kab/kota: Washington

  • Menlu AS Rubio Kunjungi Meksiko di tengah Operasi Basmi Kartel

    Menlu AS Rubio Kunjungi Meksiko di tengah Operasi Basmi Kartel

    JAKARTA – Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Marco Rubio akan bertemu dengan para pemimpin Meksiko dalam lawatan pertamanya ke negara itu sejak menjabat.

    Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya pemerintahan Trump untuk memberantas imigrasi ilegal dan kartel narkoba, serta melawan pengaruh China di Amerika Latin.

    Diplomat tertinggi Washington akan mengunjungi Mexico City dan Ekuador dalam lawatan terbarunya ke kawasan tersebut. Di sana, Rubio akan bertemu dengan rekan-rekan sejawat dan presiden kedua negara.

    Rubio, menteri luar negeri AS keturunan Latin pertama, melakukan perjalanan ke negara-negara di Amerika Tengah dan Karibia dalam lawatan luar negeri pertamanya setelah menjabat, seiring upaya pemerintah untuk kembali fokus ke Amerika Latin.

    Dilansir Reuters, Rabu, 3 September, lawatan ke Meksiko dan Ekuador ini dilakukan setelah militer AS menyerang kapal dari Venezuela di Karibia pada Selasa yang menurut para pejabat AS membawa narkoba ilegal.

    Ini adalah operasi pertama yang diketahui sejak gelombang kapal perang baru-baru ini yang dikerahkan pemerintahan Trump ke wilayah tersebut, yang telah meningkatkan ketegangan antara Washington dan Caracas.

    Kunjungan ini dilakukan di saat Trump juga mengintensifkan kampanyenya untuk mendeportasi migran ilegal di AS, mengirim agen federal ke kota-kota besar di AS, dan mendorong kuota penangkapan harian yang tinggi.

    Tindakan keras terhadap imigrasi ilegal telah menuai kritik dari beberapa negara Amerika Latin, termasuk Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum, yang mengecam penggerebekan imigrasi baru-baru ini di Amerika Serikat.

    Meskipun Sheinbaum telah mempertahankan hubungan baik dengan Trump, kebijakan perdagangan dan upaya pemerintah untuk memerangi kartel narkoba telah mengganggu hubungan antara kedua negara tetangga tersebut.

    “Hubungan ini tidak dalam situasi terbaiknya saat ini,” kata Martha Barcena Coqui, yang pernah menjabat sebagai duta besar Meksiko untuk Amerika Serikat dan sekarang menjadi pakar di lembaga pemikir Pusat Studi Strategis dan Internasional Washington.

    Rubio dan para pejabat Meksiko kemungkinan akan melakukan pembicaraan yang “sangat terbuka” tentang pemberantasan kartel.

    Awal tahun ini, Washington menetapkan beberapa kartel Meksiko sebagai organisasi teroris.

    Sheinbaum mengatakan AS dan Meksiko hampir mencapai kesepakatan keamanan untuk memperluas kerja sama dalam memerangi kartel narkoba, tetapi ia dengan tegas menolak anggapan pemerintahan Trump bahwa Meksiko dapat melakukan operasi militer sepihak di Meksiko.

    Militer AS telah meningkatkan pengawasan udara terhadap kartel narkoba Meksiko, dan Trump telah memberi wewenang kepada Pentagon untuk mulai menggunakan kekuatan militer terhadap kelompok-kelompok tersebut.

    Peningkatan jumlah kapal perang baru-baru ini di Karibia selatan juga merupakan bagian dari upaya menindaklanjuti janji Trump untuk menindak tegas kartel.

    “Itu mungkin isu yang paling sensitif,” ujar Will Freeman, seorang peneliti studi Amerika Latin di Council on Foreign Relations.

    Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan Washington berharap dapat mengumumkan langkah-langkah konkret terkait keamanan, imigrasi ilegal, dan melawan China selama kunjungan Rubio ke Meksiko dan Ekuador.

  • Produk AS Dilarang Masuk China, Begini Dampaknya

    Produk AS Dilarang Masuk China, Begini Dampaknya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China masih terus berlanjut. Terbaru, AS kembali menjegal produknya untuk dikirim ke China. Lebih spesifik, produk tersebut berupa alat manufaktur chip.

