kab/kota: Tokyo

  • Dengan Kapal Selam Nuklir, Korsel Masuki Era Perlombaan Senjata

    Dengan Kapal Selam Nuklir, Korsel Masuki Era Perlombaan Senjata

    Jakarta

    Presiden Donald Trump yang ingin memulai babak baru aliansinya dengan Asia Timur, mendukung gagasan Korea Selatan untuk membangun dan mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir. Dia menambahkan bahwa kapal pertama akan dibuat di AS.

    “Korea Selatan akan membangun Kapal Selam Bertenaga Nuklirnya di Philadelphia,” tulis Trump di platform Truth Social miliknya.

    Seoul menyambut gembira keputusan ini. Menteri Pertahanan Korea Selatan Ahn Gyu-back mengatakan dalam pertemuan parlemen yang digelar bersamaan dengan pengumuman Trump itu bahwa kapal selam bertenaga nuklir akan berdampak signifikan memperkuat militer Korsel.

    Saat ini, Korea Selatan mengoperasikan kapal selam konvensional bertenaga hibrid – diesel dan listrik. Namun menurut Ahn, kapal selam bertenaga nuklir akan menawarkan kecepatan dan daya jelajah yang lebih baik untuk menandingi kemampuan kapal selam tempur nuklir Korea Utara.

    Meskipun Pyongyang belum memberikan komentar resmi, para analis mengatakan bahwa rezim Kim Jong Un hampir pasti akan bereaksi dengan marah dan kemungkinan besar mengumumkan langkah balasan terhadap keputusan Korea Selatan.

    Korea Selatan memasuki era perlombaan senjata

    Para ahli memperingatkan bahwa Korea Utara dan Selatan kini dengan cepat meningkatkan perlombaan senjata, sementara negara-negara lain di Asia Timur Laut lainnya terpantau turut menambah anggaran pertahanan mereka.

    “Tidak diragukan lagi, kita sudah berada dalam era perlombaan senjata,” kata Andrei Lankov, profesor sejarah dan hubungan internasional di Universitas Kookmin, Seoul.

    “Trump tampaknya tidak henti mengatakan bahwa ia sudah jemu dengan sekutu-sekutu parasitnya, yaitu Korea Selatan dan Jepang. Ia bisa mengumumkan bahwa AS akan hengkang dari sekutunya kapan saja,” tambah Lankov.

    Bagi kedua negara, lanjut Lankov, hal itu akan menjadi ancaman. Terutama Korsel yang berbatasan langsung dengan musuh bersenjata nuklir yang berulang kali menyerangnya di masa lalu.

    “Sehingga sangat wajar jika Seoul meningkatkan kemampuan militernya secara drastis dan mungkin juga mengembangkan senjata nuklir,” tambahnya.

    Lankov juga menyoroti faktor kedua yakni perkembangan militer Korea Utara yang sangat cepat selama satu dekade terakhir, termasuk keberhasilan mengembangkan rudal balistik antarbenua dengan bahan bakar padat dan memperluas arsenal hulu ledak nuklirnya.

    Kemajuan militer tersebut didukung oleh Rusia. Moskow diperkirakan telah memasok Pyongyang dengan reaktor miniatur untuk mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir.

    Faktor ketiga yang tak terhindarkan, menurut Lankov, adalah Cina yang berupaya menguatkan kekuatan militernya dan melengkapinya dengan sistem persenjataan yang paling mutakhir.

    Pyongyang unjuk kekuatan jelang kunjungan Trump

    “Cina ingin menegaskan perannya di Asia Timur sebagai pusat kekuatan utama yang tidak dapat ditantang siapa pun,” kata Lankov.

    Sementara itu, menurut Lankov, AS tampak semakin ingin mengurangi keterlibatannya di kawasan meski beberapa pasukan AS masih bertahan di Semenanjung Korea.

    Ancaman terhadap Korea Selatan semakin serius karena aliansi Pyongyang yang semakin erat dengan Rusia serta kekerabatan lamanya dengan Cina. Aliansi tersebut memungkinkan Pyongyang bertindak lebih agresif.

    Bahkan rezim Korea Utara menguji rudal hipersonik seminggu sebelum kedatangan Trump di Korea Selatan jelang forum APEC pada 1 November lalu serta menembakkan sejumlah rudal jelajah sesaat sebelum kedatangan Trump.

    Pyongyang juga meluncurkan rudal dan artileri pada Senin (3/11) saat Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengunjungi Zona Demiliterisasi (DMZ).

    Taipei dan Tokyo meningkatkan anggaran Pertahanan

    Masih di kawasan, Cina sedang melakukan uji kapal induk ketiganya, Fujian, dan semakin sering menguji pertahanan udara dan laut negara tetangganya. Jepang di sekitar Kepulauan Okinawa serta Filipina di Laut Cina Selatan.

    Beijing juga memiliki ambisi jangka panjang untuk mengambil alih Taiwan, yang dianggapnya sebagai bagian dari provinsinya yang memisahkan diri. Taipei kini meningkatkan anggaran pertahanan, termasuk pembelian 66 jet tempur F-16V dan bom luncur dari AS.

