kab/kota: Washington

  • Trump Tawarkan Damai ke Xi Jinping usai Ancam Tarif 245 Persen, Akankah Perang Dagang Berakhir? – Halaman all

    Trump Tawarkan Damai ke Xi Jinping usai Ancam Tarif 245 Persen, Akankah Perang Dagang Berakhir? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengisyaratkan kemungkinan ujung dari perang dagang antara AS dan Tiongkok.

    Ia berharap dapat mencapai kesepakatan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam tiga hingga empat minggu ke depan.

    “Saya percaya akan memiliki kesepakatan dengan Tiongkok,” kata Trump saat penandatanganan perintah eksekutif bersama Menteri Perdagangan Howard Lutnick di Gedung Putih, dikutip dari Investing.com, Sabtu (19/4/2025).

    “Saya pikir kami memiliki banyak waktu,” lanjutnya.

    Trump tidak menyebut apakah Xi Jinping juga telah mengambil langkah serupa untuk mengakhiri perang tarif.

    Pernyataan ini menjadi sinyal pertama adanya potensi kesepakatan sejak Trump mengenakan tarif tinggi terhadap barang impor dari Tiongkok.

    Menurut Nick Vyas dari USC Marshall, perang dagang ini adalah “permainan siapa yang akan berkedip lebih dulu” antara dua kekuatan ekonomi dunia.

    “Tiongkok merasa memiliki semua kartu untuk terus bertahan,” ungkap Vyas.

    “Sementara Trump merasa memiliki kekuatan karena Amerika lebih banyak mengimpor dari Tiongkok dibanding sebaliknya,” ujarnya.

    Strategi Trump atau Ancaman Global?

    Perang dagang memanas setelah Gedung Putih mengumumkan potensi tarif impor hingga 245 persen untuk barang-barang dari Tiongkok.

    Lembar fakta yang dirilis Gedung Putih pada Selasa (15/4/2025) menyebutkan angka tersebut sebagai kombinasi dari tarif sebelumnya dan yang baru, termasuk tarif timbal balik, tarif fentanil, dan tarif berdasarkan Pasal 301.

    Gedung Putih mengatakan tarif maksimum itu ditujukan untuk produk-produk tertentu, seperti kendaraan listrik, yang sejak era Biden sudah terkena tarif 100 persen.

    Dikutip dari Newsweek, strategi ini bertujuan mengurangi ketergantungan AS terhadap impor dari Tiongkok dan mendorong pertumbuhan industri dalam negeri.

    Kebijakan ini meningkatkan biaya produksi di AS, mengganggu rantai pasokan global, dan mendorong konsumen menghadapi harga lebih tinggi.

    Perang Tarif dan Ancaman Resesi Global

    Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memperkirakan volume perdagangan global tahun 2025 akan turun 0,2 persen, atau hampir tiga poin lebih rendah dari skenario tarif rendah.

    Jika eskalasi berlanjut, WTO memperingatkan penurunan perdagangan barang global hingga 1,5 persen dan kerugian besar bagi negara-negara berkembang.

    Kantor PBB untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) juga menurunkan proyeksi pertumbuhan global dari 2,5 persen menjadi 2,3 persen—level yang sering dikaitkan dengan awal resesi global.

    Trump menyebut tarif ini merupakan respons atas pembatasan ekspor elemen tanah jarang dan mineral penting dari Tiongkok, seperti galium, germanium dan antimon.

    Menurut Times of India, Washington menganggap langkah Beijing sebagai ancaman terhadap industri strategis AS, termasuk pertahanan, kendaraan listrik, dan semikonduktor.

    Trump menandatangani perintah eksekutif yang mengarahkan investigasi apakah impor tanah jarang menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional.

    “Mineral-mineral penting ini adalah tulang punggung pertahanan dan ketahanan ekonomi AS,” kata Gedung Putih dalam pernyataannya.

    AS hanya memiliki satu tambang tanah jarang aktif, sementara Tiongkok menguasai 92 persen kapasitas pemrosesan global untuk material tersebut.

    Respons Tiongkok

    Menanggapi ancaman tarif dari Trump, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, menegaskan bahwa China akan terus melindungi hak dan kepentingannya.

    “China tidak mau berperang dan juga tidak takut berperang,” ujarnya seperti dikutip dari China Daily.

    Lin mengatakan AS-lah yang memulai perang dagang dan menyebut balasan dari China adalah langkah sah untuk mempertahankan keadilan internasional.

    Ia juga meminta AS untuk menghentikan tekanan ekstrem dan mulai berdialog berdasarkan prinsip kesetaraan dan saling menghormati.

    Pernyataan serupa juga disampaikan kepada wartawan oleh Lin, seperti dikutip RT, Kamis (17/4/2025).

    Ia memperingatkan bahwa Beijing tidak akan terintimidasi oleh ancaman AS.

    Sebagai balasan, China menaikkan tarif menjadi 145 persen untuk barang-barang AS dan menangguhkan pengiriman logam tanah jarang serta magnet yang digunakan dalam industri militer.

    Bloomberg melaporkan bahwa Beijing juga memerintahkan maskapai China untuk berhenti menerima pengiriman jet dan suku cadang Boeing.

    Trump Buka Ruang Negosiasi, tapi China Tetap Teguh

    Trump menyatakan tarif mungkin tidak akan dinaikkan lagi karena khawatir akan menurunkan daya beli konsumen.

    “Saya mungkin tidak ingin naik ke level terakhir. Bahkan mungkin ingin menurunkan tarif,” ujarnya, dikutip dari Reuters, Sabtu (19/4/2025).