    Hal ini membuat raksasa produsen chip seperti Samsung Electronics, SK Hynix, dan TSMC, kesulitan mengekspor alat manufaktur chip ke pabrik-pabrik mereka di China. Potensi jangka panjangnya, ketiga pabrikan tersebut akan kesulitan dalam meningkatkan kemampuan pabrik-pabrik mereka di China dan berpotensi melemahkan daya saing mereka

    Dikutip dari Reuters, Rabu (3/9/2025), Washington telah mencabut status jalur cepat TSMC untuk ekspor peralatan manufaktur chip AS ke pabrik utamanya di China. AS terlebih dahulu mengambil langkah serupa untuk Samsung Electronics dan SK Hynix.

    Pemerintah AS ingin China tidak mendapatkan terlalu banyak keuntungan dari teknologi canggih AS. Pemerintahan Presiden Donald Trump telah memeriksa ulang kontrol ekspor yang dianggapnya terlalu longgar di bawah pemerintahan Biden.

    TSMC, SK Hynix, dan Samsung Electronics, hingga saat ini telah diuntungkan dari pengecualian terhadap pembatasan ketat yang diberlakukan AS terhadap ekspor terkait chip ke China.

    Hak istimewa yang dikenal sebagai status pengguna akhir yang tervalidasi akan berakhir pada 31 Desember 2025, kata TSMC. Artinya, pengiriman peralatan pembuat chip AS ke pabriknya di Nanjing setelah tanggal tersebut akan memerlukan lisensi ekspor khusus dari AS.

    Pabrik tersebut memproduksi chip node 16 nanometer dan chip node matang lainnya, alias bukan semikonduktor tercanggih TSMC. TSMC mengatakan dalam laporan tahunan tahun lalu bahwa pabriknya di Nanjing menghasilkan sekitar 2,4% dari total pendapatan.

    Produsen chip kontrak terbesar di dunia tersebut mengatakan sedang mengevaluasi situasi dan berkomunikasi dengan pemerintah AS, seraya menambahkan bahwa mereka tetap berkomitmen untuk memastikan kelancaran operasional pabrik TSMC di Nanjing.

    Kementerian Ekonomi Taiwan juga menyatakan akan terus menjalin komunikasi yang erat dengan AS dan TSMC untuk memantau perkembangan dan memberikan bantuan yang diperlukan.

    Departemen Perdagangan AS mengatakan pada pekan lalu bahwa AS berencana untuk memberikan izin kepada perusahaan asing agar dapat mengoperasikan fasilitas mereka yang ada di China, tetapi bukan untuk memperluas kapasitas atau meningkatkan teknologi.

    Meskipun saham SK Hynix dan Samsung yang memiliki fasilitas produksi substansial di China merosot setelah pengecualian mereka dicabut, saham TSMC tidak terlalu terpengaruh, diperdagangkan datar pada Rabu (3/9) waktu setempat.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • AS Kirim Kapal Perang ke Karibia, Nikaragua: Mau Gulingkan Pemerintah

    AS Kirim Kapal Perang ke Karibia, Nikaragua: Mau Gulingkan Pemerintah

    Managua

    Presiden Nikaragua Daniel Ortega menyebut pengerahan kapal-kapal perang Amerika Serikat (AS) ke kawasan Karibia, terutama ke dekat Venezuela, sebagai “sandiwara” perang narkoba. Ortega menuduh AS mengerahkan kapal-kapal perangnya dalam upaya untuk “menggulingkan pemerintah”.

    AS dalam pernyataan sebelumnya menyebut pengerahan kapal-kapal perang ke kawasan Karibia bagian selatan, dekat perairan teritorial Venezuela, merupakan operasi anti-perdagangan narkoba.

    Langkah Washington itu memicu kemarahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro, yang menyebut operasi tersebut sebagai “ancaman” bagi negaranya.

    Dalam pidatonya, seperti dilansir AFP, Rabu (3/9/2025), Ortega menuduh pemerintahan Trump mengerahkan kapal-kapal perang AS “untuk mengintimidasi pemerintah Amerika Latin”.

    “Mereka melakukannya untuk mengintimidasi rakyat dan berusaha menggulingkan pemerintah,” sebut Ortega dalam pidatonya pada Selasa (2/9).

    Tuduhan Ortega itu dilontarkan setelah Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa kapal angkatan laut AS menembaki sebuah speedboat yang mengangkut narkoba, dalam jumlah besar, dari Venezuela.

    Trump menyebut sedikitnya 11 orang, yang disebutnya sebagai “narkoteroris”, tewas dalam serangan itu.

    Dalam pernyataan kepada wartawan di Gedung Putih, Trump juga mengatakan bahwa militer AS telah mengidentifikasi para awak kapal tersebut sebagai anggota geng Venezuela, Tren de Aragua, yang telah ditetapkan oleh Washington sebagai kelompok teroris pada Februari lalu.

    Trump kemudian mengulangi tuduhannya bahwa Tren de Aragua dikendalikan oleh Maduro. Tuduhan ini telah dibantah Caracas sebelumnya.

    Ortega mengkritik pengumuman Trump tersebut.

    “Bagaimana mereka membuktikan bahwa mereka adalah pengedar narkoba dan membawa narkoba ke Amerika Serikat? Itu semua sandiwara,” sebut Ortega dalam pidatonya.

    Lihat juga Video: Kapal Perang AS USS Nimitz Lewat Perairan RI, TNI Buka Suara

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • India Tawarkan Hapus Tarif, Trump Soroti Ketimpangan Perdagangan – Page 3

    India Tawarkan Hapus Tarif, Trump Soroti Ketimpangan Perdagangan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan  bahwa India telah menawarkan untuk memangkas tarif bea masuk atau tarif impor barang dari AS hingga nol persen. Meski begitu, ia tetap menilai hubungan dagang kedua negara selama ini sebagai “bencana sepihak”.

    Dikutip dari CNN, Rabu (3/9/2025), AS menarik tarif impor sebesar 50% untuk barang asal India, termasuk penalti 25% akibat penolakan Delhi untuk menghentikan pembelian minyak dari Rusia. Tarif tinggi ini mulai berlaku pekan lalu.

    India belum memberikan tanggapan langsung atas komentar terbaru Trump. Namun, perang kata-kata soal minyak Rusia membuat hubungan Delhi dengan Washington berada di titik terendah.

    Pernyataan keras Trump juga bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi ke KTT Shanghai Co-operation Organisation (SCO) di Tianjin. Di sana, Modi bertemu Presiden China Xi Jinping serta Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Washington menuding India secara tidak langsung membantu pendanaan perang Rusia di Ukraina lewat impor minyak dan senjata.

    “India membeli sebagian besar minyak dan produk militernya dari Rusia, sangat sedikit dari AS,” tulis Trump, seraya menambahkan bahwa Delhi seharusnya sudah menurunkan tarif “bertahun-tahun lalu”.

    Sementara itu, India menegaskan impor minyak dari Rusia penting untuk memenuhi kebutuhan energi penduduknya yang besar.

    Pemerintah Delhi bahkan menyebut tarif baru dari AS sebagai kebijakan yang “tidak adil dan tidak masuk akal”.

  • Trump Akan Kirim Tentara AS ke ‘Lubang Neraka’ Chicago

    Trump Akan Kirim Tentara AS ke ‘Lubang Neraka’ Chicago

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana pengerahan tentara-tentara AS ke Chicago, yang merupakan kota terbesar ketiga di negara tersebut. Trump menyebut Chicago sebagai “lubang neraka” yang marak dengan tindak kejahatan.

    Trump, seperti dilansir AFP, Rabu (3/9/2025), tidak mengatakan lebih lanjut soal kapan dia akan memulai pengerahan tentara AS ke Chicago, yang merupakan kota terbesar di negara bagian Illinois. Chicago juga diketahui menjadi basis kuat Partai Demokrat.

    “Kita akan masuk,” kata Trump merujuk pada pengerahan tentara AS ke Chicago, saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Selasa (2/9) waktu setempat.

    Trump, dalam pernyataannya, mengutip soal korban jiwa dalam penembakan terbaru pada akhir pekan yang terjadi di Chicago.

    Trump memuji pengerahan pasukan cadangan Garda Nasional AS ke kota Los Angeles dan ibu kota Washington DC, dalam beberapa bulan terakhir, sebagai keberhasilan dalam mengurangi kejahatan di kota-kota yang dikuasai oleh Partai Demokrat tersebut.

    Pernyataan Trump itu mengonfirmasi laporan-laporan media lokal AS yang sebelumnya menyebut sang Presiden AS berencana mengerahkan ribuan personel Garda Nasional AS ke Chicago. Rencana pengerahan itu telah memicu penolakan keras dari kalangan Partai Demokrat di sana.

    Pengerahan-pengerahan semacam ini dimulai pada Juni lalu, ketika Trump secara kontroversial memerintahkan pengerahan hampir 5.000 tentara militer AS ke Los Angeles, yang pada saat itu diklaim untuk meredam unjuk rasa yang marak terhadap operasi penindakan keras imigrasi.

    Kemudian pada awal Agustus, Trump mengerahkan para personel Garda Nasional AS ke Washington DC, ibu kota AS, dalam langkah yang diklaimnya untuk menangkal masalah kejahatan yang tidak terkendali dan untuk mengambil alih kendali federal atas Departemen Kepolisian Metropolitan DC.

    Para personel Garda Nasional AS yang ada di Washington DC, sejak 24 Agustus lalu, bahkan mulai menenteng senjata api dalam patroli mereka. Sebelumnya, senjata mereka tersedia jika diperlukan, tetapi disimpan di gudang senjata.

    Pengerahan semacam itu menuai kritikan keras dari kalangan Partai Demokrat, yang berulang kali menuduh Trump memaksakan kekuasaan presiden melampaui batas konstitusionalnya.

    Tonton juga video “Trump Bantah Sakit Keras Usai 2 Hari ‘Hilang’, Ngaku Sibuk Golf” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Banyak Rumor Liar Soal Kesehatannya, Trump Bilang Gini

    Banyak Rumor Liar Soal Kesehatannya, Trump Bilang Gini

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump buka suara soal berbagai rumor liar yang beredar di media sosial tentang kondisi kesehatannya. Bahkan ada rumor yang menyebut Trump telah meninggal dunia, dan Gedung Putih menutupinya.

    Ditegaskan Trump dalam konferensi pers terbaru di Gedung Putih, seperti dilansir AFP, Rabu (3/9/2025), rumor-rumor yang beredar soal kesehatan dirinya itu hanyalah “fake news” atau “berita palsu”.

    Berbagai rumor beredar saat Trump tidak muncul ke publik dan tidak menggelar konferensi pers apa pun selama beberapa hari sepanjang pekan lalu. Hal semacam itu tergolong langka bagi sang presiden berusia 79 tahun yang sangat gemar publisitas ini.

    Sebagai orang tertua yang pernah terpilih sebagai Presiden AS, ditambah foto-foto terbaru Trump yang menunjukkan salah satu tangannya memar dan pergelangan kakinya yang bengkak, keheningan dari Gedung Putih memicu spekulasi luas bahwa ada sesuatu yang salah dengan kesehatan Trump.

    Banyak pengguna media sosial bahkan menduga Presiden ke-47 AS itu mungkin telah meninggal dunia, dan Gedung Putih menutupi hal tersebut.

    Saat reporter Fox News, Peter Doocy, bertanya kepadanya dengan nada bercanda soal rumor kematiannya, Trump menjawab: “Saya tidak melihatnya.”

    “Itu berita palsu,” tambah Trump ketika Doocy menceritakan rumor liar yang beredar.

    Pada Juli lalu, Gedung Putih mengatakan bahwa perubahan warna pada tangan kanan Trump merupakan “iritasi jaringan akibat sering berjabat tangan” dan penggunaan aspirin sebagai bagian dari perawatan kardiovaskular standar.

