kab/kota: Washington

  • Kenapa Presiden Amerika Serikat Trump Ngotot Ingin Beli dan Miliki Gaza

    Kenapa Presiden Amerika Serikat Trump Ngotot Ingin Beli dan Miliki Gaza

    TRIBUNJATENG.COM, WASHINGTON DC — Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pada Minggu (9/2), menyatakan komitmennya untuk membeli dan memiliki Gaza.

    Trump bahkan mengizinkan sebagian tanah di Jalur Gaza itu untuk dibangun kembali oleh negara-negara lain di Timur Tengah.

    “Saya berkomitmen untuk membeli dan memiliki Gaza,” kata Trump kepada wartawan dari Air Force One dalam perjalanannya ke New Orleans untuk menghadiri kejuaraan National Football League Super Bowl, sebagaimana diberitakan Reuters, pada Senin (10/2).

    “Mengenai pembangunannya kembali, kami dapat memberikannya kepada negara-negara lain di Timur Tengah untuk membangun sebagiannya, orang lain dapat melakukannya, melalui naungan kami.

    Namun, kami berkomitmen untuk memilikinya, mengambilnya, dan memastikan bahwa Hamas tidak kembali,” terang dia.

    Menurut Trump, di Gaza kini tidak bisa ditinggali lagi karena semuanya hancur dan nanti akan dibongkar.

    Oleh karena itu, Trump ingin membeli Gaza dan membangunnya. Trump juga mengatakan, ia terbuka terhadap kemungkinan mengizinkan beberapa pengungsi Palestina masuk ke Amerika Serikat, tetapi akan mempertimbangkan permintaan tersebut berdasarkan kasus per kasus.

    Ezzat El Rashq, anggota biro politik Hamas, mengecam pernyataan terbaru Trump tentang pembelian dan kepemilikan Gaza, kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

    “Gaza bukanlah properti yang bisa dijual dan dibeli. Itu adalah bagian integral dari tanah Palestina yang kami duduki dan Palestina akan menggagalkan rencana pemindahan,” kata Rashq.

    Trump telah berbicara tentang pemindahan permanen warga Palestina yang tinggal di Gaza dan akan menciptakan “Riviera Timur Tengah”.

    Minggu lalu, Trump melontarkan gagasan Amerika Serikat untuk mengambil alih Gaza dan terlibat dalam upaya pembangunan kembali besar-besaran.

    Pernyataannya tidak jelas tentang masa depan warga Palestina yang telah bertahan selama lebih dari setahun dibombardir oleh Israel sebagai tanggapan atas serangan Hamas, pada Oktober 2023.

    Namun tidak jelas di bawah otoritas apa Amerika Serikat akan mengeklaim Gaza.

    Teguran

    Pengumuman Trump langsung menuai teguran dari beberapa negara.

    Sebelumnya pada Minggu, Presiden Israel, Isaac Herzog mengatakan, Trump akan bertemu dengan Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi, dan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, meskipun ia tidak menyebutkan tanggal untuk pembicaraan tersebut.

    Komentar itu muncul sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang proposal Trump yang baru-baru ini diungkapkan untuk mengambil alih dan membangun kembali Jalur Gaza.

    Herzog tidak mengatakan kapan atau di mana pertemuan itu akan berlangsung, dan ia juga tidak membahas mengenai isinya.

    Ia juga mencatat, Trump akan bertemu dengan Raja Yordania, Abdullah, dalam beberapa hari mendatang, yang telah dilaporkan oleh kantor berita negara Yordania.

    “Mereka adalah mitra yang harus didengarkan, mereka harus diajak berdiskusi. Kita harus menghargai perasaan mereka juga dan melihat bagaimana kita membangun rencana yang berkelanjutan untuk masa depan,” kata Herzog.

    Meski demikian, Arab Saudi telah dengan tegas menolak rencana Trump mengenai Gaza, seperti yang telah dilakukan oleh banyak pemimpin dunia.

    Sementara itu, Raja Yordania, Abdullah, berencana untuk memberi tahu Trump selama pertemuan mereka yang direncanakan, pada 11 Februari, di Washington bahwa usulan tersebut adalah upaya radikalisme yang akan menyebarkan kekacauan di Timur Tengah. (kps/rtr/Tribunnews)

  • Trump Kembali Bikin Polemik, Minta Pakai Sedotan Plastik

    Trump Kembali Bikin Polemik, Minta Pakai Sedotan Plastik

    Jakarta

    Lagi-lagi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat kebijakan berpolemik. Donald Trump menyerukan rakyatnya untuk kembali menggunakan sedotan plastik.

    Dirangkum detikcom, Senin (10/2/2025), Trump memerintahkan rakyatnya untuk kembali menggunakan sedotan plastik. Dia akan meneken beleid untuk mengakhiri kebijakan pendahulunya, Joe Biden, yang mendorong penggunaan sedotan yang lebih ramah lingkungan.

    “Saya akan menandatangani perintah eksekutif pekan depan, mengakhiri dorongan konyol dari Biden untuk menggunakan sedotan kertas yang tidak ada gunanya. KEMBALI KE PLASTIK,” cuit Donald Trump di akun X-nya, 8 Februari 2025.

