kab/kota: Washington

  • Iran Protes 2 Warganya Ditangkap AS Gara-gara Ekspor Teknologi Drone

    Iran Protes 2 Warganya Ditangkap AS Gara-gara Ekspor Teknologi Drone

    Jakarta, CNN Indonesia

    Otoritas Iran melayangkan protes resmi usai dua warga negaranya ditangkap Amerika Serikat (AS) di Massachusetts dan Italia.

    Deputi Bidang Konsuler, Parlemen, dan Urusan Warga Negara Iran Kementerian Luar Negeri Iran Vahid Jalalzadeh mengatakan penangkapan dua WN Iran buntut dugaan ekspor teknologi sensitif AS ini melanggar hukum dan standar internasional.

    “Kami menganggap ini sebagai sanksi AS yang kejam dan sepihak terhadap Iran dan penangkapan ini bertentangan dengan semua hukum dan standar internasional,” kata Jalalzadeh kepada kantor berita Tasnim, seperti dikutip AFP.

    Jalalzadeh pun mengatakan pihaknya telah memanggil kuasa usaha Italia dan duta besar Swiss untuk Teheran, yang mewakili kepentingan AS di sana, untuk menyatakan protes resmi terhadap penangkapan tersebut.

    Pada Senin (16/12), AS menyatakan telah menangkap dua WN Iran yang diduga mengekspor teknologi sensitif Washington ke Teheran untuk digunakan dalam serangan drone pada Januari lalu. Serangan itu menewaskan tiga prajurit AS di Yordania.

    Dua WN Iran yang dibekuk yakni Mahdi Mohammad Sadeghi dan Mohammad Abedininajafabadi.

    Abedininajafabadi ditangkap di Italia oleh pihak berwenang negara itu atas permintaan AS. Sementara Sadeghi yang merupakan warga negara ganda AS-Iran ditangkap di Massachusetts.

    Jaksa penuntut AS menuduh keduanya “berkonspirasi untuk mengekspor komponen elektronik canggih dari Amerika Serikat ke Iran yang melanggar undang-undang kontrol ekspor dan sanksi AS.”

    (blq/tsa)

    [Gambas:Video CNN]

  • Trump Merasa AS Kena Tarif Tak Adil, Ancam Ambil Alih Terusan Panama

    Trump Merasa AS Kena Tarif Tak Adil, Ancam Ambil Alih Terusan Panama

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump, menuduh Panama mengenakan tarif yang berlebihan untuk penggunaan Terusan Panama. Dia mengancam jika Panama tidak mengelola terusan dengan cara yang dapat diterima, maka AS akan mengambil alihnya.

    Dilansir Reuters, Minggu (22/12/2024), hal itu disampaikannya dalam sebuah posting di Truth Social. Trump juga memperingatkan bahwa dia tidak akan membiarkan terusan tersebut jatuh ke ‘tangan yang salah’.

    Dia tampaknya memperingatkan tentang potensi pengaruh China pada jalur tersebut, dengan menulis bahwa terusan tersebut tidak boleh dikelola oleh China. Postingan tersebut merupakan contoh yang sangat langka dari seorang Pemimpin AS yang mengatakan bahwa dia dapat mendorong negara berdaulat untuk menyerahkan wilayahnya.

    Hal tersebut juga menggarisbawahi perubahan yang diharapkan dalam diplomasi AS di bawah Trump, yang secara historis tidak menghindar dari mengancam sekutu dan menggunakan retorika yang suka berperang ketika berhadapan dengan mitranya.

    Sebagian besar terusan Panama dibangun AS. Paman Sam juga mengelola wilayah di sekitar jalur tersebut selama beberapa dekade.

    Namun, pemerintah AS sepenuhnya menyerahkan kendali terusan tersebut kepada Panama pada tahun 1999 setelah periode pemerintahan bersama.

    “Biaya yang dibebankan Panama sungguh menggelikan, terutama jika kita tahu betapa besar kemurahan hati AS terhadap Panama,” tulis Trump dalam unggahannya di Truth Social.

    Donald Trump belum dilantik. Dia baru resmi memimpin AS pada Januari 2025.

    (haf/imk)

  • AS Paksa Google Jual Chrome, Dituding Praktikkan Monopoli Pasar – Halaman all

    AS Paksa Google Jual Chrome, Dituding Praktikkan Monopoli Pasar – Halaman all

     

    Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

     

    TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Departemen Kehakiman AS (DOJ) memaksa Google merombak struktur bisnisnya secara besar-besaran dengan menjual mesin peramban Chrome.

    Desakan ini diajukan DOJ lewat proposed order setebal 12 halaman dengan alasan Google telah memonopoli usaha, membuat perjanjian dengan produsen telepon genggam, agar Chrome digunakan sebagai peramban utama.  

    StatCounter, perusahaan analisis lalu lintas situs internet, mengatakan mesin pencari Chrome menguasai sekitar 61 persen pangsa pasar di AS. 

    Alasan tersebut yang mendorong DoJ untuk bersikap tegas, memerintahkan Google menjual peramban web Chrome beserta sejumlah perubahan lain pada bisnis perusahaan guna membuka pasar bagi pesaing, memastikan Google tidak menikmati keuntungan dari pelanggaran hukum.