    Disebutkan juga oleh Gedung Putih bahwa kaki Trump yang bengkak disebabkan oleh insufisiensi pembuluh vena kronis — suatu kondisi pembuluh vena jinak yang tergolong umum. Kondisi tersebut diwarnai dengan pembuluh darah pada kaki yang rusak sehingga tidak dapat menjaga aliran darah dengan baik.

    Dokter kepresidenan AS, Sean Barbabella, dalam surat yang dirilis Gedung Putih pada saat itu mengatakan bahwa Trump “tetap dalam kondisi kesehatan yang sangat baik” meskipun mengalami kondisi tersebut.

    Trump sering membanggakan kesehatannya dan tingkat energinya yang baik, sementara pemerintah AS bahkan mengunggah gambar yang menggambarkannya sebagai “Superman”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Negara Barat Ramai-ramai Pangkas Hari Libur Nasional, Kenapa?

    Negara Barat Ramai-ramai Pangkas Hari Libur Nasional, Kenapa?

    Jakarta

    Pengurangan hari libur nasional sedang jadi tema hangat. Juli lalu, Perdana Menteri Prancis, Francois Bayrou mengusulkan untuk menghapus ‘Senin Paskah’ dan ‘Hari Kemenangan Eropa’ dari 11 hari libur nasional Prancis. Langkah tersebut menurutnya dapat membantu mengamankan anggaran, mengurangi pengeluaran negara. Bayrou bukan satu-satunya yang mengusulkan hal tersebut.

    Awal tahun 2025, Slovakia ‘memangkas’ satu hari libur nasional untuk memperbaiki situasi ekonomi negara – hal serupa dilakukan Denmark di tahun 2023, dengan menghapus libur setelah Paskah. Kopenhagen beralasan hal tersebut dilakukan untuk menciptakan ruang fiskal di tengah meningkatnya anggaran pertahanan negara.

    Presiden AS, Donald Trump, bahkan mengikuti jejak ini. 19 Juni lalu ia menulis di kanal sosial medianya “terlalu banyak hari libur di Amerika” ini berdampak kerugian “miliaran dolar.”

    Namun banyak yang menafsirkan komen tersebut sebagai pernyataan politis belaka atas ‘Juneteenth’ yang memperingati akhir dari masa perbudakan – hari libur nasional yang diusulkan di masa pemerintahan Joe Biden.

    Tapi apa benar, negara dengan sedikit hari libur nasional lebih produktif secara ekonomi?

    Tingkatkan pajak atau kesejahteraan pekerja?

    “Bukti yang mendukung gagasan ini masih terbatas,” jelas Charles Cornes, ekonom senior di lembaga konsultan Inggris Cebr, kepada DW. “Produktivitas lebih didorong oleh faktor-faktor seperti efisiensi tenaga kerja, investasi modal, keterampilan tenaga kerja, dan teknologi, bukan jumlah hari libur nasional.”

    Penelitian menunjukkan produk domestik bruto (PDB) suatu negara mungkin mengalami peningkatan kecil akibat pemotongan hari libur nasional.

    Namun studi yang dilakukan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Sentral Jerman menemukan bahwa peningkatan PDB secara proporsional jauh lebih kecil daripada pada peningkatan PDB di hari kerja.

    Secara teori, hari libur secara praktis mengurangi produktivitas secara drastis di hari tersebut. Pendapat lain juga menyatakan bahwa produktivitas pekerja turut ‘menyusut’ menjelang hari libur nasional atau setelahnya, banyak pekerja yang memilih memaksimalkan hari libur tersebut.

    Meskipun pemotongan hari libur nasional dapat meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah, namun beberapa pihak menentang dengan alasan hari libur meningkatkan kesejahteraan pekerja yang mempengaruhi produktivitasnya.

    “Ada bukti yang menunjukkan bahwa tanpa banyak hari libur, pekerja berisiko lebih tinggi mengalami kelelahan, dan ini menyebabkan penurunan kesejahteraan pekerja secara menyeluruh,” ujar Adewale Maye, analis Institut Kebijakan Ekonomi Washington kepada DW.