    Dilansir BBC, Joe Biden sempat mengeluarkan kebijakan saat dia masih menjabat sebagai Presiden AS. Pada musim panas lalu, Biden memperkenalkan skema untuk mengakhiri penggunaan plastik sekali pakai di lingkungan pemerintahan, targetnya adalah pemerintahan bebas plastik sekali pakai pada 2035.

    Biden ingin mengurangi polusi plastik di AS. Plastik membutuhkan waktu lama untuk terurai. Plastik juga dapat membahayakan lingkungan dan hewan-hewan.

    Donald Trump Pernah Kampanyekan Sedotan Plastik

    Foto: Donald Trump (Getty Images via AFP/CHIP SOMODEVILLA)

    Saat itu, pemerintahan Biden mengatakan bahwa mereka mendukung “tujuan untuk mengakhiri polusi plastik pada tahun 2040,” dengan menambahkan bahwa “polusi plastik berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan masyarakat.”

    California adalah negara bagian pertama yang sepenuhnya melarang sedotan plastik pada tahun 2019, diikuti oleh negara bagian lain seperti New York, Washington DC, dan Colorado.

    Kembali ke Trump tapi mundur tahun 2019 silam, saat itu sedotan plastik juga menjadi alat kampanye Trump di Pilpres AS. Sedotan itu dijual $15 untuk 10 batang. Sedotan plastik menjadi simbol perlawanan terhadap narasi kubu liberal, musuh kubu Trump.

    Di Negeri Paman Sam, pendukung kesadaran soal kelestarian lingkungan biasanya adalah kubu liberal, termasuk kampanye gaya hidup ramah lingkungan.

    Saat itu, manajer kampanye Donald Trump yakni Brad Parscale, mencuit di Twitter (sekarang X), “Making straws great again (jadikan sedotan plastik berjaya lagi).”

    Lihat juga Video ‘Donald Trump Perintahkan Setop Produksi Koin Penny AS’:

    Halaman 2 dari 2

    (whn/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kapal Armada Bayangan Rusia Meledak Dekat ‘Sarang’ Putin, Kenapa?

    Kapal Armada Bayangan Rusia Meledak Dekat ‘Sarang’ Putin, Kenapa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ledakan dilaporkan terjadi di atas kapal tanker minyak yang diyakini digunakan oleh armada bayangan Rusia yang berlabuh di Ust-Luga di Rusia barat laut, dekat kota asal Presiden Vladimir Putin, St. Petersburg.

    Badan Federal Rusia untuk Transportasi Laut dan Perairan Pedalaman, Rosmorrechflot, mengatakan “ledakan terjadi di ruang mesin” kapal Koala pada Minggu (9/2/2025) pagi. Insiden ini memaksa awak kapal untuk mengungsi.

    Rosmorrechflot juga mengatakan penyelidikan atas insiden tersebut sedang berlangsung.

    “Pada pagi hari tanggal 9 Februari, di pelabuhan Ust-Luga, sebuah insiden buatan manusia terjadi pada kapal tanker Koala saat menghidupkan mesin, yang mengakibatkan ruang mesin rusak,” kata Gubernur wilayah Leningrad Alexander Drozdenko via Telegram, seperti dikutip Newsweek, Senin (10/2/2025).

    “Kapal tanker itu ditambatkan di tempat berlabuhnya. Tidak ada ancaman tumpahan minyak. Awak kapal telah dievakuasi, tidak ada korban jiwa,” tambahnya. “Tindakan sedang diambil untuk memeriksa ruang mesin dan memastikan penyebab kecelakaan.”

    Beberapa media, termasuk Baza, yang terkait dengan dinas keamanan Rusia, dan Fontanka dari St. Petersburg mengatakan sebanyak tiga ledakan terjadi di ruang mesin kapal. Baza mengatakan ledakan terjadi saat kapal bersiap untuk berlayar.

    Media Rusia, Important Stories, mengatakan kapal yang dibangun pada tahun 2023 itu sedang menuju Mesir. Media tersebut mengatakan Greenpeace menggolongkan Koala sebagai bagian dari armada bayangan Rusia.

    Kapal tersebut, yang menurut Kyiv Post membawa 130.000 ton bahan bakar minyak, sedang berlabuh di pelabuhan Ust-Luga, sekitar 100 mil dari kota asal presiden Rusia, St. Petersburg, saat ledakan terjadi.

    Pejabat NATO telah menyuarakan kekhawatiran tentang armada bayangan Rusia dan juga menuduh Moskow menggunakan kapal-kapal tersebut untuk melakukan sabotase terhadap infrastruktur penting seperti kabel bawah laut.

    Rusia menyusun armada bayangan untuk menghindari pembatasan ekspor minyaknya sebagai tanggapan atas sanksi Barat yang dijatuhkan setelah invasi besar-besaran Putin ke Ukraina pada tahun 2022.

