kab/kota: Washington

  • Tekad Api Houthi Lawan AS dan Israel, ACF Kutuk Serangan RS Nabi Besar, Korban Serangan Udara – Halaman all

    Tekad Api Houthi Lawan AS dan Israel, ACF Kutuk Serangan RS Nabi Besar, Korban Serangan Udara – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin gerakan Houthi Yaman mengatakan kelompoknya akan terus menghadapi agresi AS terhadap Yaman, setelah Washington melanjutkan serangan terhadap kelompok itu terkait blokade Laut Merah terhadap Israel.

    Abdul Malik al-Houthi berjanji bahwa Houthi akan “melanjutkan eskalasi pada tingkat tertinggi terhadap musuh Israel” atas perangnya di Gaza.

    “Kami akan melakukan apa pun yang kami bisa untuk melawan musuh Israel dan mendukung rakyat Palestina. Kami akan melawan segala bentuk dukungan Amerika (untuk Israel) yang melibatkan penargetan negara kami,” katanya di saluran TV Al-Masirah milik Houthi, idkutip dari New Arab.

    Pemimpin Houthi mengecam Israel karena melanggar perjanjian gencatan senjata di Gaza, sekaligus mengecam negara-negara Arab atas dugaan tidak adanya tindakan terhadap masalah tersebut.

    Al-Houthi mengatakan Israel “diyakinkan bahwa tidak akan ada tindakan serius dari pihak Arab, bahkan pada tingkat minimal”, seraya menambahkan bahwa “beberapa rezim Arab menghasut musuh untuk melanjutkan agresinya terhadap Jalur Gaza, dan ini adalah masalah berbahaya yang membuat Zionis semakin berani”.

    Ia juga mendesak negara-negara Arab dan mayoritas Muslim untuk memutuskan hubungan politik dan ekonomi dengan Israel.

    Pada Rabu pagi, Al-Masirah melaporkan bahwa AS telah “memperluas cakupan penargetannya” di Yaman, menyerang wilayah-wilayah di provinsi Saada dan Hodeidah, di antara tempat-tempat lainnya. Komando Pusat AS (CENTCOM) belum mengonfirmasi serangan tersebut.

    Eskalasi di Laut Merah menyusul peringatan Houthi pada 12 Maret, bahwa mereka akan melanjutkan serangan terhadap kapal-kapal Israel sebagai tanggapan atas pengepungan di Gaza selama gencatan senjata yang kini hampir runtuh antara Hamas dan Tel Aviv, setelah Israel menewaskan ratusan orang dalam serangan udara.

    Pada hari Selasa, pihak Houthi mengatakan mereka akan memperluas target mereka di Israel dalam beberapa jam dan hari mendatang kecuali “agresi” terhadap Gaza dihentikan.

    Kelompok tersebut mengklaim bahwa mereka menargetkan pangkalan udara Israel dengan rudal balistik tanpa memberikan bukti, sementara proyektil lainnya mendarat di perairan Mesir.

    Juru bicara militer Houthi Yahya Sarea, tanpa memberikan bukti, mengatakan bahwa kelompok tersebut berhasil menargetkan kapal induk USS Harry S. Truman dan kapal perang AS lainnya dengan rudal dan drone, menggagalkan serangan Amerika. 

    Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengancam akan meminta pertanggungjawaban Iran atas serangan Houthi di masa mendatang, dan memperingatkan akan konsekuensi yang berat.

    Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada hari Senin bahwa mereka akan memberikan hadiah sebesar $15 juta untuk informasi tentang sumber pendanaan Houthi.

    Dalam postingan di X, halaman ‘Hadiah untuk Keadilan’ milik departemen tersebut, disebutkan bahwa informasi dapat dikirim melalui beberapa media, termasuk WhatsApp dan Telegram.

    “Ansarallah (Houthi) telah melancarkan sejumlah serangan terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah, menewaskan warga sipil dan memaksa pengalihan rute lalu lintas maritim,” tulis mereka.

    “Para teroris yang dilatih dan dipersenjatai Iran ini juga telah berupaya melakukan pembajakan dan meluncurkan rudal dari pantai ke kapal terhadap kapal-kapal dari AS dan negara-negara sekutu.”

    AS melakukan serangan udara semalam di Al-Jaouf dan Hodeidah pada 15-16 Maret, menewaskan sekitar 53 orang.

    Kelompok Houthi, yang telah menguasai sebagian besar Yaman selama lebih dari satu dekade, telah melancarkan sejumlah serangan pesawat tak berawak dan rudal terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden sejak pecahnya perang Israel di Gaza pada Oktober 2023.

    Kapal perang AS telah diserang 174 kali dan kapal komersial 145 kali sejak 2023, menurut Pentagon, yang memberi tekanan besar pada rute laut yang biasanya membawa sekitar 12 persen lalu lintas pelayaran dunia.

    Kutuk Agresi

    Yayasan Antikanker mengutuk agresi AS yang menargetkan Rumah Sakit Nabi Besar untuk pasien kanker di provinsi Sa’ada, seperti diberitakan Saba.

    Dalam sebuah pernyataan yang diterima oleh Kantor Berita Yaman (Saba), pusat tersebut mengatakan bahwa agresi AS melakukan kejahatan keji dengan menargetkan Rumah Sakit Nabi Besar, yang berada pada tahap akhir persiapan untuk menjadi rujukan perawatan bagi ratusan pasien kanker di Sa’ada dan provinsi-provinsi tetangga.

    Ditegaskan bahwa ia mengutuk dengan kata-kata yang paling keras kejahatan ini, yang mengungkapkan wajah sebenarnya dari Amerika Serikat, yang mengklaim melindungi hak asasi manusia sambil melakukan kejahatan paling keji terhadap orang-orang yang rentan.

    Pernyataan itu menunjukkan bahwa agresi AS melancarkan 13 serangan yang disengaja di rumah sakit tersebut, menghancurkan sebagian besar bagiannya dan menyebabkan kerusakan besar pada fasilitas-fasilitas vitalnya, merampas ratusan pasien dari perawatan di tengah kondisi kesehatan yang tragis.

    Ia menyatakan bahwa kejahatan ini bukanlah kejahatan yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari rencana sistematis AS yang telah menargetkan rakyat Yaman selama bertahun-tahun melalui pengeboman brutal dan blokade yang mencekik, yang menyebabkan memburuknya kondisi kesehatan dan menyebarnya penyakit mematikan, terutama kanker, yang telah menyebar karena penggunaan senjata yang dilarang secara internasional sejak tahun 2015.

    Pernyataan tersebut mengutuk pembenaran pemerintah AS atas kejahatan kotor ini, yang tidak lain adalah kebohongan yang tidak tahu malu, karena Presiden AS yang kriminal Trump mengklaim bahwa serangan tersebut menargetkan “pangkalan yang mengancam navigasi maritim,” tetapi kebenaran yang tidak dapat disembunyikan adalah bahwa pengeboman tersebut menargetkan objek sipil dan fasilitas medis yang didedikasikan untuk merawat pasien kanker, yang secara terang-terangan menentang hukum internasional dan mengabaikan perjanjian kemanusiaan.

    Serangan Udara

    AS melancarkan serangan udara baru di Yaman, yang menargetkan benteng pertahanan Houthi. Media Houthi melaporkan empat serangan terhadap Al-Asayed di Sa’dah dan serangan kedua terhadap pabrik besi di Hodeida dalam waktu 24 jam, yang mengakibatkan pabrik tersebut hancur total.

    Setidaknya 10 orang tewas dalam serangan terbaru tersebut, dikutip dari albawaba.

    Media yang berafiliasi dengan Houthi melaporkan bahwa AS melakukan dua serangan udara terhadap gedung Klub Al-Ahly di Direktorat Mina Hodeida.

    Serangan tambahan menghantam Hajjah di barat laut Yaman, menandai kelanjutan aksi militer AS terhadap wilayah yang dikuasai Houthi, dengan puluhan tewas dan ratusan terluka, termasuk wanita dan anak-anak.

    Serangan itu terjadi beberapa jam setelah Houthi Yaman meluncurkan rudal balistik hipersonik ke Pangkalan Udara Nevatim Israel, yang diklaim sebagai serangan langsung sebagai respons terhadap pembantaian Israel yang sedang berlangsung di Gaza. 

    Eskalasi ini menimbulkan pertanyaan mengenai motif sebenarnya Washington—apakah untuk memastikan keamanan maritim atau mendukung Israel melawan Houthi.

    (Tribunnews.com/ Chrsynha)

  • Update Perang Rusia-Ukraina: Putin Tolak Gencatan Senjata-NATO Pecah

    Update Perang Rusia-Ukraina: Putin Tolak Gencatan Senjata-NATO Pecah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang antara Rusia dan Ukraina masih terus terjadi hingga hari ini. Walau ada diskusi antara Presiden Rusia Vladimir Putin dengan penyokong nomor satu Ukraina, Amerika Serikat (AS), prospek perdamaian keduanya masih cukup jauh.

    Rusia melancarkan serangan skala besar terhadap Ukraina Timur atau Donbass pada 24 Februari 2024. Moskow berupaya merebut wilayah itu dengan alasan diskriminasi rezim Kyiv terhadap wilayah itu, yang mayoritas dihuni etnis Rusia, serta niatan Ukraina untuk bergabung bersama aliansi pertahanan Barat, NATO.

    Hingga saat ini, peperangan masih terus terjadi. Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber oleh CNBC Indonesia, Rabu (19/3/2025):

    1. Putin Tolak Gencatan Senjata

    Rusia disebut secara efektif menolak proposal gencatan senjata yang didukung Amerika Serikat (AS). Hal ini setelah Kyiv melaporkan serangkaian serangan terhadap infrastruktur sipil, beberapa jam setelah Moskow setuju untuk menghentikan sementara serangan terhadap fasilitas energi selama 30 hari.

    Ledakan terdengar dan sirene serangan udara meraung di Ukraina hanya beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara.

    Washington awalnya mendorong gencatan senjata 30 hari segera, sebagai langkah pertama untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga tahun, namun hanya disetujui Putin di bagian energi karena menunggu langkah AS untuk menghentikan semua bantuan militer dan intelijen Barat ke Ukraina.

    “Telah terjadi serangan, khususnya pada infrastruktur sipil, termasuk sebuah rumah sakit di Sumy,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Selasa malam, dikutip AFP Rabu (19/3/2025)

    “Serangan malam hari seperti inilah yang dilakukan Rusia yang menghancurkan sektor energi kita, infrastruktur kita, dan kehidupan normal warga Ukraina,” tambahnya. “Hari ini, Putin secara efektif menolak usulan gencatan senjata penuh.”

    Zelensky menuduh Rusia tidak untuk mengakhiri perang. Di Kyiv, warga Ukraina yang lelah perang cenderung setuju.

    “Saya sama sekali tidak percaya Putin, tidak sepatah kata pun,” kata Lev Sholoudko, 32 tahun. “Dia hanya mengerti kekerasan,” tambahnya.

    Sementara itu, di seberang perbatasan, pejabat layanan darurat Rusia mengatakan puing-puing dari serangan pesawat nirawak Ukraina yang berhasil digagalkan. Ini memicu kebakaran di depot minyak di desa Kavkazskaya.

    Sebelumnya selain setuju penghentian serangan ke sektor energi Ukraina, Moskow dan Kyiv juga akan menukar 175 tahanan masing-masing pada hari Rabu. Pembicaraan lebih lanjut akan segera dilakukan di Timur Tengah.

    “Kami sepakat untuk melakukan Gencatan Senjata segera pada semua Energi dan Infrastruktur, dengan pemahaman bahwa kami akan bekerja cepat untuk melakukan Gencatan Senjata Lengkap dan, pada akhirnya, MENGAKHIRI Perang yang sangat mengerikan antara Rusia dan Ukraina ini,” tulis Trump setelah pembicaraan di platform Truth Social miliknya.

    2. Nuklir Prancis Bergerak

    Prancis akan meningkatkan salah satu pangkalan udara utamanya di sepanjang perbatasannya dengan Jerman untuk menampung pesawat tempur Rafale yang dapat dipersenjatai rudal jelajah nuklir. Hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Emmanuel Macron.

    Mengutip Russia Today, pangkalan udara itu adalah pangkalan Pangkalan Luxeuil-Saint-Sauveur. Pangkalan itu sejatinya pernah menampung senjata nuklir hingga 2011 lalu.

    “Pangkalan udara Luxeuil akan ditingkatkan dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mendapatkan kembali peran penuhnya dalam penangkal nuklir Prancis,” kata Macron.

    “Pada tahun 2035, Luxeuil akan menjadi pangkalan pertama yang menampung versi berikutnya dari Rafale dan rudal nuklir hipersoniknya. Garnisun tersebut akan berlipat ganda ukurannya menjadi hampir 2.000 personel militer dan sipil untuk menampung dua skuadron Rafale.”

    Tanpa menyebut nama Rusia, Macron mengatakan bahwa Prancis telah menemukan dirinya dalam dunia yang ‘semakin berbahaya dan tidak pasti’ sejak permusuhan terbuka pecah antara Moskow dan Kyiv pada tahun 2022.

    Pengumuman tersebut muncul setelah kanselir terpilih Jerman, Friedrich Merz, menyarankan bahwa Prancis dapat memperluas persenjataan nuklirnya untuk melindungi negaranya dan anggota Uni Eropa (UE) lainnya. Macron menanggapi dengan mengatakan bahwa masalah tersebut akan dibahas.

    Rusia telah mengutuk program militerisasi UE sebagai tindakan yang gegabah dan meningkatkan eskalasi. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan awal bulan ini bahwa retorika konfrontatif dan rencana konfrontatif yang sekarang kita lihat di Brussels dan di ibu kota Eropa dapat menghambat ditemukannya resolusi damai atas konflik Ukraina.

    3. Eropa Komentari Trump-Putin

    Sejumlah negara Eropa buka suara soal panggilan telepon Trump dan Putin. Para pemimpin Prancis dan Jerman menyambut baik perundingan tersebut, tetapi menekankan perlunya untuk terus mendukung Ukraina.

    “Langkah selanjutnya harus berupa gencatan senjata penuh untuk Ukraina dan secepat mungkin. Tentu saja jelas bahwa kami berdua juga setuju mengenai hal ini,” kata Kanselir Olaf Scholz pada konferensi pers di Berlin bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron.

    Scholz menegaskan kembali bahwa Jerman akan mendukung Ukraina dan “tidak akan mengecewakan Kyiv. Macron menyebut kesepakatan Rusia untuk menghentikan serangan terhadap fasilitas energi sebagai “awal yang baik” dalam proses perdamaian.

    “Kami akan terus mendukung tentara Ukraina dalam perang perlawanannya terhadap agresi Rusia,” katanya.

    Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto menggambarkan panggilan telepon Trump-Putin sebagai berita bagus bagi Eropa.

    “Hari ini, presiden Amerika dan Rusia telah membuat langkah besar lainnya menuju perdamaian, dan kami berharap Brussels tidak akan dapat mencegah tercapainya kesepakatan damai,” tulisnya di Facebook. Ia berharap kedua pihak akan menghormati jeda pemogokan terhadap infrastruktur energi.

    4. Putin Buka Suara soal Sanksi

    Menjelang teleponnya dengan Trump, Putin mengatakan sanksi Barat bukanlah tindakan sementara, melainkan alat untuk memberikan tekanan strategis terhadap Rusia. Ia menuding para pesaing negara itu akan selalu berusaha melemahkannya.

    Menurut Putin, total 28.595 sanksi telah dijatuhkan terhadap perusahaan dan individu Rusia dalam beberapa tahun terakhir, lebih banyak dari semua pembatasan lainnya terhadap negara lain jika digabungkan. Ia menambahkan bahwa Barat tidak bermaksud untuk menahan diri, mengancam sanksi baru dan “mengeluarkan paket-paket ini satu demi satu.”

    “Sanksi bukanlah tindakan sementara atau terarah; sanksi adalah mekanisme tekanan strategis dan sistemik terhadap negara kita,” kata Putin. “Bahkan jika sanksi terhadap negara itu dilonggarkan, Barat akan menemukan cara lain untuk mengacaukan rencana.”

    5. NATO Pecah

    Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni telah menolak gagasan pengerahan pasukan di Ukraina. Pernyataan ini ia keluarkan setelah Prancis dan Inggris mengusulkan pengiriman pasukan penjaga perdamaian untuk mengamankan gencatan senjata antara Kyiv dan Moskow.

    Meloni menyatakan penolakannya dalam pidatonya di majelis tinggi parlemen Italia. Menurutnya, Italia menghormati usulan tersebut tetapi tidak yakin hal itu akan membawa stabilitas di kawasan.

    “Mengirim pasukan Italia ke Ukraina adalah topik yang tidak pernah ada dalam agenda,” kata Meloni kepada Senat, sebagaimana dikutip oleh la Repubblica.

    “Usulan Prancis-Inggris merupakan pilihan yang sangat rumit, berisiko, dan tidak efektif. Italia mendukung upaya perdamaian yang digagas Presiden AS Donald Trump.”

    Moskow telah berulang kali menolak gagasan penempatan tentara dari negara-negara NATO di Ukraina. Kremlin peringatan bahwa hal itu dapat menyebabkan konfrontasi langsung antara Rusia dan blok militer yang dipimpin AS.

    Paris dan London telah bergegas untuk mengkonsolidasikan dukungan militer bagi Ukraina sementara AS mendorong kesepakatan damai dengan Rusia. Washington baru-baru ini mengusulkan gencatan senjata selama 30 hari.

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pekan lalu bahwa ia mendukung usulan gencatan senjata Washington pada prinsipnya, tetapi mengatakan bahwa beberapa syarat penting harus dipenuhi terlebih dahulu.

    (sef/sef)

  • Ingin Gencatan Senjata Tanpa Syarat, Zelensky Harap AS Tekan Rusia, Yakin Perang Berakhir Tahun Ini – Halaman all

    Ingin Gencatan Senjata Tanpa Syarat, Zelensky Harap AS Tekan Rusia, Yakin Perang Berakhir Tahun Ini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberikan komentarnya mengenai upaya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mewujudkan perdamaian terkait perang dengan Rusia.

    Sebab, Zelensky berharap akan ada gencatan senjata tanpa syarat pada suatu saat nanti.

    Untuk mewujudkan keinginannya, Zelensky berharap AS akan terus menekan Rusia.

    “Kami berharap Amerika akan terus bekerja dan menekan Rusia untuk melaksanakan segala sesuatunya,” katanya, Rabu (19/3/2025), dilansir The Guardian.

    Ia menambahkan bahwa gencatan senjata tanpa syarat akan menjadi “salah satu langkah awal menuju perdamaian.”

    “Saya yakin tahun ini perang dapat berakhir dengan perdamaian yang bermartabat, tetapi jaminan keamanan sangat dibutuhkan, jika tidak, Putin akan kembali berperang. Itulah hakikatnya,” jelasnya.

    Menurutnya, garis merah Ukraina adalah pengakuan wilayah Ukraina yang diduduki sebagai wilayah Rusia.

    “Kami tidak akan menyetujui itu,” tegas Zelensky.

    Zelensky Ingin Tahu Rincian Pembicaraan Trump-Putin

    Pada Selasa (18/3/2025), Volodymyr Zelensky meminta rincian lebih lanjut dalam usulan Presiden Trump untuk gencatan senjata dengan Rusia yang akan menyelamatkan target energi dan infrastruktur.

    Zelensky juga memperingatkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin sedang menekan Ukraina dalam operasi darat.

    Zelensky menyampaikan pernyataannya dalam konferensi pers yang diselenggarakan tak lama setelah Trump menelepon Putin untuk membahas persyaratan gencatan senjata.

    Putin menahan diri untuk tidak berkomitmen pada gencatan senjata yang diajukan AS yang diterima Ukraina minggu lalu dan yang akan menghentikan serangan darat dan udara.

    “Kami mendukung semua langkah yang bertujuan untuk mengakhiri perang. Kami akan mendukungnya.”

    “Namun, untuk mendukungnya, kami perlu memahami apa sebenarnya yang kami dukung,” kata Zelensky dalam pernyataan dalam bahasa Ukraina dan dibagikan oleh Reuters. 

    “Ketika Presiden Trump punya waktu, dia orang yang sibuk. Ketika dia punya waktu, kita bisa menelepon saya kapan saja. Dia punya nomor telepon saya.”

    “Kami siap untuk membicarakan langkah selanjutnya, dengan senang hati,” jelasnya.

    Pemimpin Ukraina mengatakan pertukaran tahanan yang ditetapkan pada hari Rabu akan menunjukkan keinginan dan hasrat Rusia untuk mengakhiri perang.

    Namun, ia mengatakan Kyiv skeptis dalam mempercayai Rusia, dengan mengatakan tidak ada kepercayaan pada Putin untuk mempertahankan gencatan senjata.

    “Itulah sebabnya saya katakan kita perlu memahami bagaimana cara kerjanya secara teknis sehingga tidak hanya bergantung pada keinginan mereka. Itu saja,” kata Zelensky.

    Zelensky mengatakan Putin berniat melancarkan operasi ofensif di area-area penting di wilayah Ukraina, yang diklaim Moskow sebagai wilayah aneksasinya tetapi tidak memiliki kendali penuh.

    Ini termasuk wilayah Ukraina di Zaporizhia, lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir penting, dan area Sumy dan Kharkiv di timur laut negara itu, di perbatasan dengan Rusia.

    “Putin ingin melakukan beberapa operasi ofensif,” kata Zelensky.

    “Ia akan mencoba melakukannya. Untuk apa? Untuk memberikan tekanan maksimal pada Ukraina. Kapan itu akan terjadi? Percayalah, ia akan mencoba melakukannya dalam beberapa bulan ke depan,” lanjutnya.

    PIDATO ZELENSKY – Foto ini diambil dari laman Kepresidenan Ukraina pada Jumat (14/3/2025), memperlihatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara dalam pidato hariannya di media sosial, Kamis (13/3/2025). (Kantor Kepresidenan Ukraina)

    Zelensky juga berbicara tentang tuntutan yang diajukan Putin dalam panggilan telepon dengan Trump, bahwa gencatan senjata apa pun akan mengharuskan Ukraina menghentikan perekrutan tentara baru dan menghentikan persenjataan kembali.

    Zelensky juga menolak seruan Putin agar AS mengakhiri bantuan militer untuk Ukraina. 

    Trump sempat menghentikan bantuan militer AS dan pembagian intelijen, tetapi mengembalikannya ketika Zelensky menyetujui gencatan senjata selama 30 hari. 

    “Ia melihat bahwa Amerika Serikat dapat mengambil langkah-langkah (untuk menghentikan bantuan militer dan pembagian informasi intelijen) dan itulah sebabnya ia mengangkat topik-topik yang menurutnya dapat menguntungkannya.”

    “Itu pernah terjadi sebelumnya, jadi mengapa tidak melakukannya lagi. Namun sekali lagi, itu berarti melemahkan tentara Ukraina,” kata Zelensky. 

    “Saya pikir bantuan militer akan terus berlanjut. Kami mendapat bantuan dari Amerika Serikat dan rekan-rekan Eropa.”

    “Kami terus berhubungan dengan mereka. Saya yakin tidak akan ada pengkhianatan dari pihak mitra dan aliran bantuan militer akan terus berlanjut,” paparnya.

    Diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan panggilan telepon dengan Presiden AS Donald Trump untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina, Selasa (18/3/2025).

    Namun, percakapan mereka yang sangat dinanti-nantikan gagal menghasilkan kesepakatan gencatan senjata yang lebih luas.

    Pemimpin AS dan Rusia berbincang selama lebih dari 90 menit, dan keduanya menyatakan harapan untuk memperbaiki hubungan antara kedua negara.

    Meski demikian, Putin tidak menyetujui usulan Washington untuk gencatan senjata selama 30 hari dengan Ukraina yang mencakup seluruh perang.

    Dilansir The Moscow Times, Kremlin mengatakan Putin telah memerintahkan militernya untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina selama 30 hari.

    Sementara Gedung Putih menyatakan bahwa “para pemimpin sepakat bahwa gerakan menuju perdamaian akan dimulai dengan gencatan senjata energi dan infrastruktur.”

    Trump menegaskan di jejaring sosial Truth Social miliknya bahwa mereka memiliki “kesepakatan bahwa kami akan bekerja cepat untuk melakukan Gencatan Senjata Lengkap dan, pada akhirnya, mengakhiri perang yang sangat mengerikan ini.”

    Namun, Kremlin mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “syarat utama” untuk perdamaian adalah “penghentian total” dukungan militer dan intelijen Barat terhadap militer Ukraina yang tengah berjuang — tuntutan yang akan sulit diterima oleh Ukraina dan sekutu Baratnya.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

  • Hamas: Israel Sesatkan Opini Publik, Karang Pembenaran Palsu hingga Lanjutkan Genosida di Gaza – Halaman all

    Hamas: Israel Sesatkan Opini Publik, Karang Pembenaran Palsu hingga Lanjutkan Genosida di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas mengatakan Israel telah mengingkari perjanjian gencatan senjata, menghindari kewajibannya, dan terus melakukan pembantaian terhadap rakyat Palestina di Gaza.

    Pernyataan ini dikatakan oleh Hamas, Selasa (18/3/2025).

    Diketahui, Israel telah melanjutkan agresinya di Gaza dengan serangan udara yang intens, mengakibatkan korban tewas sebanyak 404 jiwa, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

    “Klaim yang dibuat oleh pasukan Israel mengenai persiapan untuk meluncurkan serangan terhadap pasukannya tidak berdasar dan hanya dalih palsu untuk membenarkan kembalinya perang dan meningkatkan agresi berdarahnya (di Gaza),” ujar keterangan Hamas, dikutip dari Al Mayadeen.

    Hamas menyebut Israel berusaha menyesatkan opini publik dan mengarang pembenaran palsu untuk menutupi keputusan terencananya dalam melanjutkan kampanye genosida melawan warga sipil yang tidak berdaya.

    Hal itu pun mengabaikan kesepakatan soal gencatan senjata yang telah dibuat.

    “Hamas mematuhi perjanjian sampai saat-saat terakhir dan berkomitmen untuk kelanjutannya (gencatan senjata),” lanjut Hamas.

    Hamas juga menyebut, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, lebih suka menyalakan kembali perang dengan mengorbankan darah rakyat Palestina.

    Dalam sebuah pernyataan terpisah, Hamas menganggap Amerika Serikat (AS) mendukung serangan Israel ke Gaza.

    Menurut The Wall Street Journal, Hamas menyebut Presiden AS, Donald Trump, menyalakan ‘lampu hijau’ agar Israel melakukan perang baru di Gaza setelah Hamas menolak untuk membebaskan lebih banyak tawanan.

    Israel Konsultasi ke AS sebelum Serang Gaza

    Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Israel berkonsultasi dengan pemerintahan Presiden Donald Trump sebelum meluncurkan serangkaian serangan udara skala besar di Gaza pada Selasa pagi.

    Pengakuan ini sekali lagi mengekspos keterlibatan dan bias terang-terangan AS yang mendukung pendudukan Israel.

    Hamas mengungkapkan kepalsuan klaimnya tentang memprioritaskan de-eskalasi.

    “Washington bertanggung jawab penuh atas pembantaian dan pembunuhan perempuan dan anak-anak di Gaza,” ujar Hamas.

    Hamas mendesak masyarakat internasional untuk mengambil tindakan segera untuk meminta pertanggungjawaban pendudukan dan para pendukungnya atas kejahatan terhadap kemanusiaan ini.

    “Rakyat Palestina kami tidak akan mundur dari perjuangan mereka yang sah sampai pendudukan Israel berakhir dan hak-hak mereka sepenuhnya dipulihkan,” Hamas menggarisbawahi.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Zelensky Ingin Bicara dengan Trump, Penasaran soal Percakapan Presiden AS dan Putin – Halaman all

    Zelensky Ingin Bicara dengan Trump, Penasaran soal Percakapan Presiden AS dan Putin – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berharap dapat mengetahui rincian percakapan telepon terbaru antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Ia ingin berbicara dengan Donald Trump untuk membahas percakapan Trump dengan Putin yang dilakukan pada Selasa (18/3/2025) sekitar pukul 10.00 pagi waktu Washington.

    “Saya berharap dapat berdiskusi dengan Presiden Trump, sehingga kita dapat memahami rinciannya,” kata Zelensky seperti dikutip dari surat kabar Ukraina Obshchestvennoye Novosti pada Rabu (19/3/2025). 

    Zelensky mengatakan ia akan menindaklanjuti usulan AS dan membentuk tim yang diperlukan setelah mengetahui rincian percakapan Trump dan Putin.

    “Setelah kami mengetahui rincian dari pihak Amerika, kami akan mempersiapkan dan mengumumkan tanggapan kami terhadap usulan gencatan senjata infrastruktur energi, dan sebuah tim akan siap untuk negosiasi teknis,” tambahnya.

    Presiden Ukraina menegaskan bahwa ia tidak menerima perundingan tanpa melibatkan Ukraina.

    “Ada dua pihak dalam perang ini: Rusia dan Ukraina. Menurut saya, mencoba berunding tanpa Ukraina tidak akan produktif,” ujarnya, seperti diberitakan Newsweek.

    Zelensky mengklaim pemerintah Ukraina selalu mendukung gagasan AS mengenai larangan menargetkan serangan terhadap lokasi infrastruktur listrik.

    Usulan tersebut muncul setelah Rusia dan Ukraina saling menargetkan fasilitas energi yang menyebabkan kerusakan hingga terhambatnya pasokan energi untuk warga mereka.

    Sebelumnya, Putin dan Trump berbicara melalui telepon dan membahas masalah gencatan senjata selama 30 hari di Ukraina, ketentuan untuk mencegah eskalasi, dan sejumlah isu internasional. 

    Putin mendukung usulan Trump agar Rusia dan Ukraina menahan diri dari serangan terhadap fasilitas energi.

    “Kedua belah pihak juga sepakat untuk meluncurkan negosiasi teknis mengenai penerapan gencatan senjata maritim di Laut Hitam, gencatan senjata penuh, dan perdamaian permanen,” kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa.

    Sementara itu dikabarkan bahwa Kremlin mengatakan pencegahan eskalasi perang juga harus termasuk penghentian total bantuan militer asing dan penyediaan informasi intelijen ke Ukraina.

    Namun, Trump membantah laporan tersebut dengan mengatakan kepada Fox News pada hari Selasa, “Kami tidak membicarakan bantuan sama sekali. Kami membicarakan banyak hal, tetapi bantuan tidak pernah dibahas.”

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Israel Kembali Gempur Gaza Usai Serangan Besar-besaran, 13 Orang Tewas

    Israel Kembali Gempur Gaza Usai Serangan Besar-besaran, 13 Orang Tewas

    Gaza City

    Rentetan serangan udara Israel kembali menghantam wilayah Jalur Gaza sejak Selasa (18/3) tengah malam. Otoritas pertahanan sipil Gaza melaporkan sedikitnya 13 orang tewas dalam serangan terbaru Israel itu, menyusul serangan besar-besaran sebelumnya yang menewaskan lebih dari 400 orang.

    “Israel melancarkan beberapa serangan udara… yang mengakibatkan tewasnya 13 orang dan melukai puluhan orang lainnya, termasuk wanita dan anak-anak, di Khan Younis dan Gaza City,” tutur juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, seperti dilansir AFP, Rabu (19/3/2/2025).

    Sebelumnya pada Selasa (18/3) dini hari, militer Israel melancarkan rentetan serangan udara yang disebut paling intens sejak gencatan senjata Gaza diberlakukan pada 19 Januari lalu.

    Bombardir di wilayah Jalur Gaza itu, menurut otoritas kesehatan Gaza, menewaskan lebih dari 400 orang. Serangan udara itu dilakukan militer Israel setelah gagalnya perundingan untuk memperpanjang gencatan senjata Gaza.

    Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan dirinya telah memerintahkan militer untuk mengambil “tindakan keras” terhadap Hamas sebagai respons atas penolakan kelompok itu untuk membebaskan para sandera yang tersisa, dan karena penolakan mereka terhadap proposal gencatan senjata.

    Netanyahu memperingatkan pada Selasa (18/3) malam bahwa serangan-serangan itu “hanya permulaan”, dan bahwa negosiasi mendatang dengan Hamas “hanya akan berlangsung di bawah tekanan”.

    “Hamas telah merasakan kekuatan tangan kita dalam 24 jam terakhir. Dan saya ingin berjanji kepada Anda — dan mereka — bahwa ini hanyalah permulaan,” tegas Netanyahu dalam pernyataan video yang dirilisnya.

    Hamas, dalam tanggapannya, menuduh Israel melanggar gencatan senjata Gaza dan membahayakan upaya mediator untuk mengamankan gencatan senjata permanen. Hamas juga menuduh Netanyahu sama saja “menjatuhkan hukuman mati” terhadap 59 sandera yang masih ditahan di Gaza, yang nasibnya tidak jelas.

    Dalam pernyataannya, Hamas mendesak negara-negara sahabat untuk “menekan” Amerika Serikat (AS) dalam mengakhiri serangan yang dilancarkan sekutu dekatnya, Israel.

    Juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, mengatakan pada Selasa (18/3) bahwa rentetan serangan terhadap Jalur Gaza telah “dikoordinasikan sepenuhnya dengan Washington”.

    Sementara Pelaksana Tugas (Plt) Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Dorothy Shea, menyebut tanggung jawab atas dimulainya kembali pertempuran di Jalur Gaza sepenuhnya berada di tangan Hamas. Dia menegaskan sangat mendukung Israel dalam langkah-langkah selanjutnya di Jalur Gaza.

    “Kesalahan atas dimulainya kembali permusuhan sepenuhnya berada di tangan Hamas,” cetus Shea dalam pernyataannya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Pecat 2 Pejabat Demokrat di Komisi Perdagangan Federal

    Trump Pecat 2 Pejabat Demokrat di Komisi Perdagangan Federal

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memecat dua pejabat Partai Demokrat dari jabatan mereka sebagai komisaris di Komisi Perdagangan Federal AS (FTC), yang berfungsi melindungi masyarakat AS dari praktik bisnis yang menipu atau tidak adil.

    Pemecatan komisaris FTC yang dilakukan oleh Trump ini, seperti dilansir AFP, Rabu (19/3/2025), membuka pintu bagi Partai Republik untuk menunjuk para loyalis mereka di badan regulasi independen tersebut.

    Fungsi utama FTC adalah melindungi publik AS dari praktik bisnis yang menipu atau tidak adil.

    Seorang pejabat Gedung Putih, yang enggan disebut namanya, mengonfirmasi bahwa dua komisaris FTC, Alvaro Bedoya dan Rebecca Kelly Slaughter, yang mewakili Partai Demokrat telah diberhentikan dari jabatannya.

    FTC terdiri dari lima komisaris, yang biasanya mewakili dua partai politik utama di AS.

    “Presiden baru saja memecat saya secara ilegal. Ini adalah korupsi yang sangat jelas,” tulis Bedoya dalam pernyataannya via media sosial X.

    Bedoya berjanji dalam salah satu postingannya bahwa dirinya akan “melihat presiden di pengadilan” atas pemecatan dirinya ini.

    Pemecatan para pegawai federal AS merajalela sejak Trump menjabat kembali pada Januari lalu, dan mendirikan Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang dipimpin oleh miliarder ternama AS, Elon Musk, yang kini menjadi penasihat senior dan pendukung utama kampanye Trump.

    “FTC merupakan lembaga independen yang didirikan 111 tahun lalu untuk memerangi para penipu dan pelaku monopoli. Sekarang, presiden ingin FTC menjadi anjing penjilat bagi teman-teman golfnya,” sebut Bedoya melontarkan tudingan untuk Trump.

    Di bawah Trump dan mantan Presiden Joe Biden, FTC menghadapi kasus melawan Apple, Amazon, Google dan induk perusahaan Facebook, Meta, terkait cara perusahaan-perusahaan itu menggunakan kekuatan pasar.

    Dalam wawancara dengan Fox Business pada Februari lalu, Kepala FTC yang baru diangkat, Andrew Ferguson, mengonfirmasi bahwa kasus yang sedang berlangsung melawan Amazon dan Meta akan dilanjutkan. Dia menegaskan komitmen dalam “menekan Big Tech dengan keras”.

    Namun kini pertanyaan muncul mengenai apakah kepresidenan Trump akan melanjutkan kasus-kasus tersebut, mengingat adanya keselarasan yang jelas antara para miliarder teknologi dan Partai Republik sejak Trump memenangkan pilpres tahun lalu.

    Musk bersama bos Amazon Jeff Bezos dan para miliarder teknologi lainnya mendapatkan tempat terkemuka dalam seremoni pelantikan Trump pada pertengahan Januari lalu. Beberapa di antara mereka telah memberikan donasi jutaan dolar kepada panitia yang menyelenggarakan acara tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kerajaan Bisnis Elon Musk Tumbang: Tesla Diboikot, Starlink Ditinggal

    Kerajaan Bisnis Elon Musk Tumbang: Tesla Diboikot, Starlink Ditinggal

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk sedang diterpa krisis besar. Bisnisnya satu per satu menunjukkan tanda kehancuran. Masyarakat makin kencang menggaungkan gerakan anti Elon Musk, sekaligus memboikot beberapa perusahaan milik orang terkaya di dunia tersebut.

    Showroom Tesla di berbagai negara bagian Amerika Serikat (AS) digeruduk ratusan demonstran. Demonstrasi ini merupakan bagian dari gerakan “Tesla Takedown” yang dimulai pada 15 Februari lalu.

    Aksi boikot Tesla ini ditengarai beberapa faktor. Salah satunya, banyak yang mengkritik aksi pemangkasan besar-besaran di pemerintahan federal yang dilakukan Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE) di bawah kepemimpinan Musk.

    Pemangkasan anggaran tersebut berdampak pada pemecatan PNS, penghapusan program-program federal, hingga rencana konsolidasi lembaga pemerintah. Hal ini dilakukan berbarengan dengan upaya Musk meloloskan kontrak-kontrak pemerintah terhadap bisnis-bisnisnya.

    Tak cuma peran Musk di DOGE yang dikritisi, tetapi juga sikap politiknya yang mendukung partai sayap kanan di Jerman, hingga menuduh beberapa politisi Inggris tanpa dasar.

    Musk juga menuai kontroversi saat berpose kontroversial mirip ‘salute’ ala Nazi saat pelantikan Trump. Sebelum Tesla dan Starlink kena getahnya, X miliknya sudah lebih dulu ditinggal pengguna karena dinilai menjadi alat propaganda Musk untuk memenangkan Trump.

    Boikot Tesla Makin Parah

    Penyerangan showroom Tesla tadinya hanya segelintir. Namun, aksi ini meluas pasca Jaksa Agung Pam Bondi bersumpah untuk menindak vandalisme terhadap Tesla. Presiden AS Donald Trump juga mengatakan aksi tersebut sebagai terorisme domestik. Bahkan, Trump mengatakan aksi boikot Tesla ilegal.

    Pernyataan Trump mengemuka sehari setelah saham Tesla mengalami penurunan terburuk dalam hampir 5 tahun terakhir pada Senin (10/3) pekan lalu.

    Penjualan Tesla anjlok di beberapa negara. Para pemilik Tesla di AS juga ramai-ramai menempel stiker yang menunjukkan kemarahan mereka terhadap Musk.

    “Mereka [penyerang showroom Tesla] membahayakan perusahaan AS yang hebat,” ujar Trump, dikutip dari The Guardian, pekan lalu.

    “Elon Musk ‘bertaruh’ untuk membantu Negara kita, dan dia melakukan PEKERJAAN yang LUAR BIASA! Namun, Kaum Kiri Radikal, seperti yang sering mereka lakukan, mencoba memboikot Tesla secara ilegal dan kolusi, salah satu produsen mobil hebat di Dunia, dan ‘bayi’ Elon, untuk menyerang dan menyakiti Elon, dan semua yang ia perjuangkan,” tulis Trump di akun Truth Social miliknya pada Selasa (11/3) pagi waktu setempat.

    Gerakan protes Tesla Takedowns dimulai oleh aktor dan pembuat film Hollywood, Alex Winter, dan Joan Donovan, seorang asisten profesor Jurnalisme dan Studi Media Baru di Universitas Boston.

    Gerakan ini menyerukan orang-orang agar menjual mobil Tesla, membuang saham, dan bergabung dengan gerakan tersebut.

    Lebih dari 80 demonstrasi dijadwalkan hadir pada akhir pekan lalu, dan lebih dari 70 demonstrasi direncanakan hingga akhir April, menurut situs web Tesla Takedown.

    Di pinggiran kota Boston, Dedham, sekitar 100 demonstran berkumpul di showroom Tesla. Begitu juga di daerah pinggiran Philadelphia, West Chester, yang memiliki jumlah demonstran yang sama.

    Wilayah Baltimore menjadi salah satu jumlah peserta demo terbesar hingga 300 demonstran. Sementara di Washington, DC, lebih dari 50 demonstran berkumpul pada siang hari di luar showroom, mereka memegang spanduk dan menari diiringi lagu-lagu dari Beyonce dan Daft Punk ketika para pengemudi yang lewat membunyikan klakson mereka sebagai bentuk dukungan.

    Sara Steffens, seorang mantan jurnalis dan advokat kebijakan, mengatakan bahwa ia dan Melissa Knutson, seorang wiraswasta, akan mengubah demonstrasi menjadi sebuah pesta dansa.

    Knutson mengatakan bahwa ia ingin meniru suasana musik yang ia lihat di sebuah demonstrasi di Maryland.

    “Kita harus bergembira karena ini adalah perjalanan panjang, dan kita harus mengembangkan gerakan kita untuk melawan otoritarianisme ini,” kata Knutson dikutip dari CNN, Selasa (18/3).

    Opini negatif tentang Musk pelan-pelan akan merusak reputasi Tesla. Kepala situs otomotif Edmunds Jessica Caldwell mengatakan, perhatian negatif juga dapat membuat konsumen lebih banyak berpikir dan mempertimbangkan opsi EV dari merek lain selain Tesla.

    Caldwell mengatakan bahwa pangsa pasar Tesla telah melemah sebelum adanya protes ini, karena banyak produsen mobil yang telah memperkenalkan mobil listrik baru ke pasar.

    “Saya membayangkan beberapa (investor Tesla) berharap bahwa ini adalah gejolak jangka pendek dan akan lancar kembali ke depannya,” katanya. “Sulit untuk mengatakannya pada saat ini,” imbuhnya.

    Ia menilai, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah para pemilik Tesla bersedia menjual kendaraan mereka karena kritik terhadap Musk.

    “Tidak semua orang mampu membuat keputusan itu,” katanya.

    Starlink Mulai Ditinggalkan

    Setelah Tesla, kini Starlink juga menjadi sasaran kemarahan masyarakat. Layanan internet berbasis satelit tersebut sejatinya bertujuan baik, yakni menghubungkan masyarakat di area terpencil yang tak terjangkau jaringan seluler dan broadband.

    Saat ini, Starlink masih mendominasi industri layanan internet satelit, tetapi perlahan-lahan mulai ditinggalkan.

    Dikutip dari The Guardian, Selasa (18/3), banyak pengguna yang berlangganan Starlink menunjukkan rasa frustasi terhadap sikap politik Musk. Bahkan, tak sedikit yang berkomitmen untuk berhenti menggunakan Starlink sepenuhnya.

    Barry Nisbet, seorang pemain biola Skotlandia yang bisnisnya di Shetland menggabungkan musik dengan pelayaran, menyebut penghormatan kontroversial Musk di acara pelantikan Trump sebagai salah satu alasan ia meninggalkan Starlink, meskipun hal itu merugikannya.

    “Saya sudah lama merasa tidak nyaman dengan Musk dan perannya dalam pemilu AS. Monopoli [bisnis Musk] juga sangat membuat saya terganggu,” kata Nisbet, dikutip dari The Guardian.

    Maraknya pengguna yang meninggalkan Starlink di Eropa menjadi momentup tepat bagi layanan internet satelit buatan Eropa yang bisa dijadikan alternatif. Eutelsat asal Prancis mendadak mengalami lonjakan nilai saham hingga 500% sejak perselisihan antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

    CEO Eutelsat mengatakan kepada Bloomberg bahwa layanannya akan menggantikan Starlink di Ukraina dalam beberapa bulan ke depan.

    Viasat dari Inggris juga dilaporkan sudah berdiskusi dengan pemerintah Eropa untuk menggantikan Starlink milik Musk.

    Di Inggris, Starlink umumnya digunakan oleh rumah tangga dan bisnis di wilayah remot yang memiliki akses broadband buruk.

    Seorang penginstal Starlink untuk bisnis dan rumah tangga di wilayah selatan Inggris mengatakan saat ini belum ada alternatif sebaik Starlink untuk memberikan akses internet cepat.

    “Di satu sisi, [Starlink] adalah tool dan solusi yang ada bagi banyak area remot, tertutama yang infrastrukturnya buruk. Namun di sisi lain, kami harus berurusan dengan Elon yang bodoh,” ia menuturkan.

    Richard Opie, seorang konsultan di area semi-remot di Northumberland mengatakan ia berlangganan Starlink sejak pandemi. Namun, kini ia mempertimbangkan untuk beralih jika ada alternatif yang bisa diandalkan.

    “[Starlink] adalah berkah di area remot, namun perkembangan politik sekarang berubah. Elon Musk adalah figur yang berbeda. Showroom Tesla sudah digeruduk. Saya tak nyaman melihat Musk dekat dengan Trump dan sikap Musk secara umum,” kata Opie.

    “Ini adalah dilema. Kami ingin mencari alternatif lain, tetapi sekarang masih terjebak [dengan Starlink],” kata dia.

    Pengguna Starlink lainnya Mel Sayer mengatakan ia menolak menginap di hotel milik Trump karena tak mau memberikan uang sepeser pun untuk Trump.

    “Sekarang, saya menolak mendanai Musk setelah sikapnya dengan pose salute,” kata dia.

    Eksodus Pengguna X

    Seperti dijelaskan di atas, X milik Musk sudah lebih dulu menghadapi krisis eksodus pengguna. Kemenangan Trump dalam Pemilu AS menjadi penyebabnya.

    X diketahui menjadi salah satu alat yang digunakan Musk untuk menyebar kampanye demi memenangkan Trump.

    Menurut laporan Reuters pada November 2024, aplikasi pesaing X, Bluesky, mendapat penambahan jutaan pengguna baru yang memilih meninggalkan X.

    Secara spesifik, Bluesky berhasil meraup 2,5 juta pengguna baru dalam sepekan pasca kemenangan Trump. Total penggunanya melompat menjadi 16 juta.

    Bluesky merupakan salah satu dari beberapa aplikasi pesaing X yang menawarkan alternatif platform mikroblog pasca Musk mencaplok Twitter dan mengubah namanya. Bluesky terhitung masih baru, didirikan pada 2021 silam.

    “Kami melihat peningkatan pertumbuhan pengguna yang memecahkan rekor tertinggi. Engagement seperti like, follows, dan akun baru, tumbuh signifikan. Kami mencatat penambahan setidaknya 1 juta pengguna baru dalam sehari,” kata Bluesky dalam keterangan resminya beberapa saat lalu.

    Organisasi kawakan seperti Center for Countering Digital Hate, organisasi media Guardian, serta mantan anchor CNN Don Lemon, terang-terangan mengatakan telah meninggalkan X karena kekhawatiran terkait kebijakan konten pada platform tersebut.

    Beberapa pakar misinformasi menyebut X memainkan peran sentral dalam menyebarkan informasi sesat selama masa Pilpres AS.

    (fab/fab)

  • AS Salahkan Hamas Usai Israel Bombardir Gaza

    AS Salahkan Hamas Usai Israel Bombardir Gaza

    New York

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyebut tanggung jawab atas dimulainya kembali pertempuran di Jalur Gaza sepenuhnya berada di tangan kelompok Hamas. Washington menegaskan sangat mendukung Israel dalam langkah-langkah selanjutnya di Jalur Gaza.

    Pelaksana Tugas (Plt) Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Dorothy Shea, seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (19/3/2025), menyampaikan pernyataan itu dalam pengerahan Dewan Keamanan PBB pada Selasa (18/3) waktu setempat.

    Rentetan serangan udara Israel yang melanda beberapa wilayah Jalur Gaza pada Selasa (18/3), menurut otoritas kesehatan Palestina, telah menewaskan lebih dari 400 orang. Serangan-serangan Israel dilancarkan saat upaya memperpanjang gencatan senjata Gaza dilanda kebuntuan.

    “Kesalahan atas dimulainya kembali permusuhan sepenuhnya berada di tangan Hamas,” cetus Shea dalam pernyataannya.

    Dia menuduh Hamas telah menolak setiap proposal dan tenggat waktu untuk memperpanjang gencatan senjata Gaza, dan enggan memberikan waktu untuk merundingkan kerangka kerja bagi gencatan senjata permanen.

    Ditegaskan oleh Shea dalam pernyataannya bahwa Presiden AS Donald Trump telah memperjelas agar Hamas segera membebaskan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza atau “membayar harga yang mahal”.

    “Kami mendukung Israel dalam langkah-langkah selanjutnya,” tegas Shea.

    Lebih lanjut, Shea menolak tuduhan yang menyebut militer Israel, atau Angkatan Bersenjata Israel (IDF), menyerang tanpa pandang bulu. “IDF menyerang posisi-posisi Hamas,” sebutnya.

    “Sudah diketahui secara luas bahwa Hamas terus menggunakan infrastruktur sipil sebagai landasan peluncuran, dan Amerika Serikat mengutuk praktik ini sebagaimana seharusnya yang dilakukan oleh pihak-pihak lainnya,” imbuh Shea dalam pernyataannya.

    Juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, mengatakan pada Selasa (18/3) bahwa rentetan serangan terhadap Jalur Gaza telah “dikoordinasikan sepenuhnya dengan Washington”.

    “Saya bisa mengonfirmasi bahwa kembalinya pertempuran sengit di Gaza telah dikoordinasikan sepenuhnya dengan Washington. Israel berterima kasih kepada Presiden Trump dan pemerintahannya atas dukungan mereka yang tidak kenal lelah untuk Israel,” ucap Mencer dalam konferensi pers.

    Sementara Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa “Hamas harus memahami bahwa aturan permainan telah berubah”.

    “Jika Hamas tidak segera membebaskan semua sandera, gerbang neraka akan terbuka, dan Hamas akan menghadapi kekuatan penuh IDF di udara, laut, dan darat hingga kehancuran totalnya,” tegas Katz dalam ancaman terbarunya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Tempatkan Rudal Typhon di Tetangga RI, Bikin China Uring-uringan

    AS Tempatkan Rudal Typhon di Tetangga RI, Bikin China Uring-uringan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) Dan Driscoll mengklaim bahwa sistem rudal Amerika Serikat (AS) yang saat ini ditempatkan di Filipina, salah satu negara sekutu, telah membuktikan kemampuannya sebagai pencegah serangan China.

    Melansir Newsweek pada Rabu (19/3/2025), Angkatan Darat AS sebelumnya menempatkan sistem rudal Kemampuan Jarak Menengah (MRC), yang juga dikenal sebagai Typhon, di Filipina pada April 2024 lalu. Sistem berbasis darat tersebut dapat meluncurkan dua jenis rudal, yang mengenai target di udara dan di permukaan sejauh 1.000 mil jauhnya.

    Typhon awalnya ditempatkan untuk latihan, tetapi AS dan Filipina kemudian memutuskan untuk menyimpannya di sana tanpa batas waktu. China kemudian mengecamnya sebagai “langkah yang sangat berbahaya.” Sistem tersebut dapat mengancam pantai timur dan selatan China dari Filipina.

    “Kami membuktikan efek jera MRC melalui pengerahan dinamis di Filipina dan menantikan semua peluang proyeksi kekuatan di masa mendatang!” kata Driscoll dalam sebuah unggahan di platform media sosial X.

    Dalam unggahan tersebut, Driscoll mengungkapkan telah mengunjungi Satuan Tugas Multi-Domain ke-1 di Pangkalan Gabungan Lewis-McChord di Washington pada 13 Maret lalu. Ia menggambarkan Senjata Hipersonik Jarak Jauh (LRHW) dan MRC, yang dioperasikan oleh unit tersebut, sebagai “sistem utama yang kredibel dalam pertempuran.”

    “Pangkalan Gabungan Lewis-McChord merupakan landasan kemampuan militer kita untuk memproyeksikan kekuatan dengan cepat dan efektif di seluruh kawasan Indo-Pasifik,” katanya.

    Angkatan Darat AS saat ini juga tengah mempertimbangkan untuk mengirim Satuan Tugas Multi-Domain (MDTF), yang menampung MRC dan sistem rudal LRHW ke Jepang, yang merupakan sekutu utama lainnya dalam strategi Indo-Pasifik AS untuk melawan China.

    Outlet spesialis Defense News melaporkan pada Selasa bahwa unit Angkatan Darat AS kedua yang mengoperasikan sistem rudal MRC dan LRHW, MDTF ke-3 yang bermarkas di Hawaii, sedang dipersiapkan untuk ditempatkan di kawasan Indo-Pasifik selama tahun depan.

    “Kami terus mencari peluang untuk menggunakan kemampuan seperti itu di medan tempur,” kata Kolonel Michael Rose, komandan MDTF ke-3, dalam sebuah diskusi panel media.

    Kyodo News Jepang melaporkan November 2024 lalu bahwa AS akan mengirim unit tembakan jarak jauh MDTF ke Filipina jika terjadi situasi darurat antara China dan Taiwan “sangat mendesak.”

    Beijing sendiri mengancam akan menggunakan kekuatan terhadap pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.

    China, yang memiliki sengketa teritorial dengan Filipina atas Laut China Selatan, dilaporkan akan terus menyuarakan keberatannya terhadap penyebaran sistem rudal MRC di kawasan tersebut.

    (luc/luc)