    Hari libur nasional dan liburan yang digaji

    Perdebatan tentang hari libur nasional meluas pada pembahasan tentang jam kerja secara keseluruhan. Jerman, Inggris, dan Belanda termasuk di antara negara-negara yang berupaya mengatasi pertumbuhan ekonomi yang sedang stagnan dengan menaikkan jam kerja rata-rata.

    Peningkatan jam kerja rata-rata merupakan gagasan yang berbeda dengan penghapusan hari libur nasional. Misalnya, di Jerman mereka yang bekerja paruh waktu diimbau untuk bekerja lebih lama. Namun peningkatan jam kerja tidak mengundang reaksi sekeras penghapusan hari libur nasional.

    Menurut sebuah studi di tahun 2020, jika hari libur nasional dan cuti tahunan yang diwajibkan secara hukum dijumlahkan, maka sebagian besar negara negara OECD terdata memiliki 30-36 hari libur. Hari libur ini merupakan hari libur yang digaji.

    AS adalah pengecualian

    Beberapa negara dengan gabungan jumlah hari libur nasional dan cuti tahunan terbanyak, seperti Austria (38), Denmark (36) dan Finlandia (36) memiliki PDB per kapita tertinggi di dunia.

    AS adalah satu-satunya negara OECD yang tidak memiliki cuti tahunan. AS memiliki 11 hari libur nasional, tetapi menurut Adewale Maye, banyak industri seperti ritel, pariwisata, dan transportasi masih beroperasi selama hari libur nasional karena para pekerja tidak dijamin secara hukum untuk mendapatkan cuti tahunan.

    Maye mengungkap bahwa selain AS, semua negara OECD lain memberikan cuti tahunan resmi tanpa merugikan perekonomian mereka. “Ekonomi negara-negara ini telah berkembang pesat, sekaligus memberikan hak bagi para pekerjanya untuk beristirahat,” jelasnya.

    Hal ini dapat menjadi argumen utama menentang hipotesis Trump – yang mengatakan pekerja AS terlalu banyak libur.

    “Masalahnya di AS bukan soal bekerja lebih banyak,” tambah Maye. “Tetapi membangun ekonomi di mana semua pekerja dan keluarga mereka merasa didukung, aman, dan dapat berkembang adalah masalah utamanya.”

    Produktivitas bukan sekadar jam kerja

    Charles Cornes mengatakan, mengingat luasnya wilayah AS, mungkin meminta bisnis untuk tutup sepanjang hari dapat berdampak negatif terhadap perekonomian. Namun, ia mengatakan hal tersebut berbeda untuk setiap sektor.

    “Hari libur justru menguntungkan sektor perhotelan dan ritel, memberi mereka dukungan di tengah tekanan dan persaingan dengan e-commerce yang berkembang selama dekade terakhir,” jelas Cornes.

    Ia menekankan bahwa produktivitas pekerja pada akhirnya bergantung pada faktor-faktor lain dan bukan hanya sekadar masalah jam kerja.

    “Misalnya, jika orang Jerman bekerja lebih sedikit tetapi menghasilkan tingkat output yang sama, hal ini tidak akan merugikan perekonomian dan justru dapat menguntungkan secara sosial dan ekonomi jika orang-orang memiliki menggunakan lebih banyak waktu luangnya untuk mencoba hal-hal baru,” jelas ekonom senior tersebut.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Rizky Nugraha

    Tonton juga video “Ada 27 Hari Libur Nasional-Cuti Bersama 2025” di sini:

    (ita/ita)

  • Panas! AS Tembaki Kapal Narkoba dari Venezuela, 11 Orang Tewas

    Panas! AS Tembaki Kapal Narkoba dari Venezuela, 11 Orang Tewas

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan sedikitnya 11 orang, yang disebutnya sebagai “narkoteroris”, tewas setelah pasukan militer AS menembaki sebuah kapal yang mengangkut narkoba dari Venezuela.

    Trump, seperti dilansir AFP, Rabu (3/9/2025), mengatakan bahwa kapal yang diserang pasukan AS itu mengangkut banyak narkoba. Dia tidak menyebut lebih lanjut soal jenis narkoba yang diangkut kapal tersebut.