    Trump juga menangguhkan tarif terhadap puluhan negara selama 90 hari dan membuka ruang negosiasi, termasuk dengan Indonesia.

    Beijing, meski telah membalas dengan tarif 145 persen, menyatakan tidak akan lagi bermain dalam “perang angka” dan menyiratkan bahwa tidak akan menaikkan tarif lebih tinggi lagi.

    Sementara kedua pihak menyatakan kesiapan untuk berdialog, belum ada tanda-tanda nyata bahwa kesepakatan sudah dekat.

    Trump enggan membeberkan isi negosiasi dan peran Xi Jinping dalam pembicaraan tersebut.

    Terkait isu TikTok, Trump mengatakan bahwa kesepakatan divestasi ByteDance akan ditunda sampai masalah perdagangan diselesaikan.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Pejabat AS Sambut Tawaran Negosiasi Tarif Trump dari Airlangga Cs

    Pejabat AS Sambut Tawaran Negosiasi Tarif Trump dari Airlangga Cs

    Bisnis.com, JAKARTA — Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat atau USTR merespons positif sejumlah tawaran kerja sama dari Indonesia, yang merupakan bagian dari negosiasi tarif resiprokal yang diterapkan Presiden AS Donald Trump.

    Para pejabat USTR sendiri menerima kunjungan resmi delegasi Indonesia di Washington DC, AS pada Kamis (17/04/2025) waktu setempat. Delegasi Indonesia yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto diterima langsung oleh pejabat USTR Duta Besar Jamieson Greer.

    Dalam pertemuan tersebut, Airlangga menyampaikan tawaran dan permintaan dari Indonesia untuk merespon kebijakan tarif perdagangan AS.

    Indonesia mengajukan penyimbangan defisit perdagangan dengan AS. Oleh sebab itu, Airlangga menyampaikan niat RI untuk meningkatkan impor dan pembelian barang dari AS melalui pembelian produk energi (migas) hingga pertanian (kedelai, gandum, dll).

    Selain itu, Indonesia juga menawarkan optimalkan kerja sama di bidang critical minerals dan mendorong investasi strategis dengan skema business to business (B to B). 

    Di sisi lain, Airlangga meminta agar Indonesia mendapatkan penurunan tarif ekspor ke AS, khususnya terhadap ekspor Top-20 produk utama Indonesia. Apalagi, selama ini tarif impor Indonesia lebih tinggi dari beberapa negara kompetitor atau produsen barang sejenis.

    Greer mengapresiasi penawaran dan permintaan yang disampaikan Indonesia. Dia sepakat agar ada pembahasan teknis lebih lanjut antara Tim Teknis Indonesia dengan pihak USTR.

    “Kami sangat mengapresiasi langkah yang ditawarkan Indonesia. Saat ini AS, tengah berfokus pada perluasan pasar dan penguatan ekonomi dalam negeri, dan kami melihat peluang yang besar untuk bekerja sama dengan Indonesia,” ujar Greer, dikutip dari siaran pers Kemenko Perekonomian pada Sabtu (19/4/2025).

    Dia pun menugaskan Assistant USTR for Southeast Asia and the Pacific Sarah Ellerman untuk mengkoordinasikan pembahasan teknis dengan Indonesia. Ellerman pun langsung mengundang tim teknis Indonesia untuk langsung membahas mengenai format, mekanisme dan jadwal negosiasi.

    Kedua pihak menyepakati segera membahas secara intensif dan menargetkan untuk dapat menyelesaikan negosiasi dan pembahasan kerja sama bilateral Indonesia dengan AS ini dalam waktu 60 hari ke depan.

    Sementara itu, Airlangga menekankan bahwa Indonesia mendorong kerja sama yang saling menguntungkan antara Indonesia dengan AS, yang merupakan dua di antara tiga negara demokratis terbesar dunia.

    “Khususnya kerja sama untuk mewujudkan perdagangan yang adil dan berimbang,” ucap Airlangga pada kesempatan yang sama.

  • Akankah Amerika Serikat Benar-benar Angkat Kaki dari Suriah? – Halaman all

    Akankah Amerika Serikat Benar-benar Angkat Kaki dari Suriah? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Amerika Serikat mulai menarik ratusan tentaranya dari Suriah.

    Langkah ini disebut Pentagon sebagai bentuk “konsolidasi pasukan” yang mencerminkan perubahan situasi keamanan di wilayah tersebut.

    “Dengan mengakui keberhasilan AS dalam melawan ISIS, termasuk kekalahan teritorialnya pada 2019 di bawah Presiden Donald Trump, hari ini Menteri Pertahanan mengarahkan konsolidasi pasukan AS di Suriah ke lokasi-lokasi tertentu,” kata Juru bicara Pentagon, Sean Parnell, dalam pernyataan yang dikutip The New York Times, Jumat (12/4).

    Parnell menjelaskan, proses ini akan dilakukan secara bertahap dan berbasis kondisi.

    Dalam beberapa bulan ke depan, jumlah pasukan AS di Suriah akan dikurangi menjadi kurang dari 1.000 orang.

    Keputusan ini mengingatkan pada upaya penarikan total pasukan oleh Trump pada 2018.

    Saat itu mendapat upaya tentangan dari petinggi militer dan menyebabkan pengunduran diri Menteri Pertahanan Jim Mattis.

    Seperti diketahui, Trump kembali menegaskan sikapnya setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad pada Desember lalu.

    “Suriah memang kacau, tetapi bukan teman kita. AMERIKA SERIKAT TIDAK BOLEH BERGABUNG DENGANNYA. INI BUKAN PERJUANGAN KITA,” tulis Trump di platform Truth Social saat kembali menjabat sebagai presiden terpilih.