    Melalui langkah ini DoJ berharap pihaknya dapat menciptakan pasar yang lebih kompetitif, di mana pemain lain memiliki peluang yang lebih besar untuk berkembang dan mencegah monopoli di masa depan.

    “Solusi untuk mengatasi monopoli ilegal Google harus dilakukan secara simultan dengan (1) membebaskan pasar-pasar ini dari perilaku eksklusif Google; (2) membuka pasar-pasar ini untuk persaingan; (3) mencegah Google memperoleh hasil dari pelanggaran hukumnya; dan (4) mencegah Google memonopoli pasar-pasar ini dan pasar-pasar terkait di masa mendatang.” sebut DoJ.

    Google Kecam Pemerintah AS

    Merespon tudingan yang dilontarkan AS, Google milik Alphabet Inc menilai rencana DOJ AS untuk memaksanya menjual Chrome sebagai hal yang “ekstrem” dan bertentangan dengan hukum.

    Google menjelaskan, penjualan Chrome yang diusulkan tidak sesuai dengan perilaku perusahaan yang oleh hakim dianggap ilegal karena melibatkan kontrak eksklusif dengan peramban, produsen ponsel pintar, dan operator telekomunikasi.

    Google mengatakan setiap upaya hukum harus mengizinkan peramban pesaing seperti Safari milik Apple Inc “memiliki kebebasan melakukan transaksi dengan mesin pencari apapun yang mereka anggap terbaik bagi para penggunanya,”

    Google mendesak hakim pengadilan federal untuk berhati-hati agar tidak menghambat inovasi dan investasi di masa depan.

    “Jika DOJ merasa investasi Google di Chrome, atau pengembangan AI kami, atau cara kami menjelajahi web, atau mengembangkan algoritma kami, sama sekali anti persaingan, DOJ bisa mengajukan kasus-kasus tersebut. Namun, itu tidak dilakukan,” ujar Lee-Anne Mulholland, wakil presiden urusan regulasi Google, dalam unggahan di blog.

    Untuk menantang desakan penjualan Chrome, bulan depan Google berencana mengajukan banding atas keputusan ini dan menyodorkan proposal alternatif.

    Pengajuan Google adalah tanggapan resmi pertamanya sejak Mehta menemukan awal tahun ini bahwa Google secara ilegal memonopoli pasar pencarian dan periklanan daring.

    Menurut informasi yang beredar hakim AS telah menjadwalkan persidangan pada bulan April untuk memutuskan cara memperbaiki minimnya persaingan di industri yang didominasi Google dan berjanji akan memberikan keputusan akhir pada bulan Agustus 2025.

    Apabila layanan Chrome dijual, maka Chromebook, laptop murah berbasis Chrome OS yang banyak digunakan di sekolah-sekolah, bisa kehilangan relevansinya jika Chrome dipisahkan dari Google.

    Laptop ini dirancang untuk tugas berbasis web, menjadikannya populer di kalangan pelajar. Namun, tanpa dukungan penuh dari Google, daya tariknya mungkin menurun.

    Dampaknya juga dirasakan pada kesepakatan Google dengan pihak lain, seperti kontrak senilai 20 miliar dollar AS per tahun dengan Apple untuk menjadikan Google sebagai mesin pencarian default di Safari.

    Apabila kontrak ini dihentikan, pengguna mungkin harus memilih mesin pencarian sendiri, yang bisa membuka peluang bagi pesaing seperti DuckDuckGo atau Bing untuk menarik perhatian pengguna.

     

  • Pakai Drone, Ukraina Serang Kota Rusia Berjarak 1.000 Km dari Perbatasan

    Pakai Drone, Ukraina Serang Kota Rusia Berjarak 1.000 Km dari Perbatasan

    Kyiv

    Ukraina meluncurkan serangan drone besar-besaran ke Kota Kazan, Rusia, yang berjarak 1.000 Km dari perbatasan mereka. Serangan itu menghantam gedung tinggi di Kazan.

    Dilansir AFP, Minggu (22/12/2024), Kyiv meluncurkan serangan itu pada Sabtu (21/12). Ini merupakan serangan terbaru Ukraina ke Rusia dalam konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun.

    Salah satu drone menghantam gedung apartemen bertingkat tinggi di kota berpenduduk lebih dari 1,3 juta jiwa itu. Drone tersebut merusak gedung, tetapi tidak menimbulkan korban.

    Serangan ke wilayah Rusia jarang terjadi. Namun, Kazan dan wilayah Tatarstan yang kaya minyak di sekitarnya sebelumnya pernah menjadi sasaran pesawat nirawak Ukraina.

    “Hari ini Kazan mengalami serangan pesawat nirawak besar-besaran,” kata pemimpin di Tatarstan, Rustam Minnikhanov, mengatakan dalam sebuah posting di Telegram.

    “Dulu perusahaan industri diserang, sekarang musuh menyerang warga sipil di pagi hari,” tambahnya.

    Ukraina telah meningkatkan serangannya terhadap target di dalam Rusia selama beberapa bulan terakhir, khususnya setelah Washington memberi izin untuk menggunakan rudal untuk menyerang target militer di wilayah Rusia yang dekat dengan perbatasan bersama kedua negara.

    “Kami pasti akan terus menyerang target militer Rusia dengan pesawat nirawak dan rudal,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    Di samping pesawat nirawak yang menghantam blok apartemen, tiga pesawat nirawak ditembak jatuh dan tiga lainnya diredam oleh sistem pertahanan udara Rusia.

    Dalam sebuah unggahan di Telegram, dia mengatakan Kyiv melampiaskan ‘kemarahannya atas kekalahan militer yang nyata terhadap penduduk Rusia yang cinta damai’.

    Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan tentara telah merebut sebuah desa baru di dekat kota utama Kurakhove di Ukraina timur tempat pasukan Rusia telah membuat kemajuan besar dalam beberapa bulan terakhir. Serangan terhadap Kazan terjadi sehari setelah serangan Rusia terhadap ibu kota Ukraina Kyiv menewaskan satu orang dan melukai 13 orang dan setelah lima orang tewas akibat serangan Ukraina di wilayah perbatasan Rusia, Kursk.

    (haf/imk)

  • Kongres AS Sepakati RUU Pengeluaran, Pemerintah Terhindar dari ‘Shutdown’

    Kongres AS Sepakati RUU Pengeluaran, Pemerintah Terhindar dari ‘Shutdown’

    Bisnis.com, JAKARTA – Kongres AS meloloskan undang-undang pengeluaran pada Sabtu (21/12/2024) dini hari waktu setempat yang menghindarkan pemerintah mengalami penutupan atau government shutdown yang tidak stabil menjelang musim liburan yang sibuk. 

    Mengutip Reuters pada Minggu (22/12/2024), Senat AS yang dikuasai Demokrat dalam pemungutan suara 85-11 meloloskan RUU untuk melanjutkan pendanaan pemerintah 38 menit setelah berakhir pada tengah malam. Adapun, Pemerintah AS tidak menerapkan prosedur penutupan sementara.

    Pemerintah federal menghabiskan sekitar US$6,2 triliun tahun lalu dan memiliki utang lebih dari US$36 triliun. Dengan demikian, Kongres AS merasa perlu bertindak untuk mengesahkan pinjaman lebih lanjut pada pertengahan tahun depan.

    UU tersebut akan memperpanjang pendanaan pemerintah hingga 14 Maret, menyediakan US$100 miliar untuk negara bagian yang dilanda bencana dan US$10 miliar untuk petani, dan memperpanjang program bantuan pertanian dan pangan yang akan berakhir pada akhir tahun.

    RUU itu sekarang akan dikirim ke Gedung Putih, di mana Presiden Joe Biden diperkirakan menandatanganinya menjadi undang-undang. Paket tersebut sebelumnya telah disetujui DPR yang dikuasai Partai Republik dengan dukungan bipartisan.

    Pemungutan suara larut malam itu mengakhiri minggu yang penuh kepanikan saat Presiden terpilih Donald Trump dan sekutu miliardernya Elon Musk mengalahkan kesepakatan bipartisan awal, yang membuat Kongres menjadi kacau.

    Versi final UU itu mencabut beberapa ketentuan yang didukung oleh Partai Demokrat, yang menuduh Partai Republik menyerah pada tekanan dari miliarder yang tidak dipilih dan tidak memiliki pengalaman dalam pemerintahan.

    Kongres tidak menindaklanjuti permintaan Trump untuk menaikkan pagu utang, tugas yang sulit secara politis, sebelum dia menjabat pada 20 Januari 2025.

    Beberapa anggota Partai Republik memberikan suara menentang paket tersebut karena tidak memangkas pengeluaran. Ketua DPR Mike Johnson mengatakan partai tersebut akan memiliki pengaruh yang lebih besar tahun depan, ketika mereka akan memiliki mayoritas di kedua kamar Kongres dan Trump akan berada di Gedung Putih. 

    “Ini adalah langkah yang diperlukan untuk menjembatani kesenjangan, untuk membawa kita ke momen di mana kita dapat memberikan pengaruh pada keputusan akhir tentang pengeluaran,” katanya kepada wartawan setelah pemungutan suara DPR. 

    Dia mengatakan Trump mendukung paket tersebut. Penutupan pemerintah akan mengganggu segalanya mulai dari penegakan hukum hingga taman nasional dan menangguhkan gaji bagi jutaan pekerja federal. 

    Sebuah kelompok perdagangan industri perjalanan memperingatkan bahwa hal itu dapat merugikan maskapai penerbangan, hotel, dan perusahaan lain sebesar US$1 miliar per minggu dan menyebabkan gangguan yang meluas selama musim Natal yang sibuk. 

    Upaya Ketiga

    Paket tersebut menyerupai rencana bipartisan yang dibatalkan awal minggu ini setelah serangan daring dari Trump dan Musk. Mereka mengatakan paket tersebut berisi terlalu banyak ketentuan yang tidak terkait, seperti kenaikan gaji untuk anggota parlemen dan tindakan keras terhadap pengelola tunjangan farmasi.

    Partai Republik mencoret sebagian besar elemen dari RUU tersebut – termasuk ketentuan yang membatasi investasi di China yang menurut Partai Demokrat akan bertentangan dengan kepentingan Musk.

    “Dia jelas tidak ingin menjawab pertanyaan tentang seberapa besar rencananya untuk memperluas bisnisnya di China dan berapa banyak teknologi Amerika yang akan dijualnya,” kata anggota DPR AS dari Partai Demokrat Rosa DeLauro di gedung DPR.

    Trump telah menugaskan Musk, orang terkaya di dunia, untuk memimpin gugus tugas pemotongan anggaran tetapi dia tidak akan memegang jabatan resmi di Washington.

    Sementara itu, Musk menulis di platform media sosialnya X bahwa dia senang dengan paket tersebut. 

    “Uang itu berubah dari tagihan yang beratnya hanya beberapa pound menjadi tagihan yang beratnya hanya beberapa ons,” tulisnya.

    Pemimpin DPR dari Partai Demokrat, Hakeem Jeffries, mengatakan partainya masih mencapai beberapa tujuannya dan mencegah Partai Republik memberlakukan kenaikan plafon utang yang akan mempermudah pemotongan pajak.

    “Kami telah berhasil memajukan kebutuhan warga Amerika sehari-hari, tetapi masih ada hal-hal yang harus dikerjakan dan kami menantikan perjuangan itu di tahun baru,” katanya kepada wartawan.

    Permintaan Trump untuk menaikkan plafon utang ditolak dengan suara bulat oleh DPR – termasuk 38 anggota Partai Republik – pada hari Kamis. Johnson mengatakan anggota parlemen akan membahas masalah tersebut pada bulan Januari.

    Perwakilan Rich McCormick, salah satu dari 34 anggota Partai Republik yang memberikan suara menentang RUU hari Jumat, mengatakan RUU itu tidak mengubah lintasan fiskal negara dan hanya akan menambah beban utang.

    “Kita akan menjadi negara masa lalu jika kita terus melakukan apa yang kita lakukan,” katanya.

    Pemerintah federal terakhir kali tutup selama 35 hari selama masa jabatan pertama Trump di Gedung Putih karena perselisihan tentang keamanan perbatasan.

    Pertikaian sebelumnya mengenai batas utang telah membuat pasar keuangan khawatir, karena gagal bayar pemerintah AS akan menyebabkan guncangan kredit di seluruh dunia. 

    Batas tersebut telah ditangguhkan berdasarkan perjanjian yang secara teknis berakhir pada 1 Januari, meskipun anggota parlemen kemungkinan besar tidak perlu menangani masalah tersebut sebelum musim semi.

  • Zelensky Unggah Pertemuan dengan Direktur CIA di Ukraina

    Zelensky Unggah Pertemuan dengan Direktur CIA di Ukraina

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan telah bertemu dengan Direktur CIA Amerika Serikat (AS) William Burns di Ukraina. Hal in sebuah pengungkapan publik yang langka mengenai pertemuan antara keduanya di tengah invasi Rusia.

    Seperti dilansir AFP, Minggu (22/12/2024), Amerika Serikat telah menjadi pendukung keuangan dan militer terpenting Ukraina dalam hampir tiga tahun sejak Moskow menginvasi, dan Washington juga dilaporkan telah secara rutin berbagi intelijen militer dengan Ukraina untuk mendukung pertahanannya.

    Zelensky mengatakan bahwa ia telah bertemu dengan Direktur CIA Burns pada beberapa kesempatan selama perang, tetapi pertemuan mereka tidak diungkapkan.

    “Bill Burns melakukan kunjungan terakhirnya ke Ukraina sebagai Direktur CIA,” kata Zelensky dalam sebuah posting di Telegram.

    “Dia dan saya telah mengadakan banyak pertemuan selama perang ini, dan saya berterima kasih atas bantuannya,” tambahnya.

    “Biasanya, pertemuan seperti itu tidak dilaporkan ke publik, dan semua pertemuan kami — di Ukraina, di negara-negara Eropa lainnya, di Amerika, dan di bagian lain dunia — diadakan tanpa informasi resmi,” kata Zelensky.

    Burns akan meninggalkan jabatan kepala CIA yang sangat penting saat Presiden terpilih AS Donald Trump mengangkat kandidatnya sendiri.

    Zelensky pada Sabtu (21/12) mengunggah foto dirinya berjabat tangan dengan Burns di depan lambang negara Ukraina. Dia tidak mengatakan kapan pertemuan itu berlangsung, tetapi mengatakan itu akan menjadi pertemuan terakhir mereka sebelum Burns meninggalkan jabatannya.

    Pertemuan itu terjadi pada saat yang kritis dalam perang, satu bulan sebelum Trump berkuasa. Partai Republik telah berjanji untuk mengakhiri perang dalam hitungan jam, yang memicu kekhawatiran bahwa Kyiv dapat dipaksa menerima perdamaian dengan persyaratan yang menguntungkan Moskow.

    (rfs/rfs)

  • 2
                    
                        Pangkalan Militer AS, Papua Barat, dan Perkara “Sa bodo tapi Sa tau”
                        Nasional

    2 Pangkalan Militer AS, Papua Barat, dan Perkara “Sa bodo tapi Sa tau” Nasional

    Pangkalan Militer AS, Papua Barat, dan Perkara “Sa bodo tapi Sa tau”
    Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.
    PADA
    pertengahan tahun lalu, tepatnya Juni 2023, draft kerja sama dari militer
    Amerika Serikat
    diajukan dan disepakati oleh Parlemen
    Papua
    Nugini.
    Di dalam perjanjian kerja sama militer tersebut dinyatakan bahwa Militer Amerika Serikat memiliki hak untuk mengembangkan kegiatan militer di satu sisi dan beroperasi dari pangkalan militer Amerika di
    Papua Nugini
    di sisi lain.
    Tentu sebagai konsesi, Papua Nugini, terutama militernya, akan mendapatkan berbagai jenis bantuan dari negara Paman Sam untuk mengembangkan militernya.
    Secara teknis, berdasarkan penjanjian tersebut, dengan persetujuan Papua Nugini, Amerika Serikat dapat menempatkan tentara dan kapal perangnya di enam pelabuhan dan bandar udara penting, termasuk Pangkalan Angkatan Laut Lombrum di Pulau Manus dan sejumlah fasilitas lain di ibu kota, Port Moresby.
    Dengan kata lain, Washington akan memiliki “akses tak terbatas” ke lokasi tersebut untuk “menempatkan peralatan, perlengkapan, dan material”, serta memiliki “hak penggunaan eksklusif” pada beberapa zona di mana dapat dilakukan pengembangan “aktivitas konstruksi” di zona-zona tersebut.
    Jika dilihat isi perjanjiannya, terlihat jelas bahwa Amerika Serikat memang cukup serius ingin bekerjasama dengan Papua Nugini, karena tingkat akses yang didapat cukup luas dan leluasa di satu sisi.
    Di sisi lain, kualitas keterkaitan yang ingin dibangun oleh kedua negara juga terbilang cukup lengket karena mencakup jenis aktifitas yang harus didukung oleh izin pembangunan “konstruksi” baru, sebagai gambaran bahwa jika diperlukan Amerika Serikat bisa membangun pangkalan militer yang lengkap dengan berbagai fasilitas pendukungnya di Papua Nugini.
    Ada apa gerangan? Mengapa tiba-tiba Amerika Serikat meningkatkan kerja sama militer dalam lingkup yang cukup luas dan kualitas kerja sama yang cukup “erat” dengan Papua Nugini?
    Padahal jika dilihat secara lebih detail ke dalam negara Papua Nugini sendiri, Amerika sebenarnya tak memiliki aset berharga untuk dilindungi, layaknya di negara-negara terdekat dari kawasan Indopasifik seperti Jepang, Korea, Taiwan, dan negara-negara kepulauan di Pasifik, atau pula di negara-negara Timur Tengah.
    Bahkan jika dilihat dari sisi bisnis, terutama pertambangan, China jauh lebih banyak memiliki aset di Papua Nugini ketimbang Amerika Serikat.
    Sebagian besar analis menduga bahwa inisiasi strategis Amerika Serikat tersebut terkait erat dengan semakin tegangngya relasi geopolitis antara Amerika Serikat dan China di wilayah Asia Pasifik.
    Sehingga sebagai imbasnya, Amerika Serikat membangun sebanyak-banyaknya perjanjian kerja sama militer dengan negara-negara yang terkait dengan kawasan Indopasifik, termasuk salah satunya Papua Nugini.
    Jika dilihat secara geostrategis dan geografis, Papua Nugini memang berada pada garis “ketiga” dari tiga lapis garis pertahanan China di Asia Pasifik, meskipun berada pada titik terujung.
    Pun dari sisi Amerika Serikat, Papua Nugini juga tersentuh garis kedua dari tiga lapis garis pertahanan Amerika Serikat di Indopasifik, pun terletak di garis terujungnya.
    Sehingga, secara strategis sebenarnya posisi Papua Nugini kurang terlalu penting, meskipun bukan berarti tidak penting bagi Amerika Serikat.
    Namun, mari kita andaikan saja Papua Nugini cukup penting bagi keduanya, terutama bagi Amerika Serikat, untuk rencana pembendungan ekspansi China ke depannya.
    Lantas, apakah itu adalah “the one and only” motif dari rencana geopolitis-strategis Amerika Serikat di Papua Nugini yang pada masa lalu oleh Australia diberi sebutan “Territory of Papua” itu?
    Atas pertanyaan kedua tersebut, saya justru memiliki perspektif lain. Amerika Serikat, dalam hemat saya, juga melihat Papua dan isu Papua Barat sebagai target lainnya yang ingin dijaga dan dikawal, jika muncul kemungkinan-kemungkinan terjadinya
    referendum
    baru di Papua dengan model referendum yang lebih bebas-demokratis setelah gerakan-gerakan pendukung Papua Barat berhasil berdiplomasi di PBB, sehingga muncul kemungkinan lepasnya Papua Barat dari Indonesia setelah itu.
    Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pangkalan Militer Amerika Serikat di Papua Nugini mendadak menjadi urgen bagi Amerika Serikat tentunya.
    Andaikan jika itu terjadi, Amerika Serikat tentu bisa melakukan aksi gerak cepat untuk melindungi proses referendumnya di satu sisi dan melindungi Papua Barat sebagai kandidat negara baru di sisi lain, dari aksi “tidak terima Indonesia” atas kemungkinan yang bermula dari putusan PBB tersebut, yang berisiko membuat Indonesia kemudian mengambil langkah militer untuk menekan Papua Barat.
    Kemungkinan ini, dalam kacamata khusus, sebenarnya cukup masuk akal dan cukup bisa diterima logika, jika dilihat dari kacamata geopolitis di satu sisi dan dalam kacamata preseden sikap Amerika Serikat di sisi lain, terutama terkait dengan upayanya dalam melindungi proses referendum Papua Barat dan memproteksi calon negara baru di Tanah Papua.
    Karena jika lahir mandat PBB semacam itu dalam waktu-waktu mendatang, bagaimanapun jika itu linier dengan kepentingan Amerika Serikat, maka Amerika Serikat diminta ataupun tidak, akan dipastikan menjadi negara terdekat pertama yang akan memberikan perlindungan kepada Papua Barat, selain Australia tentunya.
    Apalagi, sebenarnya tidak ada yang benar-benar mengetahui sudah sejauh mana lobi-lobi para pihak yang terkait dengan kemerdekaan Papua Barat di level internasional di satu sisi dan di PBB di sisi lain.
    Dengan kata lain, keberhasilan TNI/Polri di lapangan dalam menekan pergerakan OPM dan jejaringnya di Papua, sama sekali bukanlah patokan utama dalam melihat kemungkinan apakah Papua Barat berpeluang lepas atau tidak dari Indonesia.
    Karena jika kita mau belajar dari sejarah, betapa Indonesia sangat tertekannya secara militer pasca-Soekarno mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia pada Agustus 1945. Namun, melalui jalur lain Indonesia akhirnya bisa menyempurnakan kemerdekaannya di Perjanjian Meja Bundar 1949.
    Bahkan Indonesia sama sekali tak berdaya ketika agresi militer Belanda pertama dan kedua dilancarkan. Ketika itu, Indonesia sebagai negara yang memiliki kekuatan militer, meskipun belum sempurna, sudah nyaris tidak bisa melawan lagi.
    Para pemimpin utama Indonesia telah dipenjarakan. Sehingga diplomasi di PBB di satu sisi dan suasana perang dingin di sisi lain yang mengharuskan Amerika Serikat untuk menekan Belanda agar segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia di tahun 1949 di sisi lain, adalah dua hal yang sangat krusial dalam menopang diakuinya Indonesia sebagai negara bangsa merdeka alias tidak lagi dianggap sebagai negara jajahan.
    Dalam kajian buku-buku sejarah geopolitik yang membahas peta besar geopolitik jelang diakuinya Indonesia di dalam Konperensi Meja Bundar dengan gamblang menuliskan betapa dukungan dan tekanan dari Amerika Serikat kepada Belanda agar segera memberikan pengakuan kepada Indonesia menjadi faktor yang sangat penting.
    Selain muncul bukti bahwa Belanda ternyata menggunakan senjata dan perlengkapan tempur yang semula berasal dari program “lend lease” yang dikeluarkan Amerika Serikat dalam membantu sekutu melawan Jerman, tapi akhirnya juga dipakai oleh Belanda untuk melakukan agresi militer pertama dan kedua di Indonesia.
    Begitu pula dengan anggaran Marshall Plan untuk Belanda, yang juga berasal dari Amerika Serikat, dipakai untuk mencoba menundukkan kembali Indonesia pasca-1945 oleh Belanda.
    Kedua hal itu cukup membuat Amerika Serikat marah kepada Belanda. Namun, ada faktor lain yang tak kalah pentingnya.
    Faktor lainnya yang membuat Amerika Serikat harus menekan Belanda, selain kedua faktor di atas, adalah dimulainya ketegangan geopolitis dengan Uni Soviet di Eropa, alias lahirnya “kawasan “iron Curtain” di Jerman.
    Amerika Serikat dan Eropa akhirnya membutuhkan tambahan pasukan dari kawasan lain untuk digeser dan ditumpuk di Eropa untuk mengimbangi jutaan tentara Stalin yang sudah terlanjur menumpuk di Jerman Timur dan Negara-Negara Eropa Timur pasca-Jerman tumbang.
    Nah, salah satunya adalah pasukan Belanda di Indonesia, yang bisa ditarik segera ke Eropa untuk mendukung kekuatan Sekutu menghadapi kemungkinan perang dengan Uni Soviet, jika Belanda bisa sesegera mungkin hengkang dari Indonesia.
    Kondisi geopolitis serupa nampaknya juga ada di hari ini, baik karena telah dimulainya perang dingin baru antara Amerika Serikat dan China (
    New Cold War
    ) di satu sisi dan karena kepentingan Amerika Serikat untuk membuat Indonesia tak condong ke China di sisi lain.
    Artinya, Papua Barat boleh jadi dijadikan oleh Amerika Serikat sebagai target untuk memberikan peringatan kepada Indonesia, jika Indonesia secara terbuka berani berada di sisi China.
    Karena itulah mengapa Indonesia harus mulai melihat upaya Amerika Serikat di Papua Nugini dalam kacamata kritis di satu sisi dan mulai memikirkan masalah Papua Barat benar-benar sebagai masalah strategis dan serius di sisi lain alias tidak sekadar urusan operasi militer di lapangan.
    Namun cukup disayangkan ketika Prabowo Subianto merumuskan masalah khusus yang harus segera ditangani sekaligus dengan utusan khusus presiden yang akan menyelesaikannya, masalah Papua Barat tidak termasuk di dalamnya.
    Padahal, masalah Papua sangatlah unik dan sudah menahun. Unik karena persoalan tak selesai sebab menggunakan formula penyelesaian yang didatangkan dari Jakarta, alias tak benar-benar lahir di Papua.
    Sehingga di lapangan, di tataran masyarakat Papua sendiri, apapun langkah yang diambil oleh pemerintah pusat untuk menyelesaian masalah Papua, sudah lebih dahulu dicurigai sebagai “rencana-rencana baru” untuk “menipu Papua”, terlepas sebenarnya belum tentu demikian niatan Jakarta.
    Kira-kira bunyi tanggapan masyarakat Papua yang sering saya dengar kala di sana adalah sebagai berikut, “Sa bodo tapi Sa tau”.
    Pernyataan pengakuan yang memiliki arti bahwa meskipun orang Papua Bodoh, tapi mereka mengetahui intensi “kurang baik” dari Indonesia yang hanya ingin menikmati tanah Papua sebagai menu santapan ekonominya.
    Dengan kata lain, rasa tidak percaya orang Papua kepada Indonesia sudah benar-benar berada pada titik nadir.
    Jika sampai terjadi referendum dengan sistem “one man one vote” di Bumi Papua atas isu Papua Barat, maka peluang Indonesia atau opsi pro-integrasi dengan Indonesia untuk menang sangatlah kecil.
    Ditambah lagi dengan hadirnya pangkalan baru Militer Amerika Serikat di Papua Nugini, yang sebenarnya dimaknai secara berbeda oleh orang Papua Barat, yakni sebagai simbol dukungan “hampir” penuh dari Amerika Serikat kepada Papua barat.
    Maka mau tak mau hal itu akan semakin memperburuk prospek Indonesia di tanah Papua jika ternyata suatu waktu terjadi referendum.
    Oleh karena itu, menurut hemat saya, pemerintah harus benar-benar mulai sangat serius dalam menangani masalah Papua Barat.
    Jika Badan Otonomi Khusus bertugas memastikan terealisasinya poin-poin penting di dalam status Otonomi Khusus yang telah diterima oleh Papua, semestinya ada utusan khusus yang selevel dengan menteri yang menangani urusan di luar urusan Otonomi Khusus tersebut.
    Utusan khusus tersebut fokus pada pencarian solusi-solusi strategis agar bisa semakin berdamai dan berdekatan dengan rakyat Papua dari segala tingkatan di satu sisi dan meningkatkan keterikatan emosial psikologis rakyat Papua dengan Indonesia di sisi lain, sembari menjauhkan kemungkinan-kemungkinan pengaruh asing di Papua.
    Pendeknya, dalam konteks yang telah saya jelaskan di atas, mengapa utusan khusus atau staf khusus percepatan penyelesaian masalah Papua, yang diduduki oleh tokoh atau figur yang memang benar-benar memahami dan punya hati untuk Papua di satu pihak dan benar-benar bisa diterima oleh rakyat Papua di pihak lain, menjadi sangat strategis dan krusial sifatnya saat ini.
    Tak menutup kemungkinan figur tersebut berasal dari militer, karena toh memang ada banyak figur militer yang pernah sangat lama bertugas di Bumi Cendrawasih dan memiliki hubungan baik dengan banyak tokoh Papua.
    Intinya, dalam hemat saya, memang diperlukan tim khusus untuk mempercepat proses penyelesaian masalah Papua, di luar Badan Otonomi Khusus, sebelum digoreng secara geopolitis oleh kekuatan-kekuatan besar dunia, salah satunya oleh Amerika Serikat.
    Semoga gagasan sederhana ini sampai kepada Presiden Republik Indonesia terpilih Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mengintip Tradisi Hari Ibu di Berbagai Negara

    Mengintip Tradisi Hari Ibu di Berbagai Negara

    Liputan6.com, Yogyakarta – Hari Ibu di Indonesia diperingati setiap 22 Desember. Peringatan ini bertujuan untuk memberikan apresiasi terhadap peran ibu dalam keluarga.

    Tak hanya di Indonesia, negara-negara lain juga memiliki perayaan Hari Ibu masing-masing. Mengutip dari berbagai sumber, berikut beberapa tradisi Hari Ibu di berbagai negara:

    1. India

    Sama seperti negara lain, tradisi Hari Ibu di India dirayakan dengan memberikan bunga, kartu ucapan, dan hadiah. Perayaan Hari Ibu di India jatuh pada Minggu kedua Mei.

    2. Inggris Raya

    Perayaan Bari Ibu di Inggris diperingati setiap Minggu keempat pra-Paskah. Perayaan ini dikenal dengan nama Mothering Sunday.

    Tradisi Mothering Sunday dirayakan dengan berkumpul bersama keluarga untuk ke gereja. Pada hari tersebut, para pekerja diberikan hari libur untuk menemui ibunya.

    3. Jepang

    Peringatan Hari Hari Ibu di Jepang awalnya sama dengan hari ulang tahun Permaisuri Koujun yang memiliki masa jabatan selama abad ke-20. Namun, tanggal tersebut dipindahkan menjadi setiap Minggu kedua di bulan Mei.

    Tradisi perayaan Hari Ibu di Jepang dilakukan dengan cara memberikan bunga anyelir. Saat menjelang Hari Ibu, harga bunga anyelir di Jepang pun akan melambung tinggi.

    4. Meksiko

    Anak-anak di Meksiko merayakan Hari Ibu pada 10 Mei m. Pada 2012, Presiden Asosiasi Pemilik Restoran Nasional Manuel Gutierrez mengatakan kepada Washington Post bahwa Hari Ibu adalah hari paling sibuk selama setahun bagi restoran.

    Selain memberikan bunga, anak-anak juga menyiapkan makanan dan musik selama perayaan. Biasanya, mereka akan memutar lagu Las Mananitas karya Mariachi pada pagi hari. l

     

    Awas, Sengatan Ubur-Ubur Api di Pantai Teluk Penyu Cilacap

  • Erdogan Bertekad Basmi Petempur ISIS-Kurdi di Suriah Usai Assad Tumbang

    Erdogan Bertekad Basmi Petempur ISIS-Kurdi di Suriah Usai Assad Tumbang

    Ankara

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan sudah waktunya untuk menghancurkan kelompok-kelompok teroris yang menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup Suriah, setelah rezim Bashar al-Assad tumbang. Dia secara khusus menyebut kelompok radikal Islamic State (ISIS) dan para petempur Kurdi di Suriah.

    “Daesh, PKK dan afiliasi mereka — yang mengancam kelangsungan hidup Suriah — harus dibasmi,” cetus Erdogan saat berbicara kepada wartawan ketika kembali dari menghadiri pertemuan puncak di Kairo, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Sabtu (21/12/2024).

    Daesh merupakan nama Arab untuk menyebut ISIS, sedangkan PKK merupakan kependekan dari Partai Pekerja Kurdistan, yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan beberapa negara lainnya.

    “Sudah waktunya untuk menetralisir organisasi-organisasi teroris yang ada di Suriah,” ujar Erdogan dalam pernyataannya.

    Turki menganggap Pasukan Pertahanan Suriah (SDF) sebagai organisasi teror karena didominasi oleh YPG, sebuah kelompok Kurdi yang disebut terkait dengan militan PKK yang telah melakukan pemberontakan selama puluhan tahun di negara tersebut.

    Namun, SDF yang didukung AS memimpin perang melawan ISIS di Suriah pada tahun 2019 lalu. Washington menganggap SDF sebagai kelompok yang “penting” untuk mencegah kebangkitan ekstremis di kawasan tersebut.

    “Mustahil bagi kami untuk menerima risiko seperti itu,” ujarnya, sembari menyatakan harapan agar pemimpin baru Suriah tidak akan memiliki untuk bekerja sama dengan kelompok ekstremis tersebut.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

  • Kongres Loloskan Rencana Anggaran, Pemerintah AS Terhindar dari Shutdown

    Kongres Loloskan Rencana Anggaran, Pemerintah AS Terhindar dari Shutdown

    Washington DC

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) terhindar dari penutupan atau shutdown setelah Kongres, pada Sabtu (21/12) dini hari, berhasil meloloskan rancangan undang-undang (UU) yang mengatur pendanaan untuk lembaga-lembaga federal hingga pertengahan Maret mendatang.

    RUU yang disebut sebagai stopgap funding bill ini, seperti dilansir AFP dan CNN, Sabtu (21/12/2024), mendapatkan dukungan mayoritas anggota House of Representatives atau DPR dan Senat AS dalam voting yang digelar mendekati batas waktu pada Jumat (20/12) tengah malam sebelum shutdown bisa terjadi.

    DPR AS, yang dikuasai politisi Partai Republik, terlebih dulu meloloskan RUU tersebut dalam voting pada Jumat (20/12) malam. Meskipun ada 34 suara anggota dari Partai Republik yang menolak RUU itu, namun hampir semua anggota dari Partai Demokrat menyetujuinya.

    Hasil voting menunjukkan sebanyak 366 anggota DPR memberikan suara dukungan dan 34 suara lainnya menolak, yang berarti RUU itu diloloskan dan selanjutnya diteruskan kepada Senat, yang dikuasai Partai Demokrat, untuk dibahas dan divoting.

    Tidak lama setengah tengah malam, atau pada Sabtu (21/12) dini hari, para Senator AS meloloskan RUU tersebut setelah memutuskan untuk membatalkan prosedur normal guna mempercepat voting. Sebanyak 85 Senator mendukung RUU itu, dengan 11 Senator lainnya menolak.

    Meskipun secara teknis RUU ini diloloskan setelah batas waktu pada malam berakhir, namun langkah ini tetap menghindari penutupan pemerintah AS yang akan berdampak luas.

    Selanjutnya, RUU ini akan diteruskan kepada Presiden Joe Biden untuk ditandatangani menjadi undang-undang (UU).