    “Dalam beberapa menit terakhir, kita benar-benar menembaki sebuah kapal, sebuah kapal pengangkut narkoba, banyak sekali narkoba di dalam kapal tersebut,” kata Trump saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Selasa (2/9) waktu setempat.

    “Jadi kami mengeluarkannya,” imbuhnya merujuk pada narkoba yang ada di dalam kapal tersebut.

    “Dan masih banyak lagi yang datang dari sana. Banyak sekali narkoba yang mengalir ke negara kita, masuk untuk waktu yang lama … Ini semua berasal dari Venezuela,” sebut Trump dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters.

    Dia kemudian membagikan sebuah video via media sosial Truth Social miliknya yang tampaknya merupakan rekaman yang diambil dari drone di udara, yang menunjukkan sebuah speedboat meledak di lautan dan kemudian terbakar.

    “Serangan itu mengakibatkan tewasnya 11 teroris dalam aksi. Tidak ada pasukan AS yang terluka dalam serangan ini,” kata Trump.

    Dalam pernyataan terpisah via media sosial X, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan bahwa “militer AS melancarkan serangan mematikan … terhadap sebuah kapal narkoba yang berangkat dari Venezuela dan dioperasikan oleh organisasi yang ditetapkan sebagai narkoteroris”.

    Reuters menyebutnya sebagai operasi pertama yang diketahui sejak pemerintahan Trump baru-baru ini mengerahkan sejumlah kapal perang AS ke kawasan Karibia bagian selatan, saat ketegangan dengan Venezuela dan Presiden Nicolas Maduro memuncak.

    Trump mengatakan bahwa militer AS telah mengidentifikasi para awak kapal tersebut sebagai anggota geng Venezuela, Tren de Aragua, yang telah ditetapkan oleh Washington sebagai kelompok teroris pada Februari lalu.

    Trump kemudian mengulangi tuduhannya bahwa Tren de Aragua dikendalikan oleh Maduro. Tuduhan ini telah dibantah Caracas sebelumnya.

    Pengumuman Trump ini disampaikan menyusul semakin meningkatnya ketegangan antara AS dan Venezuela. Maduro telah menyatakan “kesiapan maksimum” untuk mempertahankan diri dari apa yang disebutnya sebagai ancaman militer AS.

    Pemerintahan Trump yang menuduh Maduro memimpin kartel narkoba, telah mengumumkan pengerahan sejumlah kapal perang AS ke Karibia selatan dalam apa yang disebut sebagai operasi anti-perdagangan narkoba. Namun pemerintahan Trump tidak secara terbuka melontarkan ancaman invasi terhadap Venezuela.

    Tonton juga video “AS Bela Israel di PBB, Sebut Kelaparan di Gaza Bukan Buatan” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Xi Jinping Siapkan Amunisi Baru Kalahkan Amerika, Trump Ketinggalan

    Xi Jinping Siapkan Amunisi Baru Kalahkan Amerika, Trump Ketinggalan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden China Xi Jinping menyiapkan strategi baru untuk menghadapi Amerika Serikat (AS) dalam persaingan kecerdasan buatan (AI). Berbeda dengan AS yang menghabiskan miliaran dolar untuk mengejar Artificial General Intelligence (AGI), China fokus pada penerapan praktis AI yang langsung bisa digunakan.

    Sejak peluncuran ChatGPT hampir tiga tahun lalu, raksasa teknologi AS seperti Google, Meta, dan OpenAI berlomba-lomba menciptakan AGI. Namun, Xi mendorong industri teknologi China untuk lebih berorientasi pada aplikasi dengan membangun alat murah dan efisien yang bisa meningkatkan produktivitas dan mudah dipasarkan.

    Langkah ini diperkuat dengan pembentukan dana investasi AI senilai US$8,4 miliar pada Januari lalu, ditambah dukungan pemerintah daerah, bank milik negara, dan rencana pembangunan pusat data di berbagai kota dalam kampanye bertajuk “AI+.”

    Pekan ini, kabinet China menegaskan ambisi lebih luas lagi, yakni mempercepat integrasi AI ke dalam riset sains, pengembangan industri, dan berbagai sektor lain untuk memberdayakan pembangunan ekonomi secara menyeluruh pada 2030.

    Selain itu, China lebih aktif mengadopsi model open-source yang bisa diunduh dan dimodifikasi secara gratis, sehingga memudahkan perusahaan lokal membangun bisnis dengan biaya rendah. Pendekatan ini turut mendorong penyebaran AI asal China ke pasar global, hingga membuat Silicon Valley ikut mengikuti jejak tersebut.

    Strategi pragmatis ini sudah terlihat di Xiong’an, kota baru di selatan Beijing. Startup lokal DeepSeek menghadirkan model AI pertanian untuk membantu petani, meningkatkan akurasi cuaca, hingga mendukung kepolisian dalam analisis kasus darurat. AI juga dipakai untuk memilah ratusan ribu panggilan warga ke hotline pemerintah 12345 setiap harinya, demikian dikutip dari Wall Street Journal, Rabu (3/9/2025).

    Sementara AS tengah terjebak pada ambisi AGI, yang realisasinya masih belum pasti, China memilih jalur implementasi nyata. Dengan keterbatasan akses chip canggih akibat sanksi dagang AS, strategi Xi dianggap sebagai cara cerdas untuk tetap kompetitif.

    “Biarkan AS menanggung biaya eksplorasi teknologi. China bisa menjadi pengikut cepat atau pihak yang lebih fokus pada optimalisasi implementasi,” kata Jeffrey Ding, profesor di George Washington University.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Trump Ogah Turunkan Tarif Impor 50% untuk India

    Trump Ogah Turunkan Tarif Impor 50% untuk India

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan tidak akan menurunkan tarif impor India setelah menggandakan bea menjadi 50% sebagai hukuman atas pembelian minyak Rusia.

    Saat ditanya apakah akan memangkas sebagian tarif yang telah dijatuhkan, Trump menjawab singkat, “tidak”.

    “Kami berhubungan baik dengan India,” ujar Trump dalam sebuah acara di Gedung Putih dikutip dari Bloomberg, Rabu (3/9/2025). 

    Namun, dia menilai hubungan dagang kedua negara selama ini tidak seimbang akibat tingginya tarif impor yang diberlakukan New Delhi.

    “India selama bertahun-tahun menerapkan tarif yang sangat tinggi, mungkin yang tertinggi di dunia,” katanya.

    Kebijakan tarif AS tersebut mengejutkan pejabat India, meski kedua negara telah menjalani negosiasi berbulan-bulan. Menurut pejabat perdagangan, tarif tinggi dan kebijakan proteksionis India kerap membuat frustrasi tim negosiator Washington.

    Trump awalnya menetapkan bea masuk 25% untuk produk ekspor India, sebelum menggandakannya menjadi 50% pekan lalu. Langkah ini berdampak pada lebih dari 55% barang yang dikirim ke AS, pasar ekspor terbesar bagi India.

    AS keberatan atas keputusan India melanjutkan pembelian energi dari Rusia, yang menurut New Delhi diperlukan untuk menjaga harga minyak domestik tetap rendah. 

    Para pengkritik menilai pembelian energi oleh India dan China justru membantu menopang ekonomi Rusia dan melemahkan efektivitas sanksi Barat yang ditujukan untuk menghentikan perang di Ukraina.

    Trump mengatakan dirinya memantau secara ketat langkah Presiden Rusia Vladimir Putin terkait upaya pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, serta mengisyaratkan adanya kemungkinan langkah tambahan jika negosiasi tidak berkembang.

    Sementara itu, Trump sempat menulis di media sosial pada Senin bahwa India menawarkan memangkas tarifnya hingga nol. Namun, dia tidak menjelaskan kapan tawaran itu disampaikan atau apakah Gedung Putih berencana membuka kembali perundingan dagang dengan New Delhi.

    “Mereka seharusnya melakukan itu sejak lama. Sekarang sudah terlambat,” ucap Trump.