    Tiga Pangkalan AS di Suriah Ditutup

    The New York Times melaporkan bahwa AS akan menutup tiga dari delapan pos militernya di timur laut Suriah.

    Sekitar 600 personel akan ditarik dari Mission Support Site Green Village, MSS Euphrates, dan satu fasilitas kecil lainnya.

    Menariknya, pada Desember 2024, pemerintahan Biden justru menambah jumlah pasukan di Suriah menjadi sekitar 2.000 orang.

    Peningkatan itu ditujukan untuk menghadapi ancaman dari ISIS dan milisi pro-Iran yang semakin aktif.

    Kembali ke Format Lama: 900 Tentara

    Kini, pengurangan pasukan akan membawa jumlahnya kembali ke kisaran 900—angka yang dipertahankan sejak ISIS dinyatakan kalah pada 2019.

    Pasukan ini tetap ditugaskan untuk memburu sisa-sisa ISIS, menahan kelompok pro-Iran, dan mencegah Turki menyerang Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pimpinan Kurdi.

    Meski Pentagon meyakinkan bahwa konsolidasi ini tetap memungkinkan AS menekan ISIS dan merespons ancaman teroris lainnya, situasi di lapangan menunjukkan peningkatan aktivitas militan.

    Aktivitas ISIS Naik Dua Kali Lipat

    ISIS mengklaim 294 serangan di Suriah sepanjang 2024, naik drastis dari 121 serangan pada tahun sebelumnya, menurut data yang dikutip dari NYT.

    Sejak awal 2025, setidaknya 44 serangan telah terjadi, menurut laporan Institut Timur Tengah di Washington.

    Tekanan juga datang dari milisi pro-Iran.

    Pada Januari 2024, tiga tentara AS tewas dalam serangan drone di Yordania.

    Sejak 2014, AS memimpin koalisi internasional untuk melawan ISIS, mendukung pasukan lokal di Irak dan Suriah, termasuk SDF yang mayoritas Kurdi.

    Kemenangan atas ISIS diumumkan pada akhir 2017 di Irak dan pada Maret 2019 di Suriah, saat benteng terakhir kelompok itu direbut.

    Meski kekhalifahan ISIS runtuh, para jihadis masih aktif di pedesaan terpencil.

    AS secara berkala melancarkan operasi militer untuk menggagalkan kebangkitan kelompok tersebut.

    Setelah jatuhnya Assad, perhatian militer AS juga mulai beralih ke Yaman, di mana kelompok Houthi menyerang jalur pelayaran internasional sejak akhir 2023.

    AS membalas dengan serangan udara terhadap target yang dianggap terkait Iran.

    Irak juga Bersiap Akhiri Kehadiran AS

    Di sisi lain, Irak juga berupaya mengakhiri kehadiran koalisi pimpinan AS di wilayahnya.

    Washington dan Baghdad telah menyepakati bahwa misi militer AS di Irak akan berakhir pada akhir 2025, dan di wilayah Kurdistan pada September 2026.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • 80 Orang Tewas Digempur AS di Yaman, Iran-Hamas Mengecam!

    80 Orang Tewas Digempur AS di Yaman, Iran-Hamas Mengecam!

    Sanaa

    Iran mengecam keras serangan udara Amerika Serikat (AS) yang menewaskan sedikitnya 80 orang di wilayah Yaman, yang sebagian besar dikuasai oleh kelompok Houthi. Kecaman juga disampaikan oleh kelompok Hamas yang merupakan sekutu Houthi.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeili Baqaei, seperti dilansir AFP, Sabtu (19/4/2025), menyebut rentetan serangan mematikan AS di wilayah Yaman itu sebagai “serangan biadab”. Gempuran militer Washington itu menghantam area Ras Issa, yang merupakan pelabuhan bahan bakar di Yaman.

    “Mengecam keras serangan udara biadab AS terhadap pelabuhan Ras Issa di Yaman,” tegas Baqaei dalam pernyataannya.

    Lebih lanjut, Baqaei menggambarkan serangan udara AS itu sebagai “contoh kejahatan agresif dan pelanggaran terang-terangan terhadap prinsip-prinsip dasar Piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)”.

    Kecaman juga dilontarkan oleh Hamas yang menguasai Jalur Gaza dan sedang berperang melawan Israel, sekutu dekat AS. Hamas menyebut rentetan serangan AS sebagai pelanggaran kedaulatan Yaman.

    “Agresi secara terang-terangan ini merupakan pelanggaran berat terhadap kedaulatan Yaman, merupakan kejahatan perang sepenuhnya, dan menegaskan kembali berlanjutnya kebijakan Amerika yang bermusuhan dan menargetkan orang-orang bebas yang menolak hegemoni Zionis dan Amerika di wilayah tersebut,” kata Hamas dalam pernyataannya.

    Militer AS, dalam pernyataannya pada Kamis (17/4), mengklaim serangannya terhadap area Ras Issa di Yaman bertujuan untuk memutuskan pasokan dan pendanaan bagi Houthi yang menguasai sebagian besar wilayah negara tersebut.

    Houthi mengumumkan pada Jumat (18/4) bahwa sedikitnya 80 orang tewas dan 150 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan udara AS itu — serangan paling mematikan selama 15 bulan terakhir Washington melancarkan operasi militer terhadap kelompok yang didukung Iran tersebut.

    Sebagai respons atas serangan tersebut, Houthi melancarkan serangan balasan terhadap dua kapal induk AS dan terhadap wilayah Israel, tepatnya terhadap lokasi militer di dekat bandara utama Tel Aviv.

    Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, dalam pernyataannya seperti dilansir Anadolu Agency, mengatakan bahwa Angkatan Udara Israel “berhasil mencegat rudal tersebut”. Militer Israel menyebut sirene peringatan serangan udara meraung-raung di beberapa wilayah, namun tidak ada korban jiwa.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Angkat Kaki dari Perundingan Rusia-Ukraina, Muak Negosiasi Damai Tak Temukan Titik Terang – Halaman all

    Trump Angkat Kaki dari Perundingan Rusia-Ukraina, Muak Negosiasi Damai Tak Temukan Titik Terang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan, Washington akan menghentikan upaya mediasi perdamaian antara Rusia dan Ukraina.

    Dalam keterangan resmi yang dilansir The Guardian, Trump mengungkap rencana untuk menghentikan upaya mediasi perdamaian antara Rusia dan Ukraina jika tidak ada kemajuan nyata dalam waktu dekat.

    Adapun ancaman itu dilontarkan Trump dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio saat menggelar pertemuan pers di Gedung Putih pada Jumat (18/4/2025).

    Keduanya menyampaikan rasa frustasinya terhadap lambatnya proses negosiasi perdamaian Rusia-Ukraina.

    “Kami ingin ini selesai secepat mungkin,” tegas Trump.

    “Jika karena suatu alasan salah satu dari kedua pihak membuatnya sangat sulit, kami akan mengatakan Anda bodoh, Anda tolol, Anda orang-orang yang mengerikan,” imbuh Trump

    Sikap ini mencerminkan ketidakpuasan Trump terhadap kurangnya kemajuan dalam perundingan.

    Sebelumnya, ia telah menargetkan perayaan Paskah sebagai tenggat waktu untuk mencapai kesepakatan damai dan telah menunjuk utusannya, Steve Witkoff, untuk memimpin negosiasi.

    Namun, ketegangan meningkat setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menolak untuk berkomitmen pada pembicaraan atau mempertahankan konsesi kecil, seperti penghentian serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina. ​

    Trump juga menunjukkan ketidaksenangannya terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, bahkan menyalahkannya atas berlanjutnya perang.

    Menyusul komentar Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang menuduh utusan khusus Trump, Steve Witkoff, menyebarkan narasi pro-Rusia. 

    Alasan tersebut yang mendorong AS murka hingga mengancam untuk menarik diri dari proses perdamaian jika tidak ada kemajuan yang jelas.

    “Kita perlu mencari tahu di sini, sekarang, dalam hitungan hari, apakah ini dapat dilakukan dalam jangka pendek, karena jika tidak, maka saya pikir kita akan terus maju,” ujar Rubio.

    Progres Perundingan Rusia-Ukraina

    Sebagai informasi Rusia dan AS telah terlibat dalam negosiasi sejak Trump menjabat pada bulan Januari.

    Kedua negara telah mengadakan beberapa putaran pembicaraan tingkat tinggi, Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengklaim bahwa beberapa kemajuan telah dicapai namun mengakui bahwa komunikasi dengan Washington tetap sulit.

    Kendati demikian ia menegaskan Rusia tetap terbuka untuk berdialog selama kepentingannya terjamin.

    Rusia juga mendesak Ukraina agar pihaknya mencegah masuk kehadiran NATO dan menuntut agar Kiev mengakui perbatasan baru Rusia.

    Akan tetapi Ukraina menilai semua tuntutan ini seperti dipaksa menyerah, bukan berdamai.

    Bagi Ukraina, menyerahkan wilayah ke Rusia berarti mengkhianati rakyatnya dan melemahkan kedaulatannya.

    Karena kompleksitas konflik ini menyentuh banyak lapisan, alhasil perundingan damai rusia dan ukraina sulit tercapai.

    Resiko jika AS mundur dari Perundingan Rusia-Ukraina

    Meski rencana Trump mundur dari perundingan hanyalah sebuah gertakan belaka.

    Akan tetapi jika AS memutuskan untuk mundur, prospek kesepakatan damai diprediksi akan melemah drastis.

    Ini karena belum ada negara lain yang memiliki pengaruh sekuat Washington atas Moskow dan Kyiv.

    Imbasnya Rusia mungkin akan meningkatkan serangan militernya, merasa memiliki ruang lebih luas untuk bertindak.

    Sementara Ukraina yang sangat bergantung pada dukungan militer dan intelijen dari AS, akan kehilangan daya tahan dalam jangka panjang.

    Selain itu dampak lain jika AS mundur dari perundingan, akan membuat negara sekutu mempertanyakan komitmen jangka panjang Washington terhadap aliansinya.

    Ini bisa dimanfaatkan oleh Tiongkok dan Rusia untuk membangun pengaruh di berbagai kawasan dunia, terutama Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Asia Tenggara dalam Pusaran Perang Ekonomi China-AS

    Asia Tenggara dalam Pusaran Perang Ekonomi China-AS

    Beijing

    Presiden China Xi Jinping tiba di Kamboja pada Kamis (17/04) untuk menutup rangkaian lawatannya selama sepekan di Asia Tenggara, yang mencakup kunjungan sebelumnya ke Vietnam dan Malaysia.

    Meski lawatan ini telah dijadwalkan sejak beberapa bulan lalu, waktunya sangat menguntungkan bagi Beijing, mengingat sistem perdagangan internasional saat ini tengah kacau akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Pada tanggal 2 April lalu, Trump meluncurkan serangan tarifnya dengan memberlakukan bea masuk yang cukup tinggi, yang disebutnya “tarif resiprokal”, terhadap barang-barang yang masuk ke AS dari sebagian besar mitra dagangnya, termasuk tarif 49% untuk produk dari Kamboja, 46% dari Vietnam, dan antara 20% hingga 30% dari sebagian besar negara Asia Tenggara lainnya.

