kab/kota: Washington

  • Bagaimana Ekonomi Suriah yang Hancur Setelah Perang Saudara?

    Bagaimana Ekonomi Suriah yang Hancur Setelah Perang Saudara?

    Jakarta

    Ekonomi Suriah bernilai $67,5 miliar pada tahun 2011 ketika protes besar-besaran meletus menentang rezim Presiden Bashar al Assad, yang memicu pemberontakan yang kemudian meningkat menjadi perang saudara besar-besaran. Negara itu berada di peringkat ke-68 dari 196 negara dalam peringkat Produk Domestik Brutoo (PDB) global, setara dengan Paraguay dan Slovenia.

    Tahun lalu, ekonomi Suriah tercatat anjlok ke peringkat 129, setelah menyusut sekitar 85% menjadi hanya $9 miliar, demikian menurut perkiraan Bank Dunia. Situasi tersebut membuat negara itu secara ekonomi setara dengan negara-negara seperti Chad dan Palestina.

    Hampir 14 tahun konflik, sanksi internasional, dan eksodus 4,82 juta orang — lebih dari seperlima populasi negara itu — telah berdampak buruk pada Suriah, yang sudah menjadi salah satu negara termiskin di Timur Tengah.

    Sebanyak tujuh juta warga Suriah lainnya, lebih dari 30% dari populasi, masih mengungsi di dalam negeri hingga Desember ini, demikian menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA).

    Konflik telah menghancurkan infrastruktur negara tersebut, menyebabkan kerusakan permanen pada sistem pasokan listrik, transportasi, dan kesehatan. Beberapa kota, termasuk Aleppo, Raqqa, dan Homs, telah mengalami kerusakan yang meluas.

    Konflik tersebut menyebabkan devaluasi yang signifikan pada mata uang Pound Suriah, yang mengakibatkan penurunan daya beli yang sangat besar.

    Tahun lalu, negara tersebut mengalami hiperinflasi — inflasi yang sangat tinggi dan terus meningkat, menurut Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (SCPR) dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada bulan Juni. Indeks harga konsumen (CPI) meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

    Dua pilar utama ekonomi Suriah — minyak dan pertanian — hancur akibat perang. Pada tahun 2010, ekspor minyak menyumbang sekitar seperempat dari pendapatan pemerintah. Produksi pangan memberikan kontribusi yang sama terhadap PDB.

    Rezim Assad kehilangan kendali atas sebagian besar ladang minyaknya, yang direbut oleh kelompok pemberontak, termasuk ke tangan Islamic State (ISIS) dan kemudian juga ke pasukan yang dipimpin Kurdi.

    Sementara itu, sanksi internasional sangat membatasi kemampuan pemerintah untuk mengekspor minyak. Dengan produksi minyak yang menyusut drastis, hingga kurang dari sekitar 20.000 barel per hari di wilayah yang dikuasai rezim, negara tersebut menjadi sangat bergantung pada impor dari Iran.

    Seberapa cepat perekonomian Suriah dapat dibangun kembali?

    Sebelum tugas berat membangun kembali kota-kota, infrastruktur, minyak, dan sektor pertanian yang rusak dapat dimulai, diperlukan kejelasan lebih lanjut mengenai pemerintahan Suriah yang akan datang.

    Beberapa pengamat Suriah telah memperingatkan,dibutuhkan waktu hampir 10 tahun bagi negara itu untuk kembali ke tingkat PDB seperti di tahun 2011, dan dua dekade untuk sepenuhnya dibangun kembali. Mereka juga khawatir prospek Suriah dapat memburuk jika terjadi ketidakstabilan politik lebih lanjut

    Hayat Tahrir al-Sham (HTS), bekas kelompok yang terkait dengan Al-Qaida yang memimpin perebutan ibu kota Suriah, Damaskus, pada akhir pekan, mengatakan bahwa mereka kini tengah berupaya membentuk pemerintahan baru.

    Namun, sanksi internasional yang ketat terhadap Suriah masih berlaku. HTS juga dikenai sanksi internasional sebagai bagian dari penetapan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Negara-negara Barat dan Arab khawatir, kelompok tersebut kini mungkin berupaya mengganti rezim Assad dengan pemerintahan Islam garis keras.

    Ada seruan langsung agar sanksi terhadap HTS dicabut atau dilonggarkan, tetapi hal itu bisa memakan waktu beberapa minggu atau bulan.

    Delaney Simon, yang merupakan analis senior di International Crisis Group, menulis pada hari Senin di media sosial X, bahwa Suriah adalah “salah satu negara yang paling banyak dikenai sanksi di dunia,” seraya menambahkan, membiarkan pembatasan itu tetap berlaku sama saja dengan “menarik karpet dari Suriah saat negara itu mencoba berdiri.”

    Tanpa langkah untuk melonggarkan pembatasan tersebut, investor akan terus menghindari negara yang dilanda perang itu dan lembaga-lembaga bantuan mungkin akan berhati-hati untuk turun tangan guna memberikan bantuan kemanusiaan yang vital bagi penduduk Suriah.

    Pada Minggu (08/12) malam, Presiden AS Joe Biden memperingatkan bahwa Suriah menghadapi periode “risiko dan ketidakpastian” dan Amerika Serikat akan membantu semampunya.

    “Kami akan terlibat dengan semua kelompok Suriah, termasuk dalam proses yang dipimpin oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk membangun transisi dari rezim Assad menuju “Suriah” yang independen dan berdaulat dengan konstitusi baru,” katanya.

    Sementara itu, Presiden terpilih AS Donald Trump di jaringan Truth Social pada hari Minggu (08/12) mengatakan, Washington seharusnya “tidak terlibat.”

    Kantor berita Associated Press melaporkan pada hari Senin (09/12), pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan apakah akan menghapus HTS sebagai kelompok teroris, dengan mengutip dua pejabat senior Gedung Putih. Salah satu pejabat mengatakan, HTS akan menjadi “komponen penting” dalam masa depan Suriah dalam waktu dekat.

    Juru bicara Uni Eropa Anouar El Anouni hari Senin (09/12) mengatakan , “Brussels saat ini tidak terlibat dengan HTS atau para pemimpinnya sama sekali” dan bahwa blok tersebut akan “menilai tidak hanya kata-kata mereka tetapi juga tindakan mereka.” Prioritas lain dalam rekonstruksi Suriah adalah wilayah timur Deir el-Zour, yang memiliki sekitar 40% cadangan minyak Suriah dan beberapa ladang gas. Provinsi ini saat ini berada di bawah kendali Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS.

    Apa yang akan segera terjadi?

    Pimpinan HTS Mohammed al-Jolani dari Minggu malam hingga Senin dinihari berunding dengan mantan perdana menteri dan wakil presiden Assad untuk membahas pengaturan “pengalihan kekuasaan.”

    Setelah jam malam nasional diberlakukan, sebagian besar toko di seluruh Suriah tetap tutup pada hari Senin (09/12). Kantor berita Reuters mengutip sumber bank sentral Suriah dan dua bankir komersial melaporkan, bank dibuka kembali pada Selasa (10/12) dan staf telah diminta untuk kembali ke kantor. Mata uang Pound Suriah akan terus digunakan, demikian kata sumber tersebut.

    Kementerian perminyakan meminta semua karyawan di sektor tersebut untuk kembali ke tempat kerja mereka mulai Selasa, dan menambahkan perlindungan akan diberikan untuk memastikan keselamatan mereka.

    Kepala bantuan PBB Tom Fletcher menulis pada hari Minggu di X bahwa lembaganya akan “merespons di mana pun, kapan pun, [dan] apa pun yang kami bisa, untuk mendukung orang yang membutuhkan, termasuk pusat penerimaan — makanan, air, bahan bakar, tenda, selimut.”

    Ketika beberapa negara Eropa mengatakan mereka akan menghentikan sementara klaim suaka bagi warga negara Suriah, badan pengungsi PBB, UNHCR, menyerukan “kesabaran dan kewaspadaan” terkait masalah pemulangan pengungsi.

    Austria melangkah lebih jauh daripada kebanyakan negara Uni Eropa dengan menyatakan, pemerintah di Wina tengah mempersiapkan “program pemulangan dan deportasi yang tertib” bagi warga Suriah.

    Artikel ini diadaptasi dari bahasa Inggris.

    Tonton juga video: PM Suriah Setuju Serahkan Kekuasaan ke Organisasi Pemberontak

    (ita/ita)

  • Boeing Lagi-lagi PHK 346 Karyawan di AS

    Boeing Lagi-lagi PHK 346 Karyawan di AS

    Jakarta, CNN Indonesia

    Boeing kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 396 karyawan di Washington, Amerika Serikat (AS).

    Hal ini diumumkan oleh Departemen Keamanan Ketenagakerjaan Washington pada Senin (9/12).

    Dilansir Reuters, pemangkasan ini menjadi bagian dari serangkaian PHK lebih lanjut yang diumumkan pabrikan pesawat asal AS itu sejak Oktober lalu.

    PHK ini diprediksi akan berdampak pada total 17 ribu pekerja atau sekitar 10 persen dari tenaga kerja global perusahaan.

    Keputusan tersebut diambil dikarenakan kondisi perusahaan yang terus merugi akibat aksi mogok kerja lebih dari satu bulan yang diikuti lebih dari 33 ribu karyawan. Aksi mogok itu menyebabkan penghambatan produksi pesawatnya yang paling laris, yakni 737 MAX.

    Pihak Boeing menyebut bahwa perusahaan sedang menyesuaikan tingkat tenaga kerja untuk menyelaraskan dengan “realitas keuangan dan prioritas yang lebih terfokus.”

    Boeing sebelumnya menutup penawaran ekuitas senilai US$24,3 miliar atau setara Rp385,75 triliun (asumsi kurs Rp15.874 per dolar AS) pada November. Pasalnya, perusahaan produsen pesawat itu ingin memperkuat keuangan dan mempertahankan peringkat kreditnya yang layak investasi.

    Boeing juga sebelumnya telah melakukan PHK terhadap 2.500 karyawan di beberapa negara bagian di AS, seperti Washington, Oregon, South Carolina, dan Missouri.

    Adapun Washington menjadi negara bagian di AS yang memiliki tenaga kerja Boeing terbesar, dengan 60 ribu pekerja.

    Perusahaan juga memproduksi sebagian besar pesawat jet komersialnya di sana. Namun Washington malah menjadi negara bagian yang paling terdampak oleh PHK.

    (del/sfr)

  • Usai Jatuhnya Assad, AS Tak Berencana Tambah Pasukan Militer di Suriah

    Usai Jatuhnya Assad, AS Tak Berencana Tambah Pasukan Militer di Suriah

    ERA.id – Wakil Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) tidak berencana memperbanyak militernya di Suriah di tengah perubahan kekuasaan di negara itu.

    “Postur pasukan tetap sama. Seperti yang Anda ketahui, pasukan kami tetap berada pada level yang lebih tinggi, tetapi tidak ada perubahan yang terjadi atau perubahan yang telah dibuat atau diminta oleh komandan,” kata Singh dalam sebuah pengarahan tertutup dikutip dari Sputnik.

    Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS mengatakan Washington tidak meramalkan kemungkinan jatuhnya pemerintahan Bashar Assad. Namun, kelompok oposisi bersenjata Suriah berhasil merebut Damaskus pada Minggu (8/12/2024).

    Perdana Menteri Suriah Mohammad Ghazi al-Jalali mengatakan dirinya bersama 18 menteri lain memutuskan untuk tetap berada di ibu kota.

    Jalali juga mengatakan telah menghubungi para pemimpin kelompok militan yang telah memasuki kota.

    Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan Bashar Assad telah mengundurkan diri dari jabatan presiden dan meninggalkan negara itu setelah melakukan perundingan bersama beberapa dari mereka yang terlibat dalam konflik.

  • Perang China-AS Memanas, Korban Mulai Berjatuhan

    Perang China-AS Memanas, Korban Mulai Berjatuhan

    Jakarta, CNBC Indonesia – China melancarkan penyelidikan terhadap raksasa chip asal Amerika Serikat (AS), Nvidia. Hal ini menyusul kecurigaan pelanggaran terhadap hukum anti-monopoli yang berlaku di negara kekuasaan Xi Jinping.

    Penyelidikan itu diumumkan setelah Washington memberlakukan pembatasan lebih lanjut untuk industri chip China. Tak dijelaskan lebih perinci bagaimana Nvidia yang dikenal sebagai pemasok chip AI dan gaming melanggar hukum yang berlaku di China.

    Lebih lanjut, Nvidia juga diduga melanggar komitmen yang dibuat saat mengakuisisi firma perancang chip asal Israel, Mellanox Technologies, pada 2020 silam.

    Saham Nvidia anjlok 2,5% pada penutupan perdagangan, Senin (9/12) waktu setempat. Juru bicara Nvidia mengatakan perusahaan berupaya memberikan produk terbaik di setiap negara tempatnya beroperasi.

    “Kami menghormati komitmen yang kami buat di negara mana pun tempat kami beroperasi. Kami dengan senang hati akan menjawab berbagai pertanyaan dari regulator terkait bisnis kami,” tertera dalam pernyataan Nvidia, dikutip dari Reuters, Selasa (10/12/2024).

    Pekan lalu, AS meluncurkan pembatasan ketiga ke industri semikonduktor China. Washington melarang ekspor teknologi dari negaranya ke 140 perusahaan, termasik pembuat alat chip.

    China langsung bereaksi dengan memblokir beberapa mineral penting seperti gallium, germanium, dan antimon, untuk dijual ke AS. Terbaru, China juga memberlakukan penyelidikan terhadap bisnis Nvidia di negaranya.

    Pada saat bersamaan, 4 asosiasi industri kawakan di China juga mengeluarkan pernyataan yang menyebut perusahaan China harus hati-hati membeli chip dari AS karena membahayakan keamanan nasional. Para asosiasi mengimbau agar perusahaan China membeli chip lokal.

    Nvidia menjadi salah satu perusahaan yang menjadi ‘korban’ dalam perang dagang yang kian memanas antara AS dan China. Dalam pelarangan ekspor sebelumnya, AS meminta Nvidia berhenti menjual chip AI tercanggih dan terbaru ke China.

    Alhasil, Nvidia membuat chip versi khusus untuk China yang sesuai dengan kebijakan yang berlaku.

    “Sangat jelas pemerintah China mencoba bereaksi melawan pelarangan dari AS, namun sepertinya dampak terhadap industri semikonduktor AS akan berkurang seiring berjalannya waktu,” kata chief analyst dari TECHnalysis Research, Bob O’Donnell.

    Sebagai informasi, Nvidia mendominasi pasar chip AI China dengan pangsa pasar 90% sebelum terjadi pelarangan dari AS. Pasca pemblokiran, terjadi peningkatan daya saing dari perusahaan lokal, salah satunya dari Huawei.

    China berkontribusi terhadap pendapatan Nvidia sebesar 17% hingga Januari 2024 lalu, turun 25% dibandingkan dua tahun sebelumnya.

    Pada 2020, Nvidia mendapat izin dari pemerintah China untuk melakukan akuisisi terhadap Mellanox Technologies, meski ada kekhawatiran Beijing bisa memblokir kesepakatan itu karena ketegangan AS dan China.

    Persetujuan Beijing pada akuisisi tersebut disertai beberapa syarat bagi Nvidia. Antara lain pelarangan untuk melakukan bundling terhadap produk mereka, serta pelarangan pembatasan pembelian atau perlakuan diskriminatif terhadap konsumen yang membeli produk secara terpisah.

    China terakhir kali melancarkan penyelidikan anti-monopoli terhadap raksasa teknologi asing pada 2013 silam. Kala itu, China menyelidiki cabang lokal Qualcomm yang diduga mematok harga mahal dan menyalahgunakan posisi dominannya di pasar standar komunikasi wireless.

    Qualcomm kemudian sepakat membayar denda sebesar US$975 juta yang kala itu merupakan denda terbesar yang pernah diterima pemerintah China dari perusahaan.

    (fab/fab)

  • AS dan Inggris Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Hitam Organisasi yang Dulu Mereka Sebut ‘Teroris’ – Halaman all

    AS dan Inggris Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Hitam Organisasi yang Dulu Mereka Sebut ‘Teroris’ – Halaman all

    AS dan Inggris Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Hitam Organisasi yang Dulu Mereka Sebut ‘Teroris’

    TRIBUNNEWS.COM- Pejabat AS sedang mempertimbangkan untuk menghapus Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dari daftar teroris Amerika Serikat setelah cabang Negara Islam Irak (yang kemudian dikenal sebagai ISIS) membantu mencapai tujuan jangka panjang AS untuk menggulingkan pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Presiden Bashar al-Assad, The Washington Post melaporkan pada tanggal 9 Desember.

    Hayat Tahrir al-Sham menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad pada hari Sabtu, mencapai tujuan jangka panjang kebijakan luar negeri AS.

    “Pejabat AS tengah berhubungan dengan semua kelompok yang terlibat dalam pertempuran di Suriah, termasuk kelompok utama yang menggulingkan Assad, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang pernah berafiliasi dengan Al-Qaeda dan masih masuk dalam daftar teroris AS,” tulis surat kabar itu.

    Seorang pejabat AS mengatakan kepada The Post bahwa pemerintah AS belum mengesampingkan kemungkinan mencabut sebutan teroris dari HTS untuk memungkinkan kontak dan kerja sama AS yang lebih dalam dengan kelompok tersebut.

    “Kita harus cerdas … dan juga sangat memperhatikan dan pragmatis terhadap realitas di lapangan,” kata pejabat tersebut.

     

     

     

     

     

    Pejabat AS lainnya mengatakan Gedung Putih tengah melakukan “penilaian waktu nyata” tentang HTS, yang menguasai Damaskus pada hari Sabtu setelah serangan kilat selama dua minggu yang dilancarkan dari bentengnya di Provinsi Idlib, barat laut Suriah.

    Pemerintah Inggris juga mempertimbangkan untuk menghapus HTS dari daftar kelompok teroris terlarang.

    Menteri Kabinet Pat McFadden mengatakan kepada BBC bahwa situasi di negara itu “sangat tidak menentu,” dan jika keadaannya stabil, setiap perubahan dalam larangan tersebut akan menjadi “keputusan yang relatif cepat.”

    HTS dilarang sebagai organisasi teror di Inggris setelah ditambahkan sebagai alias Al-Qaeda pada tahun 2017.

    McFadden menegaskan Inggris saat ini tidak dapat berkomunikasi dengan HTS.

    Kota-kota besar Suriah, Aleppo, Hama, Homs, dan Damaskus, jatuh ke tangan HTS setelah Presiden Assad memerintahkan penarikan tentara Suriah dari posisi yang mempertahankan masing-masing kota tersebut.

    “Jatuhnya rezim Assad memenuhi tujuan kebijakan luar negeri AS yang sudah lama, setelah Rusia dan Iran mendukung Assad di tengah upaya pemerintahan Obama untuk menggulingkannya,” tambah The Post .

    Mantan utusan khusus AS untuk Suriah mengatakan dalam sebuah  kutipan wawancara pada bulan Maret 2021 bahwa HTS merupakan “aset” bagi strategi AS di Suriah. 

    Duta Besar James Jeffrey mengatakan bahwa cabang Al-Qaeda adalah “pilihan yang paling tidak buruk dari berbagai pilihan di Idlib, dan Idlib adalah salah satu tempat terpenting di Suriah, yang merupakan salah satu tempat terpenting saat ini di Timur Tengah.”

    Saat itu, strategi AS adalah menggulingkan pemerintah Suriah melalui sanksi ekonomi yang menghukum , serupa dengan sanksi AS terhadap Irak yang menewaskan 500.000 anak selama tahun 1990-an.

    Pada hari Minggu, Wakil Presiden terpilih JD Vance menyatakan kekhawatirannya mengenai sifat militan HTS, yang sering disebut di media barat sebagai “pemberontak.”

    “Banyak dari ‘pemberontak’ adalah cabang ISIS,”  tulis Vance . “Kita bisa berharap mereka telah berubah. Waktu yang akan menjawabnya.”

    The Post menambahkan bahwa Presiden AS Joe Biden mengatakan dia berusaha memastikan bahwa Suriah tetap stabil semaksimal mungkin.

    Surat kabar itu mengklaim bahwa kekhawatiran utama pemerintahan Biden adalah ISIS dapat memanfaatkan situasi kacau untuk membangun kembali dirinya sebagai kekuatan utama di negara tersebut.

    Namun, AS telah mendukung ISIS di masa lalu, termasuk menyediakan senjata bagi organisasi tersebut untuk menaklukkan Mosul, kota terbesar kedua di Irak, pada bulan Juni 2014. ISIS melakukan genosida terhadap suku Yazidi di distrik Sinjar di dekatnya dua bulan kemudian, pada bulan Agustus, dengan bantuan dari pemimpin Kurdi Irak Masoud Barzani, sekutu dekat AS dan Israel.

    Awal musim panas ini, Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS membebaskan lebih dari seribu tahanan ISIS dari penjara pusat di Hasakeh di timur laut Suriah.

    Warga Irak di Irak bagian barat, termasuk kaum Yazidi di Sinjar dan warga Arab Sunni di Mosul, menyatakan kekhawatiran mereka atas tindakan SDF, karena khawatir kelompok teror itu akan kembali.

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Awas Bom Nuklir Rusia Bisa Meledak Sewaktu-waktu di Antariksa

    Awas Bom Nuklir Rusia Bisa Meledak Sewaktu-waktu di Antariksa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pesawat luar angkasa Rusia yang diluncurkan lebih tinggi dari kebanyakan satelit telah lama membuat Pentagon khawatir. Fakta baru tentang apa yang terkandung dalam pesawat luar angkasa itu telah membuat kekhawatiran tersebut kian masif.

    Diluncurkan pada Februari 2022 atau selang beberapa minggu sebelum Ukraina diinvasi, pesawat luar angkasa Cosmos 2553 milik Rusia dibuat untuk menguji “instrumen dan sistem yang baru dikembangkan.”

    Namun, menurut laporan baru dari New York Times, sistem satelit misterius itu berisi “bom tiruan” yang dikhawatirkan menjadi permulaan rencana Rusia jika sewaktu-waktu memutuskan untuk mempersenjatai pesawat tersebut.

    Meskipun konsep nuklir luar angkasa terdengar menakutkan, hal ini belum tentu membahayakan kehidupan di Bumi. Kecuali, jika nuklir tersebut bertujuan membunuh semua satelit di sekitarnya. Hal ini akan berdampak bagi makhluk di Bumi, dikutip dari Futurism, Senin (9/12/2024).

    Pada tahun 1962, militer AS benar-benar meledakkan senjata nuklir di luar angkasa, meskipun kerusakan dari gelombang elektromagnetik yang dipancarkannya tampaknya sebagian besar hanya terbatas pada peredupan lampu jalan di Hawaii, yang berada di bawah tingkat pengujian.

    Para ilmuwan belajar dari pengujian yang sebelumnya dirahasiakan tersebut. Hikmahnya, ide meledakkan nuklir di luar angkasa akan berdampak buruk.

    Pada 1967, Rusia dan Amerika Serikat (AS) menandatangani Perjanjian Luar Angkasa untuk mencegah perang antariksa. Namun, pada tahun-tahun berikutnya, muncul kekhawatiran bahwa Rusia mungkin melanggar perjanjian tersebut, terutama karena makin banyak satelit komunikasi yang mulai mengotori orbit planet kita.

    Setelah Rusia melepaskan Cosmos 2553 sekitar 250 mil di atas permukaan Bumi, para ahli militer khawatir hal itu mungkin merupakan senjata nuklir rahasia.

    Seperti yang diungkapkan dalam laporan baru NYT, Angkatan Luar Angkasa AS dan sekelompok badan intelijen diam-diam telah menyelidiki satelit tersebut untuk mencoba mencari tahu tujuan sebenarnya.

    Sepanjang tahun 2024, makin banyak informasi mengenai dugaan senjata anti-satelit mulai berdatangan dari Washington. Sebagai tanggapan, Presiden Rusia Vladimir Putin telah berulang kali membantah hal tersebut.

    Meskipun ada bantahan tersebut, Rusia pada bulan April memveto resolusi PBB yang melarang senjata nuklir di luar angkasa. Hal ini kembali mendorong kecurigaan soal senjata rahasia luar angkasa. Namun, hal ini masih terus diselidiki dan belum ada kesimpulan final yang dipublikasikan ke masyarakat luas.

    (fab/fab)

  • Ribuan Tentara Rusia Dilaporkan Masih Terjebak di Suriah, Pangkalan Militer Terancam – Halaman all

    Ribuan Tentara Rusia Dilaporkan Masih Terjebak di Suriah, Pangkalan Militer Terancam – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, SURIAH –  Personel militer Rusia dilaporkan terjebak di Suriah, menyusul tergulingnya Presiden Bashar al-Assad.

    Presiden Suriah yang digulingkan itu telah melarikan diri ke Rusia.

    Presiden yang berkuasa 24 tahun itu menerima suaka dari sekutu lamanya, menurut media Rusia.

    Dia melarikan diri setelah seluruh negeri dikuasai pemberontak kelompok Islam Hayat Tahrir al Sham (HTS).

    Rusia tidak mampu atau tidak mau memberikan dukungan militer untuk mempertahankan kekuasaan Assad seperti yang dilakukannya pada tahun 2016.

    Aset-aset  militer Rusia di Suriah juga kini terancam seperti pangkalan angkatan laut di kota pelabuhan Tartus.

    Saluran media sosial Rusia melaporkan bahwa pasukan Rusia terjebak di negara itu.

    “Sekelompok personel militer Rusia dilaporkan dikepung di Suriah,” lapor media berita pro-Ukraina UAWire.org, mengutip para blogger militer Rusia.

    Salah satu dari mereka, Fighterbomber, mengatakan bahwa masih ada “beberapa ribu” personel militer Rusia dan puluhan peralatan militer di negara tersebut.

    “Ada banyak unit berbeda dengan senjata mereka sendiri, dibagi menjadi beberapa kelompok,” imbuh postingan tersebut, yang mencatat kehadiran Rusia di pangkalan angkatan laut Tartus dan pangkalan udara di Khmeimim, tenggara Latakia, tanpa memberikan lokasi spesifik keberadaan mereka.

    “Beberapa hari yang lalu, mereka semua pindah ke balik pegunungan, lebih dekat ke laut, di mana mereka sekarang menunggu penempatan kembali,” kata postingan tersebut dilansir Newsweek, Senin (9/12/2024). 

    “Beberapa personel militer sekarang dikepung dalam pertahanan melingkar dan menunggu bantuan atau koridor menuju pintu keluar.”

    Postingan lain, oleh saluran RAG&E, menuliskan setidaknya satu kelompok prajurit Rusia masih terputus dari pangkalan utama di wilayah tersebut.

    “Mereka tidak punya peluang untuk menerobos sendiri. Tidak ada bantuan yang bisa diharapkan dari mana pun,” imbuhnya.

    Pemimpin oposisi Suriah yang tidak disebutkan namanya telah menjamin keamanan lokasi militer dan diplomatik Rusia di negara itu, menurut kantor berita negara Rusia TASS.

    Namun  tidak menjelaskan apakah hal itu hanya berlaku untuk pangkalan di Khmeimim dan Tartus, atau pos terdepan lainnya seperti Bandara Qamishli di timur laut.

    Perdana Menteri Suriah Mohammad Ghazi al Jalali mengatakan bahwa otoritas Suriah yang baru akan membuat keputusan tentang masa depan pangkalan militer Rusia di Suriah, menurut media milik Saudi, Al Arabiya.

    Situasi yang Tidak Stabil

    Institut Studi Perang ( ISW ) mengatakan pada hari Minggu bahwa rincian pengaturan ini “masih belum jelas mengingat situasi politik yang tidak stabil dan berkembang pesat.”

    Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pangkalan militernya di Suriah “dalam keadaan siaga tinggi.

    Saat ini, tidak ada ancaman serius terhadap keselamatan mereka.”

    Citra satelit dari hari Sabtu menunjukkan tiga pesawat Rusia, sebuah Ilyushin Il-76 dan sebuah pesawat angkut militer Antonov An-124 di Pangkalan Udara Khmeimim, mungkin untuk mengevakuasi aset militer dari negara tersebut.

    Moskow akan membutuhkan “sejumlah besar” serangan udara untuk mengevakuasi Suriah dengan baik, kata ISW.

    Lembaga pemikir di Washington, DC, itu juga mengatakan bahwa jatuhnya rezim Assad “merupakan kekalahan politik strategis bagi Moskow dan telah melemparkan Kremlin ke dalam krisis karena berupaya mempertahankan pangkalan militer strategisnya.”

     

  • AS-Israel Syok Lihat Milisi Suriah Bisa Gulingkan Assad dalam 11 Hari

    AS-Israel Syok Lihat Milisi Suriah Bisa Gulingkan Assad dalam 11 Hari

    Jakarta, CNN Indonesia

    Amerika Serikat dan Israel disebut terkejut melihat milisi Suriah berhasil menggulingkan rezim otoriter Bashar Al Assad pada Minggu (8/12) lalu hanya dalam 11 hari pemberontakan.

    AS terkejut karena tidak menyangka kelompok pemberontak Suriah berhasil menjatuhkan rezim Assad tidak lama usai mereka merebut Kota Aleppo dan memperluas pemberontakan sejak akhir November lalu.

    “Saya pikir semua yang terjadi mengejutkan mereka (AS). Banyak dari kami, para analis dan pengamat Suriah, bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya,” kata Qutaiba Idlbi, seorang peneliti senior di Atlantic Council yang berpusat di Washington DC kepada Al Jazeera.

    “Saya merasa kejadian di lapangan berjalan terlalu cepat sehingga mereka tidak dapat mengejarnya, terutama dalam masa sidang yang tidak menentukan ini,” lanjutnya.

    Senada, Komunitas Intelijen Israel juga tidak menyangka kelompok pemberontak Suriah berhasil menggulingkan rezim Assad yang sudah berkuasa 50 tahun dalam waktu singkat.

    Meski begitu, Israel juga khawatir akan keberadaan kelompok pemberontak Suriah yang telah berhasil menggulingkan Assad. Israel khawatir mereka bakal melakukan tindakan yang lebih parah di kemudian hari.

    Sebelumnya, kelompok pemberontak Suriah berhasil menguasai ibu kota Damaskus dan menggulingkan rezim otoriter Presiden Bashar Al Assad pada Minggu (8/12).

    Usai digulingkan oleh warga Suriah, Assad kini melarikan diri ke Rusia. Ia terbang ke Moskow guna meminta suaka politik kepada Presiden Vladimir Putin.

    Saat ini, Rusia dilaporkan juga sudah memberi suaka politik kepada Assad. Suaka ini diberikan sebagai bentuk solidaritas mereka terhadap Suriah yang sudah terjalin sejak lama.

    (gas/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Sensor Murah China Bikin Kacau Militer AS, Begini Taktiknya

    Sensor Murah China Bikin Kacau Militer AS, Begini Taktiknya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Laporan lembaga think-tank asal Washington melaporkan bahaya penggunaan sensor lidar buatan China. Menurut lembaga tersebut, sensor lidar China membuat militer AS rentan terhadap peretasan dan sabotase selama konflik geopolitik berlangsung.

    Menurut laporan lembaga pemikir Washington, AS kemudian menyerukan pelarangan penggunaan sensor-sensor tersebut pada alutsista Amerika.

    Teknologi sensor lidar China menggunakan laser untuk menghasilkan peta tiga dimensi digital dari wilayah di sekelilingnya.

    Meskipun paling sering ditemukan dalam sistem bantuan pengemudi di industri otomotif, sensor ini juga digunakan dalam infrastruktur penting seperti pelabuhan, di mana mereka membantu mengotomatisasi derek.

    Militer AS juga sedang mempertimbangkan bagaimana menerapkan teknologi ini pada kendaraan militer otonom. Namun, Foundation for Defense of Democracies mengatakan dalam sebuah laporan bahwa sensor lidar, yang biasanya terhubung ke internet, menggunakan prosesor canggih yang dapat memungkinkan penyembunyian kode berbahaya atau pintu belakang firmware yang sulit dideteksi.

    Lembaga tersebut menyebut sensor lisdar yang digunakan China sebagai trojan perangkat keras yang dapat dieksploitasi oleh pemerintah China, yang menurut hukum di sana dapat memaksa perusahaan untuk mematuhi arahan keamanan negara.

    Sistem laser berbasis satelit juga dapat digunakan untuk menjebak atau menonaktifkan sensor semacam itu dalam hitungan sepersekian detik di sebagian besar wilayah AS.

    “Meskipun sensor lidar China mungkin lebih murah, biaya sabotase dan pengawasan jangka panjang jauh lebih besar daripada penghematannya,” ungkap Craig Singleton, salah satu penulis laporan, dikutip dari Reuters, Selasa (3/12/2024).

    Lembaga ini merekomendasikan agar anggota parlemen AS melarang pengadaan lidar China untuk peralatan pertahanan dan pemerintah negara bagian AS melarang penggunaannya dalam infrastruktur penting.

    Lembaga pemikir ini juga merekomendasikan agar para pembuat kebijakan AS bekerja sama dengan negara-negara sekutu seperti Jerman, Kanada, Korea Selatan, Israel, dan Jepang untuk menciptakan rantai pasokan lidar alternatif bagi China.

    (fab/fab)

  • 10
                    
                        Mengapa Rezim Presiden Bashar Al Assad di Suriah Akhirnya Tumbang?
                        Internasional

    10 Mengapa Rezim Presiden Bashar Al Assad di Suriah Akhirnya Tumbang? Internasional

    Mengapa Rezim Presiden Bashar Al Assad di Suriah Akhirnya Tumbang?
    Penulis
    PEMERINTAHAN
    Presiden
    Bashar al-Assad
    di Suriah, yang dengan dukungan militer Iran dan Rusia telah menghadapi pasukan pemberontak selama satu dekade lebih, akhirnya tumbang dengan kecepatan mencengangkan pada hari Minggu (8/12/2024) pagi setelah pasukan oposisi menguasai ibu kota negara itu, Damaskus.
    Assad, seorang otoriter yang tega membunuh rakyatnya sendiri dengan gas beracun dalam perang perang saudara yang berlangsung selama 13 tahun itu, kabur meninggalkan negaranya saat pasukan pemberontak mendekati Damaskus.
    Pada Minggu malam, media pemerintah Rusia dan dua pejabat Iran mengatakan Assad telah tiba di Rusia. Media pemerintah Rusia melaporkan, Assad dan keluarganya telah diberikan suaka politik.
    Perang saudara Suriah diperkirakan telah menewaskan setengah juta orang. Sekitar 6,8 juta warga Suriah lari dari negara itu. Gelombang para pengungsi itu, yang pergi hingga ke Eropa, turut mengubah peta politik di Eropa dengan memicu gerakan sayap kanan anti-imigran di benua itu.
    Selama empat tahun terakhir konflik Suriah mereda, seolah-olah sudah berakhir. Rezim Assad menguasi sekitar 70 persen wilayah Suriah. Para pemberontak, yang terdiri dari beragam faksi, menguasi 30 persen, terutama di Provinsi Idlib.
    Namun upaya para pemberontak untuk menggulingkan Assad tiba-tiba berkobar lagi dua minggu lalu. Pada 27 November, para pemberontak, yang telah membentuk sebuah koalisi baru, melancarkan serangan mendadak dan menguasasi Aleppo, kota terbesar kedua di negara itu.
    Mengapa para pemberontak akhirnya bisa menggulingkan rezim Assad? Ada dua alasan.
    Pertama, Suriah tengah kesulitan menghadapi perekonomian yang merosot karena dampak perang.
    Aljazeera
    , yang mengutip sejumlah laporan, memberitakan bahwa sebagian besar perekonomian negara itu selama ini disokong oleh perdagangan ilegal obat psikoaktif jenis captagon.
    Karena krisis ekonomi itu, Al-Assad menjadi sangat tidak populer. Warga merasa semakin kesulitan untuk bertahan hidup. Kondisi itu dialami juga oleh para tentaranya, yang sebagian besar tidak ingin berperang untuk dia.
     
    Aljazeera
    melaporkan, para tentara dan petugas polisi meninggalkan pos-pos mereka, menyerahkan senjata, dan melarikan diri saat pasukan para pemberontak bergerak maju ke wilayah-wilayah yang selama ini dikuasai pasukan pemerintah.
    The New York Times
     juga melaporkan bahwa pemerintah Suriah hampir tidak berbuat banyak untuk membangkitkan kekuatan pasukan mereka.
    Secara militer, rezim Assad telah lemah selama bertahun-tahun dan dia sangat bergantung pada dukungan militer Rusia, Iran, dan milisi pro-Iran (seperti Hizbullah) untuk menopangnya. Assad tidak bisa bergantung pada tentara wajib militer yang kekurangan perlengkapan dan tidak punya motivasi. Di medan perang, dia sangat bergantung pada kekuatan udara Rusia dan bantuan militer Iran, terutama melalui para milisi yang disponsori Teheran seperti Hizbullah.
    Namun saat ini, para sekutu utamanya itu sibuk dengan konflik-konflik lain. Inilah yang menjadi alasan kedua. Rusia terjebak dalam invasinya ke Ukraina. Rusia menginvasi Ukraina tahun 2022 dan telah mengerahkan tenaga dan sumber daya untuk perang itu. Selama ini, Rusia merupakan mitra utama Assad di udara.
     
    Iran serta sekutu Lebanon mereka, Hizbullah, telah menderita akibat serangan Israel. Mereka tidak dapat lagi menyelamatkan tentara Suriah yang sedang lemah.
    Kehancuran yang dialami Hizbullah karena serangan Israel di Lebanon dan serangan Israel terhadap para komandan militer Iran di Suriah, telah berperan penting dalam keputusan kelompok militan dan
    pemberontak Suriah
    untuk melakukan serangan mendadak dan mengejutkan ke Aleppo.
    Dalam beberapa bulan terakhir, Israel telah meningkatkan serangannya terhadap kelompok-kelompok yang terkait dengan Iran dan jalur pasokan mereka, sehingga menyebabkan kerusakan serius pada jaringan yang mendukung milisi seperti Hizbullah di Suriah.
    Tanpa mereka, pasukan Presiden Assad menjadi rapuh-rentan. Pasukan pemerintah Suriah pun runtuh dalam kekacauan begitu tidak ada bantuan dari Hizbullah dan Iran serta dukungan serangan udara Rusia yang relatif minim. Bahkan Divisi Lapis Baja Keempat dan Pengawal Republik, pasukan elite yang ditempatkan di sekitar Damaskus untuk menjadikan kota itu tahan kudeta, tampak hilang begitu saja.
    “Kita telah menyaksikan keruntuhan dari dalam negara Suriah,” kata Mona Yacoubian, kepala Pusat Timur Tengah dan Afrika Utara di US Institute of Peace di Washington.
    Para analis mengatakan, para pemberontak Suriah menggunakan kekosongan yang ditinggalkan para sekutu Suriah itu untuk bergerak maju.
    Menurut Robert Ford, duta besar AS terakhir yang bertugas di Suriah, sebagaimana dikutip
    AFP
    , serangan Israel selama berbulan-bulan terhadap sasaran Suriah dan Hizbullah di wilayah tersebut, dan gencatan senjata Israel dengan Hizbullah di Lebanon bulan lalu, menjadi faktor yang membuka peluang bagi para pemberontak Suriah bergerak lebih jauh.
    Rezim keluarga Assad telah berkuasa di Suriah selama 53. Bashar al-Assad, lahir pada 11 September 1965, mulai menjabat sebagai
    presiden Suriah
    pada Juli 2000. Dia adalah putra dari Hafez al-Assad, yang menjadi presiden dari tahun 1971 hingga kematiannya tahun 2000. 
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.