kab/kota: Washington

  • Putra Mahkota Saudi Mau Bangun Lagi Gaza dengan Syarat, Bagaimana Sikap AS?

    Putra Mahkota Saudi Mau Bangun Lagi Gaza dengan Syarat, Bagaimana Sikap AS?

    Washington DC

    Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MbS), menyampaikan kesediaannya membangun ulang Gaza, Palestina, yang hancur diserang Israel dengan syarat saat bertemu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken. Adapun syarat dari MbS itu ialah Israel harus memberikan jalan agar Palestina secara resmi menjadi sebuah negara.

    MbS juga disebut bersedia melakukan normalisasi hubungan Saudi dengan Israel jika Palestina resmi menjadi sebuah negara. Lalu, bagaimana sikap AS yang selama ini mendukung Israel terhadap syarat dari MbS?

    Dilansir situs resmi US Department of State (Kemlu AS) dan Associated Press, Minggu (21/1/2024), Blinken melakukan perjalan ke Saudi dan bertemu dengan MBS di Al’Ula pada 8 Januari 2024. Blinken dan MbS disebut membahas sejumlah hal mulai dari masalah kemanusiaan di Gaza hingga serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah.

    “Menteri menggarisbawahi perlunya segera mengatasi situasi kemanusiaan di Gaza dan mencegah penyebaran konflik lebih lanjut. Menlu dan Putra Mahkota membahas upaya yang sedang berlangsung untuk mengurangi ketegangan regional, termasuk pencegahan serangan Houthi terhadap pelayaran komersial di Laut Merah. Menteri Blinken menekankan pentingnya membangun kawasan yang lebih aman, sejahtera, dan terintegrasi, termasuk melalui pembentukan negara Palestina yang merdeka. Mereka juga membahas pentingnya kemitraan strategis antara Amerika Serikat dan Arab Saudi,” demikian keterangan dari situs resmi Kemlu AS.

    Blinken mengklaim Arab Saudi, Yordania, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Turki telah sepakat untuk memulai rencana rekonstruksi dan pemerintahan Gaza setelah perang Israel melawan Hamas berakhir. Negara-negara tersebut sebelumnya menolak seruan AS untuk memulai perencanaan pascaperang dan bersikeras harus ada gencatan senjata dan pengurangan penderitaan warga sipil yang disebabkan oleh serangan militer Israel terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober.

    “Ke mana pun saya pergi, saya menemukan para pemimpin yang bertekad untuk mencegah meluasnya konflik yang kita hadapi sekarang, melakukan segala kemungkinan untuk mencegah eskalasi guna mencegah perluasan konflik,” kata Blinken kepada wartawan usai bertemu MbS seperti dilaporkan AP.

    “Para pemimpin setuju untuk bekerja sama dan mengkoordinasikan upaya kami untuk membantu stabilisasi dan pemulihan Gaza, untuk memetakan jalur politik ke depan bagi rakyat Palestina dan untuk bekerja menuju perdamaian, keamanan dan stabilitas jangka panjang di wilayah tersebut secara keseluruhan,” sambungnya.

    “Tetapi hal ini mengharuskan konflik di Gaza diakhiri, dan hal ini juga jelas memerlukan adanya jalan praktis menuju negara Palestina,” ucap Blinken.

    “Ketertarikan ini ada, nyata, dan bisa menjadi transformatif,” sambungnya.

    Blinken mengatakan dia akan menyampaikan komitmen negara-negara Arab tersebut kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Kabinet perangnya serta pemimpin Palestina Mahmoud Abbas. Setiap rencana pascaperang untuk Gaza diketahui membutuhkan dukungan dari Israel dan Palestina.

    Namun, Netanyahu memiliki sikap sendiri mengenai masa depan Gaza yang kemungkinan besar tidak akan diterima oleh negara lain. Netanyahu diketahui menentang konsep resolusi dua negara terhadap konflik Israel-Palestina.

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Militan yang Didukung Iran Luncurkan Rudal Balistik ke Pangkalan AS di Irak

    Militan yang Didukung Iran Luncurkan Rudal Balistik ke Pangkalan AS di Irak

    Baghdad

    Militan yang didukung Iran meluncurkan rudal balistik ke pangkalan pasukan Amerika Serikat (AS) di Irak. Serangan itu menyebabkan sejumlah korban luka.

    “Beberapa rudal balistik dan roket diluncurkan oleh militan yang didukung Iran di Irak barat yang menargetkan Pangkalan Udara al-Assad,” kata United States Central Command (CENTCOM) dalam sebuah posting media sosial seperti dilansir AFP, Minggu (21/1/2024).

    Serang itu terjadi pukul 18.30 waktu Baghdad, Sabtu (20/1). Sebagian besar proyektil diklaim berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara pangkalan itu, namun rudal lain lain berdampak pada pangkalan itu.

    “Sejumlah personel AS sedang menjalani evaluasi karena cedera otak traumatis. Setidaknya satu anggota militer Irak terluka,” ujar CENTCOM.

    Sejak pertengahan Oktober, telah terjadi puluhan serangan terhadap pasukan AS dan koalisi di Irak dan Suriah, yang dikerahkan di sana untuk melawan kelompok ISIS. Sebagian besar diklaim oleh ‘Perlawanan Islam di Irak’ yang merupakan aliansi kelompok bersenjata terkait Iran dan menentang dukungan AS untuk Israel dalam konflik Gaza.

    Kelompok tersebut mengatakan mereka telah melakukan serangan terbaru. Penggunaan rudal balistik menandai peningkatan serangan terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah, yang sebelumnya menjadi sasaran serangan roket dan drone berteknologi rendah.

    Serangan pangkalan udara pada hari Sabtu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah setelah pecahnya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober. Lima anggota Korps Garda Revolusi Islam Iran juga tewas dalam serangan pada hari Sabtu di Damaskus, yang menurut Teheran, dilakukan oleh Israel dan mengancam akan melakukan pembalasan.

    Washington, dalam beberapa kesempatan, telah melancarkan serangannya sendiri yang diklaim bertujuan untuk menghambat serangan lebih lanjut atau untuk mencegah serangan yang akan terjadi. Menurut Pentagon, puluhan personel AS terluka ringan dalam serangan sebelumnya sejak akhir Oktober. Ada sekitar 2.500 tentara Amerika di Irak dan sekitar 900 di Suriah.

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ke Mana Arah Hubungan Taiwan-China di Bawah Pemimpin Baru?

    Ke Mana Arah Hubungan Taiwan-China di Bawah Pemimpin Baru?

    Beijing

    Hasil pemilihan presiden dan parlemen Taiwan menjadi berita buruk bagi Beijing dan kemungkinan akan membuat hubungan kedua belah pihak tetap dingin, kata para ahli kepada DW.

    Pada Sabtu (13/01) malam, Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa di Taiwan berhasil mengamankan jabatan presiden ketiga berturut-turut. Hal ini memecahkan rekor karena tidak ada partai politik yang berkuasa lebih dari dua periode sejak pulau tersebut memilih pemimpin pertamanya di tahun 1996.

    Presiden terpilih William Lai Ching-te baru akan memulai masa jabatannya pada tanggal 20 Mei. Dalam pidato kemenangannya, ia mengatakan bahwa Taiwan telah memilih untuk “berpihak pada demokrasi” alih-alih menuju otoritarianisme.

    Malamnya, Kantor Urusan Taiwan di bawah pemerintah China menganggap sepi kemenangan ini. Kantor tersebut menyatakan bahwa hasil pemilu tidak mewakili opini publik arus utama Taiwan. Kantor Urusan Taiwan menambahkan bahwa pemilu ini tidak dapat membendung “tren yang tidak dapat dihentikan menuju penyatuan kembali tanah air.”

    Beijing memang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya. Di bawah pemerintahan pemimpin Xi Jinping selama satu dekade terakhir, China memperkuat tekadnya untuk bersatu kembali dengan pulau yang diperintah secara demokratis tersebut.

    William Lai Ching-te yang berusia 67 tahun meraih sekitar 40% suara melawan dua kandidat lainnya yakni Hou Yu-ih dari partai oposisi utama Kuomintang (KMT) dan Ko Wen-je dari Partai Rakyat Taiwan (TPP) yang relatif baru berdiri.

    “Mereka (China) tidak menyukai Lai. Ini berita buruk karena orang yang mereka tidak inginkan untuk menang justru menang,” kata Lev Nachman, ilmuwan politik di Universitas Nasional Chengchi Taiwan, kepada DW.

    Sementara pakar lain percaya bahwa kemenangan DPP telah sesuai ekspektasi China. Chang Wu-ueh, pakar hubungan lintas selat di Universitas Tamkang, mengatakan kepada DW bahwa sebagian besar pejabat China telah memperkirakan hasil ini dan sedang mempersiapkan kemungkinan tanggapan.

    “Langkah-langkah intimidasi militer dan tekanan ekonomi sebelum pemilu kemungkinan besar akan ditingkatkan di era setelah pemilu,” menurut Chang Wu-ueh.

    Hubungan China-Taiwan diperkirakan tetap dingin

    Taiwan, yang berjarak sekitar 1,6 kilometer dari China, berpotensi menjadi salah satu titik konflik paling krusial di dunia. Dalam delapan tahun terakhir kekuasaan DPP, dialog resmi antara kedua kubu terhenti.

    Dengan mulai menjabatnya Lai, Washington dan negara-negara Barat lainnya pun secara cermat mengamati bagaimana kebijakannya terhadap China dapat mengubah situasi yang sudah tegang.

    “Saya tidak berpikir akan ada perang, namun saya pikir RRC akan tetap tidak mengangkat teleponnya,” kata Nachman, seraya menambahkan bahwa “hubungan yang lebih dingin” diperkirakan akan berlarut-larut dan Lai kemungkinan besar tidak akan melakukan hal untuk mengubah status quo.

    Sementara Chong Ja Ian, profesor ilmu politik di Universitas Nasional Singapura, mengatakan kepada DW bahwa Xi Jinping memang tidak puas dengan hasil pemilu Taiwan dan ingin meningkatkan tekanan terhadap Taiwan. Namun Xi juga diperkirakan “khawatir akan terjadinya eskalasi yang tidak terkendali pada saat perekonomian RRC sedang terpuruk.”

    Dalam pidato kemenangannya pada hari Sabtu, Lai berjanji akan bertindak sesuai dengan konstitusi “Republik China,” nama resmi Taiwan, dengan cara yang “mempertahankan status quo lintas selat.”

    Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dalam pernyataan ucapan selamat kepada Taiwan menegaskan kembali komitmen untuk “menjaga perdamaian dan stabilitas lintas selat.” Dia juga berjanji untuk melanjutkan “hubungan tidak resmi yang telah lama terjalin.”

    Ujian nyata bagi pemerintahan Taiwan

    Para pakar juga percaya bahwa parlemen baru akan menjadi ujian besar bagi kepemimpinan Lai. Hal ini mengingat fakta bahwa tidak ada partai politik yang mendapatkan mayoritas absolut di badan legislatif.

    Chong, profesor politik di Singapura, menjelaskan bahwa “seorang presiden tanpa (dukungan) mayoritas legislatif harus menangani agenda legislatifnya, yang dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri.”

    Di parlemen Taiwan yang memiliki 113 kursi, DPP kehilangan 11 kursi pada pemilu terakhir, sehingga memberikan dominasi kepada KMT, yang memperoleh 52 kursi. Sementara TPP yang hanya memiliki 8 kursi, siap menjadi minoritas penting.

    Situasi serupa, ketika partai berkuasa gagal memperoleh mayoritas, terjadi pada tahun 2000 ketika mantan Presiden Chen Shui-bian dari DPP terpilih.

