kab/kota: Washington

  • Rindu Prabowo Ingin Pulang ke Indonesia di Tengah Lawatan Mancanegara

    Rindu Prabowo Ingin Pulang ke Indonesia di Tengah Lawatan Mancanegara

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto tengah melakukan kunjungan kerja sejak awal November 2024 hingga saat ini. Di tengah lawatan mancanegara itu, Prabowo mengaku ingin pulang ke tanah air.

    Prabowo mulai bertolak ke luar negeri yakni pada 8 November 2024. Prabowo memulai lawatannya pertama kali dengan berkunjung ke China.

    Setelah itu berlanjut ke Washington SC, Amerika Serikat (AS). Dalam kunjungan ke kedua negara itu, Prabowo bertemu masing-masing pemimpin negara yakni Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden. Bukan cuma dengan pemimpin negara, di sela agenda itu Prabowo juga bertemu dengan sejumlah tokoh di masing-masing negara.

    Selanjutnya, dari Washington DC Prabowo bertolak ke Peru untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pacific Economic Cooperation (KTT APEC). Lawatan Prabowo kemudian berlanjut ke Brasil menghadiri KTT G20.

    Prabowo Subianto saat memberikan keterangan pers di Brasil (Foto: Muchlis Jr – Biro Pers Sekretariat Presiden)

    Dari sejumlah negara yang sudah disinggahi itu, Prabowo mengaku kalau ia ingin pulang ke Indonesia. Namun, di sisi lain ia harus memanfaatkan waktu untuk sekalian berkunjung ke sejumlah negara yang mengundangnya.

    Hal tersebut diungkap Prabowo dalam keterangan persnya di Brasil, Minggu (17/11). Prabowo awalnya membeberkan kalau dirinya ingin fokus membenahi perekonomian Indonesia di tahun pertama menjadi presiden.

    Oleh karena itu lah, Prabowo merasa harus menghadiri beberapa forum ekonomi internasional. Terlebih usai dirinya dilantik, dalam waktu yang berdekatan ada penyelenggaraan KTT APEC dan KTT G20.

    Prabowo memanfaatkan waktu untuk sekalian berkunjung ke negara lain. Di semua negara yang dikunjungi, Prabowo membahas seputar ekonomi.

    Prabowo lalu menyebut setelah dari Brasil, ia akan melanjutkan lawatan ke Inggris. Ia lantas mengungkap rencana berkunjung ke beberapa negara di Timur Tengah.

    “Nanti pulang dari sini (G20), saya akan ke Inggris untuk ketemu bicara masalah ekonomi juga, kemungkinan-kemungkinan kita bisa narik investasi. Dan dari situ, saya juga akan mampir ke Timur Tengah, berapa negara di Timur Tengah,” ujarnya.

    Perihal ini, Prabowo mengatakan akan melihat dulu kesesuaian waktu. Meski begitu, ia mengaku kalau sebenarnya ingin pulang ke tanah air.

    “Hanya kita lihat apakah tanggalnya cocok atau tidak. Tapi saya ingin segera pulang sebetulnya,” ujarnya.

    Rangkuman lawatan Prabowo, simak di halaman berikut

  • Perang Eropa Makin Ngeri! Biden Buka Gerbang PD 3, Rusia-China Respons

    Perang Eropa Makin Ngeri! Biden Buka Gerbang PD 3, Rusia-China Respons

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang di Eropa semakin ngeri. Bahkan ada tanda “pintu” perang dunia 3 (PD 3) bakal terbuka.

    Hal ini setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh Washington untuk menyerang target militer di dalam wilayah Rusia. Ukraina dan Rusia sudah terlibat perang sejak dua tahun lebih.

    Pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim menunjuk pengerahan pasukan Korea Utara (Korut) guna membantu perang Rusia menjadi penyebab. Ini pun mengonfirmasi laporan dari laman The New York Times dan The Washington Post.

    Sebenarnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memang telah lama mendorong otorisasi dari AS. Ini untuk menggunakan ATACMS (Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat AS) untuk menyerang target di dalam wilayah Rusia.

    Zelensky sendiri memberi pernyataan setelah laporan Biden keluar. Ia mengonfirmasi izin dari AS.

    “Hari ini, ada banyak laporan media bahwa kami telah menerima izin untuk mengambil tindakan yang tepat,” katanya.

    “Tetapi serangan tidak dilakukan dengan kata-kata. Hal-hal seperti itu tidak diumumkan. Rudal akan berbicara sendiri. Pasti,” tambahnya.

    Rusia Merespons

    Rusia sendiri merespons Biden. Kremlin menyebut yang dilakukan presiden yang akan segera lengser itu sebagai eskalasi ketegangan.

    “Jelas bahwa pemerintahan yang akan berakhir di Washington bermaksud untuk mengambil langkah-langkah untuk terus mengobarkan api dan memicu eskalasi ketegangan lebih lanjut,” kata juru bicara pemerintah Dmitry Peskov.

    “Hal ini menandai spiral ketegangan baru dan situasi yang secara kualitatif baru dari sudut pandang keterlibatan AS dalam konflik,” tambahnya.

    Sebelumnya di September, Presiden Rusia Vladimir Putin juga sudah memberi peringatan. Bahwa jika Ukraina berani menyerang Rusia dengan rudal jarak jauh, Moskow akan mengambil keputusan “yang tepat” berdasar ancaman itu.

    Sementara itu, pejabat Rusia lain menegaskan keputusan AS adalah kesalahan. Ini mmpertaruhkan PD 3.

    “Orang-orang ini, pemerintahan Biden, mencoba meningkatkan situasi secara maksimal selagi mereka masih berkuasa dan masih menjabat,” kata anggota parlemen Rusia Maria Butina dikutip Reuters.

    “Saya sangat berharap (Donald) Trump akan mengatasi keputusan ini jika ini telah dibuat karena mereka benar-benar mempertaruhkan dimulainya Perang Dunia Ketiga yang tidak menguntungkan siapa pun,” tambahnya.

    Reaksi China

    Di sisi lain China memberi peringatan agar semua pihak mendinginkan situasi. Dalam sebuah pernyataan terbaru, China meminta penyelesaian damai atas perang Rusia dan Ukraina, setelah AS mengizinkan Kyiv untuk menggunakan rudal jarak jauhnya oleh Ukraina ke Rusia.

    “Gencatan senjata dini dan solusi politik melayani kepentingan semua pihak,” kata juru bicara kementerian luar negeri Lin Jian dalam pengarahan rutin.

    “Hal yang paling mendesak adalah mendorong pendinginan situasi sesegera mungkin,” tambahnya.

    China telah menampilkan dirinya sebagai pihak yang netral dalam perang Ukraina. Bahkan mengatakan tidak mengirimkan bantuan mematikan ke kedua belah pihak, seperti AS dan negara-negara Barat lainnya.

    Namun, China tetap menjadi sekutu dekat Rusia dalam bidang politik dan ekonomi. Negara-negara anggota NATO telah mencap Beijing sebagai “pendukung utama” perang.

    “China selalu mendorong dan mendukung semua upaya yang mendukung penyelesaian krisis secara damai,” tambah Lin lagi.

    “Beijing tidak pernah menyediakan senjata mematikan bagi pihak-pihak yang berkonflik, dan sejak awal telah secara ketat mengendalikan pesawat nirawak militer dan pesawat nirawak penggunaan ganda sesuai dengan hukum dan peraturan”, katanya.

    “Diharapkan negara-negara dan orang-orang terkait tidak akan membuat spekulasi liar atau mencemarkan nama baik dan memfitnah Tiongkok tanpa dasar fakta,” tegasnya.

    Persiapan Perang

    Sementara itu, dua negara tetangga terdekat Rusia, Swedia dan Finlandia kini mulai menyiapkan warganya untuk menghadapi peperangan. Sebenarnya Swedia dan Finlandia adalah negara non blok namun menghentikan ketidakberpihakan militer untuk bergabung dengan aliansi militer NATO tahun lalu setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.

    Swedia dilaporkan menerbitkan buku kecil “Jika Krisis atau Perang Datang” untuk disalurkan ke warga melalui Badan Kontingensi Sipil Swedia (MSB). Isinya tentang cara mempersiapkan diri menghadapi keadaan darurat seperti perang, bencana alam, atau serangan siber.

    “Situasi keamanan serius dan kita semua perlu memperkuat ketahanan kita untuk menghadapi berbagai krisis dan akhirnya perang,” kata Direktur MSB Mikael Frisell dalam sebuah pernyataan.

    Finlandia sendiri meluncurkan situs web kesiapsiagaan baru. Finlandia sendiri berbatasan sepanjang 1.340 kilometer (830 mil) dengan Rusia.

    Sejak kemarin hingga 28 November, Finlandia juga akan menjadi tuan rumah latihan artileri aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ini merupakan latihan skala besar pertamanya sejak negara Nordik tersebut bergabung dengan aliansi.

    (sef/sef)

  • 8 Update Perang Rusia-Ukraina: AS Dekatkan Dunia Menuju PD 3

    8 Update Perang Rusia-Ukraina: AS Dekatkan Dunia Menuju PD 3

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dinamika perang Rusia-Ukraina terus berlanjut. Memasuki dua setengah tahun lebih, pergerakan perang belum mencapai titik-titik perdamaian.

