kab/kota: Washington

  • Begini Gejala Infeksi HKU5, Virus Baru di China yang Dikhawatirkan Picu Pandemi

    Begini Gejala Infeksi HKU5, Virus Baru di China yang Dikhawatirkan Picu Pandemi

    Jakarta – Virus baru yang dikenal sebagai HKU5-CoV-2 telah ditemukan pada kelelawar di China, yang mendorong para ilmuwan untuk membunyikan alarm. Meskipun virus tersebut saat ini tak menimbulkan ancaman bagi manusia, kemiripan genetiknya dengan virus Corona seperti Middle East East Respiratory Syndrome (MERS) dan COVID-19, menunjukkan virus tersebut mungkin hanya memerlukan sedikit mutasi untuk menjadi masalah serius.

    Sebuah studi terkini yang dilakukan oleh para peneliti dari Washington State University (WSU), California Institute of Technology, dan University of North Carolina, meneliti pemahaman bagaimana virus HKU5 menginfeksi sel inang.

    Peneliti menemukan, virus HKU5 memiliki sifat yang mengkhawatirkan. Secara khusus, virus HKU5 terbukti menggunakan ACE2, reseptor inang yang sama digunakan oleh virus SARS-CoV-2, penyebab COVID-19.

    Para peneliti mengatakan virus tersebut ditemukan pada kelelawar dan memiliki ciri-ciri yang sama dengan MERS, virus yang terkenal karena tingkat kematiannya yang tinggi. Meskipun HKU5-CoV-2 saat ini tidak menunjukkan kemampuan untuk menginfeksi sel manusia, susunan genetiknya yang mirip membuat para peneliti khawatir.

    Uji laboratorium menggunakan pseudovirus mengungkapkan HKU5 belum dapat mengikat sel manusia. Akan tetapi, para ilmuwan memperingatkan jika virus tersebut berpindah dari kelelawar ke spesies hewan perantara, virus tersebut dapat bermutasi dan mengembangkan kemampuan untuk menginfeksi manusia.

    “Virus HKU5 khususnya belum banyak diteliti, tetapi penelitian kami menunjukkan bagaimana virus ini menginfeksi sel,” kata Profesor Michael Letko dari Washington State University, dikutip dari Business Today.

    “Kami juga menemukan bahwa virus HKU5 mungkin hanya selangkah lagi untuk dapat menular ke manusia,” katanya.

    Gejala Virus HKU5

    Sampai saat ini belum ada kasus HKU5-CoV-2 yang dikonfirmasi pada manusia, sehingga gejalanya tidak diketahui. Namun, karena virus ini termasuk dalam subgenus yang sama dengan MERS dan COVID-19, virus ini kemungkinan dapat menyebabkan gejala pernapasan yang serupa:

    DemamBatukSesak napasSakit tenggorokanKelelahanNyeri tubuh

    (suc/up)

  • IHSG menguat seiring optimisme usai pertemuan pejabat tinggi AS-China

    IHSG menguat seiring optimisme usai pertemuan pejabat tinggi AS-China

    Jika pergerakan IHSG mampu bertahan di atas level MA200 sekitar 7.133, maka IHSG diperkirakan akan kembali bergerak menguat

    Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa pagi bergerak menguat seiring optimisme pasar setelah adanya pertemuan antara pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) dan China di London, Inggris pada Senin (9/6).

    IHSG dibuka menguat 23,43 poin atau 0,33 persen ke posisi 7.136,86. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 3,67 poin atau 0,46 persen ke posisi 805,37.

    “Jika pergerakan IHSG mampu bertahan di atas level MA200 sekitar 7.133, maka IHSG diperkirakan akan kembali bergerak menguat dan berpotensi menutup gap up di 7.166. Sehingga IHSG diperkirakan berpotensi menguji level resistance di 7.170,” ujar Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim di Jakarta, Selasa.

    Dari mancanegara, pembicaraan telepon antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada Kamis (5/6), dilanjutkan dengan pertemuan delegasi AS dan China di London, Inggris pada Senin (09/06), yang berpotensi menjadi faktor positif bagi pergerakan indeks sekaligus meredakan ketegangan perang tarif.

    Dalam pertemuan kedua negara, pihak AS diwakili oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, serta Perwakilan Dagang Jamieson Greer. Sementara itu, dari China delegasi dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri China He Lifeng.

    Di sisi lain, rilis data inflasi AS pada akhir pekan akan menjadi momentum yang dinantikan sebagai arah kebijakan bank sentral AS The Fed dalam pertemuan FOMC pada 17-18 Juni 2025 mendatang.

    Dari kawasan Asia, kondisi ekonomi China mencerminkan penyusutan. China melaporkan deflasi 0,1 persen (yoy) dan 0,2 persen (mtm) pada Mei 2025, yang melanjutkan deflasi pada bulan sebelumnya. Lesunya kondisi ekonomi China juga tercermin dari kontraksi pada indeks manufaktur.

    Dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan lanjutan negosiasi antara Indonesia dan AS yang dijadwalkan berlangsung pada pekan ini. Pemerintah mengirimkan delegasi untuk melakukan negosiasi di Washington DC, AS.

    Indonesia menjadi salah satu negara yang telah mengirimkan proposal negosiasi tarif ke AS. Pemerintah Indonesia akan bernegosiasi di bidang tarif, hambatan non tarif, perdagangan digital, aturan asal barang serta isu keamanan ekonomi dan nasional.

    Selain itu, kabar adanya berbagai rencana realisasi investasi Danantara Indonesia juga akan menjadi sentimen yang menarik di pasar.

    Pada perdagangan Senin (09/06), bursa saham Eropa mayoritas bergerak melemah, diantaranya indeks FTSE 100 Inggris melemah 0,06 persen, Euro Stoxx 50 melemah 0,17 persen, indeks DAX Jerman turun 0,54 persen, dan index CAC Prancis turun 0,17 persen.

    Sementara itu, bursa saham AS di Wall Street bergerak mayoritas menguat pada perdagangan Senin (09/06), diantaranya indeks Dow Jones turun 1,11 poin, indeks Nasdaq naik 0,17 persen, dan indeks S&P naik 0,09 persen.

    Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei menguat 371,93 poin atau 0,97 persen ke 37.457,50, indeks Shanghai menguat 1,16 poin atau 0,03 persen ke 3.401,76, indeks Hang Seng menguat 46,57 poin atau 0,11 persen ke 24.230,00, dan indeks Strait Times menguat 0,57 poin atau 0,00 persen ke 3.936,33.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Pejabat tinggi AS dan China gelar pertemuan, IHSG berpotensi “rebound”

    Pejabat tinggi AS dan China gelar pertemuan, IHSG berpotensi “rebound”

    Jika IHSG masih kuat di support 7.050, IHSG masih potensi melanjutkan rebound hari ini

    Jakarta (ANTARA) – Head of Retail Research BNI Sekuritas Fanny Suherman memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berbalik menguat (rebound) mengikuti bursa saham kawasan Asia dan global pada perdagangan Selasa.

    Kenaikan itu seiring optimisme pelaku pasar setelah digelarnya pertemuan antara pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) dan pejabat tinggi China di London, Inggris pada Senin (9/6).

    “Jika IHSG masih kuat di support 7.050, IHSG masih potensi melanjutkan rebound hari ini setelah waktu kita closing Senin kemarin, bursa AS dan Asia menghijau karena optimisme pertemuan AS dan China,” ujar Fanny di Jakarta, Selasa.

    Dalam pertemuan kedua negara, pihak AS diwakili oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, serta Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer. Sementara itu, dari China delegasi dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri China He Lifeng.

    Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS Kevin Hassett mengatakan bahwa AS ingin memastikan keseriusan China untuk kembali mengekspor mineral penting.

    “Tujuan dari pertemuan itu adalah untuk memastikan komitmennya secara langsung, melakukan jabat tangan, dan menyelesaikan hal-hal besar. Harapannya, segera setelah kesepakatan tercapai, AS akan melonggarkan kontrol ekspor dan China akan mengirimkan kembali mineral langka dalam jumlah besar,” ujar Hassett.

    Pembicaraan akan berlanjut pada Selasa pagi (10/6), yang merupakan tindak lanjut dari percakapan panjang antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada pekan lalu.

    Dari kawasan Asia, China dijadwalkan untuk merilis serangkaian data, termasuk pembacaan inflasi konsumen dan grosir pada Mei 2025.

    Dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan lanjutan negosiasi antara Indonesia dan AS yang dijadwalkan berlangsung pada pekan ini. Pemerintah mengirimkan delegasi untuk melakukan negosiasi di Washington DC, AS.

    Indonesia menjadi salah satu negara yang telah mengirimkan proposal negosiasi tarif ke AS. Pemerintah Indonesia akan bernegosiasi di bidang tarif, hambatan non tarif, perdagangan digital, aturan asal barang serta isu keamanan ekonomi dan nasional.

    Selain itu, kabar berbagai rencana realisasi investasi Danantara juga akan menjadi sentimen yang menarik bagi pasar.

    Pada perdagangan Senin (9/6), bursa saham Eropa mayoritas bergerak melemah, diantaranya indeks FTSE 100 Inggris melemah 0,06 persen, Euro Stoxx 50 melemah 0,17 persen, indeks DAX Jerman turun 0,54 persen, dan index CAC Prancis turun 0,17 persen.

    Pada perdagangan Senin (9/6), bursa Wall Street mayoritas bergerak menguat, yang mana indeks Dow Jones turun 1,11 poin, indeks Nasdaq naik 0,17 persen, dan indeks S&P naik 0,09 persen.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Ragam Bocoran Hasil Pertemuan AS-China untuk Turunkan Tensi Perang Dagang

    Ragam Bocoran Hasil Pertemuan AS-China untuk Turunkan Tensi Perang Dagang

    Bisnis.com, JAKARTA – Negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan China berlanjut ke hari kedua pada Selasa (10/6/2025), saat kedua kekuatan ekonomi dunia mencoba meredakan ketegangan terkait ekspor teknologi dan pengiriman mineral tanah jarang.

    Hari pertama pertemuan berlangsung lebih dari enam jam di Lancaster House, salah satu bangunan bersejarah di dekat Istana Buckingham, London, dan ditutup sekitar pukul 20.00 waktu setempat. Seorang pejabat AS mengatakan pertemuan lanjutan akan digelar pukul 10 pagi keesokan harinya.

    Presiden AS Donald Trump memberikan perkembangan positif hari pertama perundingan tersebut, namun mengakui bahwa prosesnya jauh dari mudah.

    “Kami berjalan baik dengan China. Tapi China itu tidak mudah. Saya hanya menerima laporan yang baik,” jelas Trump seperti dikutip Bloomberg, Selasa (10/6/2025).

    Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent, didampingi Menteri Perdagangan Howard Lutnick dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer. Hadirnya Lutnick, mantan CEO Cantor Fitzgerald, menegaskan betapa pentingnya isu pengendalian ekspor dalam agenda pembicaraan.

    Bessent menyebut pertemuan itu “positif”, sementara Lutnick menyebutnya “berbuah hasil.”

    Delegasi China dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng, yang memilih bungkam usai pertemuan. Ia didampingi oleh Menteri Perdagangan Wang Wentao dan Wakilnya, Li Chenggang, yang juga menjabat sebagai perwakilan dagang.

    Namun, ketika ditanya apakah ekspor akan benar-benar dilonggarkan, Trump menjawab diplomatis: “Kita lihat saja nanti.”

    Ia kembali menuding China telah menjarah Amerika Serikat selama bertahun-tahun,” meski menambahkan, “Kami ingin membuka akses ke China.”

    Penasihat Ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett menyatakan kepada CNBC International bahwa setelah pertemuan di London, pihak AS berharap pembatasan ekspor akan dilonggarkan dan China mulai menggelontorkan pasokan tanah jarang secara besar-besaran.

    Meski demikian, Hassett menegaskan bahwa pelonggaran itu tidak mencakup chip semikonduktor tercanggih Nvidia yang digunakan untuk kecerdasan buatan.

    “Produk Nvidia kelas atas seperti H2O tidak masuk dalam wacana ini,” tegasnya.

    Putaran pembicaraan ini merupakan yang pertama sejak pertemuan delegasi di Jenewa sebulan lalu. Kala itu, kedua pihak sepakat menangguhkan tarif selama 90 hari untuk memberi ruang negosiasi atas ketimpangan dagang yang disebut pemerintahan Trump sebagai akibat praktik tidak adil dari China.

    Namun, kesepakatan gencatan itu belum mampu menghidupkan kembali perdagangan. Ekspor China ke AS turun tajam pada Mei—penurunan terbesar sejak awal pandemi—sementara impor dari AS merosot hampir 20%.

    Percakapan telepon pekan lalu antara Trump dan Presiden Xi tampaknya menjadi pemicu utama dimulainya kembali negosiasi.

    Ketegangan dagang terus memanas sepanjang tahun ini setelah Trump menaikkan bea masuk atas produk China dan dibalas oleh Beijing, memperbesar tekanan terhadap dunia usaha di kedua negara.

    Ekspektasi Inflasi AS Membaik

    Sementara itu, Ekspektasi konsumen Amerika Serikat terhadap tekanan inflasi menunjukkan perbaikan di semua cakrawala waktu pada Mei 2025, seiring meredanya pesimisme rumah tangga terhadap kondisi pasar tenaga kerja.

    Survei bulanan Federal Reserve Bank of New York yang dikutip Bloomberg pada Selasa (10/6/2025) mencatat bahwa ekspektasi median inflasi dalam satu, tiga, dan lima tahun ke depan semuanya mengalami penurunan.

    Proyeksi untuk tahun mendatang turun tajam menjadi 3,2% dari sebelumnya 3,6% di April. Untuk jangka tiga tahun, ekspektasi turun ke 3% dari 3,2%, sementara untuk lima tahun ke depan sedikit melemah ke 2,6%.

    Penurunan ekspektasi harga ini terjadi setelah Presiden Donald Trump menyepakati penurunan tarif impor China, langkah yang meski bersifat sementara, memberikan sinyal positif ke pasar. Peningkatan sentimen konsumen juga tercermin dalam survei lain yang mencerminkan optimisme setelah pengumuman kebijakan tersebut.

    Sejak awal tahun, konsumen mengantisipasi lonjakan harga dan perusahaan mulai melakukan penyesuaian, sebagian untuk menutupi biaya impor yang meningkat. Namun kini, ekspektasi tersebut mulai melandai.

    Laporan menyebut para pejabat The Fed secara aktif memantau persepsi inflasi konsumen untuk menilai dampak jangka panjang kebijakan tarif terhadap tekanan harga.

    Perbaikan ekspektasi terjadi merata di semua kelompok umur, tingkat pendidikan, dan pendapatan. Sementara itu, indikator pasar masih sejalan dengan target inflasi 2% yang ditetapkan The Fed.

    Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya dalam pertemuan tanggal 17–18 Juni mendatang di Washington.

  • Survei The Fed Sebut Penundaan Tarif AS-China Bikin Ekspektasi Inflasi Membaik

    Survei The Fed Sebut Penundaan Tarif AS-China Bikin Ekspektasi Inflasi Membaik

    Bisnis.com, JAKARTA – Ekspektasi konsumen Amerika Serikat terhadap tekanan inflasi menunjukkan perbaikan di semua cakrawala waktu pada Mei 2025, seiring meredanya pesimisme rumah tangga terhadap kondisi pasar tenaga kerja.

    Survei bulanan Federal Reserve Bank of New York yang dikutip Bloomberg pada Selasa (10/6/2025) mencatat bahwa ekspektasi median inflasi dalam satu, tiga, dan lima tahun ke depan semuanya mengalami penurunan.

    Proyeksi untuk tahun mendatang turun tajam menjadi 3,2% dari sebelumnya 3,6% di April. Untuk jangka tiga tahun, ekspektasi turun ke 3% dari 3,2%, sementara untuk lima tahun ke depan sedikit melemah ke 2,6%.

    Penurunan ekspektasi harga ini terjadi setelah Presiden Donald Trump menyepakati penurunan tarif impor China, langkah yang meski bersifat sementara, memberikan sinyal positif ke pasar. Peningkatan sentimen konsumen juga tercermin dalam survei lain yang mencerminkan optimisme setelah pengumuman kebijakan tersebut.

    Sejak awal tahun, konsumen mengantisipasi lonjakan harga dan perusahaan mulai melakukan penyesuaian, sebagian untuk menutupi biaya impor yang meningkat. Namun kini, ekspektasi tersebut mulai melandai.

    Laporan menyebut para pejabat The Fed secara aktif memantau persepsi inflasi konsumen untuk menilai dampak jangka panjang kebijakan tarif terhadap tekanan harga.

    Perbaikan ekspektasi terjadi merata di semua kelompok umur, tingkat pendidikan, dan pendapatan. Sementara itu, indikator pasar masih sejalan dengan target inflasi 2% yang ditetapkan The Fed.

    Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya dalam pertemuan tanggal 17–18 Juni mendatang di Washington.

    Perbaikan di Pasar Tenaga Kerja

    Kebijakan perdagangan dan imigrasi terbaru dari pemerintahan Trump juga diperkirakan akan memengaruhi dinamika pasar kerja. Beberapa pejabat The Fed memperkirakan tingkat pengangguran berpotensi naik tahun ini.

    Namun, di sisi lain, pandangan publik terhadap prospek pekerjaan menunjukkan perbaikan pada Mei. Kemungkinan kehilangan pekerjaan dalam setahun ke depan turun 0,5 poin persentase. Sementara itu, jumlah responden yang mengaku siap berhenti bekerja secara sukarela meningkat.

    Harapan akan kenaikan tingkat pengangguran dalam 12 bulan ke depan juga menurun, meski masih berada di atas rata-rata tahunan. Persepsi rumah tangga terhadap kondisi keuangan mereka membaik; jumlah yang memperkirakan kondisi keuangan mereka memburuk dalam setahun mengalami penurunan.

    Di sisi kredit, sebagian kecil responden melaporkan kesulitan akses pembiayaan. Namun, probabilitas gagal bayar pembayaran minimum dalam tiga bulan ke depan tercatat turun ke titik terendah sejak Januari.

    Optimisme terhadap pasar saham juga tumbuh, dengan rata-rata responden memperkirakan indeks saham AS akan lebih tinggi dalam setahun ke depan.

  • Trump Sebut Negosiasi Dagang AS-China di London Berjalan Baik, Perang Tarif Mendingin?

    Trump Sebut Negosiasi Dagang AS-China di London Berjalan Baik, Perang Tarif Mendingin?

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan perkembangan positif perundingan dagang AS–China yang berlangsung di London, Inggris, seraya mengakui bahwa prosesnya jauh dari mudah.

    Melansir Reuters, Selasa (10/6/2025), dalam keterangannya di Gedung Putih, Senin (9/6) waktu setempat, Trump menyebut telah menerima “laporan yang bagus” terkait pembicaraan tersebut.

    Seorang pejabat senior Gedung Putih menambahkan, putaran diskusi akan dilanjutkan Selasa demi meredakan ketegangan soal pengiriman teknologi dan logam tanah jarang.

    Hari pertama negosiasi digelar selama lebih dari enam jam di Lancaster House, bangunan abad ke-19 dekat Istana Buckingham, dan berakhir sekitar pukul 20.00 waktu London. Pertemuan lanjutan dijadwalkan Selasa pukul 10.00.

    Delegasi AS dipimpin Menteri Keuangan Scott Bessent yang didampingi Menteri Perdagangan Howard Lutnick—mantan CEO Cantor Fitzgerald—serta Perwakilan Dagang Jamieson Greer. Kehadiran Lutnick menegaskan krusialnya isu kontrol ekspor dalam agenda pembicaraan. Delegasi China diketuai Wakil Perdana Menteri He Lifeng.

    Washington memberi sinyal siap mencabut sejumlah pembatasan ekspor—mulai perangkat lunak desain chip, komponen mesin jet, hingga material nuklir—sebagai imbalan agar Beijing melonggarkan kuota ekspor logam tanah jarang, bahan vital bagi industri energi, pertahanan, dan teknologi. China diketahui memasok hampir 70 persen produksi global komoditas tersebut.

    Meski demikian, Trump belum berkomitmen mencabut larangan ekspor apa pun. “China telah menipu Amerika Serikat selama bertahun-tahun,” ujarnya.

    Pernyataan itu dikukuhkan Kepala Dewan Ekonomi Nasional Kevin Hassett, yang menilai chip AI tercanggih Nvidia H2O masih akan tetap dibatasi.

    Optimisme pasar langsung tercermin di bursa. Saham perusahaan China di Hong Kong beranjak ke zona bullish, sementara indeks S&P 500 di Wall Street kini hanya berjarak 2 persen dari rekor Februari.

    Putaran negosiasi London—yang pertama sejak pertemuan sebulan lalu—diharapkan memulihkan kepercayaan kedua pihak atas komitmen yang dicapai di Jenewa, termasuk rencana penurunan tarif selama 90 hari guna menata ulang keseimbangan perdagangan yang selama ini menuai friksi.

  • Utusan Trump & Xi Jinping Bakal Bertemu di London, Ini yang Dibahas!

    Utusan Trump & Xi Jinping Bakal Bertemu di London, Ini yang Dibahas!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pejabat tinggi perdagangan Presiden AS Donald Trump bertemu dengan mitra mereka dari Tiongkok di London pada hari Senin (9/6/2025) untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan menyelesaikan sengketa perdagangan yang sedang berlangsung antara dua ekonomi terbesar di dunia.

    Melansir CNBC Internasional, para pejabat yang bertemu antara lain Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Perdagangan Jamieson Greer mewakili AS.

    Kementerian luar negeri Tiongkok mengatakan bahwa Wakil Perdana Menteri He Lifeng, kepala negosiator perdagangan Beijing, akan berada di Inggris antara tanggal 8-13 Juni, dan bahwa pertemuan mekanisme konsultasi ekonomi dan perdagangan Tiongkok-AS akan berlangsung.

    Pembicaraan tersebut terjadi setelah Trump minggu lalu mengatakan bahwa ia telah melakukan panggilan telepon yang panjang dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping karena keduanya ingin menghindari perang dagang besar-besaran.

    Upaya diplomatik oleh kedua belah pihak telah meningkat setelah berminggu-minggu ketegangan perdagangan dan ketidakpastian meningkat setelah Trump mengumumkan tarif impor yang luas terhadap Tiongkok dan mitra dagang lainnya pada bulan April.

    Beijing membalas tarif, dan terjadi peningkatan tarif bea masuk sebelum kedua pihak sepakat di Jenewa pada bulan Mei untuk memangkas bea masuk sementara selama 90 hari dan memfasilitasi perundingan. Saat itu, tarif AS atas impor Tiongkok dipotong dari 145% menjadi 30%, sementara pungutan Tiongkok atas impor AS diturunkan dari 125% menjadi 10%.

    Tiongkok dan AS sejak itu berulang kali saling menuduh melanggar perjanjian Jenewa, dengan Washington mengatakan Beijing lambat menyetujui ekspor mineral penting tambahan ke AS, sementara Tiongkok mengkritik AS yang memberlakukan pembatasan baru pada visa pelajar Tiongkok dan pembatasan ekspor tambahan pada chip.

    Sekretaris Pers AS Karoline Leavitt pada hari Minggu mengatakan bahwa perundingan London akan fokus pada kemajuan perjanjian Jenewa, dengan mencatat kepentingan strategis kedua belah pihak di pasar masing-masing.

    (mij/mij)

  • Menanti Pertemuan Amerika-China, Harga Platinum Sentuh Level Tertinggi

    Menanti Pertemuan Amerika-China, Harga Platinum Sentuh Level Tertinggi

    Jakarta, Beritasatu.com – Pertemuan antara delegasi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan pihak China membawa harapan bagi investor. Banyak yang berharap pertemuan ini bisa meredakan perang dagang yang terjadi di antara dua negara dengan ekonomi terbesar tersebut.

    Harga beberapa logam pun mencatatkan kenaikan, salah satunya platinum yang naik 3% menjadi US$ 1.210,80 level tertinggi sejak Mei 2021. Harga spot perak naik 1% menjadi US$ 36,3 per ons, sementara paladium naik 2,3% menjadi US$ 1.070,97.

    “(Kenaikan harga platinum, red) ini didukung oleh kombinasi ekspektasi pasokan yang ketat, sentimen industri yang membaik, dan tindak lanjut teknis dari kenaikan harga logam mulia yang lebih luas,” kata pedagang logam mulia di Heraeus Metals Jerman, Alexander Zumpfe, seperti dilansir dari Reuters, Senin (9/6/2025).

    Data penggajian nonpertanian AS yang lebih kuat dari perkiraan, menyebabkan investor mengurangi ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga Federal Reserve tahun ini. Perhatian pasar kini beralih ke data CPI AS, yang akan dirilis pada hari Rabu untuk petunjuk lebih lanjut tentang jalur kebijakan moneter Fed.

    Sekadar informasi, pejabat tinggi AS dan China akan bertemu di London untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan meredakan sengketa perdagangan. Kedua negara adidaya tersebut memang telah berperan penting bagi rantai pasokan global.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Departemen Perdagangan, Jamieson Greer, akan mewakili Washington dalam pembicaraan tersebut. Namun, tidak jelas siapa yang akan mewakili China dalam pertemuan tersebut.

    Trump juga mengatakan, Presiden Tiongkok Xi Jinping telah setuju untuk memulai kembali ekspor mineral tanah jarang dan magnet ke AS. Ketika ditanya langsung oleh seorang reporter di Air Force One apakah Xi setuju kembali melakukan ekspor, Trump menjawab, “Ya, dia setuju. Kami sudah sangat maju dalam kesepakatan dengan China,”.

  • Pasar Saham Asia Sambut Positif Pertemuan Amerika-China

    Pasar Saham Asia Sambut Positif Pertemuan Amerika-China

    Tokyo, Beritasatu.com – Saham-saham di zona Asia melonjak, karena pasar Asia bereaksi terhadap data pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang lebih baik dari perkiraan. Selain itu, kabar pertemuan antara Amerika dan China juga mendorong sentimen positif investor.

    Pada hari Senin, indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang (.MIAPJ0000PUS) naik 0,7%, dengan pasar Australia tutup untuk liburan. Indeks saham Nikkei Jepang (.N225  naik 0,9%. Hanya saja indeks berjangka Euro Stoxx 50 pan-regional menunjukkan penurunan.

    Dolar merosot 0,3% terhadap yen menjadi 144,46 menguat 0,9%. Mata uang tunggal Eropa, Euro, naik 0,2% pada hari itu di US$ 1,1417. Poundsterling diperdagangkan pada US$ 1,3553, naik 0,3%.

    Perwakilan dari Washington dan Beijing akan bertemu untuk pembicaraan terkait perang dagang dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Pembicaraan tersebut menyusul panggilan telepon yang dilakukan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping.

    “Kebijakan perdagangan akan tetap menjadi ketidakpastian makro yang besar,” kata Kyle Rodda, analis pasar keuangan senior di Capital.com, seperti dilansir dari Reuters, Senin (9/6/2025).

    Pertumbuhan ekspor China melambat ke level terendah tiga bulanan pada bulan Mei. Sementara deflasi berada dalam level terburuknya dalam dua tahun.

    Meskipun demikian, optimisme perdagangan mengangkat saham China. Indeks Hang Seng Hong Kong (.HIS), naik 0,8%, menyentuh level 24.000 poin untuk pertama kalinya sejak 21 Maret. Indeks saham unggulan Tiongkok CSI300 (.CSI300), naik 0,2%.

    Perhatian kini beralih ke data inflasi AS yang akan memengaruhi ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve. The Fed sedang dalam periode tidak aktif menjelang keputusan kebijakannya pada tanggal 18 Juni.

  • Negosiasi Dagang AS-China Berlanjut di London Pekan Ini

    Negosiasi Dagang AS-China Berlanjut di London Pekan Ini

    Bisnis.com, JAKARTA – Negosiator dagang utama dari Amerika Serikat dan China dijadwalkan memulai babak baru perundingan di London pada Senin (9/6/2025), memunculkan harapan akan meredanya ketegangan antara dua raksasa ekonomi dunia.

    Melansir Bloomberg, delegasi AS dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer. Mereka akan bertemu dengan delegasi China yang dikomandoi Wakil Perdana Menteri He Lifeng.

    Sebelumnya, kedua pihak saling tuding melanggar kesepakatan yang dicapai pada pertemuan Mei di Jenewa—upaya awal meredam eskalasi perang dagang. Sejak kembalinya Presiden Donald Trump ke Gedung Putih, hubungan bilateral kembali memburuk, memperburuk ketidakpastian yang dihadapi pelaku bisnis dan investor global.

    Sabtu lalu, China mengumumkan telah menyetujui sebagian aplikasi ekspor tanah jarang, meski tidak mengungkap tujuan ekspor atau sektor yang terlibat. Langkah ini menyusul klaim Trump bahwa Presiden Xi Jinping telah menyetujui dilanjutkannya aliran mineral penting tersebut.

    “Kami ingin tanah jarang, magnet yang penting untuk ponsel dan segala sesuatu lainnya mengalir seperti yang terjadi sebelum awal April dan kami tidak ingin ada detail teknis yang memperlambatnya dan itu jelas bagi mereka,” ujar kepala Dewan Ekonomi Nasional Kevin Hassett dikutip dari Bloomberg.

    Ketegangan kedua negara memuncak tahun ini setelah perang tarif saling balas mendorong bea masuk menembus 100%. Meskipun kesepakatan di Jenewa dimaksudkan sebagai titik balik, perundingan pasca-pertemuan justru kembali buntu akibat saling tuding.

    Washington mengeluhkan penurunan pasokan magnet tanah jarang yang krusial untuk kendaraan listrik dan pertahanan nasional, sementara Beijing gusar atas pembatasan chip AI milik Huawei, larangan akses terhadap teknologi mutakhir, serta pengawasan ketat terhadap mahasiswa China di AS.

    Tarif AS terhadap barang China dijadwalkan berakhir Agustus, kecuali diperpanjang. Jika pembicaraan gagal, Trump berencana mengembalikan tarif ke tingkat semula yang diumumkan April lalu—lebih tinggi dari tarif dasar 10% saat ini.

    Meski Trump menyampaikan optimisme di media sosial, menyebut pembicaraan akan berlangsung “sangat baik”, sentimen pasar masih ditandai kehati-hatian. Sejak menjabat kembali, Trump baru menandatangani satu kesepakatan dagang besar, yakni dengan Inggris.

    Pertemuan di Jenewa menjadi cermin rumitnya penyusunan kesepakatan dagang antara dua kekuatan besar tersebut.

    Kepala Program Ekonomi Internasional di Atlantic Council Josh Lipsky mengatakan terlalu banyak celah interpretasi yang dibiarkan terbuka, dan keduanya kini menanggung akibatnya.

    “Terjadi kebingungan, bahkan kesalahan tafsir yang disengaja dari kedua pihak, tergantung dari mana Anda melihatnya,” ungkap Lipsky.

    Usai pembicaraan telepon antara kedua pemimpin, China menyatakan bahwa Trump telah menyambut mahasiswa China untuk belajar di AS. Trump pun menegaskan bahwa merupakan suatu kehormatan untuk menerima mereka.

    Xi tampaknya kini bertaruh pada upaya rekonsiliasi yang diharapkan akan membuahkan hasil konkret dalam waktu dekat—seperti pemangkasan tarif, pelonggaran kontrol ekspor, dan suasana diplomatik yang lebih bersahabat.

    “AS dan China hanya ingin kembali ke tempat mereka berada di Swiss dengan beberapa perjanjian lagi di atas kertas untuk benar-benar memahami apa yang akan dilisensikan, apa yang diizinkan, apa yang tidak,” kata Lipsky.