    Profesor Chong mengatakan, ada saat-saat ketika Chen Shui-bian semakin frustrasi, ia mulai menyusun kebijakan lintas selat dengan cara yang lebih berisiko, termasuk kebijakan “Satu Negara di Setiap Sisi” yang mengindikasikan China dan Taiwan adalah dua negara berbeda.

    Meskipun karakter William Lai Ching-te terlihat berbeda dengan karakter Chen Shui-bian, Chong menekankan, “tidak ada yang tahu pada saat ini” bagaimana pemimpin baru akan merespons tekanan ekstrem ketika berdiri di posisi teratas.

    (ae/hp)

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Geger Iran Tembakkan Rudal ke Pakistan, Siapa Target Serangan?

    Geger Iran Tembakkan Rudal ke Pakistan, Siapa Target Serangan?

    Jakarta

    Setelah menyerang Irak dan Suriah, Iran mengakui telah menembakkan rudal dan drone ke wilayah Pakistan bagian barat, Selasa (16/01). Siapa yang menjadi target?

    Para pejabat di Islamabad mengatakan dua anak tewas dan tiga lainnya terluka dalam serangan di Balochistan.

    Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mengatakan operasi tersebut menargetkan kelompok militan Jaish al-Adli, yang dia sebut sebagai “kelompok teroris Iran” di Pakistan.

    Akibatnya pemerintah Pakistan menarik duta besarnya untuk Iran dan menghalangi utusan Teheran untuk kembali.

    Serangan Balochistan terjadi setelah Iran menyerang sasaran di Irak dan Suriah awal pekan ini.

    Islamabad mengatakan serangan itu “ilegal” dan memperingatkan adanya “konsekuensi serius”.

    Namun Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian, saat berbicara di Davos, menegaskan bahwa tidak ada warga negara Pakistan yang menjadi sasaran, hanya anggota Jaish al-Adl.

    ReutersRudal milik Iran – seperti saat ditembakkan dalam sebuah latihan – telah ditembakkan ke Pakistan, Irak dan Suriah dalam beberapa hari terakhir.

    Dia menambahkan bahwa dia telah berbicara dengan rekannya dari Pakistan dan “meyakinkan dia bahwa kami menghormati kedaulatan dan integritas wilayah Pakistan dan Irak”.

    Bagaimana kronologi serangan Iran?

    Serangan di Pakistan, pada Selasa (16/01), menghantam Desa Sabz Koh di Provinsi Balochistan, sekitar 45km dari perbatasan Iran dan 90km dari kota terdekat Panjgur.

    BBC

    Para pejabat setempat menggambarkan wilayah tersebut sebagai daerah berpenduduk jarang yang merupakan rumah bagi suku Baloch yang merupakan pemilik ternak, tempat aktivitas penyelundupan barang, obat-obatan, serta senjata.

    “Masyarakat di kedua sisi perbatasan menganggap diri mereka kekurangan kebutuhan dasar, menghadapi diskriminasi dan menuntut bagian yang lebih besar dari sumber daya mereka sendiri,” kata pengamat keamanan, Zaigham Khan kepada BBC.

    Baca juga:

    Sehari sebelumnya, pada Senin (15/01), Iran menembakkan rudal balistik ke Suriah dan Irak utara yang dikuasai Kurdi.

    Iran mengatakan pihaknya menargetkan kelompok ISIS dan agen mata-mata Israel Mossad, yang keduanya dikatakan terlibat dalam pemboman Kerman.

    Serangan di Irak menghantam sebuah bangunan di kota utara Irbil.

    Empat warga sipil tewas dan enam lainnya luka-luka dalam serangan itu, kata pemerintah setempat. AS mengutuk serangan tersebut.

    Iran kemudian menyerang Provinsi Idlib di barat laut Suriah, yang merupakan benteng oposisi terakhir yang tersisa di negara tersebut dan menampung 2,9 juta pengungsi.

    Siapa kelompok Jaish al-Adl?

    Teheran mengatakan menargetkan kelompok Jaish al-Adl, atau “tentara keadilan”.

    Mereka adalah sebuah kelompok Muslim Sunni etnis Baloch yang telah melakukan serangan di Iran dan juga terhadap pasukan pemerintah Pakistan.

    Pada Desember lalu, Jaish al-Adl menyerang kantor polisi di Rask, sebuah kota di dekat perbatasan dengan Pakistan.

    AFPDua personel militer bersenjata Garda Pengawal Revolusi Islam (IRGC) memantau suatu area sambil berjaga di samping sistem rudal anti-pesawat selama parade militer di Teheran, Iran.

    Di Iran, minoritas Muslim Sunni Baloch mengeluhkan diskriminasi di negara mayoritas Muslim Syiah, sementara kelompok separatis Baloch melanjutkan gerakan pemberontakan melawan pemerintah Pakistan.

    Jaish al-Adl adalah kelompok militan Sunni “paling aktif dan berpengaruh” yang beroperasi di Sistan-Baluchestan, menurut National Counterterrorism Center, AS.

    Kelompok ini telah ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Washington dan Teheran.

    Pemerhati masalah keamanan di Pakistan, Aamir Rana, mengatakan kepada BBC bahwa krisis diplomatik “akan memakan waktu cukup lama untuk mereda, namun hal ini juga merupakan sesuatu yang tidak ingin diperparah oleh Pakistan”.

    Dia mengatakan di masa lalu Pakistan tidak bereaksi terhadap tindakan Iran di sepanjang perbatasan “tetapi sekarang keputusan ada di tangan Iran, apakah Iran ingin melakukan tindakan yang benar”.

    Bagaimana reaksi berbagai negara?

    Serangan Iran terhadap Pakistan yang memiliki senjata nuklir merupakan peningkatan yang dramatis.

    Pakistan menyatakan kemarahannya, dengan mengatakan serangan itu terjadi “meskipun ada beberapa saluran komunikasi” antar negara.

    Pada Rabu (17/01), Islamabad mengatakan pihaknya telah memanggil kembali duta besarnya untuk Iran dan duta besar Iran tidak akan diizinkan kembali ke negara itu untuk sementara waktu.

    Pakistan dan Iran memiliki hubungan yang bersahabat. Serangan ini terjadi pada hari yang sama ketika perdana menteri Pakistan dan menteri luar negeri Iran bertemu di Davos dan ketika angkatan laut Iran dan Pakistan mengadakan latihan militer bersama di Teluk.

    Namun keduanya saling menuduh satu sama lain menyembunyikan kelompok militan yang melakukan serangan terhadap satu sama lain di wilayah perbatasan mereka selama bertahun-tahun.

    Keamanan di kedua sisi perbatasan bersama, yang membentang sekitar 900km , telah menjadi kekhawatiran jangka panjang bagi kedua pemerintah.

    Baca juga:

    China pada hari Rabu mendesak Pakistan dan Iran agar “menahan diri” dan “menghindari tindakan yang dapat menyebabkan peningkatan ketegangan”.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menambahkan bahwa Beijing memandang negara-negara tersebut sebagai “tetangga dekat”.

    Apa yang melatari rangkaian serangan Iran?

    Serangan udara terbaru ini terjadi saat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, akibat perang antara Israel dan kelompok Palestina Hamas di Gaza.

    Teheran menyatakan tidak ingin terlibat dalam konflik yang lebih luas.

    Namun kelompok-kelompok yang disebut “Poros Perlawanan”, yang mencakup militan Houthi di Yaman, Hizbullah di Lebanon, dan berbagai kelompok di Suriah dan Irak, telah melakukan serangan terhadap Israel dan sekutunya untuk menunjukkan solidaritas terhadap Palestina.

    AS dan Inggris telah melancarkan serangan udara terhadap Houthi setelah mereka menyerang kapal-kapal komersial.

    AFPDisaksikan oleh warga Teheran, para pengunjuk rasa dan anggota pasukan paramiliter Iran berbaris di samping rudal balistik Khorramshahr generasi keempat yang ditampilkan selama unjuk rasa anti-Israel sebagai solidaritas terhadap Palestina, di Teheran, 24 November 2023.

    Serangan Iran juga berlangsung dua pekan setelah Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bersumpah akan memberikan “tanggapan keras” terhadap ledakan bom di Kota Kerman, Iran selatan, pada 3 Januari lalu, yang menewaskan 84 orang dan melukai lebih banyak lagi.

    Ribuan massa ketika itu berkumpul di Kota Kerman guna memperingati kematin Jenderal Qasem Soleimani, yang dibunuh di Irak oleh drone Amerika Serikat pada 3 Januari 2020.

    Baca juga:

    Semasa hidupnya, Jenderal Soleimani memimpin pasukan elite Quds yang melakukan operasi rahasia di luar negeri bagi Garda Revolusi dan melapor langsung ke pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

    Sejumlah analis menduga Iran membalas dendam kepada pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab atas ledakan bom pada 3 Januari 2024.

    Pada saat ketegangan regional meningkat, Iran juga dinilai ingin menunjukkan kekuatan dan menunjukkan kepada masyarakatnya bahwa tindakan kekerasan tidak akan dibiarkan begitu saja.

    Lihat Video ‘Garda Revolusi Iran Tembak Wilayah Irak dan Suriah dengan Rudal’:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ngeri! Pesawat Boeing 737 Menlu AS Alami Kebocoran Oksigen

    Ngeri! Pesawat Boeing 737 Menlu AS Alami Kebocoran Oksigen

    Jakarta

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat Antony Blinken terpaksa berganti pesawat setelah pesawatnya mengalami kegagalan kritis terkait dengan kebocoran oksigen.

    Dilansir CNN, Kamis (18/1/2024), Blinken dan rombongannya hendak menaiki sebuah pesawat Boeing 737 di Zurich, Swiss pada hari Rabu (17/1) waktu setempat untuk kembali ke Washington, AS usai mengikuti rangkaian kegiatan Forum Ekonomi Dunia di Davos. Namun, setelah mereka naik, pesawat diketahui mengalami masalah dan rombongan Blinken pun terpaksa turun dari pesawat.

    Sebuah pesawat baru yang lebih kecil sedang dikirim untuk menerbangkan Blinken, dan banyak orang dalam rombongan perjalanan tersebut sekarang akan kembali ke Washington secara komersial, demikian menurut pers perjalanan.

    Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan pesawat tersebut mengalami masalah mekanis. Dia mengatakan Blinken diperkirakan tetap akan kembali ke Washington pada Rabu malam waktu setempat.

    “Ada masalah mekanis pada pesawatnya,” kata Miller, dikutip BBC, Kamis (18/1/2024). “Angkatan Udara sudah mengirimkan pesawat pengganti. Kami diperkirakan tetap akan kembali malam ini, namun beberapa jam lebih lambat dari rencana semula,” imbuhnya.

    Ini adalah masalah terbaru yang menerpa Boeing yang dulunya terkenal, namun sekarang reputasinya tercoreng. Sebelumnya pada tanggal 5 Januari lalu, sebuah panel jendela pesawat Boeing milik maskapai Alaska Airlines terlepas tak lama setelah lepas landas ketika pesawat berada di ketinggian 16.000 kaki.

    Untungnya tidak ada seorang pun yang duduk di kursi dekat jendela, dan tidak ada yang terluka parah. Namun, insiden tersebut menyebabkan penghentian sementara operasional seluruh pesawat Boeing 737 MAX 9 seiring maskapai-maskapai penerbangan diperintahkan untuk memeriksa kemungkinan adanya kesalahan perakitan dan baut yang longgar atau lepas.

    Tonton juga Video: Houthi Klaim Berhasil Serang Kapal AS di Teluk Aden

    Meskipun penyebab kecelakaan tersebut masih dalam penyelidikan, CEO Boeing Dave Calhoun telah mengakui “kesalahan” Boeing yang menyebabkan insiden tersebut.

    Pesawat Alaska Air itu adalah versi 737 yang lebih baru daripada yang akan ditumpangi Blinken, yang merupakan model lama yang dimodifikasi untuk digunakan oleh militer. Namun versi terbaru dari 737, yakni 737 Max, juga telah mengalami serangkaian masalah serius jauh sebelum insiden Alaska Air bulan ini.

    Dua kecelakaan pesawat 737 Max, yang terjadi pada tahun 2018 di Indonesia dan awal tahun 2019 di Ethiopia, menewaskan seluruh 346 orang di dalamnya. Tragedi itu mengakibatkan pesawat tersebut dilarang terbang selama 20 bulan sementara Boeing berupaya untuk memperbaiki cacat desain tersebut yang menyebabkan pesawat jatuh.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Arab Saudi Hadapi Posisi Sulit dalam Konflik di Gaza

    Arab Saudi Hadapi Posisi Sulit dalam Konflik di Gaza

    Jakarta

    Kanselir Jerman Olaf Scholz tidak ingin lebih lama lagi menghalangi pengiriman jet tempur Eurofighter ke Arab Saudi. Tindakan ini diambil meski ada kekhawatiran dari beberapa anggota partainya dan dari mitra koalisi pemerintahannya.

    Kanselir sependapat dengan penilaian Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, bahwa Arab Saudi mengambil “sikap yang sangat konstruktif” terhadap Israel dalam konflik Timur Tengah saat ini, kata juru bicara pemerintah Steffen Hebestreit, Senin (08/01) di Berlin. Angkatan Udara Saudi juga telah menggunakan Eurofighters untuk memblokir roket yang ditembakkan pemberontak Houthi di Yaman ke arah Israel.

    Bagi Scholz dan Baerbock, argumen tentang “sikap konstruktif” Arab Saudi melebihi kekhawatiran sebagian anggota partai koalisi tentang peran Arab Saudi dalam perang Yaman dan pelanggaran hak asasi manusia di Arab Saudi. Bukan mereka saja yang melakukan pendekatan ini.

    Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken juga memberikan komentar positif atas peran Arab Saudi setelah kunjungannya ke Riyadh pada hari Senin. Ada pembicaraan tentang normalisasi hubungan Arab Saudi dan Israel, lapornya dari percakapannya dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MbS). Menurut laporan lembaga tersebut, Saudi memiliki “kepentingan yang jelas untuk melanjutkan hal ini,” kata Blinken.

    Tertundanya pemulihan hubungan Israel-Arab Saudi

    Ini berarti Blinken, Scholz, dan Baerbock memberikan penilaian yang jauh lebih positif dibandingkan beberapa pakar Timur Tengah. Sejumlah pakar justru melihat jarak antara Israel dan Saudi kian jauh setelah serangan Hamas pada 7 Oktober dan perang Gaza. Hamas diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh Uni Eropa, Amerika Serikat, Jerman dan beberapa negara lainnya.

    Menghentikan pemulihan hubungan ini jelas merupakan salah satu motif Hamas melakukan serangan skala besar. Pada awal Desember, beberapa peserta di Forum Doha (pertemuan para pakar Timur Tengah Arab dan internasional) mengatakan bahwa proses normalisasi Israel-Saudi tidak mungkin dilakukan.

    Arab Saudi memang telah menunda proses normalisasi hubungan, setidaknya untuk saat ini, mengingat perang yang menewaskan ribuan orang di Gaza. Namun, proses ini belum berakhir secara resmi. Pemulihan hubungan masih tertunda.

    Namun reaksi militer Israel terhadap serangan Hamas telah mengubah situasi. Seperti kebanyakan negara Arab dan Islam, Riyadh menilai tindakan militer Israel secara lebih kritis dibandingkan sebagian besar negara-negara Barat.

    Pada bulan November, di pertemuan puncak digital negara-negara BRICS, bin Salman menyerukan agar tidak ada lagi pengiriman senjata ke Israel. Beberapa pengamat bahkan berasumsi bahwa Arab Saudi akan semakin dekat dengan Iran karena pengaruh perang Gaza.

    Arab Saudi telah dengan jelas mengartikulasikan dirinya mengenai perang tersebut. Menteri Luar Negeri Saudi, Faisal bin Farhan al-Saud, mengambil alih kepemimpinan komite diplomatik yang diprakarsai oleh Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam, dan menganjurkan gencatan senjata segera. Hal ini bertentangan dengan keinginan Israel.

    Patut dicatat bahwa pertemuan pertama bin Farhan mengenai masalah ini terjadi di Beijing dan Moskow, bukannya di Washington, menurut jurnal Foreign Policy. “Sebuah sinyal yang jelas bagi Washington bahwa Arab Saudi memiliki pilihan lain di dunia multipolar yang terus berkembang ini,” tulis jurnal tersebut. Dan: “Elit kepemimpinan Saudi ingin menghindari keterlibatan dalam wacana Israel.”

    Kepentingan Arab Saudi tetap sama

    Terlepas dari semua retorika kritis terhadap Israel, ada satu hal yang jelas, kata Philipp Dienstbier, kepala program regional Negara-Negara Teluk di Yayasan Konrad Adenauer (KAS) yang berbasis di Yordania. Menurutnya, kepentingan kebijakan luar negeri Arab Saudi bahkan setelah dimulainya perang Gaza tidak berubah secara mendasar.

    Dengan cara ini, Kerajaan Saudi akan dapat memenuhi keinginan AS untuk menjalin hubungan baik dengan Israel karena Saudi masih terus bergantung pada kemitraan keamanan dengan Washington.

    “Setelah kecewa atas kurangnya respons AS terhadap penembakan fasilitas produksi minyak Saudi pada 2019, Arab Saudi kini mengharapkan respons yang lebih solid dan dapat diandalkan dari kemitraan keamanan dengan AS,” kata Dienstbier, “Riyadh mencari dukungan AS untuk program nuklirnya, serta kerja sama senjata.”

    Negara ini juga mempunyai kepentingan khusus sehubungan dengan Israel, kata Dienstbier. Sebagai bagian dari modernisasi ekonomi, Kerajaan Arab Saudi mengupayakan pertukaran ekonomi yang erat dengan negara-negara besar di kawasan.

    “Dan tentu saja Israel berada di garis depan, terutama dalam hal teknologi tinggi. Kedua negara juga memiliki kepentingan yang sama dalam proyek perdagangan dan infrastruktur,” kata pakar asal Jerman tersebut.

    Tergantung pada stabilitas regional

    Terlepas dari semua itu, Arab Saudi mempunyai kepentingan yang sangat besar untuk menjaga stabilitas kawasan sebaik mungkin, meskipun terjadi perang di Gaza. Krisis dan perang di lingkungan sekitar telah menghalangi rencana modernisasi Arab Saudi sendiri.

    Namun, serangan yang dilakukan milisi Houthi terhadap pelayaran internasional di Laut Merah menunjukkan betapa rapuhnya keamanan dan stabilitas saat ini di seluruh kawasan. “Arab Saudi belum mengonfirmasi, tapi juga tidak menyangkal” bahwa mereka juga mencegat beberapa roket yang ditembakkan oleh Houthi ke arah Israel, ujar Dienstbier.

    Selama bertahun-tahun, Arab Saudi telah memimpin aliansi militer internasional melawan milisi Houthi yang didukung Iran di Yaman. Gencatan senjata yang dinegosiasikan baru-baru ini sebagian besar masih berlaku, meskipun secara resmi telah berakhir.

    Arab Saudi akan terus melakukan upaya lebih besar untuk mengamankan wilayah perbatasannya. Oleh karena itu, instalasi militer yang digunakan kerajaan untuk mempertahankan diri dari serangan Yaman dalam beberapa tahun terakhir masih beroperasi. (ae/hp)

    Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 2 Personel Angkatan Laut AS Hilang di Lepas Pantai Somalia

    2 Personel Angkatan Laut AS Hilang di Lepas Pantai Somalia

    Jakarta

    Dua personel Angkatan Laut Amerika Serikat dilaporkan hilang di laut saat melakukan operasi di lepas pantai Somalia.

    Dalam sebuah pernyataan singkat, Komando Pusat Amerika Serikat mengatakan bahwa kedua personel Angkatan Laut itu hilang pada Kamis (11/1) malam waktu setempat.

    “Operasi pencarian dan penyelamatan saat ini sedang berlangsung untuk menemukan kedua pelaut tersebut. Untuk tujuan keamanan operasional, kami tidak akan merilis informasi tambahan sampai operasi pemulihan personel selesai,” katanya, seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (13/1/2024).

    Militer AS mengatakan kedua personel Angkatan Laut itu dikerahkan ke wilayah operasi Armada ke-5 AS “untuk mendukung berbagai misi”.

    Wilayah operasi Armada ke-5 mencakup sekitar 2,5 juta mil persegi perairan dan mencakup Teluk, Laut Merah, Teluk Oman, dan sebagian Samudera Hindia, menurut situs web militer AS.

    Pasukan AS telah lama beroperasi di Somalia melalui koordinasi dengan dan atas nama pemerintah, sebagian besar melakukan serangan udara rutin untuk mendukung pasukan resmi memerangi kelompok ekstremis Al-Shabaab.

    Washington telah menetapkan Al-Shabaab sebagai organisasi teroris.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Dibayangi Ancaman China, Taiwan Gelar Pemilihan Presiden

    Dibayangi Ancaman China, Taiwan Gelar Pemilihan Presiden

    Jakarta

    Jutaan warga Taiwan pada hari Sabtu (13/1) memilih presiden baru di tengah ancaman dari China bahwa pemilihan pemimpin yang salah dapat memicu perang di pulau yang memiliki pemerintahan sendiri tersebut.

    Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (13/1/2024), pemilihan umum dimulai pada pukul 8:00 pagi waktu setempat di hampir 18.000 tempat pemungutan suara (TPS) di seluruh Taiwan, dengan hampir 20 juta orang berhak memberikan suara.

    Pemerintah China mengklaim Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai wilayahnya, dan mengatakan pihaknya tidak akan mengesampingkan penggunaan kekerasan untuk mewujudkan “unifikasi”.

    Sebelumnya, beberapa hari menjelang pemilu Taiwan, Beijing mengecam capres terdepan Lai Ching-te, wakil presiden Taiwan saat ini, sebagai seorang “separatis” yang berbahaya. Beijing bahkan mengingatkan para pemilih untuk membuat “pilihan yang tepat” jika mereka ingin menghindari perang.

    Hasil pemilu ini akan diawasi dengan ketat mulai dari Beijing hingga Washington, mitra militer utama Taiwan, seiring kedua negara adidaya tersebut berebut pengaruh di wilayah yang sangat penting dan strategis ini.

    Selama kampanye, Lai dari Partai Progresif Demokratik (DPP) menyatakan dirinya sebagai pembela cara hidup demokratis Taiwan.

    Rival utamanya Hou Yu-ih, dari oposisi Kuomintang (KMT), lebih menyukai hubungan yang lebih hangat dengan China dan menuduh DPP memusuhi Beijing dengan pandangannya bahwa Taiwan “sudah merdeka”.

    Dalam pemilu ini, selain memilih presiden, para pemilih akan juga memilih anggota parlemen.

    Para pengamat politik mengatakan Lai yang berusia 64 tahun diperkirakan akan memenangkan kursi tertinggi, meskipun partainya kemungkinan akan kehilangan mayoritas di badan legislatif yang memiliki 113 kursi.

    Dalam beberapa tahun terakhir, China telah meningkatkan tekanan militer terhadap Taiwan, yang memicu kekhawatiran tentang potensi invasi.

    Ada retorika baru yang penuh permusuhan dari Beijing pada Jumat (12/1) malam, ketika Kementerian Pertahanan China mengeluarkan pernyataan hampir 12 jam sebelum pemilu dimulai, dan bersumpah untuk “menghancurkan” segala upaya untuk mempromosikan kemerdekaan Taiwan.

    Pesawat tempur dan kapal angkatan laut China hampir setiap hari melakukan penyusupan ke dekat wilayah Taiwan. Beijing juga telah melakukan latihan perang besar-besaran, mensimulasikan blokade terhadap pulau tersebut dan mengirimkan rudal ke perairan sekitarnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Balas Serangan AS-Inggris ke Yaman, Houthi Luncurkan Rudal Balistik

    Balas Serangan AS-Inggris ke Yaman, Houthi Luncurkan Rudal Balistik

    Jakarta

    Kelompok Houthi di Yaman meluncurkan sebuah rudal balistik anti-kapal ke Laut Merah pada hari Jumat (12/1) waktu setempat. Ini sebagai pembalasan atas serangan Amerika Serikat dan Inggris ke Yaman yang menargetkan kelompok pemberontak yang didukung Iran tersebut.

    “Kami tahu bahwa mereka telah menembakkan setidaknya satu rudal sebagai pembalasan, namun rudal tersebut tidak mengenai satu kapal pun,” kata Direktur Staf Gabungan Amerika Serikat, Letnan Jenderal Douglas Sims kepada wartawan, seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (13/1/2024).

    “Retorika mereka cukup kuat dan cukup tinggi. Saya perkirakan mereka akan mencoba melakukan semacam pembalasan,” ujarnya tentang Houthi.

    Sims juga mengatakan bahwa penilaian kerusakan akibat serangan Amerika Serikat dan Inggris di Yaman yang menargetkan hampir 30 lokasi dengan menggunakan lebih dari 150 amunisi, masih berlangsung. Namun, dia menekankan bahwa jumlah korban diperkirakan tidak akan banyak.

    “Setiap target yang kami targetkan tadi malam dikaitkan dengan kemampuan yang digunakan untuk menentang kebebasan navigasi di Laut Merah,” katanya.

    Kelompok Houthi telah melancarkan serangan drone dan rudal dalam jumlah besar terhadap rute pelayaran internasional utama melalui Laut Merah sejak perang di Gaza meletus. Houthi mengatakan bahwa mereka bertindak sebagai respons terhadap serangan militer Israel di Gaza.

    Kelompok pemberontak ini telah menguasai sebagian besar wilayah Yaman sejak perang saudara meletus di negara itu pada tahun 2014. Houthi merupakan bagian dari apa yang disebut “poros perlawanan” yang didukung Iran untuk melawan Israel.

    Sebelumnya, pemerintah AS dan Inggris mengumumkan serangan militer, dengan pesawat tempur, kapal perang dan kapal selam, terhadap lebih dari selusin target terkait Houthi di wilayah Yaman pada Kamis (11/1) malam. Serangan itu disebut sebagai balasan atas rentetan serangan Houthi terhadap kapal-kapal yang melintas di Laut Merah.

    Presiden AS Joe Biden menegaskan bahwa serangan yang dilancarkan militer Washington bersama sekutunya, Inggris, terhadap target Houthi di Yaman itu bersifat “defensif”. Biden juga memperingatkan adanya tindakan lebih lanjut jika Houthi terus menyerang kapal-kapal di Laut Merah.

    Menteri Pertahanan (Menhan) Lloyd Austin, yang masih dirawat di rumah sakit usai didiagnosis kanker prostat, menyebut serangan AS dan Inggris itu bertujuan untuk “mengganggu dan melemahkan” kemampuan Houthi dalam menargetkan jalur pelayaran internasional.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 5 Fakta Gempuran AS dan Inggris di Yaman

    5 Fakta Gempuran AS dan Inggris di Yaman

    Ketegangan di Laut Merah berlanjut. Menyusul aksi Houthi dari Yaman yang menyerang jalur perdagangan ini, Amerika Serikat dan Inggris kemudian menggempur Houthi.

    Perairan Laut Merah merupakan jalur strategis yang dilalui oleh setidaknya 12 persen perdagangan dunia. Karena serangan Houthi, kapal-kapal dagang menjadi ketar-ketir melewati jalur ini. Kepentingan ekonomi-politik AS dan kawan-kawan terganggu. Kondisi ini berlangsung sejak sebelum pergantian tahun.

    Washington pada Desember lalu membentuk koalisi internasional yang bertujuan melindungi lalu lintas maritim di Laut Merah dari serangan Houthi. Singkat cerita, AS dan Inggris menggempur Yaman, basis kekuatan Houthi.

    Dilansir AFP, Kamis (11/1/2024), Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) meloloskan resolusi terbaru yang isinya menuntuk kelompok Houthi dari Yaman untuk segera menghentikan serangan terhadap kapal-kapal yang berlayar di perairan laut merah.

    Resolusi diloloskan pada Rabu (10/1) waktu setempat. Rusia, China, Mozambik, dan Aljazair abstain, sedangkan negara-negra anggota DK PBB lainnya mendukung resolusi tersebut.

    Resolusi yang berhasil diadopsi bersama itu “menuntut agar Houthi segera menghentikan semua serangan yang menghambat perdagangan global dan melemahkan hak dan kebebasan navigasi serta perdamaian dan keamanan regional”.

    2. Awal serangan AS-Inggris ke Houthi Yaman

    Dilansir Al Arabiya, serangan koalisi AS-Inggris ke Yaman dilancarkan pada Kamis (11/1/2024) waktu setempat. Mereka menargetkan fasilitas logistik dan sistem radar Houthi, kelompok bersenjata yang disokong Iran tersebut.

    “Kami mengincar kemampuan yang sangat spesifik di lokasi yang sangat spesifik dengan amunisi yang presisi,” kata seorang pejabat senior militer AS, tidak mau disebutkan namanya.

    3. Houthi Yaman jadi yang pertama digempur rudal balistik

    Pada serangan militer ini, koalisi AS dan Inggris untuk pertama kalinya menembakkan rudal balistik spesifik mereka. Presiden AS Joe Biden sendiri mengatakan soal penggunaan rudal balistik anti-kapal.

    “Untuk pertama kalinya dalam sejarah,” dilansir AFP, Jumat (12/1/2024). AS dan Inggris mengerahkan jet, sejumlah kapal perang, dan satu kapal selam, untuk menggempur Houthi.

    US President Joe Biden speaks during a press conference after meeting with Chinese President Xi Jinping during the Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) Leaders’ week in Woodside, California on November 15, 2023. US President Joe Biden and Chinese President Xi Jinping shook hands and pledged to steer their countries away from conflict on November 15, 2023, as they met for the first time in a year at a high-stakes summit in California. (Photo by Brendan SMIALOWSKI / AFP) Foto: AFP/BRENDAN SMIALOWSKI

    4. Dalih AS-Inggris serang Houthi

    Dalih AS menggempur Houthi sama seperti dalih Israel menggempur Jalur Gaza, yakni menggunakan hak membela diri alias defensif. Presiden AS Joe Biden menyatakan ingin melindungi keamanan warganya dari serangan Houthi.

    “Serangan-serangan ini telah membahayakan para personel AS, pelaut sipil, dan mitra-mitra kami, membahayakan perdagangan, dan mengancam kebebasan navigasi,” ucap Biden dalam pernyataannya.

    “Saya tidak akan ragu untuk mengarahkan langkah-langkah lebih lanjut untuk melindungi rakyat kami dan arus bebas perdagangan internasional jika diperlukan,” tegas Presiden AS yang berusia 81 tahun itu.

    Selanjutnya, Houthi marah:

    5. Houthi dan Hamas marah

    Kelompok Houthi marah atas serangan militer AS dan sekutunya, Inggris, terhadap wilayah Yaman yang sebagian besar dikuasai kelompok pemberontak tersebut. Seorang pejabat senior Houthi menyebut kedua negara Barat itu akan menyesal menyerang Yaman.

    Pejabat senior Houthi itu juga menyebut serangan AS dan Inggris terhadap sejumlah posisi kelompoknya di Yaman sebagai “kebodohan terbesar dalam sejarah mereka”.

    “Amerika dan Inggris melakukan kesalahan dalam melancarkan perang terhadap Yaman karena mereka tidak mengambil pelajaran dari pengalaman sebelumnya,” tegas seorang pejabat senior Houthi, Mohammed al-Bukhaiti, dalam pernyataan berbahasa Inggris via media sosial X, seperti dilansir Al Jazeera, Jumat (12/1/2024).

    Siapa kelompok pemberontak Houthi di Yaman dan mengapa mereka menyerang kapal-kapal kargo yang menuju Israel? Foto: BBC World

    Bukhaiti kemudian memperingatkan Washington dan London bahwa kedua negara itu akan “menyesal” melancarkan serangan terhadap Yaman.

    “Tidak ada keraguan bahwa Amerika dan Inggris saat ini menyesali kebodohan mereka sebelumnya, dan mereka akan segera menyadari bahwa agresi langsung terhadap Yaman adalah kebodohan terbesar dalam sejarah mereka,” sebutnya.

    Lebih lanjut, Bukhaiti menyebut perang saat ini sedang berlangsung antara “para pendukung genosida di Gaza”, diduga merujuk pada AS, dan pihak-pihak yang menentangnya. Houthi menyerang kapal-kapal pro-Israel di Laut Merah karena untuk mendukung Gaza agar selamat dari gempuran Israel. Houthi ingin serangan Israel ke Gaza dihentikan.

    “Karena tujuan salah satu pihak adalah menghentikan kejahatan genosida di Gaza, diwakili oleh Yaman, sedangkan tujuan pihak lainnya adalah mendukung dan melindungi pelakunya, yang diwakili oleh Amerika dan Inggris,” ujar Bukhaiti dalam pernyataannya.

    “Oleh karena itu, setiap individu di dunia ini dihadapkan pada dua pilihan, tanpa ada pilihan ketiga: membela para korban genosida atau membela para pelaku genosida. Di sisi mana Anda berada?” tanyanya.

    6. Hamas marah

    Hamas juga marah. Kelompok Palestina yang dominan di Jalur Gaza itu menyatakan AS dan Inggris harus bertanggung jawab bila keamanan Laut Merah semakin rusak.

    “Kami mengutuk keras serangan Amerika-Inggris secara terang-terangan di Yaman,” tegas Hamas, yang sedang berperang melawan Israel di Jalur Gaza, dalam pernyataannya via Telegram, seperti dilansir AFP, Jumat (12/1/2024).

    “Kami menganggap mereka bertanggung jawab atas dampaknya terhadap keamanan regional,” imbuh pernyataan tersebut.

    7. Serangan AS-Inggris tewaskan 5 orang

    Juru bicara militer Houthi mengatakan serangan AS-Inggris menewaskan sedikitnya 5 orang dan melukai 6 orang lainnya. Houthi menyebut semua korban tewas sebagai martir atau syahid. Houthi berjanji akan membalas serangan Barat itu.

    “Serangan tersebut menyebabkan kematian lima orang martir dan melukai enam orang lainnya dari angkatan bersenjata kami,” tulis juru bicara militer Houthi Yahya Saree di X, sebelumnya Twitter. Dia pun mengancam tak akan membiarkan begitu saja tindakan AS dan Inggris tersebut.