kab/kota: Washington

  • Panas! Iran Bilang Tak Ada Batasan dalam Pembalasan Serangan Israel

    Panas! Iran Bilang Tak Ada Batasan dalam Pembalasan Serangan Israel

    Angkatan bersenjata Iran menegaskan bahwa “tidak ada batasan” dalam pembalasan mereka terhadap Israel, menyusul serangan mematikannya di beberapa kota, termasuk ibu kota Teheran.

    “Sekarang rezim teroris yang menduduki Al-Quds (Yerusalem) telah melewati semua garis merah… (tidak ada) batasan dalam merespons kejahatan ini,” kata angkatan bersenjata Iran dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (13/6/2025).

    Sebelumnya, pemerintah Iran menegaskan Amerika Serikat (AS) akan turut “bertanggung jawab atas konsekuensi” dari rentetan serangan mematikan Israel pada hari Jumat (13/6). Serangan-serangan Israel itu menargetkan sejumlah kota dan lokasi nuklir di republik Islam tersebut.

    Kementerian Luar Negeri Iran dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Jumat (13/6/2025), meyakini serangan Israel tidak mungkin dilakukan “tanpa koordinasi dan izin” dari AS, yang merupakan sekutu dekat Israel.

    “Tindakan agresif rezim Zionis terhadap Iran tidak dapat dilakukan tanpa koordinasi dan izin dari Amerika Serikat,” tegas Kementerian Luar Negeri Iran.

    Dikatakan oleh Kementerian Luar Negeri Iran bahwa AS “bertanggung jawab atas dampak dan konsekuensi berbahaya dari petualangan rezim Zionis”.

    Israel mengumumkan serangan terbaru terhadap Iran pada Jumat (13/6), dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyebut serangan itu sebagai serangan pembuka yang “sangat berhasil”, dan menegaskan serangan akan berlanjut hingga berhari-hari demi menghilangkan ancaman Teheran.

    Lihat Video Israel Status Darurat Usai Serang Iran: RS Bersiap-Bandara Tutup

    Seorang pejabat militer Israel, yang tidak disebut namanya, mengklaim Tel Aviv telah menyerang “puluhan” target nuklir dan militer di Iran, termasuk fasilitas pengayaan uranium utama di Natanz. Serangan itu juga disebut menargetkan pabrik rudal balistik dan para komandan militer Iran.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, dalam pernyataannya, menegaskan Washington tidak terlibat dalam serangan militer Iran terhadap Iran. Rubio memperingatkan Teheran untuk tidak membalas serangan Tel Aviv dengan menyerang pangkalan AS yang ada di kawasan Timur Tengah.

    “Israel mengambil tindakan sepihak terhadap Iran. Kami tidak terlibat dalam serangan terhadap Iran dan prioritas utama kami adalah melindungi pasukan Amerika di kawasan tersebut,” tegas Rubio dalam pernyataannya.

    Lihat Video Israel Status Darurat Usai Serang Iran: RS Bersiap-Bandara Tutup

  • AS Sebut Huawei China Hanya Sanggup Produksi 200.000 Chip AI Tahun Ini

    AS Sebut Huawei China Hanya Sanggup Produksi 200.000 Chip AI Tahun Ini

    Bisnis.com, JAKARTA — Pejabat tinggi pengawasan ekspor Amerika Serikat (AS) mengatakan, Huawei Technologies, perusahaan teknologi multinasional asal China hanya mampu memproduksi 200.000 chip AI tahun ini.

    Pernyataan ini disampaikan oleh pejabat tersebut kepada para anggota parlemen pada Kamis (12/6/2025) waktu setempat, dengan peringatan bahwa meski jumlah tersebut di bawah permintaan perusahaan, China dengan cepat mengejar kemampuan AS dalam hal kecerdasan buatan. 

    Sejak 2019, AS membuat serangkaian aturan ekspor untuk mengekang kemajuan teknologi dan militer China. Kebijakan ini telah membatasi akses Huawei dan perusahaan China lainnya ke chip AS kelas atas dan peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksinya. Hal ini membuat hubungan AS-China kian memanas.

    Menghadapi pembatasan tersebut, Huawei bermaksud mengirimkan chip AI Ascend 910C ke pelanggan China sebagai alternatif chip buatan Nvidia dari AS.

    “Penilaian kami adalah bahwa kapasitas produksi chip Huawei Ascend untuk 2025 akan berada pada atau di bawah 200.000 dan kami memproyeksikan bahwa sebagian besar atau semua itu akan dikirimkan ke perusahaan-perusahaan di China,” kata  Wakil Menteri Perdagangan untuk Industri dan Keamanan di Departemen Perdagangan AS Jeffrey Kessler, dalam sidang kongres, melansir Reuters, Jumat (13/6/2025).

    Kendati begitu, Kessler mengimbau AS untuk tidak merasa ‘aman’ dengan hal tersebut. Pasalnya, China dapat mengejar ketertinggalan dengan cepat dalam hal AI mengingat negara ini menginvestasikan dana yang sangat besar untuk menggenjot produksi chip AI, serta kemampuan chip yang diproduksinya.

    Kepala AI Gedung Putih David Sacks mengatakan pada Selasa bahwa China hanya tertinggal 3-6 bulan di belakang AS dalam hal AI. 

    Gedung Putih kemudian mengatakan bahwa yang dia maksud adalah model AI China, seraya menambahkan bahwa chip AI China tertinggal satu hingga dua tahun di belakang chip AI Negeri Paman Sam.

    Kepada media pemerintah China, CEO Huawei Ren Zhengfei mengatakan bahwa chip buatan perusahaan itu tertinggal satu generasi dari pesaing AS, tetapi perusahaan itu berinvestasi lebih dari US$25 miliar setiap tahunnya untuk meningkatkan kinerja.

    Meski chip AI Nvidia lebih canggih daripada Huawei tetapi kontrol ekspor Washington terhadap chip tercanggihnya telah menyebabkannya kehilangan pangsa pasar.