    Kekacauan tarif ini telah menghantam arus perdagangan dan investasi, serta pasar keuangan. Sebagian besar negara, termasuk di Asia Tenggara, kini memprediksi perlambatan ekonomi global yang signifikan.

    Beberapa lembaga bahkan telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk kawasan ini di tahun 2025.

    Tak lama setelah tarif Trump berlaku pada 9 April, presiden AS itu mengumumkan bahwa tarif-tarif baru itu akan ditangguhkan selama 90 hari, kecuali untuk China yang menghadapi tarif gabungan sebesar 145%, sembari AS menegosiasikan kesepakatan bilateral dengan tiap negara.

    Hegemoni China sebagai kekuatan yang bisa diandalkan

    Dalam pertemuan dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Komunis Vietnam To Lam pada Senin (14/04), Xi mengatakan bahwa kedua negara “telah memberikan stabilitas dan kepastian yang berharga bagi dunia” di tengah “dunia yang sedang bergejolak.”

    Zachary Abuza, profesor di National War College Washington, mengatakan kepada DW bahwa Xi ingin “mengetuk pintu yang terbuka.”

    “Xi menggambarkan China, yang memiliki perdagangan lebih dari $ 980 miliar (sekitar Rp 15.900 triliun) dengan Asia Tenggara, sebagai kekuatan stabilitas ekonomi dan multilateralisme,” kata Abuza.

    “Berbeda dengan Washington, Xi menampilkan Beijing sebagai pihak yang dapat diprediksi, kooperatif, dan berkomitmen pada perdagangan serta investasi yang saling menguntungkan.”

    Selama lebih dari satu dekade, AS dan negara-negara Barat lainnya telah mencoba memproyeksikan China sebagai “kekuatan revisionis,” negara yang menyalahgunakan hukum internasional, khususnya dalam agresi mereka terhadap klaim wilayah di Laut China Selatan (LCS) dan mengacaukan perdagangan global dengan membanjiri negara-negara miskin dengan barang murah.

    Namun, akibat kebijakan ekonomi Trump yang lebih mengutamakan AS, “Xi kini berusaha menampilkan China sebagai kekuatan status quo dan AS sebagai pengacau yang tak bisa diprediksi,” kata Hunter Marston, peneliti Asia Tenggara dari Australian National University, kepada DW.

    Penuh dengan simbolisme?

    Di Vietnam, Xi menyaksikan penandatanganan 45 perjanjian kerja sama baru antara kedua negara.

    Khac Giang Nguyen, peneliti di ISEAS Yusof Ishak Institute, mengatakan kepada DW bahwa hasil paling nyata dari kunjungan Xi ke Vietnam adalah kemajuan dalam proyek jalur kereta api yang telah lama dibahas, yang menghubungkan Vietnam utara dengan China selatan.

    Selama bertahun-tahun, Hanoi dan Beijing telah membicarakan peningkatan dua jalur kereta warisan kolonial Prancis yang berusia lebih dari satu abad itu, tetapi kini kedua pihak sepakat membangun dua jalur baru yang melintasi perbatasan mereka.

    Namun, di luar kesepakatan rel itu dan sesi foto bersama, menurut Khac, tidak banyak rincian substansial yang bisa disampaikan.

    “Bahasa yang sangat umum dan keterlambatan pernyataan publik menunjukkan bahwa Hanoi, dan mungkin juga pihak lain, menolak upaya Beijing untuk membentuk narasi,” tambahnya.

    “Jadi, ini adalah kunjungan yang sarat simbolisme, tapi tidak banyak hasil konkret seperti yang disiratkan dari banyaknya perjanjian yang ditandatangani.”

    Mempercepat perdagangan bebas dengan ASEAN

    Di Malaysia, Xi juga berbicara tentang pentingnya bersatu menghadapi “guncangan terhadap tatanan global dan globalisasi ekonomi saat ini.”

    Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim, yang memiliki hubungan kurang hangat dengan AS karena dukungan Washington terhadap Israel dalam Perang di Gaza, menyampaikan hal senada, memperingatkan tentang “kemunduran ke dalam tribalisme ekonomi.”

    Di Kuala Lumpur, Xi menandatangani sejumlah kesepakatan kerja sama dan menyerukan percepatan diskusi tentang perjanjian perdagangan bebas antara China dan blok ASEAN yang beranggotakan 10 negara itu. Xi mengatakan, ia ingin kesepakatan itu tercapai “secepat mungkin.”

    Tahun ini, Malaysia menjabat sebagai ketua ASEAN. “Kami berdiri bersama pemerintah China, demi kesejahteraan rakyat kami, kepentingan ekonomi nasional kami, serta pembangunan dan stabilitas negara kami secara keseluruhan,” kata PM Malaysia Anwar kepada media.

    “Sahabat Karib” dengan China

    Xi selanjutnya tiba di Kamboja, negara yang disebut sebagai “sahabat karibnya” China di kawasan ini dan berpotensi paling terdampak oleh tarif Trump.

    Hampir dua perlima dari ekspor Kamboja, yang sebagian besar berupa produk garmen, dibeli oleh AS, menurut data pemerintah Kamboja.

    Namun, China adalah salah satu mitra dagang terbesar Kamboja juga, dengan nilai perdagangan bilateral melampaui $ 15 miliar (sekitar Rp 243 triliun) pada 2024 dan mencakup hampir 30% dari total volume perdagangan negara tersebut. China juga menyumbang lebih dari separuh investasi di Kamboja.

