kab/kota: Washington

  • Klaim Mampu Tembus Pertahanan Udara Israel, Komandan IRGC: Iran Siap untuk Perang Apa Pun – Halaman all

    Klaim Mampu Tembus Pertahanan Udara Israel, Komandan IRGC: Iran Siap untuk Perang Apa Pun – Halaman all

    Klaim Sukses Tembus Pertahanan Udara Israel, Komandan IRGC: Iran Siap untuk Perang Apa Pun

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Iran menyatakan tidak akan tunduk pada tekanan negara asing dan siap menanggapi segala bentuk agresi.

    Hal itu diungkapkan Mayor Jenderal Hossein Salami, kepala panglima Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).

    Berbicara dalam sebuah pertemuan dengan komandan senior IRGC pada Sabtu (5/4/2025), Salami mengatakan kalau Iran “sama sekali tidak khawatir tentang perang. Kami tidak akan memulai perang tetapi siap untuk perang apa pun.”

    Ia menambahkan bahwa Iran telah mengembangkan strategi untuk mengatasi musuh mana pun dan untuk menangkal operasi psikologis dan serangan militer langsung.

    “Namun, kami tidak akan mengambil satu langkah pun untuk menghadapi musuh,” tegas Salami.

    Komandan IRGC Hossein Salami. (Masrawy)

    Klaim Mampu Tembus Pertahanan Udara Israel

    Salami mengklaim kalau serangan Israel terhadap konsulat Teheran di Suriah pada bulan April 2024, yang menewaskan beberapa perwira militer senior Iran, menandai dimulainya “konfrontasi global” di Timur Tengah.

    Menurut Salami, saat itu serangan balasan Iran yang melibatkan ratusan rudal dan pesawat nirawak berhasil mengatasi apa yang disebutnya sebagai “wilayah udara paling dijaga ketat dalam sejarah.”  

    “Rudal kami menembus ilusi keamanan mereka,” kata jenderal itu, merujuk pada gaung Israel yang mengatakan kalau sistem pertahanan udara Tel Aviv tak bisa ditembus..

    Namun, Yerusalem mengatakan pada saat itu bahwa serangan itu hanya mengakibatkan kerusakan kecil pada beberapa instalasi militernya.

    Salami mencatat bahwa Israel masih rentan terhadap kemampuan militer Iran.

    “Kami telah memperoleh pengetahuan dan formula untuk mengatasi musuh ini dan telah memasukkannya ke dalam semua elemen persenjataan dan peralatan kami,” katanya.

    Komentar sang jenderal muncul saat konflik di Gaza terus berkecamuk dan di tengah berlanjutnya pertikaian antara AS dan Iran.

    Pada akhir Maret, Menteri Luar Negeri Marco Rubio memperingatkan bahwa Washington dapat “mengambil tindakan” untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.

    “Kami memiliki kemampuan untuk melakukan itu dan melangkah lebih jauh, bahkan mungkin mengancam rezim tersebut,” katanya.

    Gambar yang diambil pada 10 November 2019 menunjukkan bendera Iran di PLTN Bushehr Iran, selama upacara resmi untuk memulai pekerjaan pada reaktor kedua di fasilitas tersebut. (Atta Kenare/AFP)

    Trump Ancam Bom Iran

    Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat serta Israel telah meningkat, dengan Presiden AS Donald Trump minggu lalu mengancam Iran dengan “pemboman yang belum pernah terlihat sebelumnya” dan sanksi tambahan jika Teheran gagal mencapai kesepakatan dengan Washington mengenai program nuklirnya.

    AS mendesak Iran untuk memperbarui perundingan mengenai pemulihan kesepakatan nuklir 2015 yang secara sepihak ditarik Washington tiga tahun kemudian. 

    Trump mengklaim dalam pemerintahan pertamanya bahwa hal itu tidak banyak menghalangi Teheran untuk mendapatkan senjata nuklir.

    Trump, yang telah membuktikan dirinya sebagai pendukung setia Israel sejak menjabat, memperingatkan bahwa jika “Iran tidak menyetujui perundingan yang ditawarkan, negaranya akan melancarkan serangan udara yang belum pernah terlihat sebelumnya.”

    Ancaman terbaru Trump – yang lebih eksplisit dan keras daripada pernyataan sebelumnya – muncul setelah ia mengirim surat ke Iran, yang isinya belum diungkapkan, yang menawarkan negosiasi mengenai program nuklir negara itu.

    Adapun Iran, mereka mengklaim bahwa program nuklirnya tidak mengancam pihak mana pun karena program tersebut ditujukan untuk menghasilkan listrik dan bukan untuk mengembangkan senjata nuklir.

     

    (oln/rt/*)

  • AS Gagal Lemahkan Houthi Yaman Meski Habiskan Hampir Rp 16,5 Triliun dalam 3 Pekan Serangan – Halaman all

    AS Gagal Lemahkan Houthi Yaman Meski Habiskan Hampir Rp 16,5 Triliun dalam 3 Pekan Serangan – Halaman all

    AS Gagal Lemahkan Houthi Yaman Meski Habiskan Hampir Rp 16,5 Triliun dalam 3 Pekan

    TRIBUNNEWS.COM – Operasi pengeboman militer Amerika Serikat (AS) di Yaman telah menghabiskan biaya hampir 1 miliar dolar AS atau setara Rp 16,5 triliun dalam waktu kurang dari tiga minggu, menurut narasumber yang diwawancarai CNN. 

    Narasumber itu mengatakan, bombardemen AS ke Yaman tersebut hanya menyebabkan ‘dampak terbatas’ pada kemampuan Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) yang dipimpin kelompok Ansarallah (Houthi).

    Diluncurkan pada 15 Maret, serangan-serangan AS ke Yaman tersebut mengandalkan amunisi presisi mahal seperti rudal Tomahawk, JASSM, JSOW, pesawat pengebom B-2 dari Diego Garcia, dan sejumlah kapal induk serta jet tempur tambahan. 

    Meski demikian, YAF terus mampu meluncurkan rudal balistik dan jelajah serta pesawat nirawak, termasuk menjatuhkan sedikitnya 17 pesawat nirawak canggih MQ-9 AS – yang masing-masing seharga 30 juta dolar AS.

    Pejabat Pentagon mengakui, meskipun beberapa lokasi militer dan kepemimpinan Yaman menjadi sasaran pengeboman, negara tersebut masih memiliki persediaan senjata yang signifikan dan bunker yang dibentengi. 

    Satu sumber mencatat kemampuan Yaman yang berkelanjutan untuk menyerang kapal-kapal di Laut Merah dan menghindari kerusakan.

