kab/kota: Washington

  • Iran Tak Yakin Israel Bakal Tepati Janji Perdamaian di Jalur Gaza

    Iran Tak Yakin Israel Bakal Tepati Janji Perdamaian di Jalur Gaza

    Jakarta

    Iran menyatakan tidak yakin bahwa musuh bebuyutannya, Israel, akan menghormati ketentuan gencatan senjata Gaza yang dimulai. Diketahui konflik telah berlangsung selama dua tahun.

    “Kami memperingatkan tentang tipu muslihat dan pengkhianatan rezim Zionis (Israel) terkait perjanjian-perjanjian sebelumnya… Sama sekali tidak ada kepercayaan terhadap rezim Zionis,” kata Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi, merujuk pada gencatan senjata sebelumnya yang telah dilanggar, termasuk di Lebanon, dilansir AFP, Minggu (12/10/2025).

    Araghchi tetap menegaskan kembali dukungan Iran terhadap gencatan senjata tersebut. Ia mengatakan “setiap rencana yang bertujuan untuk menghentikan kejahatan (Israel) ini selalu kami dukung”.

    Kementerian Luar Negeri Iran pada hari Kamis menyatakan bahwa Republik Islam tersebut selalu mendukung setiap tindakan dan inisiatif yang mencakup penghentian perang genosida, penarikan pasukan pendudukan, pengiriman bantuan kemanusiaan, pembebasan tahanan Palestina, dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat Palestina.

    Iran dan Israel terlibat dalam perang 12 hari pada bulan Juni yang dimulai ketika Israel melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap instalasi nuklir dan militer Iran.

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump akan terbang ke Israel dan Mesir pada akhir pekan ini, setelah gencatan senjata Gaza disepakati. Trump dijadwalkan akan menyampaikan pidato di parlemen Israel, Knesset, dan menghadiri seremoni penandatanganan perjanjian gencatan senjata yang digelar di Mesir.

    Kunjungan singkat ke Israel dan Mesir ini, seperti dilansir The Washington Times, Sabtu (11/10/2025), dikonfirmasi oleh Trump sendiri saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Jumat (10/10) waktu setempat.

    “Saya akan pergi ke Israel. Saya akan berpidato di Knesset, saya rasa, lebih awal, dan kemudian saya akan pergi ke Mesir. Mereka luar biasa,” kata Trump.

    Dia mengatakan dirinya akan kembali ke Washington DC pada Selasa (14/10) malam, karena akan memberikan medali kebebasan anumerta kepada mendiang Charlie Kirk, aktivis konservatif AS yang dibunuh bulan lalu. Istri mendiang Kirk, Erika, akan menerima penghargaan tersebut.

    (azh/azh)

  • Pejabat Hamas Klaim Tak Akan Tandatangani Kesepakatan Damai Resmi di Mesir

    Pejabat Hamas Klaim Tak Akan Tandatangani Kesepakatan Damai Resmi di Mesir

    Jakarta

    Seorang pejabat Hamas mengatakan bahwa kelompoknya tidak akan berpartisipasi dalam penandatanganan resmi perjanjian damai Gaza di Mesir. Hal ini dikatakan usai adanya kesepakatan damai awal yang disampaikan Presiden AS Donald Trump.

    “Soal penandatanganan resmi kami tidak akan terlibat,” kata anggota biro politik Hossam Badran dalam sebuah wawancara, dan menambahkan bahwa Hamas bertindak terutama melalui mediator Qatar dan Mesir selama perundingan gencatan senjata di Mesir, dilansir AFP, Sabtu (11/10/2025).

    Badran menyebut Hamas siap melawan jika perjanjian damai Donald Trump gagal dan permusuhan dengan Israel kembali terjadi di Jalur Gaza.

    “Kami berharap tidak akan kembali berperang, tetapi rakyat Palestina dan pasukan perlawanan kami niscaya akan menghadapi dan menggunakan semua kemampuan mereka untuk menangkal agresi ini jika pertempuran ini dipaksakan,” kata anggota biro politik Hossam Badran kepada AFP.