    Armada ini beroperasi di Laut Baltik dan terdiri dari kapal-kapal tua yang sering beroperasi dengan kepemilikan yang tidak jelas dan tidak memiliki asuransi yang memadai, sehingga sering kali mengubah registrasi bendera mereka. Kapal-kapal ini mencakup sekitar 17 persen dari kapal tanker minyak di seluruh dunia.

    Bulan lalu, Washington mengumumkan sanksi baru terhadap “jumlah kapal pengangkut minyak yang belum pernah terjadi sebelumnya” yang banyak di antaranya merupakan bagian dari armada bayangan.

    (luc/luc)

  • Bisa Langsung Perang, Mesir Terima Pesan Israel Soal Perjanjian Damai, AS Tak Mau Cari Ribut di Arab – Halaman all

    Bisa Langsung Perang, Mesir Terima Pesan Israel Soal Perjanjian Damai, AS Tak Mau Cari Ribut di Arab – Halaman all

    Bisa Langsung Perang, Mesir Terima Pesan Israel Soal Perjanjian Damai, AS Tak Mau Cari Ribut dengan Arab

    TRIBUNNEWS.COM – Hubungan Mesir dan Israel kembali memanas seiring wacana yang dilontarkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang menyerukan negeri Piramida itu untuk menampung warga Palestina dari Gaza yang hancur.

    Belakangan, Israel menggaungkan rencana Trump ini, namun Mesir secara tegas langsung menolak rencana itu.

    Meski begitu, Israel dikhawatirkan telah menetapkan cara-cara ‘pengusiran’ terstruktur agar warga Gaza bisa ke luar dan tetap berada di luar wilayah kantung Palestina tersebut.

    Mesir mewaspadai hal ini lantaran teritorial mereka berbatasan langsung dengan wilayah Gaza.

    Belakangan, Mesir dilaporkan menerima pesan dari Israel yang mengonfirmasi komitmen Tel Aviv terhadap perjanjian damai 1979.

    Perjanjian damai Mesir–Israel ditandatangani pada tahun 1979 di Washington oleh mendiang Presiden Mesir Anwar El-Sadat dan Perdana Menteri Israel saat itu Menachem Begin, setelah Kesepakatan Camp David tahun 1978.

    Sebagai konteks, Mesir secara terbatas menjadi tujuan dari para warga Palestina di Gaza yang terluka dan memerlukan pengobatan dan perawatan intensif.

    Mesir menerima para warga Gaza ini dengan jumlah terbatas dan dengan ketentuan dan syarat ketat.

    Belakangan, seiring mencuatnya seruan pengusiran paksa warga Gaza, Kairo seperti mencium gelagat buruk Tel Aviv. 

    Menurut sumber yang berbicara kepada saluran TV Al Arabiya pada Sabtu (8/2/2025), Mesir memperingatkan Israel agar tidak memberlakukan pembatasan pada kembalinya warga Palestina setelah menerima perawatan medis di Kairo.

    Sikap Mesir ini mendorong Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengeluarkan komentar provokatif kalau Mesir ikut membuat Gaza menjadi ‘Penjara Terbuka Terbesar di Dunia’ dengan tidak mengizinkan warga Palestina bertolak dan menetap di negaranya.

    Tentara Mesir berpatroli di perbatasan Rafah-Gaza saat kunjungan duta besar Dewan Keamanan PBB, 11 Desember 2023. (Giuseppe CACACE / AFP)

    Bisa Langsung Perang

    Perlu digarisbawahi, Mesir menganggap pengusiran warga Palestina di Gaza, ke wilayahnya, khusunya di daerah Sinai, adalah hal sensitif dan membahayakan keamanan dan stabilitas negara. 

    Mesir juga mengatakan pengungsian warga sipil dari Gaza ke Mesir akan membahayakan perjuangan Palestina.

    Mesir juga menentang gagasan pemindahan paksa warga Gaza tersebut karena masalah ekonomi dan keamanan.

    Begitu sensitifnya, Mesir menilai hal ini sebagai ‘garis merah’ buat Israel.

    Pembatasan pada kembalinya warga Palestina setelah menerima perawatan medis di Kairo berarti Israel secara bulat masih memegang kendali di Koridor Philadelphia, pintu perbatasan Sinai (Mesir) dan Gaza (Palestina yang diduduki Israel).

    Pada awal Januari 2024 silam, Mesir juga memperingatkan Israel untuk tidak semberono di Koridor Philadelpia.

    “Mesir tanpa basa-basi akan selalu merespons secara praktis terhadap aksi yang melewati garis merah, tidak hanya melalui pernyataan,” kata ulasan JN saat itu.

    Apalagi, aksi Mesir yang langsung bertindak saat eskalasi meningkat dan garis merah cenderung dilanggar, pernah terbukti di Sirte-Jufra saat konflik terjadi di Libya pada 2020 silam.

    KERUMUNAN WARGA GAZA – Foto ini diambil pada Selasa (4/2/2025) dari publikasi resmi Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Sabtu (1/2/2025), menunjukkan kerumunan warga Palestina dan anggota Brigade Al-Qassam selama pembebasan sandera Israel, Keith Siegel, di pelabuhan Kota Gaza, selama pertukaran tahanan ke-4 pada Sabtu (1/2/2025) sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza. Tiga sandera Israel; Ofer Calderon, Yarden Bibas, dan Keith Siegel, dibebaskan dengan imbalan 183 tahanan Palestina. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Terima Pesan AS

    Selain pesan dari Israel, media Ahram mengabarkan kalau Kairo juga menerima pesan dari AS yang menyatakan kalau Washington tidak bermaksud untuk berselisih dengan Mesir atau negara Arab lainnya terkait situasi di Gaza.

    Sumber tersebut selanjutnya menambahkan kalau Mesir menegaskan kembali kepada tim Presiden AS Donald Trump penolakannya terhadap pemindahan paksa apa pun dari Jalur Gaza.  

    Selain itu, Mesir telah menuntut agar Israel memberikan batas waktu yang jelas untuk mengizinkan peralatan berat memasuki Gaza, kata Al Arabiya dalam pernyataan eksklusif.

    Pada hari Kamis, Israel mengatakan telah memulai persiapan untuk pemindahan sejumlah besar warga Palestina dari Gaza sejalan dengan rencana Trump untuk wilayah tersebut. 

    Namun, Trump mengatakan pada hari Jumat kalau dia tidak terburu-buru untuk memajukan rencana kejutannya untuk Gaza, yang akan membuat penduduk Palestina di sana diusir dan AS mengambil alih kendali.

    Sementara itu, Kairo menegaskan kembali penolakan tegasnya terhadap setiap usulan atau rencana untuk melikuidasi perjuangan Palestina dengan mengusir warga Palestina dari tanah mereka, dan memperingatkan tentang konsekuensi dari gagasan tersebut.

     

    (oln/ahrm/*)

  • VIDEO: Chatbot hingga Pencari Resep, Beragam Fitur AI dalam TV Terkini

    VIDEO: Chatbot hingga Pencari Resep, Beragam Fitur AI dalam TV Terkini

    Penjualan TV di AS, seperti juga penjualan smartphone, beberapa tahun terakhir relatif stagnan. Pengguna umumnya semakin jarang memperbarui barang elektronik, terutama karena tak melihat perubahan signifikan dalam generasi terkini produk tersebut. Tapi teknologi kecerdasan buatan bisa mengubah ini. Selengkapnya dilaporkan tim VOA dari Washington, DC.

    Ringkasan

  • Israel Perluas Pendudukan di Suriah Selatan, Memicu Kepanikan di Antara Penduduk Setempat – Halaman all

    Israel Perluas Pendudukan di Suriah Selatan, Memicu Kepanikan di Antara Penduduk Setempat – Halaman all

    Israel Perluas Pendudukan di Suriah Selatan, Memicu Kepanikan di Antara Penduduk Setempat

    TRIBUNNEWS.COM- Tentara Israel memperluas pendudukannya di Suriah selatan pada tanggal 9 Februari, melanjutkan kampanye penghancuran infrastruktur milik bekas Tentara Arab Suriah (SAA). 

    Pasukan tersebut maju ke desa Ain al-Nouriya di pedesaan timur laut kota selatan Quneitra. 

    Tentara Israel terus membombardir Suriah dan menyerang sisa-sisa infrastruktur militer bekas pemerintah.

    “Pasukan tersebut menghancurkan sisa-sisa dua kompi mortir dan rudal anti-tank milik bekas tentara Suriah, di dekat bukit strategis Ain al-Nouriya,” sumber Suriah mengatakan kepada Al Mayadeen . 

    “Pasukan pendudukan ditempatkan selama berjam-jam di jalan penting yang menghubungkan pedesaan Quneitra dengan pedesaan Damaskus ke arah Khan Arnabeh-Harfa, yang menyebabkan kepanikan di antara penduduk, terutama dengan meluasnya serangan dan peningkatan patroli Israel di pedesaan Quneitra dan Gunung Hermon,” kata sumber tersebut. 

    Serangan udara Israel menargetkan lokasi militer di pinggiran kota Inkhil di pedesaan utara provinsi Deraa selatan pada Sabtu malam. 

    Perluasan wilayah Israel baru-baru ini di wilayah selatan Suriah, yang dimulai segera setelah jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad, telah menyaksikan pasukan penyerang merebut sumber-sumber air yang berharga seperti Bendungan Al-Wahda di Cekungan Sungai Yarmouk dan lainnya, serta mendirikan pos-pos pengamatan di beberapa wilayah strategis yang menghadap ke Damaskus dan daerah pedesaannya. 

    Washington Post  melaporkan awal bulan ini, mengutip penduduk setempat di daerah tersebut, bahwa tentara Israel sedang mendirikan pemukiman militer permanen di sejumlah desa di Suriah selatan, termasuk Jabata al-Khashab di Quneitra. 

    Tel Aviv berencana untuk mempertahankan kehadirannya yang tidak terbatas di Suriah.

    “IDF akan tetap berada di puncak Hermon dan zona keamanan tanpa batas waktu untuk menjamin keamanan masyarakat di Dataran Tinggi Golan dan wilayah utara, serta semua penduduk Israel,” kata Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz , akhir bulan lalu saat berkunjung ke wilayah Suriah yang diduduki. 

    “Kami tidak akan membiarkan pasukan musuh membangun posisi di zona keamanan di Suriah selatan… kami akan bertindak melawan ancaman apa pun,” tambahnya.

    Katz juga mengatakan bahwa Tel Aviv akan melakukan kontak dengan “populasi yang bersahabat” di wilayah selatan Suriah, “dengan penekanan pada komunitas Druze yang besar yang memiliki hubungan kekeluargaan yang dekat dan historis dengan saudara-saudara Druze kita di Israel.”

    Israel menyatakan prihatin terhadap kelompok minoritas di Suriah, beberapa di antaranya menghadapi penganiayaan berat di tangan otoritas baru Suriah.

    Minggu lalu, penduduk Suriah di desa Al-Muallaqa mengatakan mereka akan menolak bantuan atau pendampingan apa pun dari Israel atau militernya. 

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • AS Bekukan Dana USAID, Negara-negara Akan Beralih ke China?

    AS Bekukan Dana USAID, Negara-negara Akan Beralih ke China?

    Jakarta

    Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menangguhkan dana bantuan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (United States Agency for International Development/USAID) telah membuat proyek-proyek yang didanai AS di sekitar 130 negara terhenti. Hal ini memiliki konsekuensi dramatis bagi jutaan orang dan pekerja bantuan kemanusiaan di seluruh dunia.

    Trump menuduh badan pembangunan USAID melakukan pemborosan. Pada 6 Februari lalu, ia menulis di platform “Truth Social”, “Sepertinya miliaran dolar telah dicuri di USAID.” Namun, ia tidak memberikan bukti apa pun.

    Para politisi oposisi di AS menuduh Trump membahayakan perjuangan global melawan kelaparan, penyakit, dan konflik.

    “Ini bukan tentang amal,” kata Andy Kim, Senator AS dari Partai Demokrat untuk New Jersey, di CNN.

    “Ini adalah tentang peran kita dalam lingkungan global yang sangat kritis saat ini,” tegasnya.

    “USAID adalah salah satu alat terbaik kami untuk melawan pengaruh keuangan dan ekonomi dari Cina,” lanjutnya.

    ‘Cina juga merupakan teman yang baik’

    Kedua negara adidaya ini juga menggunakan bantuan asing dalam persaingan mereka untuk mendapatkan supremasi global. Persaingan ini sangat jelas terlihat di Indo-Pasifik, misalnya di Bangladesh. Negara ini memiliki kepentingan strategis bagi Cina, dan dengan populasi lebih dari 170 juta jiwa, negara ini merupakan pasar utama bagi barang-barang Cina.

    Cina tidak mengungkapkan angka bantuan luar negerinya, tetapi para peneliti di College of William and Mary di negara bagian Virginia, AS, memperkirakan bahwa Cina telah membiayai 138 proyek pembangunan di Bangladesh sejak tahun 2000, dengan nilai sebesar 21 miliar dolar AS (sekitar Rp343 triliun).

    Sejauh ini, AS telah menentang hal ini, di mana pada tahun 2024 saja, AS telah memberikan bantuan senilai $393 juta (sekitar Rp5,8 triliun) kepada negara tersebut.

    “Bangladesh telah menjalin kemitraan yang sangat baik dengan USAID dan pemerintah AS untuk waktu yang lama,” kata Jashim Uddin, direktur Asosiasi Lembaga Pembangunan di Bangladesh (Association of Development Agencies in Bangladesh/ADAB), kepada DW dalam sebuah wawancara telepon. Ia menyatakan harapannya agar AS segera melanjutkan bantuannya.

    Asosiasi yang dipimpinnya menyatukan lebih dari 1.000 organisasi non-pemerintah.AS, sembari menambahkan, “AS telah mendanai kami sejak awal kemerdekaan kami pada tahun 1971.”

    Uddin mengatakan bahwa penghentian bantuan AS saat ini menyebabkan masalah yang signifikan bagi negaranya, di mana ribuan staf kini telah dirumahkan.

    “Ini adalah masalah yang sangat besar bagi kami sekarang. Ini akan melemahkan masyarakat sipil di Bangladesh. Ketidakstabilan sosial akan muncul dengan risiko kesehatan yang lebih tinggi dan peningkatan kemiskinan. Semua ini akan diperparah,” kata Uddin yang juga menyarankan agar pemerintahnya secara aktif mencari donor baru.

    “Kita perlu melakukan diversifikasi pendanaan. Cina juga merupakan teman baik Bangladesh,” katanya, seraya berharap bahwa Cina sekarang dapat memperluas dukungannya dengan memasukkan bantuan kemanusiaan dan dukungan untuk proyek-proyek sosial.

    Cina berfokus pada proyek-proyek berskala besar

    USAID bekerja dengan organisasi lokal, China Aid, yang didirikan pada tahun 2018 yang berfokus pada pinjaman dan proyek-proyek infrastruktur besar. Namun, kedua lembaga ini memiliki tujuan yang sama: untuk mengamankan pengaruh pemerintah mereka di negara-negara mitra utama.

    Dengan Belt and Road Initiative (BRI), Cina saat ini mencoba untuk mengikat lebih dari 145 negara melalui proyek-proyek besar bersama seperti jembatan, jalan, dan pelabuhan.

    Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Kementerian Luar Negeri Cina pada tahun 2024 menggambarkan bantuan pembangunan AS sebagai “egois, sombong, munafik, buruk, dan dengan ceroboh mencampuri urusan internal negara lain demi keuntungannya sendiri. Bantuan luar negeri AS membawa dampak negatif yang serius terhadap perdamaian dan pembangunan dunia.”

    Meski begitu, pertarungan pengaruh antara AS dan Cina bukanlah permainan zero-sum di mana salah satu pihak memenangkan apa yang dikalahkan oleh pihak lain, kata Evan Cooper, yang mengepalai proyek “Menata Ulang Diplomasi AS” di lembaga pemikir Stimson Center di Washington.

    “Saya kira runtuhnya USAID, pembekuan dana dan pemecatan karyawannya tidak akan membuat para pesaing AS tiba-tiba mendapatkan pengaruh yang sangat besar di dunia,” katanya kepada DW melalui telepon.

    Pembekuan dana mungkin akan menyebabkan runtuhnya industri bantuan pembangunan.

    “Namun hal ini tidak akan membuat Cina melangkah masuk untuk mengisi kekosongan,” katanya.

    Indonesia bersiap hadapi dampak pembekuan dana USAID

    Melansir Tempo, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Rolliansyah “Roy” Soemirat, menyatakan bahwa Indonesia telah menyiapkan langkah antisipatif apabila kebijakan ini berdampak pada kerja sama bilateral dengan AS. Dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, 7 Februari 2025, Roy menjelaskan bahwa hingga kini belum ada informasi resmi terkait program USAID yang akan terkena dampak langsung dari keputusan tersebut.

    “Beberapa hibah yang diberikan USAID melalui mekanisme Bilateral Development Cooperation Framework periode 2020-2026 sudah berjalan selama beberapa tahun. Kami masih menunggu informasi resmi lebih lanjut dari pihak AS mengenai kelanjutan hibah ini,” ujar Roy.

    Meski begitu, Roy menekankan bahwa hubungan bilateral antara Indonesia dan AS yang telah terjalin selama 75 tahun akan tetap kokoh. Menurutnya, setiap kebijakan yang diambil oleh negara mitra, termasuk AS, selalu dipertimbangkan dengan matang dan didasarkan pada prinsip saling menghormati.

    Mungkinkah Jerman turun tangan?

    “Tidak ada yang lebih menguntungkan bagi Cina selain penarikan Amerika,” kata Volkmar Klein, juru bicara kelompok parlemen untuk kerja sama ekonomi dan pembangunan blok konservatif Jerman, Christian Democrats dan Christian Social Union (CDU/CSU).

    Hal ini akan memperkuat posisi Cina dan mengikis kepercayaan pada Amerika Serikat, kata Klein.

    Setelah AS, Jerman adalah donor terbesar di dunia. Apa dampak dari langkah terbaru ini terhadap kebijakan pembangunan di Jerman?

    “Saya kira tidak akan mempengaruhi kepercayaan terhadap kerja sama dengan kami. Sebaliknya, kami dipandang sebagai mitra yang dapat diandalkan, dan seharusnya tetap demikian,” kata Klein.

    Menteri Pembangunan Jerman Svenja Schulze dari Partai Sosial Demokrat (SPD) yang beraliran kiri-tengah baru-baru ini membuat pernyataan yang sama mengenai RBB. Menurutnya, Eropa sekarang harus melihat apa yang dapat dicapai bersama.

    “Kita akan lebih baik untuk lebih memperkuat kerjasama pembangunan kita, bukan memotongnya,” katanya.

    Kaum konservatif Klein memimpin dalam jajak pendapat. Jika mereka menjadi partai terkuat dan membangun pemerintahan Jerman yang baru setelah pemilihan umum federal pada tanggal 23 Februari nanti, Klein ingin mendorong mereka untuk mengemban lebih banyak tanggung jawab internasional.

    “Namun kami tidak dapat mengimbangi kekurangan Amerika,” tegasnya.

    “Amerika membayar sekitar enam kali lipat lebih banyak untuk kerja sama pembangunan dibandingkan Jerman. Jadi, adalah ilusi belaka jika kita berpikir bahwa kita dapat menutupi kekurangan tersebut.”

    Hampir semua karyawan USAID diberhentikan

    Menurut beberapa media AS, hanya sekitar 300 dari 10.000 karyawan USAID yang saat ini diizinkan untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Tidak jelas berapa banyak proyek pembangunan yang akan diizinkan Trump untuk dimulai kembali setelah tinjauan 90 hari.

    Sudah lama sekali kerja sama pembangunan tidak pernah dibahas seheboh sekarang, terutama di Amerika Serikat dan sekitarnya.

    USAID juga kemungkinan akan menjadi topik dalam Konferensi Keamanan Munich, yang berlangsung dari tanggal 14 hingga 16 Februari 2025. Perwakilan dari Cina, Wakil Presiden AS JD Vance dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio diperkirakan akan hadir.

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Aman Selama Beberapa Generasi

    Israel Aman Selama Beberapa Generasi

    PIKIRAN RAKYAT – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump revolusioner, setelah merilis proposal usulan kontrol penuh AS atas Gaza dan pemindahan penduduknya. Pujian ini disampaikan Netanyahu setelah ia kembali ke Israel dari Washington, Minggu, 9 Februari.

    Sebelumnya, Trump memicu kemarahan global Ketika ia mengungkapkan rencananya untuk mengambil alih Gaza Palestina sepenuhnya. Hal itu ia tegaskan dalam kunjungan perdana menteri Israel Netanyahu.

    Netanyahu diketahui bertamu selama seminggu di Washington, Amerika Serikat. Di depan pria yang kerap dipanggil Bibi itu, Trump mengatakan pihaknya ingin mengambil kendali atas Jalur Gaza dan mengosongkan wilayah itu.

    Setibanya di Israel, saat berbicara di hadapan kabinetnya, Netanyahu mengatakan bahwa kedua negara telah bersepakat tentang tujuan perang yang ditetapkan Israel sejak awal.

    Kesepakatan itu mencakup poin “memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel”.

    “Presiden Trump datang dengan visi yang sepenuhnya berbeda, pendekatan revolusioner yang lebih baik bagi Israel – pendekatan yang kreatif yang saat ini sedang kita diskusikan,” kata Netanyahu, mengacu pada rencana Gaza yang diusulkan Trump, dikutip dari CNA, Senin, 10 Februari 2025.

    “Dia sangat bertekad untuk melaksanakannya, dan saya percaya ini membuka banyak, banyak kemungkinan bagi kita,” tambah Netanyahu.

    “The U.S. will take over the Gaza Strip, and we will do a job with it, too.” –President Donald J. Trump pic.twitter.com/aCqLl9Gwwn— President Donald J. Trump (@POTUS) February 5, 2025

    Meskipun mendapat kritik dari sekutu internasional dan negara-negara Arab khususnya, Trump, Kamis lalu kembali memperkuat rencananya. Ia mengatakan, “Jalur Gaza akan diserahkan kepada Amerika Serikat oleh Israel setelah pertempuran selesai.”

    “Tidak akan ada tentara AS yang dibutuhkan! Stabilitas untuk wilayah ini akan terwujud!!!” demikian ia melanjutkan dalam sebuah unggahan media sosial.

    Di hari yang sama, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz memerintahkan militer zionis untuk mempersiapkan “kepergian sukarela” dari Gaza.

    “Kunjungan ini, dan pembicaraan yang kami lakukan dengan Presiden Trump, membawa pencapaian luar biasa yang dapat memastikan keamanan Israel selama beberapa generasi,” kata Netanyahu. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Perintah Donald Trump: Kembali Pakai Sedotan Plastik!

    Perintah Donald Trump: Kembali Pakai Sedotan Plastik!

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyerukan rakyatnya untuk kembali menggunakan sedotan plastik. Dia akan meneken beleid untuk mengakhiri kebijakan pendahulunya, Joe Biden, yang mendorong penggunaan sedotan yang lebih ramah lingkungan.

    “Saya akan menandatangani perintah eksekutif pekan depan, mengakhiri dorongan konyol dari Biden untuk menggunakan sedotan kertas yang tidak ada gunanya. KEMBALI KE PLASTIK,” cuit Donald Trump di akun X-nya, 8 Februari 2025, diakses detikcom pada Senin (10/2/2025).

    Dilansir BBC, Joe Biden sempat mengeluarkan kebijakan saat dia masih menjabat sebagai Presiden AS. Pada musim panas lalu, Biden memperkenalkan skema untuk mengakhiri penggunaan plastik sekali pakai di lingkungan pemerintahan, targetnya adalah pemerintahan bebas plastik sekali pakai pada 2035.

    Biden ingin mengurangi polusi plastik di AS. Plastik membutuhkan waktu lama untuk terurai. Plastik juga dapat membahayakan lingkungan dan hewan-hewan.

    Saat itu, pemerintahan Biden mengatakan bahwa mereka mendukung “tujuan untuk mengakhiri polusi plastik pada tahun 2040,” dengan menambahkan bahwa “polusi plastik berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan masyarakat.”

    California adalah negara bagian pertama yang sepenuhnya melarang sedotan plastik pada tahun 2019, diikuti oleh negara bagian lain seperti New York, Washington DC, dan Colorado.

    Kembali ke Trump tapi mundur tahun 2019 silam, saat itu sedotan plastik juga menjadi alat kampanye Trump di Pilpres AS. Sedotan itu dijual $15 untuk 10 batang. Sedotan plastik menjadi simbol perlawanan terhadap narasi kubu liberal, musuh kubu Trump. Di Negeri Paman Sam, pendukung kesadaran soal kelestarian lingkungan biasanya adalah kubu liberal, termasuk kampanye gaya hidup ramah lingkungan.

    Saat itu, manajer kampanye Donald Trump yakni Brad Parscale, mencuit di Twitter (sekarang X), “Making straws great again (jadikan sedotan plastik berjaya lagi).”

    Saksikan juga Sosok: Rumah Anak Bumi, dari Ridwan Manantik untuk Anak Negeri

    Saksikan juga Blak-blakan: Menguak Rahasia Untung Kilang Minyak Paling ‘Rumit’ Se-Indonesia

    (dnu/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Januari 2025 Cetak Rekor Bulan Terpanas

    Januari 2025 Cetak Rekor Bulan Terpanas

    Bisnis.com, JAKARTA – Para ilmuwan iklim mengatakan, bulan Januari 2025 tercatat sebagai Januari terpanas yang pernah tercatat.

    Hal ini terjadi, meskipun pola iklim dingin mulai terjadi di Pasifik dan sebagian wilayah AS mengalami suhu dingin yang memecahkan rekor.

    Suhu udara permukaan global rata-rata mencapai 55,81 derajat Fahrenheit (13,23 derajat Celcius) pada bulan Januari 2025, naik dari 55,65 F (13,14 C) pada tahun 2024 rekor terpanas sebelumnya pada bulan Januari.

    Peningkatan tersebut tidak terlalu besar, namun para ilmuwan memperkirakan suhu akan lebih dingin tahun ini.

    Bumi memasuki La Niña pada bulan Januari, yang merupakan fase dingin dari pola iklim alami yang disebut siklus El Niño-Osilasi Selatan.

    Fase El Niño meningkatkan suhu global, yang terjadi pada tahun 2023 dan 2024, sedangkan La Niña biasanya menurunkannya. Namun, La Niña saat ini terjadi lebih lambat dari perkiraan para ilmuwan dan sangat lemah.

    Suhu yang luar biasa tinggi pada bulan Januari 2025 melanjutkan tren pemanasan global. Tahun lalu merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat dan setahun penuh pertama yang melampaui suhu pemanasan sebesar 2,7 F (1,5 C) di atas tingkat suhu pra-industri perkiraan suhu rata-rata antara tahun 1850 dan 1900.

    Para pemimpin dunia sebelumnya sepakat untuk membatasi pemanasan hingga di bawah 2,7 F dan jauh di bawah 3,6 F (2 C) dalam Perjanjian Paris tahun 2015, sebuah perjanjian internasional yang mengikat secara hukum.

    “Januari 2025 adalah bulan yang mengejutkan, melanjutkan rekor suhu yang diamati selama dua tahun terakhir, meskipun terjadi perkembangan kondisi La Niña di Pasifik tropis dan efek pendinginan sementara terhadap suhu global,” ujar Samantha Burgess, pemimpin strategis iklim di Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa, yang melaksanakan program Copernicus, dilansir dari livescience.

    Dia menjelaskan, pola cuaca berbeda-beda di seluruh dunia, sehingga peningkatan suhu rata-rata global tidak berarti setiap wilayah mengalami pemanasan.

    Secara keseluruhan, suhu di AS lebih dingin dari rata-rata pada bulan Januari, dengan salju petir melanda Pantai Timur dan Barat Tengah serta badai salju bersejarah yang menyelimuti Ujung Selatan dan Gulf Coast.

    Namun, kondisi kering di California Selatan berkontribusi terhadap kebakaran hutan mematikan yang menghancurkan Los Angeles, sementara tempat-tempat seperti Minnesota mengalami suhu panas yang memecahkan rekor.

    Suhu yang lebih hangat dari rata-rata juga dilaporkan di utara wilayah Alaska AS yang berdekatan, yaitu 5 F (2,8 C) di atas rata-rata, The Washington Post melaporkan. Kanada bagian timur laut dan barat laut juga relatif hangat, menurut pernyataan program Copernicus.

    Di seluruh dunia, Australia dilanda gelombang panas yang bersejarah, sementara Amerika Selatan bagian selatan, Afrika, Antartika, Siberia, dan sebagian Eropa sebagian besar mengalami suhu di atas rata-rata.

    Pemanasan global terutama disebabkan oleh pelepasan gas rumah kaca dalam jumlah besar ke atmosfer melalui pembakaran bahan bakar fosil, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh PBB. Karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan gas rumah kaca lainnya memerangkap panas di atmosfer, sehingga menghangatkan planet.

    Perubahan iklim mengancam miliaran orang. Dampak pemanasan global antara lain memicu cuaca ekstrem seperti kebakaran hutan; kenaikan permukaan air laut yang mengancam masyarakat pesisir; dan mengeringkan lahan pertanian, yang pada gilirannya membahayakan kemampuan manusia untuk bercocok tanam. Perubahan iklim yang tidak terkendali juga akan menyebabkan banyak spesies punah.