kab/kota: Washington

  • 1
                    
                        Info Intel AS Bocor: Serangan ke Situs Nuklir Iran Disebut Gagal, Cuma Rusak Pintu Masuk
                        Internasional

    1 Info Intel AS Bocor: Serangan ke Situs Nuklir Iran Disebut Gagal, Cuma Rusak Pintu Masuk Internasional

    Info Intel AS Bocor: Serangan ke Situs Nuklir Iran Disebut Gagal, Cuma Rusak Pintu Masuk
    Tim Redaksi
    WASHINGTON DC, KOMPAS.com
    – Laporan intelijen yang bocor menunjukkan, serangan militer
    Amerika Serikat
    (AS) ke situs nuklir
    Iran
    tidak sepenuhnya menghancurkan target utama seperti yang diklaim Presiden Donald Trump.
    Mengutip sumber yang mengetahui hasil asesmen Badan Intelijen Pertahanan AS, media “Negeri Paman Sam” pada Selasa (24/6/2025) melaporkan bahwa serangan itu hanya menimbulkan kerusakan terbatas.
    Beberapa pintu masuk ke situs nuklir memang tertutup akibat serangan, tetapi struktur bawah tanah yang menyimpan sentrifus serta cadangan uranium Iran dilaporkan tetap utuh.
    “Kebocoran penilaian yang dituduhkan ini merupakan upaya jelas untuk merendahkan Presiden Trump, dan mendiskreditkan pilot pesawat tempur pemberani yang melakukan misi yang dieksekusi dengan sempurna untuk meluluhlantakkan program
    nuklir Iran
    ,” tulis Leavitt dalam pernyataan di platform X.
    “Semua orang tahu apa yang terjadi ketika Anda menjatuhkan 14 bom seberat 13,6 ton dengan sempurna pada target mereka, hancur total,” lanjutnya, dikutip dari
    AFP
    , Rabu (25/6/2025).
    Pada akhir pekan lalu, Angkatan Udara AS mengerahkan pesawat siluman B-2 untuk meluncurkan bom penghancur bunker GBU-57 ke dua fasilitas nuklir utama di Iran. Serangan ini diperkuat oleh rudal jelajah Tomahawk yang ditembakkan dari kapal selam ke lokasi ketiga.
    Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth bahkan mengeklaim bahwa pasukan Amerika telah menghancurkan program nuklir Iran sepenuhnya.
    Namun, pejabat tinggi militer AS Jenderal Dan Caine menyampaikan pernyataan yang lebih berhati-hati.
    Ia mengatakan, serangan itu memang menyebabkan kerusakan sangat parah, tetapi tidak merinci seberapa besar dampaknya terhadap keberlangsungan program nuklir Iran.
    Menanggapi serangan tersebut, Iran menyatakan telah menyiapkan langkah untuk melanjutkan kembali program nuklir mereka.
    Kepala Organisasi Energi Atom Iran, Mohammad Eslami, mengatakan bahwa rencana pemulihan sudah disusun sebelumnya.
    “Rencana untuk memulai kembali (fasilitas) telah dipersiapkan sebelumnya, dan strategi kami adalah untuk memastikan bahwa produksi dan layanan tidak terganggu,” kata Eslami dalam pernyataan yang disiarkan televisi pemerintah.
    “Permainan belum berakhir,” ujarnya.
    Adapun serangan udara besar-besaran ke fasilitas nuklir Iran kali pertama dilakukan oleh
    Israel
    pada 13 Juni 2025.
    Operasi tersebut juga menyasar ilmuwan serta tokoh militer penting Iran sebagai bagian dari upaya menekan pengembangan program nuklir Teheran.
    Sebelum melancarkan serangan, Trump sempat menempuh jalur diplomatik selama beberapa pekan untuk menyusun ulang kesepakatan nuklir yang pernah ia batalkan pada 2018. Namun, pendekatan militer akhirnya dipilih.
    Jenderal Caine mengungkapkan, operasi akhir pekan lalu melibatkan lebih dari 125 armada, termasuk di antaranya pengebom siluman, jet tempur, pesawat pengisian bahan bakar, kapal selam peluncur rudal, serta pesawat intelijen dan pengintai.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 3
                    
                        Israel Diduga Tak Mampu Perang Lama Lawan Iran, Trump Langsung Beri Gencatan Senjata
                        Internasional

    3 Israel Diduga Tak Mampu Perang Lama Lawan Iran, Trump Langsung Beri Gencatan Senjata Internasional

    Israel Diduga Tak Mampu Perang Lama Lawan Iran, Trump Langsung Beri Gencatan Senjata
    Tim Redaksi
    WASHINGTON DC, KOMPAS.com
    – Presiden Amerika Serikat (AS)
    Donald Trump
    pada Selasa (24/6/2025) mengumumkan gencatan senjata antara
    Iran
    dan Israel, menyusul ketegangan militer selama hampir dua pekan terakhir.
    Namun, efektivitas dan keberlangsungan kesepakatan itu masih diragukan berbagai pihak, termasuk para analis Timur Tengah.
    “Saya tidak berpikir Pemerintah
    Israel
    mampu mempertahankan perang jangka panjang, tetapi saya pikir faktor utamanya di sini adalah Presiden Trump. Dia tidak ingin melihat perang baru di wilayah tersebut pecah di bawah pengawasannya,” ujar Will Todman, peneliti senior di Program Timur Tengah, Center for Strategic and International Studies (CSIS), seperti dikutip
    AFP
    .
    Gencatan senjata itu diumumkan hanya beberapa hari setelah Iran menembakkan rudal ke pangkalan militer AS di Qatar.
    Menurut laporan, serangan tersebut dilakukan secara terukur dan mudah dicegat oleh sistem pertahanan.
    Merespons insiden itu, Trump memilih tidak melakukan serangan balasan dan justru mendesak Israel jangan melanjutkan rencana operasi militer ke wilayah Iran.
    Langkah ini dipandang sebagai manuver cepat Trump untuk menghindari konflik berkepanjangan, sekaligus menepis kritik terhadap komitmennya selama kampanye untuk tidak menyeret militer AS ke konflik luar negeri.
    “Itulah yang mengubah kalkulasi untuk Israel dan juga untuk Iran,” tambah Todman.
    Puncak eskalasi terjadi saat militer AS meluncurkan serangan udara terhadap salah satu situs-situs nuklir utama Iran pada Sabtu (21/6/2025).
    Meski Trump mengeklaim fasilitas tersebut telah “dihancurkan”, laporan rahasia yang dilansir
    CNN
    dan
    The New York Times
    menyebutkan bahwa bagian inti dari tiga lokasi nuklir Iran tidak mengalami kerusakan berarti.
    Sementara itu, Iran dikabarkan sedang mencari jalan keluar dari konflik setelah mengalami serangan terburuk sejak perang Iran-Irak pada 1980–1988.
    Trump juga memberi sinyal akan menawarkan insentif kepada Teheran, termasuk pelonggaran sanksi agar China dapat kembali membeli minyak Iran.
    Adapun Israel berada dalam tekanan berat. Serangan udara Iran dalam beberapa hari terakhir disebut sebagai yang paling mematikan dalam beberapa dekade terakhir, bersamaan dengan operasi militer di Gaza, Suriah, dan Lebanon.
    Setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji langkah Trump, peringatan yang dilontarkan Trump sehari kemudian dianggap sebagai sinyal bahwa ada batas dalam dukungan AS terhadap Israel.
    “Trump secara vokal menggunakan kekuatan
    troll
    -nya untuk mencoba menahan tindakan Israel dan Iran, tetapi dia kalah penting dibandingkan peran yang terus dimainkan oleh negara-negara ini (Teluk),” ujar Brian Katulis, peneliti senior di Middle East Institute.
    Katulis menyebut, negara seperti Qatar yang memiliki hubungan strategis dengan berbagai pihak di kawasan, memainkan peran penting dalam meredakan ketegangan.
    Menurutnya, pendekatan Trump yang menggabungkan komunikasi digital dengan kebijakan militer justru membingungkan banyak pengamat dan aktor global.
    “Operasi militer yang bersifat taktis, dikombinasikan dengan banyak komunikasi strategis, membingungkan orang Amerika dan aktor global tentang apa yang sebenarnya ingin dilakukan oleh pemerintahan Trump,” kata Katulis.
    “Operasi militer AS yang berkepanjangan bisa berpotensi memecah dukungan terhadap Presiden Trump, bahkan dari basis pendukungnya sendiri,” kata Jonathan Panikoff dari Atlantic Council.
    Kendati demikian, Panikoff memperkirakan dukungan dari kelompok konservatif dan basis Partai Republik masih akan bertahan.
    Di sisi lain, kritik terhadap pendekatan Trump juga datang dari berbagai kalangan, termasuk dari Partai Demokrat.
    Annelle Sheline, peneliti di Quincy Institute for Responsible Statecraft, menilai Trump harus bertanggung jawab untuk menjaga konsistensi implementasi gencatan senjata.
    “Trump menunjukkan bahwa dia dapat mengendalikan Israel ketika dia memilih untuk melakukannya. Sekarang dia harus melakukan hal yang sama untuk bersikeras pada gencatan senjata di Gaza,” ujarnya.
    Ia juga menyayangkan tindakan militer Israel yang tetap melancarkan serangan ke Lebanon dan Gaza, meski kesepakatan gencatan senjata telah diumumkan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Paus Leo Berharap Iran-Israel tak Lagi Balas Dendam

    Paus Leo Berharap Iran-Israel tak Lagi Balas Dendam

    JAKARTA – Paus Leo XIV berharap Iran dan Israel tidak saling membalas dendam setelah 12 hari perang, yang melibatkan AS dengan serangan udara terkait fasilitas nuklir Iran.

    “Semoga semua logika penindasan dan balas dendam ditolak, dan semoga jalan dialog, diplomasi, dan perdamaian dipilih dengan tekad,” kata Paus dalam sambutannya di akhir audiensi mingguan di Lapangan Santo Petrus dilansir Reuters, Rabu, 25 Juni. 

    Gencatan senjata yang ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump antara Iran dan Israel tampaknya akan bertahan  setelah kedua negara memberi isyarat perang udara mereka telah berakhir

    Masing-masing pihak mengklaim kemenangan pada Selasa, 24 Juni, setelah 12 hari perang, yang disusul oleh AS dengan serangan udara untuk mendukung Israel dalam menghancurkan fasilitas pengayaan uranium Iran.

    Utusan Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, mengatakan pada Selasa malam, pembicaraan antara Amerika Serikat dan Iran “menjanjikan”. Washington berharap akan tercapai kesepakatan damai jangka panjang.

    “Kami sudah berbicara satu sama lain, tidak hanya secara langsung tetapi juga melalui lawan bicara. Saya pikir pembicaraan itu menjanjikan. Kami berharap dapat mencapai perjanjian damai jangka panjang yang membangkitkan kembali Iran,” kata Witkoff dalam wawancara di acara “The Ingraham Angle” di Fox News dilansir Reuters, Rabu, 25 Juni.

    “Sekarang saatnya bagi kami untuk duduk bersama Iran dan mencapai perjanjian damai yang komprehensif, dan saya sangat yakin bahwa kami akan mencapainya,” sambungnya.

    Trump mengatakan pada akhir pekan, pesawat pengebom siluman AS telah “menghancurkan” program Iran untuk mengembangkan senjata nuklir. Iran mengatakan kegiatan pengayaannya hanya untuk tujuan sipil.

    Namun, klaim Trump tampaknya bertentangan dengan laporan awal oleh salah satu badan intelijen pemerintahannya, menurut tiga orang yang mengetahui masalah tersebut.

    Salah satu sumber mengatakan stok uranium yang diperkaya Iran belum dihilangkan, dan program nuklir negara itu, yang sebagian besar terkubur jauh di bawah tanah, mungkin telah mundur hanya satu atau dua bulan.

    Gedung Putih mengatakan penilaian intelijen itu “salah besar.”

    Menurut laporan tersebut, yang dibuat oleh Badan Intelijen Pertahanan, serangan itu menutup pintu masuk ke dua fasilitas, tetapi tidak meruntuhkan bangunan bawah tanah, kata salah satu orang yang mengetahui temuannya.

  • Didesak AS, NATO Akhirnya Dongkrak Belanja Militer Jadi 5% PDB

    Didesak AS, NATO Akhirnya Dongkrak Belanja Militer Jadi 5% PDB

    Jakarta

    Negara-negara yang tergabung dalam NATO (North Atlantic Treaty Organization_) setuju meningkatkan belanja militer dari 2% menjadi 5% dari produk domestik bruto (PDB).

    Melansir CNBC International, Rabu (25/6/2025), keputusan tersebut merupakan langkah paling tegas yang dilakukan NATO dalam lebih dari satu dekade.

    Dalam deklarasi bersama, blok militer Barat mengatakan bahwa mereka bersatu dalam menghadapi ancaman dan tantangan keamanan yang mendalam. Hal ini khususnya ancaman jangka panjang yang ditimbulkan oleh Rusia terhadap keamanan Euro-Atlantik hingga ancaman terorisme.

    “Sekutu berkomitmen untuk menginvestasikan 5% dari PDB setiap tahunnya untuk kebutuhan inti pertahanan serta pengeluaran terkait pertahanan dan keamanan pada tahun 2035 untuk memastikan kewajiban individu dan kolektif kita,” bunyi deklarasi bersama tersebut.

    Angka 5% tersebut terdiri atas persentase 3,5% dari PDB yang harus dibelanjakan untuk pertahanan murni, sementara sisanya diberikan untuk infrastruktur keamanan dan pertahanan. Hal ini untuk memastikan kesiapan dan ketahanan sipil, inovasi, dan memperkuat basis industri pertahanan.

    Deklarasi tersebut diserta dengan penolakan dari beberapa negara anggota, khususnya Spanyol. Beberapa negara anggota juga belum memenuhi target 2014 untuk membelanjakan 2% dari PDB untuk pertahanan.

    Langkah NATO menaikkan belanja pertahanan dipicu oleh ketegangan di Timur Tengah dan perang yang sedang berlangsung antara Ukraina dan Rusia. Para anggota juga telah didorong agar sekutu Washington, Kanada, dan Eropa, berbagi lebih banyak beban pertahanan kolektif.

    Aliansi pada hari Rabu juga menegaskan kembali komitmen kuatnya untuk pertahanan kolektif. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 5 bahwa serangan terhadap satu negara adalah serangan terhadap semua negara, menyusul tanda tanya atas keandalan Amerika Serikat dalam hal pilar utama NATO tersebut.

    Dalam pidatonya Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menyampaikan perjanjian tersebut akan memicu lompatan dalam pertahanan kolektif aliansi. Menurutnya, para sekutu telah membuat komitmen signifikan untuk menghadapi ancaman signifikan.

    “(Kesepakatan tersebut) tidak hanya akan meningkatkan keamanan kami tetapi juga menciptakan lapangan kerja,” ujar Rutte,

    Sekutu menyadari beratnya ancaman yang dihadapi aliansi, lanjut Rutte, dan bersatu dalam pemahaman bahwa pihaknya perlu melangkah maju untuk tetap aman.

    Menurutnya, Presiden AS Donald Trump juga telah menekankan komitmen Amerika terhadap NATO, namun mengharapkan sekutu Eropa dan Kanada untuk berkontribusi lebih banyak.

    “Keputusan yang dibuat hari ini akan membuat NATO jauh lebih kuat, mereka juga membuat NATO menjadi aliansi yang lebih adil. Tekad sekutu jelas, kita bersama-sama dalam hal ini, berkomitmen pada Pasal 5, dan kita bertekad untuk berdiri teguh,” katanya.

    (shc/hns)

  • Gencatan Senjata Iran – Israel Dimulai tapi Bikin Trump Ngamuk, Netanyahu Cs Kena Omel: Jangan ‘Bertingkah’!

    Gencatan Senjata Iran – Israel Dimulai tapi Bikin Trump Ngamuk, Netanyahu Cs Kena Omel: Jangan ‘Bertingkah’!

    PIKIRAN RAKYAT – Gencatan senjata antara Israel penjajah dan Iran akhirnya diumumkan dan mulai berlaku pada Senin malam. Namun, alih-alih menjadi momen diplomasi yang tenang, justru menjadi ajang kemarahan terbuka Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang dengan keras menegur sekutunya sendiri, Israel penjajah, hanya beberapa jam setelah kesepakatan diumumkan.

    Kesepakatan gencatan senjata ini dimediasi oleh Amerika Serikat dan Qatar, menyusul dua pekan pertempuran sengit antara Israel penjajah dan Iran yang mengakibatkan ratusan korban jiwa dan meluluhlantakkan infrastruktur militer di kedua negara.

    “Saya tidak senang dengan mereka. Saya juga tidak senang dengan Iran. Tapi saya sangat tidak senang jika Israel bergerak pagi ini,” ujar Donald Trump dengan nada tinggi di halaman Selatan Gedung Putih, Selasa 24 Juni 2025, sebelum berangkat ke pertemuan NATO di Den Haag, Belanda.

    Trump Meledak: “Israel, Jangan Jatuhkan Bom Itu!”

    Donald Trump, yang sebelumnya membanggakan keberhasilan diplomatiknya di aplikasi Truth Social, berubah drastis saat mengetahui Israel penjajah kembali meluncurkan serangan udara ke Iran setelah gencatan senjata diumumkan. Dia mengunggah peringatan keras:

    “ISRAEL. JANGAN JATUHKAN BOM-BOM ITU! JIKA KAMU MELAKUKANNYA, ITU ADALAH PELANGGARAN BESAR. BAWA PILOT-PILOTMU KEMBALI, SEKARANG!”

    Seruan itu bukan sekadar cuitan kemarahan. Menurut laporan di Washington, Trump bahkan secara langsung mengontak Perdana Menteri Israel penjajah Benjamin Netanyahu dan meminta serangan dihentikan. Israel penjajah kemudian mengakui hanya melakukan “satu serangan lanjutan” sebelum menghentikan operasi.

    Ketegangan Internasional dan Salahkan-Menyalahkan

    Kemarahan Trump meledak karena kedua pihak, Iran dan Israel penjajah, diduga melanggar kesepakatan. Trump menyebut Iran “melanggar”, tapi dalam pernyataan tegas ia juga menyalahkan Israel penjajah.

    “Saya harus membuat Israel tenang. Israel, segera setelah kami membuat kesepakatan, mereka keluar dan menjatuhkan banyak bom, yang belum pernah saya lihat sebelumnya,” ujar Trump.

    Sikap ini menandai jarak yang mencolok antara AS dan Israel penjajah dalam kebijakan luar negeri – sesuatu yang sangat jarang terjadi secara terbuka.

    Iran Sambut Gencatan Senjata, Klaim Kemenangan

    Di Teheran, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyebut gencatan senjata sebagai kemenangan besar. Dalam pidatonya, ia menyatakan bahwa Iran hanya membela diri dari agresi Israel penjajah.

    “Hari ini, setelah perlawanan heroik dari bangsa besar kita, kita menyaksikan akhir dari perang 12 hari yang dipaksakan oleh petualangan dan provokasi Israel,” kata Pezeshkian dalam pernyataan resmi.

    Pezeshkian juga memberi sinyal bahwa Iran terbuka terhadap pembicaraan damai, terutama setelah mendapat pernyataan moderat dari Trump bahwa ia tidak mendukung perubahan rezim di Iran.

    AS-Iran-Israel: Gencatan Senjata yang Rawan Retak

    Meski pertempuran terhenti sejak Selasa sore dan drone serta roket tak lagi melintas, situasi masih rapuh. Menteri Pertahanan Israel penjajah, Israel Katz menyatakan pihaknya siap melakukan serangan lanjutan jika Iran kembali meluncurkan rudal.

    Iran, di sisi lain, membantah telah melanggar kesepakatan. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan bahwa negaranya tak akan menyerang kecuali diserang.

    “Keputusan akhir mengenai penghentian operasi militer kami akan dibuat kemudian,” kata Araghchi.

    Serangan AS dan Pertaruhan Gencatan Senjata

    Sebelum kesepakatan tercapai, AS sempat terlibat langsung dalam operasi udara terhadap tiga situs nuklir Iran, termasuk kompleks Fordow yang dilindungi secara ketat. Serangan ini mengklaim menewaskan lebih dari 400 orang di Iran. Sebagai balasan, Iran meluncurkan ratusan rudal, yang untuk pertama kalinya menembus sistem pertahanan udara Israel penjajah secara masif dan harian, menewaskan 28 orang.

    “Kami memiliki dua negara yang telah bertempur begitu lama dan keras sehingga mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan,” kata Trump dengan nada frustrasi.

    Netanyahu Akhirnya Mengalah?

    Pemerintah Israel penjajah, dalam pernyataannya, mengakui melakukan satu serangan tambahan di dekat Tehran namun menyatakan menghentikan operasi lebih lanjut atas permintaan Amerika Serikat. Langkah ini disebut-sebut sebagai hasil langsung dari tekanan diplomatik dan kemarahan terbuka Trump.

    Menurut jurnalis Al Jazeera, Phil Lavelle, perasaan “dikhianati” tampak jelas di wajah Trump saat menyampaikan komentarnya.

    “Dia marah kepada Israel dan Iran. Tapi Anda benar-benar bisa merasakan beberapa kemarahan ekstra di sana, kemarahan ekstra itu ditujukan kepada Israel,” ujar Lavelle, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera.***

  • 400 Tewas Sejak GHF Dimulai

    400 Tewas Sejak GHF Dimulai

    PIKIRAN RAKYAT – Serangan terbaru pasukan Israel penjajah terhadap warga sipil Palestina di Gaza kembali mengguncang dunia. Dalam satu hari, setidaknya 86 warga Palestina tewas, sebagian besar dari mereka saat sedang mencari bantuan kemanusiaan.

    Lokasi-lokasi distribusi bantuan yang semestinya menjadi tempat penyelamatan justru berubah menjadi ladang pembantaian, dengan puluhan korban jatuh di sekitar pusat distribusi yang dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yayasan kontroversial yang mendapat dukungan Israel penjajah dan Amerika Serikat.

    Dari Rafah hingga Salah al-Din: Bantuan Berujung Kematian

    Pada Selasa 24 Juni 2025, dunia kembali menyaksikan kekerasan brutal di Jalur Gaza. Di Rafah, selatan Gaza, 27 warga sipil yang sedang mengantre bantuan tewas ditembak militer Israel penjajah. Di Jalan Salah al-Din, wilayah tengah Gaza, setidaknya 25 orang tewas dan lebih dari 140 lainnya luka-luka, dengan 62 di antaranya dalam kondisi kritis.

    Rekaman yang diverifikasi oleh Sanad Al Jazeera menunjukkan tubuh korban dibawa ke Rumah Sakit al-Awda di kamp pengungsi Nuseirat. Di Kota Gaza, rumah sakit al-Shifa juga kewalahan menerima korban. Menurut jurnalis Al Jazeera, Hani Mahmoud, suasana di rumah sakit tersebut penuh darah dan keputusasaan.

    “Bangsal gawat darurat di sana berubah menjadi pertumpahan darah, dan banyak yang meninggal menunggu perawatan medis,” ujarnya.

    Saksi Mata: “Itu Pembantaian”

    Saksi mata menggambarkan kekejaman tanpa ampun di lokasi bantuan. 

    “Itu adalah pembantaian. Tank dan drone menembaki bahkan saat kami melarikan diri,” ucap Ahmed Halawa, salah satu warga yang selamat.

    Sementara itu, militer Israel penjajah berdalih masih meninjau laporan korban, dan menuduh warga mendekati tentara di zona militerisasi Netzarim. Namun, pernyataan ini bertolak belakang dengan kesaksian di lapangan dan kecaman dari berbagai lembaga kemanusiaan.

    PBB: Sistem Bantuan Israel Adalah “Kengerian”

    Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, menyampaikan kemarahan dan kekecewaan atas apa yang terjadi di Gaza.

    “Orang-orang dibunuh hanya karena mencoba mendapatkan makanan akibat sistem distribusi kemanusiaan yang dimiliterisasi. Ini tidak memenuhi prasyarat sistem yang adil, independen, dan tidak memihak,” kata Dujarric dalam konferensi pers.

    “Sudah saatnya para pemimpin di kedua belah pihak menemukan keberanian politik untuk menghentikan pembantaian ini,” tuturnya menambahkan.

    “Jebakan Maut” Bernama GHF

    Yayasan Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yang didukung oleh Israel penjajah dan AS, menjadi sorotan utama. Sejak peluncuran program bantuannya akhir Mei lalu, yang dimaksudkan untuk mengatasi kelaparan akibat blokade total Israel penjajah, lokasi distribusi GHF justru berubah menjadi ladang pembunuhan.

    “Mekanisme bantuan ini adalah keburukan. Ini perangkap maut yang mengorbankan lebih banyak nyawa daripada menyelamatkannya,” kata Kepala UNRWA Philippe Lazzarini tegas saat konferensi pers di Berlin.

    Lebih dari 400 Tewas sejak Bantuan GHF Dimulai

    Data menunjukkan bahwa sejak GHF mengambil alih sistem distribusi bantuan di Gaza, lebih dari 400 orang tewas dan 1.000 lainnya luka-luka akibat serangan pasukan Israel penjajah di lokasi bantuan. Banyak pihak menilai sistem GHF lebih memprioritaskan tujuan militer Israel penjajah dibanding kebutuhan rakyat sipil.

    PBB sendiri telah menolak bekerja sama dengan GHF. Sementara itu, Komisi Internasional Juri dan 14 organisasi hak asasi manusia lainnya menyerukan penutupan total operasi GHF di Gaza.

    Ancaman Penuntutan Kejahatan Perang

    Philip Grant dari TRIAL International memperingatkan bahwa sistem GHF, yang mengandalkan kontraktor militer dan logistik swasta AS, melanggar prinsip-prinsip kemanusiaan internasional.

    “Siapa pun yang terlibat dalam pembentukan dan pelaksanaan sistem ini menghadapi risiko nyata penuntutan atas keterlibatan dalam kejahatan perang,” ujarnya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera.

    AS Beri Dana, Dunia Bereaksi

    Meski mendapat kritik internasional yang kian tajam, Amerika Serikat justru mengucurkan dana sebesar 30 juta dolar AS (Rp490,3 miliar) untuk GHF. Ini adalah dukungan finansial pertama Washington secara terbuka untuk yayasan tersebut. Dana itu digunakan untuk mendanai operasi bantuan melalui perusahaan militer dan logistik swasta asal AS.

    Langkah ini memicu reaksi keras dari berbagai kalangan. Banyak yang melihat pendanaan tersebut sebagai bentuk pembiaran terhadap sistem yang secara sistematis membunuh rakyat sipil di bawah kedok distribusi bantuan.***

  • DPR AS Tolak Upaya Pemakzulan Trump Buntut Serangan ke Iran

    DPR AS Tolak Upaya Pemakzulan Trump Buntut Serangan ke Iran

    Washington DC

    House of Representatives atau DPR Amerika Serikat (AS) menolak upaya pemakzulan Presiden Donald Trump terkait serangan udara yang diperintahkannya terhadap sejumlah fasilitas nuklir Iran. Trump memberikan perintah pengeboman itu tanpa mendapatkan persetujuan resmi dari Kongres AS.

    Upaya pemakzulan tersebut, seperti dilansir kantor berita Anadolu Agency, Rabu (25/6/2025), diajukan oleh anggota DPR dari Partai Demokrat, Al Green, bersama dengan anggota DPR dari Partai Republik, Thomas Massie, setelah Trump memerintahkan pengeboman fasilitas nuklir Iran pada Minggu (22/6) dini hari waktu Iran.

    Dalam voting yang digelar pada Selasa (24/6) waktu setempat, mayoritas anggota DPR AS — yang kini dikuasai Republikan — menolak resolusi pemakzulan Trump yang diajukan bersama oleh Green dan Massie tersebut. Sebanyak 344 suara menolak, dengan hanya 79 suara mendukung resolusi tersebut.

    Mayoritas anggota DPR dari Partai Demokrat memberikan suara menolak, bersama dengan hampir semua anggota DPR dari Partai Republik.

    Resolusi pemakzulan itu menyerukan Trump “untuk menarik Angkatan Bersenjata AS dari permusuhan tidak sah” di Iran dan menyatakan hanya Kongres AS yang memiliki wewenang untuk menyatakan perang berdasarkan Konstitusi.

    “Saya melakukan ini karena saya memahami bahwa Konstitusi akan bermakna atau tidak akan bermakna sama sekali,” ucap Green saat berbicara di ruang sidang DPR AS sebelum voting digelar.

    “Presiden Amerika Serikat memiliki kewajiban untuk berkonsultasi dengan Kongres sebelum membawa negara ini berperang. Saya melakukan hal ini karena tidak seorang pun boleh memiliki wewenang untuk membawa lebih dari 300 juta orang untuk berperang tanpa berkonsultasi dengan Kongres Amerika Serikat,” tegasnya.

    Tonton juga “DPR AS Akan Rilis Transkrip Sidang Tertutup TikTok” di sini:

    Sementara itu, laporan CNN sebelumnya menyebut Trump dan timnya telah menghubungi anggota penting Kongres AS dari Partai Republik sebelum pengeboman dilakukan, sedangkan para anggota penting dari Partai Demokrat baru diberitahu beberapa saat sebelum pengeboman terjadi.

    Disebutkan oleh CNN dalam laporannya bahwa pemimpin minoritas Senat Chuck Schumer, dari Partai Demokrat, baru mendapat pemberitahuan kurang dari satu jam sebelum pengeboman. Itu pun dia hanya mendapat informasi terbatas, di mana Schumer hanya diberitahu soal aksi militer yang akan segera terjadi, tanpa menyebutkan nama negara yang menjadi lokasi pengeboman.

    Pengeboman itu menuai reaksi beragam dari Kongres AS, dengan Republikan mendukung langkah Trump, sedangkan Demokrat mengutuk keputusan untuk melancarkan serangan tanpa persetujuan Kongres.

    Tonton juga “Donald Trump Klaim Iran Saat Ini Tak Lagi Miliki Senjata Nuklir” di sini:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Menghitung Keuntungan China dari Serangan AS ke Iran

    Menghitung Keuntungan China dari Serangan AS ke Iran

    Jakarta

    Perang Israel-Iran meningkat dengan cepat setelah Amerika Serikat membombardir situs nuklir Iran pada Minggu (22/06). Tindakan ini digambarkan Cina sebagai pukulan terhadap reputasi global dari AS.

    Pada Selasa (24/06), hanya beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan dimulainya “gencatan senjata total dan menyeluruh” antara Israel dan Iran, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa misil telah diluncurkan dari Iran ke arah Israel.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa pihaknya telah menginstruksikan IDF untuk “merespons dengan kekuatan” terhadap peluncuran misil tersebut.

    Militer Israel menyatakan satu atau dua misil yang diluncurkan dari Iran ke wilayah utara Israel berhasil dicegat. Namun, angkatan bersenjata Iran membantah adanya peluncuran misil ke Israel dalam beberapa jam terakhir, menurut media lokal di Iran.

    Rencana gencatan senjata Trump muncul setelah serangan AS terhadap situs pengayaan nuklir utama Iran. Sebagai balasan, Iran menargetkan pangkalan militer AS di Qatar, yang merupakan pusat regional utama bagi pasukan AS.

    Cina belum memberikan komentar langsung terhadap perkembangan terakhir tersebut.

    Pada Minggu (22/06), juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Guo Jiakun, mengkritik serangan AS ke Iran sebagai pelanggaran serius terhadap Piagam PBB, perjanjian utama PBB yang pada dasarnya melarang penggunaan kekuatan antarnegara kecuali untuk membela diri atau dengan persetujuan Dewan Keamanan PBB.

    Pernyataan ini mencerminkan kritik sebelumnya dari Duta Besar Cina untuk PBB, Fu Cong, yang mengatakan bahwa kredibilitas AS telah “rusak”, baik sebagai negara maupun sebagai peserta dalam negosiasi internasional.

    Apa yang dipertaruhkan Beijing dari konflik AS-Iran?

    Seruan Cina untuk stabilitas di Timur Tengah muncul di tengah kekhawatiran ekonomi bahwa Iran dapat menutup Selat Hormuz. Karena hal itu akan mengganggu harga minyak dunia.

    Selat Hormuz merupakan jalur sempit antara Oman dan Iran yang menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman dan Laut Arab. Jalur ini merupakan jalur penting untuk transportasi minyak dunia.

    Washington sebelumnya telah mendesak Cina, yang merupakan mitra dagang terbesar dan pasar utama ekspor minyak Iran, untuk mencegah Teheran memblokir selat tersebut.

    “Naiknya harga minyak dan gas tentu akan memberi tekanan pada ekonomi [Cina]. Ini akan memperburuk inflasi,” kata Ja Ian Chong, pakar politik dari National University of Singapore.

    “Beijing jelas memiliki alasan untuk memastikan eskalasi tidak lepas kendali. Namun, apakah mereka mampu sepenuhnya menahan Iran, itu cerita lain,” tambahnya.

    Cina adalah pendukung ekonomi utama Iran, terutama di tengah sanksi negara barat dan isolasi internasional yang semakin meningkat terhadap Teheran karena program nuklirnya dan catatan hak asasi manusia.

    Iran juga adalah mitra penting dalam Belt and Road Initiative milik Cina, sebuah rencana infrastruktur besar-besaran yang bertujuan menghubungkan perdagangan dan pengaruh Cina di puluhan negara di dunia.

    “Jika Iran menjadi lebih lemah, misalnya karena hampir masuk perang konvensional besar atau bahkan perang saudara akibat intervensi militer AS, itu akan membuat Iran jadi mitra yang jauh lebih tidak efektif untuk kepentingan ekspansi Cina di Timur Tengah,” kata Wen-Ti Sung, peneliti non-residen di Global China Hub, Atlantic Council.

    Kesempatan cina mendapat pengaruh diplomatik

    Sung mengatakan kepada DW bahwa setelah serangan militer AS ke situs nuklir Iran, Cina kemungkinan akan mendapat keuntungan dalam bentuk citra diplomatik yang lebih baik.

    “Selama potensi serangan militer lanjutan dari AS belum benar-benar disingkirkan, dampak diplomatiknya akan tetap ada,” katanya.

    Cina telah lama menggambarkan AS sebagai kekuatan yang menyebabkan ketidakstabilan, sementara Cina menampilkan diri sebagai negara yang bertanggung jawab dan mendukung perdamaian.

    “[Cina] kini akan punya lebih banyak kesempatan untuk menyampaikan bahwa AS adalah aktor pengganggu dan sebagai potensi ancaman. Mereka sangat aktif mendorong narasi ini di negara-negara dunia selatan,” kata Chong.

    Pada 2023, Cina menjadi penengah kesepakatan bersejarah antara Arab Saudi dan Iran untuk memulihkan hubungan diplomatik setelah tujuh tahun putus hubungan. Beijing menggambarkan keberhasilan itu sebagai kemenangan diplomatik besar.

    Namun dalam krisis saat ini, dukungan Cina terhadap Teheran sebagian besar masih bersifat retoris, tanpa indikasi bahwa Cina akan memainkan peran mediator seperti sebelumnya.

    “Beijing memang berpengaruh, tetapi sebagaimana AS tidak bisa mengendalikan Israel, Beijing juga tidak bisa [menahan Iran],” kata Chong.

    Jika fokus AS beralih dari Asia, Cina bisa diuntungkan

    Sementara itu, jika AS mulai mengalihkan perhatian dan sumber dayanya dari kawasan Indo-Pasifik, terutama terkait kehadiran militer yang makin besar di Asia, maka tekanan internasional terhadap Cina bisa berkurang.

    Awal bulan ini, kapal induk AS yang awalnya dijadwalkan untuk singgah di pelabuhan Vietnam, akhirnya diarahkan ke Timur Tengah karena alasan “kebutuhan operasional mendesak”, menurut Kedutaan Besar AS di Hanoi.

    “Kunjungan pelabuhan itu seharusnya menunjukkan komitmen AS terhadap keamanan dan stabilitas di Asia. Sekarang, hal itu beralih,” kata Chong.

    “Kalau perhatian AS terus-menerus tersedot ke Timur Tengah, Beijing mungkin akan mempertimbangkan ulang strateginya,” ujar Chong, merujuk pada pendekatan Cina terhadap Taiwan, sebuah pulau yang mengatur dirinya sendiri namun diklaim oleh Cina sebagai wilayahnya. Beijing tidak menutup kemungkinan menggunakan kekuatan untuk mencapai “reunifikasi”.

    Menurut Chong, dengan AS yang kini terlibat semakin dalam di konflik Timur Tengah, sekutu-sekutunya di Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Filipina, dan Australia “akan harus lebih aktif dan bekerja sama lebih erat satu sama lain.”

    Untuk saat ini, belum jelas apakah serangan AS ke Iran hanyalah insiden tunggal sebelum Washington kembali fokus ke Asia, atau justru merupakan tanda bahwa AS mulai memprioritaskan Timur Tengah.

    Tulisan ini diadaptasi dari artikel berbahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Tezar Aditya

    Editor: Rahka Susanto

    Lihat Video ‘Peristiwa Besar dalam Hubungan Iran-AS Sejak 1953 Hingga Kini’:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS-Israel Berusaha Ciptakan Perpecahan Negara Muslim

    AS-Israel Berusaha Ciptakan Perpecahan Negara Muslim

    Jakarta

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan Amerika Serikat dan rezim Israel berusaha menciptakan perpecahan di antara negara-negara Muslim, berbeda dengan Iran yang berupaya mendorong persatuan regional.

    Ia menyampaikan pernyataan tersebut dalam percakapan via telepon dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) pada hari Selasa (24/6) waktu setempat.

    “Kami sangat yakin bahwa Amerika Serikat dan rezim Zionis berusaha menciptakan perpecahan di antara negara-negara Muslim, sementara Iran mengupayakan persatuan dan perdamaian regional,” kata presiden Iran tersebut, sesuai pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya, dilansir dari kantor berita Iran, Press TV, Rabu (25/6/2025).

    Menurut Press TV, pernyataan tersebut berkaitan dengan upaya Washington dan Tel Aviv untuk mencegah kerja sama regional dalam kepentingan bersama seperti dukungan terhadap hak-hak Palestina, stabilitas regional, dan kebebasan dari intervensi asing.

    Panggilan telepon tersebut dilakukan setelah perang Iran dan Israel selama 12 hari, yang didukung oleh AS, yang mengakibatkan lebih dari 600 warga Iran tewas, termasuk komandan militer senior, ilmuwan nuklir, dan warga sipil.

    Pezeshkian mengatakan bahwa Teheran akan terus menegaskan “hak-haknya yang sah” dalam setiap proses diplomatik yang dapat menyangkut masalah tersebut.

    “Iran menyambut baik bantuan apa pun dari negara-negara sahabat dan bersaudara di jalur ini,” kata Pezeshkian, menyambut kontribusi positif terhadap keterlibatan diplomatik.

    Lihat Video ‘Jumlah Korban Perang Iran vs Israel Selama 12 Hari’:

    Pemimpin Saudi tersebut merujuk pada kecaman resmi Riyadh atas serangan militer Israel yang tidak beralasan dan melanggar hukum terhadap Iran.

    “Kami telah terlibat dalam konsultasi diplomatik yang ekstensif dengan berbagai negara untuk memberikan tekanan pada Israel dan menghentikan serangannya,” kata MBS.

    Putra Mahkota Saudi itu menekankan bahwa negara-negara Muslim di kawasan itu tidak akan menjadi landasan peluncuran bagi serangan rezim terhadap Iran, dan tidak akan membiarkan pangkalan Amerika di tanah mereka digunakan untuk tindakan agresi apa pun.

    Lihat Video ‘Jumlah Korban Perang Iran vs Israel Selama 12 Hari’:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ini 21 Sosok yang Pernah Jadi Dubes RI di AS, Nama ke-22 Disebut Telah Dikantongi
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        25 Juni 2025

    Ini 21 Sosok yang Pernah Jadi Dubes RI di AS, Nama ke-22 Disebut Telah Dikantongi Nasional 25 Juni 2025

    Ini 21 Sosok yang Pernah Jadi Dubes RI di AS, Nama ke-22 Disebut Telah Dikantongi
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pemerintah disebut telah mengantongi nama bakal calon Duta Besar (
    Dubes
    ) Indonesia untuk Amerika Serikat (AS).
    Wakil Menteri Sekretaris Negara (Wamensesneg) Bambang Eko Suhariyanto mengungkapkan, nama-nama bakal calon
    Dubes Indonesia
    untuk AS memiliki latar belakang diplomat hingga politikus.
    “Ada yang dari diplomat, ada yang dari politik. Ada beberapa lah,” ujar Bambang di Graha Pengayoman, Jakarta, Senin (23/6/2025).
    Kendati demikian, ia juga enggan mengungkap nama-nama yang sudah dikantongi pemerintah untuk mengisi posisi Dubes di AS.
    Bambang hanya menyampaikan, pihaknya menunggu arahan Presiden
    Prabowo Subianto
    untuk menetapkan satu nama sebelum diserahkan ke DPR.
    “Kita tunggu arahan presiden tentang itu. Sampai sekarang sudah ada arahan, cuma kita lagi olah untuk ngisinya. Ada beberapa nama cuma sedang kita proses,” ujar Bambang.
    Sementara itu, posisi Dubes Indonesia yang ditempatkan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Washington DC sudah pernah diisi oleh 21 nama.
    Berdasarkan laman resmi Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), pada periode pemerintahan Presiden Soekarno setidaknya ada lima nama yang pernah menduduki posisi tersebut, yakni Ali Sastroamidjojo, Moekarto Notowidigdo, Zairin Zain, Lambertus Nicodemus Palar, dan Suwito Kusumowidagdo.
    Selanjutnya pada era pemerintahan Presiden Soeharto terdapat sembilan nama yang pernah mengisi jabatan itu, yakni Soedjatmoko, Syarief Thayeb, dan Roesmin Noerjadin.
    Kemudian ada Ashari Danudirdjo, Hasnan A. Habib, Soesilo Soedarman, Abdul Rahman Ramly, Arifin Siregar, dan Dorodjatun Kuntjoro-Jakti.
    Lalu pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, hanya terdapat satu nama yang pernah mengisi posisi
    Dubes Indonesia untuk AS
    di Washington DC, yakni Soemadi Brotodiningrat.
    Kemudian pada dua periode pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ada Sudjadnan Parnohadiningrat, Dino Patti Djalal, dan Budi Bowoleksono.
    Terakhir pada dua periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), terdapat tiga nama yang pernah menduduki jabatan itu, yakni Mahendra Siregar, Muhammad Lutfi, dan
    Rosan Roeslani
    .
    Rosan tak lagi menduduki posisi Dubes Indonesia untuk AS karena pada saat itu ditunjuk sebagai Wakil Menteri BUMN oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
    Setelah Rosan, Jokowi pasa sisa kepemimpinannya belum lagi menunjuk Dubes Indonesia untuk AS di Washington DC sejak 17 Juli 2023.
    Prabowo Subianto yang dilantik sebagai Presiden sejak 20 Oktober 2024 juga belum menunjuk nama yang akan mengisi kursi Dubes Indonesia untuk AS. Namun, Prabowo disebut sudah mengantongi nama-nama bakal calon Dubes Indonesia untuk AS.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.