kab/kota: Washington

  • Trump-Zelensky Mojok Berdua Bahas Strategi Perdamaian Ukraina di Sela Pemakaman Paus – Halaman all

    Trump-Zelensky Mojok Berdua Bahas Strategi Perdamaian Ukraina di Sela Pemakaman Paus – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kepergok mojok berduaan di sela prosesi pemakaman Paus Fransiskus, Sabtu (26/4/2025).

    Hal ini terungkap setelah kepresidenan Ukraina merilis foto-foto pertemuan antara Trump dan Zelensky tanpa didampingi ajudan di kawasan Basilika Santo Petrus.

    Dalam cuplikan foto tersebut, keduanya terlihat berdiskusi serius sembari duduk di bangku merah.

    Adapun pembicaraan tersebut digelar keduanya selama sekitar 15 menit sebelum misa pemakaman Paus Fransiskus dimulai.

    Pertemuan di Vatikan ini, menjadi yang pertama bagi Trump dan Zelensky sejak pertemuan penuh ketegangan di Kantor Oval, Washington, pada Februari lalu.

    Direktur Komunikasi Gedung Putih Steven Cheung menyatakan bahwa diskusi tersebut berlangsung “sangat produktif”, tanpa merinci lebih lanjut hasil konkret dari pertemuan itu.

    Sementara itu, Presiden Zelensky mengatakan bahwa itu adalah “pertemuan yang baik,” seraya menambahkan bahwa keduanya telah “membahas banyak hal secara pribadi.”

    Diantaranya mencakup perlindungan rakyat Ukraina, gencatan senjata tanpa syarat, hingga upaya menciptakan perdamaian yang langgeng.

    “Kami mendiskusikan banyak hal, berdua. Saya berharap ada hasil dari semua yang kami bahas bersama,” tulis Zelensky, seperti dikutip CNN International.

    “Berharap ada hasil dari semua yang telah kami bahas,” tambahnya.

    Pasca pembicaraan singkat itu rampung digelar, mereka terlihat bergabung dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron di luar Basilika Santo Petrus.

    Sebelum akhirnya, Trump dan istrinya, Melania, terbang meninggalkan Roma dengan pesawat kepresidenan AS, Air Force One, pada Sabtu (26/4/2025) siang waktu setempat.

    Trump Siapkan Sanksi Baru Untuk Rusia

    Setelah menggelar pertemuan yang berlangsung sekitar 15 menit dengan Zelensky disela prosesi pemakaman Paus Fransiskus, mengatakan bahwa dirinya merasa Presiden Rusia Vladimir Putin tak serius untuk berdamai dengan Ukraina.

    Lantaran selama beberapa hari terakhir Rusia terus melakukan serangan-serangan ke wilayah Kiev.

    Menurut Trump, tindakan agresif semacam itu memperlihatkan bahwa Putin lebih fokus pada melanjutkan agresi ketimbang melakukan negosiasi yang dapat mengarah pada perdamaian.

    Dia juga menyinggung soal kemungkinan akan memberikan sanksi baru terhadap Rusia.

    Sanksi-sanksi tersebut, meskipun berat, tampaknya tidak mempengaruhi Putin secara signifikan, yang membuat Trump merasa bahwa langkah lebih lanjut mungkin diperlukan.

    Ini adalah pandangan yang mencerminkan keyakinan bahwa tekanan ekonomi dan diplomatik melalui sanksi tambahan bisa menjadi cara untuk memaksa Rusia menghentikan serangannya.

    “Tidak ada alasan bagi Putin untuk menembakkan rudal ke wilayah sipil, kota-kota, dan desa-desa selama beberapa hari terakhir,” tulis Trump di Truth Social, dilansir dari The Guardian,

    “Itu membuat saya berpikir bahwa mungkin dia tidak ingin menghentikan perang, dia hanya memanfaatkan saya, dan harus ditangani dengan cara yang berbeda, melalui Perbankan atau Sanksi Sekunder? Sudah terlalu banyak orang yang meninggal” lanjutnya.

    Kesepakatan Ukraina Hadapi Rintangan

    Terpisah, sebelum meninggalkan Kyiv menuju Roma pada hari Jumat, Zelensky menyarankan sejumlah kompromi kepada Trump dengan tujuan memajukan perundingan damai.

    “Dalam beberapa hari ke depan, pertemuan-pertemuan yang sangat penting mungkin akan terjadi — pertemuan-pertemuan yang seharusnya membawa kita lebih dekat ke arah keheningan bagi Ukraina,” katanya.

    “Kami siap berdialog, saya tegaskan lagi, dalam format apa pun dengan siapa pun,” tegas Zelensky.

    Pernyataan itu disampaikan Zelensky lantaran kerangka Kerja Kesepakatan Ukraina masih hadapi rintangan.

    Rusia diketahui telah mengajukan empat tuntutan utama sebagai prasyarat perdamaian, diantaranya meminta AS menangguhkan rencana Ukraina untuk bergabung dengan NATO.

    Presiden Putin juga mendesak agar publik mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia, mengingat wilayah itu sempat dianeksasi secara ilegal oleh Moskow pada tahun 2014.

    Namun permintaan tersebut ditolak keras oleh Ukraina, Zelensky mengatakan tidak ada yang perlu dibicarakan karena pengakuan tersebut akan melanggar konstitusi Ukraina.

    Menurutnya menyetujuinya Krimea sebagai bagian dari Rusia sama dengan menyerah dan mengkhianati kedaulatan negara.

    (Tribunnews.com/Namira)

  • Pelabuhan Terbesar Terguncang, Israel Dituding Jadi Dalang

    Pelabuhan Terbesar Terguncang, Israel Dituding Jadi Dalang

    PIKIRAN RAKYAT – Ledakan besar mengguncang pelabuhan terbesar Iran, Bandar Abbas, pada Sabtu 26 April 2025, menewaskan sedikitnya 18 orang dan melukai lebih dari 700 lainnya. Insiden ini terjadi di area pelabuhan Shahid Rajaee, yang merupakan pusat peti kemas terbesar di Iran.

    Menurut laporan media pemerintah Iran, ledakan diduga berasal dari bahan kimia yang disimpan secara tidak aman di dalam kontainer. Juru bicara Organisasi Manajemen Krisis Iran, Hossein Zafari, mengungkapkan bahwa pihaknya sebelumnya sudah memperingatkan soal potensi bahaya ini.

    “Penyebab ledakan adalah bahan kimia di dalam wadah,” ucap Hossein Zafari kepada kantor berita ILNA.

    “Sebelumnya, Direktur Jenderal Manajemen Krisis telah memberikan peringatan kepada pelabuhan ini selama kunjungan mereka dan telah menunjukkan kemungkinan bahaya,” ujarnya menambahkan.

    Meskipun bahan kimia disebut sebagai pemicu utama, seorang juru bicara pemerintah Iran menyatakan penyebab pasti insiden belum dapat dipastikan. Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, langsung memerintahkan investigasi menyeluruh dan mengirim Menteri Dalam Negeri ke lokasi kejadian.

    Rekaman resmi yang disiarkan televisi Iran memperlihatkan awan asap hitam dan oranye mengepul di atas pelabuhan, diikuti kerusakan parah pada gedung-gedung sekitar. Ledakan juga menghancurkan jendela dalam radius beberapa kilometer, bahkan terdengar hingga ke Pulau Qeshm yang berjarak sekitar 26 kilometer dari lokasi.

    Sejumlah korban terluka terlihat tergeletak di jalan, sementara para petugas penyelamat berusaha memadamkan api dan mengevakuasi truk-truk dari area terdampak. Pejabat bea cukai menyebutkan bahwa area kontainer yang meledak kemungkinan menyimpan “barang berbahaya dan bahan kimia.”

    Akibat ledakan ini, seluruh aktivitas di pelabuhan Shahid Rajaee dihentikan sementara.

    Dugaan Keterlibatan Israel Penjajah

    Meski sejauh ini penyebab teknis menjadi fokus penyelidikan, tudingan terhadap Israel penjajah mencuat seiring rekam jejak ketegangan panjang kedua negara. Dalam beberapa tahun terakhir, Iran kerap mengalami serangkaian insiden mematikan di sektor energi dan industrinya, mulai dari kebakaran kilang, ledakan gas di tambang batu bara, hingga insiden perbaikan darurat di Bandar Abbas pada 2023 yang menewaskan seorang pekerja.

    Iran menuding sebagian insiden tersebut merupakan sabotase oleh Israel penjajah. Termasuk serangan terhadap fasilitas pertahanan udara Iran dan serangan siber terhadap jaringan pelabuhan Shahid Rajaee pada 2020.

    The Washington Post melaporkan bahwa insiden ledakan kali ini kemungkinan besar melibatkan Israel penjajah sebagai bentuk balasan atas serangan siber Iran sebelumnya. Israel penjajah sendiri disebut sangat khawatir terhadap hasil pembicaraan nuklir AS-Iran yang sedang berlangsung di Oman, sehingga diduga berupaya menghambat perkembangan program nuklir Iran.

    Teheran menegaskan program nuklirnya murni untuk tujuan damai, namun para pengamat internasional menilai Iran kian mendekati kemampuan untuk memproduksi bom nuklir.

    Hingga kini, tidak ada komentar resmi dari militer Israel penjajah maupun kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengenai dugaan keterlibatan Israel penjajah dalam ledakan tersebut.

    Fasilitas Minyak Tidak Terdampak

    Dalam keterangan terpisah, Perusahaan Pemurnian dan Distribusi Minyak Iran Nasional menegaskan bahwa fasilitas minyak di sekitar lokasi ledakan tidak terdampak.

    “Kami tidak memiliki hubungan dengan kilang, tangki bahan bakar, kompleks distribusi, dan pipa minyak di area tersebut,” ujar pernyataan resmi perusahaan, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.

    Pihak berwenang Iran memastikan bahwa hingga saat ini upaya pemadaman api dan penanganan korban terus berlangsung, sambil menunggu hasil investigasi lebih lanjut.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • IMF-Bank Dunia Sepakati Langkah-Langkah Jaga Stabilitas Hadapi Tarif Trump

    IMF-Bank Dunia Sepakati Langkah-Langkah Jaga Stabilitas Hadapi Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA — Pertemuan musim semi alias spring meetings IMF-Bank Dunia menyepakati Global Policy Agenda yang mencakup langkah yang diperlukan menghadapi tingginya ketidakpastian global, termasuk efek tarif Trump.  

    Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang memimpin delegasi Indonesia pada pertemuan tersebut menyampaikan bahwa hasil kesepakatan mencakup langkah untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi

    Sebagaimana diketahui ekonomi global dan regional diprediksi terkoreksi akibat kebijakan tarif tinggi Trump. 

    “Rekomendasi dari IMF, yakni pertama, menyelesaikan ketegangan perdagangan secepat mungkin melalui kesepakatan antar negara utama, penurunan hambatan dagang, serta menciptakan sistem yang stabil dan adil agar manfaat perdagangan tersebar secara merata,” ujar Perry dalam keterangan resmi, dikutip pada Minggu (27/4/2025). 

    Kedua, menjaga stabilitas dengan memperkuat kondisi fiskal dan moneter, termasuk meningkatkan efisiensi belanja, memastikan independensi bank sentral, dan memperkuat pengawasan sektor keuangan. 

    Ketiga, mendorong pertumbuhan jangka panjang melalui reformasi struktural dan integrasi ekonomi serta keuangan yang lebih dalam.

    Adapun dalam pertemuan yang berlangsung selama 22 April hingga 26 April 2025 di Washington D.C. tersebut, Indonesia turut menyuarakan langkah penting dalam menghadapi tantangan global.

    Indonesia menyampaikan perlunya peran aktif organisasi internasional, terutama IMF, untuk secara tegas menyuarakan pentingnya kebijakan perdagangan internasional yang terbuka untuk mendorong pertumbuhan.

    Gubernur BI Perry Warjiyo juga menegaskan dalam forum tersebut bahwa negara Asean berkomitmen untuk menjalankan sistem perdagangan multilateral yang terbuka, inklusif, dan rule-based—bertolak belakang dengan sistem perdagangan yang berorientasi hubungan bilateral sebagaimana diinginkan Trump.

    Selain itu, Bank Indonesia turut menyambut baik upaya IMF dalam meningkatkan pengawasan yang didasarkan pada Integrated Policy Framework (IPF), dengan tetap mempertimbangkan kondisi spesifik masing-masing negara. 

    Perry turut memamerkan pengalaman Indonesia dalam menerapkan IPF. Bauran kebijakan terbukti bermanfaat dalam mendorong stabilitas dan kinerja ekonomi, serta melindungi dari meningkatnya guncangan kebijakan global yang tidak terduga. 

    “BI juga menantikan langkah konkret IMF dalam memperkuat jaring pengaman keuangan global, antara lain melalui penguatan kerja sama dengan Chiang Mai Initiative Multilateralisation [CMIM], serta kemajuan nyata dalam reformasi kuota guna memperkuat kapasitas keuangan IMF sebagai lembaga berbasis kuota,” tuturnya. 

  • Lupakan Perang Dagang, China Pinjamkan Harta Karun Langka ke AS

    Lupakan Perang Dagang, China Pinjamkan Harta Karun Langka ke AS

    Jakarta

    China akan mengizinkan ilmuwan dari enam negara, termasuk Amerika Serikat, untuk meneliti harta karun berupa batuan langka yang diambil dari Bulan. Kerjasama ilmiah ini cukup mengejutkan mengingat China dan AS sedang terlibat dalam perang dagang.

    Dua institusi asal AS, Brown University dan Stony Brook University, sudah diberikan izin untuk meneliti sampel batu bulan yang dikumpulkan oleh misi Chang’e-5 pada tahun 2020. Selain dari AS, institusi lain dari Prancis, Jerman, Jepang, Pakistan, dan Inggris juga berkesempatan meneliti sampel ini.

    Institusi dari enam negara ini dipilih setelah Administrasi Luar Angkasa China (CNSA) membuka pendaftaran untuk mempelajari sampel misi Chang’e-5 pada tahun 2023. Kepala CNSA Shan Zhongde mengatakan sampel itu merupakan harta karun bersama untuk seluruh umat manusia.

    Ia menambahkan CNSA akan mempertahankan sikap yang aktif dan terbuka dalam pertukaran dan kerjasama internasional, termasuk dalam koridor informasi luar angkasa di bawah Belt and Road Initiative.

    “Saya yakin lingkaran pertemanan China di luar angkasa akan terus berkembang,” kata Shan, seperti dikutip dari BBC, Minggu (27/4/2025).

    Peneliti dari China selama ini tidak bisa mengakses sampel batu Bulan yang dikumpulkan oleh NASA karena pemerintah AS melarang kerjasama antara badan antariksa tersebut dengan China.

    Berdasarkan undang-undang tahun 2011, NASA dilarang berkolaborasi dengan China atau perusahaan milik China kecuali sudah mendapatkan izin khusus dari Kongres. Tapi menurut John Logsdon, mantan direktur Space Policy Institute di George Washington University, kerjasama terbaru ini tidak ada hubungannya dengan politik.

    “Ini adalah kerjasama internasional di bidang sains, yang sudah menjadi norma,” kata Logsdon.

    Logsdon mengatakan sampel yang dikumpulkan oleh misi Chang’e-5 memiliki keistimewaan dibandingkan sampel yang dikumpulkan misi Apollo karena usianya miliaran tahun lebih muda.

    “Jadi ini menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik terjadi di Bulan lebih baru dari yang diperkirakan orang-orang,” jelas Lodgson.

    (vmp/fyk)

  • RI & AS Mulai Nego Tarif, Sri Mulyani Kasih Jaminan Ini ke Menkeu China

    RI & AS Mulai Nego Tarif, Sri Mulyani Kasih Jaminan Ini ke Menkeu China

    Jakarta

    Negosiasi tarif antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika Serikat (AS) dimulai. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sempat menjelaskan negosiasi tarif impor tersebut kepada Menteri Keuangan China, Lan Fo’an.

    Pertemuan keduanya berlangsung di sela-sela rangkaian IMF-World Bank Spring Meeting di Washington DC, Amerika Serikat. Pada kesempatan itu Sri Mulyani menegaskan komitmen Indonesia mempererat hubungan dengan China.

    “Mengenai dampak negosiasi Amerika terhadap pertemuan kita dengan China. Kami melakukan bilateral di sideline dengan Menteri Keuangan China tadi malam. Kita juga menyampaikan untuk terus mempererat hubungan. Beliau mengundang saya untuk pergi ke Beijing,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK secara virtual, dikutip Sabtu (26/4/2025).

    Sri Mulyani menyatakan, AS juga tetap ingin meningkatkan hubungan dengan Indonesia. Saat ini Indonesia sendiri berada dalam posisi netral di tengah eskalasi yang terjadi, sehingga cukup dihormati dan diperhitungkan.

    Ia menilai hal tersebut menjadi daya tawar yang baik bagi Indonesia sehingga harus tetap dijaga. Sebagai informasi, Sri Mulyani bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sudah pergi ke AS untuk melakukan negosiasi terkait tarif resiprokal.

    “Jadi dalam hal ini Indonesia baik di dalam ASEAN sebagai negara terbesar, hubungannya dengan Amerika Serikat, hubungannya dengan China, pihak-pihak yang sekarang mungkin mengalami eskalasi tensi, kita tetap dalam posisi yang cukup netral dan dihormati dan diperhitungkan. Ini merupakan daya tawar yang baik yang harus kita jaga,” terang Sri Mulyani.

    Ditambah lagi jika perekonomian terjaga dengan baik maka hal itu akan memberikan tambahan daya tawar bagi Indonesia. Hal itu menjadi modal penting di tengah situasi dunia yang dinamis.

    “Tentu kalau perekonomian kita dengan kinerja yang relatif baik terjaga, itu juga memberikan respek dan daya tawar yang baik dalam kita menghadapi situasi dunia yang begitu dinamis,” tutur Sri Mulyani.

    (ily/hns)

  • Trump-Zelensky Mojok Berdua Bahas Strategi Perdamaian Ukraina di Sela Pemakaman Paus – Halaman all

    Di Tengah Melayat Paus Fransiskus, Trump dan Zelensky Bertemu Bahas Perang Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Di tengah-tengah acara pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melakukan pertemuan, Sabtu (26/4/2025).

    Pertemuan itu terjadi di Basilika Santo Petrus, tempat kedua pemimpin tiba untuk berpartisipasi dalam Misa untuk menghormati kenangan akan Paus Fransiskus.

    Mengutip laman Kantor Kepresidenan Ukraina, Donald Trump dan Volodymyr Zelensky bertemu untuk membahas isu penting dan mendesak.

    Zelensky mencatat bahwa ini adalah pertemuan simbolis dengan potensi menjadi bersejarah jika hasil bersama tercapai, dan menyampaikan rasa terima kasih kepada Donald Trump.

    Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Kepresidenan Ukraina, tampak Trump dan Zelensky duduk berhadapan di aula basilika, berjarak sekitar dua kaki, dan saling mencondongkan tubuh untuk berbincang.

    Dalam foto kedua, dari lokasi yang sama, Zelensky, Trump, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron terlihat berdiri dalam kelompok yang rapat.

    Setelah Trump dan Zelensky bertemu di basilika, keduanya bergabung dengan para pemimpin dunia lainnya di luar di Lapangan Santo Petrus pada upacara pemakaman Paus Fransiskus.

    Kardinal Italia, Giovanni Battista Re, yang menyampaikan khotbah pada upacara pemakaman, mengenang bagaimana Paus Fransiskus tidak berhenti meninggikan suaranya untuk menyerukan negosiasi guna mengakhiri konflik.

    “Perang selalu membuat dunia menjadi lebih buruk daripada sebelumnya: perang selalu menjadi kekalahan yang menyakitkan dan tragis bagi semua orang,” kata kardinal, dikutip dari Reuters.

    Sanksi Baru Rusia

    Setelah melakukan pertemuan dengan Zelensky, Trump mengunggah postingan di Truth Social yang mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin atas serangan rudal baru-baru ini terhadap Ukraina.

    “Tidak ada alasan bagi Putin untuk menembakkan rudal ke wilayah sipil, kota-kota, dan desa-desa selama beberapa hari terakhir,” tulis Trump, dikutip dari Axios.

    “Hal itu membuat saya berpikir bahwa mungkin dia tidak ingin menghentikan perang, dia hanya memanfaatkan saya, dan harus ditangani dengan cara yang berbeda, melalui ‘Perbankan’ atau ‘Sanksi Sekunder?’ Terlalu banyak orang yang sekarat!!!” lanjut Trump.

    Sementara itu, Zelensky melalui akun X mengatakan, pertemuannya dengan Trump berjalan dengan sangat baik.

    Ia menekankan perlunya gencatan senjata penuh dan tanpa syarat serta perdamaian yang dapat diandalkan dan abadi yang akan mencegah pecahnya perang lain.

    “Pertemuan yang sangat simbolis yang berpotensi menjadi bersejarah, jika kita mencapai hasil bersama,” ungkap Zelensky.

    Trump telah mendesak Moskow dan Kyiv untuk menyetujui gencatan senjata dan kesepakatan damai.

    Sebelumnya, ia telah memperingatkan bahwa pemerintahannya akan menghentikan upayanya untuk mencapai perdamaian jika kedua pihak tidak segera menyetujui kesepakatan.

    Setelah putaran diplomasi bolak-balik minggu ini, perbedaan telah muncul antara posisi Gedung Putih Trump mengenai pembicaraan damai dan sikap Ukraina dan sekutu-sekutunya di Eropa, menurut dokumen dari pembicaraan yang diperoleh Reuters.

    Washington mengusulkan pengakuan hukum bahwa Krimea, semenanjung Ukraina yang dianeksasi oleh Moskow pada tahun 2014, adalah wilayah Rusia.

    Usulan itu yang menurut Kyiv dan sekutunya di Eropa sebagai garis merah yang tidak akan mereka lewati.

    Ada pula perbedaan mengenai seberapa cepat sanksi terhadap Rusia akan dicabut jika kesepakatan damai ditandatangani, jaminan keamanan seperti apa yang akan diperoleh Ukraina, dan bagaimana Ukraina akan diberi kompensasi finansial.

    Trump dan Zelensky memiliki hubungan pribadi yang tidak harmonis.

    Dalam pertemuan mereka di Ruang Oval, Trump menuduh pemimpin Ukraina itu “berjudi dengan Perang Dunia Ketiga”.

    Sejak saat itu, Kyiv telah mencoba memperbaiki hubungan, tetapi sindiran terus berlanjut.

    Zelensky mengatakan Trump terjebak dalam “gelembung disinformasi” yang menguntungkan Moskow, sementara pemimpin AS menuduh Zelensky menunda-nunda kesepakatan damai dan membuat pernyataan yang “menghasut”.

    Namun, kedua pemimpin negara tersebut saling membutuhkan.

    Trump membutuhkan dukungan Zelensky untuk mencapai ambisinya untuk membawa perdamaian cepat antara Rusia dan Ukraina.

    Sementara Kyiv membutuhkan Trump untuk menekan Moskow agar melonggarkan beberapa persyaratan yang lebih berat yang telah ditetapkannya untuk gencatan senjata.

    Pada pertemuan di Ruang Oval pada bulan Februari, seorang reporter yang hadir dari jaringan berita konservatif AS menuduh Zelensky tidak menghormati acara tersebut dengan tidak mengenakan jas.

    Zelensky, sejak dimulainya invasi besar-besaran Rusia pada tahun 2022, telah menghindari jas dan lebih memilih pakaian bergaya militer.

    Ia mengatakan itu adalah caranya menunjukkan solidaritas dengan rekan senegaranya yang berjuang untuk membela Ukraina.

    Di Roma pada hari Sabtu, Zelensky kembali memutuskan untuk tidak mengenakan jas, dan malah mengenakan kemeja gelap, dikancingkan sampai ke leher tanpa dasi, dan mengenakan jaket bergaya militer gelap di atasnya.

    (*)

  • Panas Perang Dagang, China Kasih Tunjuk Harta Karun Umat Manusia ke AS

    Panas Perang Dagang, China Kasih Tunjuk Harta Karun Umat Manusia ke AS

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah ketegangan perang dagang yang masih panas, China dan Amerika Serikat (AS) justru menunjukkan sikap lebih bersahabat di bidang ilmu pengetahuan luar angkasa.

    Melansir BBC, China baru saja mengumumkan setidaknya ilmuwan dari enam negara, termasuk AS, akan diizinkan mempelajari batuan Bulan yang dibawa pulang oleh misi Chang’e-5 pada tahun 2020 lalu. Dua lembaga AS yang didukung NASA telah dipilih untuk mengakses sampel tersebut, seperti yang dikonfirmasi oleh Badan Antariksa Nasional China (CNSA) pada Kamis lalu.

    Kepala CNSA Shan Zhongde mengatakan, sampel tersebut merupakan harta karun bersama bagi seluruh umat manusia.

    Namun ironisnya, di saat bersamaan, hingga saat ini peneliti China sendiri masih tidak bisa mengakses sampel Bulan milik NASA. Ini karena aturan ketat dari Kongres AS, yang melarang NASA bekerja sama dengan China tanpa izin khusus berdasarkan undang-undang tahun 2011.

    Namun begitu, John Logsdon, mantan direktur Space Policy Institute di George Washington University, mengingatkan kerja sama ini murni bersifat ilmiah. Kepada BBC Newshour ia menjelaskan, pertukaran sampel Bulan ini “tidak ada kaitannya dengan politik” dan “kerja sama internasional di bidang sains merupakan norma”. Ia juga menambahkan, memeriksa batuan Bulan ini “tidak memiliki signifikansi militer”.

    Sementara itu, perang dagang kedua negara tetap membara. AS menaikkan tarif impor barang-barang China hingga 245%, dan Beijing membalas dengan tarif sebesar 125%. Meski sempat ada isyarat de-eskalasi dari Presiden Donald Trump, China membantah adanya pembicaraan damai.

    Kembali ke topik luar angkasa, pada 2023 CNSA mengundang berbagai lembaga untuk mengajukan permohonan guna mempelajari sampel Chang’e-5. Salah satu keistimewaan batuan ini, menurut Dr. Logsdon, adalah usianya yang “sekitar satu miliar tahun lebih muda” dibandingkan sampel yang diambil dalam misi Apollo. Ini berarti aktivitas vulkanik di Bulan mungkin bertahan lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

    Meski upaya pertukaran sampel antara pejabat antariksa AS dan China sempat dirundingkan tahun lalu, kesepakatan itu tidak membuahkan hasil. Namun kini, selain dua universitas dari AS, Universitas Brown dan Universitas Stony Brook, lembaga dari Prancis, Jerman, Jepang, Pakistan, dan Inggris juga memenangkan akses.

    Shan Zhongde dari CNSA menegaskan, China akan terus mempertahankan sikap yang semakin aktif dan terbuka dalam kerja sama luar angkasa internasional, termasuk lewat koridor informasi ruang angkasa dalam proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan.

    “Saya yakin lingkaran pertemanan China di luar angkasa akan terus berkembang,” ujarnya penuh optimisme, dikutip Sabtu (26/4/2025).

    (dce)

  • Kontainer Bahan Kimia Meledak di Pelabuhan Iran, 4 Tewas-Ratusan Luka

    Kontainer Bahan Kimia Meledak di Pelabuhan Iran, 4 Tewas-Ratusan Luka

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ledakan besar mengguncang Pelabuhan Shahid Rajaee di Bandar Abbas, Iran, pada Sabtu (26/4/2025) waktu setempat, menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai lebih dari 500 orang, menurut laporan media pemerintah Iran.

    Melansir Reuters, ledakan itu terjadi saat Iran memulai putaran ketiga perundingan nuklir dengan Amerika Serikat (AS) di Oman. Namun, sejauh ini belum ada indikasi bahwa kedua peristiwa tersebut saling berkaitan.

    Juru Bicara Organisasi Manajemen Krisis Iran Hossein Zafari menyebut ledakan itu kemungkinan besar dipicu oleh buruknya penyimpanan bahan kimia di dalam kontainer pelabuhan.

    “Penyebab ledakan itu adalah bahan kimia di dalam kontainer,” ujarnya kepada kantor berita ILNA, dikutip dari Reuters, Sabtu (26/4/2025).

    Ia juga menambahkan, “Sebelumnya, Direktur Jenderal Manajemen Krisis telah memberikan peringatan kepada pelabuhan ini selama kunjungan mereka dan telah menunjukkan kemungkinan bahaya.”

    Meski bahan kimia diduga kuat menjadi pemicu, juru bicara pemerintah Iran menegaskan, penyebab pasti ledakan masih dalam penyelidikan.

    Dari insiden ini, saluran berita resmi Iran menayangkan rekaman dramatis, asap hitam dan jingga pekat membubung di atas pelabuhan, gedung-gedung perkantoran hancur, dengan puing-puing berserakan di mana-mana.

    Pelabuhan Shahid Rajaee merupakan pelabuhan terbesar di Iran, menangani sebagian besar lalu lintas kontainer negara tersebut. Ledakan ini begitu kuat hingga memecahkan jendela dalam radius beberapa kilometer, bahkan suara dentumannya terdengar sampai ke Pulau Qeshm, sekitar 26 kilometer dari Bandar Abbas.

    Kantor berita Tasnim juga mengunggah video suasana kacau, memperlihatkan korban-korban yang terluka tergeletak dan tengah mendapatkan perawatan darurat.

    Sebelumnya, TV pemerintah melaporkan kelalaian dalam penanganan bahan mudah terbakar merupakan “faktor penyebab” ledakan. Seorang pejabat manajemen krisis menyebutkan ledakan bermula dari beberapa kontainer yang meledak.

    Dalam upaya penyelamatan, truk-truk dievakuasi dari pelabuhan, dan aktivitas di sana sementara dihentikan. Para pejabat memperingatkan area kontainer kemungkinan menyimpan “barang-barang berbahaya dan bahan kimia.”

    Serangkaian Insiden Mematikan

    Ledakan di pelabuhan ini menambah daftar panjang insiden mematikan yang terjadi di Iran dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah kecelakaan seperti kebakaran kilang minyak, ledakan gas di tambang batu bara, hingga insiden perbaikan darurat di Bandar Abbas pada 2023 lalu, yang merenggut nyawa seorang pekerja, sebagian besar disebabkan oleh kelalaian.

    Namun, tidak semua insiden murni kecelakaan. Iran juga menuduh Israel berada di balik beberapa serangan terhadap infrastruktur strategis mereka. Teheran menyalahkan Israel atas serangan terhadap jaringan pipa gas pada Februari 2024, serta serangan siber yang melumpuhkan sistem komputer di pelabuhan Shahid Rajaee pada tahun 2020 silam. Washington Post sebelumnya melaporkan, serangan siber itu merupakan balasan atas operasi siber Iran terhadap Israel.

    Meski begitu, hingga saat ini belum ada komentar resmi dari militer Israel maupun dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengenai dugaan keterlibatan mereka dalam ledakan Sabtu ini.

    Yang pasti, otoritas Iran memastikan fasilitas minyak di sekitar pelabuhan tetap aman. Dalam pernyataannya, Perusahaan Penyulingan dan Distribusi Minyak Nasional Iran menegaskan bahwa insiden ini “tidak ada kaitannya dengan kilang minyak, tangki bahan bakar, kompleks distribusi, maupun jaringan pipa minyak.”

    (dce)

  • Ini Penyebab Negosiasi Tarif AS-Uni Eropa Mandek

    Ini Penyebab Negosiasi Tarif AS-Uni Eropa Mandek

    Bisnis.com, JAKARTA – Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa masih belum mencapai kesepakatan dalam negosiasi pengenaan tarif pada barang satu sama lain. 

    Komisioner Ekonomi Uni Eropa Valdis Dombrovskis mengatakan bahwa jalan masih panjang bagi Eropa dan AS untuk mencapai kesepakatan perdagangan yang dapat mencegah saling balas tarif atas barang-barang masing-masing.

    Dalam wawancara di sela-sela pertemuan Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington, Dombrovskis menyebut perundingan masih jauh dari kata final, meski tenggat waktu kian mendekat.

    Amerika Serikat sejak Maret telah memberlakukan tarif 25% atas mobil, baja, dan aluminium dari Eropa, ditambah tarif 20% untuk sejumlah barang lain sejak April. Tarif 20% itu dipotong separuh hingga 8 Juli, sehingga memberikan waktu negosiasi selama 90 hari.

    Sebagai langkah balasan, Uni Eropa menangguhkan tarif atas beberapa produk asal AS dan mengusulkan penghapusan penuh tarif untuk seluruh barang industri di kedua sisi Atlantik. Namun, tanggapan dari Washington dinilai masih minim.

    “Masih banyak hal yang perlu disepakati. Kita harus menyusun parameter yang konkret dan area kerja sama yang memungkinkan kita menghindari pelaksanaan tarif,” ujar Dombrovskis seperti dikutip Reuters, Sabtu (26/4/2025).

    Salah satu ganjalan utama adalah perbedaan pandangan soal pajak pertambahan nilai (PPN). AS menilai sistem PPN Eropa sebagai hambatan perdagangan non-tarif, namun UE menepis anggapan tersebut.

    “PPN bukan hambatan perdagangan. Itu pajak konsumsi, setara dengan pajak penjualan di negara bagian AS, dan tidak relevan untuk dibicarakan dalam konteks ini,” tegasnya.

    Ia juga menambahkan bahwa PPN menjadi sumber penerimaan vital bagi keuangan negara-negara Eropa dan anggaran UE secara keseluruhan.

    Siaga Hadapi Potensi Banjir Produk China

    Selain soal tarif, Dombrovskis juga menyuarakan kekhawatiran baru terhadap potensi membanjirnya produk China ke pasar Eropa setelah AS menutup rapat pintunya bagi barang-barang dari negeri Tirai Bambu lewat tarif 145% terhadap seluruh produk China.

    Dalam pertemuan dengan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral China, Dombrovskis menyampaikan permintaan langsung agar Beijing tidak mengalihkan kelebihan ekspornya ke Eropa.

    “Mereka mengaku memahami kekhawatiran kami, namun belum menyampaikan langkah konkret apa yang akan diambil untuk mencegah banjir produk tersebut di pasar Eropa,” pungkasnya.

  • RI Mulai Nego Tarif dengan AS, Menkeu China Undang Sri Mulyani ke Beijing

    RI Mulai Nego Tarif dengan AS, Menkeu China Undang Sri Mulyani ke Beijing

    Jakarta

    Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan negosiasi perdagangan antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) saat bertemu dengan Menteri Keuangan China, Lan Fo’an.

    Pertemuan tersebut berlangsung di sela-sela rangkaian IMF-World Bank Spring Meeting di Washington DC, Amerika Serikat.

    Bendahara Negara ini menyatakan Indonesia berkomitmen untuk mempererat hubungan kedua negara. Sri Mulyani juga diundang Lan Fo’an untuk menyambangi ke Ibu Kota China, Beijing.

    “Mengenai dampak negosiasi Amerika terhadap pertemuan kita dengan China. Kami melakukan bilateral di sideline dengan Menteri Keuangan China tadi malam. Kita juga menyampaikan untuk terus mempererat hubungan. Beliau mengundang saya untuk pergi ke Beijing,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK secara virtual, dikutip Sabtu (26/4/2025).

    Sri Mulyani juga menyatakan AS juga tetap ingin meningkatkan hubungan dengan Indonesia. Saat ini Indonesia sendiri berada dalam posisi netral di tengah eskalasi yang terjadi sehingga cukup dihormati dan diperhitungkan.

    Ia menilai hal tersebut menjadi daya tawar yang baik bagi Indonesia sehingga harus tetap dijaga. Sebagai informasi, Sri Mulyani bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sudah pergi ke AS untuk melakukan negosiasi terkait tarif resiprokal.

    “Jadi dalam hal ini Indonesia baik di dalam ASEAN sebagai negara terbesar, hubungannya dengan Amerika Serikat, hubungannya dengan China, pihak-pihak yang sekarang mungkin mengalami eskalasi tensi, kita tetap dalam posisi yang cukup netral dan dihormati dan diperhitungkan. Ini merupakan daya tawar yang baik yang harus kita jaga,” terang Sri Mulyani.

    Ditambah lagi jika perekonomian terjaga dengan baik maka hal itu akan memberikan tambahan daya tawar bagi Indonesia. Hal itu menjadi modal penting di tengah situasi dunia yang dinamis.

    “Tentu kalau perekonomian kita dengan kinerja yang relatif baik terjaga, itu juga memberikan respek dan daya tawar yang baik dalam kita menghadapi situasi dunia yang begitu dinamis,” tutur Sri Mulyani.

    (ily/hns)