    Jepang mulai secara signifikan membangun sistem pertahanannya, mengucurkan investasi besar pada pertahanan laut dan udara dengan rudal baru yang canggih, pasukan kapal selam yang lebih besar, serta drone laut dan udara.

    Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengatakan kepada Trump dalam pertemuan mereka di Tokyo akhir Oktober lalu bahwa Jepang akan meningkatkan pengeluaran pertahanan dari 1% menjadi 2% dari PDB pada awal tahun fiskal berikutnya (1 April).

    Jepang juga menandatangani kesepakatan untuk memasok Australia dengan 11 fregat kelas Mogami dan tengah bernegosiasi dengan Selandia Baru untuk kesepakatan serupa.

    Selain itu, Tokyo juga sepakat untuk memberikan Filipina pesawat patroli pantai dan sistem radar canggih guna membantu Manila memantau kapal-kapal Cina di Laut Cina Selatan.

    Masa damai di Asia Timur mulai berakhir

    Dan Pinkston, profesor hubungan internasional di kampus Seoul Universitas Troy, mengatakan bahwa negara-negara Asia telah menikmati masa damai selama beberapa dekade, namun masa-masa mungkin akan perlahan berakhir.

    Pinkston menjelaskan kepada DW bahwa banyak negara Asia Timur kini memiliki kekuatan ekonomi yang cukup untuk meningkatkan kekuatan militer mereka.

    Ia juga memperingatkan bahwa pembelian kapal selam bertenaga nuklir dapat menjadi langkah awal bagi Korsel untuk memperoleh senjata nuklir, meskipun Seoul secara resmi mendukung Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT).

    “Kita tidak pernah bisa menduga detail kesepakatan yang dibuat Trump atau apa yang akan dia usulkan selanjutnya,” kata Pinkston, menyinggung dukungan mendadak presiden AS terhadap rencana kapal selam bertenaga nuklir Korsel.

    “Namun apakah berarti Korsel akan bergerak sendirian?” tanyanya.

    Menurut Pinkston, Korea Selatan berencana membeli uranium yang diperkaya dari AS untuk reaktor kapal selam bertenaga nuklir. Korsel juga sudah memiliki fasilitas dan teknologi nuklir sendiri, sehingga bisa saja ia memperkaya bahan bakar nuklirnya. Langkah berikutnya, Korsel bisa mengembangkan senjata nuklirnya sendiri, katanya.

    “Jika kapal-kapal selam itu dirancang untuk membawa rudal dengan hulu ledak konvensional, maka itu tidak terlalu jauh dari rencana perancangan hulu ledak nuklir yang menurut Seoul penting bagi keamanan nasionalnya. Korsel semakin mendekat ke rencana tersebut,” pungkas Pinkston.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Rizky Nugraha

    Tonton juga Video: Cekcok Dengan Eks Presiden Rusia, Trump Kirim 2 Kapal Selam Nuklir

    (ita/ita)

  • Mobil-Motor Honda Ditargetkan Nol Kecelakaan pada 2050

    Mobil-Motor Honda Ditargetkan Nol Kecelakaan pada 2050

    Jakarta

    Selain memperbanyak pilihan produk mobilitas, Honda juga fokus meningkatkan fitur keselamatan di mobil dan motornya. Bahkan, perusahaan Jepang itu menargetkan kendaraannya bebas kecelakaan (zero accident) pada 2050 atau 25 tahun mendatang.

    Hal tersebut disampaikan langsung Toshio Kuwahara selaku Vice President of Honda Motor Co., Ltd., Head of Regional Unit (Asia & Oceania) of Regional Operations (Associated Regions) dan President & CEO of Asian Honda Motor Co.

    “Target terbesar dari Honda sendiri pada 2050 mampu mewujudkan carbon neutral kemudian kasus-kasus kecelakaan roda dua dan roda empat bisa menjadi nol,” ujar Toshio Kuwahara saat wawancara eksklusif bersama awak media di Minato, Tokyo, Jepang.

    “Tentu saja di ASEAN, di masing-masing negara punya target yang sama terutama roda dua yang pasarnya besar di sana,” tambahnya.

    Honda 0 Alpha meluncur di Japan Mobility Show 2025 Foto: Septian Farhan

    Sementara untuk target carbon neutral, kata Kuwahara, pihaknya memberikan sedikit kelonggaran untuk masing-masing negara. Sebab, situasinya akan berbeda-beda.

    “Sedangkan untuk carbon neutral tergantung negaranya, terkait kecepatan menuju carbon neutral, bahkan di Korsel juga penting kami pertimbangkan keseluruhan. Dalam proses tersebut pertama-tama dimulai dari hybrid kami ingin memperluas pasar hybrid di ASEAN,” ungkapnya

    Motor sport listrik Honda Foto: Dok. Honda

    Di tempat yang sama, Chief Executive Officer (CEO), Toshihiro Mibe mengatakan, pengembangan teknologi Honda benar-benar merujuk pada manusia. Itulah mengapa, keselamatan dan fungsionalitas merupakan prioritas utama.