    AS dan China mencapai gencatan senjata perdagangan sementara dalam pembicaraan di London pekan ini setelah kesepakatan sebelumnya gagal karena pembatasan berkelanjutan China terhadap ekspor mineral.

    Hal itu mendorong pemerintahan Trump untuk menerapkan kontrol ekspor tambahan pada pengiriman perangkat lunak desain semikonduktor, mesin jet untuk pesawat buatan China, dan barang-barang lainnya.

    Perwakilan Demokrat Greg Meeks menyatakan kekhawatirannya bahwa pemerintahan Trump telah mencampuradukkan kontrol ekspor AS dengan diskusi yang lebih luas tentang perdagangan.

    “Yang ingin saya katakan adalah pengendalian ekspor sudah kuat dan saya yakin pengendalian tersebut akan tetap kuat,” kata Kessler.

    Kessler mengatakan dia tidak berencana untuk segera memberlakukan pembatasan baru terhadap semikonduktor AS yang dijual ke China, tetapi Departemen Perdagangan akan tetap aktif dalam bidang ini.

    “Ini adalah lanskap yang terus berkembang, dan kami perlu memastikan bahwa pengendalian kami tetap efektif,” pungkasnya.

  • Respons Resmi Trump Usai Israel Serang Besar-besaran Iran

    Respons Resmi Trump Usai Israel Serang Besar-besaran Iran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bereaksi soal serangan Israel ke Iran. Sebelumnya Israel menyerang besar-besaran Iran Jumat (13/6/2025) dini hari, menyebabkan ledakan di sejumlah wilayah di Negeri Syiah itu termasuk di ibu kota Teheran.

    Dalam wawancara di Fox News, Trump mengatakan telah mendapat pemberitahuan sebelumnya tentang serangan Israel terhadap Iran. Namun ia ‘masih berharap’ AS tetap bisa berunding dengan Iran setelah serangan itu.

    “Iran tidak dapat memiliki bom nuklir dan kami berharap untuk kembali ke meja perundingan. Kita lihat saja nanti,” kata Trump.

    Sebelumnya dalam pernyataan Kamis, Trump memang telah memperingatkan bahwa ada “peluang terjadinya konflik besar” di Timur Tengah. Ia secara spesifik mengkonfirmasi bahwa ada potensi serangan Israel terhadap Iran yang sangat mungkin terjadi.

    Meski begitu, ia menegaskan bahwa Washington lebih suka untuk membuat kesepakatan dengan Iran. Diketahui, Negeri Persia itu telah menjadi fokus konflik bagi AS dan Israel setelah dituding memiliki proyek nuklir yang diarahkan pada pengembangan senjata.

    “Saya ingin mencapai kesepakatan dengan Iran. Kami sudah cukup dekat dengan kesepakatan. Saya lebih suka kesepakatan,” kata presiden AS itu dikutip Al Jazeera kemarin.

    “Selama saya pikir ada kesepakatan, saya tidak ingin mereka (Israel) ikut campur karena saya pikir itu akan merusaknya, mungkin membantu sebenarnya, tetapi juga bisa merusaknya,’ tambahnya.

    Komentarnya muncul sehari setelah AS menarik beberapa diplomatnya dari kawasan itu dan menempatkan kedutaan besarnya dalam siaga tinggi di tengah laporan kemungkinan serangan Israel terhadap Iran. Trump menyebut penarikan itu merupakan rangkaian untuk melindungi sejumlah besar warga AS di kawasan Arab.

    “Ada kemungkinan konflik besar,” tutur Trump.

    “Banyak warga Amerika di daerah ini. Dan saya berkata: Kita harus memberi tahu mereka untuk keluar karena sesuatu bisa segera terjadi, dan saya tidak ingin menjadi orang yang tidak memberi peringatan, dan rudal terbang ke gedung-gedung mereka. Itu mungkin saja.”

    Perjanjian Nuklir Iran dan AS

    Perlu diketahui, pejabat AS dan Iran tengah mengadakan beberapa putaran perundingan nuklir sejak April untuk mencapai kesepakatan guna mencegah perang. Posisi yang dinyatakan Trump adalah bahwa Iran tidak akan pernah diizinkan memperoleh bom nuklir.

    Teheran menyangkal tengah berupaya memperoleh senjata nuklir, tetapi menekankan bahwa mereka memiliki hak untuk memperkaya uranium di dalam negeri, suatu proses mengubah atom uranium untuk menghasilkan bahan bakar nuklir. Namun, pejabat AS telah menyarankan bahwa Iran harus melepaskan kemampuan pengayaannya untuk memastikan bahwa mereka tidak dapat memiliterisasi program nuklirnya.

    Meskipun tampaknya menemui jalan buntu, perundingan terus berlanjut. Pejabat AS dan Iran dijadwalkan untuk mengadakan putaran perundingan keenam di Oman pada hari Minggu.

    Trump sebelumnya menyatakan optimisme tentang peluang mencapai kesepakatan. Namun, ketegangan meningkat dalam beberapa hari terakhir.

    Awal minggu ini, Iran mengatakan telah memperoleh banyak sekali dokumen rahasia tentang persenjataan nuklir Israel yang tidak dideklarasikan. Diketahui,Tel Aviv telah mengklaim selama lebih dari 20 tahun bahwa Iran berada di ambang perolehan senjata nuklir.

    (tps/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Istana Ungkap Isi Percakapan Prabowo dan Trump

    Istana Ungkap Isi Percakapan Prabowo dan Trump

    Bisnis.com, JAKARTA — Istana Kepresidenan mengungkap bahwa Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menerima sambungan telepon dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, pada Kamis (12/6/2025) malam.

    Sekretaris Kabinet (Seskab) Letkol Teddy Indra Wijaya menegaskan bahwa percakapan kedua kepala negara berlangsung dalam suasana hangat dan penuh semangat persahabatan.

    “Kedua pemimpin saling menanyakan kabar serta perkembangan terkini, baik di Amerika maupun di Indonesia,” ujar Teddy dalam keterangan resminya melalui instagram @sekretariat.kabinet, Jumat (13/6/2025).

    Dalam percakapan yang berlangsung sekitar 15 menit tersebut, Teddy mengatakan bahwa kepala negara kembali menyampaikan ucapan selamat kepada Donald Trump atas terpilihnya kembali sebagai Presiden Amerika Serikat.

    Presiden Trump pun membalas dengan menyampaikan selamat atas kemenangan Prabowo sebagai Presiden ke-8 Republik Indonesia.

    Menurutnya, pernyataan ini menjadi penegasan atas hubungan personal dan komunikasi langsung yang terjalin baik antara kedua pemimpin, terutama di masa transisi kepemimpinan nasional masing-masing negara.

    Teddy menambahkan bahwa dalam komunikasi tersebut, kedua pemimpin juga menyampaikan komitmen bersama untuk terus meningkatkan kerja sama strategis antara Indonesia dan Amerika Serikat, termasuk dalam menghadapi tantangan global.

    “Sebagai pemimpin dua negara besar, keduanya juga sepakat untuk terus meningkatkan kerja sama antara Indonesia dan Amerika Serikat, serta menegaskan dukungan mereka terhadap upaya menjaga stabilitas dan perdamaian global,” imbuhnya.

    Teddy melanjutkan bahwa percakapan ini bukan yang pertama dilakukan kedua tokoh.

    Sebelumnya, pada 11 November 2024, mereka juga telah melakukan pembicaraan via telepon usai pemilihan umum masing-masing. Hubungan yang konsisten ini dinilai sebagai landasan penting dalam menjaga kesinambungan diplomasi bilateral antara Jakarta dan Washington.

    “Sebelumnya, kedua pemimpin juga saling berkabar melalui sambungan telepon pada 11 November 2024,” pungkas Teddy.

  • Trump Ancam Naikkan Tarif Impor Mobil untuk Akselerasi Investasi di AS

    Trump Ancam Naikkan Tarif Impor Mobil untuk Akselerasi Investasi di AS

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengangkat isu tarif sebagai alat tekan kebijakan industrinya. Kali ini, ia mengancam bakal menaikkan tarif impor mobil guna memaksa produsen otomotif global mempercepat relokasi investasi ke dalam negeri.

    “Saya mungkin akan menaikkan tarif itu dalam waktu dekat. Semakin tinggi tarifnya, semakin besar kemungkinan mereka membangun pabrik di sini,” ujar Trump dalam pernyataan yang dikutip Reuters, Jumat (13/6/2025).

    Pernyataan tersebut muncul di tengah upaya intensif para raksasa otomotif dunia melobi Gedung Putih agar mencabut tarif 25% terhadap kendaraan impor yang diberlakukan Trump sejak masa jabatan pertamanya.

    Tiga produsen besar asal Detroit — General Motors (GM), Ford, dan Stellantis — bahkan menyuarakan kekecewaan atas kesepakatan tarif dengan Inggris yang memberi potongan bea masuk untuk mobil buatan Inggris, namun tak berlaku bagi produk dari Kanada dan Meksiko.

    Trump menilai serangkaian pengumuman investasi belakangan ini sebagai bukti nyata keberhasilan kebijakan proteksionisnya. GM, misalnya, berencana menanamkan modal US$4 miliar untuk memperluas tiga pabrik di AS sekaligus memindahkan sebagian produksi SUV dari Meksiko ke tanah Amerika.

    Ia juga menyinggung investasi jumbo senilai US$21 miliar oleh Hyundai, termasuk rencana pembangunan pabrik baja baru yang diumumkan Maret lalu. “Tanpa tarif—termasuk tarif baja—mereka takkan menginvestasikan 10 sen pun. Tarif membuat industri baja kita kembali bergairah,” ujarnya.

    Di sisi lain, pemerintah Meksiko bulan lalu mengumumkan bahwa ekspor mobil dari pabrik Meksiko ke AS akan dikenai tarif rata-rata 15%, lebih rendah dari tarif penuh 25%. Hal ini disebabkan adanya insentif pengurangan tarif dari Washington yang mempertimbangkan proporsi konten produksi AS dalam kendaraan tersebut.

    Namun, strategi tarif tinggi ini juga membawa tekanan balik bagi industri. Dalam beberapa pekan terakhir, Ford Motor dan Subaru of America menaikkan harga sejumlah model sebagai respons terhadap lonjakan biaya produksi yang dipicu oleh tarif.

    Pada Mei lalu, Ford memperkirakan beban tarif bakal menggerus laba operasional hingga US$1,5 miliar. GM pun mencatat total eksposur tarif mereka kini berada di kisaran US$4 miliar–US$5 miliar, termasuk sekitar US$2 miliar dari mobil murah buatan Korea Selatan, lokasi produksi untuk sejumlah model Chevrolet dan Buick entry-level.

  • Beda Strategi Negosiasi AS-China: Xi Jinping Ulur Waktu, Trump Mau Instan

    Beda Strategi Negosiasi AS-China: Xi Jinping Ulur Waktu, Trump Mau Instan

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menunjukkan sikap pendekatan yang berbeda terkait hasil negosiasi perdagangan AS-China di London pekan ini.

    Saat Trump mengumumkan hasil perundingan tersebut dengan penuh keyakinan, Xi Jinping lebih memilih pendekatan yang lebih tenang namun strategis, yakni memperpanjang proses negosiasi demi memberi ruang manuver bagi China, sekaligus meredam tekanan tarif dan pembatasan teknologi dari AS.

    Setelah dua hari perundingan, Trump dengan lantang menyatakan melalui media sosial bahwa kesepakatan telah “SELESAI” untuk memulihkan pasokan mineral tanah jarang dari China. Ia juga berjanji mencabut pembatasan visa pelajar.

    Beberapa jam sebelumnya, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menyampaikan bahwa Washington akan melonggarkan pembatasan teknologi jika pasokan logam penting yang krusial bagi sektor otomotif dan pertahanan AS tersebut kembali stabil.

    Namun Beijing menekankan hal berbeda. Dalam komentar resmi People’s Daily pada Kamis (12/6/2025), Pemerintah China menyatakan sejauh ini menyatakan tidak ada kontrol ekspor. Media partai Komunis China itu justru menyoroti dibentuknya “jaminan institusional” di Jenewa melalui mekanisme konsultasi bilateral.

    Xi, dalam percakapan telepon dengan Trump yang terjadi sebelum pertemuan London, disebut menegaskan pentingnya jalur tersebut.

    Sikap bertolak belakang ini menunjukkan betapa berbeda pendekatan dua kekuatan ekonomi terbesar dunia dalam mengelola konflik dagang dan hubungan bilateral yang kerap naik-turun. Trump menginginkan kesepakatan cepat lewat jalur langsung antar pemimpin, sementara Xi memilih kerangka kerja yang dijalankan para pembantunya untuk menghindari kejutan tak terduga.

    Pendekatan seperti ini bisa memakan waktu panjang, seperti yang terjadi dalam kesepakatan ”Fase Satu” yang baru tercapai di penghujung masa jabatan pertama Trump.

    Wakil Direktur Riset China Gavekal Research Christopher Beddor mengatakan Xi Jinping tengah memainkan strategi jangka panjang dalam perdagangan AS-China. Hal ini karena masa jabatannya jauh lebih panjang dari Trump.

    “Bukan berarti tak ada pertimbangan jangka pendek, namun ketiadaan batasan masa jabatan menciptakan insentif yang jauh berbeda dibanding Trump,” jelasnya seperti dikutip Bloomberg, Jumat (13/6/2025).

    Strategi China

    Lambannya negosiasi juga memberi waktu bagi China untuk menilai seberapa keras tekanan yang diberikan Trump terhadap negara lain. Namun di sisi lain, ketidakpastian berkepanjangan membawa dampak negatif bagi pelaku usaha.

    Xi sendiri menunjukkan fleksibilitas pekan lalu dengan langsung menghubungi Trump, sebuah langkah tak lazim yang memotong protokol diplomatik. Di era Biden, dialog tingkat tinggi biasanya diatur lewat pertemuan panjang antara pejabat senior seperti Jake Sullivan dan Wang Yi di lokasi netral.

    Meski perundingan di Jenewa bulan lalu ditutup dengan pernyataan bersama yang identik dari kedua pihak, kesepakatan itu langsung runtuh setelah AS menuduh China mengingkari komitmen melepas pengiriman logam tanah jarang. Beijing bersikukuh bahwa proses perizinan tetap diberlakukan, meski perusahaan AS menilai prosesnya terlalu lambat hingga menghentikan produksi.

    Minimnya rincian dari pertemuan terbaru membuat banyak pihak bertanya-tanya, terutama soal sejauh mana China bersedia melepas logam-logam langka yang vital bagi jet tempur hingga kendaraan listrik.

    Dalam wawancara dengan CNBC International, Lutnick menyatakan bahwa China akan menyetujui semua permohonan magnet dari perusahaan AS secara langsung. Klaim ini dipandang terlalu luas dan membuka peluang kekecewaan.

    Sementara itu, juru bicara Kementerian Perdagangan China He Yadong mengatakan negaranya akan mempertimbangkan secara menyeluruh kebutuhan dan kekhawatiran wajar semua negara dalam sektor sipil dan menyebutkan bahwa proses persetujuan sedang diperkuat.

    Co-founder sekaligus kepala riset Gavekal Arthur Kroeber mengatakan China memang memiliki insentif untuk merahasiakan strateginya dan enggan mengumbar pernyataan soal komitmen yang telah atau belum diambil,”

    “Mereka memiliki keleluasaan besar dalam mengatur seluruh rezim perizinan ekspor,” jelasnya.

    Salah satu taktik yang bisa diterapkan, tambahnya, adalah membuka kembali izin ekspor dalam jumlah yang cukup agar pembeli komersial tetap bisa beroperasi—namun tidak terlalu longgar hingga memungkinkan perusahaan menimbun pasokan, yang bisa menggerus pengaruh strategis Beijing ke depan.

    Masih ada kebingungan, terutama setelah Trump mengklaim China kini menghadapi tarif 55%. Tarif ini menggabungkan tarif lama dari masa jabatannya terdahulu serta tambahan 20% untuk isu fentanyl.

    Lutnick sendiri meragukan fleksibilitas tarif dan menyebutkan bahwa tarif yang berlaku “pasti” akan dipertahankan, membuat masa tenggang 90 hari hingga Agustus praktis tak berlaku lagi. Hal ini dapat melemahkan insentif Beijing untuk memberikan konsesi lebih jauh ke depan.

    Meski ekspor China ke AS anjlok 34% pada Mei 2025, tekanan tampaknya lebih dirasakan Trump yang dikejar tenggat internal hingga 9 Juli untuk menuntaskan kesepakatan dagang dengan puluhan negara atau kembali memberlakukan tarif besar-besaran.

    Ia bahkan mengancam akan mengirim surat peringatan ke negara-negara terkait: “Ini kesepakatannya, terima atau tinggalkan.”

    Sebagai sinyal kesediaan berkompromi, tim Trump kali ini bahkan bersedia membahas kontrol ekspor—sebuah topik yang sebelumnya dianggap tabu karena menyangkut keamanan nasional.

  • Petaka Trump Hantam Pengusaha Kecil, Blak-blakan Teriak Neraka

    Petaka Trump Hantam Pengusaha Kecil, Blak-blakan Teriak Neraka

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kepemimpinan Donald Trump di Amerika Serikat (AS) berdampak besar pada pengusaha kecil. Salah satunya adalah seorang pemilik usaha Guardian Baseball bernama Matt Kubancik yang menyebut pemerintah sekarang seperti ‘rehat dari neraka’.

    Kubancik dulunya merupakan pendukung partai Republik memilih Trump pada pemilu AS bulan November lalu. Harapannya, Republik mampu meningkatkan perekonomian dengan menurunkan harga gas dan bahan makanan.

    Namun, keinginannya tak jadi kenyataan. Setengah tahun pertama masa jabatan kedua Trump diibaratkan seperti neraka.

    Kebijakan tarif tinggi Trump sempat mengguncang dunia. Hingga saat ini, kebijakan tarif tersebut masih berubah-ubah dan menyebabkan ketidakpastian bagi pengusaha kecil.

    Tarif ekspor yang ditetapkan Trump mulanya menyasar banyak negara, lantas kemudian ditangguhkan. Tarif tinggi ke China bahkan pernah dipatok 145%.

    Namun akhirnya AS dan China melakukan ‘gencatan senjata’ tarif pada kesepakatan di Jenewa tertanggal 12 Mei 2025. Tarif tinggi ditangguhkan hingga 90 hari dan yang berlaku saat ini adalah 30% untuk barang impor China yang masuk ke AS. 

    Guardian Baseball yang menjual perlengkapan bisbol sebagian besar bergantung pada produsen Chinaterdampak keputusan tarif yang berubah-ubah. Guardian Baseball menjual produknya di platform e-commerce Amazon dan di toko fisik seperti Walmart.

    Bahkan dengan tarif 30% untuk barang dari China, biayanya jauh lebih tinggi daripada sebelum Trump menjabat. Beberapa bisnis kecil telah berhenti memesan lebih banyak inventaris atau menghentikan pengembangan produk baru sambil menunggu perkembangan situasi.

    Beberapa lainnya terpaksa menaikkan harga karena mereka tidak mampu lagi menanggung biaya impor yang lebih tinggi.

    Keadaan ini membuat Kubancik menyesali pilihannya. Bahkan menyebut AS tengah berada di jalan yang salah.

    “Saya tidak merasa negara sedang menuju ke jalan yang benar,” ucapnya, dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (12/6/2025).

    Kondisi setelah tiga bulan gencatan senjata juga belum jelas. Kedua negara kerap saling tuding satu sama lain telah melanggar perjanjian perdagangan awal.

    Setelah Walmart memperingatkan bulan lalu bahwa mereka harus menaikkan harga, Trump memberi tahu raksasa ritel itu untuk menanggung beban tarif.

    Kubancik mengatakan bahwa perusahaannya mendapat keberuntungan besar tahun lalu ketika menandatangani kesepakatan dengan Walmart untuk menempatkan produknya di 3.000 toko.

    Sekarang ia menunda pesanan inventaris dari China dan mengambil pendekatan yang lebih konservatif untuk menghasilkan produk baru, karena perusahaan tidak mampu menanggung risiko tambahan.

    “Rasanya seperti kami sempat berhasil sebagai sebuah merek. Lalu sekarang rasanya seperti pesawat yang menukik tajam,” ia memungkasi.

    Optimisme Usai Trump dan Xi Jinping Kembali Rujuk

    Kekhawatiran Kubancik dan pelaku bisnis kecil lainnya tak masuk dalam data survei yang memberikan prediksi positif atas kondisi terbaru usai AS dan China kembali duduk bareng di London pada pekan ini.

    Menurut survei terhadap 270 pemimpin bisnis yang dirilis pada hari Senin dari Chief Executive Group, kurang dari 30% CEO memperkirakan resesi ringan atau parah selama enam bulan ke depan.

    Angka tersebut turun dari 46% yang mengatakan hal yang sama pada bulan Mei dan 62% pada bulan April 2025.

    Laporan per 3 bulan yang diterbitkan pada pekan ini dari National Federation of Independent Business menunjukkan bahwa optimisme sedikit meningkat pada bulan Mei dari bulan April 2025, meskipun “ketidakpastian masih tinggi di antara pemilik usaha kecil,” kata Kepala Ekonom NFIB Bill Dunkelberg dalam rilis tersebut.

    Pejabat AS dan China pada Selasa (10/6) malam mengakhiri pembicaraan perdagangan selama dua hari di London. Berdasarkan perjanjian awal, AS akan mengenakan tarif sebesar 55% pada barang-barang China, kata Trump dalam sebuah posting di Truth Social.

    Perincian lengkap perjanjian tersebut belum dirilis. Trump mengatakan kesepakatan tersebut masih menunggu persetujuan dari pemerintahannya dan Presiden China Xi Jinping.

    “Presiden Xi dan saya akan bekerja sama erat untuk membuka akses China bagi perdagangan Amerika,” tulis Trump dalam sebuah posting. “Ini akan menjadi KEMENANGAN besar bagi kedua negara!!!”

    Menteri Perdagangan Howard Lutnick mengatakan kepada “Money Movers” CNBC International pada Rabu (11/6) bahwa tarif AS atas impor China tidak akan berubah dari level saat ini, meskipun kesepakatan perdagangan antara Washington dan Beijing belum dirampungkan.

    Gedung Putih tidak menanggapi permintaan komentar.

    Serba Tidak Pasti

    Seperti Kubancik, Alfred Mai mengatakan bisnisnya secara umum masih dalam ‘mode menunggu’ dan melihat situasi selama sengketa dagang masih terus didiskusikan.

    Mai, salah satu pendiri perusahaan permainan kartu ASM Games, mengatakan ia makin khawatir dan harus berstrategi dalam menetapkan pesanan inventaris berjumlah besar, sebelum keadaan lagi-lagi berubah.

    Ia memberi tahu mitra manufakturnya untuk mempercepat produksi dan pengiriman dari China ke AS secepat mungkin.

    “Saya tidak tahu seperti apa situasinya setelah jeda 90 hari, jadi saya lebih suka menerima pukulan telak sekarang daripada berpotensi tersingkir di masa mendatang oleh kenaikan tarif besar-besaran,” kata Mai melalui email ke CNBC International

    Pesanan tersebut dijadwalkan tiba tepat saat perjanjian jangka pendek antara AS dan China berakhir. Namun, jika tarif naik sebelum pengirimannya sampai di AS, Mai mengatakan ia mungkin tidak mampu membayar pajak yang diperlukan untuk mengambil alih kepemilikan inventaris yang disiapkan untuk musim luburan.

    Dengan tarif terhadap China sebesar 30%, Mai mengatakan ia kemungkinan harus menaikkan harga sebesar 10% hingga 20% dan berharap konsumen bersedia membayar.

    Petaka Tarif Kanada

    Selain pungutan China, pemerintahan Trump mengenakan tarif 25% untuk barang-barang dari Kanada.

    “Setiap kali saya mendengar bunyi ding dari Shopify, saya jadi khawatir dari mana pesanan itu berasal,” kata Tony Sagar, pemilik bisnis Down Under Bedding yang berbasis di Toronto.

    Perusahaan Sagar mendapatkan sebagian bantal dan selimut bulu angsa dari China dan mempertimbangkan untuk menghentikan sebagian barangnya yang bermargin rendah karena tidak mampu lagi bersaing dengan pesaing yang lebih murah.

    “Pada dasarnya, kami telah menghentikan segala jenis impor atau perencanaan,” kata Sagar dalam sebuah wawancara.

    Bulan lalu, Sagar mengatakan bahwa ia terpaksa mengembalikan uang seorang pelanggan yang membeli selimut seharga US$150, tetapi menolak membayar biaya bea masuk tambahan sebesar US$277.

    Ia mengalami masalah yang sama pada pekan lalu, setelah seorang pembeli memesan selimut seharga US$595 yang disertai tagihan bea masuk hampir US$1.200. Sagar mengatakan bahwa ia sekarang menghubungi setiap pelanggan AS setelah mereka memesan untuk memastikan bahwa mereka bersedia membayar bea masuk tambahan.

    Greg Shugar, yang mengelola beberapa bisnis pakaian, mengatakan masalah dalam upaya merencanakan masa depan adalah bahwa keputusan kebijakan yang berubah-ubah hanya bertumpu pada ego Trump.

    “Jika kita memahami motivasi sebenarnya di balik pemerintahan, kita akan tahu ke mana harus pergi atau apa yang harus dilakukan,” kata Shugar.

    Shugar mengatakan perubahan posisi Trump terkait tarif telah membuatnya bingung apakah akan memindahkan produksi dari China atau tidak.

    Bulan lalu, ia bergabung dengan sekelompok pemilik usaha kecil lainnya di sebuah acara yang diselenggarakan oleh National Retail Federation, dengan rencana untuk menyampaikan kekhawatiran mereka ke Gedung Putih.

    Kelompok tersebut bertemu dengan perwakilan dari pemerintahan Trump selama sekitar 30 menit. Shugar mengatakan bahwa ia merasa lebih pesimistis tentang situasi tarif daripada sebelum ia masuk grup tersebut.

    “Kami tidak akan menanggung tarif 30% dan konsumen juga tidak [mungkin mau],” kata Shugar.

    “Jadi sebenarnya tidak ada pemenang, yang ada hanya pecundang dengan tarif ini,” ia menambahkan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Awas Perang Arab! Rusia Resmi Garap 8 Proyek Nuklir Iran

    Awas Perang Arab! Rusia Resmi Garap 8 Proyek Nuklir Iran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rusia dilaporkan memenangkan kontrak untuk membangun delapan pembangkit listrik tenaga nuklir di Iran. Hal ini dilaporkan saat Teheran masih mendapatkan tekanan terkait teknologi nuklirnya dari Barat.

    Mengutip Oil Price, Juru Bicara Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri, Ebrahim Rezaei, mengumumkan pada hari Senin (9/6/2025) bahwa sedikitnya empat unit baru akan dibangun di Bushehr, lokasi satu-satunya pembangkit listrik tenaga nuklir Iran yang saat ini beroperasi.

    “Kami memiliki kontrak dengan Rusia untuk membangun delapan pembangkit listrik tenaga nuklir di Iran, empat di antaranya akan berada di Bushehr,” kata Rezaei.

    Fasilitas Bushehr berkapasitas 1.000 MW diselesaikan oleh Rusia pada Mei 2011. Pembangkit listrik tersebut telah menjadi pusat program energi nuklir sipil negara tersebut, dan telah lama dioperasikan dengan kerja sama dari Rosatom, badan nuklir milik negara Rusia.

    Lembaga nuklir Iran, AEOI, pada Februari tahun lalu mengatakan pembangunan telah dimulai pada pembangkit listrik Iran-Hormoz berkapasitas 5.000 MW, yang akan memiliki empat reaktor berkapasitas 1.250 MW, di dekat kota Minab dan Sirik di provinsi pesisir selatan Hormozgan. Pemerintah saat itu mengatakan proyek tersebut akan membutuhkan investasi sebesar US$ 15 miliar (Rp 243 triliun).

    Menteri Perminyakan Iran Mohsen Paknejad pada bulan April mengatakan Rusia akan mendanai pembangunan pabrik nuklir baru di Iran. Paknejad dalam sebuah pernyataan mengatakan kedua negara akan bekerja sama dalam “pembangunan fasilitas energi nuklir baru dan penyelesaian tahap kedua dan ketiga pembangkit listrik Bushehr menggunakan jalur kredit Moskow.”

    Parlemen Iran pada tanggal 21 Mei meratifikasi kemitraan strategis selama 20 tahun dengan Rusia. Laporan mengatakan kesepakatan itu akan memperluas kerja sama ekonomi dan militer antara kedua negara.

    Sementara itu, berita ini dirilis saat Iran masih berada dalam perundingan panas dengan Amerika Serikat (AS) terkait pengembangan nuklir. Diketahui, AS dan sejumlah sekutunya telah menerapkan sanksi ekonomi terhadap Negeri Persia lantaran menduga proyek nuklir itu akan ditujukan untuk pengembangan senjata, sebuah tuduhan yang ditolak keras Iran.

    Presiden AS Donald Trump telah berulang kali mengancam akan menyerang Iran jika perundingan yang tersendat mengenai program nuklirnya gagal. Tak hanya itu, dalam beberapa bulan terakhir, AS telah mengerahkan lebih banyak aset militer di Timur Tengah.

    Bahkan, pengerahan ini melibatkan pesawat pengebom B-2 dan kapal induk. Selain itu, muncul laporan bahwa Washington akan melakukan evakuasi sebagian dari diplomatnya di Irak, yang menjadi tetangga Iran dan mitra dekat AS.

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Perundingan Amerika Serikat dan Rusia Berikutnya akan Digelar di Moskow

    Perundingan Amerika Serikat dan Rusia Berikutnya akan Digelar di Moskow

    JAKARTA – Perundingan antara Amerika Serikat dan Rusia untuk menyelesaikan masalah dalam hubungan bilateral mereka akan dipindahkan dari Istanbul ke Moskow, kata duta besar baru Rusia untuk Amerika Serikat.

    “Pemulihan hubungan Rusia-Amerika masih jauh,” kata Duta Besar Alexander Darchiev kepada TASS, seperti melansir Reuters 11 Juni.

    Pemulihan hubungan dengan Moskow diperlambat oleh apa yang disebut “negara dalam” AS dan “para elang” anti-Rusia di Kongres, lanjut Dubes Darchiev.

    “Saya dapat mengonfirmasi bahwa negosiasi delegasi berikutnya akan berlangsung dalam waktu dekat di Moskow,” jelas Dubes Darchiev.

    Perang di Ukraina memicu konfrontasi terbesar antara Moskow dan Barat sejak Perang Dingin.

    Diplomat senior di Moskow dan Washington mengatakan kepada Reuters pada tahun 2024, mereka tidak dapat mengingat hubungan yang pernah lebih buruk.

    Pemerintahan Presiden AS Donald Trump menggambarkan konflik Ukraina sebagai perang proksi antara Amerika Serikat dan Rusia. Presiden Trump sendiri telah berulang kali memperingatkan risiko eskalasi konflik ini menjadi perang dunia.

    Sebelumnya, delegasi Rusia dan Amerika Serikat diketahui telah menggelar sejumlah pertemuan sejak Februari tahun ini, baik di Riyadh, Arab Saudi maupun Istanbul, Turki.

  • Lautan Dunia Sedang Tidak Baik-Baik Saja

    Lautan Dunia Sedang Tidak Baik-Baik Saja

    Jakarta

    Lautan yang luas adalah habitat bagi 250.000 jenis makhluk hidup – dari plankton mungil, terumbu karang besar, hingga paus biru raksasa, mamalia terbesar di planet bumi. Untuk satu miliar manusia di Bumi, lautan juga merupakan sumber bahan makanan terpenting.

    Untuk melindungi lautan, komunitas internasional berkumpul di Cote d’Azur, Nice, Prancis, menghadiri Konferensi Kelautan PBB (UN Ocean Conference). Apa saja isu-isu yang dibahas?

    Suhu laut yang ‘menghangat’ berarti lebih sedikit makhluk hidup

    Sebagian besar kehidupan bawah laut turut terancam karena pemanasan global. Meningkatnya suhu memicu pemutihan terumbu karang dan yang kemudian akan mati. Saat ini sekitar 84% terumbu karang di seluruh dunia terdampak. Jika suhu lautan di dunia lebih panas 1,5°C dari zaman pra-industri, sebagian besar terumbu karang akan mati.

    “Mulai dari kenaikan 2°C, kehancuran tidak dapat dihindari,” kata Katja Matthes, yang mengepalai Pusat Penelitian GEOMAR di Kiel. Karena air yang lebih hangat lebih sedikit kandungan oksigennya, dan mengancam kehidupan banyak makhluk hidup lainnya.

    Penelitian terbaru menunjukkan, suhu laut dapat memanas hingga kedalaman 2000 meter. “Akibatnya, plankton, ikan dan mamalia laut kehabisan oksigen. Contohnya, zona mati yang kami lihat di Laut Baltik, Jerman, di mana praktis tidak memungkinkan ada kehidupan laut”

    Penangkapan ikan masif membuat ekosistem laut ‘stres’

    Penangkapan ikan yang berlebihan dan tidak terkendali juga mengancam ekosistem laut. Organisasi lingkungan WWF memperkirakan, jumlah spesies laut yang ditangkap secara berlebihan meningkat tiga kali lipat dalam 50 tahun terakhir. Jika terlalu banyak yang ditangkap, spesies tersebut tidak dapat melakukan regenerasi dengan baik.

    Terutama di Laut Mediterania masalahnya sangat kentara. Di kawasan itu, lebih dari 50 persen sumberdaya ikan tergolong mengalami penangkapan berlebihan. Yang paling banyak ditangkap nelayan adalah Ikan haring, sarden, dan ikan teri.

    Sekitar 600 juta orang di seluruh dunia – terutama di Cina, Indonesia dan India – mata pencahariannya bergantung pada laut.

    Tahun 2050: lebih banyak plastik daripada ikan di lautan

    Menurut proyeksi, pada tahun 2050, bobot sampah plastik akan melebihi bobot seluruh ikan di lautan. World Resources Institute, sebuah organisasi nirlaba di bidang lingkungan hidup yang berbasis di Washington, memperkirakan setiap tahunnya tambahan delapan hingga sepuluh juta ton sampah plastik baru akan mencemari lautan.

    Dibutuhkan waktu ratusan tahun untuk menguraikan komponen plastik. Sampah dan partikel mikroplastik yang sangat tahan lama ini memberi masalah besar pada mahkluk hidup di lautan.

    Suhu laut turut mempengaruhi cuaca

    Suhu laut juga berdampak pada cuaca dan suhu udara. Musim hujan monsun di Amerika Selatan dan Asia atau cuaca yang relatif sejuk di Eropa secara signifikan dipengaruhi oleh arus laut global.

    Arus Teluk sebagai bagian dari sirkulasi Atlantik,,membawa air hangat dari daerah tropis ke Samudra Atlantik Utara. Ini mempengaruhi suhu udara di Eropa yang relatif sejuk dan dengan begitu juga hasil meningkatnya hasil panen.

    Menurut para peneliti, kenaikan suhu dapat mengubah sistem arus laut. Terdapat indikasi Arus Teluk kian melambat. Tanpa arus tersebut, suhu di Eropa utara akan lebih dingin lima hingga 15 derajat, menurut perhitungan Badan Lingkungan Hidup Federal Jerman.

    Samudera: sekutu mencegah perubahan iklim

    Pada tahun 2023 dan 2024, suhu permukaan lautan mencatat rekor baru, berdasarkan laporan terbaru yang dirilis Copernicus. Copernicus adalah program luar angkasa Uni Eropa yang melakukan pengamatan terhadap bumi. Semakin panas suhu air, semakin memuai juga volumenya. Ini menjadi alasan mengapa ketinggian muka air laut terus meningkat.

    Suhu laut kian memanas, karena menyerap karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca lainnya – hampir sepertiga dari emisi yang dibuat manusia. Dengan itu laut menstabilkan iklim. “Tanpa fungsi penyerapan emisi oleh lautan, suhu di atmosfer akan sangat tinggi,” jelas Carlos Duarte. Dia meneliti masalah kelautan di Universitas King Abdullah di Arab Saudi.

    “Lautan adalah sekutu kita dalam mencegah perubahan iklim,” kata Katja Matthes, “tapi hanya selama kita menjaga fungsinya.” Karena ketika suhu air laut meningkat, ia hanya dapat menyimpan lebih sedikit CO2.

    “Dan dengan meningkatnya kandungan karbon, laut menjadi semakin asam,” lanjut Matthes, “itu menyebabkan kerang dan karang mati.” Banyak organisme yang kesulitan beradaptasi dengan kondisi yang semakin asam. Akibatnya, mereka kekurangan energi untuk tumbuh dan melakukan reproduksi.

    Bagaimana lautan dapat dilindungi?

    Untuk menangkal bahaya tersebut, sejumlah negara membangun kawasan konservasi laut. Salah satu yang kawasan konservasi laut terbesar terletak di wilayah pesisir negara bagian Hawaii, Amerika Serikat.

    Bentuk perlindungan kawasan laut berbeda-beda di setiap negara. Seringkali di kawasan tersebut tidak diizinkan dibangun taman turbin angin lepas pantai , dan melarang penangkapan ikan. Saat ini kurang dari sembilan persen lautan dunia dilindungi – tetapi hanya tiga persen dari jumlah tersebut menerapkan pembatasan penangkapan ikan.

    Targetnya: mengurangi sampah plastik di lautan

    “Kita tidak bisa menyelesaikan semua masalah dengan kawasan konservasi laut. Perubahan iklim atau sampah plastik tidak dapat dikecualikan dari wilayah tersebut,” kata Duarte.

    PBB telah lama ingin membuat suatu perjanjian internasional untuk menghentikan polusi plastik. Negosiasi mengenai perjanjian tersebut baru-baru ini gagal karena adanya penolakan dari negara-negara produsen minyak seperti Arab Saudi dan Rusia. Negosiasi rencananya dilanjutkan di Swiss pada Agustus 2025.

    Penelitian alternatif pengganti plastik konvensional telah berlangsung sejak lama. Para peneliti Jepang telah mengembangkan bahan alternatif plastik, yang larut di dalam air laut yang memiliki kandungan garam, dalam hitungan jam. Namun, alternatif ini tidak solutif mengingat sampah plastik sudah ada di lautan dalam jumlah yang besar.

    Siapa yang boleh mengeksploitasi sumber daya laut?

    Sekitar 40% kawasan laut, berada di dalam administrasi hukum nasional negara-negara yang berada dalam radius sekitar 370 kilometer di sekitarnya.

    Selebihnya adalah laut lepas, yang berstatus hak semua orang, dan sering disebut sebagai “warisan bersama umat manusia”.

    Untuk waktu yang lama, area ini tidak diatur regulasi sama sekali. “Akibatnya, banyak sumber daya laut ‘dieksploitasi’ secara tidak bertanggung jawab,” kata Duarte. Sebagai contoh, hanya satu persen laut lepas yang dilindungi, karena negara-negara tidak mencapai kesepakatan lain selain regulasi wilayah Antartika. Konvensi Internasional tentang Laut Lepas dimaksudkan untuk menutup kesenjangan ini.

    Setelah melalui negosiasi selama 15 tahun, perjanjian ini ditandatangani oleh sebagian besar negara di dunia pada tahun 2023. Namun, perjanjian tersebut belum bersifat mengikat. Karena perjanjian ini perlu diratifikasi oleh setidaknya 60 negara – saat ini hanya 31 negara yang telah meratifikasi, termasuk banyak negara kecil. Bangladesh dan Prancis sudah meratifikasi, tetapi Jerman dan Amerika Serikat belum meratifikasi.

    Komunitas internasional sepakat lindungi keanekaragaman hayati.

    Pada tahun 2030, atau hanya dalam waktu lima tahun, 30 persen lautan harus dilindungi. “Sebuah target yang ambisius,” kata Duarte. “Hingga tindakan kita saat ini bisa berdampak di masa depan, butuh waktu lama.”

    Namun demikian, dia optimis. “Jika kita menyepakati perlindungan ini sekarang, di tahun 2050 kita akan dapat mewariskan lautan yang kurang lebih mirip dengan lautan yang dikenal oleh kakek-nenek kita, kepada anak cucu kita.”

    Artikel ini pertama kali diterbitkan dalam Bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Agus Setiawan

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini