kab/kota: Wuhan

  • Profesi Driver Online Bakal Punah, Tandanya Makin Meluas

    Profesi Driver Online Bakal Punah, Tandanya Makin Meluas

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Masa depan profesi driver online berada di ujung tanduk, seiring perkembangan taksi otomatis (robotaxi) yang pesat. Robotaxi merupakan layanan transportasi online dengan armada tak berpengemudi.

    Raksasa teknologi asal China dan Amerika Serikat (AS) berlomba-lomba meluncurkan layanan robotaxi, meski masih ada tantangan regulasi dan tingkat keselamatan penumpang.

    Pada 2024 lalu, laporan Reuters menyebut sudah ada 19 kota di China yang mengimplementasikan robotaxi dan robobus. Beberapa perusahaan yang memimpin teknologi ini adalah Apollo Go, Pony.ai, WeRide, AutoX, dan SAIC Motor.

    Apollgo Go mematok target ekspansi di 100 kota pada 2030 mendatang. Pony.ai yang dibekingi Toyota Motor asal Jepang mengatakan ingin mengoperasikan 1.000 robotaxi pada 2026 mendatang.

    WeRide makin gencar menggandeng mitra global seperti Uber untuk mengekspansi layanannya ke negara-negara di luar China. AutoX yang dibekingi Alibaba Group sudah beroperasi di Beijing dan Shanghai, sementara SAIC juga mulai menggarap industri robotaxi sejak 2021.

    China Mulai Hati-hati

    Managing Director Boston Consulting Group, Augustin Wegscheider, dalam laporan Reuters mengatakan percepatan di China disebabkan oleh kemudahan regulasi dari pemerintah setempat.

    Sikap ini berbeda dengan AS yang pendekatan regulasinya lebih bertahap untuk penerapan robotaxi.

    Meski China terkenal memiliki regulasi pro-inovasi, namun sepertinya negara kekuasaan Xi Jinping mulai waswas dengan perkembangan kendaraan otomatis yang terlalu cepat.

    Reuters melaporkan baru-baru ini Beijing mulai memberi sinyal baru untuk pengembangan industri kendaraan otomatis (AV) dan kendaraan dengan asisten teknologi. Pesannya, industri harus bergerak cepat, tetapi hati-hati, dikutip dari Reuters, Senin (7/7/2025).

    Pejabat China ingin mencegah produsen mobil menjual kemampuan sistem tersebut dengan promosi berlebihan. Regulator ingin menyeimbangkan antara inovasi dan keselamatan untuk memastikan produsen mobil China tidak kalah dari para pesaing AS dan Eropa.

    Robotaxi di Amerika Makin Meluas

    Di sisi lain, AS yang bisa dibilang tertinggal dari China di industri robotaxi mulai mengejar ketinggalan. Waymo yang merupakan anak usaha Alphabet (Google) adalah satu-satunya perusahaan yang sudah mendapat izin mengoperasikan robotaxi di AS.

    Perusahaan sudah memiliki 1.500 armada yang tersebar di Atlanta, Austin, San Francisco, Los Angeles, dan Phoenix. Bahkan, Waymo dikatakan akan memperluas jangkauannya ke Philadephia dan New York City.

    Waymo akan mulai melakukan pemetaan hingga uji coba, sebelum menghadirkan layanannya. Belum diketahui kapan armada komersilnya akan sampai di Philadelphia dan Waymo.

    Rencananya, Waymo akan hadir lebih dulu di Miami pada tahun ini dan tahun depan di Washington DC.

    Tak tinggal diam, robotaxi Tesla milik Elon Musk juga mulai gaspol. Bulan lalu, Tesla menggelar uji coba skala kecil di Austin. Selanjutnya, laporan Reuters dikutip Jumat (11/7/2025), menyebut Tesla akan mengekspansi layanan robotaxi di San Francisco Bay Area dalam 1-2 bulan ke depan.

    Melalui akun X personalnya, Musk mengatakan Tesla juga akan memperluas area jangkauannya di Austin mulai akhir pekan ini. Musk tak mengungkap lokasi dan skala pastinya, namun ia merespons pengguna X yang menanyakan kapan robotaxi Tesla hadir di Bay Area.

    “Masih menunggu persetujuan regulasi, namun kemungkinan 1-2 bulan [lagi],” Musk membalas pertanyan tersebut.

    Driver Online Waswas Jadi Pengangguran

    Laporan Reuters beberapa saat lalu menyebut China memiliki sekitar 7 juta driver online yang terdaftar. Angka itu jauh lebih besar ketimbang 4,4 juta orang pada 2 tahun lalu.

    Data menunjukkan banyak orang beralih menjadi driver online di tengah sulitnya bursa kerja karena kelesuan ekonomi. Efek samping robotaxi akan menimbulkan kekhawatiran baru bagi para pekerja tersebut.

    Diskusi soal hilangnya pekerjaan karena robotaxi sempat menjadi trending di media sosial. Banyak orang bertanya-tanya “apakah mobil otomatis akan mencuri mata pencarian para sopir taksi?”.