    Xi dijadwalkan mengunjungi Pangkalan Angkatan Laut Ream, yang dibuka kembali bulan lalu setelah direnovasi selama bertahun-tahun oleh perusahaan China. Sejak 2018, AS menuduh Phnom Penh akan memberikan akses eksklusif kepada militer China di pangkalan tersebut, di mana tuduhan itu dibantah oleh Kamboja dan China.

    Kunjungan Xi ke Kamboja bertepatan dengan peringatan 50 tahun jatuhnya Phnom Penh, ketika Khmer Merah yang didukung China merebut ibu kota, memulai rezim mematikan selama empat tahun, yang menewaskan hampir 2 juta orang dalam genosida.

    Kunjungan Xi, membantu atau justru merugikan?

    Menanggapi kunjungan Xi ke Hanoi pada Senin (14/04), Trump secara terbuka menuduh China dan Vietnam berusaha “mencari cara untuk menjebak AS.”

    Masih belum jelas apakah kunjungan Xi ini akan membantu atau justru menyulitkan ketiga negara Asia Tenggara itu dalam upaya mereka menegosiasikan tarif dengan AS.

    Kamboja telah bertekad untuk secara signifikan mengurangi tarif atas sebagian besar impor dari AS, sementara Vietnam berencana akan menghapus seluruh bea masuk untuk produk AS dan secara drastis meningkatkan pembelian barang-barang dari AS.

    Di satu sisi, komitmen untuk mempererat kerja sama perdagangan antara negara-negara Asia Tenggara dan China itu juga kemungkinan akan mengusik para penasihat Trump, terutama penasihat perdagangan AS Peter Navarro, yang sangat khawatir terhadap praktik “transshipment”. yang merujuk pada barang-barang ekspor China ke AS melalui negara Asia Tenggara, sehingga China dapat menghindari tarif AS.

    Baru-baru ini, Navarro menuduh Vietnam sebagai “koloni dari komunis China” karena bertindak sebagai titik transshipment bagi barang-barang asal China.

    “Trump suka menyimpan dendam, jadi saya rasa sambutan hangat terhadap Xi di seluruh Asia Tenggara tidak akan luput dari perhatian di Washington selama sisa 80 hari masa penangguhan tarif ini,” kata Abuza.

    Di sisi lain, Virak Ou, presiden Future Forum, lembaga kajian terkemuka di Kamboja, mengatakan kepada DW bahwa Trump mungkin akan memandang sambutan hangat bagi Xi di Asia Tenggara ini sebagai alasan bagi AS untuk “menyeimbangkan ulang, mundur sejenak, dan meyakinkan kembali mitra-mitranya di kawasan itu.”

    Marston menambahkan, kunjungan Xi bahkan bisa memberikan negara-negara Asia Tenggara “daya tawar-menawar yang lebih besar.”

    “Pendekatan China itu menunjukkan bahwa negara-negara itu punya pilihan lain, dan pemerintahan Trump akan mengalienasi mereka dengan risiko tersendiri,” ujarnya.

    Untuk saat ini, Xi berbicara dalam bahasa yang masih ingin didengar oleh pemerintah Asia Tenggara. Sebagian besar negara-negara ini tampak bersedia mengesampingkan ketegangan mereka dengan Beijing, selama Gedung Putih terus mengguncang perekonomian kawasan itu dan sistem perdagangan global secara keseluruhan.

    Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Inggris.

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Xi Jinping Tur Asia Tenggara demi Lawan Tarif Trump, Kenapa Indonesia Tak Diajak?

    Xi Jinping Tur Asia Tenggara demi Lawan Tarif Trump, Kenapa Indonesia Tak Diajak?

    PIKIRAN RAKYAT – Presiden Tiongkok Xi Jinping telah menyelesaikan kunjungan singkatnya ke Asia Tenggara, menggalang dukungan di tengah serangan perang dagang dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

    Meskipun ada beberapa yang kemudian dibatalkan, tarif besar-besaran diberlakukan Donald Trump terhadap puluhan negara dan kawasan awal bulan April.

    Trump telah mengguncang pasar global dan menimbulkan kembali ketidakpastian terhadap kebijakan perdagangan AS.

    Presiden terpilih itu bertujuan untuk mengembalikan lapangan kerja manufaktur ke negaranya dan memaksa mitra dagang untuk menurunkan tarif yang menurutnya ‘tidak adil’, yaitu pajak atas barang impor.

    Tiongkok menjadi mitra dagang utama bagi hampir semua anggota ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara).

    Namun, negara-negara tetangga Tiongkok seperti Vietnam tetap berhati-hati terhadap ekspansi teritorial kekuatan besar itu di Laut Cina Selatan, dan berusaha menyeimbangkan ketergantungan ekonomi mereka dengan hubungan keamanan bersama AS.

    Yang Perlu Diketahui

    Selama lima hari kunjungan Presiden Xi, termasuk ke Vietnam, Malaysia, dan Kamboja, ia bertemu dengan para pemimpin negara dan menandatangani sejumlah nota kesepahaman yang mencakup berbagai bidang, mulai dari transportasi, kepabeanan, hingga kecerdasan buatan (AI).

    Tidak dilibatkan nama Indonesia dalam laporan tersebut, baik dari pernyataan resmi pejabat pemerintah Tiongkok maupun kabar tipis media global. Belum diketahui apa alasan di balik pengecualian tersebut.

    Adapun, ketiga negara yang terlibat di atas awalnya ikut terdampak kebijakan tarif “resiprokal” dari Trump, sebelum Presiden AS tiba-tiba mengumumkan penundaan selama 90 hari pada Rabu lalu.