    “Teknologi bagi Honda selalu berangkat dari manusia. Tujuan kami adalah menghadirkan inovasi yang tidak hanya efisien, tetapi juga memperkaya kehidupan,” tutur Mibe.

    “Melalui pendekatan human-centered engineering, kami memastikan setiap kemajuan teknologi membawa manfaat nyata–dari keselamatan dan kenyamanan, hingga keberlanjutan lingkungan,” kata dia menambahkan.

    (sfn/rgr)

  • Mau Masuk Indonesia, Berapa Perkiraan Harga Honda Super One?

    Mau Masuk Indonesia, Berapa Perkiraan Harga Honda Super One?

    Tokyo

    Honda Super One telah meluncur di pameran Japan Mobility Show atau JMS 2025. Menariknya, kendaraan listrik bergaya hatchback itu bakal dipasarkan di Indonesia mulai tahun depan. Berapa bocoran harganya?

    Kepastian Honda Super One akan masuk Indonesia tahun depan disampaikan Large Project Leader Honda Super One, Hidetomo Horita sesaat setelah peluncuran kendaraan. Mobil berdimensi kompak itu akan dipasarkan juga di negara Asia Tenggara lainnya.

    “Iya, Indonesia termasuk (negara Asia Tenggara yang akan kedatangan Honda Super One),” ujar Hidetomo Horita di Tokyo Big Sight, Jepang.

    Honda Super One Foto: Septian Farhan

    Sayangnya, ketika ditanya mengenai perkiraan harga, Horita masih tutup mulut. Kini, pihaknya masih merumuskan angka yang tepat untuk kendaraan terbarunya tersebut. Namun, kata dia, angkanya lebih tinggi dari Honda N-One e.

    “Saya pikir harganya akan lebih tinggi dari Honda N-One e karena kami melakukan banyak improvement di kendaraan itu,”

    Honda N-One e dibanderol mulai dari 3,1 juta yen atau sekira Rp 310 jutaan di Jepang. Maka, bukan mustahil, dengan penambahan fitur dan detail eksterior, harganya kemungkinan di kisaran Rp 400 jutaan.

    Namun, perkiraan harga tersebut hanya berlaku untuk Jepang. Sementara untuk Indonesia, gambarannya masih abu-abu.

    “Kalau harga, kami belum bisa berkomentar sekarang, ya,” kata Direktur Pemasaran PT Honda Prospect Motor (HPM), Yusak Billy.

    Honda Super One Foto: Septian Farhan

    Sebagai catatan, Honda Motor Company (HMC) belum mengumumkan spesifikasi maupun fitur Honda Super One. Sebab, secara global memang baru meluncur tahun depan.

    Namun, intinya, Honda Super One dibangun dengan konsep e: Dash Booster yang mengutamakan joy of driving. Menurut informasi yang kami terima, mobil tersebut akan punya fitur active sound control dan boost mode.

    Menariknya, meski ukurannya mungil, namun Super One tak dikategorikan sebagai kei car, melainkan hatchback seperti Honda Brio.

    “Ini bukan kei car. Secara ukuran, ini lebih besar (dibandingkan kei car) dan lebih sporty dibandingkan kei car di Jepang,” kata Horito.

    (sfn/din)

  • 8
                    
                        Langkah Inovatif Ketua RT di Duren Sawit, Sulap Selokan Jadi Sumber Rezeki
                        Megapolitan

    8 Langkah Inovatif Ketua RT di Duren Sawit, Sulap Selokan Jadi Sumber Rezeki Megapolitan

    Langkah Inovatif Ketua RT di Duren Sawit, Sulap Selokan Jadi Sumber Rezeki
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Ketua RT 08 RW 04 Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur, Taufiq Supriadi, memiliki cara inovatif untuk memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber penghasilan, yakni membuat kolam ikan lele di atas selokan di wilayah tempat tinggalnya.
    Ide tersebut muncul setelah Taufiq melihat sistem saluran air di Tokyo, Jepang, yang bisa dimanfaatkan untuk memelihara ikan.
    “Waktu ke Tokyo, saya lihat ada ikan di saluran air. Itu sama seperti ini dua lantai, bagian bawah untuk air kotor, bagian atasnya untuk ikan,” ujar Taufiq saat ditemui
    Kompas.com
    di Duren Sawit, Rabu (5/11/2025).
    Ia menjelaskan, saluran air di Tokyo dibuat bertingkat agar air di selokan tetap bisa mengalir tanpa mengganggu habitat ikan.
    “Saya terpikir menerapkan hal itu (membuat kolam ikan di atas selokan) di sini karena kita punya keterbatasan lahan. Di sini semua sudah beton, enggak ada tanah kosong. Tujuan saya juga supaya lingkungan punya pemasukan lingkungan dan ketahanan pangan,” katanya.
    Taufiq mengatakan, kolam lele yang ia bangun di atas selokan bisa menghasilkan puluhan juta rupiah dari empat kali panen dalam setahun.
    Saat ini, terdapat satu kolam yang mampu menghasilkan sekitar 800 kilogram ikan setiap panen.
    Program ini baru berjalan dua bulan dan akan memasuki masa panen pertama dalam satu bulan ke depan.
    “Lele yang dipanen itu dijual Rp 25.000 per kilo, jadi kalau sekali panen bisa dapat Rp 20 juta. Kalau dalam satu tahun ada empat kali panen, dalam setahun bisa dapat Rp 80 juta satu kolam,” ujar Taufiq
    Taufiq tengah mempersiapkan dua kolam lele tambahan di atas selokan dengan panjang masing-masing 14 meter dari dana CSR sebuah perusahaan.
    Hasil panen yang didapat tidak sepenuhnya digunakan sebagai biaya operasional, tetapi juga dibagikan untuk kepentingan warga.
    “Kelompok tani itu dapat Rp 2 juta, pemilik rumah yang kebetulan kolam dapat Rp 400.000, kas RT dan RW Rp 400.000, koordinator kolam Rp 720.000, dan dua penjaga kolam Rp 6,4 juta,” ujar Taufik.
    Untuk menjaga dan mengelola kolam lele itu, Taufiq memberdayakan warga yang telah pensiun atau belum bekerja.
    Total ada tiga penjaga yang telah mendapatkan pelatihan dari Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) agar ikan tetap sehat dan tumbuh optimal.
    Taufiq memastikan kolam lele yang dibangun di atas selokan lingkungan tempat tinggalnya tidak akan mengganggu aliran air dan banjir.
    Ia menjelaskan, selama 22 tahun tinggal di wilayah tersebut, saluran air di lingkungannya tidak pernah meluap.
    “Alhamdulilah belum pernah banjir, saluran air ini belum pernah meluber, sepenuhnya pas hujan deras cuma naik 3-4 sentimeter,” ungkap Taufiq.
    Taufiq mengatakan, kolam lele tersebut dibangun di atas saluran air sepanjang 14 meter menggunakan beton tipe
    U-Ditch
    .
    Menurut dia,
    U-Ditch
    tersebut memiliki kedalaman 60 sentimeter, dengan pembagian 25 sentimeter untuk kolam lele di bagian atas dan 35 sentimeter untuk saluran air di bawahnya.
    “Saya bikin dua lantai, di atas untuk lele, di bawah tetap saluran air. Enggak ditutup, enggak mengganggu. Saya juga sudah izin ke Kementerian PU dan Dinas SDA,” kata Taufiq.
    Taufiq juga membuat “kolam gizi warga” berisi ikan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi balita dan lansia, sekaligus mencegah
    stunting
    di wilayahnya.
    Program “kolam gizi warga” tersebut merupakan pengembangan dari budidaya ikan lele di atas selokan yang telah menjadi sumber ekonomi lingkungan.
    “Saya bikin kolam gizi buat warga, untuk lansia dan balita, isinya ikan nila dan bawal yang bisa ambil dan dikonsumsi secara gratis,” ujar Taufiq.
    Taufiq menjelaskan, warga dapat mengambil ikan secara langsung saat masa panen tanpa prosedur yang rumit, asalkan memperhatikan ukuran ikan yang layak dikonsumsi.
    “Kolam gizi warga ini kalau sudah waktunya panen, warga kami izinkan ambil. Biasanya ini tiga bulan, ini sudah waktunya panen yang ini kan sudah gede-gede,” katanya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mengenal Sistem Tilang Pengendara di Jepang, Pantes Tertib Semua!

    Mengenal Sistem Tilang Pengendara di Jepang, Pantes Tertib Semua!

    Tokyo

    Kondisi jalanan di Jepang dengan di Indonesia sangat berbanding terbalik. Jika di Indonesia masih banyak pengendara yang melanggar lalu lintas, di Jepang semua pengendaranya tertib. Ternyata ini rahasianya.

    Rahasia pengendara Jepang tertib dan hampir tidak ada yang melakukan pelanggaran salah satunya adalah karena ancaman sanksinya yang tegas. Pembuatan surat izin mengemudi (SIM) di Jepang pun tidak murah dan tidak mudah.

    Salah satu warga negara Jepang, Ei Mochizuki, mengatakan untuk membuat SIM di negaranya, maka pengendara di Jepang harus mengikuti sekolah mengemudi dulu. Durasinya sekitar satu sampai dua bulan sebelum berhak mengantongi SIM. Biayanya bisa tembus Rp 30 juta.

    “Harus ke sekolah mengemudi, satu-dua bulan harus pergi ke sekolah mengemudi. Ada ujian-ujian, dan tidak gampang ujiannya,” kata Mochizuki saat ditemui detikOto di Tokyo, Jepang, baru-baru ini.

    Mochizuki, yang sudah beberapa tahun terakhir tinggal di Indonesia dan berkarier di PT Suzuki Indomobil Sales, menyebut pelanggaran lalu lintas di Jepang akan diberikan sanksi berupa pengenaan poin di SIM-nya selain denda tilang. Pada poin tertentu, pengendara di Jepang dilarang nyetir, bahkan berpotensi SIM-nya dicabut. Tak heran, dengan mendapatkan SIM yang tidak mudah dan tidak murah, pengendara di Jepang enggan melanggar aturan lalu lintas. Hampir semua pengendara yang kami temui di jalanan Jepang tertib.

    Mochizuki mencontohkan beberapa pelanggaran lalu lintas beserta poin-poinnya. Misalnya, pelanggaran lampu merah akan dikenakan dua poin. Bahkan, pelanggaran batas kecepatan bisa dikenakan hingga 12 poin.

    “Jika sudah dapat 6 poin, SIM di-suspended 30 hari (pengendara dilarang nyetir selama 30 hari), 9 poin 60 hari di-suspended, 12 poin 90 hari di-suspended, 15 poin dan lebih SIM dicabut, maka harus membuat SIM lagi di mana butuh biaya dan waktu lagi,” beber Mochizuki.

    Dikutip dari Japan Today, Jepang menerapkan sistem poin demerit untuk pelanggaran lalu lintas yang disebut kotsuihan. Tingkat keparahan pelanggaran menentukan jumlah poin yang ditambahkan ke catatan seorang pengendara.

    Jika poin lebih banyak, maka premi asuransi yang harus dibayarkan pengendara lebih tinggi. Perusahaan asuransi di Jepang sering mempertimbangkan riwayat poin demerit pengemudi saat menghitung tarif asuransi. Dalam kasus yang parah, akumulasi poin dapat menyebabkan SIM ditangguhkan (mentei) atau dicabut (menkyotorikeshi). Kalau sudah begitu, pengendara dilarang untuk mengemudi di jalan raya Jepang.

    Mengumpulkan poin terlalu banyak karena pelanggaran yang dilakukan dapat mengakibatkan seseorang kehilangan hak mengemudi di Jepang. Poin-poin yang didapat karena pelanggaran tetap berada di catatan SIM seseorang selama 3 tahun atau lebih tergantung pada keadaan. Larangan mengemudi karena penangguhan SIM dapat terjadi tergantung situasinya.

    Penangguhan SIM dapat dikeluarkan jika seseorang memiliki 6 poin pelanggaran. Semakin tinggi poin pelanggaran yang terkumpul, semakin lama SIM ditangguhkan dan pengendara dilarang nyetir.

    Jika suatu pelanggaran menghasilkan poin pelanggaran yang tinggi, hal ini akan menentukan lamanya SIM ditangguhkan. Semakin tinggi tingkat keparahan pelanggaran atau kejahatan lalu lintas yang dilakukan, semakin banyak poin yang akan dikumpulkan, sehingga semakin lama SIM akan ditangguhkan atau bahkan SIM dicabut. Jika sudah mendapatkan 15 poin, SIM dapat dicabut.

    (rgr/din)

  • Tanggung Jawab Saya, Katanya

    Tanggung Jawab Saya, Katanya

    OLEH: AHMADIE THAHA

       

    NAIK kereta Jakarta-Bandung belakangan ini terasa seperti panggung drama musikal: lagunya megah, tarinya garang, tapi tagihan produksinya? Nah, itu yang bikin rakyat mendadak insomnia kolektif. Presiden Prabowo sudah bilang di acara peresmian Stasiun Kereta Api Tanah Abang Baru, dengan gaya seorang jenderal yang meyakinkan, bahwa dialah yang bertanggung jawab penuh atas Whoosh.

    Kedengarannya gagah. Tapi seperti orang tua yang bilang “biaya sekolah anak ‘tanggung jawab saya’”, padahal bulan depan juga ujung-ujungnya mengambil uang tabungan keluarga. Dalam kasus pembayaran hutang kereta cepat Whoosh, kita semua tahu bahwa yang membayar tagihan akhirnya tetap saja rakyat jelata yang bahkan belum tentu pernah foto selfie di Stasiun Whoosh Halim.

    Proyek Whoosh bukan bayi yang lahir tiba-tiba di era baru. Ia adalah karya raksasa yang dipaksakan lahir prematur oleh trio kampiun pembangunan yaitu Joko Widodo, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Erick Thohir. Ketiganya mendorong proyek ini maju meskipun banyak ekonom, insinyur transportasi, dan anggota DPR mengingatkan soal risiko finansial, pembengkakan biaya, serta dampaknya pada utang nasional.

    Ketiganya bersikeras bahwa kereta cepat harus tetap jalan, meski tanah belum siap, kajian belum matang, dan peringatan publik berdatangan seperti hujan deras yang tak dianggap. Dengan demikian, tanggung jawab moral dan politik atas seluruh beban biaya, utang, dan potensi kerugiannya sebenarnya melekat pada mereka sebagai pihak yang memutuskan, mengawal, dan memaksakan proyek itu berjalan, jauh sebelum Prabowo menerimanya sebagai “warisan” negara.

    Mari kita luruskan angka agar tak salah paham bahwa total biaya proyek ini membengkak sampai kira-kira Rp120 triliun lebih. Jangan dibayangkan triliun itu cuma angka di Excel. Itu jumlah yang kalau ditumpuk dalam bentuk pecahan lima ribuan mungkin bisa menutupi separuh jalur tol Cipularang.