    “Mereka (militer AS0 telah merebut beberapa lokasi, tetapi itu tidak memengaruhi kemampuan Houthi untuk terus menembaki kapal-kapal di Laut Merah atau menembak jatuh pesawat nirawak AS,” kata salah satu sumber yang diberi pengarahan tentang operasi tersebut. 

    “Sementara itu, kami sedang mempersiapkan diri—amunisi, bahan bakar, dan waktu pengerahan.”

    Angkatan bersenjata Yaman mulai menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah pada November 2023 sebagai respons atas genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza.

    AS dan Inggris kemudian melancarkan operasi militer terhadap Yaman atas nama Israel.

    Biaya Operasi Militer Membengkak, Amunisi Menipis

    Biaya operasi yang tinggi telah menimbulkan kekhawatiran di Kongres AS. 

    Pentagon mungkin akan segera meminta dana tambahan untuk melanjutkan operasi tersebut.

    Perubahan dalam otorisasi serangan—beralih dari model era Biden yang mengharuskan persetujuan Gedung Putih—telah memberi para komandan lebih banyak fleksibilitas, yang menggemakan kebijakan dari masa jabatan pertama Donald Trump. 

    Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz merujuk pada pembunuhan seorang operator pesawat nirawak senior Yaman, yang menunjukkan pendekatan serangan yang lebih luas.

    Sementara itu, para pejabat di Komando Indo-Pasifik AS telah menyatakan kekhawatirannya atas menipisnya amunisi jarak jauh seperti JASSM, yang mereka anggap penting untuk potensi konflik di Pasifik, termasuk melawan Tiongkok.

    Seorang pejabat pertahanan menepis kekhawatiran ini, dan menekankan kesiapan dan ketepatan sasaran yang berkelanjutan.

    Operasi ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga serangan Yaman terhadap kapal-kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah berhenti.

    LEPAS LANDAS – Tangkap Layar Khaberni, Minggu (23/3/2025) yang menunjukkan jet tempur Amerika Serikat (AS) lepas landas dari Kapal Induk USS Harry S Truman yang berada di Laut Merah. AS dibantu Inggris, melancarkan serangan udara besar-besaran ke Yaman dengan dalih menghancurkan infrastruktur Houthi yang memblokade Laut Merah sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina atas agresi Israel. (khaberni/tangkap layar)

    Houthi Masih Bisa Serang Kapal Induk AS

    Pada hari Jumat, juru bicara YAF, Yahya Saree mengatakan Sanaa “menargetkan kapal induk AS, USS Harry S. Truman, dan kapal perang afiliasinya di Laut Merah, menggunakan beberapa rudal jelajah dan pesawat tak berawak.”

    Ia menekankan bahwa kelompoknya “tidak akan mengabaikan tugas moral, agama, dan kemanusiaannya terhadap rakyat Palestina yang tertindas, apa pun konsekuensinya.”.

    Menurut Kementerian Kesehatan Yaman, sedikitnya 61 warga sipil tewas dan 139 lainnya terluka dalam serangan udara AS di Yaman sejak 15 Maret.

    Sumber yang berbicara dengan CNN menyuarakan klaim serupa tentang biaya operasi dan efektivitas terbatas yang dilaporkan di New York Times (NYT) kemarin.

    “Dalam pengarahan tertutup beberapa hari terakhir, pejabat Pentagon mengakui bahwa hanya ada sedikit keberhasilan dalam menghancurkan persenjataan besar rudal, pesawat tak berawak, dan peluncur milik Houthi yang sebagian besar berada di bawah tanah,” kata para ajudan dan pejabat kongres yang tidak disebutkan namanya kepada NYT. 

    Sumber tersebut mengatakan YAF telah memperkuat banyak situs militernya. 

    “Hanya dalam waktu tiga minggu, Pentagon telah menggunakan amunisi senilai $200 juta, selain biaya operasional dan personel yang sangat besar untuk mengerahkan dua kapal induk, pesawat pengebom B-2 tambahan, dan jet tempur, serta pertahanan udara Patriot dan THAAD ke Timur Tengah,” menurut para pejabat. 

    Laporan itu muncul saat Presiden AS Donald Trump membanggakan keberhasilan kampanye Washington melawan gerakan perlawanan Ansarallah, yang menurutnya telah “dihancurkan.” 

     

  • Iran Peringatkan 6 Negara Agar Tak Membantu AS, IRGC Incar 10 Pangkalan Militer Amerika di Teluk – Halaman all

    Iran Peringatkan 6 Negara Agar Tak Membantu AS, IRGC Incar 10 Pangkalan Militer Amerika di Teluk – Halaman all

    Iran Peringatkan 6 Negara Agar Tak Membantu AS, IRGC Incar 10 Pangkalan Militer Amerika di Asia Barat

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang pejabat senior Iran mengatakan,  Teheran telah memperingatkan enam negara bahwa mereka akan menghadapi “konsekuensi berat” jika mereka mendukung Washington dalam serangan militer terhadap Republik Iran, Reuters melaporkan, Minggu (6/4/2025).

    Enam negara yang mendapat peringatan dari Iran tersebut adalah Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Turki, dan Bahrain.

    “Iran telah mengeluarkan peringatan kepada Irak, Kuwait, UEA, Qatar, Turki, dan Bahrain bahwa segala dukungan terhadap serangan AS terhadap Iran, termasuk penggunaan wilayah udara atau wilayah mereka oleh militer AS selama serangan tersebut, akan dianggap sebagai tindakan permusuhan,” kata pejabat tersebut saat berbicara kepada Reuters dengan syarat anonim.

    Pejabat tersebut menekankan, tindakan membantu AS tersebut “akan menimbulkan konsekuensi yang serius bagi negara-negara tersebut,”.

    Dia juga menambahkan bahwa “Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei telah menempatkan angkatan bersenjata Iran dalam keadaan siaga tinggi.”

    Juru bicara pemerintah Irak, Kuwait, UEA, Qatar, dan Bahrain tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Kementerian Luar Negeri Turki dikutip mengatakan pihaknya tidak mengetahui adanya peringatan Iran, tetapi pesan tersebut dapat disampaikan melalui saluran lain.

    Pada tanggal 30 Maret, Presiden AS Donald Trump mengancam Iran dengan pemboman dan tarif sekunder jika Teheran tidak mencapai kesepakatan dengan Washington mengenai program nuklirnya.

    “Jika mereka tidak membuat kesepakatan, akan ada pengeboman,” kata Trump dalam wawancara telepon. “Itu akan menjadi pengeboman yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.”