    Dalam konferensi pers rutin esoknya, Kamis, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, memuji nilai-nilai Asia berupa perdamaian, kerja sama, keterbukaan, dan inklusivitas, sebagai jalan masa depan bagi kawasan ini.

    “Presiden Xi Jinping siap menandatangani protokol peningkatan Kawasan Perdagangan Bebas Tiongkok-ASEAN dengan negara-negara di kawasan sesegera mungkin, menolak pemisahan dan rantai pasokan yang terputus; halaman kecil dan tembok tinggi; serta tarif sembarangan, dengan semangat keterbukaan, inklusivitas, solidaritas, dan kerja sama,” ujarnya, dikutip dari Newsweek.

    “Negara-negara itu berusaha untuk memikirkan bagaimana cara menipu Amerika Serikat,” kata Trump, menanggapi pembicaraan Xi dengan pejabat Vietnam sebelumnya.

    Apa Kata Para Petinggi?

    Direktur Jenderal Institut Hubungan Internasional Kamboja, Kin Phea kepada media pemerintah Tiongkok Global Times: “(Kunjungan ini) menjadi pendorong kuat untuk meningkatkan hubungan erat yang telah ada, demi memastikan perdamaian, stabilitas, kemakmuran, dan persahabatan jangka panjang bagi kedua negara dan kawasan secara lebih luas.”

    Peneliti senior tetap di Australian Strategic Policy Institute, Raji Pillai Rajagopalan, kepada ABC (Australian Broadcasting Corporation):

    “Menarik melihat bagaimana Xi Jinping mencoba menampilkan Tiongkok sebagai kekuatan stabilitas, kepastian, dan prediktabilitas. Tapi kita perlu lihat bagaimana ini akan berjalan.

    Tiongkok selama ini justru cukup mengganggu di kawasan—baik dalam hal perdagangan maupun keamanan. Kita masih melihat itu terus terjadi, jadi Xi punya banyak pekerjaan untuk memastikan tindakannya sejalan dengan ucapannya.”

    Bagaimana Selanjutnya?

    Baik Washington maupun Beijing belum menunjukkan tanda-tanda akan mengalah dalam waktu dekat.

    Para analis menilai Asia Tenggara dapat menjadi kawasan yang berperan dalam meredam dampak tarif dengan meningkatkan perdagangan bersama Tiongkok, serta menjadi jalur alternatif bagi barang-barang Tiongkok yang ditujukan ke AS. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Abbas Araghchi: Kesepakatan Nuklir Masih Mungkin Tercapai Jika AS Mengajukan Tuntutan yang Realistis – Halaman all

    Abbas Araghchi: Kesepakatan Nuklir Masih Mungkin Tercapai Jika AS Mengajukan Tuntutan yang Realistis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menegaskan bahwa kesepakatan nuklir dengan Amerika Serikat masih mungkin tercapai, asalkan Washington tidak mengajukan tuntutan yang dianggap tidak realistis.

    Pernyataan ini disampaikan oleh Araghchi dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, di Moskow pada tanggal 18 April 2025, sehari sebelum perundingan nuklir putaran kedua antara Iran dan AS.

    Dalam konferensi pers tersebut, Araghchi mengungkapkan keyakinannya bahwa kesepakatan dapat dicapai jika pihak Amerika menunjukkan niat serius dan tidak mengajukan tuntutan yang dianggap tidak masuk akal.

    Ia juga menekankan bahwa perundingan hanya akan membahas isu nuklir, dan tidak akan mencakup topik-topik lain.

    “Kami hanya akan berunding mengenai isu nuklir. Topik-topik lain tidak akan dimasukkan dalam perundingan ini,” ujarnya.

    Araghchi menyebutkan bahwa ancaman dari AS menjadi alasan diadakannya pembicaraan tidak langsung antara kedua negara.

    Meski terdapat keraguan terhadap niat AS, dia memastikan bahwa jalur diplomasi tetap terbuka.

    “Pembicaraan tidak langsung ini tidaklah rumit dan dapat mengarah pada kesepakatan,” tambahnya.

    Dalam putaran pertama perundingan yang berlangsung di Muscat, Oman pada 12 April 2025, Araghchi dan Steve Witkoff, utusan khusus Presiden AS untuk urusan Timur Tengah, memimpin delegasi masing-masing.

    Kedua pihak menggambarkan perundingan tersebut sebagai positif dan konstruktif.

    Pada saat bersamaan, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei, menyatakan bahwa pembicaraan tidak langsung antara Iran dan AS di Oman telah berjalan baik pada tahap awal, meski Iran tetap skeptis terhadap niat AS.

    Sikap Amerika Terhadap Negosiasi

    Setelah menarik diri dari kesepakatan nuklir sebelumnya pada masa jabatan pertamanya, Presiden AS Donald Trump menunjukkan ketertarikan untuk membangun kesepakatan baru ketika kembali menjabat pada Januari.

    Pada 12 Maret, ia mengirimkan surat kepada pimpinan Iran untuk mengajak negosiasi dan mengancam akan melakukan aksi militer jika Iran menolak.

    Meskipun Iran menolak negosiasi langsung di bawah tekanan, mereka tetap terbuka untuk pembicaraan tidak langsung.

    Peran Rusia

    Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengungkapkan kesiapannya untuk memainkan peran mediator dalam proses negosiasi antara Iran dan AS.

    “Kami siap membantu menjadi mediator atau memainkan peran apa pun yang dari sudut pandang Iran berguna dan dapat diterima oleh Amerika Serikat,” ujar Lavrov.

    Lavrov menekankan pentingnya perundingan khusus mengenai isu nuklir untuk mencapai kesepakatan.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Sirene Meraung-raung! Israel Cegat Rudal dari Yaman

    Sirene Meraung-raung! Israel Cegat Rudal dari Yaman

    Tel Aviv

    Militer Israel mengklaim pasukannya telah mencegat sebuah rudal yang diluncurkan dari wilayah Yaman, yang sebagian besar dikuasai oleh kelompok Houthi yang didukung Iran. Tidak ada laporan korban jiwa akibat serangan rudal dari Yaman ini.

    Pengumuman Tel Aviv soal dicegatnya rudal dari Yaman disampaikan setelah Houthi melancarkan serangan balasan untuk merespons rentetan serangan udara Amerika Serikat (AS) yang menewaskan 80 orang di wilayah Yaman. Houthi mengklaim kelompoknya menyerang dua kapal induk AS dan wilayah Israel sebagai tanggapannya.

    Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, seperti dilansir AFP dan Anadolu Agency, Sabtu (19/4/2025), mengatakan secara terpisah bahwa Angkatan Udara Israel “berhasil mencegat rudal tersebut”.

    “Setelah sirene berbunyi beberapa saat yang lalu di beberapa area di Israel, sebuah rudal yang diluncurkan dari Yaman berhasil dicegat,” sebut militer Israel dalam pernyataannya via Telegram.

    Disebutkan militer Israel bahwa sistem pertahanan udara telah dikerahkan “untuk mencegat ancaman tersebut”.

    Laporan media Israel, Haaretz, menyebut sirene berbunyi di beberapa kota di wilayah Israel bagian tengah, namun tidak ada korban jiwa.

    Laporan perusahaan penyiaran Israel, KAN, menyebut ada beberapa korban luka akibat kepanikan yang terjadi ketika orang-orang bergegas ke tempat perlindungan.

    Lihat juga Video: Sirene Israel Meraung saat Rudal Hizbullah Targetkan Galilea Barat

    Houthi, pada Jumat (18/4), mengumumkan kelompoknya telah melancarkan serangan balasan dengan menargetkan dua kapal induk AS dan wilayah Israel, untuk merespons rentetan serangan Washington yang menewaskan sedikitnya 80 orang di Yaman.

    Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, mengatakan pasukan Houthi menargetkan sebuah lokasi militer di dekat bandara utama Israel, selain menyerang dua kapal induk AS yang ada di kawasan.

    Militer AS, dalam pernyataannya pada Kamis (17/4), mengklaim serangannya terhadap kawasan pelabuhan Ras Issa di Yaman bertujuan memutuskan pasokan dan pendanaan bagi Houthi yang menguasai sebagian besar wilayah negara tersebut.

    Lihat juga Video: Sirene Israel Meraung saat Rudal Hizbullah Targetkan Galilea Barat

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 80 Orang Tewas di Yaman, Houthi Balas Serang Kapal Induk AS-Israel

    80 Orang Tewas di Yaman, Houthi Balas Serang Kapal Induk AS-Israel

    Sanaa

    Kelompok Houthi melancarkan serangan balasan terhadap kapal induk Amerika Serikat (AS), setelah rentetan serangan Washington menewaskan sedikitnya 80 orang di Yaman. Houthi mengumumkan kelompoknya menargetkan dua kapal induk AS dan menyerang wilayah Israel sebagai respons.

    “Peningkatan kekuatan Amerika dan agresi yang terus berlanjut terhadap negara kita hanya akan menyebabkan lebih banyak serangan balik dan operasi penyerangan, bentrokan, dan konfrontasi,” ucap juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (19/4/2025).

    Saree menyampaikan pernyataan itu dalam sebuah aksi protes yang digelar Houthi di ibu kota Sanaa pada Jumat (18/4) waktu setempat.

    Ditambahkan oleh Saree bahwa pasukan Houthi juga menargetkan sebuah lokasi militer di dekat bandara utama Israel, selain menyerang dua kapal induk AS yang ada di kawasan.

    Belum ada tanggapan dari AS maupun Israel soal serangan Houthi.

    Militer AS, dalam pernyataannya pada Kamis (17/4), mengklaim serangannya terhadap area Ras Issa di Yaman bertujuan memutuskan pasokan dan pendanaan bagi Houthi yang menguasai sebagian besar wilayah negara tersebut.

    Houthi, pada Jumat (18/4), mengumumkan bahwa sedikitnya 80 orang tewas dalam rentetan serangan udara AS. Serangan itu disebut sebagai serangan yang paling mematikan selama 15 bulan terakhir Washington melancarkan operasi militer terhadap kelompok yang didukung Iran tersebut.

    Gambar-gambar yang ditayangkan siaran televisi yang dikelola Houthi menunjukkan kobaran api besar menerangi langit malam di Yaman setelah rentetan serangan AS menghujani negara tersebut.

    Media terafiliasi Houthi kemudian melaporkan serangan terbaru menghantam area di dalam dan sekitar Sanaa pada Jumat (18/4) malam.

    Televisi terkait Houthi, Al-Masirah TV, yang mengutip para pejabat setempat melaporkan jumlah korban akibat serangan AS itu telah “meningkat menjadi 80 orang tewas dan 150 orang luka-luka”.

    Juru bicara Kementerian Kesehatan Houthi, Anees Alasbahi, menuturkan tim penyelamat terus mencari jenazah-jenazah korban di area terminal bahan bakar di tepi Laut Merah, yang mengindikasikan jumlah korban tewas masih bisa meningkat.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini