kab/kota: Washington

  • Gedung Putih Jelaskan Masalah Pembuluh Darah Kronis yang Dialami Trump

    Gedung Putih Jelaskan Masalah Pembuluh Darah Kronis yang Dialami Trump

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump didiagnosis menderita insufisiensi vena kronis. Gedung Putih mengumumkan hal itu setelah Trump menjalani pemeriksaan komprehensif.

    Dilansir CNN, Minggu (20/7/2025), Sekretaris Pers Karoline Leavitt mengatakan Trump yang berusia 79 tahun menjalani pemeriksaan komprehensif, termasuk studi vaskular diagnostik dengan Unit Medis Gedung Putih. Leavitt juga membacakan catatan dari dokter presiden, Kapten Sean Barbabella.

    Hasil pemeriksaan Barbabella, yang kemudian dirilis oleh Gedung Putih, menyatakan bahwa ‘USG Doppler vena ekstremitas bawah bilateral telah dilakukan dan menunjukkan insufisiensi vena kronis, suatu kondisi yang jinak dan umum, terutama pada individu di atas usia 70 tahun’.

    Pemeriksaan tersebut dilakukan setelah Trump merasakan sedikit pembengkakan di kaki bagian bawahnya selama beberapa minggu terakhir. Surat itu menjelaskan tidak ada masalah jantung, ginjal dan penyakit lain yang terdeteksi pada Trump.

    “Yang penting, tidak ada bukti trombosis vena dalam (DVT) atau penyakit arteri dan hasil tes laboratorium Trump semuanya dalam batas normal,” menurut surat tersebut.

    “Tidak ada tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal, atau penyakit sistemik yang teridentifikasi,” tulis Barbabella.

    Insufisiensi vena kronis adalah kondisi di mana katup di dalam pembuluh vena tertentu tidak berfungsi sebagaimana mestinya yang dapat menyebabkan darah mengumpul di dalam vena. Sekitar 150.000 orang didiagnosis dengan kondisi ini setiap tahun dan risikonya meningkat seiring bertambahnya usia.

    Leavitt kemudian menyebut Trump tidak mengalami ‘rasa tidak nyaman’. Dia juga membahas memar yang muncul di punggung tangan presiden, yang viral beberapa waktu lalu. Dia mengaitkannya dengan ‘seringnya Trump berjabat tangan’ ditambah penggunaan aspirin.

    “Hal ini sesuai dengan iritasi jaringan lunak ringan akibat seringnya berjabat tangan dan penggunaan aspirin, yang dikonsumsi sebagai bagian dari rejimen pencegahan kardiovaskular standar,” demikian penjelasan Leavitt mengutip hasil pemeriksaan dari dokter.

    Surat tersebut menyimpulkan bahwa ‘Presiden Trump tetap dalam kondisi kesehatan yang sangat baik’. Trump akan menjadi presiden tertua di negara ini pada masa jabatan keduanya.

    “Pada dasarnya ini bukan informasi yang mengkhawatirkan, dan tidak mengejutkan. Ini adalah bagian yang cukup normal dari penuaan, terutama bagi seseorang yang berada dalam kategori kelebihan berat badan hingga obesitas, yang selalu dialami oleh presiden. Namun, kekhawatiran yang lebih besar adalah gejala seperti ini perlu dievaluasi untuk kondisi yang lebih serius, dan itulah yang terjadi,” ujar asisten profesor kedokteran darurat di Harvard Medical School, Jeremy Faust.

    Insufisiensi vena kronis dapat berkaitan dengan kondisi seperti peningkatan tekanan dari jantung atau sleep apnea.

    (haf/imk)

  • Tingkat Kelahiran Korsel Terendah di Dunia, Tapi Klinik Fertilitas Laku Keras

    Tingkat Kelahiran Korsel Terendah di Dunia, Tapi Klinik Fertilitas Laku Keras

    Seoul

    Meskipun menghadapi tekanan finansial dan budaya selama menjalani program IVF di Korea Selatan, Jang Sae-ryeon tetap bermimpi untuk memiliki anak (Jang Sae-ryeon)

    Ketika Kim Mi-ae memulai program bayi tabung (IVF) pada November lalu, dia tahu itu akan menjadi ujian kesabaran yang berat sesuatu yang sudah dia alami saat hamil anak pertamanya tiga tahun lalu.

    Namun, yang mengejutkannya kali ini adalah antrean yang “gila” di klinik fertilitas.

    “Ketika saya datang pada Januari, rasanya seolah-olah semua orang telah membuat resolusi tahun baru untuk punya bayi! Bahkan dengan reservasi, saya menunggu lebih dari tiga jam,” kata warga Seoul berusia 36 tahun itu.

    Ketika Korea Selatan terus berjuang dengan tingkat kelahiran terendah di dunia, klinik kesuburan semakin diminati — titik terang dalam krisis demografis negara tersebut.

    Antara 2018 dan 2022, jumlah perawatan kesuburan yang dilakukan di negara tersebut meningkat hampir 50% menjadi 200.000. Tahun lalu, satu dari enam bayi di Seoul lahir dengan bantuan perawatan kesuburan.

    “Kita memiliki generasi muda yang terbiasa mengendalikan hidupnya,” kata Sarah Harper CBE, profesor Gerontologi di Universitas Oxford.

    Kontrol tersebut, tambahnya, dapat berupa perempuan lajang yang membekukan telurnya atau mencoba program bayi tabung ketika tidak dapat hamil.

    “Pada generasi sebelumnya, ada sikap menerima bahwa hamil atau tidak hamil adalah sesuatu yang kurang direncanakan. Kini perempuan Korea mengatakan, ‘Saya ingin merencanakan hidup saya.’”

    Ini adalah kabar baik bagi pemerintah Korea Selatan, yang berusaha mengangkat negara tersebut dari krisis demografis.

    Satu dari lima orang di Korea Selatan kini berusia 65 tahun atau lebih. Sebagai proporsi dari total populasi negara, belum pernah ada jumlah bayi sesedikit ini.

    Pada 2024, tingkat kelahiran di Korea Selatan naik untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun (Getty Images)

    Negara ini telah berulang kali memecahkan rekornya sendiri sebagai negara dengan tingkat kelahiran terendah di dunia:

    0,98 bayi per perempuan pada 2018;

    Jika tren ini berlanjut, para ahli memperingatkan bahwa populasi 50 juta orang dapat berkurang setengahnya dalam 60 tahun.

    Namun, baru-baru ini ada alasan untuk bersikap optimis dengan hati-hati: alih-alih mencapai rekor terendah lagi, tingkat kelahiran Korea Selatan naik sedikit menjadi 0,75 pada tahun 2024kenaikan pertama dalam sembilan tahun.

    “Ini adalah kenaikan kecil, tetapi tetap berarti,” kata Seulki Choi, seorang profesor di Sekolah Kebijakan Publik dan Manajemen Institut Pengembangan Korea.

    Masih terlalu dini untuk menentukan apakah ini awal dari pembalikan yang sangat dibutuhkan atau hanya fluktuasi sementara.

    Angka kelahiran Korea Selatan tetap jauh di bawah rata-rata global sebesar 2,2. Namun, banyak pihak seperti Choi tetap optimis dengan waspada.

    “Jika tren ini berlanjut, ini bisa menandakan pergeseran jangka panjang,” kata Choi. “Kita perlu memantau bagaimana sikap generasi muda terhadap pernikahan dan memiliki anak berubah.”

    Selama bertahun-tahun, memiliki anak bukanlah hal yang ada di pikiran Park Soo-in. Dia sibuk bekerja, sering kali baru pulang dari pekerjaannya di bidang periklanan pada pukul 04:00.

    “Saya bekerja di perusahaan dengan jam lembur yang tak ada habisnya, jadi itu bahkan bukan sesuatu yang bisa saya pertimbangkan secara realistis,” kata perempuan berusia 35 tahun itu.

    Segalanya mulai berubah setelah dia menikah dua tahun lalu. Dia mendapatkan pekerjaan baru dengan jam kerja yang lebih baikdan teman-temannya mulai memiliki keturunan.

    “Melihat dan berinteraksi dengan anak-anak mereka bikin saya merasa tidak terlalu tertekan, ” katanya. “Dan melihat suami saya mengambil inisiatif, melakukan riset tentang kehamilan dan persalinan, serta menunjukkan usaha yang nyata, bikin saya yakin bahwa kita bisa melakukannya.”

    Angka kelahiran di Korea Selatan mengalami peningkatan tipis pada 2024 (Getty Images)

    Ketika Park dan suaminya mengalami kesulitan untuk memiliki anak, mereka memutuskan untuk mencoba pengobatan kesuburan. Banyak orang lain juga melakukan hal yang sama, yang memperkuat proyeksi bahwa industri yang sedang berkembang ini dapat bernilai lebih dari US$2 miliar pada 2030.

    “Ini sebenarnya merupakan sinyal penting bagi pembuat kebijakan bahwa masih ada perempuan yang ingin memulai keluarga tetapi menghadapi hambatan untuk melakukannya,” kata Jennifer Sciubba, Presiden dan CEO Population Reference Bureau, sebuah organisasi nirlaba di Washington, DC.

    “Lebih dari segalanya, ini adalah tanda bahwa orang-orang tidak mampu memenuhi keinginan mereka untuk memiliki anak.”

    Sulitnya hamil hanyalah salah satu hambatan. Di balik krisis populasi Korea Selatan terdapat berbagai tekanan sosial dan finansial mulai dari norma patriarki yang menempatkan sebagian besar tanggung jawab pengasuhan anak pada perempuan hingga jam kerja yang panjang dan biaya pendidikan yang tinggi yang membuat banyak orang muda enggan memiliki anak.

    Bagi sebagian orang, impian tersebut hanya tertunda. Lebih dari setengah penduduk Korea Selatan mengatakan mereka ingin memiliki anak tetapi tidak mampu membiayainya, menurut laporan PBB. Saat perempuan Korea Selatan melahirkan anak pertama, usia rata-rata mereka adalah 33,6 tahun salah satu yang tertinggi di dunia.

    “Jika melihat ke belakang, mungkin lebih baik memulai lebih awal,” kata Park. “Tapi secara realistis sekarang terasa seperti waktu yang tepat. Di akhir usia 20-an, saya tidak memiliki kemampuan finansial untuk memikirkan pernikahan atau anak.”

    Hal yang sama berlaku bagi Kim, yang menghabiskan tiga tahun menabung untuk pernikahan dan empat tahun lagi untuk memiliki anak.

    “Orang-orang menghabiskan masa mudanya untuk belajar, mencari pekerjaan, dan menghabiskan uang untuk mempersiapkan hidup. Dan saat mereka siap untuk menetap, seringkali sudah terlambat,” katanya. “Tapi semakin lama menunda, semakin sulit [untuk hamil], baik secara fisik maupun emosional.”

    Bagi mereka yang memilih bayi tabung, proses mencoba hamil juga menjadi jauh lebih mahal.

    “Sulit untuk mengatakan berapa tepatnya biaya IVF karena sangat bervariasi tergantung pada orang dan siklusnya,” kata Kim. “Ini adalah pengeluaran besar dan tidak terduga yang benar-benar dapat mempengaruhi keuangan Anda.”

    Sebagai bagian dari upaya terkoordinasi untuk meningkatkan tingkat kelahiran, pemerintah Korea Selatan telah memperluas dukungan untuk perawatan kesuburan. Seoul kini memberikan subsidi hingga 2 juta won Korea ($1.460; Pound 1.100) untuk pembekuan sel telur dan 1,1 juta won untuk setiap perawatan bayi tabung

    Namun, meskipun ada subsidi pemerintah, Kim mengatakan dia menghabiskan lebih dari 2 juta won pada Januari untuk bayi tabung sebagian besar untuk biaya tambahan yang tidak ditanggung subsidi, seperti suplemen dan tes tambahan.

    Dan dengan kurang dari setengah siklus bayi tabung yang berhasil, biaya dapat menumpuk dengan cepat.

    Hal ini juga dialami oleh Jang Sae-ryeon di Provinsi Jeolla bagian barat daya. Perempuan berusia 37 tahun ini memulai pengobatan kesuburan dua tahun lalu dan telah menjalani lima siklus IVF, masing-masing menghabiskan sekitar 1,5 juta won.

    “Saya berharap semuanya berhasil setelah satu atau dua kali mencoba, tapi bagi kebanyakan orang, itu tidak terjadi,” katanya. “Tanpa uang, Anda tidak bisa melanjutkan. Itu kenyataannya. Dan menurut saya, itulah bagian yang paling membuat frustrasi.”

    Tantangan yang sama beratnya, kata mereka, adalah tekanan di tempat kerja saat berkomitmen pada jadwal bayi tabung yang padat.

    Meskipun perusahaan di Korea Selatan menawarkan beberapa hari cuti untuk perawatan kesuburan, mereka mengatakan bahwa dalam praktiknya sulit untuk memanfaatkannya. Kim mengatakan dia menjalani IVF untuk anak pertamanya tanpa mengambil cuti sama sekali. Jang, sementara itu, mengatakan rekan kerjanya meminta dia menunda perawatannya.

    “Hal itu membuat saya merasa bahwa IVF dan pekerjaan penuh waktu tidak bisa dipadukan,” kata Jang. “Jadi saya resign. Tapi setelah keluar, saya mengalami kesulitan finansial. Hal itu membuat saya harus resign lagi dan mencari pekerjaan baru.”

    Tekanan finansial dan budaya seperti itu mungkin telah meredam impian banyak orang Korea Selatan untuk memiliki anak, tetapi tidak bagi Jang.

    Dia masih menangis saat mengingat dua kehamilan di awal pernikahannya keduanya berakhir dengan keguguran.

    “Anda tahu, kan, orang bilang saat punya anak, Anda merasa cinta yang tak terbatas?” katanya. “Saya pikir memiliki anak yang mirip dengan kami berdua dan membangun keluarga bersama adalah salah satu bentuk kebahagiaan terbesar yang bisa dirasakan seseorang.”

    Lihat juga Video: 23 Ribu Bayi Lahir di Korea Selatan, Naik 11 Persen dari Tahun Lalu

    (nvc/nvc)

  • Apple Investasi Rp 8,5 Triliun Amankan Pasokan Bahan Baku iPhone

    Apple Investasi Rp 8,5 Triliun Amankan Pasokan Bahan Baku iPhone

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan teknologi, Apple menginvestasikan US$500 juta atau setara dengan Rp 8,15 triliun dalam sebuah kesepakatan dengan perusahaan tanah jarang AS, MP Materials. Kesepakatan tersebut terjadi dalam menghadapi tekanan dari Presiden AS Donald Trump untuk memproduksi ponsel pintarnya yang populer di dalam negeri.

    Dalam kesepakatan tersebut, pembuat IPhone ini berkomitmen untuk membeli magnet tanah jarang (LTJ) atau Rare Earth Element (REE) langsung dari MP Materials untuk membantu meningkatkan rantai pasokannya di AS.

    Selain itu, Apple juga akan berkolaborasi dengan perusahaan tersebut untuk melakukan jalur daur ulang baru di California, yang akan menggunakan kembali material-material magnet tanah jarang yang didaur ulang untuk digunakan dalam produk-produk Apple.

    Kesepakatan ini merupakan bagian dari investasi senilai US$500 miliar yang diumumkan Apple pada awal tahun ini. Investasi tersebut untuk memperluas operasinya di AS seiring dengan upaya pemerintahan Trump untuk mendorong produksi teknologi di dalam negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap China.

    Unsur-unsur tanah jarang tersebut sangat penting untuk segala hal mulai dari ponsel pintar hingga TV dan jet militer, telah menjadi alat tawar-menawar utama dalam perundingan perdagangan antara Washington dan Beijing. Hal ini dikarenakan China mengendalikan hampir semua pemrosesannya.

    “Inovasi Amerika mendorong semua yang kami lakukan di Apple, dan kami bangga memperdalam investasi kami dalam ekonomi AS,” kata CEO Apple Tim Cook dalam sebuah siaran pers, mengutip CNN Internasional, Sabtu (19/7).

    “Bahan tanah jarang sangat penting untuk membuat teknologi canggih, dan kemitraan ini akan membantu memperkuat pasokan bahan penting ini di Amerika Serikat,” sebutnya.

    MP Materials menyebut, fasilitas MP Materials di Fort Worth, Texas, akan membuat lini produksi magnet baru khusus untuk produk Apple. Pengiriman diperkirakan akan dimulai pada tahun 2027 dan pada akhirnya akan mendukung ratusan juta perangkat Apple.

    Nantinya, bahan-bahan tersebut akan dikirim ke seluruh Amerika Serikat dan seluruh dunia.

    Apple mengatakan bahwa ekspansi ini akan menciptakan puluhan pekerjaan baru. Kedua perusahaan juga akan memberikan pelatihan untuk mengembangkan tenaga kerja AS untuk pembuatannya.

    China memiliki monopoli virtual atas elemen logam tanah jarang, yang merupakan komponen penting untuk produk sehari-hari mulai dari ponsel pintar, turbin angin, lampu LED, dan TV layar datar. Unsur-unsur ini juga sangat penting untuk baterai pada kendaraan listrik serta pemindai MRI dan perawatan kanker.

    Bahan-bahan ini ditemukan di seluruh kerak bumi tetapi sulit dan mahal untuk diekstraksi dan diproses. China memiliki satu-satunya peralatan yang dibutuhkan untuk memproses beberapa elemen dan saat ini menguasai 92% produksi global dalam tahap pemrosesan.

    Meskipun kesepakatan MP Materials dapat membantu Apple mendapatkan dukungan dari Trump di tengah ancaman tarif, kesepakatan ini juga sejalan dengan upaya Apple untuk memasukkan lebih banyak bahan daur ulang ke dalam produknya. Hal itu juga merupakan sebuah rencana yang sudah ada jauh sebelum Trump menjabat.

    Sebagai contoh, iPhone 16e, yang diluncurkan awal tahun ini, memiliki 30 persen konten daur ulang. Apple mengatakan bahwa mereka menggunakan logam tanah jarang yang didaur ulang pada produk-produk utamanya, termasuk pada magnet yang terdapat pada iPhone, iPad, Apple Watches, MacBook, dan model Mac terbaru.

    Pemerintahan Trump telah mendorong Apple dan perusahaan-perusahaan teknologi raksasa lainnya untuk memproduksi produk mereka di Amerika Serikat, bukannya mengandalkan fasilitas perakitan dan operasi rantai pasokan yang sebagian besar berlokasi di Cina, India, dan Vietnam.

    Namun, Apple belum membahas rencana untuk memindahkan produksi iPhone ke AS, dan tampaknya hal itu tidak mungkin terjadi. Hal ini dikarenakan perusahaan teknologi raksasa ini harus mengubah cara mereka membuat produk yang paling menguntungkan.

    Kolaborasi Apple dan MP Manufacturing melibatkan pengembangan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk pembuatan magnet. Itulah salah satu alasan mengapa sangat sulit untuk memindahkan produksi iPhone ke Amerika Serikat. Sebab, Amerika tidak memiliki tenaga kerja dengan keahlian khusus yang dibutuhkan untuk melakukannya, kata para ahli.

    “Keahlian untuk membuat setiap komponen adalah sesuatu yang harus dikerjakan dalam jangka waktu yang lama,” kata David Marcotte, wakil presiden senior di perusahaan riset pasar internasional Kantar.

    Cook, saat berbicara di acara Majalah Fortune pada tahun 2017, juga pernah berbicara tentang kesenjangan tenaga kerja di masa lalu, menggambarkan tenaga kerja di China sebagai kombinasi dari keterampilan pengrajin, robotika canggih, dan dunia ilmu komputer.

    Namun, komitmen untuk berinvestasi di tanah jarang yang bersumber dari AS sepertinya akan menyenangkan Trump. Presiden telah memuji pengumuman investasi Apple sebelumnya sebagai kemenangan dalam upayanya untuk meningkatkan manufaktur Amerika.

    (haa/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Manusia Rp2.400 T Ingin Tekuni Ilmu Ini Jika Balik Jadi Mahasiswa

    Manusia Rp2.400 T Ingin Tekuni Ilmu Ini Jika Balik Jadi Mahasiswa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Jika CEO Nvidia Jensen Huang adalah seorang mahasiswa hari ini, dia mengatakan dia akan fokus pada ilmu fisika sains.

    Dalam sebuah perjalanan ke Beijing pada hari Rabu, dikutip dari CNBC Internasional, Huang ditanya oleh seorang jurnalis: “Jika Anda adalah versi Jensen yang berusia 22 tahun [yang] baru saja lulus hari ini pada tahun 2025 tetapi dengan ambisi yang sama, apa yang akan Anda fokuskan?”

    Menanggapi itu, CEO Nvidia berkata: “Untuk Jensen muda yang berusia 20 tahun, yang telah lulus sekarang, dia mungkin akan memilih … lebih banyak ilmu fisika sains daripada ilmu perangkat lunak.”

    Dia pun menambahkan bahwa dirinya sebenarnya lulus dua tahun lebih awal dari perguruan tinggi, pada usia 20 tahun.

    Adapun, ilmu fisika, berbeda dengan ilmu hayati. Ini adalah cabang ilmu yang luas yang berfokus pada studi sistem, termasuk fisika, kimia, astronomi, dan ilmu bumi. Huang memperoleh gelar teknik elektro dari Oregon State University pada tahun 1984 sebelum meraih gelar master di bidang teknik elektro dari Stanford University pada tahun 1992, menurut profil LinkedIn-nya.

    Sekitar setahun kemudian, pada bulan April 1993, Huang mendirikan Nvidia bersama rekan insinyur Chris Malachowsky dan Curtis Priem saat makan di restoran Denny’s di San Jose, California.

    Di bawah kepemimpinan Huang sebagai CEO, pembuat chip tersebut kini telah menjadi perusahaan paling berharga di dunia. Nvidia juga menjadi perusahaan pertama di dunia yang mencapai kapitalisasi pasar US$ 4 triliun minggu lalu.

    Meskipun Huang tidak menjelaskan mengapa ia mengatakan akan mempelajari ilmu fisika sains jika ia menjadi mahasiswa lagi hari ini, pendiri perusahaan teknologi tersebut sangat optimis terhadap “Physical AI” atau apa yang ia sebut “gelombang berikutnya”. Selama satu setengah dekade terakhir, dunia telah bergerak melalui beberapa fase kecerdasan buatan, jelasnya pada bulan April di The Hill & Valley Forum di Washington, D.C.

    “AI modern benar-benar muncul dalam kesadaran sekitar 12 hingga 14 tahun yang lalu, ketika AlexNet keluar dan visi komputer melihat terobosan besarnya,” kata Huang di forum tersebut.

    AlexNet adalah model komputer yang diluncurkan selama kompetisi tahun 2012 yang menunjukkan kemampuan mesin untuk mengenali gambar menggunakan pembelajaran mendalam. Komputer inilah yang membantu memicu ledakan AI modern.

    “Gelombang pertama ini disebut ‘Perception AI’,” kata Huang.

    Kemudian, datanglah gelombang kedua yang disebut ‘Generative AI’. Ini adalah model AI telah belajar bagaimana memahami makna informasi tetapi [juga] menerjemahkannya” ke dalam berbagai bahasa, gambar, kode, dan banyak lagi.

    (haa/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kunjungi AS, Presiden Filipina Marcos Bakal Bahas Perdagangan di tengah Ancaman Tarif

    Kunjungi AS, Presiden Filipina Marcos Bakal Bahas Perdagangan di tengah Ancaman Tarif

    JAKARTA – Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. akan mengunjungi Amerika Serikat pekan depan dengan pesan yang jelas kepada Presiden AS Donald Trump, Filipina harus menjadi lebih kuat secara ekonomi jika ingin menjadi mitra yang benar-benar tangguh.

    Kunjungan pertama oleh kepala negara ASEAN sejak Trump menjabat pada Januari 2025, akan berfokus pada kerja sama ekonomi, dengan Marcos diperkirakan akan membahas kekhawatiran atas usulan tarif AS terhadap ekspor Filipina.

    “Kunjungan resmi Presiden juga bertujuan untuk membahas tarif AS yang diusulkan untuk dikenakan pada ekspor Filipina,” ujar Asisten Menteri Luar Negeri Raquel Solano dalam jumpa pers dilansir Reuters, Jumat, 18 Juli.

    Trump menaikkan tarif timbal balik untuk ekspor Filipina menjadi 20% bulan ini dari 17% yang diancamkan pada April.

    Perundingan antara pejabat perdagangan Filipina dan mitra mereka di AS sedang berlangsung di Washington dengan harapan dapat mencapai kesepakatan timbal balik yang dapat diterima dan saling menguntungkan bagi kedua negara

    Selama kunjungan tersebut, kedua pemimpin juga akan membahas kerja sama yang lebih erat di bidang pertahanan dan keamanan, termasuk isu-isu di Laut Cina Selatan di mana Manila dan Beijing telah terlibat dalam serangkaian konfrontasi maritim.

    Hubungan antara Manila dan Beijing memburuk di bawah Marcos, yang telah bergeser lebih dekat ke Amerika Serikat, memberinya akses yang lebih luas ke pangkalan militer Filipina.

    Pemberian akses itu didasari atas tujuan kedua negara untuk melawan apa yang mereka sebut sebagai ketegasan Tiongkok di Laut China Selatan dan terhadap Taiwan.

    “Tujuan kunjungan ini adalah untuk lebih memperkuat Aliansi Filipina-Amerika Serikat, untuk secara proaktif melibatkan AS dalam semua aspek hubungan dan memanfaatkan peluang untuk kerja sama keamanan dan ekonomi yang lebih besar,” kata Solano.

    Amerika Serikat dan Filipina memiliki perjanjian pertahanan bersama yang telah berusia tujuh dekade dan mengadakan lusinan latihan tahunan, yang mencakup pelatihan dengan sistem rudal Typhon AS, dan baru-baru ini dengan sistem rudal anti-kapal NMESI.

    Marcos juga akan bertemu secara terpisah dengan Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth, serta para pemimpin bisnis AS yang berinvestasi di Filipina.

  • Siaga Perang Baru di Arab, Suriah Jawab Aksi Serbuan Pasukan Israel

    Siaga Perang Baru di Arab, Suriah Jawab Aksi Serbuan Pasukan Israel

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah Suriah kembali buka suara soal pengerahan pasukan ke wilayah Provinsi Sweida yang dilanda konflik. Hal ini terjadi lantaran konflik antara suku Druze dan Bedouin yang memaksa Israel untuk turut campur menyerang sejumlah titik di Negeri Syam.

    Mengutip Reuters, Jumat (18/7/2025), Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Suriah Noureddin Al Baba membantah rencana penerjunan pasukan tersebut. Ia menyebut tidak ada aksi pemerintah terkait penerjunan militer besar.

    “Pemerintah tidak bersiap untuk dikerahkan ke Provinsi Sweida,” kata Baba kepada kantor berita negara tersebut.

    Sejatinya, sudah ada gencatan senjata yang mengakhiri pertempuran berhari-hari antara para pejuang Bedouin dan Druze bentrok di Provinsi Sweida di Suriah Selatan. Kejadian ini sempat mendorong pemerintah Suriah untuk mengirimkan pasukan.

    Pasukan Suriah mundur dari Sweida setelah gencatan senjata diumumkan, tetapi bentrokan kembali terjadi pada Kamis malam antara para pejuang suku Bedouin dan Druze.

    Bentrokan tersebut sempat menarik perhatian Israel, yang mengatakan tidak akan mengizinkan pemerintah yang dipimpin kelompok Islamis Suriah untuk mengerahkan pasukan ke Selatan. Israel juga turut menyerang pasukan Suriah di Sweida dan Kementerian Pertahanan Suriah, serta menyerang di dekat istana presiden di Damaskus.

    Sementara itu, Militer Israel melancarkan serangan baru di Provinsi Sweida semalam. Tel Aviv menyebut para penguasa baru Suriah sebagai jihadis yang menyamar. Israel sejatuhnya telah berjanji untuk melindungi komunitas Druze di wilayah tersebut dari serangan, didorong oleh seruan dari minoritas Druze Israel sendiri.

    Ketidakpercayaan Israel yang mendalam terhadap kepemimpinan baru Suriah yang dipimpin oleh kelompok Islamis bertentangan dengan Amerika Serikat (AS). Washington menyatakan tidak mendukung serangan Israel baru-baru ini terhadap Suriah.

    AS melakukan intervensi untuk membantu mengamankan gencatan senjata sebelumnya antara pasukan pemerintah dan pejuang Druze. Gedung Putih mengatakan pada hari Kamis bahwa gencatan senjata tersebut tampaknya akan dipertahankan.

    Pemimpin Suriah Ahmed Al Sharaa, yang telah berupaya membangun hubungan yang lebih hangat dengan AS, menuduh Israel mencoba memecah belah Suriah dan berjanji untuk melindungi minoritas Druze di Suriah.

    (tps/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ada Pembengkakan di Kaki, Trump Disebut Alami Masalah di Pembuluh Darah

    Ada Pembengkakan di Kaki, Trump Disebut Alami Masalah di Pembuluh Darah

    Jakarta

    Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, 79 tahun, didiagnosis mengalami chronic venous insufficiency atau gangguan aliran darah vena kronis setelah mengeluh pembengkakan ringan di kakinya dalam beberapa minggu terakhir.

    Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt pada Kamis (17/7/2025), dalam konferensi pers di Washington membacakan pernyataan dari dokter kepresidenan, Kapten Sean Barbabella.

    Ia menyebut Trump telah menjalani pemeriksaan menyeluruh, termasuk pemeriksaan pembuluh darah dengan ultrasound doppler di kedua kakinya.

    “Hasilnya menunjukkan adanya chronic venous insufficiency. Ini kondisi umum dan tidak berbahaya, terutama pada individu usia 70 tahun ke atas,” kata Barbabella.

    Lebih lanjut, hasil tes menunjukkan tidak ada tanda-tanda penggumpalan darah dalam vena dalam maupun penyakit arteri. Pemeriksaan jantung Trump juga dinyatakan normal. Tidak ditemukan gejala gagal jantung, gangguan ginjal, atau penyakit sistemik lainnya.

    Apa Itu Chronic Venous Insufficiency?

    Gangguan ini terjadi saat katup di pembuluh darah vena tidak bekerja dengan baik, menyebabkan darah berkumpul di kaki. Umumnya ditandai dengan pembengkakan, nyeri, kram, atau perubahan warna kulit pada tungkai. Meski tak mengancam nyawa, kondisi ini bisa mengganggu aktivitas.

    “Ini cukup normal seiring bertambahnya usia, apalagi jika pasien berada dalam kategori kelebihan berat badan,” kata dr Jeremy Faust dari Harvard Medical School, dikutip dari CNN.

    dr Bernard Ashby, ahli jantung, menambahkan kondisi ini bisa berhubungan dengan tekanan darah tinggi dari jantung atau masalah tidur seperti sleep apnea.

    Leavitt juga menanggapi munculnya memar di punggung tangan Trump, yang disebut akibat sering berjabat tangan dan konsumsi aspirin sebagai bagian dari perawatan kardiovaskular rutin.

    “Itu hanya iritasi jaringan ringan. Presiden Trump tetap dalam kondisi kesehatan yang sangat baik,” tulis Barbabella dalam surat resmi.

    Meski disebut jinak, beberapa dokter menyarankan untuk tetap mengevaluasi kemungkinan penyebab lain, seperti tekanan jantung atau paru-paru yang meningkat.

    “Chronic venous insufficiency memang umum, tapi tetap perlu dicari tahu apa penyebab utamanya,” ujar Faust.

    Penyebab kondisi ini bisa beragam, mulai dari usia lanjut, obesitas, kurang olahraga, hingga terlalu lama duduk atau berdiri.

    Trump bakal mencetak sejarah sebagai presiden tertua AS jika kembali menjabat di periode keduanya. Meski mengalami masalah pembuluh darah ringan, tim medis Gedung Putih memastikan kondisinya tetap stabil dan tidak mengganggu aktivitas.

    (naf/kna)

  • Perang Saudara Menggila, China Makin Parah Serang Taiwan

    Perang Saudara Menggila, China Makin Parah Serang Taiwan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan geopolitik antara China dan Taiwan kembali memanas, kali ini lewat serangan siber yang makin intens terjadi.

    Laporan terbaru dari perusahaan keamanan siber Proofpoint mengungkap, peretas yang terafiliasi dengan China dilaporkan menargetkan industri semikonduktor dan analis investasi Taiwan dalam serangkaian kampanye spionase siber.

    Serangan ini berlangsung sejak Maret hingga Juni 2025 dan diyakini masih terus berjalan.

    “Kami melihat entitas yang sebelumnya tidak pernah menjadi sasaran, kini mulai diserang,” kata Mark Kelly, peneliti ancaman yang fokus pada aktivitas terkait China di Proofpoint, dikutip dari Reuters, Kamis (17/7/2025).

    Para peneliti mencatat bahwa peretasan kini menyasar entitas-entitas yang sebelumnya tidak pernah dijadikan target.

    Mereka menggunakan berbagai teknik manipulatif, termasuk menyamar sebagai pencari kerja menggunakan akun email universitas Taiwan yang telah diretas.

    Serangan ini terjadi di tengah ketatnya pembatasan ekspor chip rancangan AS ke China, yang mayoritas produksinya dilakukan di Taiwan. Kendati demikian, baru-baru ini pemerintahan Trump akhirnya melunak dan membuka akses chip dari AS ke China, dengan imbalan China mengizinkan pengiriman logam tanah jarang ke AS.

    Kendati demikian, kebijakan pemerintahan Trump yang kerap berubah-ubah membuat industri selalu dalam keadaan siaga. China terus berupaya mengembangkan industri chip dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan dengan AS, terutama chip untuk teknologi kecerdasan buatan (AI). 

    Para peneliti enggan mengungkapkan siapa saja target serangan peretasan terbaru yang dilancarkan China ke Taiwan, namun mereka mengatakan sekitar 15 hingga 20 organisasi menjadi sasaran. Ini mencakup perusahaan kecil, analis yang bekerja di bank internasional berbasis AS, hingga perusahaan global berskala besar.

    Juru bicara Kedutaan Besar China di Washington mengatakan kepada Reuters melalui email bahwa serangan siber adalah ancaman umum yang dihadapi semua negara, termasuk China.

    “Kami menegaskan bahwa China menentang dan memerangi segala bentuk serangan siber dan kejahatan dunia maya, sikap yang konsisten dan jelas,” kata juru bicara tersebut.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Jepang Peringatkan Aktivitas Militer China yang Meningkat

    Jepang Peringatkan Aktivitas Militer China yang Meningkat

    Jakarta

    Jepang menyebut Cina sebagai ‘tantangan strategis terbesar’ dalam laporan tahunan pertahanan terbarunya. Jepang menyoroti agresivitas Beijing yang kian meluas serta fokus pada ancaman regional.

    Pejabat Jepang memperingatkan bahwa dunia memasuki era krisis baru, menghadapi tantangan terbesar sejak Perang Dunia II. Mereka mengkhawatirkan intensitas militer Cina yang terus meningkat sebagai ancaman serius bagi keamanan Jepang.

    Pengaruh Rusia di Asia semakin menguat

    Dokumen tersebut memperingatkan peningkatan kemampuan ofensif Korea Utara dan semakin eratnya hubungan strategis dengan Rusia.

    Menteri Pertahanan Jenderal Nakatani mencatat keterlibatan Rusia dalam operasi militer gabungan dengan Cina, termasuk patroli udara dan laut. Sementara analis menilai bahasa dalam laporan tahunan pertahanan ini mencerminkan meningkatnya ketegangan militer selama setahun terakhir.

    Menurut Ryo Hinata-Yamaguchi, dosen di Institut Strategi Internasional Universitas Internasional Tokyo, meningkatnya aktivitas Cina, Korea Utara, dan Rusia tahun lalu membuat kekhawatiran Jepang yang lebih eksplisit menjadi hal yang wajar. Ia juga mengatakan bahwa situasi keamanan terus mengalami perubahan.

    Asia Timur memanas dalam interaksi militer Cina-Jepang

    Ketegangan antara pasukan Cina dan Jepang terlihat dari insiden pada 7 Juli ketika pesawat pengintai Jepang YS-11EB dicegat oleh jet tempur-pengebom JH-7 Cina di Laut Cina Timur, dengan jarak 30 meter. Insiden serupa juga terjadi keesokan harinya.

    Tokyo menyampaikan ‘kekhawatiran serius’ atas manuver yang disebut sebagai ‘pendekatan abnormal’, namun Beijing menolak protes tersebut dan menuduh Jepang hampir memata-matai aktivitas militernya.

    Dalam setahun terakhir, kapal dan pesawat penjaga pantai Cina tercatat ratusan kali memasuki perairan sekitar Kepulauan Senkaku, wilayah tak berpenghuni yang dikuasai Jepang, tetapi diklaim Beijing sebagai Kepulauan Diaoyu. Sebuah pelampung besar milik Cina juga ditemukan di perairan sekitar kepulauan tersebut di Laut Cina Timur.

    Jepang hadang jet tempur Cina

    Pada Agustus 2024, pesawat pengintai militer Cina melanggar wilayah udara Jepang di atas Kepulauan Danjo, Prefektur Nagasaki, memicu respons cepat dari jet tempur Jepang. Tokyo menanggapi insiden ini dengan memanggil kuasa usaha Kedutaan Besar China ke Kementerian Luar Negeri.

    Lalu apa kata Cina?

    Beijing segera menanggapi laporan pertahanan Jepang dengan kecaman, menyebutnya sebagai cerminan ‘persepsi keliru’ yang mencampuri urusan dalam negeri dan menyebarkan narasi ancaman Cina, menurut Global Times.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lin Jian, juga mengingatkan bahwa 2025 menandai 80 tahun kemenangan atas Jepang dalam Perang Perlawanan Rakyat. Ia mendesak Tokyo untuk ‘merenungkan kejahatan sejarahnya’ dan berhenti menggunakan ketegangan regional sebagai dalih memperkuat militernya.

    Jepang perkuat komunikasi strategis dengan AS

    Laporan tahunan Jepang menyatakan bahwa Tokyo berada di situasi yang tepat untuk mencapai target peningkatan anggaran pertahanan menjadi 2% dari PDB pada 2027, naik dari 1,8% saat ini. Meski masih di bawah ambang 5% yang diharapkan AS dari sekutunya.

    Analis Ryo Hinata-Yamaguchi menilai dokumen ini juga menyampaikan pesan tersirat kepada Washington, bahwa Jepang tengah mengambil peran lebih besar dalam pertahanannya dan ingin meyakinkan AS akan komitmennya sebagai sekutu yang dapat diandalkan.

    Rusia – Cina pamer kekuatan di tengah ketegangan regional

    Profesor Yakov Zinberg menyebut laporan pertahanan tahunan Jepang menggambarkan kekhawatiran atas potensi aliansi militer Cina, Korea Utara, dan Rusia.

    Ia menilai latihan gabungan antara Cina-Rusia yang kian intens bertujuan menunjukkan kekuatan untuk menekan Jepang. Bahkan salah satu manuvernya adalah mengelilingi kepulauan Jepang.

    Zinberg juga menyoroti kekhawatiran Tokyo terhadap komitmen keamanan AS di bawah Presiden Trump yang dinilai tidak dapat diprediksi.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Levie Wardana

    Editor: Prita Kusumaputri

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pengamat harap pemerintah buka kembali ruang negosiasi soal tarif AS

    Pengamat harap pemerintah buka kembali ruang negosiasi soal tarif AS

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Pengamat harap pemerintah buka kembali ruang negosiasi soal tarif AS
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Kamis, 17 Juli 2025 – 16:44 WIB

    Elshinta.com – Pengamat hubungan internasional dan investasi Zenzia Sianica Ihza mengharapkan Pemerintah Indonesia membuka kembali ruang negosiasi soal tarif impor sebesar 19 persen terhadap produk Indonesia yang masuk ke Amerika Serikat (AS) agar bisa diturunkan lagi.

    “Kita memberi terlalu banyak. Sementara, tarif 19 persen masih tergolong tinggi dan membebani pelaku ekspor kita. Harusnya negosiasi ulang. Jangan puas dengan angka 19 persen, karena itu belum mengembalikan posisi kita seperti sebelum badai tarif diberlakukan,” ujar Zenzia dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

    Menurut dia, jika dihitung secara keseluruhan, maka produk Indonesia tetap dikenai beban tarif hampir 29 persen, karena tarif dasar 10 persen yang berlaku otomatis.

    “Jadi, sebenarnya bukan hanya 19 persen, tetapi 19 ditambah 10. Itu tetap tinggi dan tidak fair,” katanya.

    Ia menyebut Indonesia berada dalam posisi yang sebenarnya punya pengaruh kuat.

    Permintaan Trump agar Indonesia membeli 50 jet Boeing dan investasi energi senilai 15 miliar dolar AS menunjukkan bahwa Washington juga membutuhkan Jakarta dalam konteks ekonomi dan geopolitik.

    “Kalau kita setuju membeli pesawat dan investasi energi, kenapa tidak meminta tarif turun ke angka yang lebih wajar, misalnya di bawah 10 persen? Negosiasi itu harus dua arah, bukan hanya menerima dikte,” ujarnya.

    Zenzia menyebut dalam merespons tekanan tarif dari Trump, beberapa negara justru mampu menunjukkan posisi tawar yang lebih kokoh. China, misalnya, secara terbuka melakukan perlawanan dengan tarif balasan.

    Sementara, Vietnam memilih jalan diplomasi yang akomodatif, tetapi tetap menjaga kepentingan domestiknya.

    “Vietnam bisa menurunkan tensi sambil menjaga keuntungan, bahkan justru mereka mampu menarik relokasi industri dari China. Kita seharusnya belajar dari itu,” ucapnya.

    Kebijakan tarif Trump merupakan lanjutan dari pendekatan ekonomi America First yang diluncurkan sejak masa kampanye 2016.

    Di bawah semangat proteksionisme, Trump melihat tarif sebagai alat tawar utama untuk meraih kesepakatan dagang yang lebih menguntungkan bagi AS.

    Tarif menjadi bentuk tekanan atau dalam istilah hubungan internasional, credible threat, yang secara rasional dirancang untuk menghasilkan respons kompromistis dari negara mitra.

    “Sayangnya, Indonesia terlalu cepat menunjukkan sikap akomodatif tanpa memperjuangkan pengimbangan yang setara,” tutur Zenzia.

    Respons ideal, menurut Zenzia, bukanlah menolak keras atau bersikap pasrah, yang dibutuhkan Indonesia adalah diplomasi rasional dan strategi negosiasi berimbang.

    Dengan pendekatan tersebut, kompromi masih bisa dicapai tanpa mengorbankan kepentingan nasional.

    “Kita harus cermat. Tidak perlu frontal seperti China, tetapi juga jangan lunak. Negosiasi perlu berpegang pada prinsip saling menguntungkan,” katanya.

    Menurut dia, penurunan tarif Trump dari 32 menjadi 19 persen memang terlihat sebagai kabar baik, namun jika dibaca dalam konteks keseluruhan, terutama dengan komitmen besar pembelian Boeing dan investasi energi di AS, justru menunjukkan bahwa Indonesia memberikan terlalu banyak untuk hasil yang belum sepadan.

    Ia juga mengatakan jika tarif bea masuk naik seperti ini, selain akan menurunkan daya saing produk negara yang terdampak, sekaligus punya efek bagi konsumen akhir, yaitu warga AS sendiri. Akibat kebijakan tarif itu, harga barang impor dari Indonesia yang masuk ke AS mengalami kenaikan 19 sampai 29 persen.

    “Dalam jangka panjang ini akan menjadi bumerang bagi AS karena dunia usaha akan membebankan kenaikan tarif ini ke konsumen dalam negeri AS. Ini jelas akan punya dampak bagi mereka,” kata Zenzia.

    Sumber : Antara