    Gambar yang diambil pada 10 November 2019 menunjukkan bendera Iran di PLTN Bushehr Iran, selama upacara resmi untuk memulai pekerjaan pada reaktor kedua di fasilitas tersebut. (Atta Kenare/AFP)

    Iran Bersedia Berunding Secara Tidak Langsung

    Pejabat senior yang berbicara dengan Reuters menambahkan bahwa Iran menolak permintaan Presiden AS Donald Trump untuk perundingan langsung mengenai program nuklirnya.

    Namun, Iran ingin melanjutkan perundingan tidak langsung melalui Oman, tempat perundingan tidak langsung antara kedua negara telah berlangsung di masa lalu.

    “Pembicaraan tidak langsung menawarkan kesempatan untuk mengevaluasi keseriusan Washington tentang solusi politik dengan Iran,” kata pejabat itu.

    Selain mengeluarkan ancaman verbal terhadap Iran, Trump telah memerintahkan pembangunan militer besar-besaran di kawasan tersebut, termasuk pengiriman satu skuadron pembom B-52 ke pangkalan AS di Diego Garcia di Samudra Hindia.

    Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menegaskan pada Minggu bahwa “kondisi untuk dimulainya kembali perundingan antara Teheran dan Washington mengenai program nuklir Iran didasarkan pada prinsip kepercayaan antara kedua negara,” katanya.

    “Kami siap melanjutkan dialog mengenai program nuklir kami dan pencabutan sanksi terhadap Iran, berdasarkan logika membangun kepercayaan,” kata Araghchi dalam pernyataan yang dilaporkan oleh Kantor Berita Fars Iran.

    Pangkalan militer Amerika Serikat Al-Tanf di Suriah. (npasyria)

    IRGC Incar 10 Pangkalan Militer AS

    Menyusul ancaman Trump, Ali Hajizadeh, komandan Divisi Dirgantara Garda Revolusi (IRGC), Iran secara langsung mengancam pangkalan AS di Asia Barat.

    “Amerika memiliki sekitar sepuluh pangkalan militer di kawasan itu – setidaknya di dekat Iran – dan 50.000 tentara,” kata Hajizadeh kepada TV pemerintah Iran pada hari Senin. 
    “Mereka seperti duduk di rumah kaca. Dan ketika Anda berada di rumah kaca, Anda tidak melempar batu ke orang lain.”

    Iran telah lama menampik klaim bahwa mereka berupaya memproduksi senjata nuklir, dengan mengatakan bahwa langkah tersebut tidak Islami karena ancaman yang ditimbulkan senjata tersebut terhadap warga sipil.

    Namun, para analis memperkirakan Iran dapat dengan cepat mengembangkan senjata nuklir jika ancaman AS dan Israel untuk mengebom dan menginvasi negara itu terus berlanjut.

     

    (oln/tc/*)

     

  • Iran Ogah Negosiasi Langsung dengan Trump soal Program Nuklir

    Iran Ogah Negosiasi Langsung dengan Trump soal Program Nuklir

    Jakarta, CNBC Indonesia – Iran menolak tuntutan Amerika Serikat untuk melakukan perundingan langsung mengenai program nuklirnya. Hal tersebut diungkapkan oleh seorang pejabat senior Iran yang enggan disebut namanya.

    Pejabat tersebut memperingatkan negara-negara tetangga yang menampung pangkalan militer AS bisa menjadi sasaran apabila ikut terlibat dalam pusaran konflik yang saat ini tengah memanas.

    Meski menolak tuntutan Presiden AS Donald Trump untuk berbicara langsung, Iran membuka pintu untuk perundingan tidak langsung melalui Oman. Negara tersebut selama ini menjadi jalur komunikasi antara negara-negara yang bertikai.

    “Perundingan tidak langsung menawarkan kesempatan untuk mengevaluasi keseriusan Washington tentang solusi politik dengan Iran,” kata seorang pejabat senior Iran dikutip dari Reuters, Minggu (6/4/2025).

    “Meskipun jalan itu bisa “berbatu”, perundingan semacam itu dapat segera dimulai jika pesan AS mendukungnya,” tambahnya.

    Di sisi lain, pejabat tersebut mengatakan bahwa Iran telah mengeluarkan pemberitahuan kepada Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Turki, dan Bahrain bahwa segala bentuk dukungan terhadap serangan AS terhadap Iran, termasuk penggunaan wilayah udara atau wilayah mereka oleh militer AS selama serangan, akan dianggap sebagai tindakan permusuhan.

    “Tindakan seperti itu akan menimbulkan konsekuensi yang berat bagi mereka”, kata pejabat tersebut, seraya menambahkan bahwa Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei telah menempatkan angkatan bersenjata Iran dalam siaga tinggi.

    Peringatan Trump tentang tindakan militer terhadap Iran telah mengguncang suasana yang sudah tegang di seluruh wilayah setelah perang terbuka di Gaza dan Lebanon, serangan militer di Yaman, perubahan kepemimpinan di Suriah, dan baku tembak antara Israel dan Iran.

    Kekhawatiran akan terjadinya konflik regional yang lebih luas telah meresahkan negara-negara di sekitar Teluk, perairan yang berbatasan di satu sisi dengan Iran dan di sisi lain dengan monarki Arab yang bersekutu dengan AS yang membawa sebagian besar pasokan minyak global.

    Pada hari Rabu, media pemerintah Iran melaporkan bahwa Kuwait telah meyakinkan Iran bahwa mereka tidak akan menerima tindakan agresif apa pun yang diarahkan ke negara lain dari wilayahnya.

    Sekutu Iran, Rusia, pada Kamis menyatakan bahwa ancaman serangan militer AS terhadap Republik Islam tidak dapat diterima, dan pada Jumat menyerukan untuk menahan diri.

    (ven/mij)

  • Kebijakan Trump Bikin Puluhan Ribu Warga AS Turun ke Jalan

    Kebijakan Trump Bikin Puluhan Ribu Warga AS Turun ke Jalan

    Jakarta

    Massa memadati jalan di kota-kota besar Amerika Serikat (AS). Mereka memprotes terhadap sejumlah kebijakan Presiden AS Donald Trump.

    Dilansir AFP, Minggu (6/4/2025), ada puluhan ribu orang yang melakukan unjuk rasa. Ini merupakan demonstrasi terbesar sejak Trump kembali ke Gedung Putih.

    Mereka menyampaikan keberatan atas kebijakan Trump seperti pemangkasan jumlah staf pemerintah hingga tarif perdagangan dan pengikisan kebebasan sipil — berunjuk rasa di Washington, New York, Houston, Florida, Colorado, dan Los Angeles, pada Sabtu (5/4) waktu setempat.