    Trump Terbang ke Mesir

    Sebelumnya, Donald Trump akan terbang ke Israel dan Mesir pada akhir pekan ini, setelah gencatan senjata Gaza disepakati. Trump dijadwalkan akan menyampaikan pidato di parlemen Israel, Knesset, dan menghadiri seremoni penandatanganan perjanjian gencatan senjata yang digelar di Mesir.

    Kunjungan singkat ke Israel dan Mesir ini, seperti dilansir The Washington Times, Sabtu (11/10/2025), dikonfirmasi oleh Trump sendiri saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Jumat (10/10) waktu setempat.

    “Saya akan pergi ke Israel. Saya akan berpidato di Knesset, saya rasa, lebih awal, dan kemudian saya akan pergi ke Mesir. Mereka luar biasa,” kata Trump.

    Dia mengatakan dirinya akan kembali ke Washington DC pada Selasa (14/10) malam, karena akan memberikan medali kebebasan anumerta kepada mendiang Charlie Kirk, aktivis konservatif AS yang dibunuh bulan lalu. Istri mendiang Kirk, Erika, akan menerima penghargaan tersebut.

    (azh/azh)

  • Perang Dagang AS vs China Memanas, Trump Umumkan Kebijakan Baru

    Perang Dagang AS vs China Memanas, Trump Umumkan Kebijakan Baru

    Bisnis.com, JAKARTA — Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China memanas usai Presiden Donald Trump kembali memperketat kebijakan perdagangan terhadap negeri Panda tersebut.

    Mengutip laporan Reuters, Sabtu (11/10/2025), Trump mengumumkan rencana kenaikan tarif hingga 100% terhadap seluruh ekspor China ke AS, disertai dengan pembatasan baru atas ekspor perangkat lunak penting mulai 1 November. Kebijakan tersebut diumumkan sembilan hari sebelum berakhirnya masa keringanan tarif yang saat ini masih berlaku.

    Langkah ini diambil sebagai tanggapan atas keputusan Beijing yang memperluas kontrol ekspor terhadap mineral langka (rare earth elements), komponen penting dalam industri teknologi seperti kendaraan listrik, mesin pesawat, dan radar militer. China saat ini menguasai lebih dari 90% pasokan global mineral tersebut.

    Trump menyebut langkah China mengejutkan, menandai keretakan terbesar dalam hubungan kedua negara dalam enam bulan terakhir.

    “Untuk setiap unsur yang mereka kuasai, kami memiliki dua,” kata Trump.

    Selain tarif baru, Trump juga mengancam akan membatasi ekspor pesawat dan suku cadangnya ke China. Sumber di lingkaran pemerintah AS menyebutkan Gedung Putih sedang menyiapkan daftar tambahan produk yang akan menjadi target kebijakan baru ini.

    Trump bahkan meragukan rencana pertemuannya dengan Presiden China Xi Jinping, yang dijadwalkan tiga minggu lagi di Korea Selatan. “Sekarang tampaknya tidak ada alasan untuk melanjutkan,” tulisnya di platform Truth Social.

    Namun di Gedung Putih, dia menegaskan belum membatalkannya dan kemungkinan tetap akan dilaksanakan. Pihak Beijing sendiri belum mengonfirmasi rencana pertemuan tersebut.

    Pernyataan Trump memicu kepanikan di pasar global. Indeks S&P 500 anjlok lebih dari 2%, menjadi penurunan harian terbesar sejak April. 

    Investor beralih ke aset aman seperti emas dan obligasi AS, sementara nilai dolar melemah terhadap beberapa mata uang utama. Saham-saham teknologi juga jatuh tajam pada perdagangan setelah jam bursa. Craig Singleton, analis dari Foundation for Defense of Democracies, menilai langkah Trump bisa menandai akhir dari gencatan tarif antara Washington dan Beijing. 

