kab/kota: Washington

  • Iran Bisa Pasang Ranjau di Selat Hormuz Jika AS Gabung Serangan Israel

    Iran Bisa Pasang Ranjau di Selat Hormuz Jika AS Gabung Serangan Israel

    Washington DC

    Iran diperkirakan akan memasang ranjau laut di perairan strategis Selat Hormuz jika Amerika Serikat (AS) bergabung dalam serangan Israel. Pemasangan ranjau laut di Selat Hormuz berpotensi membuat kapal-kapal perang AS yang ada di perairan Teluk Persia terjebak.

    Situasi itu, jika memang terjadi, sangat mungkin memicu konfrontasi regional, bahkan berpotensi mengobarkan perang langsung antara AS dan Iran.

    Hal tersebut, seperti dilansir kantor berita Turki, Anadolu Agency, Rabu (18/6/2025), disampaikan para pejabat AS dalam laporan intelijen yang ditinjau oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump, saat Washington mempertimbangkan langkah menghadapi konflik sengit antara Israel dan Iran.

    Sejumlah spekulasi yang beredar menyebut Trump dimungkinkan untuk memerintahkan serangan AS terhadap Iran untuk mendukung Israel, sekutu dekatnya. Namun perintah semacam itu memiliki konsekuensi yang sangat besar, tidak hanya bagi kawasan Timur Tengah, tapi juga secara global.

    “Para pejabat mengatakan jika terjadi serangan (oleh AS), Iran dapat mulai memasang ranjau di Selat Hormuz, sebuah taktik yang dimaksudkan untuk menjebak kapal-kapal perang Amerika di Teluk Persia,” demikian disampaikan dalam laporan intelijen yang ditinjau oleh pemerintahan Trump, seperti dilaporkan media terkemuka AS, New York Times (NYT), pada Selasa (17/6).

    Ancaman tersebut menyoroti kekhawatiran yang berkembang bahwa konflik yang sudah tidak stabil dapat berubah menjadi perang yang lebih luas, yang mungkin melibatkan bentrokan langsung antara AS dan Iran.

    Peringatan itu muncul di tengah laporan yang menyebut Iran telah menyiapkan rudal balistik dan persenjataan lainnya untuk menyerang pangkalan AS di seluruh Timur Tengah jika Washington mendukung serangan Israel, khususnya kemungkinan serangan terhadap fasilitas nuklir bawah tanah Fordo milik Iran.

    Dilaporkan oleh sumber Pentagon bahwa senjata rudal Teheran sudah diposisikan untuk menyerang pasukan AS yang ada di Bahrain, Qatar dan Uni Emirat Arab, sehingga tidak memerlukan persiapan tambahan.

    Para komandan militer AS merespons dengan menempatkan lebih dari 40.000 tentara di kawasan tersebut, termasuk di Uni Emirat Arab, Yordania dan Arab Saudi, dalam keadaan siaga tinggi.

    Iran Akan Respons Tegas AS Jika Ikut Serangan Israel

    Otoritas Iran mengatakan telah menyampaikan kepada Washington, bahwa mereka akan merespons dengan tegas, jika AS terlibat langsung dalam serangan Israel.

    Hal itu disampaikan Duta Besar Iran untuk PBB, Ali Bahreini, yang juga menyebut AS sebagai “kaki tangan dalam apa yang dilakukan Israel.”

    “Kami akan merespons dengan tegas dan menghentikan agresi dari pihak mana pun, baik Israel maupun Amerika Serikat,” kata Ali Bahreini.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Ancam Iran, Tapi Tak Akan Bunuh Khamenei ‘Untuk Sekarang’

    Trump Ancam Iran, Tapi Tak Akan Bunuh Khamenei ‘Untuk Sekarang’

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa AS tidak akan membunuh pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei ‘untuk saat ini’. Meski begitu, Trump memperingatkan Khamenei agar Iran tidak melakukan serangan lebih lanjut.

    Dilansir kantor berita AFP, Rabu (18/6/2025), Trump mengklaim mengetahui persembunyian Khamenei. Ia menyebut Khamenei menjadi sasaran empuk.

    “Kami tahu persis di mana yang disebut ‘Pemimpin Tertinggi’ itu bersembunyi. Ia adalah sasaran empuk, tetapi aman di sana — Kami tidak akan menghabisinya (membunuhnya!), setidaknya tidak untuk saat ini,” kata Trump dalam akun pribadinya di Truth Social.