    Dari angka itu, sebagian besar dibiayai dari utang konsorsium yang bahkan utang dalam valuta asing pula, dan beban bunganya, ya ampun, bisa mendekati Rp2 triliun per tahun hanya untuk membayar bunga. Bunga saja. Pokoknya? Itu bab lain yang mungkin butuh novel tersendiri. Rakyat membayar lewat pajak, lewat BUMN yang ditekan setor, lewat subsidi silang yang ujungnya seperti aroma bawang goreng yang tak terlihat tapi menyerbak ke mana-mana.

    Di titik ini, ironi kita lengkap bahwa yang naik Whoosh hanya sebagian orang yang punya urusan penting, gaya hidup cepat saji, atau memang ingin mencoba sensasi melesat 40 menit seperti sedang menyalip masa depan. Tapi mayoritas rakyat yang membayar utang itu masih setia naik kereta reguler tiga jam, atau mobil pribadi Jakarta-Bandung empat jam sambil menunggu rest area. Bagi mereka, klaim “hemat waktu” terasa abstrak.

    Secara teori, transportasi publik memang tak dihitung untung-rugi. Itu betul dan sudah lama dipraktikkan dari Tokyo sampai Stockholm. Bedanya, Swedia tidak sedang menanggung utang infrastruktur setinggi monumen nasional versi baru, dan Jepang tidak membangun kereta cepat dengan stasiun yang masih butuh feeder panjang sebelum menyentuh pusat kota.

    Manfaat Whoosh bisa besar, asal aksesnya benar, tarifnya ramah, dan penumpangnya bukan sekadar gelombang awal yang datang karena penasaran, yang menyebabkan target penggunanya jauh meleset. Jangan sampai kereta ini berakhir seperti bandara Kertajati: apik saat grand opening, lalu sisanya jadi tempat angin berwisata.

    Yang lucu lagi, kita diajak percaya bahwa “ini tanggung saya”, seolah Prabowo punya dompet pribadi yang bisa mengeluarkan Rp120 triliun tanpa menengok neraca. Padahal pengakuan jujur Prabowo sendiri, uang itu dari pajak, dari kekayaan negara, yang semuanya milik rakyat.

    Jadi sebenarnya, kalau mau jujur, bukan Prabowo yang menanggung Whoosh. Bukan pemerintah. Kitalah, para pembayar pajak yang kadang masih meminta kuitansi bensin demi laporan kantor, yang kelak harus menutup tagihan bunga tahun demi tahun sambil tetap sabar menunggu jalan desa diperbaiki.

    Namun, baiklah. Di balik semua satire, ada refleksi yang mesti diambil. Proyek sebesar ini mengajarkan kita bahwa modernitas perlu keberanian, tapi keberanian itu harus ditemani kalkulasi yang matang, bukan sekadar semangat melesat seperti kereta peluru tapi lupa rem daruratnya.

    Juga bahwa kecepatan bukan ukuran kemajuan jika ujungnya membuat rakyat tersengal-sengal membayar cicilan nasional. Dan bahwa utang sebesar itu bisa menjadi berkah jika dimanfaatkan optimal, atau menjadi hikmah pahit yang mengingatkan kita agar tak jatuh cinta pada glamor teknologi lebih dalam dari jatuh cinta pada akal sehat ekonominya.

    Pada akhirnya, tragedi utang ini bisa berubah jadi kebijaksanaan bila kita menatapnya tanpa ilusi bahwa pembangunan harus seindah manfaatnya, bukan hanya secepat lajunya. Kehilangan uang bisa jadi kegembiraan bila diganti dengan layanan publik yang benar-benar memudahkan rakyat, dan angka-angka triliunan itu bisa menjadi renungan yang menuntun negara agar lebih jeli dalam melangkah, tidak lagi berlari hanya karena kereta cepat sudah melaju duluan.

  • BYD Bantah Mau ‘Acak-acak’ Pasar Kei Car Jepang

    BYD Bantah Mau ‘Acak-acak’ Pasar Kei Car Jepang

    Tokyo

    BYD baru saja meluncurkan mobil listrik berbentuk kei car untuk pasar domestik Jepang. BYD membantah anggapan yang menyebutkan pabrikan China itu mau mengacak-acak pasar kei car Jepang.

    BYD menjadi pabrikan non-Jepang pertama yang meluncurkan kei car di pasar domestik Negeri Sakura itu. Sebelunmnya, pasar kei car hanya diramaikan produsen mobil Jepang seperti Daihatsu, Mitsubishi, Nissan, hingga Suzuki.

    BYD Racco Foto: (Muhammad Hafizh Gemilang/detikOto)

    Untuk diketahui, kei car merupakan mobil mungil dengan spesifikasi dan ukuran tertentu dan hanya dijual di Negeri Sakura. BYD justru bikin kejutan dengan menghadirkan kei car bertenaga listrik bernama Racco untuk pasar Jepang.

    General Manager of Asia-Pacific Automotive Sales Division BYD, Liu Xueliang, mengatakan BYD meyakini bahwa pesaing utama BYD di pasar Jepang adalah produsen mobil impor lainnya. BYD membantah menjadi pesaing merek lokal Jepang di negara itu.

    “Kami telah lama menyatakan bahwa kami di sini bukan untuk bersaing dengan perusahaan Jepang, melainkan untuk memberikan lebih banyak pilihan kepada konsumen Jepang, sehingga mereka bebas menentukan produk dan merek mobil mana yang akan dibeli,” kata Liu dikutip media lokal China, IT Home.

    BYD baru resmi memasuki pasar kendaraan penumpang di Jepang pada Juli 2022. Hingga saat ini, BYD telah meluncurkan beberapa model kendaraan listrik murni di negara tersebut, termasuk Yuan PLUS, Dolphin, Seal, dan Sealion 7. Di Jepang, BYD mencatatkan total penjualan kendaraan penumpang sebanyak 7.123 unit.

    “Kami melampaui total penjualan tahun lalu hanya dalam sembilan bulan. Pada dasarnya, tiga tahun ini telah mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan, dan tren pertumbuhannya cukup optimis,” katanya.

    Namun, Liu Xueliang juga mengakui bahwa pertumbuhan di pasar Jepang tidak akan secepat di negara lain. “Saya pikir pertumbuhan yang stabil ini justru lebih kondusif bagi pengembangan platform kami, karena proses pertumbuhan juga merupakan proses ‘terus-menerus menemukan kesalahan dan memperbaiki diri’.”

    Kehadiran BYD Racco di pasar Jepang bisa menjadi ancaman baru bagi produsen otomotif domestik negara itu. Kompetisi kei car di Jepang semakin menantang.

    “Ada banyak standar untuk mobil kecil di dunia, dan BYD telah memilih standar Jepang untuk kendaraan ringan. Saya sangat senang. Kompetisi baru akan segera dimulai, dan saya harap kita dapat saling belajar dan berjuang maju. Ambang batas konsumen Jepang untuk membeli produk China semakin menurun. Saya yakin (BYD) merupakan ancaman besar,” kata Presiden Suzuki, Toshihiro Suzuki.

    (rgr/din)

  • Melihat Masa Depan Melalui ‘Etalase’ Honda di Japan Mobility Show 2025

    Melihat Masa Depan Melalui ‘Etalase’ Honda di Japan Mobility Show 2025

    Tokyo

    Redaksi detikOto telah mengunjungi booth Honda di Japan Mobility Show 2025. Ketika tiba di sana, kami langsung dibuat terpukau. Sebab, mereka menjadikan pameran tersebut sebagai ‘etalase’ untuk mengenalkan teknologi dan mobilitas masa depan.

    Bayangkan, Honda bukan hanya menampilkan mobil dan motor di JMS 2025, melainkan juga mesin tempel kapal, pesawat terbang, bahkan sampai roket luar angkasa! Produsen yang bermarkas di Aoyama itu paham, mobilitas bukan hanya terjadi di jalur darat, melainkan laut, udara serta antariksa.

    “Selain produk dan teknologi sepeda motor serta mobil, sebagai perusahaan mobilitas yang komprehensif, Honda telah menawarkan berbagai produk mobilitas untuk darat, laut, dan udara,” ujar Chief Executive Officer (CEO) Honda Motor Corporation (HMC) di Tokyo, Jepang.

    “Termasuk produk daya seperti cangkul dan mesin tempel, serta HondaJet, jet bisnis ringan, Honda menawarkan berbagai produk mobilitas yang akan membantu orang-orang mengembangkan potensi hidup mereka,” tambahnya.

    Roket Honda Foto: (Septian Farhan Nurhuda/detikOto)

    Meski beragam, namun semua produk yang dipamerkan Honda di JMS 2025 punya satu kesamaan utama, yakni futuristis atau berorientasi pada masa depan. Bayangkan saja, mereka menampilkan roket ruang angkasa yang telah melalui serangkaian uji coba.

    Pengujian roket Honda dilakukan di Hokkaido, Jepang pada Juni lalu. Menariknya, kendaraan luar angkasa itu mengusung konsep berkelanjutan dan menggunakan teknologi ramah lingkungan.

    “Penelitian dan pengembangan roket Honda baru saja memulai langkah pertamanya. Apa pun kesulitan yang menghadang, Honda akan mengatasinya dengan terus menantang batas tanpa pernah menyerah,” ungkapnya.

    Honda 0 Alpha meluncur di Japan Mobility Show 2025 Foto: Septian Farhan

    Selain roket, Honda memajang kembali pesawat terbang dan mesin tempel kapal. Kemudian, mobil-mobil yang ditampilkan juga berfokus pada masa depan, salah satunya Honda 0 series.

    Di JMS 2025, Honda membawa 0 Alpha, 0 SUV dan 0 Saloon. Seluruhnya masih berbentuk konsep dan akan dipasarkan tak lama lagi. Kemudian ada juga Honda Super One yang digadang-gadang akan menjadi hatchback listrik sejuta umat.

    Menariknya, mereka juga memajang dua motor listrik bertampang radikal di pameran tersebut, yakni EV Urban Concept dan EV Outlier Concept. Seluruhnya, benar-benar menunjukkan betapa seriusnya Honda menyongsong masa depan.

    “Booth Honda memperkenalkan gambaran masa depan yang ingin diwujudkan oleh Honda melalui beragam produk dan teknologi mobilitasnya, memungkinkan para pengunjung merasakan antusiasme dan semangat akan masa depan,” kata dia.

    (sfn/rgr)

  • Belajar Tertib dari Penyeberang Jalan di Jepang

    Belajar Tertib dari Penyeberang Jalan di Jepang

    Jakarta

    Ketika berkunjung ke negara maju seperti Jepang, ada satu kesamaan yang kerap kali kami temui: ketertiban. Bahkan, hal itu bisa tergambar melalui kebiasaan warganya saat hendak menyeberang jalan.

    Selayaknya negara maju lain, penyeberangan jalan di Jepang umumnya menggunakan teknologi pelican crossing. Jadi, kita hanya bisa melintas di zebra cross ketika lampu ‘pejalan kaki’ menyala hijau.

    Menariknya, ketika kami berkunjung ke Tokyo dan kawasan lain di sekitarnya, warga setempat tetap menunggu lampu penyeberangan ‘hijau’, meski situasi jalan raya sedang kosong melompong. Padahal, mereka bisa saja melintas ketika lampu dalam kondisi ‘merah’.

    Pejalan kaki di Jepang. Foto: Septian Farhan Nurhuda / detikcom

    Kekaguman kami makin menjadi-jadi ketika berkeliling ke Ikebukuro di jam 06.00 pagi. Ketika itu, langit belum sepenuhnya terang dan jalan raya belum banyak dilintasi kendaraan. Namun, warga setempat yang sedang jogging atau jalan kaki, tetap berhenti ketika lampu pelican crossing merah.

    Mereka tetap bisa patuh meski tak ada petugas atau kamera yang memantau. Sebab, budaya tertib dan sabar memang telah mengakar dalam hidup orang-orang Jepang.

    “Orang Jepang memang sangat tertib. Kalau kamu ke sini, kamu harus mengikuti budaya (tertib) yang seperti itu. Kebiasaan mereka antre, menunggu, mereka terbiasa begitu,” ujar Gwan-San selaku tour guide asal Malaysia yang sudah belasan tahun menetap di Jepang.

    Disitat dari laman Japanese Law, Senin (3/11), aturan tentang menyeberang jalan di Jepang tertulis dengan jelas di Road Traffic Act. Pada pasal 12 dan 13 tertulis, pelanggar bisa dikenakan penal provions atau ketentuan pidana.

    Bahkan, sejumlah artikel berbahasa Jepang mengatakan, pelanggar yang sampai membahayakan orang lain, bisa dikenakan hukuman penjara maksimal tiga bulan dan denda maksimum 50 ribu yen atau sekira Rp 5 juta.

    (sfn/rgr)

  • Dituding Lambat Kembangkan Mobil Listrik, Honda Bilang Begini

    Dituding Lambat Kembangkan Mobil Listrik, Honda Bilang Begini

    Tokyo

    Chief Executive Officer (CEO) Honda Motor Company (HMC), Toshihiro Mibe merespons tudingan yang menyebut pihaknya tertinggal dalam pengembangan mobil listrik. Dia memastikan, anggapan tersebut tak benar.

    Mibe menegaskan, Honda belakangan memang fokus menggarap mobil hybrid untuk pasar global. Namun, kata dia, bukan berarti pengembangan mobil listrik diperlambat. Buktinya, kata dia, pihaknya mengenalkan Honda 0-series sebagai line up EV masa depan di Japan Mobility Show 2025.

    “Pada Mei 2024, Honda menyesuaikan komposisi penjualan jangka menengah dengan memperbesar porsi HEV hingga 2030, menyesuaikan dengan melambatnya pertumbuhan pasar EV global,” ujar Toshihiro Mibe di Toranomon, Tokyo.

    “Namun, pengembangan EV justru terus dipercepat karena teknologi ini tetap menjadi pilar utama dalam upaya Honda menuju carbon neutrality,” tambahnya.

    CEO Honda, Toshihiro Mibe. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detikOto

    Bagi Honda, apapun jenis mesinnya, tujuan utamanya adalah mengurangi emisi karbon. Mibe mengklaim, pihaknya berusaha menyeimbangkan antara proporsi mobil listrik dan hybrid.

    “Fokus utama Honda adalah mengurangi emisi karbon, bukan hanya menjual EV. Dengan pangsa pasar HEV yang kuat di Jepang, kami akan menjaga keseimbangan antara HEV saat ini dan EV di masa depan, sambil mempercepat pengembangan teknologi baru untuk memastikan daya saing tetap tinggi,” tuturnya.

    Pada pameran JMS 2025, Honda mengenalkan banyak sekali mobil listrik. Selain tiga produk Zero series, perusahaan yang bermarkas di Minato, Tokyo itu juga membawa Honda Super One yang akan meluncur tahun depan.

    “Fokus kami di pameran tersebut adalah menampilkan kemajuan teknologi EV, karena elektrifikasi tetap menjadi bagian inti dari strategi jangka menengah dan panjang Honda menuju carbon neutrality,” kata dia.

    (sfn/din)