    “AS melihat langkah ekspor China sebagai bentuk pengkhianatan. Beijing tampaknya terlalu percaya diri,” ujarnya.

    Dalam unggahan di media sosial, Trump menuduh China telah mengirimkan surat ke berbagai negara untuk memberi tahu bahwa mereka akan membatasi ekspor semua unsur terkait produksi mineral langka. 

    Dia mengklaim telah menerima keluhan dari negara-negara lain yang merasa dirugikan oleh kebijakan tersebut. Sementara itu, pemerintah China menambah lima jenis mineral dan puluhan teknologi pemurnian baru ke dalam daftar ekspor yang dibatasi, serta mewajibkan produsen asing yang menggunakan bahan asal China untuk mematuhi aturan tersebut.

    Ketegangan ekonomi ini menambah daftar panjang gesekan antara dua negara. Sehari sebelumnya, pemerintahan Trump mengusulkan pelarangan maskapai China terbang melintasi wilayah udara Rusia untuk rute ke dan dari AS. 

    Komisi Komunikasi Federal AS (FCC) juga melaporkan jutaan produk elektronik China telah dihapus dari situs e-commerce besar di AS karena melanggar ketentuan impor.

    Para analis menilai, KTT APEC di Korea Selatan pada akhir Oktober bisa menjadi titik krusial bagi hubungan ekonomi AS–China, terutama jika pertemuan Trump–Xi tetap berlangsung.

    “Situasi ini akan menjadi menarik. Kedua pihak tampaknya sedang meningkatkan tekanan agar lawannya mengalah menjelang APEC atau sebaliknya, mereka sudah menganggap kesepakatan di APEC mustahil dan kini berupaya memperkuat posisi tawar masing-masing untuk babak berikutnya,” kata pakar ekonomi China di Center for Strategic and International Studies (CSIS), Scott Kennedy. 

  • Trump Ancam Batasi Ekspor Suku Cadang Boeing ke China, Mengapa?

    Trump Ancam Batasi Ekspor Suku Cadang Boeing ke China, Mengapa?

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan ancaman dagang terhadap China. Kali ini, Washington mengancam akan membatasi ekspor suku cadang pesawat Boeing sebagai respons atas langkah Beijing yang membatasi ekspor rare earth minerals alias mineral logam tanah jarang atau unsur tanah jarang. 

    Adapun, rare earth minerals merupakan bahan penting untuk memproduksi perangkat elektronik, kendaraan listrik, dan sistem pertahanan modern.

    Melansir Reuters, Trump menilai pembatasan itu bisa menjadi tekanan baru bagi China yang selama ini menjadi pasar besar bagi Boeing.

    “Kami memiliki banyak hal, termasuk hal besar seperti pesawat. Mereka [China] memiliki banyak pesawat Boeing dan mereka membutuhkan suku cadang serta banyak hal lain seperti itu,” ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih ketika ditanya barang apa yang bisa dikenai pembatasan ekspor oleh AS, mengutip Reuters, Sabtu (11/10/2025).

    Sejak menjabat, Trump memang kerap menjadikan Boeing sebagai salah satu alat diplomasi ekonominya. Pada masa perang dagang sebelumnya, China bahkan sempat menunda pengiriman pesawat Boeing baru ke sejumlah maskapai domestiknya.

    Boeing sendiri tengah berupaya memperkuat pijakannya di pasar China. Bloomberg melaporkan, produssen pesawat asal AS itu sedang dalam pembicaraan untuk menjual hingga 500 unit jet ke China, yang akan menjadi kontrak besar pertama sejak masa jabatan pertama Trump.

    Meski demikian, analis kedirgantaraan dari Leeham Co., Scott Hamilton, menilai ancaman Trump tidak akan berdampak besar pada kinerja Boeing. “Ibaratnya hanya seperti amplas di kulit Boeing,” ujarnya.

    Dulu, China menyumbang sekitar 25% dari total pesanan Boeing, tetapi kini porsinya menyusut menjadi kurang dari 5%. Berdasarkan data Cirium, maskapai China masih memesan 222 unit pesawat Boeing, terdapat 1.855 unit sudah beroperasi di sana sebagian besar merupakan Boeing 737.

    Jika pembatasan ekspor benar terjadi, efek domino juga bisa dirasakan oleh CFM International, perusahaan patungan antara GE Aerospace dari Amerika Serikat dan Safran dari Prancis yang memproduksi mesin LEAP yakni mesin jet generasi baru yang digunakan pada pesawat Boeing 737 MAX. Selain itu, General Electric (GE) juga membuat mesin untuk pesawat Boeing 777 dan 787 Dreamliner, dua jenis jet berbadan lebar yang digunakan sejumlah maskapai di China.

    Sementara itu, rival Boeing, Airbus, tercatat memiliki 185 pesanan dari pelanggan China dan memproduksi sekitar empat pesawat A320 per bulan di fasilitasnya di Tianjin.

    China sendiri tengah mempercepat pengembangan pesawat buatan dalam negeri lewat COMAC C919, yang digadang-gadang menjadi pesaing A320 dan 737.

    Namun, pembatasan ekspor suku cadang dari AS membuat produksi C919 berjalan lambat. Hingga September, COMAC baru mengirim lima dari 32 pesawat yang dijanjikan tahun ini.

  • Video: Trump Murka! Patok Tarif 100% ke China & Ogah ketemu Xi Jinping

    Video: Trump Murka! Patok Tarif 100% ke China & Ogah ketemu Xi Jinping

    Jakarta, CNBC Indonesia– Langkah China memperketat ekspor mineral penting logam tanah jarang ke Amerika Serikat memantik kemarahan Presiden AS, Donald Trump.

    Melalui unggahan di Truth Sovial pada hari Jum’at 10 Oktober 2025, Trump menghidupkan kembali perang dagang melawan Beijing, mengakhiri gencatan senjata antara dua ekonomi terbesar tersebut dan terang-terangan menyebut tak ada alasan untuk bertemu Xi Jinping Dalam waktu 2 pekan mendatang seperti yang direncanakan sebelumnya.

    Trump mengumumkan pungutan tambahan sebesar 100% terhadap ekspor Tiongkok ke AS, beserta kontrol ekspor baru terhadap “semua perangkat lunak penting” paling lambat 1 November, sembilan hari sebelum keringanan tarif yang ada berakhir.

    Langkah-langkah perdagangan baru ini merupakan reaksi Trump terhadap Tiongkok yang secara dramatis memperluas kontrol ekspor unsur tanah jarangnya. Tiongkok mendominasi pasar untuk unsur-unsur tersebut, yang penting bagi manufaktur teknologi.

    Tindakan tersebut menandakan keretakan hubungan terbesar dalam enam bulan antara Beijing dan Washington – pabrik terbesar di dunia dan konsumen terbesarnya. Banyak yang mempertanyakan apakah peredaan ketegangan ekonomi yang sulit dicapai selama musim panas dapat bertahan.

  • Alasan Trump Mendadak Ngamuk Naikkan Tarif 100% ke China

    Alasan Trump Mendadak Ngamuk Naikkan Tarif 100% ke China

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi menghidupkan kembali perang dagang dengan China. Pada Jumat (10/10/2025), ia mengumumkan kenaikan tarif impor hingga 100% terhadap produk asal Beijing.

    Melansir Reuters, Trump juga mengeluarkan kontrol ekspor baru untuk “semua perangkat lunak penting” terhadap China mulai 1 November atau sembilan hari sebelum masa keringanan tarif berakhir.

    Langkah ini diambil setelah China memperluas kontrol ekspor terhadap unsur tanah jarang, bahan krusial bagi industri teknologi global, mulai dari kendaraan listrik hingga radar militer.

    “Itu mengejutkan. Saya pikir itu sangat, sangat buruk,” ujar Trump di Gedung Putih menanggapi kebijakan China. “Untuk setiap elemen yang berhasil mereka monopoli, kita punya dua.”

    Trump juga sempat menyebut bahwa pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping di Korea Selatan, yang dijadwalkan tiga minggu mendatang, kemungkinan besar dibatalkan.

    “Sekarang tampaknya tidak ada alasan untuk melakukannya,” tulisnya di platform Truth Social. Meski begitu, ia menambahkan, “Saya belum membatalkan. Saya berasumsi kita mungkin akan mengadakannya.”

    Alasan Trump Ngamuk ke Beijing

    Menurut sejumlah analis, kemarahan Trump dipicu oleh langkah Beijing yang dianggap mengkhianati semangat gencatan senjata tarif yang dicapai awal tahun ini.

    “Postingan Trump bisa jadi awal dari berakhirnya gencatan senjata tarif,” kata Craig Singleton, pakar China di Foundation for Defense of Democracies. “Washington menilai langkah ekspor kontrol Beijing sebagai pengkhianatan. Beijing tampaknya telah bertindak berlebihan.”

    China diketahui memproduksi lebih dari 90% logam tanah jarang dunia, yang menjadi tulang punggung banyak sektor industri strategis. Keputusan Beijing memperketat pengendalian ekspor ini dinilai sebagai “perintah bersaing” yang mengancam kepentingan industri AS.

    “Trump merasa harus membalas secara finansial karena langkah China itu mengancam dominasi teknologi dan keamanan ekonomi AS,” ujar Scott Kennedy, analis di Center for Strategic and International Studies (CSIS).

    Dampak Langsung ke Pasar

    Reaksi pasar terhadap keputusan Trump terbilang cepat. Indeks S&P 500 merosot lebih dari 2%, penurunan harian terbesar sejak April. Saham-saham teknologi juga anjlok dalam perdagangan pasca-pasar, sementara investor berbondong-bondong mencari aset aman seperti emas dan surat utang AS.

    Selain tarif, Trump juga mengancam akan menerapkan kontrol ekspor baru untuk pesawat dan komponennya, langkah yang dapat memperluas dampak perang dagang ke sektor manufaktur besar.

    Ketegangan terbaru ini memperumit rencana pertemuan kedua negara di sela-sela KTT APEC di Korea Selatan akhir Oktober. Para analis menilai kedua pihak kini tengah memainkan strategi tekanan untuk memperkuat posisi tawar sebelum forum tersebut.

    “Mereka sama-sama meningkatkan tensi menjelang APEC,” ujar Kennedy. “Trump ingin menunjukkan ketegasan, sementara Beijing menguji seberapa jauh Washington berani menekan.”

    Dengan retaknya kembali hubungan dua ekonomi terbesar dunia, pasar kini menanti apakah Trump benar-benar akan menjalankan tarif 100% itu, atau hanya menggertak untuk mendorong konsesi baru dari China.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Trump Kenakan Tarif Baru 100% ke Xi Jinping, AS dan China Perang Dagang Lagi?

    Trump Kenakan Tarif Baru 100% ke Xi Jinping, AS dan China Perang Dagang Lagi?

    Washington

    Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif tambahan 100 persen untuk China. Ia juga mengancam akan membatalkan pertemuan puncak dengan Presiden China Xi Jinping yang kembali memicu perang dagang antara AS dan China.

    Dilansir AFP, Sabtu (11/10/2025), Trump mengatakan pungutan tambahan tersebut, ditambah kontrol ekspor AS atas “semua perangkat lunak penting”. Tarif baru tersebut akan berlaku mulai 1 November 2025 sebagai balasan atas apa yang disebutnya sebagai langkah “luar biasa agresif” Beijing.

    “Mustahil dipercaya Tiongkok akan mengambil tindakan seperti itu, tetapi mereka telah melakukannya, dan sisanya adalah Sejarah,” ujar Trump di Truth Social.

    Pasar saham jatuh seiring memanasnya kembali perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, dengan Nasdaq turun 3,6 persen dan S&P 500 turun 2,7 persen.

    Barang-barang Tiongkok saat ini menghadapi tarif AS sebesar 30 persen, di bawah tarif yang diberlakukan Trump sambil menuduh Beijing membantu perdagangan fentanil, dan atas dugaan praktik tidak adil.

    Trump telah mengancam tarif beberapa jam sebelumnya dalam sebuah unggahan panjang yang mengejutkan di jejaring sosial Truth Social miliknya yang menyatakan bahwa Tiongkok telah mengirimkan surat ke negara-negara di seluruh dunia yang merinci kontrol ekspor mineral tanah jarang. Elemen tanah jarang sangat penting untuk memproduksi segala hal, mulai dari ponsel pintar dan kendaraan listrik hingga perangkat keras militer dan teknologi energi terbarukan. Tiongkok mendominasi produksi dan pemrosesan global bahan-bahan ini.

    “Tidak mungkin Tiongkok dibiarkan ‘menawan’ dunia,” tulis Trump, menggambarkan sikap Tiongkok sebagai “sangat bermusuhan”.

    Presiden AS kemudian mempertanyakan rencananya untuk bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) akhir bulan ini. Pertemuan itu, seharusnya, akan menjadi pertemuan pertama antara para pemimpin dari dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia sejak Trump kembali berkuasa pada bulan Januari.

    “Saya seharusnya bertemu Presiden Xi dalam dua minggu, di APEC, di Korea Selatan, tetapi sekarang tampaknya tidak ada alasan untuk melakukannya,” tulisnya.

    Trump kemudian mengatakan kepada para wartawan di Ruang Oval bahwa ia belum membatalkan pertemuan tersebut.

    “Saya belum membatalkannya, tetapi saya tidak tahu apakah kita akan mengadakannya. Tetapi saya akan tetap hadir, jadi saya berasumsi kita mungkin akan mengadakannya,” katanya.

    Halaman 2 dari 2

    (maa/maa)

  • Ketua DEN Luhut Bertemu Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, Bahas Apa Saja? – Page 3

    Ketua DEN Luhut Bertemu Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, Bahas Apa Saja? – Page 3

    Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa negosiasi digital antara Indonesia dan Amerika Serikat sementara terhenti akibat shutdown pemerintahan di Washington.

    Kondisi tersebut membuat berbagai kegiatan pemerintahan di AS, termasuk perundingan ekonomi, harus dihentikan sementara hingga pemerintah mereka kembali beroperasi normal.

    “Jadi, tim negosiasi berunding melalui Zoom, tetapi dengan adanya shutdown di Amerika, itu termasuk kita juga kena shutdown. Artinya, negosiasinya sementara terhenti,” kata Airlangga dalam konferensi pers Perundingan ASEAN DEFA putaran ke – 14 di Jakarta, Selasa (7/10/2025).

    Airlangga menjelaskan bahwa negosiasi digital dengan AS merupakan bagian dari pembahasan kerja sama ekonomi yang lebih luas, termasuk proposal resiprokal dalam sektor perdagangan digital dan ekonomi berbasis data.

    Meski mengalami penundaan, pemerintah Indonesia tetap memantau perkembangan situasi dan siap melanjutkan perundingan begitu kondisi di AS kembali normal.

     

  • Pilu! Cerita Wanita di AS Temani Kedua Orang Tuanya Jalani ‘Bunuh Diri Medis’

    Pilu! Cerita Wanita di AS Temani Kedua Orang Tuanya Jalani ‘Bunuh Diri Medis’

    Jakarta

    CATATAN: Depresi dan munculnya keinginan bunuh diri bukanlah hal sepele. Kesehatan jiwa merupakan hal yang sama pentingnya dengan kesehatan tubuh atau fisik. Jika gejala depresi semakin parah, segeralah menghubungi dan berdiskusi dengan profesional seperti psikolog, psikiater, maupun langsung mendatangi klinik kesehatan jiwa. Konsultasi online secara gratis juga bisa diakses melalui laman Healing119.id.

    Corrine Gregory Sharpe (61) menceritakan pengalaman pilu menemani kedua orang tuanya, Eva dan Druse Neumann ,untuk menjalani bunuh diri medis melalui prosedur Medical Aid in Dying (MAID). Setelah empat tahun berlalu sejak prosedur MAID dilaksanakan pada 2021, Corrine akhirnya berani menceritakan kisahnya.

    Prosedur MAID dapat dilakukan karena Undang-undang negara bagian Washington, Amerika Serikat, tempatnya tinggal memperbolehkan pasien penyakit terminal untuk mengakhiri hidup secara medis. Berbeda dengan euthanasia atau suntik mati, MAID dilakukan dengan resep obat dari dokter.

    Corrine menceritakan ibunya yang bernama Eva pada usia 92 dikenal sangat aktif. Sampai, pada Mei 2018 Eva didiagnosis mengalami aortic stenosis, penyempitan katup jantung yang menghambat aliran darah. Saat itu, dokter memperkirakan Eva hanya akan hidup 18 bulan sampai 2 tahun, tanpa operasi.

    Corrine menuturkan saat itu ibunya enggan menjalani operasi, karena tak ada jaminan itu akan memperpanjang hidupnya. Eva lantas memutuskan untuk menjalani hidupnya secara alami.

    Ayah Corrine, Druse sulit menerima keputusan yang diambil istrinya itu, sampai pada April 2021, Eva jatuh sakit dan harus dirawat. Seminggu setelah kejadian itu, Druse mulai menunjukkan gejala mirip stroke, bicaranya mulai tidak jelas dan melantur.

    Dokter mengatakan Druse terkena stroke ringan akibat stres berat istrinya jauh sakit. Akhirnya, Druse dan Eva dirawat di pusat rehabilitasi yang sama.

    Pada Juni 2021, Eva memutuskan untuk menjalani prosedur MAID. Corrine mengatakan ibunya itu tidak pernah takut akan kematian.

    Berbeda dengan Eva, Druse sangat takut mati. Ketika mendengar keputusan istrinya itu, Druse merasa begitu terpukul.

    “Apa yang terjadi padaku jika dia pergi lebih dulu?” kata Corrine menirukan ucapan ayahnya yang takut ditinggal Eva dikutip dari Mirror, Jumat (10/10/2025).

    Setelah melalui proses berpikir panjang, Druse juga akhirnya juga mengikuti program MAID. Corrine menyebut itu adalah momen yang begitu menyakitkan, mengingat ia akan kehilangan kedua orang tuanya sekaligus. Namun, di satu sisi ia berusaha menghargai keputusan kedua orang tuanya.

    Eva dan Druse memilih 13 Agustus 2021 sebagai tanggal kematian mereka. Semenjak tanggal itu ditentukan, Corrine, Eva, dan Druse lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Corrine bahkan ikut tidur bersama sang ibu, sehari sebelum waktu itu tiba.

    “Aku duduk di teras bersama ibu, lalu dia naik ke tempat tidur. Aku bertanya apakah aku boleh berbaring di sebelahnya sebentar, itu terasa sempurna,” kata Corinne.

    Keesokan harinya, Corrine bersama sang suami menemani Eva dan Druse ketika obat untuk MAID disiapkan. Prosesnya biasanya berlangsung selama beberapa jam, tapi kedua orang tua Corrine meninggal dalam waktu kurang dari satu jam.

    “Mereka duduk di tempat tidur mereka sendiri, saling bergandengan tangan, berbicara satu sama lain, lalu meminum obat itu. Kami menyalakan musik, bersulang dengan segelas anggur, dan sekitar 10 menit setelah mereka meminumnya, mereka tertidur,” cerita Corrine.

    “Mereka pergi ke tempat yang tidak bisa kami ikuti, dan rasanya sungguh tak terbayangkan,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 3

    (avk/suc)

  • Narendra Modi Telepon Trump, Hasilkan Perjanjian Dagang India-AS Makin Cerah

    Narendra Modi Telepon Trump, Hasilkan Perjanjian Dagang India-AS Makin Cerah

    Bisnis.com, JAKARTA — Perdana Menteri India Narendra Modi melakukan panggilan telepon dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk membahas kemajuan perundingan dagang. Terdapat kemajuan untuk memecahkan kebuntuan negosiasi tarif impor.

    Berdasarkan keterangan di akun media sosial resminya, Modi mulanya mengucapkan selamat kepada Trump atas penyampaian rencana gencatan senjata Israel-Hamas. Hal itu menjadi panggilan telepon kedua antara Modi dan Trump dalam sebulan terakhir, karena kedua negara berupaya meredakan ketegangan terkait tarif impor dan hubungan India-Rusia.

    Modi menyebut Trump sebagai sahabatnya, dan mengatakan bahwa mereka telah mencapai kemajuan yang baik terkait negosiasi dagang.

    “Juga meninjau kemajuan baik yang dicapai dalam negosiasi perdagangan. Sepakat untuk tetap berhubungan erat selama beberapa pekan mendatang,” tulis Modi dalam cuitannya, dikutip pada Jumat (10/10/2025).

    Dilansir dari Bloomberg, panggilan telepon itu menjadi bagian dari pola lebih luas dari pembaruan hubungan antara New Delhi dengan Washington.

    Perkembangan itu menandakan bahwa kedua belah pihak masih mengincar kesepakatan perdagangan pada musim gugur ini. Kedua belah pihak melanjutkan negosiasi bulan lalu, sekitar waktu yang sama ketika Modi dan Trump berbicara pada hari ulang tahun pemimpin India tersebut.

    “Panggilan telepon tersebut menunjukkan bahwa saluran dialog masih terbuka. Namun, kami telah melihat banyak pasang surut dalam dua bulan terakhir untuk menarik kesimpulan yang jelas,” kata ekonom Nomura Holdings Inc., Sonal Varma, dilansir dari Bloomberg.

    Spoke to my friend, President Trump and congratulated him on the success of the historic Gaza peace plan. Also reviewed the good progress achieved in trade negotiations. Agreed to stay in close touch over the coming weeks. @POTUS @realDonaldTrump

    — Narendra Modi (@narendramodi) October 9, 2025

    Meskipun India termasuk negara pertama yang memulai perundingan perdagangan dengan pemerintahan Trump, kedua belah pihak gagal mencapai kesepakatan setelah lima putaran diskusi. Negosiasi terhenti sebagian karena hubungan dekat New Delhi dengan Moskow dan keengganannya untuk membuka pasar susu dan pertaniannya.

    Perusahaan penyulingan India terus membeli minyak dari Rusia, tetapi New Delhi telah membuat beberapa konsesi di awal negosiasi, termasuk menawarkan untuk mengurangi tarif barang-barang industri menjadi nol jika AS membalas.

    Sebuah tim AS yang dipimpin oleh Asisten Perwakilan Dagang Brendan Lynch mengunjungi New Delhi bulan lalu untuk membantu menyelesaikan perbedaan pendapat. Menteri Perdagangan India Piyush Goyal juga melakukan perjalanan ke Washington pada September 2025 sebagai bagian dari upaya untuk memulihkan hubungan perdagangan.

    Duta besar Amerika Serikat (AS) untuk India Sergio Sor, yang baru diangkat beberapa waktu ini, beserta Wakil Menteri Manajemen dan Sumber Daya AS Michael J. Rigas akan berkunjung ke India pada 9—14 Oktober 2025. Keduanya akan bertemu dengan sejumlah delegasi pemerintah India untuk membahas berbagai isu bilateral.