Hamad / Anadolu (Mohammad Hamad / ANADOLU / Anadolu melalui AFP)

    Pemukiman Israel

    Sebagian besar negara menganggap pemukiman Yahudi yang dibangun di atas tanah yang direbut Israel pada tahun 1967 sebagai ilegal.

    Israel membantah hal ini dan mengutip hubungan historis dan alkitabiah dengan tanah tersebut.

    Perluasan pemukiman yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang paling diperdebatkan antara Israel, Palestina, dan masyarakat internasional.

    Kelompok Yahudi Israel memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Pada perayaan hari Paskah Yahudi (Pesakh) kaum Yahudi Ekstremis Israel bersikeras untuk menggelar penyembelihan kurban di lokasi kuil ketiga yang mereka yakini ada di dalam kompleks masjid. (Wafa Agency)

    Status Yerusalem

    Palestina menginginkan Yerusalem Timur, yang meliputi situs-situs Kota Tua yang dikelilingi tembok yang dianggap suci oleh umat Muslim, Yahudi, dan Kristen, untuk menjadi ibu kota negara mereka.

    Israel mengatakan Yerusalem harus tetap menjadi ibu kotanya yang “tak terpisahkan dan abadi”.

    Klaim Israel atas bagian timur Yerusalem tidak diakui secara internasional.

    Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, tanpa menyebutkan sejauh mana yurisdiksinya di kota yang disengketakan itu, dan memindahkan Kedutaan Besar AS ke sana pada tahun 2018.

    Nasib Pengungsi Palestina

    Saat ini sekitar 5,6 juta pengungsi Palestina – sebagian besar keturunan mereka yang melarikan diri pada tahun 1948 – tinggal di Yordania, Lebanon, Suriah, Tepi Barat yang diduduki Israel, dan di Gaza.

    Sekitar setengah dari pengungsi yang terdaftar masih tidak memiliki kewarganegaraan, menurut kementerian luar negeri Palestina, banyak yang tinggal di kamp-kamp yang padat.

    Palestina telah lama menuntut agar para pengungsi dan jutaan keturunan mereka diizinkan untuk kembali.

    Israel mengatakan bahwa setiap pemukiman kembali pengungsi Palestina harus dilakukan di luar perbatasannya.

     

    (oln/rtrs/*)
     

  • Menkeu Israel Smotrich: Kami Tak Akan Biarkan Negara-Negara Arab Mendirikan Negara Palestina – Halaman all

    Menkeu Israel Smotrich: Kami Tak Akan Biarkan Negara-Negara Arab Mendirikan Negara Palestina – Halaman all

    Smotrich: Kami Tak Akan Biarkan Negara-Negara Arab Mendirikan Negara Palestina

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich menyatakan kalau Israel akan terus berupaya memperkuat cengkeramannya di seluruh kawasan, khaberni melaporkan, Selasa (17/12/2024).

    Smotrich juga menekankan kalau Israel tidak akan membiarkan negara-negara Arab memisahkan ‘Gush Etzion’ dari Yerusalem, pusat Israel.

    Sebagai informasi, Gush Etzion (Blok Etzion) adalah gugusan pemukiman Israel yang terletak di Pegunungan Yudea, tepat di sebelah selatan Yerusalem dan Betlehem di Tepi Barat.

    Pembentukan Negara Palestina, secara akan memutus Gush Etzion dari Yerusalem.

    Ia menegaskan penolakannya terhadap pembentukan negara Palestina, mengingat hal itu merupakan ancaman bagi eksistensi Israel.

    Peta Tepi Barat. (credit foto Louisa Vieira/united nations)

    Israel Rebut 5 Ribu Hektare Tanah di Tepi Barat

    Terkait upaya menghalangi terbentuknya negara Palestina, sekitar 5.000 hektare tanah di Tepi Barat, Palestina telah direbut oleh zionis Israel.

    Hal itu juga diumumkan Bezalel Smotrich.

    Smotrich menyebut jumlah tepatnya tanah di wilayah Tepi Barat yang direbut, yakni seluas 24.000 dunum atau sekitar 5.930,5 hektar).

    Sementara Pusat Informasi Palestina menyebut Israel mengatakan tanah itu sebagai “tanah negara”.

    Pemerintahan zionis menyebut langkah itu diharapkan akan berdampak pada perencanaan regional dan membentuk kembali wilayah tersebut.

    “Tepat pada waktunya, hari ini kami menyelesaikan proses rumit untuk mengumumkan 24.000 dunum tanah negara baru di Tepi Barat,” kata Smotrich, mengutip Al Mayadeen.

    Smotrich juga bersikeras akan menggunakan tanah yang direbut itu untuk dibangun, salah satunya sebagai pemukiman.

    “Proses ini menciptakan rangkaian pemukiman, membangun cadangan lahan bagi Israel untuk membangun pemukiman, infrastruktur, dan jalan.”

    “Serta menjamin bahwa kami akan terus memperkuat pemukiman, dan kami akan tetap di sini,” tambah Menteri Israel tersebut.

    Dalam sebuah posting di X, Smotrich menekankan bahwa lebih dari 23.000 dunam tanah untuk kepentingan pemukiman di Yosh.

    “Kami menentukan fakta di lapangan dan menggagalkan pendirian negara Palestina!”

    Media Channel 14 menjelaskan bahwa pemukiman ilegal Israel Ma’ale Adumim, yang terletak di sebelah timur al-Quds yang diduduki, akan diperluas sekitar 2.600 dunum (642 hektar) ke selatan.

    Hal ini menciptakan rantai pemukiman yang terkait dengan pemukiman ilegal Kedar.

    Perluasan tambahan direncanakan untuk pemukiman ilegal seperti Migdal Oz dan Susya di Tepi Barat selatan, serta Yafit di Lembah Yordan, catat media tersebut.

    Deklarasi ini mewakili hampir setengah dari tanah yang dirampas dengan status “tanah negara” sejak penandatanganan Perjanjian Oslo pada tahun 1993, sebagaimana disorot oleh Middle East Monitor.

    Arab Saudi Tinggalkan Pakta Pertahanan AS karena Kebuntuan Status Negara Palestina

    Terkait manuver Israel Arab Saudi telah “menghentikan upayanya” untuk mencapai perjanjian pertahanan dengan AS sebagai imbalan atas normalisasi hubungan dengan Israel dan kini tengah mencari perjanjian yang “lebih sederhana”, Reuters mengutip pernyataan dua pejabat Saudi dan empat pejabat Barat pada 29 November lalu. 

    Sumber tersebut mengatakan Putra Mahkota Saudi Mohamed bin Salman (MbS) telah menegaskan kembali syarat bahwa normalisasi dengan Israel harus bergantung pada komitmen Tel Aviv untuk bekerja menuju pembentukan negara Palestina yang merdeka, sejalan dengan Inisiatif Perdamaian Arab 2002. 

    Sumber-sumber yang dikutip di media-media Barat mengungkapkan bahwa Riyadh kini tengah mencari kesepakatan yang ‘lebih sederhana’ yang mengabaikan normalisasi dengan Israel.

    “Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu masih berhasrat untuk mengamankan normalisasi dengan negara adidaya Saudi sebagai tonggak sejarah dan tanda penerimaan yang lebih luas di dunia Arab,” sumber tersebut menambahkan. 

    Namun Perdana Menteri Israel tahu bahwa langkah apa pun menuju solusi dua negara akan memecah belah koalisi yang berkuasa, kata mereka. 

    Akibat posisi Arab Saudi dan Israel, “Riyadh dan Washington berharap pakta pertahanan yang lebih sederhana dapat dicapai sebelum Presiden Joe Biden meninggalkan Gedung Putih pada bulan Januari,” menurut sumber-sumber Saudi dan Barat. 

    Awal tahun ini, sejumlah laporan menyebutkan Arab Saudi tengah mengupayakan pakta pertahanan dengan Washington, akses ke persenjataan AS yang lebih baik, dan program nuklir yang didukung AS sebagai imbalan atas normalisasi hubungan dengan Israel.

    Namun, Riyadh secara terbuka berpegang pada posisinya bahwa normalisasi apa pun dengan Israel harus bergantung pada komitmen untuk bekerja menuju negara Palestina – sesuatu yang terus ditolak mentah-mentah oleh Tel Aviv. 

    Namun, The Guardian melaporkan pada bulan Mei bahwa kerajaan tersebut mulai mendorong pakta pertahanan yang “lebih sederhana” dengan AS yang mengabaikan kesepakatan normalisasi dengan Israel karena keengganan Tel Aviv terhadap negara Palestina yang merdeka. 

    Laporan Reuters muncul dua hari setelah gencatan senjata yang rapuh dan tidak pasti antara Hizbullah dan Israel mulai berlaku di Lebanon. 

    Presiden AS Joe Biden mengatakan minggu ini bahwa gencatan senjata di Lebanon membawa Washington lebih dekat ke visinya untuk Asia Barat yang “lebih terintegrasi”, mengacu pada normalisasi negara-negara Arab dengan Israel. 

    “Saya memuji keputusan berani yang diambil oleh para pemimpin Lebanon dan Israel untuk mengakhiri kekerasan. Keputusan ini mengingatkan kita bahwa perdamaian itu mungkin,” imbuh presiden. 

    Israel telah berulang kali melanggar gencatan senjata Lebanon dalam dua hari terakhir dengan melakukan pengeboman, serangan artileri, dan upaya untuk masuk lebih dalam ke wilayah Lebanon. 

    Presiden AS melanjutkan dengan mengatakan bahwa Washington tetap siap menjadi penengah perdamaian antara Israel dan Arab Saudi yang akan mencakup “jalur yang kredibel untuk mendirikan negara Palestina.”

     

    (oln/khbrn/*)