kab/kota: Washington

  • Kenapa Trump Pilih Arab Saudi Jadi Tempat Perundingan AS-Rusia?

    Kenapa Trump Pilih Arab Saudi Jadi Tempat Perundingan AS-Rusia?

    Jakarta

    Ketika Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan bahwa ia dapat mengadakan perundingan mengenai cara mengakhiri perang di Ukraina dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Arab Saudi, banyak orang bertanya-tanya mengapa ia memilih negara tersebut sebagai tempat perundingan.

    Trump tidak menyebutkan tanggal pertemuan, tetapi hanya bilang tatap muka dapat terjadi dalam waktu dekat.

    Trump bahkan menyarankan agar Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman alias MBS, juga berpartisipasi.

    Pernyataan Trump tersebut disampaikan hanya beberapa jam setelah berbincang melalui telepon dengan Putin dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

    Arab Saudi memuji panggilan telepon antara Trump dan Putin serta kemungkinan soal pertemuan antara keduanya di kerajaan tersebut.

    “Kerajaan menegaskan upaya berkelanjutannya untuk mencapai perdamaian abadi antara Rusia dan Ukraina,” kata pernyataan Kerajaan Arab Saudi.

    Pertemuan delegasi AS dan Rusia

    Delegasi AS dan Rusia bertemu di Arab Saudi. (Reuters)

    Sebelum Trump dan Putin bertemu, kedua pemimpin mengutus delegasi ke Riyadh, Arab Saudi.

    Pertemuan demi mengakhiri konflik “secepat mungkin” terjadi beberapa hari menjelang peringatan tiga tahun dimulainya invasi Rusia ke Ukraina.

    Amerika Serikat diwakili tiga orang, sedangkan Rusia diwakili dua orang.

    Dari pihak AS terdapat Menteri Luar Negeri, Marco Rubio; Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz; dan Utusan Trump untuk urusan Timur Tengah, Steve Witkoff.

    Reuters

    Rusia mengutus dua diplomat veteran dan sangat memahami AS, yakni penasihat kebijakan luar negeri Yuri Ushakov serta Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov yang telah menjabat sejak 2004.

    Keduanya telah membantu Putin di bidang kebijakan luar negeri, khususnya selama tiga tahun perang di Ukraina.

    Reuters

    Adapun Arab Saudi selaku tuan rumah diwakili dua sosok. Mereka akan memulai pertemuan tapi tidak akan menetap di ruangan selagi perundingan berlangsung.

    Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan telah memainkan peran aktif sebagai diplomat utama Saudi tahun ini. Dia telah mengunjungi Lebanon dan Eropa serta menjadi tuan rumah pertemuan internasional yang bertujuan mencabut sanksi terhadap Suriah.

    Penasihat keamanan nasional Saudi, Musaed al-Aiban, juga telah memainkan peran penting dalam mempromosikan hubungan Saudi dengan pemimpin baru Suriah, Ahmed al-Sharaa.

    Meskipun Putra Mahkota Mohammed bin Salman memimpin kebijakan luar negeri, kedua pria ini selalu berada di sisinya.

    Reuters

    Pertemuan yang dimulai pada Selasa (18/02) diharapkan dapat menemukan solusi yang “berkelanjutan, berkelanjutan, dan dapat diterima bersama”.

    Pertemuan antara Rubio dan Lavrov adalah yang pertama sejak Vladimir Putin meluncurkan apa yang disebutnya “operasi militer khusus” terhadap Ukraina pada 22 Februari 2022.

    Dalam pertemuan di Riyadh, perwakilan Ukraina atau negara Eropa mana pun tidak diundang. Menurut Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, ini merupakan “kejutan”.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan negaranya tidak akan menerima pasukan penjaga perdamaian dari negara-negara NATO di Ukraina menyusul pembicaraan tingkat tinggi dengan AS di Arab Saudi.

    “Setiap kehadiran pasukan bersenjata di bawah bendera lain tidak mengubah apa pun. Tentu saja itu sama sekali tidak dapat diterima,” katanya.

    “Hari ini adalah langkah pertama dari perjalanan yang panjang dan sulit, tetapi penting”, kata Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio setelah pertemuan tersebut.

    Tempat netral

    Negara-negara lain, seperti China dan Uni Emirat Arab, sejatinya sudah menawarkan untuk menjadi tuan rumah pertemuan Trump-Putin.

    Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan bahwa ia dapat mengadakan perundingan mengenai cara mengakhiri perang di Ukraina dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Arab Saudi. (Reuters)

    “Arab Saudi adalah pilihan yang logis untuk pertemuan Trump-Putin karena menyediakan tempat yang netral,” kata Paul Salem, wakil presiden lembaga kajian Middle East Institute di Washington.

    Salem mengatakan bahwa negara Eropa tidak akan bisa menjadi tuan rumah pertemuan Putin-Trump karena sikap Eropa yang kuat dalam perang Ukraina.

    “Secara tradisional, lokasi netral seperti Jenewa akan dipilih untuk pertemuan puncak semacam itu. Namun, hubungan Rusia yang memburuk dengan Swiss dan negara-negara Eropa lainnya kemungkinan telah menyebabkan pilihan alternatif ini,” kata Dr. Khattar Abou Diab, seorang profesor hubungan internasional.

    Baca juga:

    Ia juga menilai bahwa Arab Saudi berhasil membangun kepercayaan dan kepentingan bersama dengan Putin dan bahwa negara itu bukan penanda tangan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

    Pada 2023, ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Putin dengan tuduhan kejahatan perang terkait dengan perang Ukraina.

    Analis mencatat bahwa Putin dapat melakukan perjalanan ke Arab Saudi tanpa risiko ditangkap.

    Peran sebagai penengah

    Arab Saudi berpengalaman menjadi penengah dalam pertukaran tahanan antara Rusia dan Ukraina. Oleh sebab itu, Saudi memperoleh kepercayaan dari kedua negara.

    EPA-EFE/REX/ShutterstockPutra Mahkota Arab Saudi memainkan peranan penting dalam pembebasan guru Amerika bernama Marc Fogel, menurut sejumlah pejabat AS.

    Dalam pertukaran tahanan baru-baru ini yang difasilitasi oleh Riyadh, Rusia membebaskan guru Amerika bernama Marc Fogel setelah lebih dari tiga tahun ditahan.

    Putra Mahkota Saudi memainkan peran penting dalam mengamankan pembebasannya, menurut utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.

    Arab Saudi juga telah menyambut baik Zelensky dan Putin pada beberapa kesempatan dan telah mendorong perjanjian perdamaian yang langgeng antara kedua negara.

    Arab Saudi bahkan menyelenggarakan pertemuan internasional di Jeddah yang dihadiri sejumlah perwakilan dari beberapa negara.

    Selama kunjungan Putin ke Riyadh pada Desember 2023, MBS menyebutnya sebagai “tamu istimewa dan sangat terhormat di Arab Saudi, baik di tingkat pemerintah maupun publik.”

    Pakar urusan Teluk, Abdullah Baaboud, meyakini bahwa Arab Saudi bercita-cita untuk terlibat dalam upaya mediasi, seperti yang dilakukan Oman, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA).

    Arab Saudi, menurutnya, ingin meningkatkan pengaruhnya sebagai pemain regional utama.

    Reuters Saudi Arabia bukan penanda tangan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) sehingga, menurut sejumlah pengamat, Putin bisa ke sana tanpa risiko ditangkap. EPA-EFE/REX/ShutterstockPresiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, berkunjung ke Jeddah pada 2023 untuk menghadiri pertemuan Liga Arab ke -32.

    Baaboud berpendapat bahwa menjadi tuan rumah pertemuan Trump-Putin dapat bermanfaat bagi Arab Saudi.

    Menurutnya, hal ini membuat Riyadh bisa lebih banyak terlibat dalam kepentingan strategis AS, seperti penandatanganan Perjanjian Abraham, yang menormalisasi hubungan antara empat negara Arab dan Israel.

    Paul Salem yakin bahwa Trump sangat ingin memperkuat hubungan AS-Saudi karena alasan ekonomi, keuangan, investasi, dan strategis. Dia menilai Trump berminat mengamankan potensi kesepakatan AS-Saudi-Israel di masa mendatang.

    Dr Nidal Choucair, seorang profesor komunikasi strategis, mengatakan bahwa Arab Saudi sangat penting bagi Trump dalam merancang kebijakan Timur Tengah, terutama terkait Israel-Palestina.

    Ia juga menyoroti tekanan AS baru-baru ini terhadap Arab Saudi, terutama setelah usulan Perdana Menteri Israel Netanyahu untuk merelokasi warga Gaza ke Saudi ditolak Riyadh.

    Faktor minyak bumi

    Amerika Serikat adalah produsen minyak terbesar di dunia. Peringkat selanjutnya diduduki oleh Arab Saudi dan Rusia.

    Karena perang Rusia-Ukraina memengaruhi pasar energi global, para ahli menilai bahwa Arab Saudi berperan dalam menjaga stabilitas harga minyak.

    Arab Saudi adalah produsen minyak terbesar kedua di dunia. (Getty Images)

    Pada Desember 2024, delapan anggota aliansi OPEC+ yang beranggotakan 22 negara pengekspor minyak, termasuk Arab Saudi dan Rusia, memutuskan untuk menunda peningkatan produksi minyak karena jumlah permintaan lebih rendah dari perkiraan. Belum lagi adanya persaingan produksi dari negara-negara non-sekutu.

    Arab Saudi dan Rusia memiliki kepentingan yang sama sebagai produsen minyak utama, kata Abdullah Baaboud. Ia berharap pertemuan puncak Trump-Putin tidak hanya berfokus pada upaya mengakhiri perang di Ukraina, tetapi juga menyentuh harga minyak global dan kerja sama ekonomi.

    “Trump mungkin berupaya mengamankan harga minyak mentah yang menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan energi Amerika, terutama setelah sebelumnya menyerukan harga yang lebih rendah,” katanya.

    Ia menilai bahwa Trump memprioritaskan produksi bahan bakar fosil daripada energi bersih, sejalan dengan peran Arab Saudi sebagai produsen minyak terbesar kedua di dunia.

    Kepentingan strategis

    Lawatan kenegaraan pertama Trump sebagai presiden pada 2017 adalah ke Arab Saudi, yang meningkatkan status diplomatik global kerajaan tersebut.

    EPA/SAUDI PRESS AGENCY HANDOUTTrump mengatakan Arab Saudi setuju untuk membeli produk AS senilai US$450 miliar pada tahun 2017. Setelah itu, Trump melakukan perjalanan luar negeri pertamanya sebagai presiden ke Arab Saudi.

    Trump telah mengisyaratkan bahwa perjalanan luar negeri pertamanya dalam masa jabatan keduanya bisa jadi ke Arab Saudi. Dia bahkan telah menetapkan harga untuk perjalanan itu.

    “Jika Arab Saudi ingin membeli produk kami senilai US$450 miliar atau US$500 Saya rasa saya mungkin akan melakukannya,” katanya kepada wartawan di Ruang Oval bulan lalu.

    Beberapa hari kemudian, Putra Mahkota Arab Saudi mengatakan kerajaan itu ingin berinvestasi US$600 miliar di AS selama empat tahun ke depan.

    “Tetapi saya akan meminta Putra Mahkota, yang merupakan orang yang fantastis, untuk membulatkannya menjadi sekitar US$1 triliun,” kata Trump kepada Forum Ekonomi Dunia di Davos tak lama setelah itu.

    “Saya rasa mereka akan melakukannya karena kami telah bersikap sangat baik kepada mereka,” katanya.

    Dr Nidal Choucair yakin bahwa Trump melihat Arab Saudi sebagai mitra strategis dan ekonomi utama.

    Ia juga menunjukkan bahwa Trump berupaya untuk mengamankan peran ekonomi AS yang dominan di Teluk, khususnya setelah mantan presiden Joe Biden mengalihkan fokus ke Asia.

    Trump juga berupaya memperkuat pengaruh AS di Arab Saudi dan kawasan yang lebih luas sebagai bagian dari persaingan strategis Washington dengan China, menurut Dr. Khattar Abou Diab, seorang profesor hubungan internasional.

    Walau Arab Saudi telah dikritik karena catatan hak asasi manusianya, baik Abou Diab maupun Choucair berpendapat bahwa reformasi terkini di kerajaan tersebut, seperti penghapusan polisi agama atau mengizinkan perempuan mengemudi, telah memperbaiki citra globalnya, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh potensi tekanan politik pemerintahan Trump.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pesawat Delta Airlines Terbalik, Bagaimana Semua Penumpang Bisa Selamat?

    Pesawat Delta Airlines Terbalik, Bagaimana Semua Penumpang Bisa Selamat?

    Jakarta

    “Pesawat kami jatuh. Terbalik”

    Itulah kata-kata John Nelson, seorang penumpang pesawat Delta Air Lines yang jatuh dan terbalik saat mendarat di Bandara Internasional Pearson Toronto, Kanada.

    Sebanyak 76 penumpang dan empat awak selamat, kata petinggi bandara itu.

    Di antara puluhan orang dalam pesawat dari Minneapolis itu hanya 18 penumpang yang terluka.

    “Kebanyakan orang tampak baik-baik saja. Kami semua turun,” kata Nelson dalam sebuah video yang diunggah di Facebook tak lama setelah kecelakaan.

    Ia kemudian memberi tahu CNN bahwa tidak ada tanda-tanda apapun yang terjadi pada pesawat sebelum mendarat.

    “Kami tergelincir ke samping, lalu terbalik,” katanya, seraya menambahkan bahwa “ada bola api besar di sisi kiri pesawat”.

    Seluruh penumpang dalam posisi tergantung terbalik di kursi mereka saat kejadian berlangsung.

    “Kami terbalik tergantung seperti kelelawar,” kata Peter Koukov, yang juga berada di pesawat, kepada CNN.

    Nelson mengatakan ia mampu melepaskan sabuk pengaman dan mendorong dirinya ke tanah.

    “Beberapa terlihat menggantung dan membutuhkan bantuan… dan yang lainnya mampu turun sendiri,” katanya.

    Rekaman video yang dibagikan di media sosial menunjukkan sejumlah penumpang memanjat keluar dari pesawat yang terbalik, sementara para petugas pemadam kebakaran menyemprot badan pesawat dengan busa.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Diane Perry yang tengah berada di dalam bandara tak menyadari bahwa kecelakaan terjadi. Diane mengatakan dia baru mengetahui kecelakaan dari keluarga yang menelponnya kala ia sedang mengantre untuk memeriksa barang bawaannya.

    “Agak ironis bahwa kami berada di bandara dan tidak tahu bahwa ada kecelakaan di luar,” katanya kepada BBC.

    Sampai saat ini belum diketahui penyebab kecelakaan. Dua landasan pacu akan tetap ditutup selama beberapa hari untuk penyelidikan dan penumpang telah diberitahu untuk mengantisipasi beberapa penundaan penerbangan.

    Nelson masih mencerna apa yang baru saja terjadi. Kepada CNN, dia mengaku “masih stres, gugup, dan gemetar”.

    “Sungguh menakjubkan bahwa kami masih di sini.”

    Bagaimana insiden terjadi?

    Insiden itu terjadi sesaat setelah pukul 14.00 waktu setempat pada Senin (17/02).

    Pesawat yang jatuh adalah buatan Bombardier model CRJ-900, yang dioperasikan oleh maskapai Delta Air Lines.

    Pesawat dengan nomor penerbangan DL4819 itu tiba di Toronto dari Kota Minneapolis di AS dan membawa 76 penumpang dan empat awak.

    Saat mendarat, pesawat itu tampaknya telah menghantam landasan pacu, tergelincir cukup jauh dan kemudian terbalik, kata Dan Ronan, seorang jurnalis dan pilot berlisensi dari Badan Penerbangan Federal AS (FAA), kepada BBC News.

    BBC

    Rekaman video yang diperoleh TMZ menunjukkan sebagian pesawat terbakar saat mendarat. Petugas pemadam kebakaran kemudian bergegas memadamkannya.

    Seorang penumpang bernama Pete Carlson mengatakan kepada media CBC bahwa kejadian yang dialaminya “sangat dahsyat”. Dia bahkan mengaku masih bisa mengingat suara “beton dan logam” saat benturan.

    Pete Carlson dan orang lain di dalam pesawat tergantung terbalik di kursi mereka, dan harus melepaskan diri ke langit-langit kabin guna meninggalkan pesawat yang terbalik itu.

    Mengapa pesawat itu bisa terbalik?

    Sayap kanan pesawat mungkin menabrak landasan pacu atau benda di landasan pacu seperti lampu, kata Dan Ronan, seorang jurnalis dan pilot berlisensi dari Badan Penerbangan Federal AS (FAA).

    Cuaca juga mungkin menjadi faktor signifikan. Kepala pemadam kebakaran bandara menyatakan bahwa landasan pacu kering pada saat kejadian.

    Pihak berwenang bandara sebelumnya mengatakan bahwa meskipun salju telah berhenti, “suhu dingin dan angin kencang [sedang] bertiup”.

    Ketika pesawat akan mendarat, pengawas lalu lintas udara memberi tahu pilot adanya hembusan angin berkecepatan 61km/jam dan kemungkinan “sedikit guncangan di landasan pacu”, demikian dilaporkan CNN.

    Pilot tampaknya telah mencoba manuver kepiting, kata Ronan. Melalui manuver ini pilot dapat menyejajarkan pesawat sesuai arah angin menuju landasan pacu pada saat-saat terakhir. Sehingga pesawat tampak mendarat dengan miring.

    Marco Chan, mantan pilot dan dosen senior di Universitas Buckinghamshire New di Inggris, setuju bahwa pesawat itu miring ke kanan dan tampaknya telah melakukan pendaratan keras.

    Chan menilai pesawat mendarat dengan satu roda terlebih dahulu, yang mungkin menyebabkan roda pendaratan copot saat terjadi benturan. Hal ini dapat membuat sayap kanan menghantam landasan pacu dan menyebabkan pesawat terguling.

    Bagaimana semua orang di pesawat bisa selamat?

    “Kemampuan bertahan pesawat ini sungguh menakjubkan,” kata Ronan kepada BBC, seraya menunjukkan bahwa badan pesawat tetap utuh.

    Ia juga menyoroti pentingnya kursi model 16G yang tahan benturan tinggi dan “dirancang untuk menyerap banyak benturan”.

    Pengamat lain juga memuji fitur keselamatan pesawat.

    Analis CNN dan mantan inspektur FAA, David Soucie, mengatakan pesawat itu hancur sebagaimana mestinya. Sayap pesawat lepas sehingga badan pesawat tidak terkoyak.

    BBC

    Graham Braithwaite, profesor bidang keselamatan dan investigasi kecelakaan di Universitas Cranfield, Inggris, mengatakan pesawat juga dirancang agar penumpang yang terlibat dalam kecelakaan tidak menabrak benda-benda yang dapat menyebabkan cedera.

    “Bahkan desain sandaran kursi atau meja baki adalah bagian dari cara kami mempertimbangkan untuk membuat ruang yang membuat manusia dapat bertahan hidup,” katanya kepada BBC. “Dan sabuk pengaman yang dikenakan orang-orang sangat penting – itulah hal utama yang mencegah para penumpang terlempar ke seluruh kabin,” tambahnya.

    Para pramugari juga dipuji karena berhasil mengeluarkan semua orang dari pesawat yang terbalik dengan cepat.

    Petugas tanggap darurat di bandara dicap “heroik” oleh kepala bandara setelah mencapai lokasi kecelakaan dalam hitungan menit.

    Carlson mengatakan para penumpang juga telah bekerja sama dengan sangat efektif.

    “Yang saya lihat adalah semua orang di pesawat itu tiba-tiba menjadi sangat dekat dalam hal bagaimana saling membantu, bagaimana saling menghibur,” katanya.

    Adakah insiden pesawat jatuh baru-baru ini?

    Insiden ini menandai kecelakaan udara besar keempat di Amerika Utara dalam waktu kurang dari sebulan.

    Semua 67 orang di dalam pesawat penumpang dan helikopter militer tewas setelah kedua pesawat bertabrakan di udara dekat Washington DC pada 29 JanuariTujuh orang tewas pada 1 Februari ketika sebuah pesawat angkut medis yang membawa enam orang jatuh di Philadelphia. Satu orang lainnya tewas di darat.Seluruh 10 orang tewas ketika sebuah pesawat kecil jatuh di Alaska pada 6 Februari

    Insiden tersebut menyusul kecelakaan besar lainnya di Korea Selatan pada Desember, yang menewaskan 179 orang.

    Meskipun demikian, para ahli mengatakan perjalanan udara tetap sangat aman – dan semakin aman.

    Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) mengatakan ada 257 kecelakaan fatal di AS pada 2024, dibandingkan dengan 362 insiden pada 2014.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pamer Kekuatan, Pesawat Pengebom AS Lintasi 9 Negara Timur Tengah

    Pamer Kekuatan, Pesawat Pengebom AS Lintasi 9 Negara Timur Tengah

    Washington DC

    Pesawat pengebom B-52 milik Amerika Serikat (AS) mengudara melintasi sembilan negara di kawasan Timur Tengah pekan ini. Misi ini dimaksudkan untuk memamerkan kemampuan militer Washington di kawasan tersebut.

    Komando Pusat AS atau CENTCOM dalam pernyataannya, seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (19/2/2025), menyebut misi itu tidak hanya melibatkan pesawat pengebom AS, tapi juga melibatkan dua pesawat pengebom B-52 milik Inggris.

    Dengan didampingi sejumlah jet tempur lainnya seperti beberapa jet tempur F-15 milik AS dan jet-jet tempur dari empat negara mitra AS, pesawat-pesawat pengebom B-52 itu terbang melintasi sembilan negara di area-area yang menjadi tanggung jawab CENTCOM.

    Misi ini mencakup pengisian bahan bakar di udara dan menjatuhkan amunisi aktif.

    “Misi Satuan Tugas Pesawat Pengebom memamerkan kemampuan proyeksi kekuatan AS, komitmen terhadap keamanan regional, dan kemampuan untuk merespons aktor negara atau non-negara mana pun yang berupaya memperluas atau meningkatkan konflik di wilayah CENTCOM,” sebut Kepala CENTCOM, Jenderal Erik Kurilla, dalam pernyataannya.

    Para pejabat AS, yang enggan disebut namanya, menyebut militer negaranya memiliki kemampuan dan aset yang cukup untuk menghadapi segala ancaman yang datang dari wilayah tersebut.

    Aksi pamer kekuatan ini dilakukan saat berakhirnya pengerahan kapal induk AS, USS Harry S Truman, selama dua bulan terakhir ke kawasan Timur Tengah.

    Pengerahan pesawat pengebom B-52 ini disebut sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk menyesuaikan aset militer AS di Timur Tengah, terutama karena kapal induk AS dirotasi masuk dan keluar dari wilayah tersebut.

    Pada November tahun lalu, sejumlah pesawat pengebom B-52 dan pesawat pengisi bahan bakar dikirimkan ke kawasan tersebut untuk memastikan kelanjutan kehadiran militer saat kapal induk AS, USS Abraham Lincoln, dikerahkan ke sana.

    Sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober 2023, AS mempertahankan kehadiran militer yang meningkat secara signifikan di kawasan tersebut, meskipun USS Harry S Truman telah meninggalkan kawasan itu awal bulan ini dan saat ini tidak ada kapal induk AS di kawasan Timur Tengah.

    Aset-aset militer AS, khususnya di Laut Merah, menjadi sangat penting dalam menggagalkan serangan Houthi yang didukung Iran, yang menargetkan kapal militer dan komersial yang melintas, juga menyerang target di wilayah Israel, sekutu dekat AS.

    Lihat juga video: Momen Putin Jadi Pilot Pesawat Pengebom Nuklir Tu-160M

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump Kecewa Zelensky Ngeluh Karena Tak Dilibatkan di Perundingan AS-Rusia

    Trump Kecewa Zelensky Ngeluh Karena Tak Dilibatkan di Perundingan AS-Rusia

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyalahkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky atas invasi Rusia. Trump bahkan mengatakan dia lebih yakin kesepakatan mengakhiri perang akan terjadi setelah perundingan AS dengan Rusia.

    Dilansir AFP, Rabu (19/2/2025), Trump menekan Zelensky untuk mengadakan pemilu-yang sejalan dengan salah satu tuntutan utama Moskow-, Trump juga mengecam Zelensky karena mengeluh tidak dilibatkan dalam perundingan AS-Rusia di Arab Saudi.

    Trump juga menyarankan agar Zelensky bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin sebelum bulan ini berakhir ketika Washington merombak sikapnya terhadap Rusia.

    “Saya sangat kecewa, saya dengar mereka kesal karena tidak mendapatkan kursi (dalam perundingan AS-Rusia),” kata Trump kepada wartawan di Florida ketika ditanya tentang reaksi Ukraina.

    “Hari ini saya mendengar, ‘oh, kami tidak diundang’. Nah, Anda sudah berada di sana selama tiga tahun… Anda seharusnya tidak pernah memulainya. Anda bisa saja membuat kesepakatan,” katanya.

    Zelensky sebelumnya mengkritik perundingan AS-Rusia karena tidak menyertakan Kyiv, dengan mengatakan upaya untuk mengakhiri perang harus “adil” dan melibatkan negara-negara Eropa, sambil menunda perjalanannya ke Arab Saudi. Pernyataan Zelensky ini lah yang diduga membuat Trump marah hingga kemudian dia menyerang Zelensky.

    Ketika ditanya apakah Amerika Serikat akan mendukung tuntutan Rusia yang ingin memaksa Zelensky mengadakan pemilu baru sebagai bagian dari kesepakatan, Trump tidak menjawab tegas, namun dia mengkritik Ukraina.

    “Mereka menginginkan kursi di meja perundingan, tapi bisa dibilang… bukankah rakyat Ukraina punya hak untuk bersuara? Sudah lama sejak kita mengadakan pemilu,” kata Trump.

    “Itu bukan hal yang berasal dari Rusia, itu berasal dari saya, dari negara lain,” imbuhnya.

    Zelensky diketahui terpilih pada tahun 2019 untuk masa jabatan lima tahun. Tetapi, dia masih menjabat hingga saat ini karena Ukraina masih berada di bawah darurat militer.

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Mengapa Arab Saudi Dipilih sebagai Tempat Pertemuan Dialog Rusia-Ukraina? – Halaman all

    Mengapa Arab Saudi Dipilih sebagai Tempat Pertemuan Dialog Rusia-Ukraina? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Rabu (12/2/2025), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan Washington dan Rusia akan mulai melakukan negosiasi untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    Tempat yang diajukan untuk pertemuan pertama adalah Arab Saudi, Al Jazeera melaporkan.

    Riyadh langsung menyatakan dukungannya terhadap rencana ini.

    Keputusan untuk memilih Arab Saudi sebagai lokasi pertemuan ini bukan tanpa alasan.

    Ada beberapa faktor yang menjadikan Arab Saudi pilihan strategis untuk menjadi mediator dalam konflik Ukraina-Rusia.

    Apa saja itu? simak rangkumannya berikut ini.

    Faktor-Faktor Pemilihan Arab Saudi sebagai Tempat Pertemuan

    1. Hubungan Diplomatik yang Baik dengan Semua Pihak

    Arab Saudi memiliki hubungan diplomatik yang sangat baik dengan AS, Rusia, dan Ukraina.

    Negara ini dikenal karena kemampuannya dalam menjembatani ketegangan antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, berkat sikap netralnya.

    Arab Saudi tidak terlibat langsung dalam perang Ukraina dan tidak mengkritik Rusia atas invasi yang terjadi.

    Hal ini menjadikannya pilihan yang diterima oleh semua pihak yang bertikai.

    Arab Saudi juga dikenal memiliki hubungan yang dekat dengan Donald Trump dan Vladimir Putin, yang menambah alasan mengapa negara ini dapat menjadi mediator yang diterima.

    2. Netralitas dalam Konflik Ukraina

    Sejak dimulainya perang Ukraina, Arab Saudi memutuskan untuk mempertahankan sikap netral.

    Berbeda dengan negara-negara lain yang lebih jelas berpihak pada satu pihak, Arab Saudi tidak memihak kepada Ukraina maupun Rusia.

    Negara ini tidak mengirimkan bantuan militer kepada Ukraina, serta tidak bergabung dalam sanksi internasional yang diterapkan terhadap Rusia.

    Netralitas ini memberikan Arab Saudi posisi unik yang diterima oleh semua pihak yang terlibat dalam konflik ini.

    3. Peran Ekonomi dan Energi

    Salah satu alasan mengapa Donald Trump memilih Arab Saudi adalah karena hubungan negara ini dengan pasar energi global.

    Arab Saudi adalah salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia dan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pasar energi global.

    Dengan peran vital ini, Arab Saudi berpotensi memainkan peran penting dalam meredakan ketegangan ekonomi yang timbul akibat perang Ukraina.

    Arab Saudi dapat mempengaruhi harga minyak dunia, yang bisa berdampak pada perekonomian Rusia dan mempercepat penyelesaian konflik.

    Jika harga minyak turun, ini bisa memberi tekanan ekonomi pada Rusia, yang menjadi salah satu dampak yang diinginkan oleh AS.

    4. Pengaruh di Timur Tengah dan Diplomasi Global

    Selain itu, Arab Saudi berusaha untuk memperluas pengaruhnya di luar wilayah Timur Tengah.

    Menjadi mediator dalam konflik besar seperti Ukraina-Rusia memberi kesempatan bagi Saudi untuk memperkuat posisi diplomatik mereka di panggung internasional.

    Saudi ingin dikenal sebagai aktor utama dalam diplomasi global, bersaing dengan negara-negara lain seperti Qatar yang sudah lama terlibat dalam peran serupa.

    Dengan menjadi mediator yang sukses dalam konflik besar, Arab Saudi dapat meningkatkan pengaruh politik dan ekonominya di seluruh dunia.

    Peran Arab Saudi dalam Konflik Ukraina dan Rusia

    Arab Saudi menunjukkan keterlibatannya dalam diplomasi terkait konflik Ukraina sejak awal.

    Beberapa langkah diplomatik yang telah diambil Saudi menunjukkan komitmennya untuk mencari solusi damai bagi konflik ini, antara lain:

    Pertukaran Tahanan:

    Arab Saudi terlibat dalam membebaskan sepuluh warga negara asing yang ditahan oleh Rusia dan memfasilitasi pertukaran tahanan antara Rusia dan Ukraina pada tahun 2022.

    Ini merupakan langkah pertama Arab Saudi dalam mendekatkan kedua negara.

    Diplomasi dengan Ukraina dan AS:

    Pada 2023, Arab Saudi menjadi tuan rumah pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

    Pertemuan ini menunjukkan peran Saudi dalam mencoba menjembatani ketegangan dan membantu memperlancar komunikasi antar pihak.

    Pertukaran Tahanan AS-Rusia:

    Pada tahun 2024, Arab Saudi juga memfasilitasi pertukaran tahanan antara Amerika Serikat dan Rusia.

    Dengan memfasilitasi pertukaran tahanan AS-Rusia, citra Saudi sebagai mediator internasional yang dapat dipercaya dalam upaya penyelesaian konflik internasional yang kompleks semakin meningkat.

    Mengapa Arab Saudi Menyelenggarakan Pertemuan Ini?

    Dikutip dari CNBC, menurut banyak pihak, pertemuan ini di Riyadh dianggap sebagai kemenangan diplomatik besar bagi Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

    Dalam beberapa tahun terakhir, dia mengubah kebijakan luar negeri Arab Saudi, menjadikan negara ini lebih terbuka untuk berperan aktif dalam menyelesaikan konflik global.

    Putra Mahkota bin Salman sangat fokus pada netralitas dalam konflik internasional dan berharap dapat menarik investasi besar melalui rencananya yang dikenal sebagai Visi 2030.

    Dalam kerangka tersebut, Arab Saudi berharap dapat menonjol sebagai kekuatan diplomatik besar, yang mampu mengatur pertemuan dan menghasilkan solusi yang lebih damai untuk dunia.

    Komentar dari Ali Shihabi, seorang komentator Saudi, menyebutkan bahwa bagi Arab Saudi, acara ini sangat bergengsi.

    Keberhasilan menggelar pertemuan semacam ini dapat meningkatkan soft power Saudi, baik di regional maupun global.

    Peran Rusia dalam Perundingan

    Rusia sendiri berharap pertemuan ini dapat memberikan peluang untuk meringankan sanksi internasional yang membebani negara tersebut.

    Kepala Dana Investasi Langsung Rusia, Kirill Dmitriev memimpin perundingan ekonomi.

    Ia berharap pembicaraan ini akan membuka jalan untuk perusahaan internasional kembali berinvestasi di Rusia setelah sanksi diterapkan. Ini adalah salah satu tujuan utama Rusia dalam perundingan ini.

    Putin Siap Bertemu Zelensky

    Pada pertemuan yang digelar di Riyadh, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan Presiden Putin siap untuk berbicara dengan Presiden Ukraina Zelensky jika diperlukan.

    Peskov menegaskan isu terkait legitimasi dan perjanjian harus dibahas lebih lanjut.

    Belum ada kesepakatan final terkait jadwal atau syarat pembicaraan tersebut.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Burhanuddin Abdullah Harahap Disebut Jadi Ketua Tim Pakar Danantara, Jejak Kasusnya Diungkit

    Burhanuddin Abdullah Harahap Disebut Jadi Ketua Tim Pakar Danantara, Jejak Kasusnya Diungkit

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Burhanuddin Abdullah Harahap disebut bakal menjadi Ketua Tim Pakar Danantara (Daya Anagata Nusantara). 

    Danantara rencananya akan diluncurkan pada 24 Februari 2025 mendatang. Danantara merupakan konsolidasi semua kekuatan ekonomi yang ada di pengelolaan BUMN. 

    Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini lahir di Garut, Jawa Barat, pada tanggal 10 Juli 1947. Ia menjabat sebagai Menteri Koodinator Bidang Perekonomian di bawah Pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid. 

    Ia juga adalah Gubernur Bank Indonesia sejak tahun 2003 dan Gubernur untuk International Monetary Fund (IMF), Washington DC, di Indonesia. 

    Ia juga adalah Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) periode 2003-2006, dan terpilih kembali untuk periode 2006-2008. Selama kariernya di Bank Indonesia, Ia pernah menduduki beberapa jabatan di dalam dan luar negeri. 

    Pengangkatan Burhanuddin dalam Danantara mendapat respon dari Pemerhati Sosial dan Politik, Jhon Sitorus.

    Dia membeberkan jejak karier ekonom tersebut yang pernah dipenjara atas kasus korupsi.

    “Burhanuddin Abdullah Harahap, Ketua Tim Pakar Danantara. FYI, orang ini pernah dipenjara 5 tahun penjara atas kasus korupsi aliran dana Bank Indonesia ke DPR sebesar Rp100 Miliar,” kata Jhon dalam akun X pribadinya, Selasa, (18/2/2025).

    Selain itu, dia juga mengungkap kedekatan Burhanuddin dengan Presiden Prabowo Subianto selama ini.

    “Orang ini juga Tim Kampanye Nasional Prabowo Gibran sebagai dewan pakar di Pilpres 2024 dan saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama PLN sejak Juli 2024,” tandasnya. (*) 

  • Zelensky Tak Diajak Berunding, Trump Yakin Bisa Akhiri Perang Rusia-Ukraina

    Zelensky Tak Diajak Berunding, Trump Yakin Bisa Akhiri Perang Rusia-Ukraina

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa jauh lebih yakin dengan kesepakatan untuk mengakhiri perang Rusia dan Ukraina. Padahal pembicaraan AS dan Rusia menuai teguran keras dari Kyiv atas pengecualiannya.

    Seperti dilansir AFP, Rabu (19/2/2025), Trump juga menyarankan bahwa dapat bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin segera setelah Amerika Serikat merombak pendiriannya terhadap Rusia, perubahan tersebut telah membuat khawatir para pemimpin Eropa.

    Pada pembicaraan di Riyadh, Rusia dan Amerika Serikat sepakat untuk membentuk tim untuk merundingkan jalan untuk mengakhiri perang yang dimulai ketika Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari 2022.

    Trump mengatakan bahwa ia “jauh lebih yakin” dengan kesepakatan setelah pembicaraan, menambahkan “perundingan itu sangat bagus. Rusia ingin melakukan sesuatu. Mereka ingin menghentikan barbarisme yang biadab.”

    “Saya pikir saya memiliki kekuatan untuk mengakhiri perang ini, dan saya pikir itu berjalan dengan sangat baik,” kata Trump, menegur Ukraina karena mengeluh bahwa mereka telah dikeluarkan dari diskusi.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam keras pengecualian negaranya dari pertemuan di Riyadh, yang berlangsung lebih dari empat jam.

    “Saya sangat kecewa, saya dengar mereka kesal karena tidak diberi tempat duduk,” kata Trump kepada wartawan ketika ditanya apa yang akan dia katakan kepada warga Ukraina yang merasa “dikhianati.”

    “Hari ini saya dengar, oh, baiklah, kami tidak diundang. Nah, Anda sudah berada di sana selama tiga tahun… Anda seharusnya tidak pernah memulainya. Anda seharusnya bisa membuat kesepakatan,” katanya.

    Beberapa pemimpin Eropa khawatir Washington akan membuat konsesi besar kepada Moskow dan menulis ulang pengaturan keamanan benua itu. Ketika ditanya apakah dia akan bertemu Putin sebelum akhir bulan, Trump berkata “mungkin.”

    (rfs/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • NATO Terancam Mati! AS-Eropa di Ujung Tanduk, Putin Menang Telak

    NATO Terancam Mati! AS-Eropa di Ujung Tanduk, Putin Menang Telak

    Jakarta, CNBC Indonesia – NATO terancam “mati”. Hal ini menjadi pembicaraan hangat di Eropa di tengah pertemuan antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia yang berlangsung di Arab Saudi, Selasa.

    Pembicaraan menteri luar negeri pemerintahan Presiden Donald Trump dilakukan hanya dengan menteri luar negeri pemerintahan Presiden Vladimir Putin. Pembicaraan pun, meski disebut membicarakan perdamaian Rusia dan Ukraina, tak melibatkan Kyiv bahkan negara-negara Eropa, sekutu dekat Washington.

    France24 misalnya membuat pemberitaan soal “apakah kita segera melihat kematian dari NATO?”. Disinggung bagaimana pemimpin negara-negara Eropa melakukan pertemuan Senin di tengah Forum Keamanan Munich (MSC) dengan Istana Elysee Prancis, menjadi tuan rumahnya.

    “Semua orang di pertemuan ini menyadari bahwa hubungan transatlantik, aliansi NATO, dan persahabatan kita dengan Amerika Serikat telah memasuki fase baru. Kita semua melihatnya,” kata Perdana Menteri (PM) Polandia Donald Tusk.

    Bagaimana ini terjadi?

    Mengutip The Guardian, setidaknya ini terjadi setelah muncul tanda “AS akan meninggalkan NATO”. Dalam MSC, kejutan datang dari Wakil Presiden AS JD Vance yang menyerang Eropa.

    Dalam pidatonya, ia mengisyaratkan bagaimana pertikaian antara Eropa dan AS kini memuncak. Bukan berkaitan dengan beban militer saja atau ancaman keamanan yang ditimbulkan Rusia, tapi sesuatu yang lebih mendasar dalam masyarakat yakni nilai-nilai yang dipercaya.

    “Selama bertahun-tahun, kita telah diberi tahu bahwa semua yang kita danai dan dukung adalah atas nama nilai-nilai demokrasi kita bersama,” katanya menyerang Eropa, dikutip Rabu (19/2/2025).

    “Namun, kami melihat Eropa saat ini dan bertanya-tanya mengapa para pemenang perang dingin telah meninggalkan nilai-nilai yang memungkinkan mereka menang melawan kekuatan tirani di benua,” tambahnya.

    Dari pernyataan Vance, pesan AS tersirat tapi jelas. NATO didirikan dalam perang dingin sebagai ekspresi tekad AS untuk mempertahankan nilai-nilai Barat bersama, tetapi jika nilai-nilai itu tidak lagi dianut bersama, maka tujuan moral NATO itu sendiri pun sirna.

    Namun sebenarnya sejak terpilih, Trump memang kerap memberi ancaman AS akan meninggalkan NATO. Ia menyebut sekutu AS tidak membayar cukup untuk pertahanan mereka.

    “Jika mereka membayar tagihan mereka, dan jika saya pikir mereka memperlakukan kita dengan adil, jawabannya adalah saya akan tetap bersama NATO. Tetapi ada juga kemungkinan benar-benar Amerika akan keluar,” ujar Trump saat wawancara di NBC Desember, dimuat pula oleh AFP.

    Penegasan Zelensky

    Penegasan pun diberikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Ia berkata bahwa pernyataan Wakil Trump, Vance, telah menegaskan aliansi transatlantik sudah selesai.

    “Wakil presiden AS menegaskan: hubungan lama antara Eropa dan Amerika selama puluhan tahun akan berakhir. Mulai sekarang, segalanya akan berbeda, dan Eropa perlu menyesuaikan diri dengan itu,” katanya.

    Lebih lanjut dikatakannya, AS memang tak membutuhkan lagi Eropa. Bukti barunya adalah tak ada Eropa disebut dalam pembicaraan baru-baru ini, antara dirinya dan NATO.

    “Trump tidak pernah menyebutkan bahwa Amerika membutuhkan Eropa di meja perundingan. Itu sudah sangat jelas. Masa lalu sudah berakhir- ketika Amerika mendukung Eropa hanya karena memang selalu mendukungnya,” tambahnya.

    Kemenangan Putin?

    Sementara dalam tulisannya di laman Spectator, penulis dan jurnalis Stephen Pollard mengatakan bahwa sebenarnya tak ada aliansi pertahanan yang lebih efektif dan sukses dalam sejarah selain NATO. Persatuan dan tekad anggota NATO membuat Uni Soviet memahami bahwa doktrin ‘Pembalasan Besar-besaran’ nyata sehingga negara yang sudah tak eksis lagi itu tidak menyerang.

    “Namun, jelas dari peristiwa minggu ini… bahwa NATO sekarang secara efektif mati sebagai kekuatan serius untuk pertahanan dan pencegahan, dipadamkan oleh miopia dan kelemahan kelas politik Eropa,” ujarnya.

    “Invasi Rusia ke Ukraina, pertama pada tahun 2014 dan kemudian pada tahun 2022, menunjukkan betapa lemahnya pencegahan sejak jatuhnya Uni Soviet. Jelas Ukraina bukan anggota NATO, tetapi Putin jelas sedang menguji situasi pada tahun 2014 ketika ia menginvasi Krimea,” tambahnya.

    “Tidak adanya tanggapan dari Eropa atau AS selain beberapa kata-kata marah membuatnya menarik kesimpulan yang sepenuhnya rasional. Bahwa aliansi Barat tidak akan menimbulkan ancaman serius terhadap penaklukan militernya.”

    Kondisi genting pun makin terlihat saat ini. Menurutnya, di bawah kepemimpinan Trump, AS membuat rencana perdamaian Rusia-Ukraina, yang seperti “penyerahan diri” ke Putin.

    “Ia jelas tidak mau memperpanjang peran AS pascaperang dunia kedua sebagai penjamin keamanan di Eropa. Dan dia berencana untuk menyerahkan Ukraina kepada Putin,” ujarnya.

    “Tidak hanya menghancurkan jalinan aliansi pertahanan Barat tetapi juga menempatkan kebebasan negara-negara Baltik dan negara-negara lain pada risiko besar,” tambahnya.

    “Siapa pun yang berpikir bahwa perlindungan Pasal 5 piagam NATO, bahwa serangan terhadap satu negara anggota adalah serangan terhadap semua, masih penting, berarti hidup di negeri khayalan,” tegasnya.

    “Terlepas dari semua kesalahan Trump, penjahat sebenarnya adalah orang Eropa sendiri. Kita menepuk punggung kita sendiri karena mendukung Ukraina. Kita membanggakan bahwa jumlah total yang dihabiskan oleh Eropa untuk membela Ukraina melebihi komitmen AS hingga saat ini. Namun kenyataannya adalah bahwa tanggapan kita sangat minim, dengan argumen yang menggelikan tentang bagian mana dari senjata mana yang dapat digunakan, oleh siapa senjata tersebut dapat digunakan, dan di mana senjata tersebut dapat digunakan,” jelasnya.

    “NATO sekarang secara efektif telah mati sebagai kekuatan serius untuk pertahanan dan pencegahan.”

    (sef/sef)

  • Reaksi Politisi dan Tokoh Komentar Tagar KaburAjaDulu, Anies Bicara Soal Perjuangan Tanpa Istirahat – Halaman all

    Reaksi Politisi dan Tokoh Komentar Tagar KaburAjaDulu, Anies Bicara Soal Perjuangan Tanpa Istirahat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Media sosial tengah diramaikan dengan munculnya tagar #KaburAjaDulu yang mendorong warga negara Indonesia (WNI) untuk bekerja dan tinggal di luar negeri

    Tren #KaburAjaDulu muncul karena kondisi perekonomian serta politik di Indonesia belakangan ini dinilai sedang kacau.

    Sejumlah tokoh hingga anggota Kabinet Merah Putih pun telah memberikan respons terkait tagar itu, sebagai berikut.

    Wamenaker

    Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer alias Noel enggan ambil pusing soal kampanye #KaburAjaDulu.

    “Hastag-hastag gitu nggak apa-apa lah, masa hastag kita peduliin,” kata Noel saat ditemui di Kantor Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Kalibata, Jakarta, Senin (17/2/2025).

    Noel lantas berkelakar, ia mempersilakan seluruh warga negara untuk mencari peruntungan di luar negeri.

    “Mau kabur, kabur aja lah, kalau perlu jangan balik lagi,” kata Noel seraya tertawa.

    Menaker

    Menurut Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Yassierli, tren ini muncul bukan karena para WNI benar-benar ingin kabur dari Indonesia, melainkan ingin mengambil kesempatan untuk bisa bekerja di luar negeri.

    “Tanggapannya, ya itu ini kan netizen terkait dengan kabur saja. Memang di satu sisi saya lihat kesempatan kerja di luar memang ada ya. Jadi semangatnya bukan kabur sebenarnya,” tutur Yassierli di Istana, Jakarta, Senin.

    Ia mengaku tak masalah jika WNI ingin bekerja di luar negeri kemudian kembali ke Indonesia demi membangun Tanah Air.

    “Jadi kalau memang ingin untuk meningkatkan skill dan ada peluang kerja di luar negeri, kemudian, kembali ke Indonesia bisa membangun negeri ya tidak masalah,” terangnya.

    Meski begitu, Yassierli menyadari bahwa tren itu adalah tantangan bagi pemerintah Indonesia.

    Ia menyebut, pemerintah memang perlu menciptakan lapangan pekerjaan yang baik bagi warganya.

    “Tapi, ini tantangan buat kita kalau memang itu adalah terkait dengan aspirasi mereka.”

    “Ayo pemerintah create better jobs, itu yang kemudian menjadi catatan kami dan concern kami,” ucapnya.

    Menpar

    Sementara itu, ramainya #KaburAjaDulu ditanggapi Menteri Pariwisata (Menpar), Widiyanti Putri Wardhana, dengan meminta supaya masyarakat tidak kabur dan tetap di Indonesia saja berjalan-jalan dan berwisata.

    “Jalan-jalan di Indonesia saja, jangan kabur,” katanya secara singkat, ketika ditemui di kawasan wisata Kota Tua Jakarta, Minggu (16/2/2025).

    Sementara itu, Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) juga telah merespons ramainya kampanye #KaburAjaDulu. 

    Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Kemlu, RI Judha Nugraha menegaskan, setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk bekerja di luar negeri.

    “Ajakan untuk bekerja di luar negeri merupakan hak setiap warga negara, namun yang perlu diperhatikan adalah mengikuti prosedur yang legal dan aman,” ujar Judha dalam konferensi pers di Kantor Kemlu RI, Jakarta, Kamis (13/2/2025) lalu.

    Judha mengingatkan agar masyarakat yang berniat mencari rezeki di luar negeri tidak menjadi korban online scam atau bahkan tindak pidana perdagangan orang (TPPO).

    “Di media sosial banyak dorongan untuk pergi ke luar negeri, tetapi jika dilakukan tanpa prosedur yang aman, justru bisa berujung pada kasus online scam atau perdagangan manusia,” tuturnya.

    Menurutnya, saat ini banyak perusahaan ilegal yang menawarkan pekerjaan kepada WNI tanpa legalitas yang jelas.

    Oleh karena itu, calon pekerja migran harus memastikan kredibilitas perusahaan dan legalitas penyalur tenaga kerja sebelum berangkat.

    “Banyak yang ditawari kerja di luar negeri tanpa visa kerja dan tanpa kontrak yang jelas sejak awal.” 

    “Masyarakat harus lebih waspada dan mengikuti prosedur yang benar agar tidak menjadi korban,” ucapnya.

    Anies Baswedan

    Isu ini juga turut menarik perhatian Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta sekaligus bekas Calon Presiden 2024.

    Melalui media sosialnya, Anies memberikan tanggapan dengan pendekatan khasnya, menyoroti kecenderungan masyarakat yang ingin hijrah ke luar negeri.

    “Akhir-akhir ini banyak yang tanya bagaimana cara tetap mencintai Indonesia. Bahkan ada yang ragu, memangnya masih relevan? Buat teman-teman semua. Cinta Indonesia itu bukan sekadar bangga saat negara sedang baik-baik saja. Justru cinta itu diuji ketika negara sedang menghadapi banyak tantangan, sedang butuh perubahan,” kata Anies Baswedan.

    Ia mengakui bahwa tekanan hidup dan berbagai permasalahan yang muncul membuat masyarakat merasa lelah.

    Anies pun mengibaratkan situasi tersebut seperti cinta bertepuk sebelah tangan.

    “Tapi amat wajar, jika terkadang kita merasa lelah. Perjuangan tanpa istirahat itu bisa terasa berat. Ini seperti bertepuk sebelah tangan, sudah berusaha untuk mencintai tapi rasanya seperti tidak ada balasan. Maka enggak apa-apa ambil berhenti sejenak. Bukan berarti menyerah ya. Justru dengan memberi napas untuk diri sendiri, kita bisa kembali dengan energi yang lebih baik,” tambahnya. 

    Data pekerja Indonesia di luar negeri

    Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, menyatakan bahwa tren ini merupakan hal yang positif.

    Asalkan individu yang berkeinginan tersebut terlebih dahulu meningkatkan keterampilan dan kemampuan mereka.

    Karding menekankan pentingnya keterampilan bagi pekerja migran Indonesia (PMI) agar mereka dapat bersaing dan mendapatkan upah yang layak di negara tujuan.

    Selain itu, tren ini juga dimanfaatkan oleh warganet untuk saling berbagi pengalaman dan merekomendasikan negara yang cocok bagi mereka yang ingin “kabur”.

    Negara-negara dengan banyak diaspora Indonesia menjadi pilihan yang lebih menarik bagi mereka yang baru pertama kali melangkah ke luar negeri.

    Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) baru-baru ini merilis data terkait penempatan dan perlindungan pekerja migran Indonesia untuk periode Januari hingga November 2024.

    Data tersebut mencatat sebanyak 272.164 PMI yang bekerja di luar negeri sepanjang tahun 2024, dengan mayoritas beroperasi di sektor informal, yaitu 145.962 orang, yang didominasi oleh pekerja migran perempuan sebanyak 187.127 orang.

    Ribuan WNI di AS malah akan dideportasi

    Sementara itu, media asing menyoroti ribuan warga negara Indonesia (WNI) terancam dideportasi dari Amerika Serikat (AS).

    Hal ini menyusul kebijakan Presiden AS Donald Trump melakukan deportasi massal untuk warga asing ilegal di negara tersebut.

    Media Singapura The Star, mengungkapkan ribuan WNI tersebut berada di antara 1,4 juta imigran dari berbagai negara di AS, yang masuk dalam daftar final orders of removal.

    Oleh sebab itu mereka menjadi sasaran dari deportasi oleh Penegak Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE).

    “Sekitar 4.276 warga Indonesia telah ditandai untuk dideportasi oleh otoritas Amerika Serikat di tengah Pemerintahan Presiden Donald Trump melanjutkan tindakan keras terhadap imigran gelap,” tulis The Star, Senin (17/2/2025).

    Mereka juga mengutip pernyataan Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha.

    Ia mengungkapkan bahwa WNI di AS yang menjadi sasaran deportasi belum menjadi warga negara AS.

    Menurut Judha, jumlah 4.276 WNI tersebut adalah pembaruan terakhir pada akhir November lalu, sebelum Trump menjabat sebagai presiden AS.

    Judha menambahkan Kementerian Luar Negeri dan enam perwakilan RI di AS, termasuk Kedutaan Besar RI di Washington, DC, serta lima konsulat jenderal RI di seluruh AS, terus mengantisipasi tindakan lebih lanjut yang berdampak pada WNI.

    “Kami juga mengimbau WNI di AS (yang ada dalam daftar) untuk mengetahui hak-haknya, karena meski ditahan, mereka tetap memiliki hak,” tutur Judha.

    Trump yang memenangkan pemilihan presiden pada November lalu, telah mendeklarasikan imigran gelap sebagai darurat nasional sejak resmi menjabat 20 Januari lalu.

    Salah satu janji kampanyenya adalah deportasi massal dari imigran gelap.

    Setidaknya dua WNI dilaporkan telah ditangkap dalam penggebrekan imigran di bawah kepresidenan Trump.

    Salah satu diidentifikasi dari inisialnya, BK, yang ditangkap di New York, 28 Januari lalu.

    Sedangkan yang lainnya diidentifikasi dengan inisial lainnya TRN, yang ditangkap di Atlanta, Georgia, 29 Januari lalu.

    Ia juga mengatakan bahwa lebih dari 4.000 WNI dengan perintah deportasi terakhir ada dalam daftar ICE, namun tidak untuk ditahan, dan karena itu belum ditahan.

    Namun, ia mencatat bahwa perubahan kebijakan AS baru-baru ini menyebabkan kedua penangkapan tersebut.

  • 7 Fakta & Hasil Pertemuan AS-Rusia di Arab Saudi: Perang Ukraina End?

    7 Fakta & Hasil Pertemuan AS-Rusia di Arab Saudi: Perang Ukraina End?

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Arab Saudi mempertemukan perwakilan Amerika Serikat (AS) dan Rusia di Riyadh, Selasa (18/2/2025). Pertemuan ini dilakukan saat hubungan antara Washington dan Moskow memanas lantaran serangan Rusia ke wilayah tetangganya, Ukraina.

    Dalam pertemuan tersebut, Rusia dipimpin langsung oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Sergei Lavrov dan Penasihat Utama Kebijakan Luar Negeri, Yuri Ushakov. Di sisi lain, AS diwakili Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz.

    Kemudian, Saudi sebagai tuan rumah diwakili Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud. Turut mendampingi Pangeran Faisal adalah Penasihat Keamanan Nasional Saudi, Mosaad bin Mohammad Al Aiban.

    Berikut sejumlah fakta terbaru pertemuan tersebut:

    1. Mengapa Saudi Menyelenggarakan Pertemuan Ini?

    Lokasi pembicaraan ini, yang dijelaskan oleh Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov sebagai lokasi yang ‘secara umum cocok’ bagi AS dan Rusia, secara luas dianggap sebagai kemenangan bagi pemimpin de facto kerajaan yang berusia 39 tahun, Putra Mahkota Mohammed Bin Salman.

    Diketahui, Mohammed Bin Salman memiliki misi untuk mengubah negaranya yang kaya minyak dan masa lalunya yang beraliran Islam fundamentalis. Ia juga ingin menjadikan negara yang dapat mengembangkan kekuatan lunak dari kekayaan yang sangat besar.

    “Saya rasa tidak ada tempat lain di mana pemimpin memiliki hubungan pribadi yang baik dengan Trump dan Putin,” kata komentator Saudi Ali Shihabi, seraya menambahkan bahwa bagi “Arab Saudi, (acara tersebut) bergengsi dan meningkatkan kekuatan lunak Saudi secara regional dan global.”

    Itu semua adalah bagian dari perubahan yang lebih luas. Dalam beberapa tahun terakhir, Arab Saudi telah menyelaraskan kembali kebijakannya menuju netralitas dalam konflik global dengan harapan menarik miliaran investasi yang dapat membantu mencapai “Visi 2030”.

    Pangeran bin Salman telah menarik diri secara signifikan dari Yaman setelah bertahun-tahun berperang dengan tetangganya Houthi. Ia juga memperbaiki hubungan dengan saingan regional Iran dan telah mempertahankan hubungan dekat dengan China dan Rusia, sambil menjaga hubungan dekat Riyadh dengan Barat.

    2. Penghubung Trump dan Putin

    Arab Saudi berupaya menampilkan citra sebagai penjaga perdamaian global dengan menyelenggarakan pertemuan donor bantuan dan konferensi perdamaian. Pada bulan Agustus 2023, negara ini menyelenggarakan pertemuan puncak perdamaian dua hari mengenai Ukraina dengan perwakilan dari lebih dari 40 negara (meskipun tanpa Rusia).

    Pada bulan Februari tahun yang sama, Saudi kemudian menjanjikan bantuan sebesar US$ 400 juta (Rp 6,5 triliun) untuk Ukraina.

    Peningkatan posisi Pangeran Bin Salman sebagai pialang kekuasaan dalam perundingan internasional dimulai dari hubungan dekatnya dengan Presiden AS Donald Trump, yang mendukung bangsawan muda tersebut ketika ia dikucilkan secara internasional setelah pembunuhan kolumnis Jamal Khashoggi oleh agen Saudi.

    Pada tahun 2017, Trump melanggar tradisi dengan memilih Arab Saudi sebagai tempat kunjungan presiden internasional pertamanya. Bahkan setelah ia kalah dalam pemilihan umum tahun 2020, Arab Saudi tetap menjalin hubungan bisnis yang erat dengan Trump

    Di sisi lain, Putra mahkota juga memiliki hubungan hangat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang menolak mengisolasi sang pangeran setelah pembunuhan Khashoggi. Putin bahkan mengunjungi Saudi pada tahun 2023 dan telah merayu Riyadh untuk bergabung dengan BRICS.

    “Lindung nilai hubungan Arab Saudi di dunia yang semakin terpolarisasi telah terbukti bermanfaat. Pangeran bin Salman berperan penting dalam pembebasan guru Amerika Mark Fogel dari tahanan Rusia minggu lalu,” kata utusan Trump untuk Timur Tengah Steve Witkoff.

    3. Soal Gaza

    Dalam jangka panjang, Arab Saudi mungkin bermaksud menggunakan perannya sebagai mediator dalam pertemuan antara Rusia dan AS untuk memanfaatkan masalah regional yang mendesak, yakni soal isu Gaza. Persoalan ini semakin kompleks setelah Trump berniat mengambil alih Gaza dan merelokasi penduduknya secara permanen.

    Negara-negara Arab dengan cepat menolak gagasan tersebut. Akan ada pertemuan puncak pada akhir minggu ini di Arab Saudi di mana proposal balasan akan dibahas sebelum menyampaikannya kepada Trump.

    “Dengan memfasilitasi tujuan yang dinyatakan Presiden Trump untuk mengakhiri perang Ukraina, Arab Saudi berada dalam posisi yang baik untuk mengumpulkan niat baik di Washington,” kata Hasan Alhasan, peneliti senior untuk kebijakan Timur Tengah di Institut Internasional untuk Studi Strategis di Bahrain.

    Kerajaan Saudi, yang dijadwalkan menjadi tuan rumah pertemuan puncak mini-Arab pada hari Jumat, dapat memanfaatkan peningkatan hubungan dengan pemerintahan Trump untuk membantu menjembatani kesenjangan antara posisi AS dan Arab mengenai nasib Gaza.

    Empat tahun ke depan, Pangeran Bin Salman dapat mengandalkan hubungan dekatnya dengan Trump. Namun sang pangeran mungkin masih menemukan dirinya dalam posisi sulit saat mencoba menyeimbangkan kepentingan regionalnya di tengah tuntutan agresif dari presiden Amerika yang transaksional.

    Trump ingin melihat hubungan Saudi-Israel dinormalisasi, tetapi di tengah meningkatnya kemarahan di Timur Tengah atas kampanye militer Israel di Gaza, mempertahankan jalan menuju negara Palestina secara politis tidak dapat dinegosiasikan bagi Pangeran Bin Salman.

    “Mencapai perdamaian yang langgeng dan adil tidak mungkin dilakukan tanpa rakyat Palestina memperoleh hak-hak mereka yang sah sesuai dengan resolusi internasional, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kepada pemerintahan AS sebelumnya dan saat ini,” kata Saudi.

    4. Permintaan Rusia

    Di Riyadh, Rusia menggunakan diskusi tentang kemungkinan penyelesaian Ukraina sebagai daya ungkit untuk mendorong keringanan sanksi.

    Yang memimpin negosiasi ekonomi Moskow adalah Kirill Dmitriev, kepala Dana Investasi Langsung Rusia yang berusia 49 tahun dan teman dekat putri Putin. Sebagai mantan bankir investasi, Dmitriev telah memainkan peran penting dalam upaya Rusia menjangkau investor internasional.

    Meskipun ia tidak hadir selama pertemuan antara pejabat Rusia Sergei Lavrov dan Yuri Ushakov serta rekan-rekan mereka dari AS, Dmitriev mengadakan diskusi terpisah di Riyadh.

    “Perusahaan minyak besar AS telah melakukannya dengan sangat baik di Rusia,” kata Dmitriev dalam wawancara singkat pada Selasa pagi sebelum pembicaraan dimulai. “Kami percaya bahwa, pada suatu saat, mereka akan kembali. Mengapa mereka akan melewatkan kesempatan yang telah diberikan Rusia untuk mengakses sumber daya alamnya?”

    5. Putin Siap Temui Zelensky

    Saat perundingan di Riyadh terus berlanjut secara tertutup, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Presiden Putin akan siap untuk berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelinsky ‘jika perlu’. Namun Peskov masih tampaknya mempertanyakan legitimasinya.

    “Putin sendiri mengatakan bahwa dia akan siap untuk berunding dengan Zelensky jika perlu, tetapi dasar hukum perjanjian perlu didiskusikan mengingat kenyataan bahwa legitimasi Zelensky dapat dipertanyakan,” katanya kepada wartawan.

    Peskov juga mengatakan bahwa masalah aksesi Ukraina ke Uni Eropa adalah hak kedaulatannya dan bahwa Rusia tidak bermaksud untuk mendikte Kyiv bagaimana seharusnya mendekati masalah tersebut. Namun ia menegaskan Moskow akan menarik garis ketika menyangkut aliansi militer.

    “Kita berbicara tentang integrasi dan proses integrasi ekonomi. Dan di sini, tentu saja, tidak seorang pun dapat mendikte apa pun kepada negara mana pun, dan kami tidak akan melakukan itu.”

    Peskov kemudian mengatakan bahwa ‘resolusi yang langgeng dan layak dalam jangka panjang tidak mungkin tercapai tanpa pertimbangan yang komprehensif mengenai isu-isu keamanan di benua Eropa’.

    Ia juga menambahkan bahwa pembicaraan di Riyadh mungkin akan memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai kemungkinan pertemuan antara Vladimir Putin dan Donald Trump. Akan tetapi, belum ada kesepahaman mengenai hal ini.

    6. Eropa Siap Bantu AS Akhiri Perang Ukraina

    Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan kepada utusan AS untuk Ukraina Keith Kellog bahwa pihaknya ingin bekerja sama dengan Washington untuk mengakhiri pertumpahan darah dan membantu mengamankan perdamaian yang adil dan abadi serta layak diterima Ukraina dan rakyatnya.

    Von der Leyen juga menyampaikan kepada Kellogg terkait rencana Eropa untuk meningkatkan produksi dan pengeluaran pertahanan, yang memperkuat kemampuan militer Eropa dan Ukraina.

    “Kami juga menegaskan kembali komitmen Uni Eropa untuk perdamaian yang adil dan abadi, Kami menegaskan kembali bahwa resolusi apa pun harus menghormati kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas teritorial Ukraina, yang didukung oleh jaminan keamanan yang kuat,” kata catatan itu.

    “Seperti yang dijelaskan Presiden von der Leyen: sekarang adalah saat yang kritis,” tambahnya.

    7. Hasil Pertemuan di Riyadh

    Rusia bahwa pembicaraannya dengan AS di Arab Saudi “tidak buruk”, tetapi masih sulit untuk menentukan apakah posisi kedua negara semakin mendekat.

    “Sulit untuk mengatakan bahwa posisi kami semakin mendekat, tetapi kami telah membahasnya,” ujar Yuri Ushakov, saat ditanya apakah ada kemajuan dalam penyamaan sikap antara Moskow dan Washington.

    “Ada diskusi yang sangat serius mengenai semua isu yang ingin kami bahas.”

    Ushakov menambahkan bahwa belum ada pembicaraan mengenai tanggal pertemuan puncak antara Donald Trump dan Vladimir Putin.

    Ketika ditanya apakah Ukraina menjadi topik pembahasan, Ushakov mengonfirmasi hal tersebut.

    “Ya, kami mendiskusikannya dan menguraikan pendekatan prinsip kami. Kami juga sepakat bahwa tim negosiator khusus untuk isu ini akan tetap berkomunikasi pada waktunya.”

    Menurut laporan media pemerintah Rusia, pembicaraan berlangsung selama empat setengah jam.

    (luc/luc)