    “Saya sangat marah, saya sangat marah, sepanjang waktu, ya. Sekelompok pemerkosa kulit putih yang memiliki hak istimewa mengendalikan negara kita. Itu tidak bagus,” kata seorang pelukis di New York, Shaina Kesner, yang bergabung dengan kerumunan demonstran yang berdemo di jantung kota Manhattan.

    Di Washington, ribuan demonstran — banyak yang datang dari seluruh Amerika Serikat — berkumpul di National Mall, tempat puluhan pembicara menggalang aksi demo menentang Trump.

    “Kami memiliki sekitar 100 orang yang datang dengan bus dan van dari New Hampshire untuk memprotes pemerintahan yang keterlaluan ini (yang) menyebabkan kita kehilangan sekutu di seluruh dunia, dan menyebabkan kehancuran bagi orang-orang di sini di tanah air,” kata Diane Kolifrath (64), seorang pemandu wisata sepeda.

    “Mereka menghancurkan pemerintahan kita,” imbuhnya.

    Unjuk Rasa di LA-Jerman

    Foto ilustrasi demo: AFP/ROBERTO SCHMIDT

    Kemudian unjuk rasa di Los Angeles, seorang wanita berpakaian seperti karakter dari novel dystopian “The Handmaid’s Tale” melambaikan bendera besar dengan pesan: “Keluar dari rahimku,” yang merujuk pada kebijakan anti-aborsi Trump.

    Lalu, di Denver, Colorado, seorang pria di antara kerumunan besar pengunjuk rasa mengangkat plakat bertuliskan “Tidak ada raja untuk AS.”

    Unjuk rasa bahkan meluas ke beberapa ibu kota Eropa, tempat para demonstran menyuarakan penentangan terhadap Trump dan kebijakan perdagangannya yang agresif.

    “Apa yang terjadi di Amerika adalah masalah semua orang,” kata Liz Chamberlin, seorang warga negara AS-Inggris kepada AFP dalam sebuah unjuk rasa di London, Inggris.

    “Itu kegilaan ekonomi… Dia akan mendorong kita ke dalam resesi global,” ujarnya.

    Sementara itu, di Berlin, Jerman, pensiunan berusia 70 tahun, Susanne Fest mengatakan Trump telah menciptakan “krisis konstitusional,” seraya menambahkan, “Orang itu gila.”

    Kebijakan Trump

    Foto Donald Trump: (AP/Mark Schiefelbein)

    Diketahui, sejumlah kebijakan Trump banyak yang menjadi sorotan. Terbaru, ada kebijakan mengenai tarif 32% untuk barang dari RI yang masuk ke AS.

    Tarif itu diterapkan karena Trump menyebut Indonesia mengenakan tarif 64% untuk barang-barang dari AS. Dikutip dari situs resmi Gedung Putih, Kamis (3/4/2025), Trump menyinggung tarif yang dikenakan Indonesia terhadap produk etanol asal AS, yakni 30%. Dia mengatakan tarif itu lebih besar dari yang diterapkan AS untuk produk serupa, yakni 2,5%.

    Selain itu, Trump juga mempersoalkan kebijakan nontarif. Dia menyoroti kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di berbagai sektor, perizinan impor yang sulit hingga kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang mengharuskan perusahaan sumber daya alam menyimpan pendapatan ekspor di rekening dalam negeri.

    “Indonesia menerapkan persyaratan konten lokal di berbagai sektor, rezim perizinan impor yang kompleks, dan mulai tahun ini akan mengharuskan perusahaan sumber daya alam untuk memindahkan semua pendapatan ekspor ke dalam negeri untuk transaksi senilai USD 250.000 atau lebih,” demikian ujar Trump.

    Selain tarif pada barang impor, kebijakan Trump lainnya juga ada seperti deportasi massal, kuasa lewat perintah eksekutif tanpa perlu persetujuan Kongres. Kebijakan itu ramai dibicarakan di AS dan luar AS.

    Halaman 2 dari 3

    (zap/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Sambut Jet-Jet AS, Unit Pertahanan Udara IRGC Iran Diizinkan “Tembak-Sesuka Hati” ke Penyusup – Halaman all

    Sambut Jet-Jet AS, Unit Pertahanan Udara IRGC Iran Diizinkan “Tembak-Sesuka Hati” ke Penyusup – Halaman all

    Sambut Jet-Jet AS, Unit Pertahanan Udara IRGC Iran Diizinkan “Tembak-Sesuka Hati” ke Penyusup

    TRIBUNNEWS.COM – Unit pertahanan udara Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) dilaporkan telah diberi izin untuk menembaki pesawat apa pun yang melanggar wilayah udara negara itu tanpa terlebih dahulu mengajukan izin ke perwira atasan.

    Kebijakan ‘fire at will’ ini muncul setelah Iran baru-baru ini mendapat ancaman pengeboman dari Amerika Serikat (AS) terkait negosiasi pengembangan nuklir.

    Menurut laporan, sebelumnya unit pertahanan udara IRGC memerlukan persetujuan dari perwira atasan sebelum mereka diizinkan melepaskan tembakan bahkan setelah mengidentifikasi pesawat musuh yang telah melanggar wilayah udara Iran.

    “Dalam kasus di mana unit pertahanan udara telah mengidentifikasi secara positif pesawat musuh yang melanggar wilayah udara kedaulatan Republik Iran, komandan unit pertahanan udara regional tidak memerlukan persetujuan dari atasan untuk mengebom target,” tulis laporan DSA, Minggu (6/4/2025).

    Laporan itu lebih lanjut menyatakan kalau, “Persetujuan untuk menembak (fire at will) adalah terhadap target yang melibatkan kendaraan udara tak berawak musuh”.

    “Unit pertahanan udara, baik di bawah naungan Korps Garda Revolusi Iran atau lainnya, telah ditempatkan pada tingkat siaga tertinggi untuk menghadapi gangguan apa pun dari pesawat asing,” kata laporan itu.

    Presiden AS, Donald Trump telah berulang kali memperingatkan tentang serangan terhadap Iran atas tuduhan bahwa negara Persia itu sedang berupaya mengembangkan senjata nuklir.
     
    Trump, yang telah membuktikan dirinya sebagai pendukung setia Israel sejak menjabat, memperingatkan bahwa jika “Iran tidak menyetujui perundingan yang ditawarkan, negaranya akan melancarkan serangan udara yang belum pernah terlihat sebelumnya.”

    Ancaman terbaru Trump – yang lebih eksplisit dan keras daripada pernyataan sebelumnya – muncul setelah ia mengirim surat ke Iran, yang isinya belum diungkapkan, yang menawarkan negosiasi mengenai program nuklir negara itu.

    Adapun Iran, mereka mengklaim bahwa program nuklirnya tidak mengancam pihak mana pun karena program tersebut ditujukan untuk menghasilkan listrik dan bukan untuk mengembangkan senjata nuklir.

    PERTAHANAN UDARA IRAN – Sistem pertahanan udara Khordad 15 Iran. Sistem persenjataan ini berjenis artileri sedang (medium to long range) rudal darat ke udara dan diklaim punya daya jelajah 600 kilometer.. (DSA/Tangkap Layar)

    Iran Balas Ancam Bombardir Pangkalan Militer AS di Kawasan

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmail Baghaei dilaporkan mengatakan kalau “ancaman terbuka untuk mengebom Iran oleh kepala negara merupakan kontradiksi yang jelas terhadap prinsip-prinsip dasar perdamaian dan keamanan internasional.”

    “Ancaman-ancaman seperti itu merupakan pelanggaran serius terhadap Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan juga melanggar peraturan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Terorisme hanya akan mengundang lebih banyak terorisme, sementara perdamaian akan melahirkan perdamaian. Amerika harus membuat pilihan.”

    Sementara itu, Panglima Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Iran, Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, mengancam akan membombardir pangkalan militer AS di Timur Tengah yang menampung sekitar 50.000 tentaranya.

     “Orang yang tinggal di rumah kaca tidak boleh melempar batu ke orang lain. Amerika Serikat memiliki setidaknya 10 pangkalan militer dengan 50.000 personel di wilayah tersebut — yang berarti mereka sendiri tinggal di rumah kaca.”

    PESAWAT PENGEBOM – Manuver udara pesawat pengebom B-2 Spirit milik Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) dalam misi di kawasan Indo-Pasifik. Foto merupakan tangkapan layar dari situs militer DSA pada Kamis (27/3/2025). (DSA/Tangkap Layar)

    Dalam konteks eskalasi tersebut, selama beberapa hari terakhir, sejumlah besar pesawat pengebom  B-2 Spirit  dan pesawat tanker dilaporkan “berkumpul” di pulau Diego Garcia milik Inggris di Samudra Hindia, yang sering digunakan oleh militer AS untuk melancarkan serangan terhadap target di Timur Tengah.

    Citra satelit menunjukkan sedikitnya tujuh pesawat pengebom B-2 Spirit, tiga pesawat kargo C-17 dan 10 pesawat tanker Angkatan Udara AS telah dikirim ke pulau  Diego Garcia dalam 48 jam terakhir.

    Diego Garcia adalah pangkalan angkatan laut dan udara Inggris yang disewakan kepada Amerika Serikat, terletak di tengah Samudra Hindia.

    Tempat ini berfungsi sebagai pusat dukungan logistik penting bagi operasi militer Amerika Serikat di Asia Barat, Afrika Timur, dan  Asia Tenggara .

    Pangkalan militer  Amerika Serikat  di Diego Garcia memiliki landasan udara panjang, fasilitas peluncuran untuk pembom strategis (seperti B-52 dan B-2), pusat komunikasi global, dan pelabuhan untuk kapal perang dan kapal pendukung.

    Amerika Serikat juga mengambil tindakan untuk meningkatkan jumlah kapal induk yang ditempatkan di Timur Tengah menjadi dua, dengan mempertahankan satu kapal yang ada di kawasan tersebut dan mengirim kapal lain dari Indo-Pasifik, menurut pernyataan Pentagon.

    Kapal induk Carl Vinson akan bergabung dengan Harry S. Truman di Timur Tengah, “Untuk melanjutkan upaya menjaga stabilitas regional, mencegah tindakan agresif, dan melindungi kelancaran arus rute perdagangan di kawasan tersebut,” kata juru bicara Pentagon Sean Parnell dalam sebuah pernyataan.

    “Untuk melengkapi kehadiran maritim CENTCOM, Menteri Pertahanan juga telah mengarahkan pengerahan skuadron tambahan dan aset udara lainnya untuk lebih memperkuat kemampuan pertahanan dan dukungan udara kita di kawasan tersebut,” katanya.

    PESAWAT PENGEBOM – Pesawat pengebom B-2 Spirit milik Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) bersiap lepas landas dalam misi pengeboman yang dilaksanakan pada 2001 silam. Foto merupakan tangkapan layar dari situs militer DSA pada Kamis (27/3/2025). (DSA/Tangkap Layar)

    Diego Garcia dalam Jangkauan Rudal Iran

    Perkembangan terkini ini terjadi saat jet tempur AS semakin agresif menyerang  posisi Houthi  di Yaman, bersamaan dengan peringatan yang semakin lantang terhadap Iran atas dukungannya terhadap kelompok Houthi dan dugaan pengembangan senjata nuklirnya.

    Menanggapi laporan bahwa pesawat pengebom jarak jauh AS “berkumpul” di Diego Garcia, para pemimpin Iran memperingatkan bahwa mereka akan meluncurkan serangan rudal balistik dan pesawat tak berawak jarak jauh terhadap Diego Garcia, yang terletak di Kepulauan Chagos, jika Washington melancarkan tindakan militer terhadap negara Persia tersebut.
     
    Menurut media negara itu, Iran memiliki beberapa sistem persenjataan yang mampu menembaki pangkalan militer tersebut, yang terletak lebih dari 5.000 km dari negara Persia tersebut.

    “Iran memiliki persenjataan yang cukup untuk melancarkan serangan semacam itu (terhadap Diego Garcia) dari wilayahnya, termasuk versi terbaru rudal jarak menengah Khorramshahr dan pesawat tanpa awak bunuh diri Shahed-136B dengan jangkauan operasional 4.000 kilometer [2.485 mil],” media lokal Iran mengutip pernyataan pemimpinnya tersebut.

     

    (oln/dsa/*)

  • Komisi I Soroti Kekosongan Dubes RI di AS dan Sejumlah Negara, Singgung soal Penundaan Seleksi

    Komisi I Soroti Kekosongan Dubes RI di AS dan Sejumlah Negara, Singgung soal Penundaan Seleksi

    Komisi I Soroti Kekosongan Dubes RI di AS dan Sejumlah Negara, Singgung soal Penundaan Seleksi
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Komisi I DPR RI menyoroti kekosongan posisi Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Amerika Serikat dan sejumlah negara besar lainnya.
    Kondisi ini dinilai berpotensi mengganggu
    hubungan diplomatik
    Indonesia dengan negara-negara mitra strategis.
    Anggota Komisi I DPR RI
    TB Hasanuddin
    mengatakan, kekosongan tersebut terjadi akibat penundaan proses seleksi calon Dubes pada akhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
    “Waktu itu sebetulnya sudah siap akan dilaksanakan uji kelayakan untuk 11 calon
    Dubes RI
    termasuk untuk Amerika, Jerman, Mesir, dan 8 negara lainnya. Namun, waktu itu ada petunjuk dari istana bahwa ditunda dulu,” ujar TB Hasanuddin, kepada Kompas.com, Minggu (6/4/2025).
    Dia mengungkapkan, Komisi I DPR periode 2019-2024 sebenarnya telah menerima 11 nama calon Dubes dan siap melaksanakan uji kelayakan dan kepatutan atau
    fit and proper test
    .
    Namun, tahapan tersebut urung dilaksanakan karena adanya permintaan penundaan dari pihak pemerintah.
    Hal ini diduga berkaitan dengan adanya masa transisi pemerintahan dari Jokowi ke Presiden Prabowo Subianto.
    “Mungkin ada pembicaraan antara Presiden yang lama dan Presiden yang baru. Pembicaraannya seperti apa sampai kemudian di-
    cancel
    , saya tidak tahu lah, ya,” kata politikus PDI-P tersebut.
    Meski demikian, kata TB Hasanuddin, jajaran Komisi I tetap mempertanyakan alasan di balik penundaan tersebut.
    Sebab, 11 nama yang diajukan tersebut tentunya sudah melalui pertimbangan pemerintah.
    “Kan sudah ada 11 calon Dubes saat itu, tentu kan sudah melalui pertimbangan. Kok ditunda? Bahkan sampai saat ini,” ucap TB Hasanuddin.
    Di samping itu, hingga kini belum ada kejelasan dari pemerintah terkait kelanjutan proses seleksi terhadap 11 calon Dubes tersebut.
    “Ya kami tidak melaksanakan
    fit and proper test
    kalau tidak ada amanat dari Presiden, baik Presiden lama maupun Presiden baru. Nah, akhirnya sampai sekarang itu Dubes kita ya tidak ada,” tutur TB Hasanuddin.
    TB Hasanuddin berpandangan, kekosongan posisi Dubes dapat menghambat komunikasi antarpemerintah yang seharusnya dijembatani oleh perwakilan resmi di negara mitra.
    “Apa yang berpengaruh? Amerika sebagai negara besar yang memiliki hubungan politik yang cukup strategis, ya kan? Sehingga akan berpengaruh terhadap hubungan politik kita, itu yang pertama,” tuturnya.
    Dia mencontohkan, absennya Dubes di Washington DC membuat Indonesia harus mengirim delegasi untuk menegosiasikan kebijakan tarif impor baru yang diumumkan Presiden AS Donald Trump.
    “Ya, termasuk juga pada urusan-urusan ekonomi seperti sekarang ini kejadian, kan? Ya, begitu. Dan ini tidak bagus menurut hemat saya,” kata TB Hasanuddin.
    Dia juga mengkhawatirkan adanya persepsi negatif dari negara-negara besar terhadap Indonesia akibat kekosongan tersebut.
    “Tidak bagus ya sebagai sebuah, katakanlah seperti kurang memperhatikan sikap kita terhadap Amerika sebagai negara besar. Ya, kurang respect kalau tidak hemat saya. Dan akibatnya sekarang kita jadi repot, kan?” pungkas dia.
    Diketahui, posisi Dubes RI untuk Amerika Serikat sudah kosong sejak 17 Juli 2023.
    Jabatan itu terakhir diisi oleh Rosan Roeslani yang ditunjuk menjadi Wakil Menteri BUMN oleh Presiden Jokowi.
    Hingga kini, baik Presiden Jokowi maupun Presiden Prabowo Subianto yang dilantik pada 20 Oktober 2024, belum menunjuk pengganti Rosan untuk menempati posisi tersebut di Washington DC.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mau Bom Iran, AS Kirim Sistem Rudal THAAD Kedua ke Israel – Halaman all

    Mau Bom Iran, AS Kirim Sistem Rudal THAAD Kedua ke Israel – Halaman all

    Mau Bom Iran, AS Kirim Sistem Rudal THAAD Kedua ke Israel

    TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat dilaporkan telah mentransfer sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) keduanya ke Israel, pada saat ketegangan dengan Iran meningkat.

    Saluran televisi Arab Saudi Al-Hadath melaporkan kalau transfer sistem pertahanan udara THAAD diyakini telah terjadi Sabtu (5/4/2025) kemarin.

    Situs web pelacakan penerbangan menunjukkan pesawat angkut terbesar Angkatan Udara AS C-5M Super Galaxy, yang saat ini beroperasi, telah mendarat di Pangkalan Udara Nevatim di Israel selatan dan tetap di sana selama sekitar delapan jam sebelum lepas landas lagi.
      
    Diketahui, Sistem pertahanan rudal THAAD pertama dikirim ke Israel tahun lalu dan diperkirakan 100 personel militer AS telah ditempatkan di negara itu untuk mengoperasikan sistem tersebut, yang dianggap sebagai pelengkap sistem pertahanan udara Patriot.

    THAAD adalah sistem antirudal yang canggih dan berteknologi tinggi.

    Sistem THAAD yang dikerahkan di Israel telah digunakan untuk mencegat serangan rudal yang diluncurkan oleh kelompok bersenjata Houthi dari Yaman, termasuk dalam beberapa insiden baru-baru ini.

    TRANSFER KE ISRAEL – Sistem pertahanan rudal THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) saat dipindahkan menggunakan pesawat. THAAD adalah sistem pertahanan rudal berteknologi tinggi yang dirancang untuk mencegat dan menghancurkan rudal balistik jarak pendek hingga menengah selama fase terminal penerbangannya, yaitu saat rudal mendekati sasarannya. AS dilaporkan kembali mengirim sistem pertahanan ini ke Israel di tengah meningkatnya ketegangan dengan Iran.

    Trump Ancam Bom Iran

    Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat serta Israel telah meningkat, dengan Presiden AS Donald Trump minggu lalu mengancam Iran dengan “pemboman yang belum pernah terlihat sebelumnya” dan sanksi tambahan jika Teheran gagal mencapai kesepakatan dengan Washington mengenai program nuklirnya.

    Sistem THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) adalah sistem pertahanan rudal berteknologi tinggi yang dirancang untuk mencegat dan menghancurkan rudal balistik jarak pendek hingga menengah selama fase terminal penerbangannya, yaitu saat rudal mendekati sasarannya.

    Sistem ini beroperasi menggunakan konsep “serang untuk membunuh”, yang berarti menghancurkan target dengan dampak langsung menggunakan energi kinetik, tanpa memerlukan hulu ledak peledak.

    TRANSFER KE ISRAEL – Sistem pertahanan rudal THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) saat dipindahkan menggunakan pesawat. THAAD adalah sistem pertahanan rudal berteknologi tinggi yang dirancang untuk mencegat dan menghancurkan rudal balistik jarak pendek hingga menengah selama fase terminal penerbangannya, yaitu saat rudal mendekati sasarannya. AS dilaporkan kembali mengirim sistem pertahanan ini ke Israel di tengah meningkatnya ketegangan dengan Iran. (DSA/Tangkap Layar)

    Profil THAAD

    THAAD mampu mencegat target pada ketinggian antara 40 dan 150 kilometer di luar atmosfer, memberikan keuntungan strategis dalam mencegah ancaman rudal dibandingkan dengan sistem pertahanan lain yang beroperasi pada ketinggian lebih rendah.

    Setiap unit THAAD terdiri dari beberapa elemen utama termasuk peluncur bergerak, radar deteksi AN/TPY-2 berkekuatan tinggi, unit pengendalian tembakan, dan kendaraan pendukung logistik.

    Radar AN/TPY-2 yang digunakan dalam sistem ini mampu mendeteksi dan melacak rudal sejauh lebih dari 1.000 kilometer, menjadikannya salah satu radar pertahanan balistik tercanggih di dunia.

    Sistem ini dirancang untuk beroperasi secara mandiri atau terintegrasi dengan sistem pertahanan lain seperti Aegis BMD, sistem Patriot PAC-3, dan jaringan pertahanan rudal terpadu Amerika Serikat dan sekutunya.

    THAAD dikembangkan oleh perusahaan pertahanan AS, Lockheed Martin, dan saat ini beroperasi di Angkatan Darat AS.

    Keuntungan utama THAAD adalah kemampuannya untuk memberikan perlindungan luas bagi wilayah strategis dari serangan rudal balistik, sehingga meningkatkan kemampuan pertahanan udara suatu negara baik di tingkat strategis maupun operasional.

    RUDAL JARAK JAUH – Sistem pertahanan udara jarak jauh Iran, Zolfaghar. Iran dilaporkan menempatkan sistem peluncur rudal di tiga pulau yang disengketakan Uni Emirat Arab di Teluk Hormuz, kawasan Teluk. (DSA/Tangkap Layar)

    Iran Siap Membalas

    Seperti diketahui, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan mengebom Iran jika negara tersebut tidak menyetujui kesepakatan nuklir.

    Ancaman ini disampaikan dalam wawancara dengan NBC News pada Minggu, 30 Maret 2025.

    Menanggapi ancaman tersebut, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memberikan pernyataan tegas pada Senin, 31 Maret 2025.

    Dalam pidato yang disiarkan televisi, Khamenei memperingatkan bahwa Iran akan memberikan balasan keras jika AS melakukan serangan.

    “Jika mereka melakukan kejahatan, mereka pasti akan menerima balasan yang keras,” tegas Khamenei.

    Ia juga menambahkan bahwa seluruh warga Iran akan turun tangan jika terjadi serangan.

    Penolakan Negosiasi Langsung

    Iran juga menolak untuk mengadakan pembicaraan langsung dengan AS.

    Hal ini disampaikan oleh Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, yang mengonfirmasi bahwa tanggapan terhadap surat Trump telah disampaikan melalui kontak di Oman. “Negosiasi langsung telah ditolak, tetapi pembicaraan tidak langsung masih dapat dilanjutkan,” jelas Pezeshkian.

    Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, menegaskan bahwa perundingan langsung hanyalah taktik AS untuk mendiskusikan kesepakatan nuklir.

    “Dalam situasi di mana ada tekanan maksimum, tidak seorang pun yang waras akan melakukan perundingan langsung,” katanya.

    Sebelumnya, pada tahun 2015, Iran mencapai kesepakatan dengan kekuatan dunia, termasuk AS, untuk mengekang program nuklirnya.

    Namun, pada tahun 2018, Trump secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut dan menjatuhkan sanksi terhadap Iran.

    Menurut pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa, Iran telah mempercepat produksi uraniumnya mendekati tingkat senjata.

    Dengan situasi yang semakin tegang, baik AS maupun Iran tampaknya tetap pada posisi masing-masing, dengan ancaman dan penolakan negosiasi yang semakin memperburuk hubungan antara kedua negara.

    (oln/dsa/*)

  • Duel dengan AS, Bisakah Iran Pukul Balik?

    Duel dengan AS, Bisakah Iran Pukul Balik?

    Jakarta

    Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat terus meningkat. Pada hari Senin (31/3), Iran mengajukan keluhan kepada Dewan Keamanan PBB mengenai pernyataan “tanpa pertimbangan dan agresif” dari Presiden AS Donald Trump, yang dianggapnya sebagai “pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional.”

    Trump sehari sebelumnya mengancam Iran dengan serangan bom. Jika Teheran tidak menyetujui kesepakatan baru untuk membatasi program nuklirnya, “akan ada pemboman”. “Pemboman yang belum pernah mereka saksikan sebelumnya,” ancam Trump lewat saluran media NBC AS.

    Mendengar ancaman itu, Teheran panas. Pemimpin spiritual dan politik Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memperingatkan bahwa jika AS menyerang, akan ada respons yang tegas. Jika ancaman Washington menjadi kenyataan, “pasti akan ada serangan balasan yang hebat.”

    Skenario perang yang penuh ledakan

    Selama 18 bulan terakhir sejak meletusnya perang regional di Timur Tengah, strategi gertakan Iran tampaknya kehilangan kredibilitas, ujar ahli pengendalian senjata dan kepala penelitian di Geneva Graduate Institute, Swiss Dr. Farzan Sabet. Namun demikian, Teheran masih memiliki kekuatan militer yang signifikan, ujar Sabet dalam wawancara dengan DW.

    Dengan roket, drone, dan operasi tidak teratur dalam kerangka “Sumbu Perlawanan”, Iran bisa menyebabkan kehancuran besar jauh di luar perbatasannya.

    Salah satu kemungkinan sasaran serangan semacam itu bisa saja adalah pangkalan militer Amerika di luar Amerika Serikat (AS).

    Komandan Angkatan Udara dan Antariksa Pasukan Pengawal Revolusi Islam, Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh juga mengatakan pada hari Senin (31/3): “Amerika Serikat memiliki setidaknya sepuluh pangkalan di sekitar Iran dengan lebih dari 50.000 tentara. Jadi, mereka berada dalam rumah kaca.”

    Diego Garcia adalah satu-satunya wilayah Inggris yang tersisa di Samudra Hindia. Tidak ada bedanya apakah pasukan Inggris atau Amerika yang terkena dampaknya. Faktor yang menentukan adalah, apakah pangkalan militer itu akan digunakan untuk operasi militer terhadap Iran.

    “Kami akan terpaksa mengembangkan senjata nuklir”

    Iran, jika terjadi serangan, “tidak akan memiliki pilihan lain” selain mengembangkan senjata nuklir, papar penasihat Ayatollah Khamenei, Ali Larijani, pada Senin (31/03) malam di televisi negara. Larijani kembali menegaskan kesiapan Iran untuk eskalasi lebih lanjut secara terbuka.

    “Kami tidak mengejar senjata nuklir. Tetapi jika kalian membuat kesalahan dalam masalah nuklir Iran, kalian akan memaksa Iran untuk melakukannya, karena negara ini harus membela diri,” ujar Larijani.

    Ia menambahkan: “Apapun perhitungan kalian, itu tidak ada dalam kepentingan kalian. Dan kami mengatakan bahwa alih-alih memerangi Iran, Amerika harus menemukan jalan lain dan mengubah perilakunya untuk selamanya.”

    Pemerintah AS dan negara-negara Barat lainnya serta Israel berusaha mencegah Republik Islam Iran, yang dipimpin oleh ulama Syiah, mengembangkan senjata nuklirnya.

    Pada masa jabatan pertamanya, Presiden AS Donald Trump pada 2018 secara sepihak menarik diri dari “Perjanjian Nuklir Wina” yang bertujuan membatasi program nuklir Iran dan secara bertahap menghapus sanksi sebagai imbalannya. Akibatnya, Teheran juga tidak lagi mematuhi ketentuan perjanjian tersebut.

    Secara resmi, Iran tetap menegaskan bahwa penelitian nuklirnya hanya untuk tujuan damai. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, pernyataan yang kontradiktif dari pejabat-pejabat Iran muncul.

    Sementara beberapa orang menyerukan penyesuaian kebijakan nuklir, yang lain secara terbuka mengisyaratkan kemungkinan pengembangan senjata nuklir.

    Semua sanksi terhadap Teheran dapat diberlakukan kembali

    “Dalam konflik militer dengan Iran, AS pasti akan menang,” ucap Farzan Sabet.

    “Namun, kemenangan semacam itu akan memerlukan tindakan militer yang luas dan berkepanjangan, dengan kerugian besar bagi AS dan kemungkinan serangan terhadap sekutu-sekutu AS serta aset strategis mereka. Dengan demikian, perang ini akan sangat mempengaruhi perekonomian dunia. Saya rasa Presiden Trump tidak menginginkan konflik semacam itu. Ia kemungkinan besar akan terlebih dahulu memilih semua opsi lain seperti sanksi baru di Dewan Keamanan PBB sebelum memicu konflik bersenjata yang lebih serius,” paparnya lebih lanjut.

    Meski retorika tajam terdengar di ruang publik, tampaknya ada pergerakan diplomatik di balik layar. Presiden AS Trump telah menulis surat kepada Khamenei pada awal Maret, yang menandakan kesiapan untuk negosiasi.

    Pimpinan Iran mengonfirmasi pada 27 Maret bahwa mereka telah merespons surat tersebut. Meskipun mereka tetap menolak percakapan langsung dengan Washington. Presiden Massud Peseschkian mengungkapkan kesiapan untuk negosiasi tidak langsung. Namun, percakapan semacam itu akan memakan waktu, rumit, dan melelahkan.

    Waktu untuk deeskalasi tidak banyak tersisa bagi Iran. Hingga Oktober 2025, setiap penandatangan Perjanjian Nuklir dengan Iran dapat mengaktifkan klausul snapback dan secara otomatis memberlakukan kembali semua sanksi terhadap Teheran.

    Klausul snapback merujuk pada sebuah ketentuan dalam suatu perjanjian internasional yang memungkinkan pihak-pihak yang terlibat untuk secara otomatis mengembalikan kondisi atau sanksi yang berlaku sebelumnya jika salah satu pihak melanggar perjanjian tersebut.

    *Diadaptasi dari artikel berbahasa Jerman

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Iran Tolak Negosiasi Langsung dengan AS Soal Program Nuklir

    Iran Tolak Negosiasi Langsung dengan AS Soal Program Nuklir

    Jakarta

    Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menolak negosiasi langsung dengan Amerika Serikat dan menyebutnya sebagai “tidak berarti”. Hal ini disampaikan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan ia lebih suka pembicaraan langsung dengan republik Islam tersebut.

    Bulan lalu, Trump meminta Teheran untuk mengadakan negosiasi mengenai program nuklirnya dengan Washington, tetapi mengancam akan mengebom Iran jika diplomasi gagal.

    Pada hari Kamis lalu, presiden AS tersebut mengatakan ia lebih suka mengadakan “pembicaraan langsung” dengan Iran.

    “Saya pikir itu berjalan lebih cepat dan Anda memahami pihak lain jauh lebih baik daripada jika Anda menggunakan perantara,” katanya.

    Namun pada hari Minggu (6/4), Araghchi mengatakan “negosiasi langsung tidak akan berarti apa-apa dengan pihak yang terus-menerus mengancam akan menggunakan kekerasan yang melanggar Piagam PBB dan yang menyatakan posisi yang bertentangan dari berbagai pejabatnya”.

    “Kami tetap berkomitmen pada diplomasi dan siap untuk mencoba jalur negosiasi tidak langsung,” tambahnya, menurut pernyataan kementerian luar negeri Iran.

    Sebelumnya pada hari Sabtu lalu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan negaranya bersedia untuk terlibat dalam dialog dengan AS “dengan kedudukan yang setara”.

    Ia juga mempertanyakan ketulusan Washington dalam menyerukan negosiasi, dengan mengatakan “jika Anda menginginkan negosiasi, lalu apa gunanya mengancam?”

    Diketahui bahwa negara-negara Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, selama beberapa dekade menuduh Teheran berusaha memperoleh senjata nuklir.

    Iran menolak tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa aktivitas nuklirnya semata-mata ditujukan untuk tujuan sipil.

    Pada hari Sabtu, Hossein Salami, kepala Korps Garda Revolusi Islam, mengatakan negaranya “siap” untuk perang.

    “Kami sama sekali tidak khawatir tentang perang. Kami tidak akan menjadi pemrakarsa perang, tetapi kami siap untuk perang apa pun,” demikian kantor berita resmi Iran, IRNA melaporkan pernyataannya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini