kab/kota: Yerusalem

  • Trump Umumkan AS Keluar dari Dewan HAM PBB!    
        Trump Umumkan AS Keluar dari Dewan HAM PBB!

    Trump Umumkan AS Keluar dari Dewan HAM PBB! Trump Umumkan AS Keluar dari Dewan HAM PBB!

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan keluar dari badan Dewan HAM PBB. Trump juga menyatakan pemerintah AS tidak akan melanjutkan pendanaan untuk badan PBB yang membantu pengungsi Palestina.

    Dilansir Associated Press, Rabu (5/2/2025), pengumuman Trump ini disampaikan pada hari Selasa (4/2) waktu setempat, hari di mana dia bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang sedang berkunjung. Pemerintah Israel telah lama menuduh badan HAM PBB dan UNRWA bias terhadap Israel dan antisemitisme.

    Perintah eksekutif Trump juga menyerukan peninjauan kembali keterlibatan Amerika dalam Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB yang berpusat di Paris, Prancis, yang dikenal sebagai UNESCO. Trump juga memerintahkan peninjauan kembali pendanaan AS untuk PBB mengingat “perbedaan besar dalam tingkat pendanaan di antara berbagai negara.”

    “Saya selalu merasa bahwa PBB memiliki potensi yang luar biasa,” kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih. “Saat ini PBB tidak dapat memenuhi potensi tersebut. … Mereka harus bertindak lebih baik,” cetusnya.

    Ia mengatakan PBB perlu “bersikap adil terhadap negara-negara yang pantas mendapatkan keadilan,” seraya menambahkan bahwa ada beberapa negara, yang tidak disebutkan namanya, yang merupakan “negara-negara yang tidak biasa, yang sangat buruk dan hampir lebih disukai.”

    Trump menarik AS keluar dari Dewan HAM PBB yang berpusat di Jenewa, Swiss tahun lalu, dan menghentikan pendanaan untuk badan PBB yang membantu pengungsi Palestina, yang dikenal sebagai UNRWA. Duta besar AS untuk PBB saat itu, Nikki Haley, menuduh dewan tersebut memiliki “bias kronis terhadap Israel” dan menekankan pada apa yang disebutnya sebagai pelanggar HAM di antara para anggotanya.

    Ini dilakukan setelah Israel menuduh UNRWA melindungi para militan Hamas yang berpartisipasi dalam serangan mendadak pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan. Tuduhan ini telah dibantah oleh UNRWA.

    Presiden Joe Biden kemudian memperbarui dukungan AS terhadap Dewan HAM PBB, dan AS memenangkan kursi di badan beranggotakan 47 negara tersebut pada Oktober 2021. Namun, pemerintahan Biden mengumumkan pada akhir September lalu, bahwa Amerika Serikat tidak akan mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua berturut-turut.

    Sebelum pengumuman Trump ini, juru bicara PBB Stephane Dujarric menegaskan kembali pentingnya Dewan HAM PBB dan pekerjaan UNRWA dalam memberikan “layanan penting bagi Palestina.”

    Juru bicara Dewan HAM PBB, Pascal Sim mengatakan, perintah Trump pada hari Selasa ini tidak banyak memberikan dampak konkret karena Amerika Serikat sudah bukan anggota dewan tersebut. Namun, seperti semua negara anggota PBB lainnya, AS secara otomatis memiliki status pengamat informal dan akan tetap memiliki kursi di ruang bundar dewan yang mewah di kompleks PBB di Jenewa.

    UNRWA didirikan oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1949 untuk memberikan bantuan bagi warga Palestina yang mengungsi atau terusir dari rumah mereka sebelum dan selama perang Arab-Israel tahun 1948, yang terjadi setelah berdirinya Israel, serta bagi keturunan mereka.

    UNRWA memberikan bantuan, pendidikan, perawatan kesehatan, dan layanan lainnya kepada sekitar 2,5 juta warga Palestina di Gaza, Tepi Barat yang diduduki, dan Yerusalem Timur, serta 3 juta orang lainnya di Suriah, Yordania dan Lebanon.

    Saksikan Live d’Rooftalk: Jurus Jitu Wihaji Turunkan Angka Stunting

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Dia Tak Masalah dengan Penjahat Demi Kepentingannya Sendiri

    Dia Tak Masalah dengan Penjahat Demi Kepentingannya Sendiri

    PIKIRAN RAKYAT – Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menjamu Benjamin Netanyahu sebagai pemimpin asing pertama yang mengunjungi Gedung Putih dipandang sebagai dukungan terhadap perang yang dilakukan Israel di Gaza.

    Netanyahu, yang dicari karena kejahatan terhadap kemanusiaan oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC), mengunjungi DC minggu ini saat operasi militer Israel berlanjut di dan sekitar Tepi Barat yang diduduki.  

    Serangan itu telah menewaskan lebih dari 50 warga Palestina dan membuat lebih dari 26.000 orang mengungsi di kamp pengungsi Jenin dan Tulkarem sejak dimulai pada 21 Januari.  Kelompok aktivis Doctors Without Borders (MSF) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa militer Israel telah menghancurkan 23 bangunan di Jenin pada hari Minggu saja.

    Kekuasaan di Atas Segalanya

    Sementara itu Jonathan Kuttab, direktur eksekutif Friends of Sabeel North America (FOSNA), mengatakan bahwa mengingat kejadian selama 16 bulan terakhir di Gaza, undangan kepada Netanyahu tidak hanya tidak menghormati warga Palestina, tetapi juga merupakan bukti sekali lagi bahwa Trump tidak tertarik pada supremasi hukum.

    “Pandangannya terhadap dunia adalah kekuasaan, bukan hukum; penindasan oleh negara adikuasa, bukan kerja sama untuk memecahkan masalah.

    “Trump sama sekali mengabaikan hukum internasional, tidak menghormati nilai-nilai kesopanan, demokrasi, dan peradaban. Dia hanya seorang pengganggu kuat yang ingin menunjukkan kekuatannya, dan dia tidak punya masalah dengan penjahat untuk menjalankan kepentingannya sendiri,” kata Kuttab.

    Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa lebih dari 47.000 orang telah tewas dalam operasi Israel di Gaza sejak Oktober 2023 dalam apa yang oleh beberapa pakar hak asasi manusia digambarkan sebagai genosida dan menyerukan embargo senjata terhadap Israel.

    Kantor media pemerintah Gaza minggu ini menambahkan 14.000 orang hilang ke dalam jumlah korban tewas, sehingga jumlahnya menjadi 61.700.

    Menjelang perjalanannya ke Washington, Netanyahu mengatakan bahwa dia akan berbicara dengan Trump tentang kemenangan atas Hamas, mencapai pembebasan semua sandera, dan menangani poros teror Iran dalam semua komponennya.

    Perluasan Perjanjian Abraham?

    Warga Palestina Amerika mengatakan bahwa Trump, yang menjadi perantara serangkaian perjanjian normalisasi dengan beberapa negara Arab selama masa jabatan pertamanya, mungkin ingin memperluas Perjanjian Abraham dengan menarik Netanyahu ke dalam kesepakatan bisnis menuju tujuan akhir untuk memformalkan hubungan antara Israel dan Arab Saudi.

    Minggu lalu, Trump menggambarkan Gaza sebagai lokasi pembongkaran dan meminta Mesir dan Yordania untuk menerima warga Palestina, menggemakan seruan anggota pemerintahan Netanyahu untuk pembersihan etnis di Gaza.

    Kepemimpinan Palestina, baik Hamas maupun Otoritas Palestina, mengecam usulan tersebut sementara Yordania dan Mesir juga menolak gagasan tersebut.

    Namun pada hari Minggu, pengumuman Amman bahwa Raja Abdullah II akan melakukan perjalanan ke Gedung Putih untuk bertemu dengan Trump pada minggu kedua bulan Februari telah menimbulkan kecurigaan.

    “Kita perlu melihat Trump sebagai seorang pengusaha. Biasanya, miliarder bersembunyi di balik politisi. Di sini, miliarder adalah politisi,” kata Layan Fuleihan, koordinator pendidikan dari The People’s Forum di New York City.

    “Trump memiliki rencana yang berbeda dan rencananya baru-baru ini menunjukkan bahwa ia berniat untuk memperluas apa yang disebut ‘Kesepakatan Abad Ini’,” kata Fuleihan.

    Kuttab setuju bahwa ada kemungkinan besar Netanyahu akan mencoba mengamankan lebih banyak senjata, atau persetujuan Trump untuk melakukan lebih banyak operasi di Gaza atau Tepi Barat yang diduduki, atau dengan tujuan akhir menekan Yordania dan Mesir agar mengizinkan pengusiran paksa warga Palestina dari Gaza.

    Trump Periode Kedua

    Trump telah melangkah ke masa jabatan keduanya dengan menandatangani serangkaian perintah eksekutif yang telah mengguncang lembaga politik dan membuat marah warga Amerika biasa dengan napas dan cakupannya.

    Perintah eksekutif tersebut akan memengaruhi perawatan kesehatan, pendidikan, dan imigrasi, serta masa depan aktivisme politik di AS.

    Sebagai bagian dari tindakan presiden yang luas, Trump juga memberlakukan versi baru larangan perjalanan yang konon bertujuan untuk mendeportasi individu yang “menganut ideologi kebencian” serta menetapkan bahwa mahasiswa asing dapat dideportasi karena memprotes perang Israel di Gaza.

    Taher Herzallah, dari American Muslims for Palestine (AMP), mengatakan bahwa mengundang Netanyahu ke Gedung Putih adalah hal yang wajar bagi Trump.

    Ia mengatakan bahwa mengingat apa yang telah dicapai Trump selama masa jabatan pertamanya mulai dari memindahkan kedutaan ke Yerusalem hingga pengakuan Dataran Tinggi Golan, hingga Perjanjian Abraham tidak mengherankan melihatnya berdiri teguh bersama Israel.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Saat Gencatan di Gaza tapi Israel Malah Membabibuta di Tepi Barat    
        Saat Gencatan di Gaza tapi Israel Malah Membabibuta di Tepi Barat

    Saat Gencatan di Gaza tapi Israel Malah Membabibuta di Tepi Barat Saat Gencatan di Gaza tapi Israel Malah Membabibuta di Tepi Barat

    Tepi Barat

    Gencatan senjata yang terjadi di Gaza, rupanya tak membuat Israel berhenti melakukan pembunuhan terhadap warga Palestina. Kini, Israel mengalihkan serangannya dari Gaza ke Tepi Barat.

    Sudah 70 orang yang tewas karena serangan brutal Israel sejak awal 2025. Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Kementerian Kesehatan Palestina.

    “Tujuh puluh martir di Tepi Barat sejak awal tahun ini,” kata Kementerian Kesehatan Palestina dalam pernyataannya yang dilansir dari AFP, Selasa (4/2/2025).

    Dari 70 orang korban tewas, 10 di antaranya anak-anak, satu wanita, dan dua lansia. Sungguh keji apa yang telah dilakukan Israel.

    Tentara Israel (REUTERS/Ammar Awad Foto: REUTERS/Ammar Awad)

    “Dibunuh oleh pendudukan Israel,” kata Kementerian Kesehatan Palestina.

    Sebagai rincian, 38 orang tewas dalam operasi Israel di area Jenin, dan 15 orang lainnya tewas di Tubas, Tepi Barat bagian utara. Sementara itu satu orang lainnya tewas di area Yerusalem Timur yang dianeksasi Israel.

    Simak di halaman selanjutnya

    Pembersihan Etnis

    Tindakan laknat Israel itu mendapatkan kecaman dari Kantor Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Otoritas Palestina menyebut Israel sedang melakukan ‘pembersihan etnis’.

    “Mengecam perluasan perang komprehensif otoritas pendudukan terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat untuk melaksanakan rencana mereka yang bertujuan menggusur warga dan pembersihan etnis,” kata juru bicara kantor Abbas, Nabil Abu Rudeineh.

    Militer Israel melancarkan operasi besar-besaran di wilayah Tepi Barat sejak 21 Januari lalu, yang diklaim bertujuan untuk membasmi kelompok bersenjata Palestina dari area Jenin, yang disebut sejak lama menjadi sarang militan. Pada Minggu (2/2) waktu setempat, militer Israel mengklaim pasukannya telah membunuh lebih dari 50 orang dalam operasi militer.

    Ilustrasi. Warga Palestina di Tepi Barat (Foto: REUTERS/Ammar Awad)

    “Kami menuntut intervensi pemerintah AS (Amerika Serikat) sebelum terlambat, untuk menghentikan agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap rakyat dan tanah kami,” ucap Rudeineh kepada kantor berita resmi Palestina, WAFA, dalam pernyataannya.

    Saat ini, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu sedang berkunjung ke AS. Netanyahu akan memulai perbincangan mengenai tahap kedua gencatan senjata di Gaza, beberapa di antaranya pembebasan sandera dan penghentian perang yang lebih permanen.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Membabi Buta di Tepi Barat, Bombardir Penjuru Kota hingga Tewaskan Puluhan Warga – Halaman all

    Israel Membabi Buta di Tepi Barat, Bombardir Penjuru Kota hingga Tewaskan Puluhan Warga – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan pertahanan Israel (IDF) terus melancarkan serangan brutal ke penjuru kota Tepi Barat, dengan menerjunkan jet-jet tempur untuk membombardir wilayah itu sejak awal tahun 2025

    Imbas serangan tersebut Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan korban tewas di Tepi Barat telah mencapai 70 orang, termasuk di antaranya 10 anak-anak, seorang wanita dan dua orang lanjut usia, sebagaimana dikutip dari Anadolu.

    Jumlah kematian ini melonjak bila dibandingkan dengan laporan per 21 Januari lalu, di mana warga Tepi Barat yang tewas akibat serangan Israel mencapai 26 orang.

    Namun beberapa pekan terakhir Israel mulai intensif melakukan serangan ke sejumlah wilayah di Tepi barat termasuk distrik Jenin, Tubas, Nablus, Tulkarem, Hebron, Betlehem dan Yerusalem Timur.

    Israel berdalih serangan dilakukan dengan tujuan menargetkan sel militan Palestina di wilayah tersebut berdasarkan informasi intelijen. 

    Akan tetapi menurut kesaksian warga, serangan udara ditembakkan secara membabi buta, menghantam sebuah rumah di kawasan padat penduduk, meningkatkan jumlah korban jiwa di kalangan warga sipil.

    Menambah kerusakan besar pada infrastruktur seluruh blok permukiman di kamp pengungsi Jenin dan Tulkarem.

    Menandai eskalasi terbaru dalam operasi militer Israel yang makin intens terhadap kelompok bersenjata Palestina di wilayah yang diduduki.

    “Serangan ini hanya akan memperburuk situasi dan memperpanjang konflik,” ujar seorang pejabat Palestina yang tidak ingin disebutkan namanya.

    Israel Dituding Lakukan Pembersihan Etnis

    Adapun pengepungan Israel di Tepi Barat bak serangan mematikan yang pernah dilakukan militer IDF di Gaza, hingga kota itu berubah menjadi koridor kematian.

    Merespons serangan yang dilakukan Israel di Tepi Barat, Kantor presiden Palestina Mahmoud Abbas dengan tegas mengecam operasi Israel.

    Presiden Abbas menilai serangan Israel di Tepi Barat sama dengan tindakan pembersihan etnis.

    Lantaran serangan itu dapat membuat warga negara yang di tinggal di Tepi Barat angkat kaki untuk mencari perlindungan.

    “Kami mengecam ekspansi perang menyeluruh yang dilakukan otoritas pendudukan terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat untuk melaksanakan rencana mereka yang bertujuan menggusur warga negara dan pembersihan etnis,” kata juru bicara kepresidenan Palestina, Nabil Abu Rudeineh dikutip Al Arabiya.

    Bahkan beberapa waktu lalu Israel mulai menerjunkan buldoser militer untuk menghancurkan bagian jalan utama menuju kamp dari sisi selatan, di tengah gencarnya penerbangan pesawat tanpa awak.

    “Pasukan pendudukan Israel terus menyerbu kamp Al-Far’a dan sekitarnya selama berjam-jam, menyerbu rumah-rumah warga di dalam dan sekitar kamp, ​​di tengah pengerahan pasukan infanteri secara intensif,” kata Wali Kota Tamoun, Najeh Bani Odeh.

    Tepi Barat dalam Bencana

    Serangan yang tak kunjung mereda membuat Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan, kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat sedang menuju ke arah bencana.

    “Kamp tersebut menuju arah bencana,” kata juru bicara UNRWA Juliette Touma kepada wartawan di Jenewa. 

    “Sebagian besar kamp hancur total akibat serangkaian ledakan yang dilakukan oleh pasukan Israel. Diperkirakan 100 rumah hancur atau rusak berat,” imbuhnya.

    Setidaknya 13 sekolah di kamp dan daerah sekitarnya dilaporkan ditutup, mempengaruhi 5.000 anak di daerah itu.

    Tak hanya itu serangan juga membuat akses kamp Jenin telah terputus selama beberapa bulan. 

    Lebih lanjut selain di Jenin, serangan besar-besaran juga terjadi di kota Tulkarem dan kamp pengungsian. 

    Hingga akses obat-obatan, makanan, dan persediaan penting kesulitan masuk ke wilayah itu

    (Tribun News / Namira Yunia)

  • Trump Berencana Hentikan Pendanaan, UNRWA Akui Situasi Keuangannya Sudah Memburuk: Sangat Buruk – Halaman all

    Trump Berencana Hentikan Pendanaan, UNRWA Akui Situasi Keuangannya Sudah Memburuk: Sangat Buruk – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Badan bantuan Palestina PBB, UNRWA, mengatakan pihaknya memperkirakan situasi keuangannya akan memburuk, Selasa (4/2/2025).

    Prediksi terkait memburuknya keuangan UNRWA itu bahkan sebelum keputusan yang diantisipasi oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk terus menghentikan pendanaannya.

    Juru bicara UNRWA, Juliette Touma, mengatakan keuangan UNRWA sudah memburuk beberapa bulan terakhir.

    Menurutnya, situasi ini diperkirakan akan terus memburuk.

    “Jika dan ketika Perintah Eksekutif dikeluarkan, kami akan dapat mengomentarinya.”

    “Meski demikian, kesehatan keuangan UNRWA sangat, sangat buruk dan memburuk selama beberapa bulan terakhir dan diperkirakan akan terus memburuk,” katanya, Selasa, dikutip dari Al Arabiya.

    Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan menghentikan keterlibatan AS dengan Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa dan melanjutkan penghentian pendanaan untuk UNRWA.

    Hal ini sebagaimana disampaikan seorang pejabat Gedung Putih pada Senin (3/2/2025).

    Langkah ini bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Washington, yang telah lama mengkritik UNRWA dan menuduh badan tersebut melakukan hasutan anti-Israel dan stafnya “terlibat dalam kegiatan teroris terhadap Israel.”

    Selama masa jabatan pertama Trump, dari tahun 2017-2021, ia juga menghentikan pendanaan untuk UNRWA, mempertanyakan nilainya.

    Trump mengatakan bahwa Palestina perlu setuju untuk memperbarui perundingan damai dengan Israel, dan menyerukan reformasi yang tidak ditentukan.

    Pemerintahan Trump yang pertama juga keluar dari Dewan Hak Asasi Manusia yang beranggotakan 47 orang di tengah masa jabatan tiga tahunnya karena apa yang disebutnya bias kronis terhadap Israel dan kurangnya reformasi.

    Sementara, AS saat ini bukan anggota badan yang berpusat di Jenewa tersebut.

    Di bawah mantan Presiden Demokrat Joe Biden, AS terpilih kembali dan menjabat untuk periode 2022-2024.

    Sejak menjabat untuk masa jabatan kedua pada 20 Januari 2025, Trump telah memerintahkan agar AS menarik diri dari Organisasi Kesehatan Dunia dan dari perjanjian iklim Paris – juga langkah yang diambilnya selama masa jabatan pertamanya.

    Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, pada hari Senin memuji langkah yang diharapkan oleh Trump.

    Ia menuduh Dewan Hak Asasi Manusia “secara agresif mempromosikan anti-Semitisme ekstrem.”

    “Pada saat yang sama, UNRWA telah lama kehilangan statusnya sebagai organisasi kemanusiaan independen, dan telah berubah menjadi otoritas teroris yang dikendalikan oleh Hamas dengan kedok lembaga kemanusiaan,” katanya.

    Sebelumnya, Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan pada pekan lalu bahwa badan tersebut telah menjadi target “kampanye disinformasi yang ganas” untuk “menggambarkan badan tersebut sebagai organisasi teroris.”

    Sebagai informasi, AS merupakan donor terbesar UNRWA – menyediakan $300 juta-$400 juta per tahun – tetapi Biden menghentikan pendanaan pada Januari 2024 setelah Israel menuduh sekitar selusin staf UNRWA mengambil bagian dalam serangan mematikan pada 7 Oktober 2023 di Israel oleh militan Palestina Hamas yang memicu perang di Gaza.

    Kongres AS kemudian secara resmi menangguhkan kontribusi ke UNRWA setidaknya hingga Maret 2025.

    KEHANCURAN DI GAZA – Tangkap Layar YouTube New York Post yang diambil pada Kamis (30/1/2025) menunjukkan rekaman drone Kota Gaza pada Senin (9/10/2023), tampak dari udara seluruh masjid diratakan tersisa puing-puing. (Tangkap Layar YouTube New York Post)

    UNRWA memberikan bantuan, layanan kesehatan, dan pendidikan kepada jutaan warga Palestina di Gaza, Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, Suriah, Lebanon, dan Yordania.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa sembilan staf UNRWA mungkin terlibat dalam serangan pada 7 Oktober 2023 dan telah dipecat.

    Seorang komandan Hamas di Lebanon – yang dibunuh pada bulan September oleh Israel – juga ditemukan memiliki pekerjaan di UNRWA.

    PBB telah berjanji untuk menyelidiki semua tuduhan yang dibuat dan berulang kali meminta bukti kepada Israel, yang menurutnya belum diberikan.

    Larangan Israel mulai berlaku pada 30 Januari yang melarang UNRWA beroperasi di wilayahnya atau berkomunikasi dengan otoritas Israel.

    UNRWA mengatakan operasi di Gaza dan Tepi Barat juga akan terganggu.

    Diberitakan Al Jazeera, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan bertemu Presiden Donald Trump di Washington, DC.

    Saat berbicara kepada wartawan, Trump mengatakan ia “tidak memiliki jaminan” bahwa gencatan senjata di Gaza akan berhasil.

    Seorang pria bersenjata ditembak mati oleh pasukan Israel di Tepi Barat yang diduduki setelah ia diduga melepaskan tembakan di sebuah pos pemeriksaan militer, menewaskan dua tentara dan melukai beberapa lainnya.

    Evakuasi medis dari Gaza telah ditunda setelah adanya penundaan dalam daftar pasien Israel yang disetujui untuk melakukan perjalanan.

    Perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 61.700 orang, menurut jumlah korban yang direvisi oleh Kantor Media Pemerintah Gaza, yang menyatakan ribuan orang yang hilang kini diduga tewas.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Trump-Netanyahu Akan Bertemu di Gedung Putih, Timur Tengah Jadi Fokus    
        Trump-Netanyahu Akan Bertemu di Gedung Putih, Timur Tengah Jadi Fokus

    Trump-Netanyahu Akan Bertemu di Gedung Putih, Timur Tengah Jadi Fokus Trump-Netanyahu Akan Bertemu di Gedung Putih, Timur Tengah Jadi Fokus

    Washington DC

    Ketika Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Gedung Putih pada Selasa (4/2) waktu setempat, dia diperkirakan akan berusaha memperbaiki hubungan yang renggang dengan Gedung Putih di bawah mantan Presiden Joe Biden.

    Netanyahu akan menjadi pemimpin asing pertama yang dijamu Trump di Gedung Putih sejak dia dilantik pada 20 Januari lalu.

    Dalam pertemuan itu, seperti dilansir Reuters dan AFP, Selasa (4/2/2025), keduanya diperkirakan akan membahas masa depan gencatan senjata Gaza dan upaya untuk mengakhiri perang Gaza, juga cara-cara untuk melawan Iran.

    Namun di sisi lain, Netanyahu juga bisa mendapat tekanan dari Trump yang sangat pro-Israel, yang kebijakannya untuk Timur Tengah mungkin tidak selalu sejalan dengan kepentingan Netanyahu.

    Pertemuan keduanya digelar bertepatan dengan dilanjutkannya perundingan tidak langsung pada pekan ini antara Israel dan Hamas untuk membahas tahap kedua gencatan senjata dan pembebasan sandera di Jalur Gaza.

    Trump dan Netanyahu diperkirakan akan mengadakan konferensi pers bersama.

    Sebelum pertemuan itu digelar, Trump mengatakan kepada wartawan pada Minggu (2/2) bahwa diskusi dengan Israel dan negara-negara lainnya di Timur Tengah “sedang berkembang”. Namun dia tidak memberikan rinciannya.

    Kawasan Timur Tengah berada pada titik kritis, dengan rapuhnya gencatan senjata Gaza, dan situasi serupa di Lebanon ketika gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah hampir berakhir dalam beberapa pekan mendatang.

    Kekhawatiran mengenai ambisi nuklir Iran tetap ada, meskipun negara tersebut dinilai melemah.

    Pada masa jabatan pertamanya, Trump memberikan serangkaian keberhasilan kepada Netanyahu, termasuk pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem dan penandatanganan Perjanjian Abraham, yang menormalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab.

    Trump tetap menjadi pendukung kuat Israel, dan menuai pujian karena membantu mewujudkan kesepakatan gencatan senjata antara Tel Aviv dan Hamas di Gaza bahkan sebelum dia kembali menjabat. Trump juga bersikeras mengatakan ingin mengakhiri perang di Timur Tengah.

    Tidak hanya itu, Trump juga mengharapkan untuk memperbarui upaya menuju normalisasi bersejarah antara Israel dan Arab Saudi. Hal ini menciptakan ketidakpastian mengenai seberapa besar kelonggaran yang akan diberikan Trump kepada Netanyahu.

    Selain bertemu Trump, Netanyahu juga bertemu jajaran pejabat senior pemerintahan Trump dan para pemimpin Kongres AS.

    Dia juga diperkirakan akan mencari jaminan untuk kelanjutan pasokan senjata AS ke Israel. Dalam beberapa setelah kembali ke Gedung Putih, Trump menyetujui pengiriman bom seberat 2.000 pon ke Tel Aviv, yang sebelumnya diblokir oleh pemerintahan Biden.

    Netanyahu, sebelum terbang ke AS, sempat mengatakan bahwa dirinya berharap pembicaraannya dengan Trump akan membantu menata kembali peta kawasan Timur Tengah.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Membabi Buta di Tepi Barat, Bombardir Penjuru Kota hingga Tewaskan Puluhan Warga – Halaman all

    Presiden Palestina: Israel Lakukan Pembersihan Etnis di Tepi Barat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kantor Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengecam rencana Israel untuk mengusir warga negara dan melakukan pembersihan etnis di Tepi Barat.

    Kepresidenan Palestina juga meminta pemerintah AS untuk campur tangan dan menghentikan serangan sekutunya, Israel, di Tepi Barat.

    “Kami mengecam ekspansi perang menyeluruh yang dilakukan otoritas pendudukan terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat untuk melaksanakan rencana mereka yang bertujuan menggusur warga negara dan pembersihan etnis,” kata juru bicara kepresidenan Palestina, Nabil Abu Rudeineh, pada Senin (3/2/2025).

    Ia menghimbau pemerintah AS untuk mengambil keputusan sebelum terlambat, terutama karena Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat ini sedang mengunjungi Washington.

    Setelah Israel-Hamas mulai mengimplementasikan gencatan senjata mulai 19 Januari, pasukan Israel menyerbu Tepi Barat dengan dalih untuk menargetkan kelompok perlawanan di sana.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut serangan militer tersebut sebagai operasi “Tembok Besi”.

    Israel memaksa keluarga-keluarga Palestina dari kota Tamoun, tenggara Tubas di Tepi Barat, untuk meninggalkan rumah mereka.

    “Pasukan pendudukan memaksa beberapa keluarga meninggalkan rumah mereka di pinggiran selatan kota, dan menyita kunci rumah mereka,” menurut pernyataan Wali Kota Tamoun, Najeh Bani Odeh, seperti diberitakan Kantor Berita dan Informasi Palestina (WAFA).

    Ia menambahkan tentara Israel memaksa warga meninggalkan rumah mereka selama 10 hari.

    Dia menjelaskan, kawasan yang menjadi target tentara Israel dan mengusir penduduknya dari rumah mereka adalah kawasan dataran tinggi, terletak di pinggiran selatan kota, dan juga menghadap ke kota dan kawasan Far’a.

    “Pasukan pendudukan Israel terus menyerbu kamp Al-Far’a dan sekitarnya selama berjam-jam, menyerbu rumah-rumah warga di dalam dan sekitar kamp, ​​di tengah pengerahan pasukan infanteri secara intensif,” tambahnya.

    Sementara itu, buldoser militer Israel sedang bekerja untuk menghancurkan bagian jalan utama menuju kamp dari sisi selatan, di tengah gencarnya penerbangan pesawat tanpa awak.

    Menurut hitungan kementerian yang dirilis pada hari Senin, serangan besar-besaran Israel telah menewaskan 38 orang di Jenin, 15 orang di Tubas, enam orang di Nablus, lima orang di Tulkarem, tiga orang di Hebron, dua orang di Betlehem dan satu orang di Yerusalem Timur yang diduduki.

    Pasukan Israel telah membunuh 70 orang, termasuk 10 anak-anak, di Tepi Barat yang diduduki sejak awal tahun.

    Pada hari Minggu (2/2/2025), pasukan Israel menghancurkan 23 bangunan di kamp pengungsi Jenin dan secara paksa memindahkan sekitar 15.000 warga Palestina dari kamp tersebut.

    Hingga hari ini, serangan Israel di Tepi Barat tidak menunjukkan tanda-tanda akan melambat.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Bunuh 70 Orang di Tepi Barat, Israel Dituduh Lakukan Pembersihan Etnis    
        Bunuh 70 Orang di Tepi Barat, Israel Dituduh Lakukan Pembersihan Etnis

    Bunuh 70 Orang di Tepi Barat, Israel Dituduh Lakukan Pembersihan Etnis Bunuh 70 Orang di Tepi Barat, Israel Dituduh Lakukan Pembersihan Etnis

    Tepi Barat

    Kantor Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengecam operasi militer Israel di wilayah Tepi Barat, yang dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 70 orang dalam dua pekan terakhir. Otoritas Palestina menuding Tel Aviv telah melakukan “pembersihan etnis” di Tepi Barat.

    Juru bicara kantor Abbas, Nabil Abu Rudeineh, seperti dilansir AFP, Selasa (4/2/2025), mengatakan kepresidenan Palestina “mengecam perluasan perang komprehensif otoritas pendudukan terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat untuk melaksanakan rencana mereka yang bertujuan menggusur warga dan pembersihan etnis”.

    Kementerian Kesehatan Palestina di Ramallah, dalam pernyataan terpisah, melaporkan “70 orang mati syahid di Tepi Barat sejak awal tahun ini”. Terdapat sedikitnya 10 anak-anak, satu perempuan dan dua warga lanjut usia di antara korban tewas tersebut.

    Dalam pernyataannya kepada AFP, Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi bahwa puluhan orang itu “dibunuh oleh pendudukan Israel”.

    Jumlah korban tewas itu, menurut Kementerian Kesehatan Palestina, terdiri atas 38 orang yang tewas dalam operasi Israel di area Jenin, dan 15 orang lainnya tewas di Tubas, Tepi Barat bagian utara. Sementara itu satu orang lainnya tewas di area Yerusalem Timur yang dianeksasi Israel.

    Militer Israel melancarkan operasi besar-besaran di wilayah Tepi Barat sejak 21 Januari lalu, yang diklaim bertujuan untuk membasmi kelompok bersenjata Palestina dari area Jenin, yang disebut sejak lama menjadi sarang militan.

    “Kami menuntut intervensi pemerintah AS (Amerika Serikat) sebelum terlambat, untuk menghentikan agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap rakyat dan tanah kami,” ucap Rudeineh kepada kantor berita resmi Palestina, WAFA, dalam pernyataan yang bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu ke AS.

    Pada Minggu (2/2) waktu setempat, militer Israel mengklaim pasukannya telah membunuh lebih dari 50 “teroris” dalam operasi militer yang dimulai 21 Januari tersebut, dan dalam rentetan serangan udara pada minggu sebelumnya.

    Netanyahu sedang berada di Washington DC, di mana dia diperkirakan akan memulai pembicaraan mengenai tahap kedua gencatan senjata Gaza. Tahap selanjutnya diperkirakan mencakup pembebasan para sandera tersisa dan diskusi mengenai penghentian perang yang lebih permanen.

    Lihat juga Video: Israel Kini Bombardir Tepi Barat, 10 Warga Palestina Tewas

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Siksa Tahanan di Penjara, Warga Palestina Dikencingi hingga Disiram dengan Air Mendidih

    Israel Siksa Tahanan di Penjara, Warga Palestina Dikencingi hingga Disiram dengan Air Mendidih

    PIKIRAN RAKYAT – Kelompok aktivis yang fokus pada urusan tahanan Palestina mengatakan bahwa Israel melakukan pemukulan dan penghinaan yang kejam kepada tahanan Palestina sebelum mereka dibebaskan.

    Abdullah al-Zaghari, kepala Masyarakat Tahanan Palestina (PPS), mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mayoritas warga Palestina yang dibebaskan dari penjara yang dikelola Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata Gaza menjadi sasaran penyiksaan sistematis beberapa hari sebelum pembebasan mereka.

    Dalam beberapa laporan terbaru mereka, kelompok pemantau tersebut telah mencatat berbagai bentuk penyiksaan dan penganiayaan yang parah, termasuk membakar tahanan dengan air mendidih dan mengencingi mereka.

    Upaya Balas Dendam Israel

    Zaghari mengatakan ini adalah upaya Israel untuk membalas dendam kepada mereka, mendesak para mediator perjanjian gencatan senjata, tim Palang Merah, dan pelaku kunci lainnya untuk memastikan keselamatan dan martabat mereka yang dibebaskan sambil menekan Israel untuk berhenti menyiksa.

    “Palang Merah harus memikul tanggung jawab untuk merawat para tahanan yang dibebaskan dan martabat mereka sampai mereka tiba di tempat tinggal mereka, dengan cara yang sama seperti memastikan kedatangan para tahanan Israel yang dibebaskan dari Jalur Gaza.

    “Ada kesaksian yang mengerikan tentang para tahanan yang dipukuli dengan kejam sebelum dan setelah mereka dibebaskan dari penjara, terutama tahanan yang dibebaskan ke Jalur Gaza,” Zaghari menambahkan.

    Ia mencatat bahwa sebagian besar tahanan menderita penyakit, termasuk kudis, sebagai akibat dari kondisi buruk tempat mereka ditahan.

    “Ini bukti mentalitas pendudukan yang mencoba menghancurkan citra tahanan Palestina dan mendistorsinya di hadapan rakyatnya,” jelasnya,

    Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan juga melaporkan bahwa sebagian besar tahanan di penjara yang dikelola Israel menderita kelelahan, kurus kering, dan penurunan berat badan.

    “Ada tahanan yang pingsan dan tidak ada dokter atau perawat yang datang untuk memeriksa mereka dan memindahkan mereka ke klinik,” katanya.

    Penyiksaan di Penjara Israel

    Pada awal Agustus tahun lalu, kelompok hak asasi Israel B’Tselem menuduh otoritas Israel secara sistematis menyiksa warga Palestina di kamp-kamp penyiksaan, menjadikan mereka sasaran kekerasan berat dan serangan seksual.

    Laporannya, berjudul “Selamat Datang di Neraka”, didasarkan pada 55 kesaksian dari mantan tahanan dari Jalur Gaza, Tepi Barat yang diduduki, Yerusalem Timur, dan warga Israel. Sebagian besar tahanan ini ditahan tanpa diadili.

    Penyiksaan tercatat di fasilitas penahanan sipil dan militer di seluruh Israel, yang mengakibatkan kematian sedikitnya 60 warga Palestina dalam tahanan Israel dalam waktu kurang dari 10 bulan.

    Sementara itu, penyelidikan oleh surat kabar Israel Haaretz telah mengungkapkan bahwa seperempat tahanan Palestina di penjara Israel telah terinfeksi kudis dalam beberapa bulan terakhir.

    Temuan yang terkandung dalam laporan tersebut, yang mengutip pejabat penjara, merupakan hasil petisi yang diajukan oleh organisasi hak asasi manusia. Warga Palestina yang ditahan Israel mengatakan bahwa perlakuan yang mereka terima adalah disengaja, bukan karena kelalaian.

    Physicians for Human Rights mengatakan bahwa para tahanan tidak diberi mesin cuci di dalam tahanan dan mereka tidak diberi cukup pakaian.

    Ameena Altaweel, seorang peneliti di Palestine Center for Prisoner Studies, mengatakan bahwa lembaga-lembaga hak asasi manusia Palestina terus-menerus membunyikan alarm tentang penyakit di dalam penjara.

    Altaweel mengatakan kepadatan penghuni adalah alasan utama penyebaran penyakit, selain tindakan Israel yang menurutnya sengaja digunakan untuk menimbulkan penderitaan, seperti tidak mengisolasi tahanan setelah infeksi terdeteksi dan tidak memberikan perawatan.

    Saat ini ada lebih dari 10.400 warga Palestina yang dipenjara, dengan sedikitnya 3.376 orang ditahan dalam penahanan administratif.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Operasi Militer IDF di Tepi Barat Cuma Kedok, Israel Mau Caplok Seluruh Wilayah Palestina – Halaman all

    Operasi Militer IDF di Tepi Barat Cuma Kedok, Israel Mau Caplok Seluruh Wilayah Palestina – Halaman all

    Operasi Militer IDF di Tepi Barat Cuma Kedok, Israel Mau Caplok Seluruh Wilayah Palestina

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan pendudukan Israel (IDF) dilaporkan melanjutkan agresi militer mereka terhadap provinsi Jenin dan Tulkarm di Tepi Barat.

    Operasi militer IDF tersebut bahkan meluas pada Minggu (2/2/2025) hingga mencapai provinsi Tubas di Tepi Barat utara.

    IDF mengklaim, agresi besar-besaran ini untuk menumpas gerakan perlawanan Palestina yang terus tumbuh dan membesar.

    Namun, sejumlah indikator di lapangan menunjukkan kalau Israel tidak sekadar mau memberangus perlawanan, namun juga secara penuh menganeksasi alias mencaplok seluruh Tepi Barat. 

    Menurut banyak kesaksian dari penduduk Palestina di daerah ini, operasi militer IDF yang sedang berlangsung ini adalah yang terbesar dan paling kriminal dalam beberapa tahun terakhir di wilayah Palestina tersebut. 

    “Seorang penduduk kamp Jenin, yang hidup pada masa invasi “Tembok Pertahanan” pada 2002 lalu, membenarkan bahwa pendudukan saat ini lebih parah penduduk dan telah menyebabkan kerusakan yang lebih besar pada kamp Jenin dan fasilitas kota,” tulis laporan Khaberni, dikutip Senin (3/2/2025).

    Sebagai informasi, agresi militer Israel kali ini di Tepi Barat dinamakan “Operasi Tembok Besi”.

    Tentara pendudukan Israel memulai agresinya terhadap kota Jenin pertama 13 hari yang lalu.

    Agresi IDF tersebut kemudian meluas ke kota Tulkarem dan kamp-kampnya 7 hari lalu.

    “Minggu pagi, agresi tersebut mencapai provinsi Tubas, di mana pasukan pendudukan Israel menyerbu Kamp Far’a dan kota Tamoun,” kata laporan Khaberni. 

    Segera setelah penyerbuan, tentara pendudukan mengusir banyak keluarga dari rumah mereka di Al-Far’ah dan Tamoun dan mengubahnya menjadi barak militer.

    Agresi Militer Cuma Kedok, Israel Luaskan Wilayah Pendudukan

    Terkait agresi dan tujuan pendudukan Israel dalam operasi militer ini, analis dan pakar urusan Israel, Suleiman Basharat, mengatakan kepada Quds News Network kalau indikator operasi militer pendudukan di Tepi Barat utara yang diduduki mengkonfirmasi perluasan geografisnya wilayah pendudukan secara bertahap.

    “Pihak Israel tidak menyembunyikan (membantah) hal ini baik di tingkat militer maupun dalam tataran politik. Ini dikonfirmasi setelah perluasan operasi militer itu dari Jenin ke Tulkarem dan kemudian Tubas dalam waktu kurang dari dua minggu.

    Satu di antara indikator itu juga diungkapkan Relawan kemanusiaan dalam organisasi Doctors Without Borders (Dokter Lintas Batas).

    Mereka mengungkapkan, pada Senin (3/2/2025) kalau tentara pendudukan Israel menggusur 20.000 warga Palestina di Jenin, dan 6.000 warga di Tulkarm.

    Organisasi itu mengatakan kalau ada sekitar 150 hingga 180 rumah rusak di kedua kota tersebut akibat agresi Israel yang terus berlanjut.

    Adapun Basharat menekankan kalau waktu dan lingkungan operasi menunjukkan bahwa pendudukan memiliki tujuan politik yang ditutupi dengan kedok keamanan militer.

    “Hal ini sesuai dengan visi politik Israel yang bertujuan untuk mencaplok Tepi Barat sepenuhnya, terutama karena pemerintah pendudukan melihat bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk melaksanakan rencana aneksasi dan mengendalikan lahan seluas-luasnya, dan kembali membentuk geografi dan demografi, serta menggambar ulang lanskapnya,” kata dia.

    AGRESI – Kendaraan militer Pasukan Pendudukan Israel (IDF) saat agresi militer di Hebron, Tepi Barat. Menjelang gencatan senjata di Jalur Gaza, pasukan Israel mengintensifkan pengamanan di semua wilayah Tepi Barat. (khaberni/tangkap layar)

    Proyek AS-Israel

    Ia menambahkan, satu di antara tujuan operasi militer IDF ini adalah untuk menghapus sistem politik Palestina dan mengubah keberadaan Palestina di Tepi Barat menjadi “pusat-pusat populasi terisolasi yang dikelilingi oleh penghalang, pos pemeriksaan militer, dan permukiman tanpa perwakilan politik Palestina.”

    Ia menjelaskan, dimulainya operasi agresif oleh IDF segera setelah berakhirnya perang genosida di Jalur Gaza mencerminkan adanya proyek politik Israel-Amerika Serikat.

    AS memang berkontribusi dalam mencapai gencatan senjata di Gaza dan melaksanakan kesepakatan pertukaran tahanan yang dianggap banyak entitas Israel sebagai sebuah kesalahan.

    Pertukaran sandera dan tahanan dalam konteks gencatan senjata ini dianggap Hamas jua sebagai klaim kemenangan perlawanan Palestina atas agresi militer Israel di Gaza.

    Namun, sebagai gantinya dari ‘kekalahan’ Israel di Jalur Gaza tersebut, AS dia nilai memberikan keleluasaan bagi pendudukan Israel untuk menguasai Tepi Barat.

    Basharat menegaskan, operasi militer dan intensifikasi agresi terhadap kamp-kamp Palestina bersamaan dengan penghentian kerja Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) oleh Israel.

    “Ini mencerminkan tujuan Israel untuk menghilangkan pihak-pihak yang lantang menyuarakan masalah pengungsi Palestina dan memberi lebih banyak tekanan pada mereka,” kata dia.

    Ia menekankan bahwa aturan militer Israel kini resmi berlaku di Tepi Barat, melalui pos-pos pemeriksaan dan pemisahan provinsi-provinsi Palestina.

    Israel juga mengendalikan semua aspek kehidupan dan menghancurkan infrastruktur, dalam rangka menggambar ulang peta populasi dan distribusi geografis. di Tepi Barat dan menghapus identitas yang dimiliki oleh provinsi-provinsi tersebut.

    Terkait serangan para pemukim Yahudi Israel yang menyertai agresi militer IDF, Basharat mengatakan bahwa tidak mungkin memisahkan praktik kekerasan oleh para pemukim dan tentara IDF. 

    “Sumber dari praktik-praktik ini adalah bersifat kelembagaan yang menjadi dasar pendudukan Israel, sementara peran antara tentara pendudukan Israel dan milisi pemukim diintegrasikan untuk mencapai tujuan aneksasi dan kontrol atas Tepi Barat,” katanya.

    PENGEBOMAN JENIN – Asap hitam membumbung setelah pesawat pendudukan Israel mengebom sejumlah bangunan di Jenin, Tepi Barat, Minggu (2/2/2025). Israel dilaporkan memperluas agresi militer mereka di Tepi Barat yang mengindikasikan perluasan daerah aneksasi dari wilayah Palestina.

    Unjuk Kekuatan Seusai Kalah di Gaza

    Di sisi lain, peneliti dan penulis, Sari Arabi mengatakan kalau IDF berusaha menampilkan kekuatannya di Tepi Barat setelah cenderung tidak berhasil menuntaskan target dalam perang Gaza.

    “Negara pendudukan berusaha menunjukkan dirinya sebagai negara yang kuat dan proaktif secara militer di hadapan dunia, di hadapan pemerintahan Amerika, dan di hadapan pemukim, dengan menjadikan agresi di Tepi Barat utara sebagai bagian integral dari perang pemusnahan di Jalur Gaza, dengan menunjukkan kekuatannya,” kata dia dilansir Khaberni.

    Dia menunjukkan, ada kesepahaman dalam koalisi pemerintah Israel mengenai penghentian perang pemusnahan di Jalur Gaza, yang dipenuhi dengan operasi skala besar di Tepi Barat.

    “Terkait kesepemahaman itu, Dinas Keamanan Umum Israel “Shabak” menyetujui perlunya meluncurkan operasi militer di Tepi Barat utara, dan Kepala Staf IDF menyetujuinya, dengan cara yang mencerminkan koordinasi antara tingkat keamanan dan militer pendudukan,” kata analis tersebut.

    Terkait dimensi operasi, Arabi mengatakan ada beberapa tujuan dimensi politik, militer, dan keamanan, antara lain memperketat kontrol militer di Tepi Barat, mencapai aneksasi, menyita lahan seluas-luasnya untuk perluasan pemukiman, serta mengakhiri dan membubarkan perlawanan di wilayah Tepi Barat.

    Pencaplokan yang Butuh Restu AS

    Dalam wawancara lain, analis politik Mohammed Al-Qiq mengatakan bahwa apa yang terjadi di Tepi Barat adalah proses aneksasi resmi yang memerlukan persetujuan resmi dari pemerintah AS setelah pertemuan antara Perdana Menteri pendudukan Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump.

    “Jika persetujuan ini tercapai, agresi pendudukan akan meluas. Agresi ini meluas hingga mencakup seluruh wilayah Tepi Barat, termasuk kota Yerusalem yang diduduki,” kata dia.

    Al-Qiq menjelaskan kalau tentara pendudukan Israel berusaha untuk mengembalikan citra setelah kekalahan telak yang dideritanya di Jalur Gaza di tangan perlawanan Palestina.

    Kejahatan yang Sedang Berlangsung

    Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan tewasnya Walid Muhammad Ali Lahlouh, 73 tahun, pada Minggu, oleh peluru pasukan pendudukan di kamp Jenin.

    Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan dalam pernyataan singkat bahwa krunya mengangkut seorang martir dari pintu masuk kamp Jenin, dan ia dipindahkan ke rumah sakit.

    Hal ini bertepatan dengan berlanjutnya agresi Israel terhadap kota dan kamp Jenin sejak 21 Januari yang mengakibatkan tewasnya 25 warga Palestina, puluhan orang luka-luka, selain itu juga mengakibatkan kerusakan besar-besaran pada jalan, infrastruktur dan rumah, serta ratusan orang mengungsi. keluarga.

    Kampanye pembunuhan yang dilancarkan tentara Israel di Tepi Barat meningkat.

    Sebanyak 7 warga Palestina tewas dalam hitungan jam di Jenin dan Tulkarm, sementara pejuang perlawanan bentrok dengan pasukan penyerang di beberapa garis depan.

    Pada Sabtu, pesawat tak berawak pendudukan melancarkan dua serangan terhadap kota Jenin, sebelah utara Tepi Barat, yang mengakibatkan tewasnya 4 warga Palestina.

    Serangan pertama menargetkan sebuah sepeda motor, menewaskan seorang warga Palestina, dan serangan lainnya menewaskan sekelompok pemuda di wilayah timur kota, menewaskan 3 warga Palestina – termasuk seorang anak – dan seorang perawat, serta melukai beberapa orang lainnya.

     

    (oln/khbrn/*)