kab/kota: Yerusalem

  • Teriakan Sandera Brigade Al Qassam Minta Bebas, Koar PM Israel Sebut Hamas Alot  – Halaman all

    Teriakan Sandera Brigade Al Qassam Minta Bebas, Koar PM Israel Sebut Hamas Alot  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Sabtu (19/4/2025) malam Hamas telah menolak usulan pengembalian separuh sandera yang masih hidup di Gaza.

    Menurutnya, Hamas menuntut diakhirinya perang dan mundurnya militer Israel dari Gaza.

    “Jika kita menyerah pada perintah Hamas sekarang, semua pencapaian besar perang ini… akan hilang,” kata Netanyahu dalam pernyataan, dikutip dari China.org.

    Dalam pernyataan tersebut, Perdana Menteri Israel juga menepis gagasan bahwa Israel dapat menipu Hamas agar membebaskan semua sandera dan kemudian melanjutkan perang, dengan alasan bahwa masyarakat internasional tidak akan menerima langkah seperti itu.

    Sebelumnya, Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, merilis video baru yang menunjukkan seorang sandera Israel yang disandera di Gaza.

    Video berdurasi empat menit itu menampilkan sandera Israel Elkana Bohbot berbicara lewat telepon rumah, tampaknya menelepon keluarganya untuk melanjutkan upaya pembebasannya.

    “Kesehatan saya sedang tidak baik. Saya berteriak minta mati. Tolong, lakukan ini untuk saya,” katanya di akhir rekaman.

    Brigade Al-Qassam mengakhiri video tersebut dengan menyampaikan pesan.

    “Mereka tidak akan kembali kecuali dalam kapasitas tertentu,” merujuk pada para sandera.

    Masih belum jelas kapan video itu direkam.

    Media Israel melaporkan bahwa rilis video tersebut memicu demonstrasi di Tel Aviv, Yerusalem, Beersheba, dan Haifa, di mana ribuan orang meminta pemerintah untuk segera membebaskan tawanan.

    Sementara itu, operasi militer Israel terus berlanjut di Gaza. Pasukan Pertahanan Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan lapis bajanya menewaskan lebih dari 40 militan Hamas di wilayah Rafah, Jalur Gaza selatan, selama akhir pekan.

    Tentara Tak Terlatih Dikirim ke Gaza

    Mengutip AA, militer Israel telah mengerahkan tentara yang tidak terlatih secara memadai dari brigade elit Golani dan Givati ​​ke Jalur Gaza di tengah kekurangan pasukan yang kritis, lembaga penyiaran publik Israel KAN melaporkan pada hari Minggu.

    Para rekrutan tersebut telah dikirim ke medan perang sejak Desember lalu, katanya.

    Langkah ini mencerminkan meningkatnya tekanan pada militer Israel, yang telah mengakui adanya kekurangan tenaga kerja yang signifikan.

    Minggu lalu, harian Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa Kepala Staf Angkatan Darat Eyal Zamir telah memberi tahu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Kabinetnya bahwa kemampuan tentara untuk mencapai tujuan kepemimpinan politik di Gaza dapat terhambat oleh berkurangnya jumlah prajurit.

    Angkatan darat telah berjuang dengan kekurangan prajurit reguler selama beberapa bulan terakhir, diperburuk oleh pengecualian kaum Yahudi ultra-Ortodoks (Haredim) dari wajib militer dan tingkat putus sekolah sebesar 30 persen hingga 40 persen di antara para prajurit cadangan, dengan alasan kelelahan akibat perang yang berkepanjangan, menurut media setempat.

    Kekurangan tersebut mungkin bertambah parah di tengah makin banyaknya petisi yang ditandatangani oleh warga Israel, termasuk tentara aktif dan mantan tentara, yang menuntut pembebasan sandera, bahkan jika itu mengharuskan penghentian perang Gaza.

    Lebih dari 140.000 warga Israel telah menandatangani petisi yang menyerukan gencatan senjata sebagai ganti sandera.

    Di antara petisi tersebut, 21 petisi masing-masing telah ditandatangani oleh lebih dari 10.000 tentara cadangan aktif dan mantan tentara cadangan.

    Israel memperkirakan bahwa 59 warganya masih ditawan di Gaza, termasuk 24 orang yang diyakini masih hidup, sementara Israel menahan lebih dari 9.900 warga Palestina di penjara-penjaranya, di mana laporan penyiksaan, kelaparan dan pengabaian medis telah menyebabkan banyak kematian, menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia Palestina dan Israel.

    Netanyahu dan para menterinya mengancam akan memecat para penandatangan, dengan menyebut kampanye tersebut sebagai “pemberontakan” dan “pembangkangan” yang “memperkuat musuh selama masa perang.”

    Lebih dari 51.200 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

    Pada bulan November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha)

  • Masjid Al Aqsa Mau Dihancurkan Israel, Pemerintah Palestina Khawatir dengan Ancaman yang Beredar

    Masjid Al Aqsa Mau Dihancurkan Israel, Pemerintah Palestina Khawatir dengan Ancaman yang Beredar

    PIKIRAN RAKYAT – Tak hanya Gaza, Israel juga menargetkan wilayah-wilayah lain di Palestina dalam melancarkan serangannya. Teranyar, masjid suci Al Aqsa ditargetkan untuk dihancurkan.

    Hal ini telah beredar di antara organisasi pemukim Israel yang mengancam akan melakukan penghancuran salah satu masjid penting bagi umat Islam tersebut. Hal ini telah menuai reaksi keras dari Pemerintah Palestina.

    Pemerintah Palestina begitu khawatir dengan ancaman dihancurkannya Masjid Al Aqsa yang terletak di Yerusalem. Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat memperingatkan adanya seruan oleh organisasi pemukim Israel.

    Seruan pemukim Israel itu beredar di media sosial dengan menggunakan bahasa ibrani. Selain berencana menghancurkan Masjid Al Aqsa, pemukim Israel; juga berencana membangun kuil ketika Al Aqsa dihancurkan.

    Dilaporkan Al Jazeera, kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki adalah situs tersuci ketiga bagi umat Islam dan simbol identitas Palestina. Kompleks ini dikelola oleh Yordania, tetapi akses ke situs itu sendiri dikontrol oleh tentara Israel. 

    Kompleks ini juga dianggap sebagai situs penting oleh orang Yahudi, yang meyakini bahwa kompleks ini adalah situs Bait Suci Pertama dan Kedua, yang terakhir dihancurkan oleh bangsa Romawi pada tahun 70 M.

    Kekhawatiran pemerintah Palestina ini juga ditambah dengan beredarnya video buatan AI yang menggambarkan penghancuran Masjid Al Aqsa dan pembangunan ‘Kuil Ketiga’. Video tersebut diberi judul ‘Tahun Depan di Yerusalem’ dipublikasikan di media sosial.

    Menanggapi video kontroversial tersebut, Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan video tersebut sebagai hasutan.

    “Hasutan sistematis untuk meningkatkan penargetan situs suci Kristen dan Islam di Yerusalem yang diduduki. Kementerian menyerukan kepada masyarakat internasional dan lembaga PBB terkait untuk menangani hasutan ini dengan sangat serius, dan mengambil tindakan yang diwajibkan oleh hukum internasional,” katanya.

    Kerap dikunjungi politisi dan pemukim Israel

    Politisi sayap kanan Israel serta pemukim Israel kerap mengunjungi kawasan Al Aqsa. Mereka melakukan ritual keagamaan di kawasan tersebut dengan perlindungan pasukan Israel. 

    Berdasarkan status quo yang telah berlaku selama puluhan tahun yang dipertahankan oleh otoritas Israel, warga Yahudi dan non-Muslim lainnya diizinkan untuk mengunjungi kompleks di Yerusalem Timur yang diduduki selama jam-jam tertentu, tetapi mereka tidak diizinkan untuk berdoa di sana atau memperlihatkan simbol-simbol keagamaan.

    Agustus lalu, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir menimbulkan kemarahan dengan mengatakan ia akan membangun sinagog Yahudi di kompleks Masjid Al Aqsa, yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount.

    Pernah dianggap sebagai gerakan pinggiran, kampanye untuk membangun ‘Kuil Ketiga/ di Al-Aqsa kini berkembang di Israel.

    Sejak menjabat pada Desember 2022, Ben-Gvir, sebagai menteri keamanan nasional, telah mengunjungi tempat suci tersebut sedikitnya enam kali dan menuai kecaman keras.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Tentara Israel Serang Jemaat Kristen Palestina di Yerusalem Saat Sabtu Suci

    Tentara Israel Serang Jemaat Kristen Palestina di Yerusalem Saat Sabtu Suci

    GELORA.CO – Pasukan Israel menyerang dan menghalangi jemaat Kristen Palestina yang hendak beribadah di Gereja Makam Suci, Yerusalem, pada Sabtu malam (19/4).

    Insiden itu terjadi di tengah perayaan Sabtu Suci, salah satu momen penting menjelang Paskah bagi umat Kristen.

    Mengutip WAFA News Agency, keterangan dari saksi mata dan jurnalis di Yerusalem menunjukkan bagaimana pasukan Israel memblokir akses ke Kota Tua, mendirikan pos pemeriksaan di setiap gang menuju gereja, dan menahan sejumlah tokoh gereja di perbatasan militer yang dibentuk sementara.

    Delegasi Apostolik untuk Yerusalem dan perwakilan Vatikan untuk Negara Palestina, Uskup Agung Adolfo Tito Yllana, termasuk di antara yang ditahan dan tidak diizinkan masuk.

    Sebuah video yang dibagikan di media sosial menunjukkan aparat Israel mendorong dan memukul jemaat yang mencoba memasuki gereja.

    Teriakan dan doa terdengar bersahut dengan perintah aparat yang bersenjata lengkap.

    Seorang jurnalis yang merekam suasana di halaman Gereja Makam Suci, melaporkan bahwa jumlah aparat lebih banyak dari jemaat.

    “Gereja dan alun-alun sekitar nyaris kosong,” tulisnya.

    “Padahal biasanya tempat ini penuh oleh ribuan umat.”

    Tak hanya dari dalam Yerusalem, ribuan umat Kristen Palestina dari Tepi Barat juga dilarang masuk.

    Mereka gagal menghadiri kebaktian karena tidak mendapat izin dari otoritas Israel untuk melewati pos pemeriksaan militer.

    Warga Palestina, baik Kristen maupun Muslim, selama ini memang memerlukan izin khusus hanya untuk bisa beribadah di kota suci tersebut.

    Dalam dua tahun berturut-turut, perayaan Minggu Suci dan Paskah di Yerusalem berlangsung dalam pembatasan ketat. Gereja-gereja membatalkan parade dan prosesi tradisional, membatasi aktivitas pada doa dan liturgi.

    Di tengah tekanan dan pembatasan, Patriark Ortodoks Yunani Yerusalem, Theophilos III, tetap memimpin doa penerimaan “Api Suci” di Gereja Makam Suci.

    Api ini secara simbolik dibagikan ke gereja-gereja di Palestina dan wilayah lain, termasuk ke komunitas diaspora Kristen di berbagai negara. (*)

  • Houthi Tembak Jatuh Drone MQ-9 Reaper ke-21 AS, Kerugian Amerika Tembus Rp 12,3 Triliun – Halaman all

    Houthi Tembak Jatuh Drone MQ-9 Reaper ke-21 AS, Kerugian Amerika Tembus Rp 12,3 Triliun – Halaman all

    Houthi Tembak Jatuh Drone MQ-9 Reaper ke-21 AS, Kerugian Tembus Rp 12,3 T

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok bersenjata Houthi di Yaman mengklaim telah menembak jatuh pesawat nirawak militer AS MQ-9 Reaper hari ini, Minggu (20/4/2024)

    Ini merupakan pesawat nirawak ke-21 yang ditembak jatuh sejak 7 Oktober 2023, tanggal Israel memulai serangan militer besar-besaran terhadap Jalur Gaza yang terkepung.

    Penembakan jatuh pesawat tak berawak MQ-9 Reaper ke-21 terjadi hanya beberapa jam setelah petempur Houthi berhasil menembak jatuh pesawat tak berawak ke-20 di wilayah udara Sanaa, yang kemudian dikonfirmasi oleh pejabat senior militer AS.

    Penembakan jatuh drone MQ-9 Reaper ke-21 dikonfirmasi oleh juru bicara kelompok Houthi.

    Drone MQ-9 Reaper ke-21 yang ditembak jatuh oleh pejuang Houthi adalah drone Reaper ke-6 yang berhasil ditembak jatuh sejak 15 Maret ketika jet tempur AS memulai serangan udara harian terhadap posisi kelompok bersenjata itu di Yaman.

    Setiap drone MQ-9 Reaper yang dikembangkan oleh perusahaan Amerika, General Atomics Aeronautical Systems (GASI), diperkirakan berharga US$35 juta (atau setara Rp 590 M) tiap unitnya.

    Ini adalah drone MALE (Medium Altitude Long Endurance) yang tidak hanya mampu melakukan misi pengawasan, intelijen dan pemantauan, tetapi juga dapat dilengkapi dengan rudal dan sistem persenjataan lainnya untuk melakukan serangan udara.
     
    “Dengan ditembak jatuhnya pesawat nirawak MQ-9 Reaper ke-21, militer AS diperkirakan menderita kerugian sebesar US$735 juta (Rp 12,3 Triliun) setelah 21 pesawat nirawak canggihnya ditembak jatuh oleh pejuang Houthi,” menurut seorang pengamat militer dilansir DSA, Minggu.

    Drone canggih MQ-9 Reaper milik pasukan Amerika Serikat dibidik sistem pertahanan udara Houthi Yaman. Ini menjadi drone ke-13 yang ditembak jatuh. Houthi juga menyerang Bandara Ben Gurion, Tel Aviv Israel dan pembangkit listrik di Yerusalem, Israel. (DSA/Tangkap Layar)

    Seputar MQ-9 Reaper

    Militer AS menggunakan drone MQ-9 Reaper yang dikembangkan oleh General Atomics Aeronautical Systems (GASI) untuk memastikan bahwa perairan di lepas pantai Yaman aman untuk digunakan oleh kapal komersial, selain untuk mencari target di daratan Yaman.

    MQ-9 Reaper canggih buatan AS mampu terbang selama 27 jam tanpa henti pada ketinggian 50.000 kaki dan membawa muatan seberat lebih dari 1,7 ton termasuk sistem sensor dan komponen elektronik sensitif.

    Drone MQ-9 Reaper, yang dioperasikan terutama untuk operasi dan misi Intelijen, Pengawasan, dan Pengintaian (ISR), juga dapat dilengkapi dengan rudal “Hellfire”, GBU-12 Paveway II, GBU-38 Joint Direct Attack Munition (JDAM) untuk tujuan serangan.

    Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2021, militer Amerika Serikat (terutama Angkatan Udara Amerika Serikat – USAF) dilaporkan mengoperasikan lebih dari 300 drone MQ-9 Reaper, yang pertama kali diperkenalkan ke militer Amerika Serikat pada tahun 2007.

    Militer AS dilaporkan berencana untuk memensiunkan pesawat tak berawak MQ-9 Reaper pada tahun 2035.

    Pesawat tak berawak MQ-9 Reaper AS diyakini ditembak jatuh menggunakan rudal mode ganda Saqr-358.

    Rudal Saqr 358 dikembangkan oleh Iran, diyakini melalui Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), dan pertama kali diperkenalkan ke publik pada tahun 2019.

    Industri pertahanan Iran biasanya menggunakan metode rekayasa balik dan keahlian lokal untuk memproduksi sistem persenjataan yang efektif dengan biaya rendah, seperti yang terlihat pada desain Saqr 358 yang juga menggunakan komponen komersial yang tersedia secara luas.

    Rudal ini secara resmi diluncurkan di Teheran pada tahun 2023 saat kunjungan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, meskipun pada kenyataannya telah digunakan secara aktif oleh kelompok proksi Iran setidaknya sejak tahun 2019.

     

    (olan/dsa/*)

     

     

  • Temuan Arkeologi Dekat Makam Yesus Mendukung Catatan Alkitab

    Temuan Arkeologi Dekat Makam Yesus Mendukung Catatan Alkitab

    Jakarta

    Para arkeolog yang menggali di bawah Gereja Makam Suci di Yerusalem, Israel, menemukan tanda-tanda keberadaan taman kuno yang selaras dengan deskripsi Alkitab.

    Umat Kristen percaya gereja tersebut adalah tempat Yesus dimakamkan dan hingga kini menjadi situs ziarah utama. Baru-baru ini, penemuan pohon zaitun dan tanaman anggur berusia 2.000 tahun diyakini mencerminkan kisah dalam Injil Yohanes tentang tempat Yesus disalib dan dibaringkan untuk beristirahat.

    “Di dekat tempat di mana Ia disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang,” demikian pernyataan Injil Yohanes.

    “Temuan arkeobotani ini sangat menarik bagi kami, mengingat apa yang disebutkan dalam Injil Yohanes, yang informasinya dianggap ditulis atau dikumpulkan oleh seseorang yang mengenal Yerusalem pada saat itu,” kata Profesor Francesca Romana Stasolla, dikutip dari The Independent, Jumat (18/4/2025).

    “Injil menyebutkan area hijau antara Kalvari dan makam, dan kami mengidentifikasi ladang-ladang yang dibudidayakan ini,” rincinya.

    Penggalian telah dilakukan sejak gereja-gereja mengantisipasi banyaknya peziarah yang datang selama perayaan Paskah. Proyek penggalian arkeologi tahun 2022 menandai restorasi besar pertama sejak abad ke-19, dan dipimpin oleh seorang professor dari Sapienza University di Roma, Italia.

    Restorasi tersebut harus disetujui oleh para penjaga Katolik Roma, Armenia, dan Ortodoks Yunani. Restorasi ini juga memerlukan lisensi dari Israel Antiquities Authority.

    “Dengan pekerjaan renovasi, komunitas agama memutuskan untuk juga mengizinkan penggalian arkeologi di bawah lantai,” kata Profesor Stasolla.

    Tim menemukan lapisan-lapisan yang berasal dari Zaman Besi di bawah basilika, termasuk tembikar, lampu minyak, dan sampel tanah.

    Kehadiran artefak zaman pra-Kristen menunjukkan bahwa lahan tersebut berubah seiring waktu dari sebuah tambang, menjadi lahan pertanian, hingga menjadi situs pemakaman seiring berjalannya waktu.

    Arkeolog juga menemukan basis marmer melingkar di bawah kuil yang membungkus sesuatu yang diyakini sebagai makam Yesus. Mereka akan melakukan lebih banyak tes untuk menentukan usia dan asal marmer.

    (rns/rns)

  • Mengungkap Sejarah dan Makna Mendalam di Balik Devosi Jalan Salib

    Mengungkap Sejarah dan Makna Mendalam di Balik Devosi Jalan Salib

    Jakarta, Beritasatu.com – Umat Kristiani memiliki sebuah tradisi religius yang disebut devosi Jalan Salib untuk memperingati peringatan penting, yakni hari Paskah, yang diyakini sebagai hari kebangkitan Yesus.

    Paskah dipahami sebagai hari kebangkitan Yesus setelah mengalami kematian yang dipercaya sebagai bentuk pengorbanan-Nya demi menebus dosa umat manusia. Oleh karena itu, hari Paskah menjadi simbol harapan dan kehidupan kekal bagi umat Kristiani yang percaya kepada-Nya.

    Sebagai bagian dari rangkaian menjelang Paskah, umat Katolik secara khusus melaksanakan devosi Jalan Salib. Namun, bagaimana sejarah terbentuknya devosi ini, dan apa makna yang terkandung di dalamnya? Berikut penjelasannya, dikutip dari berbagai sumber.

    Asal-usul Devosi Jalan Salib

    Devosi Jalan Salib bukanlah sebuah perintah langsung dari Alkitab, melainkan lahir dari inisiatif pribadi umat beriman melalui proses panjang yang kemudian disahkan oleh Gereja.

    Tradisi ini bermula pada masa awal Kekristenan, ketika para murid Yesus dan umat Kristiani di Yerusalem mengenang penderitaan Kristus dengan menapaktilasi jalan yang dilalui-Nya menuju Bukit Golgota, tempat penyaliban terjadi.

    Perkembangan signifikan terjadi setelah Kaisar Konstantinus melegalkan agama Kristen pada abad ke-4. Ibunda Kaisar, Santa Helena, melakukan ziarah ke Tanah Suci dan menemukan lokasi-lokasi yang berkaitan dengan kehidupan serta penyaliban Yesus. Hal ini mendorong pembangunan Basilika Makam Kudus pada tahun 335 Masehi.

    Pada abad ke-14, para biarawan Ordo Fransiskan memperkenalkan devosi Jalan Salib secara resmi. Peran Santo Fransiskus dari Asisi juga penting dalam merenungkan kesengsaraan Kristus, dimulai dari Taman Getsemani hingga wafat-Nya di Golgota.

    Kemudian, pada abad ke-18, Paus Klemens XII menetapkan secara resmi 14 perhentian dalam Jalan Salib, yang menjadi struktur tetap dalam devosi ini.

    Seiring berjalannya waktu, Jalan Salib menjadi praktik devosi yang penting dalam Gereja Katolik, khususnya selama masa Pra-Paskah dan Jumat Agung.

    Perlu dipahami bahwa devosi ini berbeda dengan sakramen Gereja yang bersifat wajib. Devosi Jalan Salib bukanlah kewajiban mutlak, melainkan bentuk penghayatan iman yang bersifat sukarela.

    Meski demikian, devosi ini tetap dijalankan secara luas oleh umat Katolik di seluruh dunia sebagai bentuk penghormatan terhadap penderitaan dan pengorbanan Yesus Kristus.

    Makna Devosi Jalan Salib

    Berikut beberapa makna penting dari pelaksanaan devosi Jalan Salib:

    1. Penghayatan penderitaan Yesus

    Devosi ini menjadi sarana bagi umat untuk mengenang dan merenungkan penderitaan serta pengorbanan Yesus dalam perjalanan menuju penyaliban dan wafat-Nya.

    2. Penguatan iman

    Melalui setiap perhentian, umat diajak menelusuri momen-momen penting dalam kehidupan Yesus, sehingga memperdalam iman akan kasih dan pengorbanan-Nya.

    3. Mengenang kasih dan ketaatan Kristus

    Jalan Salib mengingatkan umat akan kasih yang besar dan ketaatan Yesus kepada Allah Bapa, meskipun harus melalui penderitaan yang amat berat.

    4. Refleksi spiritual

    Devosi ini menjadi momen kontemplatif yang mendalam untuk merenungkan makna keselamatan dan perjalanan rohani setiap pribadi.

    5. Pembelajaran menghadapi penderitaan

    Jalan Salib juga mengajarkan nilai ketabahan dan kesetiaan dalam menghadapi penderitaan serta berbagai tantangan hidup.

    6. Pengingat akan dosa dan kejahatan

    Devosi ini menyadarkan umat akan akibat dari dosa manusia dan tipu daya iblis yang membawa penderitaan bagi Kristus.

    7. Bagian dari tradisi liturgis

    Jalan Salib dilaksanakan secara khusus pada masa Pra-Paskah dan Jumat Agung sebagai bentuk penghormatan terhadap misteri keselamatan yang dianugerahkan Kristus.

    Di Indonesia, devosi Jalan Salib biasanya dilaksanakan dengan membacakan doa pada setiap dari 14 perhentian yang melambangkan peristiwa-peristiwa sengsara Yesus. Selain itu, banyak umat juga melaksanakan prosesi Jalan Salib secara fisik dengan berpindah dari satu perhentian ke perhentian berikutnya, baik di dalam gereja, di halaman gereja, maupun di taman doa.

  • Memahami Perbedaan Wafat dan Kenaikan Isa Almasih

    Memahami Perbedaan Wafat dan Kenaikan Isa Almasih

    Jakarta, Beritasatu.com – Isa Almasih, yang dikenal juga sebagai Yesus Kristus, merupakan tokoh sentral dalam iman Kristen. Kisah hidup-Nya, mulai dari pengajaran, mukjizat, wafat, kebangkitan, hingga kenaikan ke surga, membawa pesan universal tentang kasih ilahi, pengorbanan, dan pengharapan.

    Dua peristiwa penting yang selalu dikenang oleh umat Kristen di seluruh dunia adalah Jumat Agung dan Hari Kenaikan. Keduanya menjadi bagian tak terpisahkan dari narasi keselamatan dalam ajaran Kristen. Meskipun sama-sama berkaitan dengan akhir kehidupan Yesus secara fisik di dunia, keduanya memiliki makna, suasana, dan pesan spiritual yang sangat berbeda.

    Wafat Isa Almasih: Puncak Pengorbanan di Jumat Agung

    Jumat Agung, yang jatuh pada hari Jumat sebelum Paskah, diperingati sebagai hari ketika Isa Almasih wafat disalibkan di Bukit Golgota, di luar kota Yerusalem. Peristiwa ini dianggap sebagai puncak dari penderitaan-Nya di dunia dan merupakan inti dari doktrin penebusan dosa dalam iman Kristen.

    Menurut catatan dalam keempat Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes), sebelum disalibkan, Yesus mengalami berbagai bentuk siksaan fisik dan mental. Ia ditangkap di Taman Getsemani, diadili secara tidak adil oleh pemimpin Yahudi, kemudian diserahkan kepada penguasa Romawi, Pontius Pilatus.

    Meski Pilatus menyatakan tidak menemukan kesalahan pada Yesus, tekanan massa membuatnya akhirnya menjatuhkan hukuman salib. Yesus disalibkan bersama dua penjahat dan mengalami penderitaan yang luar biasa.

    Dalam saat-saat terakhir-Nya, Ia mengucapkan beberapa kalimat yang penuh makna spiritual, termasuk “Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34), serta “Sudah selesai” (Yohanes 19:30), yang menandakan misi penyelamatan-Nya telah dituntaskan.

    Bagi umat Kristen, wafat Isa Almasih bukan sekadar tragedi, melainkan pengorbanan besar yang membawa penebusan bagi dosa manusia. Melalui kematian-Nya, terbuka jalan rekonsiliasi antara manusia dan Allah.

    Jumat Agung menjadi hari refleksi mendalam, bukan hanya untuk mengenang penderitaan fisik Yesus, tapi juga sebagai momen spiritual untuk merenungkan kasih Allah yang tanpa syarat.

    Kenaikan Isa Almasih: Awal Misi dan Janji Kedatangan Kedua

    Hari Kenaikan, yang dirayakan 40 hari setelah Paskah, memperingati saat ketika Yesus naik ke surga di hadapan para murid-Nya, sebagaimana tercatat dalam Kisah Para Rasul 1:9–11 dan Lukas 24:50–53.

    Peristiwa ini terjadi setelah kebangkitan-Nya dari kematian, di mana selama 40 hari Ia masih menampakkan diri kepada para murid, mengajar mereka, dan meneguhkan iman mereka.

    Kenaikan ke surga menandai berakhirnya kehadiran fisik Yesus di bumi, tetapi bukan akhir dari pengaruh dan karya-Nya. Justru, ini adalah awal dari perutusan para murid untuk mewartakan kabar baik ke seluruh dunia.

    Sebelum naik ke surga, Yesus memberikan amanat agung: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Markus 16:15).

    Dalam teologi Kristen, kenaikan Yesus juga menegaskan Ia kembali ke tempat asal-Nya, yaitu kemuliaan surgawi bersama Allah Bapa. Peristiwa ini memberi pengharapan Yesus akan datang kembali kelak dalam kemuliaan untuk menghakimi dunia dan menyempurnakan Kerajaan Allah. Oleh karena itu, hari Kenaikan Isa Almasih dipandang sebagai perayaan iman dan harapan, bukan kesedihan.

    Perbedaan Makna Spiritual

    Secara spiritual, Jumat Agung dan Hari Kenaikan Yesus Kristus menyampaikan dua pesan berbeda tetapi saling melengkapi. Jumat Agung menggambarkan kerendahan hati, penderitaan, dan pengorbanan. Ini adalah saat umat Kristen diajak untuk mengenang betapa dalam kasih Tuhan yang rela mati bagi umat-Nya.

    Sementara itu, Kenaikan adalah peristiwa yang penuh dengan kemenangan dan kemuliaan. Ia menegaskan kematian bukan akhir, dan Yesus Kristus hidup dan memerintah bersama Allah. Hal itu memberikan harapan kepada umat kehidupan kekal bukan hanya janji kosong, melainkan realitas yang menanti.

    Wafat dan Kenaikan Isa Almasih merupakan dua pilar penting dalam iman Kristen. Keduanya memperlihatkan sisi manusiawi dan ilahi dari Yesus Kristus, yang rela menderita, tetapi juga ditinggikan dalam kemuliaan. Melalui wafat-Nya, umat menerima pengampunan. Melalui kenaikan-Nya, umat menerima pengharapan. Dengan merenungkan kedua peristiwa ini, umat Kristen diajak untuk hidup dalam kasih, menjadi saksi iman, dan tetap setia menantikan janji kedatangan-Nya yang kedua kalinya.

  • Kisah Wafat Isa Almasih yang Diperingati pada Jumat Agung

    Kisah Wafat Isa Almasih yang Diperingati pada Jumat Agung

    Jakarta, Beritasatu.com – Jumat Agung merupakan salah satu hari paling sakral dalam kalender liturgi Kristen. Hari itu diperingati untuk mengenang wafatnya Isa Almasih, yang dalam Kristen dikenal sebagai Yesus Kristus, di kayu salib.

    Lebih dari sekadar catatan sejarah, Jumat Agung merupakan momen spiritual yang penuh makna, mewakili penderitaan, pengorbanan, kasih, dan harapan akan penebusan dosa.

    Dalam liturgi Kristen, Jumat Agung adalah bagian dari rangkaian Pekan Suci yang berpuncak pada perayaan Paskah, hari kebangkitan Kristus.

    Pada hari inilah umat Kristiani diajak untuk merenungkan penderitaan Yesus sebagai bentuk kasih-Nya kepada umat manusia, serta meneguhkan iman akan pengampunan dan keselamatan.

    Peristiwa Penyaliban Isa Almasih

    Kisah penyaliban Yesus Kristus merupakan bagian sentral dalam kepercayaan Kristen. Menurut catatan Injil dalam Perjanjian Baru (terutama dalam Matius 26–27, Markus 14–15, Lukas 22–23, dan Yohanes 18–19), peristiwa ini terjadi di wilayah Yudea pada abad pertama, kemungkinan besar antara 30 hingga 33 Masehi.

    Setelah mengadakan Perjamuan Terakhir bersama para murid-Nya, yang juga menjadi momen institusi Ekaristi dalam tradisi Kristen, Yesus pergi ke Taman Getsemani untuk berdoa. Di sanalah Ia kemudian ditangkap oleh para prajurit atas perintah otoritas Yahudi, dengan pengkhianatan dari salah satu murid-Nya, Yudas Iskariot.

    Yesus diadili oleh Sanhedrin (majelis Yahudi) dengan tuduhan menghujat Tuhan karena mengaku sebagai anak Allah. Karena hukum Yahudi tidak memperbolehkan eksekusi mati, Yesus diserahkan kepada otoritas Romawi.

    Pontius Pilatus, gubernur Romawi saat itu, meskipun tidak menemukan kesalahan fatal, akhirnya tunduk pada desakan massa dan memutuskan penyaliban sebagai bentuk hukuman.

    Penyaliban dilakukan di Golgota (yang berarti tempat tengkorak), sebuah bukit di luar tembok Kota Yerusalem. Yesus disalibkan di antara dua penjahat, menegaskan Ia dianggap sebagai kriminal oleh hukum dunia saat itu.

    Makna Ucapan Terakhir dan Kematian-Nya

    Selama disalibkan, Injil mencatat tujuh perkataan terakhir Yesus, yang masing-masing memiliki makna teologis mendalam.

    Di antaranya adalah permohonan pengampunan bagi para algojo-Nya, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat,”(Lukas 23:34), dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Lukas 23:46).

    Yesus wafat sekitar pukul tiga sore pada hari Jumat, menjelang Sabat Yahudi. Istilah “Agung” atau “Suci” disematkan untuk menandai kesakralan hari ini dalam iman Kristen. Setelah kematian-Nya, seorang anggota Sanhedrin bernama Yusuf dari Arimatea meminta izin kepada Pilatus untuk menguburkan tubuh-Nya. Tubuh Yesus dibaringkan di dalam sebuah makam batu yang baru, yang terletak di dekat lokasi penyaliban.

    Dalam liturgi Gereja, Jumat Agung diisi dengan ibadat khusus yang khusyuk, termasuk pembacaan kisah sengsara Kristus, penghormatan salib, dan doa syafaat bagi dunia.

    Makna Teologis Kematian Yesus

    Bagi umat Kristen, kematian Yesus di kayu salib bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari karya penyelamatan Allah bagi umat manusia.

    Paulus, salah satu tokoh utama dalam Perjanjian Baru, menulis dalam suratnya kepada jemaat di Roma (Roma 5:8), “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”.

    Penyaliban dipandang sebagai bentuk pengorbanan ilahi untuk menebus dosa umat manusia. Oleh karena itu, Jumat Agung menjadi hari kontemplasi yang mendalam, menandai betapa besar kasih Tuhan yang rela mengorbankan Putra-Nya demi keselamatan umat-Nya.

    Peringatan Jumat Agung bukan sekadar mengenang peristiwa tragis, melainkan momen iman yang menggugah kesadaran akan kasih dan pengorbanan sejati. Wafat Isa Almasih di kayu salib diyakini sebagai wujud nyata cinta Tuhan kepada manusia, menghapus dosa dan membuka jalan menuju keselamatan kekal.

  • Muhammadiyah Ingatkan Prabowo Jangan Blunder Evakuasi Warga Gaza: Itu yang Diinginkan Israel – Halaman all

    Muhammadiyah Ingatkan Prabowo Jangan Blunder Evakuasi Warga Gaza: Itu yang Diinginkan Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – PP Muhammadiyah telah bersikap terkait wacana Presiden Prabowo Subianto mengevakuasi seribu warga Gaza yang menjadi korban konflik ke Indonesia.

    Wakil Ketua Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah, Maneger Nasution mengingatkan, tiga organisasi Islam besar di Indonesia tidak setuju dengan wacana Prabowo mengevakuasi warga Gaza ke Indonesia.

    Sikap tiga organisasi itu ialah Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dinilai telah mewakili pandangan masyarakat.

    “Masyarakat Indonesia sebetulnya kalau diwakili tiga organisasi besar ini menilai evakuasi atau mungkin ada orang menyebut relokasi, justru sebuah tindakan yang nyata mendukung agenda pengosongan Gaza seperti yang dipromosikan Israel dan Amerika Serikat,” ungkapnya dalam talkshow Overview Tribunnews, Rabu (16/4/2025).

    “Kalau kita melakukan relokasi terhadap warga Gaza, nyata-nyata sebagai blunder dan sangat fatal,” tegasnya.

    Menurut Maneger, Indonesia semestinya mendukung warga Gaza untuk tetap berada di Gaza.

    “Pemindahan warga Gaza justru sesuai misi Benjamin Netanyahu,” ujarnya.

    Tidak Ada Jaminan Israel Terima Kembali Warga Gaza yang Dievakuasi

    Lebih lanjut, Maneger menilai tidak ada jaminan Israel mau menerima kembalinya warga Gaza setelah dievakuasi di Indonesia.

    “Jangan mimpi Israel akan menerima kembali warga Gaza yang sudah kita evakuasi,” ujarnya.

    Menurutnya, jika tujuan pemerintah adalah untuk melakukan bantuan pengobatan, perawatan, dan bantuan kemanusiaan lain bagi korban luka, maka dapat dilakukan saja di Gaza maupun sekitar Gaza.

    “Perlu diingatkan kembali bahwa sejarah Yerusalem itu yang dulu dikuasai rakyat Palestina, tapi sekarang kan diduduki Israel. Itu sebagai cerminan yang akan terjadi jika Gaza dikosongkan.”

    “Oleh karena itu Indonesia mestinya harus cerdas menghadapi manuver Israel dan AS,” ungkapnya.

    “Muhammadiyah sekali lagi merekomendasikan Indonesia tidak mengambil langkah evakuasi atau relokasi, namun hadir sebagai negara yang bersaudara dan bersahabat, sangat menyatu dengan Palestina, memastikan warga Palestina terutama di Jalur Gaza tetap di tanah airnya, karena itu hak mereka,” pungkas Maneger.

    Diketahui, kesiapan Indonesia mengevakuasi 1.000 warga Gaza disampaikan Prabowo di Bandara Halim Perdana Kusuma jelang keberangkatannya melawat ke kawasan Timur Tengah, Rabu (9/4/2025).

    Prabowo Subianto menegaskan, kesiapan Indonesia untuk berperan lebih aktif dalam mendorong penyelesaian konflik di Gaza dan kawasan Timur Tengah secara keseluruhan.

    Meskipun Indonesia secara geografis berada jauh dari pusat konflik, Prabowo menekankan Indonesia memiliki posisi strategis sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.

    Selain itu, sebagai negara nonblok yang bebas aktif, peran Indonesia sebagai pihak yang diterima semua pihak mendapatkan kepercayaan dari dunia internasional. 

    Sebagai bentuk komitmen kemanusiaan di Gaza, Prabowo mengatakan, pemerintah Indonesia telah mengirimkan bantuan medis dan tim kesehatan.

    Prabowo juga menyampaikan apresiasi atas dedikasi para tenaga kesehatan dan TNI yang telah bertugas di lapangan.

    “Kita juga sudah kirim tim medis yang terus bekerja di dalam Gaza dan kondisi yang cukup berbahaya, rumah sakit di mana kita kerja sering ditembaki. Kita bersyukur, saya terima kasih kepada prajurit-prajurit kita dari kesehatan, TNI yang bekerja di situ,” katanya.

    Prabowo lantas menyampaikan kesiapan Indonesia untuk membantu korban luka, anak-anak, dan warga sipil Palestina yang terdampak konflik.

    Ia menginstruksikan Menteri Luar Negeri untuk segera berdiskusi dengan pihak Palestina dan pihak-pihak terkait guna membahas mekanisme tersebut.

    “Kami siap mengevakuasi mereka yang luka-luka, mereka yang kena trauma, anak-anak yatim piatu, siapa pun yang oleh pemerintah Palestina dan pihak-pihak yang terkait di situ, mereka ingin dievakuasi ke Indonesia,” jelas Presiden.

    Namun demikian, Presiden menegaskan, keberadaan para korban di Indonesia hanya bersifat sementara.

    “Pada saat mereka pulih sehat kembali, kondisi di Gaza sudah memungkinkan, mereka harus kembali ke daerah mereka asal,” tambahnya. 

    “Ini sesuatu yang rumit, yang tidak ringan, tapi komitmen Republik Indonesia dalam mendukung keselamatan rakyat Palestina, mendukung kemerdekaan Palestina, saya kira mendorong pemerintah Indonesia untuk berperan lebih aktif,” tandasnya.

     (Tribunnews.com/Gilang Putranto)

  • Kemenhan Belum Terima Instruksi Prabowo untuk Evakuasi Warga Gaza ke RI

    Kemenhan Belum Terima Instruksi Prabowo untuk Evakuasi Warga Gaza ke RI

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto belum memberikan instruksi apapun ke Menteri Pertahanan terkait rencana evakuasi 1.000 orang warga Gaza Palestina ke Indonesia.

    Kepala Biro Info Pertahanan pada Setjen Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang mengatakan pihaknya sampai saat ini masih menunggu arahan dan instruksi dari Presiden Prabowo Subianto terkait rencana tersebut.

    Menurutnya, Kementerian Pertahanan siap untuk melakukan evakuasi setelah Presiden Prabowo Subianto memberikan instruksi ke Kementerian Pertahanan.

    “Sejauh ini, saya belum monitor instruksi itu. Tapi sebagaimana yang saya sampaikan terdahulu ya, bahwa apapun perintah dari Presiden kepada Kementerian Pertahanan ataupun kepada TNI, kita sudah siap mengeksekusi,” tuturnya di Jakarta, Rabu (16/4).

    Frega menjelaskan jika proses evakuasi itu ingin dilakukan pemerintah, maka harus ada  proses negosiasi dengan sejumlah negara di Timur Tengah agar tidak jadi masalah di kemudian hari.

    “Jadi itu ada proses negosiasi juga dengan negara-negara yang ada di Timur Tengah. Sehingga keputusan itu kan tidak sepihak diputuskan oleh Indonesia saja,” katanya.

    Menurutnya, proses negosiasi ke sejumlah negara di Timur Tengah itu seharusnya dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri yang akan bertugas menjadi leading sector proses evakuasi ribuan warga Gaza ke Indonesia, sementara pihak Kementerian Pertahanan bertugas sebagai pelaksananya

    “Tentunya ini nanti yang menjadi leading sector-nya adalah Kementerian Luar Negeri yang memang nanti melakukan komunikasi secara intensif. Itu mungkin kan yang lebih paham teman-teman yang di Kementerian Luar Negeri, prosesnya nanti bagaimana,” ujarnya.

    Wacana Prabowo untuk merelokasi warga Gaza, meskipun sementara, menuai kritik keras karena hal tersebut sejalan dengan keinginan pihak Zionis agar warga Palestina pergi dari tanahnya sehingga Israel bisa menduduki wilayah tersebut. 

    Ditentang MUI

    Bahkan, kritik itu di antaranya datang dari pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Wakil Ketua Umum MUI Buya Anwar Abbas mengatakan bahwa pernyataan Prabowo itu justru bisa saja ditafsirkan sebagai bentuk dukungan terhadap AS yaitumengosongkan wilayah Gaza. 

    “Pertanyaannya untuk apa Indonesia ikut-ikutan mendukung rencana Israel dan Amerika tersebut? Bukankah Israel dan Donald Trump sudah menyampaikan keinginannya untuk mengosongkan Gaza?” kata Buya dalam keterangan tertulis, dikutip pada Jumat (11/4/2025). 

    Kemudian, Buya menilai bahwa jika rencana tersebut diwujudkan, maka Israel bisa lebih leluasa menduduki dan menguasai wilayah Gaza. Alhasil wilayah yang bertahun-tahun diperjuangkan itu bisa saja akan jatuh kepada Israel. 

    Sebagai contoh, wilayah yang dikuasai rakyat Palestina yang sudah dicaplok oleh Israel adalah kota Yerusalem. Bahkan, kota tersebut sudah dijadikan Ibu Kota Israel. 

    “Jadi belajar kepada sejarah, maka Indonesia dalam menghadapi manuver yang dilakukan oleh Israel tersebut harus cerdas. Jangan sampai negara kita dikadalin oleh Israel,” tutur Buya. 

    Oleh sebab itu, Buya meminta Prabowo agar tidak merealisasikan rencananya untuk mengevakuasi warga Gaza ke Indonesia. Sebab, Israel belum tentu akan menerima kembali warga yang sudah dievakuasi tersebut. 

    Dia juga menyarankan, apabila ingin membantu rakyat Palestina, maka lebih baik melalui bantuan untuk pengobatan, perawatan dan pasokan makanan langsung ke wilayah tersebut. 

    “Sebagai bangsa yang sudah kenyang dijajah selama 350 tahun, kita harus tahu yang namanya penjajah itu punya seribu satu cara dan tipu daya. Untuk itu kita sebagai bangsa jangan pula sampai tertipu oleh mulut manis mereka,” pungkasnya.