    Liu Yi (36 tahun) adalah salah satu dari 7 juta sopir online di China yang khawatir akan kehilangan pekerjaan. Pria yang berdomisili di Wuhan tersebut mulai bekerja paruh waktu sebagai driver online pada 2024.

    Sopir lainnya bernama Wang Guoqiang (63 tahun) melihat ancaman besar di depan mata dari inovasi teknologi.

    “Ride-hailing adalah pekerjaan untuk kelas bawah,” kata dia.

    “Jika Anda membunuh industri ini. Apa yang tersisa bagi kami?” ia bertanya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Deretan Virus yang Pernah Mewabah di Indonesia Selama 10 Tahun Terakhir

    Deretan Virus yang Pernah Mewabah di Indonesia Selama 10 Tahun Terakhir

    Jakarta

    Dalam satu dekade terakhir, Indonesia telah menghadapi berbagai wabah virus yang berdampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat. Beberapa di antaranya menimbulkan kepanikan global, seperti COVID-19, sementara yang lain silih berganti dalam skala lokal.

    Menyadari wabah ini penting untuk meningkatkan kewaspadaan diri. Berikut sejumlah virus yang pernah mewabah di Indonesia selama 10 tahun terakhir.

    Deretan Virus Yang Pernah Mewabah di Indonesia Selama 10 Tahun Terakhir

    Ada banyak virus yang pernah mewabah di Indonesia selama 10 tahun terakhir. Berikut tujuh di antaranya:

    1. SARS COV-2

    SARS-COV-2 merupakan virus penyakit COVID-19. Virus ini pertama kali diidentifikasi pada bulan Desember tahun 2019 di Wuhan, Tiongkok.

    Dikutip dari laman Live Science, studi tahun 2021 menunjukkan, SARS-COV-2 kemungkinan berasal dari kelelawar, berpindah melalui hewan perantara dan menginfeksi manusia. Virus ini bisa menimbulkan risiko yang lebih tinggi bagi orang dengan kondisi kesehatan bawaan, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan obesitas.

    Dikutip dari buku Tanya Jawab Seputar Virus Corona, beberapa gejala dari COVID-19 adalah demam, batuk kering, sesak napas, nyeri tenggorokan, pegal-pegal atau merasa kelelahan. Di Indonesia, tercatat 6.811.780 kasus COVID 19 di Indonesia hingga tahun 2023. Angka kematiannya mencapai 161.865 orang.

    2. Avian Influenza

    Avian influenza menyebabkan penyakit flu burung. Meski penyakit ini umumnya menginfeksi burung, beberapa strain dari virus mampu menginfeksi manusia dan menyebabkan gejala yang serius hingga fatal.

    Flu burung pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 2003. Berdasarkan data dari WHO dari tahun 2003-2023, terdapat 458 kematian akibat flu burung pada manusia. Sebanyak 168 di antaranya terjadi di Indonesia.

    3. Dengue

    Dengue merupakan virus utama yang menyebabkan penyakit demam berdarah lewat nyamuk Aedes aegypti. Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, tahun 2024 tercatat sebagai puncak kasus DBD di Indonesia dengan lebih dari 1.400 kematian.

    Gejala utama penyakit DBD meliputi demam mendadak yang tinggi, mencapai suhu hingga 39 derajat celcius. Demam berlangsung terus menerus selama 2-7 hari, kemudian turun dengan cepat. Adapun gejala lainnya mencapai nyeri kepala, menggigil, lemas, nyeri di belakang mata, otot, dan tulang, ruam kulit kemerahan, kesulitan menelan makanan, mual, muntah, hingga timbul bintik-bintik merah pada kulit.

    4. Chikungunya

    Seperti namanya, virus chikungunya merupakan penyebab dari penyakit chikungunya yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

    Dikutip dari laman Universitas Airlangga, sepanjang tahun 2019, terdapat 5.042 kasus chikungunya yang ditemukan tersebar di 20 provinsi di Indonesia. Sementara itu, diberitakan oleh detikcom, di awal tahun 2025, terdapat 17 warga Kota Kediri dan 37 warga Tasikmalaya yang terkena penyakit ini. Gejala akut penyakit chikungunya meliputi demam dan nyeri sendi.

    5. Virus Hepatitis A

    Virus hepatitis A adalah virus hepatitis paling umum yang bekembang menjadi masalah kesehaan di seluruh duna. Pada tahun 2019, Kementerian Kesehatan melaporkan adanya Kejadian Luar Biasa di Pacitan dengan 1.326 kasus dan Depok 306 kasus.

    Tingkat infeksi hepatitis A berkaitan erat dengan akses makanan atau air minum yang tidak aman, sanitasi yang tidak memadai, hingga faktor sosial ekonomi, seperti kepadatan penduduk. Gejala Hepatitis A biasanya meliputi pusing, mata dan kulit menjadi kuning, mual dan muntah, sakit tenggorokan, diare, dan tidak nafsu makan.

    6. Rabies

    Kasus rabies pada manusia didapatkan melalui gigitan anjing dan hewan liar lainnya yang bertindak sebagai reservoir virus di berbagai dunia. Pada bulan April tahun 2023, Kementerian Kesehatan mengumumkan ada 31.113 kasus rabies dan 11 kematian dengan 95% disebabkan oleh gigitan anjing. Kejadian luar biasa (KLB) rabies terjadi di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.