    Trump memperingatkan Khamenei agar tidak melakukan serangan lebih lanjut. Trump pun tampaknya menuntut penyerahan diri tanpa syarat dari Teheran.

    “Tetapi kami tidak ingin rudal ditembakkan ke warga sipil, atau tentara Amerika. Kesabaran kami menipis. Terima kasih atas perhatian Anda terhadap masalah ini!” kata Trump, kemudian mengunggah pesan yang berbunyi: ‘Penyerahan diri tanpa syarat!’

    Sebelumnya, Donald Trump mengatakan Iran seharusnya menandatangani kesepakatan dengan Washington mengenai program nuklirnya sebelum serangan Israel dimulai. Trump meyakini sekarang Teheran pasti ingin mencapai kesepakatan dengan AS.

    “Seperti yang telah saya katakan, saya pikir kesepakatan akan ditandatangani, atau sesuatu akan terjadi, tetapi kesepakatan akan ditandatangani, dan saya pikir Iran bodoh jika tidak menandatanganinya,” ucap Trump saat berbicara kepada wartawan di sela-sela KTT G7, seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (17/6/2025).

    Trump, pada Senin (16/6), mengatakan Iran tidak akan menang dalam konflik dengan Israel, dan negara itu harus kembali melakukan perundingan “sebelum terlambat”.

    (fca/fca)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Jenderal Iran Berguguran, Bagaimana Nasib Ayatollah Ali Khamenei?

    Jenderal Iran Berguguran, Bagaimana Nasib Ayatollah Ali Khamenei?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Serangan udara Israel yang menewaskan sejumlah penasihat militer kunci Ayatollah Ali Khamenei telah membuat pemimpin tertinggi Iran itu semakin terisolasi dan kesepian. Sumber-sumber menyebut hal ini dapat menghantui stabilitas pengambilan keputusannya.

    Ayatollah Ali Khamenei, 86 tahun, kehilangan beberapa komandan elit Garda Revolusi dalam gelombang serangan sejak Jumat, 13 Juni lalu. Di antaranya adalah pimpinan Garda Revolusi Islam (IRGC) Hossein Salami, jenderal pada program rudal balistik Amir Ali Hajizadeh, dan kepala intelijen Mohammad Kazemi. Semuanya tewas dalam satu kali serangan ilegal Israel, menurut lima narasumber yang akrab dengan proses pengambilan keputusan Khamenei.

    Selain itu, kepala staf angkatan bersenjata Iran, Mohammad Bagheri, juga tewas dalam serangan Israel. Bahkan, Israel mengeklaim kepala staf perang Iran, Jenderal Ali Shadmani, juga terbunuh.

    Ia disebut-sebut sebagai orang terdekat Khamenei. Shadmani baru saja menjabat posisi tersebut setelah Letjen Gholam Ali Rashid terbunuh oleh serangan Israel akhir pekan lalu.

    “Kematian penasihat utama meninggalkan lubang besar di lingkaran dalam Khamenei dan meningkatkan risiko salah perhitungan yang sangat berbahaya,” kata satu sumber yang rutin hadir dalam rapat-rapat pemimpin tertinggi Iran, seperti dikutip Reuters pada Selasa (17/6/2025).

    Sejak revolusi 1979, Khamenei menempatkan Garda Revolusi, yang secara langsung bertanggung jawab kepadanya, di pusat kekuasaan. Dengan hilangnya tokoh-tokoh kunci itu, rantai komando khusus Garda dan aksesnya ke peralatan militer terbaik kini terancam putus.

    Meski kementerian pertahanan di bawah presiden menangani angkatan bersenjata reguler, Garda Revolusi selama ini menjadi penopang utama keamanan internal dan kebijakan regional Iran.

    “Saat menghadapi salah satu momen paling berbahaya dalam sejarah Republik Islam, Khamenei justru makin tersudut,” ujar seorang analis.

    Khamenei, yang punya wewenang deklarasi perang dan pengangkatan pejabat senior, dikenal sangat berhati-hati.

    “Dua hal tentang Khamenei: ia sangat keras kepala tetapi juga sangat berhati-hati. Itulah sebabnya ia bertahan lama,” kata Alex Vatanka, direktur Program Iran di Middle East Institute, Washington.

    Meski Presiden Suriah Bashar al‑Assad dan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah juga pernah menjadi sasaran, kehilangan penasihat semacam Salami dan Hajizadeh membuat Khamenei menghadapi tantangan paling akut sejak ia naik tahta pada 1989. Kini, setiap langkah strategis Iran berpotensi terganggu oleh kekosongan di pucuk komando Garda.

    Dengan negosiasi nuklir yang masih menggantung, krisis ini diprediksi akan mengubah dinamika kekuasaan di Tehran, serta memperburuk ketegangan yang sudah memuncak antara Iran dan Israel.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tendang Elon Musk, Trump Kasih Proyek Triliunan ke Pencipta ChatGPT

    Tendang Elon Musk, Trump Kasih Proyek Triliunan ke Pencipta ChatGPT

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintahan Presiden Donald Trump memberikan proyek senilai US$200 juta (Rp3,2 triliun) untuk OpenAI yang merupakan raksasa teknologi di balik layanan AI populer ChatGPT.

    Proyek itu untuk menyediakan tool AI bagi Kementerian Pertahanan AS, menurut pernyataan Pentagon pada Senin (16/6) awal pekan ini.

    “[OpenAI] akan mengembangkan prototipe kapabilitas AI terdepan untuk menghadapi tantangan keamanan nasional kritis, baik dalam domain peperangan dan perusahaan,” kata Pentagon, dikutip dari Reuters, Selasa (17/6/2025).

    Proyek ini terutama akan dilakukan di Washington dan sekitarnya dengan perkiraan tanggal penyelesaian pada Juli 2026, kata Pentagon.

    Pekan lalu, OpenAI mengatakan bahwa pendapatan tahunannya melonjak hingga US$10 miliar (Rp162 triliun) pada Juni 2025. Angka itu memposisikan perusahaan untuk mencapai target setahun penuh di tengah maraknya adopsi AI.

    Sebelumnya, pada Maret 2025, OpenAI mengatakan akan mengumpulkan US$40 miliar (Rp651 triliun) dalam seri pendanaan baru yang dipimpun SoftBank Group.

    OpenAI mengantongi 500 juta pengguna aktif mingguan pada akhir Maret 2025.

    Pada April 2025, Kantor Manajemen dan Anggaran Gedung Putih merilis panduan khusus yang mengarahkan lembaga-lembaga federal untuk memastikan pemerintah dan masyarakat mendapat manfaat dari pasar AI Amerika yang kompetitif.

    Pemberian kontrak baru untuk OpenAI dilakukan beberapa saat setelah Elon Musk mundur dari posisinya sebagai Kepala Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE) di pemerintahan Trump, sekaligus penasihat khusus Trump. 

    Musk diketahui sebagai salah satu pendukung militan Trump dalam kampanye Pilpres AS 2024. Ia menggelontorkan US$300 juta untuk mendanai kampanye Trump, sekaligus mengerahkan media sosial X untuk menyebar propaganda yang menguntungkan Trump. 

    Kedekatan Trump dan Musk sempat membawa berkah bagi Tesla dan bisnis-bisnis Musk lainnya, sebelum akhirnya anjlok karena mendapat sentimen buruk dari masyarakat luas. Trump dan Musk juga sempat bersitegang karena perbedaan pandangan terkait kebijakan pemerintah dan anggaran negara. 

    Di sisi lain, Musk yang merupakan salah satu pendiri OpenAI juga terlibat kasus hukum dengan mantan perusahaannya itu. Musk menuduh CEO OpenAI Sam Altman telah mengubah nilai perusahaan menjadi for-profit. Bahkan, Musk sempat menawar untuk membeli OpenAI, tetapi ditolak mentah-mentah oleh pihak OpenAI.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Cabut Lebih Awal dari KTT G7, Trump Bilang Gini

    Cabut Lebih Awal dari KTT G7, Trump Bilang Gini

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjelaskan bahwa keputusannya meninggalkan KTT G7 di Kanada lebih awal, “tidak ada hubungannya” dengan kemungkinan gencatan senjata antara Israel dan Iran yang sedang berperang.

    Trump, seperti dilansir AFP, Selasa (17/6/2025), juga menyinggung soal Presiden Prancis Emmanuel Macron yang disebutnya telah “keliru” karena mengisyaratkan kepulangan awal Trump itu berkaitan dengan konflik Tel Aviv dan Teheran.

    “Presiden Emmanuel Macron, dari Prancis, yang gemar mencari publisitas secara keliru mengatakan bahwa saya meninggalkan KTT G7, di Kanada, untuk kembali ke DC guna mengupayakan ‘gencatan senjata’ antara Israel dan Iran,” ucap Trump dalam pernyataan via media sosial Truth Social.

    “Keliru! Dia tidak mengetahui mengapa saya sekarang dalam perjalanan ke Washington, tetapi itu jelas tidak ada hubungannya dengan gencatan senjata. Jauh lebih besar dari itu. Entah sengaja atau tidak, Emmanuel selalu salah. Nantikan!” kata Trump.

    Macron, saat berbicara kepada wartawan di sela-sela menghadiri KTT G7, mengisyaratkan bahwa AS siap untuk melakukan pendekatan diplomatik dengan Iran.

    “Ada tawaran untuk pertemuan dan pertukaran,” ujar Macron.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Trump meninggalkan pertemuan G7 sehari lebih awal saat Israel dan Iran terlibat aksi saling serang secara sengit selama lima hari berturut-turut.

    Dalam pertemuan G7 di Kanada, para pemimpin negara demokrasi industri menyerukan “deeskalasi” di Timur Tengah. Mengenai konflik Israel-Iran, para pemimpin G7 menekankan bahwa Israel “memiliki hak untuk membela diri” dan bahwa warga sipil perlu dilindungi di kedua belah pihak.

    Saat melakukan sesi foto bersama dengan para pemimpin G7 lainnya sebelum kepulangan awal, Trump mengatakan: “Saya harus kembali secepatnya. Saya berharap bisa tinggal sampai besok, tetapi mereka memahami, ini masalah besar.”

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Eks Diplomat Inggris Khawatir Israel akan Lancarkan ‘False Flag’ Agar AS Terlibat Perang

    Eks Diplomat Inggris Khawatir Israel akan Lancarkan ‘False Flag’ Agar AS Terlibat Perang

    GELORA.CO – Mantan Duta Besar Inggris untuk Suriah, Peter Ford, menyatakan kekhawatirannya bahwa Israel mungkin akan melakukan “operasi bendera palsu” (false flag) guna memprovokasi Amerika Serikat (AS) agar terlibat langsung dalam konflik antara Iran dan Israel. Istilah false flag merujuk pada tindakan atau serangan yang dirancang untuk menyembunyikan identitas pelaku sebenarnya dan membuat seolah-olah tindakan tersebut dilakukan oleh pihak lain. 

    “Saya khawatir dalam waktu dekat kita akan melihat insiden bendera palsu buatan Israel yang dirancang untuk memaksa keterlibatan Amerika Serikat,” kata Ford kepada RIA Novosti, Selasa (17/6/2025).

    Pada Ahad (15/6/2025), dua pejabat Israel mengatakan kepada portal berita Axios bahwa Israel telah menghabiskan dua hari untuk membujuk AS agar bergabung dalam konflik melawan Iran. Salah satu pejabat itu menyebutkan bahwa Washington kemungkinan akan turun tangan jika situasinya mendesak.

    Bahkan, menurutnya, Donald Trump telah mengatakan hal tersebut langsung kepada pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dalam percakapan terakhir mereka. Ford menambahkan bahwa langkah paling masuk akal bagi komunitas internasional adalah tidak ikut campur secara langsung, serta membiarkan Israel menerima konsekuensi atas kesalahannya karena menyerang Iran.

    “Itu mungkin memang kecenderungan Trump. Namun, rekam jejaknya tidak membuat kita optimis bahwa ia mampu menahan tekanan dari Israel dan lobi pro-Israel di Amerika Serikat dalam waktu lama,” tambah Ford.

    Ketika ditanya mengenai dampak konflik terhadap proses perdamaian di Timur Tengah, Ford mengatakan bahwa saat ini tidak ada proses perdamaian yang berarti di kawasan tersebut, dan sudah lebih dari dua dekade tidak ada kemajuan nyata.

    “Dampak terbaik dari konflik ini adalah jika Netanyahu mengalami kehinaan. Jika ia terguling, bisa terbuka peluang baru bagi proses perdamaian secara menyeluruh,” ujar Ford.

    Militer Israel (IDF) meluncurkan operasi besar-besaran bertajuk Rising Lion pada Jumat (13/6/2025) dini hari. Dalam operasi tersebut, militer Israel mengeklaim menyerang target-target militer dan fasilitas program nuklir Iran.

    Angkatan Udara Israel melakukan beberapa gelombang serangan udara di berbagai wilayah Iran, termasuk ibu kota Teheran. Serangan tersebut menewaskan sejumlah pejabat tinggi militer Iran, termasuk Kepala Staf Angkatan Bersenjata dan Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), serta beberapa ilmuwan nuklir Iran.

    Sejumlah situs nuklir utama seperti Natanz dan Fordow juga menjadi sasaran serangan. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengecam keras serangan itu dan menyebutnya sebagai kejahatan besar. Ia juga memperingatkan bahwa Israel akan menghadapi “nasib pahit dan mengerikan.”

    Sebagai balasan, Iran meluncurkan Operasi True Promise 3 pada Jumat malam, yang menargetkan sejumlah instalasi militer di wilayah Israel. Gellombang serangan rudal balistik dan hipersonik kemudian berlanjut hingga kini.

    Sebelumnya, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menegaskan negaranya hanya akan kembali ke meja perundingan dengan Amerika Serikat jika Israel menghentikan serangannya ke negara-negara di Timur Tengah. “Utusan khusus AS (Steve Witkoff) mengatakan kepada (Menteri Luar Negeri Turki Abbas) Araghchi dalam perundingan nuklir bahwa Israel tidak akan bertindak tanpa izin dari AS,” kata Pezeshkian dalam percakapan telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

    “Namun, sebelum putaran baru negosiasi dimulai, Israel justru menyerang Iran, yang menunjukkan bahwa AS telah memberi izin kepada mereka untuk menyerang kami,” kata Pezeshkian, menambahkan.

    Pezeshkian mengatakan jika AS ingin melanjutkan perundingan, mereka terlebih dahulu harus menghentikan agresi Israel terhadap negara-negara Timur Tengah. Dia juga menegaskan bahwa pemerintahnya tidak ingin konflik terus meluas, tetapi akan tetap membalas setiap serangan yang diarahkan kepada Iran.

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin (16/6/2025) memuji adanya ‘kemajuan’ dalam upaya mencegah Iran membuat senjata nuklir, meski negara Timur Tengah itu telah berulang kali menegaskan mereka tidak berniat mengembangkan senjata itu.

    “Saya ingin memastikan tak ada senjata nuklir di Iran, dan kami berada di jalur yang tepat untuk melakukannya,” kata Trump usai pertemuan tertutup dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer di sela-sela KTT G7 di Kanada.

    “Saya pikir Iran pada dasarnya sudah ada di meja perundingan. Mereka ingin membuat kesepakatan, dan begitu saya selesai di sini, kami akan melakukan sesuatu. Tapi saya harus menyelesaikan ini dulu. Saya punya banyak komitmen,” lanjutnya.

    “Saya rasa Iran pada dasarnya sudah mau berunding. Mereka ingin membuat kesepakatan, dan begitu saya meninggalkan tempat ini, kami akan melakukan sesuatu. Namun, saya harus menyelesaikan ini dulu. Anda tahu, saya punya komitmen. Saya punya banyak komitmen,” kata dia.

    Trump tidak menjelaskan apa yang dia maksud dengan “melakukan sesuatu”, atau apakah dia merujuk pada langkah yang akan diambil pada hari itu juga atau setelah KTT G7 berakhir pada Selasa.

    Ketegangan di Timur Tengah meningkat sejak Jumat lalu ketika Israel melancarkan serangan udara terkoordinasi ke sejumlah lokasi di Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklir, yang kemudian dibalas Iran dengan serangan rudal.

    Menurut Israel, sedikitnya 24 orang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat serangan-serangan balasan Iran sejak Jumat pekan lalu. Di lain pihak, Iran mengeklaim sedikitnya 224 orang tewas dan lebih dari 1.000 lainnya terluka akibat serangan-serangan Israel.

  • Apa Itu Iron Dome, Senjata Andalan Israel yang Dilumpuhkan Iran

    Apa Itu Iron Dome, Senjata Andalan Israel yang Dilumpuhkan Iran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Iran melancarkan serangan udara balasan ke Israel pada Jumat malam (13/6). Serangan tersebut mengenai Iron Dome yang diciptakan Israel untuk melindungi diri serangan rudal musuhnya.

    Lantas, apa itu Iron Dome?

    Di tengah konflik yang terus berkecamuk di Timur Tengah, sistem pertahanan udara Iron Dome kembali jadi sorotan dunia. Sistem bernama asli Kippat Barzel dalam bahasa Ibrani ini dianggap sebagai salah satu senjata pertahanan paling vital yang dimiliki Israel.

    Iron Dome adalah sistem pertahanan udara mobile segala cuaca yang mulai dioperasikan penuh sejak Maret 2011. Fungsinya utama adalah melindungi warga Israel dari serangan udara jarak pendek, seperti roket atau mortir, dengan cara meluncurkan misil pencegat yang dikendalikan secara presisi.

    Menurut Kementerian Pertahanan Israel, sistem ini telah beberapa kali ditingkatkan kemampuannya dan berhasil menggagalkan ribuan serangan roket ke wilayah permukiman.

    Sistem ‘kubah besi’ ini dikembangkan oleh perusahaan pertahanan milik negara Israel, Rafael Advanced Defense Systems, dengan dukungan pendanaan besar dari Amerika Serikat. Hingga kini, Washington masih terus menyuntik dana untuk pengembangan dan operasional sistem ini, demikian dikutip dari CNBC Internasional, Selasa (17/6/2025).

    Cara Kerja Iron Dome

    Iron Dome bekerja dengan mengandalkan radar untuk mendeteksi roket yang masuk dan menghitung apakah lintasan roket tersebut mengarah ke wilayah yang dianggap penting, baik itu area strategis atau pusat permukiman. Jika roket dinilai mengancam, pusat komando akan segera mengirimkan misil Tamir untuk mencegatnya di udara.

    Namun, sistem ini tidak akan menembakkan misil jika ancaman dinilai tak berbahaya, seperti roket yang akan jatuh di area terbuka atau tidak berpenghuni.

    Menurut laporan Congressional Research Service tahun 2023, Iron Dome dikategorikan sebagai sistem pertahanan anti-roket, anti-mortir, dan anti-artileri jarak pendek, dengan jangkauan pencegatan antara 4 hingga 70 kilometer.

    Israel diperkirakan memiliki setidaknya 10 baterai Iron Dome yang tersebar di berbagai wilayah. Satu baterai mampu melindungi area seluas 155 kilometer persegi dan biasanya terdiri dari 3 hingga 4 peluncur. Masing-masing peluncur dapat membawa hingga 20 misil Tamir.

    Lembaga pemikir Center for Strategic International Studies memperkirakan, satu baterai Iron Dome memerlukan biaya produksi lebih dari US$100 juta atau sekitar Rp1,6 triliun.

    Sejak beroperasi pada 2011, pemerintah AS telah menggelontorkan miliaran dolar untuk pengadaan, pemeliharaan, dan produksi bersama Iron Dome. Dukungan itu mendapat persetujuan luas di Kongres AS, baik dari Partai Demokrat maupun Republik.

    Meski dianggap canggih dan efektif, Iron Dome bukannya tanpa kelemahan. Para analis memperingatkan bahwa sistem ini bisa kewalahan jika dihadapkan pada serangan roket besar-besaran secara simultan atau yang dikenal sebagai “saturation attack”. Serangan jenis ini bertujuan membanjiri sistem pertahanan dengan jumlah roket yang sangat banyak dari berbagai arah sekaligus.

    Pusat Studi Kebijakan Eropa (CEPA), lembaga think tank asal AS, menyebut pada 2021 bahwa Iron Dome dapat menjadi rentan dalam menghadapi skenario serangan semacam itu.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kekuatan Nuklir Muslim ‘Ngamuk’ Israel Serang Iran, Serukan Hal Ini

    Kekuatan Nuklir Muslim ‘Ngamuk’ Israel Serang Iran, Serukan Hal Ini

    GELORA.CO – Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif mendesak negara-negara Muslim untuk bersatu menghadapi Israel. Hal ini menyusul serangan udara terhadap fasilitas militer dan nuklir Iran.

    Dalam pidatonya di Majelis Nasional pada Sabtu (14/6/2025), Asif memperingatkan bahwa kegagalan dunia Islam untuk merespons secara kolektif hanya akan memperparah ketegangan dan agresi di kawasan Timur Tengah. Maka itu, persatuan untuk menghadapi Israel merupakan hal yang sangat diperlukan.

    “Israel tidak bertindak sendiri. Mereka mendapat intelijen, perlindungan, dan dukungan,” tegas Asif, seperti dikutip RT. Ia menekankan bahwa umat Muslim saat ini “rentan secara militer” dan menyerukan aksi bersama demi mencegah eskalasi lebih lanjut.

    Menurutnya, serangan Israel terhadap Iran, Yaman, dan Palestina menunjukkan pola agresi yang terkoordinasi. “Jika dunia Muslim tidak bersatu hari ini dan terus memprioritaskan agenda masing-masing, maka giliran semua orang akan tiba,” ujar Asif kepada anggota parlemen.

    Ia juga mendesak Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk segera menggelar pertemuan darurat dan menyusun langkah strategis terhadap Israel. Pakistan, lanjut Asif, menyatakan dukungan penuh terhadap Iran.

    “Di mana pun ada hubungan diplomatik dengan Israel di dunia Muslim, hubungan itu harus diputus,” tuturnya lagi. “Kami akan mendukung Iran di setiap forum internasional untuk melindungi kepentingannya.”

    Sebelumnya, jet tempur Israel menggempur sejumlah situs militer dan nuklir di Iran pada Jumat pagi, termasuk menewaskan beberapa komandan senior dan ilmuwan nuklir. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut serangan itu sebagai upaya mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.

    Iran merespons dengan meluncurkan rudal balistik ke sejumlah kota di Israel, termasuk Tel Aviv. Meski Amerika Serikat (AS) membantah keterlibatannya, Presiden Donald Trump menyatakan dukungan terhadap operasi militer Israel. Imbasnya, Iran menghentikan sementara pembicaraan nuklir dengan Washington.

  • Terbuka Opsi AS Terlibat Konflik Israel vs Iran

    Terbuka Opsi AS Terlibat Konflik Israel vs Iran

    Washington

    Konflik antara Israel dan Iran semakin memanas. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut pihaknya membuka opsi untuk terlibat di konflik tersebut.

    “Ada kemungkinan kita bisa terlibat dalam pertempuran yang sedang berlangsung antara musuh bebuyutan di Timur Tengah,” kata Trump dalam sebuah wawancara menurut ABC News, seperti dilansir Al Arabiya, Senin (16/6/2025).

    Mengenai Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai mediator potensial dalam konflik tersebut, Trump mengatakan “ia siap. Ia menelepon saya tentang hal itu. Kami telah berbicara panjang lebar tentang hal itu,” kata Trump kepada seorang reporter ABC News.

    Perang Iran dan Israel memanas setelah Israel dihujani rudal Iran. Begini penampakannya sebelum dan setelah penyerangan tersebut. Foto: Reuters

    Sebelumnya pada hari Minggu (15/6), Trump mendesak Iran dan Israel untuk “membuat kesepakatan” dan mengakhiri saling serang mereka yang mematikan.

    Namun, Trump juga menilai kedua negara mungkin perlu “bertempur habis-habisan” terlebih dahulu.

    “Saya pikir sudah waktunya untuk mencapai kesepakatan,” cetus Trump saat berbicara kepada wartawan, seperti dilansir Al Arabiya, Senin (16/6/2025).

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya

    “Tapi terkadang mereka harus bertempur habis-habisan, tetapi kita akan melihat apa yang terjadi,” ujarnya, saat berbicara di Gedung Putin sebelum terbang ke Kanada untuk menghadiri KTT G7.

    Pernyataan Trump itu disampaikan ketika Israel dan Iran saling melancarkan serangan rudal dan drone, yang berpotensi memicu lebih banyak kerusakan dalam konflik yang tampaknya semakin memanas beberapa hari terakhir.

    Serangan Israel ke Iran (Foto: via REUTERS/Majid Asgaripour)

    Kapal Induk Bergerak

    Kapal induk AS, USS Nimitz, terpantau meninggalkan perairan Laut China Selatan pada Senin (16/6) pagi menuju ke arah barat, ke kawasan Timur Tengah. Kapal induk AS ini bahkan membatalkan jadwal kunjungan ke pelabuhan Vietnam.

    Pergerakan terbaru kapal induk AS ini terdeteksi saat pertempuran sengit terjadi antara Israel dan Iran beberapa hari terakhir. Belum ada tanggapan resmi dari Kedutaan Besar AS di Vietnam atas laporan ini.

    Pekan lalu, kelompok tempur kapal induk Nimitz melakukan operasi keamanan maritim di perairan Laut China Selatan. Operasi itu, menurut situs resmi Komandan Armada Pasifik AS, disebut sebagai “bagian dari kehadiran rutin Angkatan Laut AS di Indo Pasifik”.

    Lihat Video ‘Presiden Iran: Israel Akan Menyesali Agresi Bodohnya’:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Petaka Trump Makan Korban Baru, Tetangga RI Bisa Hancur Lebur

    Petaka Trump Makan Korban Baru, Tetangga RI Bisa Hancur Lebur

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam negosiasi tarif, pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak Vietnam untuk mengurangi penggunaan teknologi China dalam perangkat-perangkat yang dirakit di negara tersebut sebelum diekspor ke AS.

    Hal ini diungkap tiga sumber yang familiar dengan diskusi tersebut. Sebagai informasi, Vietnam merupakan ‘rumah’ bagi manufaktur besar yang memasok produk untuk raksasa teknologi seperti Apple dan Samsung.

    Mayoritas komponen-komponen yang dimanfaatkan pabrikan Vietnam berasal dari China. Selain itu, Meta dan Google asal AS juga memiliki beberapa kontraktor di Vietnam untuk memproduksi perangkat seperti headset Virtual Reality (VR).

    Pemerintah Vietnam dilaporkan telah menggelar pertemuan khusus dengan para pebisnis lokal untuk menggenjot komponen buatan lokal. Para pengusaha dikabarkan berniat untuk mengikuti arahan pemerintah.

    Namun, di sisi lain, para pengusaha lokal memberikan peringatan bahwa mereka membutuhkan waktu dan teknologi yang memadai untuk mewujudkan hal tersebut, menurut satu sumber dalam.

    Pemerintahan Trump telah mengancam Vietnam dengan pemberlakuan tarif tinggi 46% untuk produk-produk yang masuk ke AS. Hal ini akan membatasi akses produk-produk buatan Vietnam untuk menjual barang ke AS, sebab harganya bisa jadi sangat mahal.

    Satu sumber dalam menyebut Vietnam diminta untuk mengurangi ketergantungan dengan teknologi China, dalam diskusi terkait tarif.

    “Ini adalah bagian dari restrukturisasi rantai pasokan dan pada gilirannya akan mengurangi ketergantungan AS pada komponen China,” kata orang tersebut, dikutip dari Reuters, Senin (16/6/2025).

    Sumber kedua menyebut objektif besarnya adalah mempercepat proses AS agar lepas dari teknologi China, sembari meningkatkan kapasitas industri Vietnam. Ia mencontohkan perakitan perangkat VR di Vietnam yang saat ini masih sangat bergantung ke teknologi China.

    Apple, Samsung, Meta, dan Google, tak membalas permintaan komentar dari Reuters.

    Negosiasi antara AS dan China ditargetkan selesai sebelum penetapan tarif berlaku pada 8 Juli 2025 mendatang.

    Sebagai informasi, pada tahun lalu China mengekspor teknologi ke Vietnam senilai US$44 miliar, mencakup komponen elektronik, komputer, dan HP. Sementara itu, Vietnam mengapalkan produk teknologi bernilai US$33 miliar ke AS pada tahun lalu.

    Kementerian Perdagangan Vietnam tidak merespons permintaan komentar Reuters. Sumber terpisah sebelumnya menyebut permintaan AS dinilai ‘sulit’ bagi para negosiator Vietnam.

    AS juga meminta Vietnam membasmi praktik pengapalan produk-produk China ke AS yang disamarkan dengan label ‘Made in Vietnam’. Pada akhir pekan lalu, pemerintah Vietnam mengatakan negosiasi tahap ketiga digelar pada pekan lalu di Washington dan hasilnya menunjukkan peningkatan, meski ada isu-isu penting yang belum disepakati.

    Kepala Partai Komunis Vietnam, To Lam, dilaporkan akan bertemu langsung dengan Presiden Trump di AS pada akhir Juni mendatang, menurut sumber dalam. Belum ada tanggal pasti yang disebutkan.

    Gedung Putih dan Kementerian Luar Negeri tak merespons untuk klarifikasi terkait pertemuan tersebut.

    Vietnam Masih Tertinggal Jauh dari China

    Beberapa pengusaha lokal yang menghadiri pertemuan dengan Kementerian Perdagangan Vietnam dalam beberapa pekan terakhir secara umum mau beradaptasi untuk mengurangi ketergantungan terhadap teknologi China.

    Namun, salah satu sumber dalam menyebut para pengusaha mewanti-wanti perubahan instan akan menghancurkan bisnis.

    Vietnam telah pelan-pelan mengembangkan ekosistem industri dengan pemasok lokal, tetapi masih perlu menempuh jalan panjang sebelum dapat menyamai rantai pasokan China yang maju dengan harga lebih murah, kata para eksekutif industri.

    “Vietnam tertinggal sekitar 15-20 tahun di belakang China dalam mereplikasi skala dan kecanggihan rantai pasokannya secara menyeluruh, tetapi mereka mengejar dengan cepat, terutama di sektor-sektor utama seperti tekstil dan elektronik,” kata Carlo Chiandone, pakar rantai pasokan yang berkantor pusat di Vietnam.

    Selain itu, perubahan mendadak pada praktik yang ada dapat merusak hubungan Vietnam dengan China.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]