    Terbaru, Minggu (17/11/2024), Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memberikan restu kepada Ukraina untuk menyerang wilayah dalam Rusia menggunakan senjata buatannya. Hal ini pun telah memicu reaksi dari sejumlah negara.

    Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dirangkum dari beberapa sumber oleh CNBC Indonesia, Senin (18/11/2024):

    1. Kanselir Jerman Telepon Putin, NATO Uring-uringan

    Dinamika terjadi di tubuh aliansi NATO. Hal ini terjadi setelah Kanselir Jerman Olaf Scholz, yang merupakan anggota NATO, menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin saat hubungan kedua pihak sedang memanas akibat perang Ukraina.

    Mengutip Newsweek, Scholz mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ia meminta Putin untuk mengakhiri perang di Ukraina dan menarik semua pasukan Rusia dari negara itu. Menurutnya, manuver Moskow saat ini tidak mengarahkan menuju perdamaian abadi antara kedua negara.

    “Rusia harus menunjukkan kesediaan untuk berunding dengan Ukraina, dengan tujuan mencapai perdamaian yang adil dan abadi,” kata Scholz dikutip Newsweek, Senin (18/11/2024).

    Panggilan telepon ini pun mendapatkan reaksi dari anggota NATO lainnya, Polandia. Perdana Menteri Polandia Donald Tusk mengatakan dalam sebuah unggahan di X bahwa manuver Scholz adalah sesuatu yang sia-sia.

    “Tidak seorang pun akan menghentikan Putin dengan panggilan telepon,” ucapnya

    Menteri Luar Negeri Lithuania, Gabrielius Landsbergis, juga menyuarakan hal serupa. Menurutnya, ‘sejarah terus memberitahu kita bahwa perdamaian sejati hanya dapat dicapai melalui kekuatan’.

    “Panggilan telepon itu, seharusnya, menjadi napas terakhir dari strategi yang gagal untuk memperdagangkan tanah demi ‘perdamaian’ dengan seorang diktator genosida,” ucapnya.

    Walau begitu, Scholz membela diri pada hari Minggu bahwa penting untuk menekankan kepada pemimpin Rusia bahwa ia tidak dapat mengandalkan dukungan dari Jerman, Eropa, dan banyak negara lain di dunia dalam aksi di Ukraina.

    “Menurut saya, bukan ide yang baik jika ada pembicaraan antara presiden Amerika dan Rusia namun pemimpin negara Eropa yang penting tidak melakukannya juga,” tambahnya.

    Di sisi lain, Kremlin mengatakan dalam pernyataan panggilan tersebut bahwa setiap perjanjian di masa mendatang harus mempertimbangkan ‘realitas teritorial baru’.

    “Panggilan tersebut atas permintaan Berlin, dan merupakan pertukaran pandangan yang mendalam dan jujur tentang situasi di Ukraina,” kata Kremlin.

    2. Trump Buka Suara Lagi soal Perang Ukraina

    Manuver Biden yang memberikan izin penggunaan senjata AS di Rusia mengundang reaksi dari kubu AS terpilih Donald Trump. Putra sulung Trump, Donald Trump Jr., juga mengatakan bahwa manuver itu bisa mengundang Perang Dunia 3 (PD 3) dan kejadian itu telah direstui oleh sejumlah produsen alat-alat pertahanan.

    “Kompleks Industri Militer tampaknya ingin memastikan mereka memulai PD 3 sebelum ayah saya memiliki kesempatan untuk menciptakan perdamaian dan menyelamatkan nyawa,” tulisnya di X pada hari Minggu.

    “Harus mengunci Triliunan itu. Hidup akan terkutuk!!! Orang-orang bodoh!”

    Anggota parlemen Rusia Maria Butina mengatakan pada hari Senin bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden mempertaruhkan Perang Dunia Ketiga (PD3) jika mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang Rusia.

    “Orang-orang ini, pemerintahan Biden, sedang mencoba meningkatkan situasi semaksimal mungkin selagi mereka masih berkuasa dan masih menjabat,” kata Butina kepada Reuters.

    “Saya sangat berharap (Donald) Trump akan mengatasi keputusan ini jika ini telah dibuat karena mereka benar-benar mempertaruhkan dimulainya PD3 yang tidak menguntungkan siapa pun.”

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada tanggal 12 September bahwa persetujuan Barat untuk langkah tersebut akan berarti adanya ‘keterlibatan langsung’ negara-negara NATO dan dalam perang di Ukraina. Ini karena infrastruktur dan personel militer NATO harus terlibat dalam penargetan dan penembakan rudal.

    4. Kim Jong Un Semprot AS-Barat Soal Perang Ukraina

    Pemimpin Tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengatakan Amerika Serikat (AS) dan Barat menggunakan militer Ukraina sebagai ‘pasukan kejut’ untuk melawan Rusia. Hal ini disampaikannya dalam pidato yang disiarkan media pemerintah, Senin (18/11/2024).

    Dalam laporan tersebut, yang dikutip AFP, Kim mengatakan AS dan Barat menggunakan konflik di Ukraina untuk memperluas cakupan intervensi militer mereka secara global. Ia menyebut bahwa Washington menganggap Kyiv sebagai sarana yang sangat penting untuk menggoyang kekuatan Rusia.

    “Mereka juga mencoba untuk meningkatkan pengalaman tempur mereka, dengan Ukraina digunakan sebagai pasukan kejut melawan Rusia. Bantuan militer berkelanjutan Washington ke Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran Perang Dunia 3,” katanya.

    Pernyataan ini muncul tatkala AS dan Korea Selatan (Korsel) menuduh Pyongyang mengirim lebih dari 10.000 tentara untuk membantu Rusia melawan Ukraina. Para ahli mengatakan Kim sangat menginginkan teknologi canggih Moskow, ditambah pengalaman pertempuran untuk pasukannya, sebagai balasannya.

    Pyongyang telah membantah pengerahan itu, dan Kim tidak menyebutkannya dalam pidato kepada komandan batalyon yang disiarkan oleh Kantor Berita Pusat Korea resmi.

    Kim juga berjanji negaranya akan memperkuat pertahanan senjata nuklirnya ‘tanpa batas’. Peringatannya muncul setelah Seoul pekan lalu mengatakan pasukan Korut telah mulai ‘terlibat dalam operasi tempur’ bersama pasukan Rusia di dekat perbatasan dengan Ukraina.

    “Kim kemungkinan mengingat potensi pengerahan pasukan tambahan untuk mendukung perang Rusia di Ukraina,” kata Hong Min, analis senior di Institut Korea untuk Penyatuan Nasional.

    Korut dan Rusia sendiri meneken kerja sama pertahanan Juni lalu. Keduanya diketahui memasukan klausul akan saling membantu jika salah satu dari mereka mendapatkan serangan.

    5. China Buka Suara AS Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh ke Rusia

    China merespons langkah Amerika Serikat (AS) yang memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh buatan AS terhadap sasaran militer di dalam wilayah Rusia.

    Beijing secara tegas menyerukan penyelesaian damai untuk perang di Ukraina.

    “Gencatan senjata lebih awal dan solusi politik adalah kepentingan semua pihak,” ujar Lin Jian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, dalam konferensi pers reguler ketika ditanya tentang keputusan AS tersebut, sebagaimana dilansir AFP, Senin (18/11/2024).

    Lin menambahkan bahwa hal paling mendesak saat ini adalah “mendorong pendinginan situasi sesegera mungkin.”

    Adapun China mengeklaim dirinya sebagai pihak netral dalam konflik ini dan menyatakan tidak memberikan bantuan senjata mematikan kepada salah satu pihak, berbeda dengan AS dan negara-negara Barat lainnya.

    Namun, NATO menyebut Beijing sebagai “pendukung tegas” perang yang tidak pernah secara resmi mengutuk tindakan Rusia.

    “China selalu mendorong dan mendukung semua upaya yang mendukung penyelesaian damai krisis ini,” Tegas Lin.

    6. Putin Tembak 120 Rudal & 90 Drone ke Ukraina

    Rusia melakukan serangan besar-besaran baru ke ibu kota Ukraina, Kyiv, Minggu (17/11/2024). Setidaknya ada 120 rudal dan 90 pesawat nirawak (drone) ditembakkan.

    Pejabat Ukraina mengatakan ini menjadi serangan terbesar dalam tiga tahun perang berlangsung. Dua orang tewas sementara belasan lainnya luka-luka.

    Mengutip AFP, ledakan besar terjadi dini hari di Kyiv dan kota dekat Sloviansk di wilayah Donetsk. Meski begitu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan ada 140 serangan yang berhasil dihalau dan ditembak jatuh dari 120 rudal dan 90 drone tersebut.

    Operasi Moskow juga telah membuat pemadaman listrik terjadi. Ini membuat banyak pihak khawatir mengingat musim dingin ekstrem mulai datang di wilayah itu dan kebutuhan akan pemanas begitu tinggi.

    “Pengeboman udara Rusia yang tak henti-hentinya telah menghancurkan setengah dari kapasitas produksi energi Ukraina,” tambah Zelensky.

    Selain wilayah ibu kota Kyiv, operator jaringan Ukraina DTEK juga mengumumkan pemadaman listrik di wilayah Donetsk dan Dnipropetrovsk di timur. Listrik juga diputus di beberapa bagian kota pelabuhan Laut Hitam selatan Odesa sementara para pejabat memperingatkan infrastruktur penting terdampak di wilayah Vinnytsia, Rivne, Volhynia, dan Zaporizhzhia.

    7. Ukraina Hantam Pabrik Rusia

    Sementara itu, Ukraina juga telah mengambil langkah menyerang ke arah Rusia. Gubernur Kursk Aleksei Smirnov menyebutkan seorang jurnalis lokal tewas pada hari Minggu ketika pesawat nirawak Ukraina menyerang wilayahnya.

    Di provinsi Belgorod Rusia, dekat Ukraina, seorang pria tewas di tempat setelah pesawat nirawak Ukraina menjatuhkan bahan peledak di mobilnya, Gubernur setempat Vyacheslav Gladkov melaporkan.

    Pesawat nirawak Ukraina lainnya pada hari Minggu menargetkan pabrik pesawat nirawak di Izhevsk, yang berada jauh di dalam Rusia. Pemimpin daerah itu, Aleksandr Brechalov, melaporkan bahwa sebuah pesawat nirawak meledak di dekat sebuah pabrik di kota itu, memecahkan jendela tetapi tidak menyebabkan kerusakan serius.

    “Seorang pria sempat dirawat di rumah sakit karena cedera kepala,” kata Brechalov.

    8. Elon Musk Respons Langkah Biden Beri Restu Kyiv Serang Rusia

    CEO SpaceX Elon Musk, orang kepercayaan dekat Presiden terpilih AS Donald Trump, telah mempertimbangkan keputusan Presiden Joe Biden untuk secara resmi menyetujui penggunaan rudal Amerika pada target yang jauh di dalam wilayah Rusia.

    Pandangannya ini terungkap saat ia merespons unggahan di X dari Senator Utah Mike Lee yang menyebut Biden dan kelompoknya merupakan “kaum liberal yang menyukai perang,” dan menambahkan: “perang memfasilitasi pemerintahan yang lebih besar.”

    Kemudian, Musk membalas unggahan ini dengan mengamini kata Lee. “Benar,” Jawab Musk.

    (luc/luc)

  • China Buka Suara AS Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh ke Rusia

    China Buka Suara AS Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh ke Rusia

    Jakarta, CNBC Indonesia – China merespons langkah Amerika Serikat (AS) yang memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh buatan AS terhadap sasaran militer di dalam wilayah Rusia.

    Beijing secara tegas menyerukan penyelesaian damai untuk perang di Ukraina.

    “Gencatan senjata lebih awal dan solusi politik adalah kepentingan semua pihak,” ujar Lin Jian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, dalam konferensi pers reguler ketika ditanya tentang keputusan AS tersebut, sebagaimana dilansir AFP, Senin (18/11/2024).

    Lin menambahkan bahwa hal paling mendesak saat ini adalah “mendorong pendinginan situasi sesegera mungkin.”

    Adapun China mengeklaim dirinya sebagai pihak netral dalam konflik ini dan menyatakan tidak memberikan bantuan senjata mematikan kepada salah satu pihak, berbeda dengan AS dan negara-negara Barat lainnya.

    Namun, NATO menyebut Beijing sebagai “pendukung tegas” perang yang tidak pernah secara resmi mengutuk tindakan Rusia.

    “China selalu mendorong dan mendukung semua upaya yang mendukung penyelesaian damai krisis ini,” Tegas Lin.

    Ia juga menambahkan bahwa Beijing bersedia “terus memainkan peran konstruktif dalam penyelesaian politik krisis Ukraina dengan caranya sendiri.”

    Sebelumnya, presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Minggu (17/11/2024) untuk pertama kalinya mengizinkan penggunaan rudal jarak jauh yang dipasok Washington ke Ukraina untuk menyerang di dalam Rusia.

    Pemberian izin ini terjadi saat Rusia telah meluncurkan total 120 rudal dan 90 pesawat nirawak dalam serangan skala besar di seluruh Ukraina. Moskow mengerahkan berbagai jenis pesawat nirawak dikerahkan, termasuk Shahed buatan Iran, serta rudal jelajah, balistik, dan rudal balistik yang diluncurkan pesawat.

    Adapun pertahanan Ukraina menembak jatuh 144 dari total 210 target udara.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pun merespon hal ini dengan baik. Menurutnya, rudal ini akan mampu memberikan tekanan baru kepada Rusia untuk segera menarik pasukannya dari Ukraina.

    “Hari ini, banyak yang dikatakan di media tentang kami yang menerima izin untuk tindakan yang relevan. Namun, serangan tidak dilakukan dengan kata-kata Zelensky dalam pidato video malam harinya.

    (luc/luc)

  • Tegang! Polandia Kerahkan Jet Tempur Saat Serangan Rusia ke Ukraina

    Tegang! Polandia Kerahkan Jet Tempur Saat Serangan Rusia ke Ukraina

    Jakarta

    Tegang! Militer Polandia mengerahkan jet-jet tempur dan memobilisasi semua pasukan yang ada sebagai tanggapan atas serangan rudal dan drone Rusia yang “besar-besaran” di Ukraina.

    “Karena serangan besar-besaran oleh Rusia, yang melakukan serangan menggunakan rudal jelajah, rudal balistik, dan drone terhadap lokasi-lokasi yang terletak, antara lain di Ukraina barat, operasi oleh pesawat-pesawat Polandia dan sekutu telah dimulai,” tulis Komando Operasional Polandia dalam postingan di platform media sosial X, dilansir Al Arabiya, Senin (18/11/2023).

    Disebutkan bahwa langkah-langkah ini “ditujukan untuk menjamin keamanan di area yang berdekatan dengan zona yang terancam.”

    Menteri Energi Ukraina German Galushchenko mengatakan di platform Telegram pada Minggu (17/11) waktu setempat, bahwa “serangan besar-besaran terhadap sistem energi kami sedang berlangsung”, dan bahwa pasukan Rusia “menyerang fasilitas pembangkit dan transmisi listrik di seluruh Ukraina.”

    Wali kota Kyiv Vitali Klitschko mengatakan bahwa satu orang terluka akibat puing-puing yang jatuh dari drone di sebuah bangunan tempat tinggal.

    Pemerintah daerah dan media Ukraina melaporkan banyak ledakan di seluruh negeri termasuk di Zaporizhzhia, Odessa dan Mykolaiv di Ukraina selatan, dan Chernigiv di Ukraina utara.

    Sementara itu, pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akhirnya memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia. Hal ini menandai perubahan signifikan dalam kebijakan Washington soal konflik Ukraina-Rusia.

  • Biden Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Jarak Jauh AS untuk Melawan Rusia, Putin Meradang!

    Biden Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Jarak Jauh AS untuk Melawan Rusia, Putin Meradang!

    JABAR EKSPRES – Keputusan mengejutkan datang dari Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, yang kini mengizinkan Ukraina untuk menggunakan senjata jarak jauh buatan AS di wilayah Rusia.

    Langkah ini merupakan perubahan besar dalam kebijakan AS terkait konflik Ukraina dan dipandang sebagai titik balik penting dalam perang melawan invasi Rusia.

    Presiden Joe Biden memutuskan untuk mengizinkan Ukraina menggunakan sistem senjata jarak jauh Amerika, Army Tactical Missile System (ATACMS), untuk menyerang target di Rusia.

    Langkah ini diambil di tengah meningkatnya aktivitas militer Rusia di Ukraina, khususnya di wilayah Kursk, serta dukungan militer dari Korea Utara kepada Rusia.

    Presiden Biden telah membahas keputusan ini dengan sejumlah pemimpin dunia selama kunjungannya ke Amerika Selatan, termasuk dengan pemimpin Jepang, Korea Selatan, dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping.

    BACA JUGA: Prabowo Ucapkan Selamat atas Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden ke-47 AS

    Biden berupaya menekan Tiongkok agar memengaruhi Korea Utara untuk menghentikan dukungannya terhadap Rusia, mengingat Korea Utara adalah mitra dagang terbesar Tiongkok.

    Sementara itu, Presiden Vladimir Putin pun telah merespons kebijakan Washington ini.

    Moskow akan membuat “keputusan yang tepat dalam menanggapi ancaman yang akan diberikan kepada kami.” Ungkap Putin, dikutip dari Rusia Today.

    Keputusan ini tidak hanya berdampak pada konflik Ukraina, tetapi juga membuka babak baru dalam dinamika geopolitik global.

    Sistem Senjata ATACMS

    ATACMS adalah senjata jarak jauh dengan kemampuan luar biasa. Sistem ini memiliki jangkauan sekitar 180 hingga 190 mil dan dirancang untuk menghancurkan target strategis seperti depot amunisi, konsentrasi pasukan, dan pusat logistik.

  • Akhirnya, Biden Izinkan Ukraina Pakai Senjata AS Serang Wilayah Rusia

    Akhirnya, Biden Izinkan Ukraina Pakai Senjata AS Serang Wilayah Rusia

    Washington DC

    Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akhirnya memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia. Hal ini menandai perubahan signifikan dalam kebijakan Washington soal konflik Ukraina-Rusia.

    Informasi tersebut, seperti dilansir Reuters, Senin (18/11/2024), diungkapkan oleh dua pejabat AS yang enggan disebut namanya dan seorang sumber yang mengetahui keputusan Washington tersebut.

    Disebutkan sumber-sumber yang dikutip Reuters itu bahwa Ukraina berencana melancarkan serangan jarak jauh pertamanya dalam beberapa hari ke depan. Namun rincian soal rencana serangan itu tidak diungkapkan ke publik karena kekhawatiran keamanan operasional.

    Menurut sumber-sumber itu, serangan pertama jauh ke dalam wilayah Rusia kemungkinan akan dilakukan militer Ukraina dengan menggunakan roket ATACMS, yang memiliki jangkauan hingga 306 kilometer.

    Langkah ini diambil sekitar dua bulan sebelum Presiden terpilih AS Donald Trump mulai menjabat pada 20 Januari tahun depan, dan menyusul permohonan selama berbulan-bulan dari Presiden Volodymyr Zelensky agar mengizinkan Ukraina memakai senjata AS untuk menyerang target militer Rusia yang jauh dari perbatasan.

    Perubahan posisi AS ini, menurut pejabat AS dan sumber yang dikutip Reuters, sebagian besar terjadi sebagai respons atas pengerahan pasukan darat Korea Utara (Korut) untuk melengkapi pasukan militer Rusia dalam perang melawan Ukraina. Perkembangan ini memicu kekhawatiran Washington dan Kyiv.

    Zelensky dalam pidato terbarunya menyebut rudal-rudal itu akan “berbicara sendiri”.

  • Donald Trump Pilih Kabinet Pro-Israel, Muslim Amerika Kecewa

    Donald Trump Pilih Kabinet Pro-Israel, Muslim Amerika Kecewa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Para pemimpin Muslim di Amerika Serikat (AS) setelah memberi dukungan kepada Donald Trump. Mereka protes karena susunan kabinet Trump pro-Israel.

    Menurut para ahli, dukungan dari pimpinan muslim membantu Trump menang di Michigan dan kemungkinan menjadi faktor dalam kemenangan negara bagian lain.

    Padahal mereka sebelumnya memprotes dukungan pemerintahan Biden terhadap perang Israel di Gaza dan serangan terhadap Lebanon.

    “Trump menang karena kami dan kami tidak senang dengan pilihannya atas menteri luar negeri dan yang lainnya,” kata Rabiul Chowdhury, salah satu pendiri Muslims for Trump, dikutip dari Reuters, Minggu (17/11/2024).

    Trump memilih seorang senator Republik Marco Rubio, yang merupakan pendukung setia Israel untuk jabatan Menteri Luar Negeri.

    Awal tahun ini, Rubio mengatakan dia tidak akan melakukan gencatan senjata di Gaza, dan dia yakin Israel harus menghancurkan Hamas.

    Foto: Presiden terpilih AS Donald Trump berbicara saat bertemu dengan anggota DPR dari Partai Republik di Capitol Hill di Washington, AS, 13 November 2024. (REUTERS/Brian Snyder)
    Presiden terpilih AS Donald Trump berbicara saat bertemu dengan anggota DPR dari Partai Republik di Capitol Hill di Washington, AS, 13 November 2024. (REUTERS/Brian Snyder)

    “Orang-orang ini adalah binatang buas,” kata dia.

    Trump juga mencalonkan Mike Huckabee, mantan Gubernur Arkansas, sebagai duta besar AS untuk Israel berikutnya. erupakan seorang konservatif pro-Israel yang mendukung pendudukan Israel di West Bank.

    Rexhinaldo Nazarko, direktur eksekutif American Muslim Engagement and Empowerment Network (AMEEN), mengatakan para pemilih Muslim berharap Trump akan memilih pejabat kabinet yang bekerja untuk perdamaian. Namun sayang nya tidak ada tanda-tanda untuk itu.

    “Kami sangat kecewa,” kata Nazarko.

    “Tampaknya pemerintahan ini telah diisi sepenuhnya oleh kaum neokonservatif dan orang-orang yang sangat pro-Israel dan pro-perang, yang merupakan kegagalan di pihak Presiden Trump, terhadap gerakan pro-perdamaian dan anti-perang.” sambungnya.

    Nazarko mengatakan masyarakat akan terus mendesak agar suara mereka didengar untuk mengakhiri perang di Gaza.

    “Setidaknya kami ada di peta,” ujar Hassan Abdel Salam, mantan profesor di University of Minnesota.

    (wur)

  • Bertemu Joe Biden, Xi Jinping Ingatkan ‘Garis Merah’ soal Taiwan

    Bertemu Joe Biden, Xi Jinping Ingatkan ‘Garis Merah’ soal Taiwan

    Jakarta

    Presiden China Xi Jinping bertemu dengan Presiden AS Joe Biden. Xi Jinping memperingatkan Amerika Serikat untuk tidak melewati garis merah dalam mendukung Taiwan.

    Dilansir AFP, Minggu (17/11/2024) hal itu disampaikan Xi Jinping saat bertemu dengan Biden di sela KTT Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC) di Peru pada Sabtu (16/11). Pertemuan Xi Jinping dan Biden itu digelar 2 bulan sebelum Donald Trump menjabat, di tengah kekhawatiran perang dagang dan pergolakan diplomatik.

    Diketahui, China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya dan menolak untuk mengesampingkan kemungkinan menggunakan kekuatan untuk merebutnya, sementara Amerika Serikat adalah pendukung keamanan utama pulau yang diperintah sendiri itu meskipun tidak mengakui Taipei secara diplomatis.

    Xi Jinping mengatakan kepada Biden terkait masalah Taiwan adalah garis merah yang tidak boleh ditentang.

    “Masalah Taiwan, demokrasi dan hak asasi manusia, jalur dan sistem, serta kepentingan pembangunan adalah empat garis merah Tiongkok yang tidak boleh ditentang”, ujar pernyataan Xi Jinping seperti dilaporkan media negara China CCTV, seperti dilansir AFP.

    “Ini adalah pagar pembatas dan jaring pengaman terpenting bagi hubungan Tiongkok-AS,” tambah pernyataan itu.

    Dalam pernyataan itu, China memperingatkan bahwa tindakan separatis seperti kemerdekaan Taiwan tidak sesuai dengan perdamaian dan stabilitas di selat tersebut

    Xi Jinping juga mengatakan Washington “tidak boleh campur tangan dalam perselisihan bilateral… dan tidak memaafkan atau mendukung dorongan provokatif” di Laut Cina Selatan.

    Diketahui, China pada tahun ini telah menekan klaimnya di jalur air yang disengketakan dengan lebih tegas, meskipun ada peningkatan gesekan dengan tetangga regional dan putusan internasional yang sudah lama berlaku bahwa klaimnya tidak memiliki dasar hukum.

    Pada pertemuan itu, Xi Jinping juga mengatakan posisi Tiongkok dalam perang di Ukraina “terbuka dan jujur”. China juga tidak akan membiarkan ketegangan di semenanjung Korea “menjadi konflik atau kekacauan”, ujar pernyataan Xi Jinping seperti dilaporkan CCTV.

    (yld/gbr)

  • Xi Jinping Bertemu Biden, Siap Transisi Kerja Sama ke Pemerintahan Trump

    Xi Jinping Bertemu Biden, Siap Transisi Kerja Sama ke Pemerintahan Trump

    Jakarta

    Presiden China, Xi Jinping bertemu dengan Presiden AS Joe Biden yang masa jabatannya akan segera berakhir. Xi Jinping mengatakan dia siap bekerja sama dengan pemerintahan baru Presiden AS terpilih Donald Trump.

    Pertemuan Xi Jinping dengan Biden dilakukan di sela KTT Asia-Pasifik di Lima, Peru pada Sabtu (16/11/2024). Pertemuan itu dibayangi kekhawatiran perang dagang baru dan ketegangan diplomatik ketika Trump kembali menjabat pada Januari mendatang.

    Xi Jinping dan Biden awalnya berjabat tangan pada awal pertemuannya di hotel tempat Xi Jinping menginap di ibu kota Peru. Xi Jinping menyebut tujuan China adalah kerjasama yang stabil dengan Washington tetap tidak berubah.

    “China siap bekerja sama dengan pemerintahan AS yang baru untuk menjaga komunikasi, memperluas kerja sama, dan mengelola perbedaan, sehingga dapat mengupayakan transisi hubungan China-AS yang lancar,” katanya dalam komentar yang diterjemahkan, dilansir AFP, Minggu (17/11/2024).

    Xi Jinping dan Biden telah memimpin upaya untuk meredakan ketegangan atas berbagai isu, mulai dari perdagangan hingga Taiwan.

    Sementara itu Biden mengatakan bahwa dia “sangat bangga dengan kemajuan yang telah kita buat bersama.” Biden juga menyebut tidak boleh membiarkan persaingan berubah menjadi konflik.

    “Kedua negara kita tidak boleh membiarkan persaingan ini berubah menjadi konflik. Itu tanggung jawab kita dan selama empat tahun terakhir saya pikir kita telah membuktikan bahwa hubungan ini mungkin untuk terjalin,” kata Biden.

    (yld/knv)