kab/kota: Washington

  • Media China Ungkap Rencana Besar Xi Jinping Melawan Trump

    Media China Ungkap Rencana Besar Xi Jinping Melawan Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – Konflik geopolitik antara China dan Amerika Serikat (AS) kian memanas. Aksi saling blokir yang dilancarkan kedua negara turut memengaruhi perekonomian global.

    Sejak pemerintahan Joe Biden, AS mulai gencar melakukan pembatasan ekspor teknologi chip ke China. Kemudian, Trump memperburuk suasana dengan pemberlakuan tarif tinggi ke barang-barang impor dari China.

    Tak tinggal diam, China membalas perlakuan AS dengan membatasi akses logam tanah jarang (LTJ) yang krusial untuk pengembangan senjata dan peralatan militer lainnya. AS juga balik mengancam pemblokiran lebih luas untuk barang-barang yang menggunakan software buatan AS ke China.

    Menghadapi ancaman bertubi-tubi dari AS, China makin gencar mengembangkan kemandirian teknologi, agar tak lagi bergantung ke negara kekuasaan Trump.

    Terbaru, media China CCTV melaporkan rencana pemerintahan Xi Jinping dalam 5 tahun ke depan untuk ‘melawan’ ancaman dari Trump, yakni memperkuat pasar domestik agar tak lagi tertekan oleh kebijakan AS.

    Lebih spesifik, China akan meningkatkan kapasitas kekuatan domestik di sektor sains dan teknologi, menurut laporan yang disiarkan CCTV pada Kamis (23/10) waktu setempat.

    Laporan itu dirilis pasca pertemuan tertutup Komite Pusat Partai Komunis China selama 4 hari. CCTV sendiri merupakan media nasional yang dibekingi pemerintah China.

    Perincian awal dari proposal yang disetujui menempatkan penekanan besar pada pengembangan ‘kekuatan produktif berkualitas baru’ yang mengacu pada bidang-bidang maju seperti chip dan kecerdasan buatan (AI).

    Rencana tersebut juga menekankan pentingnya membangun sistem industri modern dan memperkuat inovasi di teknologi-teknologi inti, dikutip dari BusinessTimes, Jumat (24/10/2025).

    Hal ini menunjukkan keseriusan Beijing untuk menggenjot produktivitas dan mencapai kemandirian hakiki dalam menghadapi krisis populasi usia produktif dan ancaman pelarangan ekspor dari negara-negara Barat.

    Lebih lanjut, proposal juga menegaskan kembali janji untuk memperkuat konsumsi domestik dan memperluas investasi. Secara tegas, China berkomitmen untuk menghilangkan hambatan yang menghalangi pembangunan pasar nasional.

    Para ekonom telah lama memandang peningkatan permintaan domestik sebagai hal yang krusial untuk menyeimbangkan kembali perekonomian China.

    Fokus yang makin intensif pada teknologi ini dibangun di atas strategi yang sebelumnya telah ditetapkan pada 2020 silam. Sebagai informasi, rencana 5 tahunan dari pemerintahan Xi Jinping terakhir diumumkan setelah masa jabatan pertama Trump.

    Dorongan tersebut makin mendesak, karena Washington kini mengupayakan pelarangan besar-besaran ke China, menargetkan sektor yang lebih luas, mulai dari chip hingga farmasi. Selain itu, Washington juga memberikan sanksi kepada makin banyak perusahaan China.

    Tekanan Bertubi-tubi ke China

    China berada di bawah tekanan untuk mengubah model pertumbuhannya. Pasalnya, negara dengan kekuatan manufaktur terbesar ini menghadapi kenaikan tarif dari AS dan penolakan dari mitra dagang lainnya atas banjir ekspor China.

    Ekspor neto menyumbang porsi yang makin besar dari ekspansi ekonomi dalam beberapa tahun terakhir, sementara konsumsi tercatat menurun.

    Seiring meningkatnya hambatan perdagangan, China perlu mengeluarkan lebih banyak uang untuk membantu menyerap kelebihan kapasitas manufakturnya dan memecahkan rekor deflasi.

    Para analis dan investor akan menganalisa rencana 5 tahunan Xi Jinping secara menyeluruh, yang diperkirakan akan dibahas pada pertemuan legislatif tahunan pada Maret 2026. Hal ini penting untuk mencari komitmen fiskal spesifik yang dapat mendukung rencana tersebut.

    “Yang terpenting adalah seberapa tegas para pembuat kebijakan akan melaksanakan tujuan-tujuan ini,” kata Michelle Lam, ekonom China di Societe Generale, dengan mencontohkan peningkatan pembayaran pensiun.

    Meskipun rencana ini berfokus pada jangka panjang, pemberitahuan tersebut juga mengirimkan sinyal kuat untuk jangka pendek, dengan janji bahwa kebijakan makro akan diperkuat pada waktu yang tepat untuk mendukung perekonomian.

    Para ekonom secara umum memperkirakan pertumbuhan akan melambat dalam beberapa tahun mendatang seiring Beijing mencari model ekspansi baru yang lebih stabil.

    Guncangan Ekonomi China

    Para pembuat kebijakan kemungkinan menargetkan pertumbuhan tahunan rata-rata di kisaran 4,5%-4,8% untuk periode 2026-2030, menurut analisis dari berbagai perusahaan, termasuk Macquarie Group dan Standard Chartered.

    Perekonomian China berada di jalur yang tepat untuk tumbuh rata-rata 5,5% per tahun selama periode 5 tahun yang berakhir pada 2025, menurut perkiraan pemerintah sebelumnya.

    Tantangan utama dalam mencapai tujuan tersebut adalah pengeluaran rumah tangga China yang masih lemah, hanya mencapai sekitar 40% dari PDB tahun lalu. Angka tersebut hampir tidak berubah dari level 2019, sebelum pandemi menghentikan tren peningkatan yang sebelumnya terjadi.

    Robin Xing dari Morgan Stanley telah menganjurkan reformasi kesejahteraan sosial skala penuh selama beberapa tahun, dengan alasan dapat mengurangi kelebihan tabungan rumah tangga yang diperkirakan mencapai 30 triliun yuan (Rp69.000 triliun).

    Xing memperkirakan langkah tersebut dapat meningkatkan porsi konsumsi swasta terhadap PDB sebesar 1,6 poin persentase pada 2030 mendatang.

    Para ekonom di UBS, termasuk Ning Zhang, menyarankan agar pemerintah dapat mengambil langkah awal yang lebih sederhana, yakni menetapkan target resmi yang eksplisit untuk porsi konsumsi terhadap PDB, menurut laporan Bloomberg.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • GPU AI Nvidia H100 Bakal Mengangkasa Diangkut Roket Falcon 9

    GPU AI Nvidia H100 Bakal Mengangkasa Diangkut Roket Falcon 9

    Jakarta

    Chip AI terkuat di dunia, Nvidia H100, sebentar lagi akan benar-benar meluncur ke luar angkasa. Bersama startup asal Redmond, Washington, bernama Starcloud, Nvidia siap menguji kekuatan GPU-nya di orbit melalui proyek satelit Starcloud-1 yang dijadwalkan terbang bulan depan menggunakan roket SpaceX Falcon 9.

    Satelit seukuran kulkas kecil dengan bobot sekitar 59 kilogram itu diklaim akan menghadirkan kemampuan komputasi GPU 100 kali lebih kuat dari operasi luar angkasa mana pun sebelumnya. Ini bukan sekadar uji coba, tapi langkah awal menuju era di mana komputasi AI tak lagi terbatas di pusat data di Bumi, melainkan juga di orbit.

    Menurut Nvidia, Starcloud-1 dirancang untuk menunjukkan bagaimana GPU H100 dan akselerator AI dapat beroperasi di kondisi ekstrem ruang angkasa. Tanpa atmosfer, satelit akan mendapat pasokan energi matahari yang konstan dan jauh lebih efisien. Tak ada awan, malam, atau suhu panas yang menurunkan performa panel surya — artinya, daya untuk menjalankan AI bisa tersedia 24 jam penuh.

    Lebih menarik lagi, sistem pendingin di orbit justru memanfaatkan ruang hampa itu sendiri. Starcloud menggunakan radiator inframerah yang membuang panas langsung ke luar angkasa, tanpa memerlukan air atau udara sebagai media pendingin. Dalam praktiknya, sistem ini bisa menghemat sumber daya Bumi sambil menjaga performa komputasi tetap stabil.

    “Dalam 10 tahun, hampir semua pusat data baru akan dibangun di luar angkasa,” ujar Philip Johnston, CEO dan salah satu pendiri Starcloud. Ia mengklaim biaya pembangunan dan pengoperasian satelitnya bisa 10 kali lebih murah dibanding pusat data di darat, bahkan setelah memperhitungkan ongkos peluncuran roket.

    Langkah Starcloud ini menjadi babak baru dalam ekspansi Nvidia di dunia AI. Setelah mendominasi pusat data dan superkomputer di Bumi, kini Nvidia membawa kekuatannya melintasi atmosfer. Jika proyek ini sukses, Starcloud-1 bisa menjadi prototipe pertama dari generasi baru pusat data orbit, yang memproses data AI dengan efisiensi energi sangat tinggi.

    Dengan ambisi besar ini, Nvidia dan Starcloud tak hanya mengubah cara dunia menjalankan komputasi AI, tapi juga menandai dimulainya era komputasi antariksa yang sebelumnya hanya ada di film fiksi ilmiah, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Jumat (24/10/2025).

    (asj/asj)

  • Maaf Bukan RI, Malaysia Jadi Penentu Perang Dagang Trump-Xi Jinping

    Maaf Bukan RI, Malaysia Jadi Penentu Perang Dagang Trump-Xi Jinping

    Jakarta, CNBC Indonesia – Malaysia akan berperan penting dalam menurunkan atau semakin menaikkan intensitas perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Hal ini terkait putaran kelima perundingan perang dagang keduanya, yang akan berlangsung di Kuala Lumpur, akhir pekan ini.

    Pertemuan terjadi di sela-sela KTT Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) 26-28 Oktober. Presiden AS Donald Trump akan hadir, sekaligus memulai perjalanan besar pertamanya ke sekutu Asia seperti Jepang, termasuk menghadiri KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Korea Selatan (Korsel) 30 Oktober yang diharapkan mempertemukannya dengan Presiden China Xi Jinping.

    Menurut peneliti senior tamu di ISEAS-Yusof Ishak Institute Jayant Menon sebenarnya kedua negara memegang masing-masing kartu. AS mengancam akan memanfaatkan kekuatan perangkat lunaknya (software) menjelang perundingan dagang baru dengan China. Sementara China mungkin akan memainkan isu kedelai atau narkotika jenis fentanil di mana sebelumnya AS ingin makin masif ke pasar kedelai China dan Trump meneriakkan upaya lebih keras pemerintah Xi Jinping atas klaimnya soal keterkaitan Beijing atas peredaran fentanil di Paman Sam.

    “Pada satu sisi, hal ini dapat dipandang sebagai bagian dari strategi negosiasi agresif, yang dirancang untuk mengintimidasi demi mengamankan kesepakatan terbaik,” kata Menon sebagaimana dibuat South China Morning Post (SCMP), Jumat (24/10/2025).

    “Hal ini juga secara tidak langsung mencerminkan betapa khawatirnya AS terhadap kontrol ekspor logam tanah jarang baru-baru ini,” tambahnya.

    “Namun, jika Washington memainkan kartu teknologi… kemungkinan besar dampaknya kecil, karena Beijing telah menunjukkan bahwa mereka tidak bisa dipaksa,”.

    Hal sama juga dikatakan kepala ekonom untuk Asia di Economist Intelligence Unit, Nick Marro. Ia juga mengatakan bahwa ia tidak memperkirakan Beijing akan membuat konsesi besar dalam hal pengendalian ekspor tanah jarang, meskipun ada potensi cengkeraman pada industri manufaktur berteknologi tinggi jika pembatasan terkait perangkat lunak benar-benar terwujud.

    Sebagaimana diketahui AS pekan kemarin mengancam menaikkan tarif important hingga 100% ke China. Hal tersebut akibat kebijakan pembatasan ekspor mineral kritis logam tanah jarang (rare earth) China, yang penting bagi industri AS.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Trump Beri Sanksi 2 Raksasa Minyak Rusia, Putin Ancam Konsekuensi!

    Trump Beri Sanksi 2 Raksasa Minyak Rusia, Putin Ancam Konsekuensi!

    Moskow

    Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan negaranya tidak akan pernah tunduk pada tekanan dari Amerika Serikat (AS) atau kekuatan asing lainnya. Penegasan ini disampaikan setelah pemerintahan Presiden AS Donald Trump menjatuhkan sanksi terhadap dua raksasa minyak Rusia. Putin pun mengancam akan ada konsekuensi untuk itu.

    Trump, pada Rabu (22/10), menjatuhkan sanksi terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia dalam perubahan kebijakan yang tajam terkait perang Moskow di Ukraina, yang mendorong harga minyak global melonjak hampir 5 persen pada Kamis (23/10) dan India mempertimbangkan untuk mengurangi impor Rusia.

    Saat berbicara kepada wartawan, seperti dilansir Reuters, Jumat (24/10/2025), Putin mengatakan bahwa sanksi-sanksi AS dan Barat merupakan tindakan yang “tidak bersahabat” dan akan memiliki konsekuensi.

    “Itu akan memiliki konsekuensi tertentu, tetapi tidak akan secara signifikan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi kita,” ucap Putin dalam pernyataannya.

    Ditegaskan oleh Putin bahwa sektor energi Rusia tetap merasa percaya diri.

    “Itu, tentu saja, merupakan upaya untuk menekan Rusia,” kata Putin. “Tetapi tidak ada negara yang menghargai diri sendiri dan tidak ada orang yang menghargai diri sendiri yang akan memutuskan apa pun di bawah tekanan,” tegasnya.

    Lebih lanjut, Putin mengenang bahwa Trump pada masa jabatan pertamanya juga memberlakukan sanksi keras terhadap Rusia. Dia memperingatkan bahwa mengganggu ekspor dari Rusia — pengekspor minyak terbesar kedua di dunia — akan memicu lonjakan tajam harga minyak, termasuk di sejumlah pom bensin AS.

    Hal semacam itu, sebut Putin, akan menimbulkan ketidaknyamanan politik bagi Washington sendiri.

    Meskipun dampak finansial terhadap Rusia mungkin terbatas dalam jangka pendek, sanksi baru AS ini menjadi sinyal kuat dari niat Trump untuk menekan finansial Moskow dan berupaya memaksa Kremlin untuk mencapai kesepakatan damai, walaupun belum jelas apakah India akan benar-benar berhenti membeli minyak mentah Rusia.

    Sementara itu, mengenai rencana pertemuan dibatalkan Trump, Putin mengatakan bahwa pertemuan puncak itu dan lokasinya, yakni Budapest (ibu kota Hungaria), diusulkan oleh sang Presiden AS sendiri.

    “Apa yang bisa saya katakan? Dialog selalu lebih baik daripada semacam konfrontasi, daripada semacam perselisihan atau, terlebih lagi, perang,” kata Putin.

    Ketika ditanya soal laporan Wall Street Journal (WSJ) yang menyebut pemerintahan Trump mencabut pembatasan utama untuk penggunaan sejumlah rudal jarak jauh yang dipasok sekutu Barat kepada Ukraina, Putin menjawab: “Ini adalah upaya eskalasi.”

    “Tetapi jika senjata semacam itu digunakan untuk menyerang wilayah Rusia, responsnya akan sangat serius, bahkan mungkin membuat kewalahan. Biarkan mereka memikirkannya,” ucapnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Mikroplastik di Mana-mana, Tapi Kamu Bisa Menghindarinya

    Mikroplastik di Mana-mana, Tapi Kamu Bisa Menghindarinya

    Jakarta

    Jika kalian khawatir akan bahaya mikroplastik, dunia ini mungkin bisa terasa seperti ladang ranjau. Pasalnya, mikroplastik ada di mana-mana, sehingga sangat sulit menghindarinya.

    Partikel plastik kecil bisa saja terlepas dari pakaian kalian yang berbahan poliester, melayang di udara dalam ruangan, dan terkikis dari kemasan ke makanan siap saji. Namun, para ilmuwan mengatakan ada satu faktor yang paling berpengaruh, dan ternyata mudah dikendalikan.

    Dikutip dari The Washington Post, para peneliti menemukan bahwa panas merupakan salah satu pendorong terbesar pelepasan mikroplastik. Ketika kalian menuangkan kopi ke dalam cangkir styrofoam, bahan plastik langsung meresap ke dalam minuman.

    Atau, ketika menyeduh teh celup, jutaan serpihan mikroskopis akan berakhir di cangkir teh kalian dan terminum. Bahkan, mencuci pakaian poliester dengan air panas dapat menyebabkan serat yang tak terhitung jumlahnya berputar-putar di perairan kita, mencemari lingkungan dan mengancam satwa liar.

    Sebuah studi terbaru dari University of Birmingham, Inggris, menemukan bahwa minuman panas mengandung partikel mikroplastik hampir dua kali lipat lebih banyak daripada minuman dingin. Para peneliti juga mencatat bahwa plastik yang lebih tua atau terdegradasi akan lebih mudah larut ketika terpapar suhu tinggi.

    Demikian pula, para ilmuwan di University of Nebraska, Amerika Serikat, menemukan bahwa memanaskan wadah makanan bayi plastik dalam microwave melepaskan miliaran nanoplastik per sentimeter persegi.

    Meskipun kita masih belum sepenuhnya memahami risiko kesehatan jangka panjangnya, bukti awal menunjukkan kekhawatiran. Mikroplastik telah terdeteksi di otak, darah, hingga paru-paru, dan studi mengaitkannya dengan risiko stroke, penyakit jantung, dan masalah perkembangan yang lebih tinggi pada anak-anak.

    Namun, mengurangi paparan plastik bukan berarti hidup bebas plastik. Solusi paling sederhana? Kita bisa mengupayakan untuk menjauhkan bahan plastik dari panas.

    Hindari memanaskan makanan dalam wadah plastik di microwave, menuangkan minuman panas ke gelas atau logam, dan pilih saringan dari kain alami ketimbang bahan sintetis. Setidaknya, setiap langkah kecil melindungi tubuh kita, Bumi, dan hewan-hewan yang tinggal bersama manusia.

    (rns/afr)

  • Tuding-menuding Trump Vs Presiden Kolombia

    Tuding-menuding Trump Vs Presiden Kolombia

    Washington

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuding Presiden Kolombia Gustavo Petro sebagai ‘gembong narkoba’. Petro membalas tudingan Trump tersebut sebagai fitnah.

    Dilansir Al Arabiya, Senin (20/10/2025), Trump menyalahkan kepemimpinan politik Kolombia atas kegagalan memenuhi kewajiban pengendalian narkoba. Trump mengatakan AS akan menghentikan ‘pembayaran dan subsidi skala besar’ untuk Kolombia.

    “Petro adalah pemimpin narkoba ilegal yang sangat mendorong produksi narkoba secara besar-besaran,” kata Trump dalam pernyataan via media sosial Truth Social.

    Dia mengatakan produksi narkoba itu ditujukan untuk dijual ke AS. Menurutnya, hal itu memicu kematian di AS.

    Trump juga berjanji akan mencabut semua bantuan untuk Kolombia, yang secara historis merupakan mitra dekat AS, namun juga produsen kokain terkemuka di dunia.

    Tidak hanya itu, Trump mengancam akan mengenakan tarif lebih berat terhadap Kolombia, atau bahkan langkah-langkah lainnya yang tidak disebutkan secara spesifik untuk “menutup” budidaya narkoba di negara itu jika Petro tidak juga bertindak.

    “MULAI HARI INI, PEMBAYARAN INI, ATAU BENTUK PEMBAYARAN LAINNYA, ATAU SUBSIDI, TIDAK AKAN LAGI DILAKUKAN,” tegasnya, dalam postingan yang menggunakan huruf kapital.

    Presiden Kolombia Gustavo Petro (File photo: AFP) Foto: dok. AFP

    Petro Bereaksi

    Petro membantah ucapan Trump itu. Ia mengatakan dia akan melakukan pembelaan diri secara hukum.

    “Saya akan membela diri secara hukum dengan pengacara Amerika di Pengadilan AS,” ujar Petro dilansir kantor berita AFP, Kamis (23/10/2025).

    Petro menyebut Trump telah memfitnahnya. Petro membantah segala tuduhan Trump.

    “Fitnah telah dilontarkan kepada saya di wilayah Amerika Serikat oleh pejabat tinggi,” kata Petro.

    “Ketika bantuan kami dibutuhkan untuk memerangi perdagangan narkoba, masyarakat AS akan menerimanya,” imbuhnya.

    Tarik Dubes dari AS

    karena tudingan Trump ini, otoritas Kolombia merespons dengan menarik pulang Duta Besarnya di Amerika Serikat. Kementerian Luar Negeri Kolombia, seperti dilansir AFP, Selasa (21/10/2025), mengumumkan pada Senin (20/10) bahwa Duta Besar Daniel Garcia Pena telah ditarik pulang dari Washington DC ke Bogota untuk melakukan konsultasi.

    Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Kolombia, Armando Benedetti, menyebut pernyataan Trump tentang penghentian paksa budidaya narkoba sebagai “ancaman invasi atau aksi militer terhadap Kolombia”.

    Diketahui, Petro dan Trump berselisih sejak sang Presiden AS itu kembali berkuasa pada Januari lalu, namun konflik publik keduanya semakin memanas dalam beberapa pekan terakhir, saat AS melancarkan operasi antinarkoba mematikan di kawasan Karibia.

    Presiden Kolombia Gustavo Petro (Photo by JUAN BARRETO / AFP) Foto: AFP/JUAN BARRETO

    Washington mengerahkan sejumlah kapal perang ke kawasan Karibia, tepatnya di dekat lepas pantai Venezuela, sejak Agustus lalu. Sejauh ini, kapal-kapal perang AS telah menyerang setidaknya tujuh kapal, yang diklaim menyelundupkan narkoba ke negara tersebut.

    Menurut pemerintahan Trump, total sedikitnya 32 orang tewas akibat serangan pasukan AS sejauh ini.

    Para pakar mempertanyakan legalitas serangan AS terhadap kapal-kapal tersebut di perairan internasional, tanpa mencoba mencegat atau menangkap awak kapal dan mengadili mereka.

    Operasi antinarkoba AS utamanya menargetkan perdagangan narkoba dari Venezuela, meskipun perhatian beralih ke Kolombia dalam beberapa hari terakhir.

    Menteri Pertahanan (Menhan) AS Pete Hegseth, pada Minggu (19/10), mengumumkan bahwa tiga orang tewas akibat serangan terhadap sebuah kapal yang diduga menyelundupkan narkoba.

    Kapal itu, menurut Hegseth, berafiliasi dengan Tentara Pembebasan Nasional Kolombia — kelompok gerilya sayap kiri yang dikenal sebagai ELN dalam bahasa Spanyol. Serangan itu sendiri disebut oleh Hegseth dilancarkan pada Jumat (17/10) lalu.

    Serangan itu terjadi setelah serangan lainnya — terhadap kapal semi-submersible — yang menewaskan dua orang, yang salah satunya warga Kolombia.

    Petro menuduh Trump telah melakukan pembunuhan dan melanggar kedaulatan Kolombia. Dia juga menyebut Trump “tidak menyukai orang bebas karena dia ingin menjadi raja”.

    Halaman 2 dari 4

    (isa/fas)

  • Trump Ancam Cabut Dukungan Jika Israel Nekat Caplok Tepi Barat

    Trump Ancam Cabut Dukungan Jika Israel Nekat Caplok Tepi Barat

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan mencabut dukungan jika Israel mencaplok Tepi Barat. Pernyataan ini diutarakan Trump dalam wawancaranya dengan majalah Time.

    Dilansir AFP, Kamis (23/10/2025), komentar Trump tersebut, menurut majalah Time, disampaikan melalui telepon pada 15 Oktober lalu.

    “Itu tidak akan terjadi. Itu tidak akan terjadi karena saya telah berjanji kepada negara-negara Arab. Dan Anda tidak bisa melakukan itu sekarang. Kami telah mendapat dukungan besar dari Arab,” kata Trump ketika ditanya apa konsekuensinya bagi Israel jika pencaplokan Tepi Barat terjadi.

    “Israel akan kehilangan semua dukungannya dari Amerika Serikat jika itu terjadi,” kata Trump.

    Trump yakin Arab Saudi akan bergabung dengan Perjanjian Abraham, yang menormalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab, pada akhir tahun. “Ya, saya yakin. Saya yakin,” katanya ketika ditanya apakah ia yakin Riyadh akan bergabung dalam jangka waktu tersebut.

    “Lihat, mereka punya masalah. Mereka punya masalah Gaza dan mereka punya masalah Iran. Sekarang mereka tidak punya dua masalah itu,” kata Trump merujuk pada perang Israel di Gaza dan program nuklir Iran, yang menjadi target serangan udara AS awal tahun ini.

    Trump juga akan membuat keputusan apakah Israel harus membebaskan tahanan Palestina terkemuka, Marwan Barghouti, sebagai bagian dari langkah-langkah perdamaian. Barghouti tokoh Fatah yang termasuk di antara tahanan Palestina ingin dibebaskan Hamas sebagai bagian dari kesepakatan Gaza, menurut media pemerintah Mesir.

    Trump telah mengirimkan sejumlah pejabat tinggi ke Israel dalam beberapa hari terakhir untuk memperkuat gencatan senjata Gaza yang rapuh.

    Namun, ketika Wapres AS James David Vance mengakhiri kunjungan 3 harinya di Israel, anggota parlemen Israel mengajukan dua rancangan undang-undang yang membuka jalan bagi aneksasi Tepi Barat.

    Vance mengatakan itu adalah “Aksi politik yang sangat bodoh dan saya pribadi merasa sedikit terhina karenanya”.

    Ketika Sekretaris Luar Negeri AS Maerco Rubio meninggalkan Washington, ia memperingatkan Israel agar tidak mencaplok Tepi Barat, dengan mengatakan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh parlemen dan kekerasan pemukim mengancam gencatan senjata Gaza.

    Halaman 2 dari 2

    (isa/rfs)

  • Ketegangan Dagang AS-China Memuncak Jelang Pertemuan Trump-Xi Jinping

    Ketegangan Dagang AS-China Memuncak Jelang Pertemuan Trump-Xi Jinping

    Bisnis.com, JAKARTA – Hubungan dagang AS-China kembali tegang sepekan jelang pertemuan kedua pemimpinnya, Donald Trump dan Xi Jinping, yang dipicu oleh langkah Beijing memperluas pembatasan ekspor logam tanah jarang.

    Ketegangan yang telah lama membara memuncak pada awal Oktober, setelah Beijing memperluas pembatasan ekspor logam tanah jarang (rare earth) sebagai respons terhadap keputusan AS menambah daftar perusahaan yang dilarang membeli teknologi asal Negeri Paman Sam.

    Langkah China memperketat kendali atas mineral penting, termasuk di luar wilayahnya, dinilai sebagai ekspansi besar terhadap instrumen kebijakan perdagangannya dan menunjukkan niat Beijing untuk memanfaatkan dominasinya dalam rantai pasok global.

    China, yang memproduksi lebih dari 90% pasokan logam tanah jarang dunia, merancang pembatasan tersebut dengan meniru aturan AS yang sebelumnya membatasi ekspor produk semikonduktor ke negara Asia tersebut.

    “Ini merupakan perluasan besar dari yurisdiksi ekstrateritorial. Bahasanya sangat eksplisit, secara khusus menargetkan sejumlah chip,” ujar Cory Combs, analis di lembaga konsultasi Trivium China dikutip dari Reuters, Kamis (23/10/2025).

    Menurut dua sumber yang mengetahui pembahasan internal, pemerintahan Trump terkejut oleh langkah balasan China. Sumber lain menyebut pejabat AS kini tengah menanyakan dampak kebijakan itu terhadap perusahaan-perusahaan Amerika.

    Para analis menilai, meski Beijing berupaya menggambarkan kebijakan ekspornya bersifat terbatas, kerangka aturan tersebut telah disiapkan lama dan kemungkinan besar akan tetap diterapkan.

    Washington menuduh Beijing melancarkan perang ekonomi, sementara Trump memperingatkan pertemuan puncak dengan Xi bisa saja batal. Kedua pihak pun saling menuding sebagai penyebab eskalasi mendadak hubungan bilateral.

    Padahal, hanya beberapa pekan sebelumnya Trump sempat memuji adanya kemajuan dalam pembahasan sejumlah isu — mulai dari perdagangan dan aplikasi TikTok hingga penyelundupan fentanyl dan perang di Ukraina — setelah pembicaraan di Madrid dan panggilan telepon dengan Xi pada September lalu.

    Para analis menilai, sekalipun pertemuan antara Trump dan Presiden Xi Jinping tetap berlangsung, keyakinan masing-masing pihak bahwa mereka berada di posisi lebih kuat — ditambah sikap Beijing yang semakin tegas — membuat kemungkinan tercapainya kesepakatan hanya terbatas pada sejumlah isu kecil.

    “China menilai negosiasi saja tidak cukup dan langkah tandingan yang efektif terhadap AS diperlukan untuk mencegah tekanan lebih lanjut,” kata Wu Xinbo, Direktur Pusat Kajian Amerika di Universitas Fudan, Shanghai.

    Wu menambahkan, langkah terbaru China mencerminkan perubahan pendekatan dalam negosiasi ekonomi dan perdagangan dengan AS selama masa jabatan kedua Trump.

    Trump Ancam Tarif 100%

    Trump menegaskan masih berencana bertemu Xi di Korea Selatan pada akhir Oktober, di sela-sela pertemuan APEC, dan berharap dapat mencapai kesepakatan. Namun, dia kembali mengancam akan memberlakukan tarif hingga 100% jika pembicaraan gagal.

    Sebagai upaya terakhir meredam ketegangan, Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng dijadwalkan bertemu di Malaysia dalam beberapa hari ke depan.

    Pertemuan tersebut mengikuti serangkaian negosiasi keras di berbagai ibu kota Eropa — mulai dari Jenewa hingga Stockholm — yang mencakup isu perdagangan, fentanyl, akses pasar, dan komitmen ekonomi. Kedua pihak saling menuding gagal menepati janji setelah pembicaraan itu.

    Seorang sumber yang memahami kebijakan Gedung Putih menyebut para pejabat senior Trump memandang langkah China terhadap ekspor logam tanah jarang sebagai perang ekonomi terbuka.

    “Potensi eskalasinya sangat serius. “Tidak ada solusi cepat seperti jeda 90 hari yang pernah dilakukan sebelumnya,” ujar sumber tersebut.

    Sama-sama Percaya Diri

    Michael Hart, Presiden Kamar Dagang AS di China, mengatakan salah satu tantangan utama adalah keyakinan masing-masing pihak bahwa kedua negara memiliki posisi tawar yang lebih kuat.

    “Pejabat China merasa percaya diri terhadap perekonomian mereka dan melihat AS sedang dilanda kekacauan ekonomi dan politik. Karena itu, mereka merasa berada di posisi yang kuat,” ujarnya.

    Namun, di sisi lain, pejabat AS justru merasa yakin kondisi ekonomi mereka lebih solid dan menilai ekonomi China sedang melemah.

    Ketidakselarasan kebijakan AS terhadap China disebut semakin memperumit upaya meredakan ketegangan, di tengah kombinasi langkah hukuman dan pelonggaran terbatas terhadap ekspor chip serta kesepakatan aplikasi media sosial TikTok.

    “Orang-orang yang saya temui di Washington mengatakan kebijakan pemerintahan Trump terhadap China cukup keras. Namun mereka juga mengakui, Presiden Trump sendiri terkadang lebih fleksibel dan pragmatis,” kata Hart.

    Meski kedua pihak bersiap melanjutkan pembicaraan, Washington dan Beijing juga mulai memperluas strategi diversifikasi ekonomi serta menyiapkan langkah baru untuk mengurangi ketergantungan satu sama lain.

    Pada awal pekan ini, Trump menandatangani pakta mineral strategis dengan Australia guna mengimbangi peran dominan China di sektor tersebut. Di sisi lain, AS juga tengah mempertimbangkan kebijakan baru untuk membatasi ekspor produk berbasis perangkat lunak.

    Pejabat AS juga menyatakan pemerintah sedang menyiapkan tarif sektoral tambahan yang mencakup industri semikonduktor, farmasi, dan sektor strategis lainnya.

    Sebaliknya, China diperkirakan dapat mengambil langkah balasan dengan memperketat penerapan aturan ekspor logam tanah jarang, meluncurkan penyelidikan antimonopoli terhadap perusahaan AS, atau meningkatkan tarif seperti yang dilakukan pada April lalu.

    Di tengah ketidakpercayaan yang kian dalam, sebagian pejabat AS menilai skenario paling optimistis adalah kesepakatan lanjutan dari Phase One Deal tahun 2020. Kesepakatan yang mencakup pembelian kedelai atau produk pertanian lain dinilai lebih mudah dicapai.

    “Skenario terbaik adalah langkah-langkah membangun kepercayaan dan arahan untuk melanjutkan negosiasi kesepakatan baru yang bisa diluncurkan pada paruh pertama tahun depan,” ujar Peter Harrell, mantan pejabat ekonomi internasional di pemerintahan Biden.

  • Saksi AS untuk Minyak Rusia Bawa Petaka, Pembeli Terbesar Mau “Kabur”

    Saksi AS untuk Minyak Rusia Bawa Petaka, Pembeli Terbesar Mau “Kabur”

    Jakarta, CNBC Indonesia – India dikabarkan siap memangkas secara drastis impor minyak dari Rusia. Keputusan ini diambil guna mematuhi sanksi baru Amerika Serikat (AS) terhadap dua produsen energi utama Moskow, Rosneft dan Lukoil.

    Menurut sumber industri yang dikutip Reuters, perusahaan-perusahaan penyulingan besar India seperti Reliance Industries, Indian Oil Corp, Bharat Petroleum Corp, dan Hindustan Petroleum Corp sedang meninjau ulang kontrak mereka untuk memastikan tidak ada pasokan yang berasal langsung dari perusahaan Rusia yang terkena sanksi.

    “Kalibrasi ulang impor minyak Rusia sedang berlangsung, dan Reliance akan sepenuhnya mematuhi pedoman Pemerintah India,” ujar juru bicara Reliance menanggapi pertanyaan soal rencana pengurangan impor minyak mentah Rusia, dikutip Kamis (23/10/2025).

    Reliance, yang dimiliki miliarder Mukesh Ambani, merupakan pembeli utama minyak mentah Rusia di India. Perusahaan ini diketahui memiliki kontrak jangka panjang untuk mengimpor sekitar 500.000 barel per hari dari Rosneft, namun kini tengah beralih mencari pasokan baru dari Timur Tengah dan Brasil.

    Seorang pejabat kilang India yang enggan disebutkan namanya mengatakan pemangkasan impor akan “besar-besaran,” meski tidak langsung mencapai nol.

    “Akan ada beberapa barel yang tetap masuk melalui perantara. Semuanya tergantung pada bank. Jika bank menyelesaikan pembayaran, maka kami akan membeli. Jika tidak, penerimaan akan nol,” katanya.

    Keputusan India ini datang di tengah meningkatnya tekanan diplomatik dari AS. Presiden Donald Trump, dalam masa jabatan keduanya, baru saja memperluas sanksi terkait Ukraina dengan menargetkan perusahaan minyak utama Rusia. Washington memberi waktu hingga 21 November bagi perusahaan global untuk menghentikan transaksi dengan Rosneft dan Lukoil.

    India selama ini menjadi pembeli terbesar minyak mentah Rusia dengan volume sekitar 1,7 juta barel per hari sejak 2022, memanfaatkan harga diskon pasca invasi Rusia ke Ukraina. Namun, langkah terbaru ini menandai potensi perubahan besar dalam strategi energi India, dari ketergantungan pada minyak murah Rusia menuju hubungan dagang yang lebih erat dengan Amerika Serikat.

    Harga minyak mentah Brent dilaporkan naik lebih dari 3% pada perdagangan Kamis seiring kekhawatiran pasar atas potensi gangguan pasokan akibat kebijakan baru tersebut.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Wapres AS Ingatkan Soal Tugas Berat dalam Melucuti Senjata Hamas

    Wapres AS Ingatkan Soal Tugas Berat dalam Melucuti Senjata Hamas

    Jakarta

    Wakil Presiden (Wapres) Amerika Serikat JD Vance mengingatkan tentang tugas berat yang akan dihadapi dalam melucuti senjata Hamas dan membangun masa depan yang damai bagi Gaza. Hal ini disampaikannya dalam kunjungannya ke Israel pada Rabu (22/10) waktu setempat, seiring Washington berusaha meyakinkan sekutunya itu mengenai langkah selanjutnya dalam kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

    Vance bertemu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari kedua kunjungannya ke Israel, sebagai bagian dari upaya diplomatik untuk mendukung rencana 20 poin yang diusulkan Presiden AS Donald Trump.

    “Kita memiliki tugas yang sangat, sangat berat di depan kita, yaitu melucuti senjata Hamas tetapi juga membangun kembali Gaza, untuk membuat kehidupan rakyat Gaza lebih baik, tetapi juga untuk memastikan bahwa Hamas tidak lagi menjadi ancaman bagi teman-teman kita di Israel,” kata Vance, dilansir Al Arabiya dan AFP, Kamis (23/10/2025).

    Vance memulai kunjungan tiga hari tersebut pada hari Selasa lalu dengan membuka Pusat Koordinasi Sipil-Militer (CMCC) di Israel barat daya, tempat pasukan AS dan sekutu akan bekerja sama dengan pasukan Israel untuk memantau gencatan senjata dan mengawasi bantuan ke Gaza.

    “Banyak teman Israel kami bekerja sama dengan banyak orang Amerika untuk memediasi seluruh proses gencatan senjata ini, untuk membangun beberapa infrastruktur penting,” kata Vance setelah bertemu dengan Netanyahu di Yerusalem.

    Vance menyebutkan “pasukan keamanan internasional” sebagai salah satu badan yang harus dibentuk. Berdasarkan rencana 20 poin usulan Trump, misi militer ini akan menjaga perdamaian di Gaza saat Israel mundur dari wilayah itu.

    Beberapa sekutu AS sedang mempertimbangkan untuk bergabung dengan pasukan tersebut, tetapi tidak akan ada pasukan Amerika yang berada di Gaza, melainkan berkoordinasi dari CMCC di Kiryat Gat, Israel.

    Lihat Video ‘Menlu soal Trump Ajak Sekutu Lawan Hamas: RI Pilih Jaga Perdamaian’:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)