    Dilaporkan bahwa dari tahun 2021-2023, kasus gigitan hewan rabies mencapai lebih dari 80.000 kasus dengan rata-rata kematian mencapai 68 orang. Adapun gejala dari rabies yaitu, demam, badan lemas, sakit kepala hebat, insomnia, kesemutan, hingga sakit tenggorokan.

    7. Morbili

    Virus morbili adalah penyebab dari penyakit campak. Berdasarkan data WHO pada tahun 2015, Indonesia termasuk 10 terbesar di dunia dengan kasus campak. Kasus di Indonesia mengalami peningkatan akibat penurunan cakupan imunisasi pada masa pandemi.

    Dikutip dari jurnal Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Risiko Penyakit Campak pada Balita di Puskesmas Singkil, Kabupaten Aceh Singkil, terdapat 8.819 kasus probable campak pada tahun 2019, naik dari tahun 2018. Jawa Tengah memiliki kasus probable campak tertinggi dengan 1.562 kasus, diikuti oleh Jakarta dengan 1.374 kasus, dan Aceh 972 kasus.

    Sementara, menurut data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), di tahun 2022 angka kasus campak meningkat hingga 3.342. Beberapa gejala dari campak di antaranya demam mencapai 40 derajat celcius, batuk kering, mata merah, pilek, ruam, dan bintik koplik.

    (elk/tgm)

  • WHO Bicara Lagi soal Asal Usul COVID-19, Teori Kebocoran Lab Wuhan Menguat?

    WHO Bicara Lagi soal Asal Usul COVID-19, Teori Kebocoran Lab Wuhan Menguat?

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa semua kemungkinan asal usul pandemi COVID-19 masih terbuka, termasuk teori kebocoran laboratorium. Hal ini disampaikan setelah penyelidikan selama empat tahun belum juga membuahkan kesimpulan, akibat keterbatasan akses data penting.

    Dalam konferensi pers, Jumat (27/6/2025), Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menegaskan belum ada satu pun teori yang bisa dipastikan.

    “Semua hipotesis masih harus berada di atas meja, termasuk penularan dari hewan dan kebocoran laboratorium,” ujar Tedros, dikutip dari CNA.

    Sebuah laporan dari Scientific Advisory Group for the Origins of Novel Pathogens (SAGO) menyebutkan, berdasarkan bukti ilmiah yang tersedia, penularan dari hewan ke manusia masih menjadi teori yang paling kuat. Namun, ketua SAGO Marietjie Venter menekankan bahwa asal usul virus belum bisa dipastikan tanpa data tambahan.

    “Selama belum ada informasi tambahan atau bukti baru, asal-usul SARS-CoV-2 dan bagaimana virus ini menjangkiti manusia akan tetap belum bisa disimpulkan,” katanya.

    Teori kebocoran laboratorium, lanjut Venter, juga belum bisa ditelusuri lebih jauh karena kurangnya data penting. Tedros secara terbuka menyebut kurangnya kerja sama dari pihak China, sebagai hambatan besar dalam penyelidikan ini.

    “China belum memberikan ratusan urutan genetik dari pasien awal, data detail tentang hewan di pasar Wuhan, maupun informasi soal penelitian dan keamanan laboratorium di Wuhan,” tegasnya.

    WHO juga telah meminta akses ke laporan intelijen dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, yang pada masa pemerintahan Donald Trump sempat mendukung teori kebocoran lab sebagai sumber pandemi.

    Tedros menyebut mengungkap asal usul COVID-19 adalah kewajiban moral untuk menghormati jutaan korban jiwa dan mencegah wabah di masa depan.

    “Virus ini terus bermutasi, mengambil nyawa, dan meninggalkan beban panjang seperti long COVID,” ujar Tedros.

    SAGO sendiri berkomitmen untuk terus mengevaluasi bukti ilmiah terbaru. Namun, laporan menyebut permintaan data ke negara lain seperti Jerman dan AS juga belum membuahkan hasil.

    Menariknya, laporan SAGO kali ini juga diwarnai dinamika internal. Satu anggota mengundurkan diri dan tiga lainnya meminta namanya dihapus dari laporan.

    (naf/up)

  • Peneliti Wuhan Temukan Virus Baru Berpotensi Pandemi, Masih Kerabat COVID-19

    Peneliti Wuhan Temukan Virus Baru Berpotensi Pandemi, Masih Kerabat COVID-19

    Jakarta – Sebuah tim peneliti di China telah menemukan jenis virus corona baru pada kelelawar yang berpotensi menular dari hewan ke manusia. Penemuan ini menimbulkan kekhawatiran karena virus tersebut menggunakan reseptor manusia yang sama dengan virus penyebab COVID-19 yakni SARS-CoV-2.

    Studi ini dipimpin oleh Shi Zhengli, seorang ahli virologi terkemuka yang dikenal sebagai “batwoman” karena penelitian ekstensifnya tentang virus corona yang ada di kelelawar. Studi ini dilakukan di Laboratorium Guangzhou bersama dengan para peneliti dari Akademi Ilmu Pengetahuan Guangzhou, Universitas Wuhan, dan Institut Virologi Wuhan.

    Meskipun belum ada konsensus tentang asal-usul virus, beberapa penelitian menunjukkan bahwa virus tersebut berasal dari kelelawar dan melompat ke manusia melalui inang perantara. Shi sendiri telah membantah bahwa institusi tempatnya bekerja bertanggung jawab atas wabah tersebut.

    Virus Corona Baru pada Kelelawar Pipistrelle Jepang

    Penemuan terbaru ini adalah garis keturunan baru dari virus corona HKU5 yang pertama kali diidentifikasi pada kelelawar pipistrelle Jepang. Virus baru ini berasal dari subgenus merbecovirus, yang juga mencakup virus penyebab Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

    Yang paling mengkhawatirkan adalah kemampuan virus ini untuk berikatan dengan angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) manusia. Ini adalah reseptor yang sama yang digunakan oleh virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 untuk menginfeksi sel.

    “Kami melaporkan penemuan dan isolasi garis keturunan berbeda (garis keturunan 2) dari HKU5-CoV, yang dapat memanfaatkan tidak hanya ACE2 kelelawar tetapi juga ACE2 manusia dan berbagai ortolog ACE2 mamalia [- gen yang ditemukan pada spesies berbeda dengan asal yang sama],” tulis para peneliti dalam sebuah makalah yang diterbitkan di jurnal Cell dikutip dari SCMP.

    Para peneliti menemukan bahwa ketika virus diisolasi dari sampel kelelawar, ia dapat menginfeksi sel manusia serta massa sel atau jaringan yang ditumbuhkan secara artifisial yang menyerupai organ pernapasan atau usus mini.

    HKU5-CoV-2 tidak hanya berikatan dengan reseptor ACE2 pada manusia tetapi juga pada berbagai spesies lain, yang semuanya dapat bertindak sebagai inang perantara dan menularkannya ke manusia.

    Meskipun sebelumnya jurnal Cell pernah menerbitkan makalah dari tim University of Washington di Seattle dan Universitas Wuhan yang menyatakan bahwa meskipun strain HKU5 dapat berikatan dengan reseptor ACE2 kelelawar dan mamalia lain, mereka tidak mendeteksi ikatan yang “efisien” dengan manusia.

    Tim Shi menyatakan bahwa HKU5-CoV-2 memiliki adaptasi yang lebih baik terhadap ACE2 manusia dibandingkan dengan garis keturunan 1 virus tersebut dan “mungkin memiliki jangkauan inang yang lebih luas dan potensi yang lebih tinggi untuk infeksi antarspesies.”

    Penemuan ini menjadi pengingat akan pentingnya terus memantau virus pada hewan liar untuk mencegah potensi wabah di masa depan.

    (kna/kna)

  • Deretan Virus yang Pernah Mewabah di Indonesia Selama 10 Tahun Terakhir

    12 Virus Paling Mematikan Sepanjang Sejarah, Salah Satunya Penyebab COVID-19

    Jakarta

    Sepanjang sejarah umat manusia, virus telah menjadi ancaman tak terlihat yang merenggut banyak nyawa. Pada beberapa penyakit, vaksin dan obat virus mencegah penyebaran infeksi atau membantu orang yang terinfeksi untuk pulih.

    Terdapat beberapa virus yang menimbulkan ancaman yang lebih besar dengan tingkat kematian yang tinggi. Ketahui 12 virus yang paling mematikan, berdasarkan kemungkinan seseorang akan meninggal jika terinfeksi salah satunya hingga jumlah orang yang meninggal karena virus tersebut berikut ini.

    12 Virus Paling Mematikan Sepanjang Sejarah

    Ada begitu banyak virus mematikan sepanjang sejarah. Dikutip dari Live Science, dari virus Marburg, Ebola, hingga SARS-COV-2 berikut 12 virus paling mematikan sepanjang sejarah:

    1. Virus Marburg

    Menurut WHO virus Marburg pertama kali diidentifikasi oleh para ilmuwan pada tahun 1967, saat ada wabah kecil di antara pekerja laboratorium Jerman. Gejalanya mirip dengan Ebola karena kedua virus tersebut menyebabkan demam hemoragik, yaitu demam tinggi dan pendarahan di seluruh tubuh yang menyebabkan syok, kegagalan organ, dan kematian.

    Angka kematian kasus pada wabah pertama di tahun 1967 tersebut adalah 24 prrsen. Kemudian, meningkat menjadi 83 persen pada wabah tahun 1998-2000 di Republik Kongo, dan 100 persen pada wabah di tahun 2017 di Uganda.

    2. Virus Ebola

    Wabah ebola pertama kali diketahui bersamaan di Republik Sudan dan Republik Demokratik Kongo di tahun 1976. Ebola menyebar melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lainatai jaringan dari orang atau hewan yang terinfeksi.

    Jenis virusnya bervariasi dalam tingkat kematiannya. Wabah Ebola terbesar yang pernah tercatat muncul di Afrika Barat di awal tahun 2014. Butuh waktu dua tahun untuk mengatasi virus tersebut. Menurut CDC, kala itu, wabah Ebola menginfeksi 28.652 orang dengan 11.325 korban jiwa.

    3. Rabies

    Infeksi dari virus rabies berkembang setelah gigitan atau cakaran dari mamalia yang terinfeksi. Setelah seseorang tergigit, mala mereka harus segera mendapat vaksin rabies atau perawatan antibodi demi mencegah penyakit berkembang.

    Jika tidak, maka virus akan merusak otak dan saraf. Setelah gejala muncul, kematian bisa terjadi. Menurut CDC, virus ini memiliki tingkat kematian hingga 99%. Dalam studi tahun 2019, sekitar 59.000 orang meninggal setiap tahun akibat virus ini.

    4. HIV

    Menurut dokter penyakit menular Amerika Dr. Amesh Adalja, infeksi HIV ( Human Immunodeficiency Virus) masih menjadi pembunuh terbesar. Diperkirakan, sebanyak 32 juta orang meninggal karena HIV sejak virus ini ditemukan pada awal tahun 1980-an.

    “Penyakit menular yang paling banyak memakan korban manusia saat ini adalah HIV,” kata Adalja.

    Meski demikian, obat antivirus memungkinkan orang hidup bertahun-tahun dengan HIV. Dalam kasus yang jarang terjadi, transplantasi sel punca menyembuhkan penyakit tersebut.

    5. Cacar

    Pada tahun 1980, Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly) mendeklarasikan dunia bebas dari cacar. Namun, sebelum itu, manusia telah berjuang melawan cacar selama ribuan tahun degan versi cacar yang parah, yaitu Variola Mayor.

    Menurut WHO, penyakit yang menewaskan sekitar 30% persen orang yang terinfeksi ini meninggalkan bekas luka permanen dan seringkali kebutaan. Para sejarawan memperkirakan bahwa cacar yang dibawa penjelajah Eropa telah membunuh 90 persen penduduk asli Amerika. Menurut National Geographic, pada abad ke-20, cacar telah membunuh sebanyak 300 juta orang.

    6. Virus Hanta

    HPS (Hantavirus Pulmonary Syndrome) atau sindrom paru hantavirus pertama kali mendapat perhatian luas di AS pada tahun 1993. Ketika itu, ada seorang pria yang muda dan sehat bersama tunangannya tinggal di daerah Four Corners, AS. Mereka meninggal dalam beberapa hari karena mengalami sesak napas.

    Beberapa bulan kemudian, otoritas kesehatan mengisolasi hantavirus dari tikus rusa yang tinggal di salah satu orang yang terinfeksi. Lebih dari 833 orang di AS telah tertular HPS pada akhir tahun 2020, tahun terakhir data dilaporkan.

    Virus ini tidak menular dari satu orang ke orang lain. Namun, orang tertular virus ini melalui paparan kotoran tikus yang terinfeksi.

    7. Influenza

    Menurut CDC, influenza membunuh sebagian kecil orang yang terinfeksi, sekitar 1,8 dari 100.000 orang setiap tahun. Namun, sebab menginfeksi begitu banyak orang, penyakit ini menjadi salah satu pembunuh utama di seluruh dunia.

    Pandemi flu paling mematikan, yang kadang disebut flu Spanyol pertama kali ditemukan pada tahun 1918. Flu ini membuat 40 persen populasi dunia mengalaminya dan menewaskan sekitar 50 juta orang.

    8. Demam Berdarah Dengue

    Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ini pertama kali muncul pada tahun 1950-an di Filipina dan Thailand.

    Sejak itu, penyakit ini menyebar ke seluruh wilayah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Demam berdarah menginfeksi 100 hingga 400 juta orang per tahun. Meski demam berdarah memiliki tingkat kematian yang lebih rendah dari beberapa virus lainnya, yaitu sekitar 1 persen, virus ini bisa menyebabkan penyakit mirip Ebola yang memiliki tingkat kematian 20 persen jika tidak diobati.

    9. Rotavirus

    Rotavirus adalah penyakit diare yang membunuh sekitar 200.000 anak setiap tahunnya, sebagian besar terjadi di Nigeria dan India. Virus ini bisa menyebar dengan cepat, melalui jalur fekal-oral (partikel kecil feses yang tertelan).

    WHO memperkirakan, di seluruh dunia terdapat lebih dari 25 juta kunjungan rawat jalan dan dua juta rawat inap setiap tahun akibat virus ini. Penyakit ini mematikan di daerah berkembang, di mana perawatan rehidrasi tidak tersedia secara luas.

    10. SARS-COV

    SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) merupakan virus yang menyebabkan sindrom pernapasan akut berat. Virus ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 2003 di Tiongkok.

    Kemungkinan, virus ini aawalnya muncul pada kelelawar dan kemudian berpindah ke mamalia nokturnal yang disebut musang, sebelum akhirnya menginfeksi manusia. Setelah memicu wabah di Tiongkok, SARS menyebar ke 26 negara di seluruh dunia dan menewaskan 774 orang selama beberapa bulan.

    Gejalanya berupa demam, menggigil, dan nyeri tubuh, dan sering berkembang menjadi pneumonia, yaitu kondisi parah di mana paru-paru menjadi meradang dan terisi nanas. SARS diperkirakan memiliki tingkat kematian sebesar 9,6 persen.

    11. SARS-COV-2

    COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh SARS-COV-2. Hingga bulan Oktober 2022, lebih dari 6,57 juta kematian orang di seluruh dunia dan terus bertambah karenanya.

    SARS-COV-2 termasuk dalam keluarga besar virus yang sama dengan SARS-COV. Virus ini pertama kali diidentifikasi pada bulan Desember tahun 2019 di Wuhan, Tiongkok. Dalam sebuah studi tahun 2021 dikatakan, kemungkinan, virus ini berasal dari kelelawar, berpindah melalui hewan perantara dan menginfeksi manusia.

    Virus ini menimbulkan risiko lebih tinggi bagi orang yang memiliki kondisi kesehatan bawaan seperti, tekanan darah tinggi, diabetes, dan obesitas. Gejala umumnya mulai dari demam, batuk, kehilangan indra perasa atau penciuman, dan sesak napas.

    12. MERS-COV

    MERS (Middle East Respiratory Syndrome) memicu wabah di Arab Saudi pada tahun 2012 dan di Korea Selatan pada tahun 2015. Tingkat kematiannya tinggi, yaitu menewaskan sekitar 35 persen dari orang yang terdiagnosis. Hingga tahun 2021, MERS-COV menewaskan 858 orang.

    Penyakit ini menginfeksi unta sebelum menular ke manusia. Gejala yang dirasakan yaitu batuk, demam, dan sesak napas.

  • Petaka Baru di China, Banyak Ilmuwan Mati Muda Gara-gara Ini

    Petaka Baru di China, Banyak Ilmuwan Mati Muda Gara-gara Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – China merupakan salah satu negara dengan perkembangan teknologi dan sains yang pesat. Namun, di balik pencapaian besar China, ternyata ada fakta memprihatinkan.

    Muncul fenomena mengkhawatirkan di negara kekuasaan Xi Jinping. Beberapa saat lalu, dilaporkan sejumlah ilmuwan asal China meninggal karena dugaan beban kerja yang begitu berat.

    Salah satunya adalah Li Haibo yang baru saja meninggal pada usia 41 tahun. Jiupai News, kanal berita asal Wuhan, menyebutkan penyebab meninggalnya Li.

    Mengutip akademisi kampusnya, disebutkan dia meninggal karena penyakit mendadak.

    Tidak ada obituari atau upacara peringatan untuk meninggalnya Li yang memulai profesi dosennya pada 2013 lalu, dikutip dari SCMP, Selasa (27/5/2025).

    Dia merupakan profesor di Universitas Ningxia. Ilmunya terkait material nano, elektrokimia, dan material optoelektronik. Bidang penelitiannya terkait baterai lithium, sodium ion, dan desalinasi air laut.

    Lebih dari 100 makalah jurnal internasional dan 16 paten di China serta satu Amerika Serikat (AS) telah diterbitkan.

    Dalam sebuah wawancara, Li pernah mengungkapkan rutinitas pekerjaannya. Dia menyebutkan hanya tidur empat hingga lima jam sehari dengan ratusan artikel yang harus dikonsultasikan.

    Li juga dinobatkan sebagai salah satu dari 2% ilmuwan teratas dari daftar yang dibuat universitas Stanford pada 2023 lalu.

    Kesehatan Ilmuwan China Jadi Sorotan

    Sementara itu, kesehatan ilmuwan China memang tengah menjadi sorotan. Bulan lalu keluarga ilmuwan berusia 47 tahun material setempat telah mengeluarkan surat yang menyebut peneliti itu meninggal karena beban kerja yang gila.

    Profesor fakultas arsitektur lanskap Universitas Kehutanan Nanjing, Li Zhiming meninggal bulan lalu. Penyebab meninggal ilmuwan 50 tahun karena sakit.

    Ada pula Yang Bingyou (54) yang merupakan wakil presiden Universitas Heilongjiang. Dia meninggal akhir Maret lalu dan disebut juga penyebab kematiannya karena sakit.

    Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah. Ilmuwan merupakan manusia yang harus punya istirahat cukup. Mereka bukan robot yang bisa terus-terusan bekerja dalam waktu yang tak manusiawi. 

    Semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua tentang pentingnya keseimbangan waktu kerja dan istirahat!

    (fab/fab)

  • Pakar: Sinergi Bupati, Direktur, dan Pembina Jadi Penentu Majunya BUMD di Jombang

    Pakar: Sinergi Bupati, Direktur, dan Pembina Jadi Penentu Majunya BUMD di Jombang

    Jombang (beritajatim.com) – Untuk menciptakan tata kelola Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang baik, dibutuhkan dukungan penuh dari pemerintah daerah. Meski pengelolaan harian dilakukan oleh Direktur, pengawasan dan evaluasi menyeluruh tetap menjadi tanggung jawab kepala daerah.

    Hal ini ditegaskan oleh Pakar Pendamping BUMD, Nugroho Suryo Bintoro, yang menilai peran Bupati sangat krusial dalam keberhasilan BUMD. Menurut Nugroho, kepala daerah harus melakukan evaluasi kinerja BUMD secara rutin demi memastikan seluruh target perusahaan tercapai.

    “Evaluasi ini bisa mencakup berbagai aspek, seperti pendapatan, laba, efisiensi operasional, dan dampak terhadap masyarakat,” jelas Doktor lulusan School of Public Administration, Huazhong University of Science and Technology, Wuhan, China ini, Senin (26/5/2025).

    Ia juga menekankan pentingnya langkah awal bagi Direktur yang baru dilantik untuk meninjau ulang tata kelola perusahaan, khususnya penyusunan rencana bisnis (Renbis).

    “Pemetaan terhadap permasalahan yang dihadapi di masa lalu hingga yang masih belum selesai juga menjadi hal penting karena akan menentukan seberapa cepat BUMD akan melangkah ke depan,” lanjutnya.

    Langkah awal lain yang penting menurutnya adalah mendalami kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh.

    “Tentu saja, kondisi keuangan yang dipelajari adalah yang bersifat spesifik dan dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana laporan hasil audit dari Kantor Akuntan Publik,” tambah dosen Departemen Ilmu Ekonomi FEB Universitas Brawijaya ini.

    Nugroho juga menyebut pentingnya keberadaan pembina atau pengawas dari bidang perekonomian yang berperan sebagai ujung tombak keberhasilan BUMD.

    “Ini penting untuk memastikan BUMD menjalankan fungsinya secara efektif dan efisien, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, serta memenuhi aspek-aspek hukum dan regulasi yang berlaku,” terangnya.

    Ia menutup pernyataannya dengan menekankan bahwa tiga unsur penting—yaitu peran Bupati, Direktur yang profesional, dan pembinaan dari bidang perekonomian—harus berjalan harmonis di bawah koordinasi kepala daerah.

    “Ketiganya itu di bawah Bupati, maka political will Bupati akan menjadi kunci keberhasilan dari keberadaan BUMD,” pungkasnya. [suf]

  • Senin pagi, kualitas udara Jakarta masuk kategori sedang

    Senin pagi, kualitas udara Jakarta masuk kategori sedang

    Jakarta (ANTARA) – Kualitas udara di Jakarta pada Senin pukul 05.52 WIB dari laman IQAir masuk ke dalam kategori sedang dan menempatkannya pada peringkat ke-21 kota-kota dengan kualitas udara buruk dunia.

    Indeks Kualitas Udara atau Air Quality Index (AQI) Kota Jakarta berada di angka 87 dan butir partikel halus PM2.5 berada di angka 28,2 mikrogram per meter kubik.

    Masyarakat juga diimbau selalu menjaga kesehatan dengan memakai masker apabila beraktivitas di luar rumah.

    Selanjutnya IQAir mencatatkan kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama yaitu Riyadh, Arab Saudi dengan angka 192, urutan kedua Dubai, Uni Emirat Arab di angka 180, urutan ketiga Delhi, India di angka 167, urutan keempat Wuhan, China di angka 163 dan kelima Dhaka, Bangladesh di angka 156.

    Sementara itu berdasarkan Sistem Informasi Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menunjukkan bahwa kualitas udara di lima lokasi berada pada kategori sedang atau nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.

    Beberapa titik tersebut seperti Pasar Minggu, Jakarta Selatan dengan Indeks Kualitas Udara di angka 79, Cempaka Putih, Jakarta Pusat dengan Indeks di angka 75, Marunda, Jakarta Utara di angka 80, Kalideres, Jakarta Barat di angka 88, dan Pulogadung, Jakarta Timur ada di angka 74.

    Melalui laman tersebut, DLH Jakarta menganjurkan agar setiap orang di wilayah yang disebutkan tadi untuk memakai masker apabila beraktivitas di luar ruang (outdoor). Sementara bagi kelompok sensitif dianjurkan untuk lebih sering beristirahat serta beraktivitas ringan, membawa obat pribadi, dan juga memakai masker.

    Pewarta: Ilham Kausar
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

  • Donald Trump Makin Tegaskan COVID-19 Itu Awalnya dari China

    Donald Trump Makin Tegaskan COVID-19 Itu Awalnya dari China

    Jakarta

    Seakan menegaskan bahwa AS percaya virus Sars-CoV-2 penyebab COVID-19 dari China, Presiden AS Donald Trump menghentikan pendanaan riset virus untuk negara tersebut.

    Donald Trump berpesan kepada para pejabat untuk menghentikan pendanaan riset virus berbahaya di negara yang dianggap kurang tanggap dan aman dari segi regulasi serta pengawasan. Tak ragu-ragu, China dan Iran disebut secara frontal di cuitan akun X @RapidResponse47 milik Gedung Putih.

    Perintah tersebut berbunyi bahwa AS memberi wewenang kepada National Institutes of Health dan badan-badan lain untuk mengidentifikasi dan menarik dana dari penelitian biologi yang dianggap berbahaya bagi kesehatan publik atau keamanan nasional.

    “@POTUS baru saja menandatangani perintah eksekutif yang melindungi warga Amerika dari penelitian gain-of-function yang berbahaya. Perintah tersebut: – Mengakhiri semua pendanaan Federal saat ini dan di masa mendatang untuk penelitian gain-of-function yang berbahaya di negara-negara yang menjadi perhatian seperti China dan Iran dan di negara-negara asing yang dianggap memiliki pengawasan penelitian yang tidak memadai,” tulis tweet tersebut.

    Lebih lanjut, ditulis lagi bahwa AS melarang pendanaan Federal untuk berkontribusi pada penelitian asing yang kemungkinan akan menyebabkan pandemi lainnya.

    “Langkah-langkah ini akan secara drastis mengurangi potensi insiden terkait laboratorium yang melibatkan penelitian gain-of-function, seperti yang dilakukan pada virus corona kelelawar di China oleh EcoHealth Alliance dan Wuhan Institute of Virology,” lanjutnya.

    Dengan begitu, ini menegaskan bahwa pemerintah AS percaya asal mula pandemi COVID-19 lima tahun lalu adalah dari China. Trump juga menyepakati untuk melindungi warga Amerika dari kecelakaan laboratorium dan insiden biosekuriti lainnya, seperti yang kemungkinan menyebabkan COVID-19 dan flu Rusia 1977.

    Sebenarnya, pertanyaan apakah COVID-19 berasal dari China masih diperdebatkan. Yang pasti, tweet ini mendukung badan intelijen AS terkemuka, termasuk FBI, Departemen Energi, dan CIA, yang sepakat bahwa COVID-19 mungkin disebabkan oleh kecelakaan laboratorium di Wuhan.

    Pandangan ini dianut oleh mantan tokoh kesehatan seperti Dr Robert Redfield, mantan Direktur CDC, sebagaimana dilaporkan oleh New York Post.

    Namun, ada pakar yang terus mendukung hipotesis perpindahan zoonosis alami, yang menyatakan bahwa virus tersebut berpindah dari hewan ke manusia tanpa campur tangan manusia. Ini termasuk kepala penasihat medis pemerintahan Biden, Dr Anthony Fauci, dan mantan Direktur NIH Dr Francis Collins.

    (ask/ask)

  • Trump Perintahkan Pembatasan Pendanaan Penelitian Virus

    Trump Perintahkan Pembatasan Pendanaan Penelitian Virus

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan pembatasan baru pada suatu penelitian biologis yang menurut pemerintahannya menyebabkan pandemi COVID-19 melalui kebocoran laboratorium di China.

    Dilansir AFP, Selasa (6/5/2025), AS akan menghentikan pendanaan di negara-negara tertentu yang melakukan eksprerimen ‘gain of function’ yang berkaitan dengan peningkatan patogen. Aturan ini ditandatangani Trump di Gedung Putih pada Senin (5/5).

    “Tidak ada laboratorium yang kebal terhadap kebocoran — dan ini akan mencegah kebocoran yang tidak disengaja terjadi di masa mendatang dan membahayakan manusia,” tulis Menteri Kesehatan Robert F. Kennedy Jr.

    Direktur Institut Kesehatan Nasional atau National Institutes of Health (NIH), Jay Bhattacharya sepakat dengan aturan tersebut. Menurutnya, penelitian berbahaya memiliki dampak negatif kepada orang sekitar.

    “Setiap negara yang terlibat dalam penelitian ini membahayakan populasi mereka sendiri, serta dunia, seperti yang kita lihat selama pandemi COVID,” tambah Jay.

    Selain itu, perintah tersebut juga berupaya untuk mengakhiri pendanaan untuk jenis penelitian ilmu hayat lainnya di negara-negara yang dianggap kurang memiliki pengawasan yang memadai, sehingga secara signifikan memperluas jenis penelitian asing yang dapat menjadi sasaran.

    Perintah tersebut mengajak pengembangan strategi untuk “mengatur, membatasi, dan melacak penelitian ‘gain-of-function- atau perolehan fungsi yang berbahaya di seluruh Amerika Serikat yang terjadi tanpa pendanaan federal”.

    Diketahui, Trump telah lama mendukung teori bahwa SARS-CoV-2 bocor dari Institut Virologi Wuhan sebagai hasil dari penelitian gain-of-function — sebuah alternatif terhadap teori bahwa virus tersebut menyebar secara alami dari hewan liar ke manusia di pasar makanan laut di kota yang sama.

    Situs web pemerintah AS Covid.gov yang sebelumnya berfokus pada promosi informasi vaksin dan pengujian, kini dikhususkan untuk menyoroti argumen yang mendukung kebocoran laboratorium.

    Beberapa lembaga AS, termasuk Biro Investigasi Federal, Departemen Energi, dan, yang terbaru, Badan Intelijen Pusat — yang mengubah pendiriannya di bawah masa jabatan kedua Trump — kini condong ke asal laboratorium. Beberapa lembaga intelijen lainnya mendukung spillover alami.

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini