kab/kota: Tiongkok

  • BI: Surplus neraca perdagangan Juni 2025 perkuat ketahanan eksternal

    BI: Surplus neraca perdagangan Juni 2025 perkuat ketahanan eksternal

    Jakarta (ANTARA) – Bank Indonesia (BI) memandang, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2025 positif untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis Jumat (1/8), neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2025 mencatat surplus sebesar 4,10 miliar dolar Amerika Serikat (AS), melanjutkan surplus pada Mei 2025 sebesar 4,30 miliar dolar AS.

    Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa ke depan, bank sentral terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas lain.

    Hal ini dilakukan untuk meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

    Adapun surplus neraca perdagangan yang berlanjut terutama bersumber dari surplus neraca perdagangan nonmigas yang tetap baik.

    Neraca perdagangan nonmigas pada Juni 2025 mencatat surplus sebesar 5,21 miliar dolar AS, seiring dengan tetap kuatnya ekspor nonmigas sebesar 22,33 miliar dolar AS.

    Kinerja positif ekspor nonmigas tersebut terutama didukung oleh ekspor berbasis sumber daya alam seperti lemak dan minyak hewani/nabati maupun ekspor produk manufaktur seperti berbagai produk kimia.

    Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan India tetap menjadi kontributor utama ekspor Indonesia.

    Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas tercatat menurun menjadi sebesar 1,11 miliar dolar AS pada Juni 2025 sejalan dengan penurunan impor migas yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan ekspor migas.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • CEO Apple Buka-bukaan Kondisi Perusahaan Sebenarnya

    CEO Apple Buka-bukaan Kondisi Perusahaan Sebenarnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Apple Tim Cook buka suara soal fokus perusahaannya terkait Artificial Intelligence (AI). Investasi perusahaan disebutnya akan meningkat untuk teknologi tersebut secara signifikan.

    Apple diketahui belum mengumumkan akuisisi atau inisiatif besar dalam laporan kinerjanya di kuartal-II (Q2) 2025. Cook mengatakan tidak pernah terpaku pada ukuran suatu perusahaan. Terpenting, perusahaan bisa membantu mengembangkan layanan AI-nya.

    “Kami terbuka pada merger dan akuisisi yang mempercepat peta jalan kami,” jelas Tim Cook dikutip dari CNBC Internasional, Jumat (1/8/2025).

    “Kami tidak terpaku pada ukuran perusahaan, meskipun perusahaan yang telah kami akuisisi kecil di tahun ini,” dia menambahkan.

    Sepanjang tahun 2025, Tim Cook mengatakan Apple telah mengakuisisi sekitar tujuh perusahaan. Namun tak semua berfokus pada AI.

    “Kami meningkatkan investasi secara signifikan. Kami melakukannya pada kuartal Juni. Kami akan melakukannya lagi pada kuartal September,” kata Tim Cook.

    Bukan hanya akuisisi perusahaan lain, Apple juga tengah melakukan pengaturan ulang staf internalnya. Diharapkan bisa berfokus pada teknologi AI.

    Sementara itu, Kepala Keuangan Apple Kevan Parekh mengatakan perusahaan memiliki model hibrida untuk investasi. Mereka bisa mendapatkan akses ke sistem lewat mitra dan memasukkannya dalam biaya operasional.

    “Sebagian besar pendorong pertumbuhan yang Anda lihat sekarang didorong oleh sejumlah investasi terkait dengan AI,” ucap Parekh.

    Apple Catat Pertumbuhan, Tapi…

    Apple membukukan pendapatan sebesar US$94,04 miliar atau naik hampir 10% dibanding periode yang sama tahun lalu, dan jauh melebihi proyeksi analis sebesar US$89,54 miliar. Laba per saham juga mencapai US$1,57, di atas estimasi pasar US$1,43 per saham.

    Kepala Eksekutif Apple, Tim Cook, mengakui bahwa sebagian konsumen mempercepat pembelian iPhone untuk menghindari dampak tarif, yang secara tidak langsung membantu lonjakan penjualan.

    “Kami melihat adanya pembelian yang dipercepat di awal kuartal karena pengumuman tarif,” ujar Cook dalam wawancara eksklusif dengan Reuters.

    Ia juga menyebut bahwa jumlah pengguna aktif iPhone mencapai rekor tertinggi di semua wilayah geografis.

    iPhone, yang menjadi produk andalan Apple, mencatatkan penjualan sebesar US$44,58 miliar, naik 13,5% dari tahun lalu dan melampaui ekspektasi analis sebesar US$40,22 miliar.

    Cook juga menyebut bahwa basis pengguna aktif iPhone mencapai rekor tertinggi di seluruh wilayah, menandakan loyalitas pelanggan yang kuat meski dihantam isu harga.

    Mengantisipasi tekanan tarif yang terus membayangi, Apple mulai mengalihkan sebagian produksinya dari Tiongkok ke negara-negara lain. Produksi iPhone untuk pasar AS kini mulai banyak dilakukan di India, sedangkan Mac dan Apple Watch diproduksi di Vietnam.

    Namun, ketidakpastian soal tarif masih menghantui. Meski beberapa produk Apple masih mendapatkan pengecualian, kebijakan baru dapat berdampak signifikan, terutama di pasar Amerika Serikat yang mencatatkan pertumbuhan 9,3% menjadi US$41,2 miliar.

    Selain tarif, Apple juga menghadapi tantangan lain, yaitu teknologi kecerdasan buatan (AI). Meski raksasa teknologi seperti Microsoft dan Nvidia meroket di tengah tren AI, saham Apple justru melemah 17% sepanjang 2025. Investor menilai Apple tertinggal dalam integrasi AI ke dalam produknya.

    Apple bahkan menunda peluncuran versi baru asisten virtual Siri yang dilengkapi AI. Meski begitu, Cook menyatakan pihaknya sedang membuat kemajuan dan kini meningkatkan investasi secara besar-besaran di sektor AI.

    “Apple selalu mengutamakan penyederhanaan teknologi canggih agar mudah digunakan dan dapat diakses semua orang, dan inilah inti dari strategi AI kami,” kata Cook.

    Dampak Tarif Trump ke Apple

    Tekanan tarif Trump turut berdampak pada bisnis Apple. Raksasa Cupertino ini mencatatkan kerugian besar akibat dampak langsung dari kebijakan tarif tersebut.

    Apple mengungkap tarif tersebut menambah beban biaya sebesar US$800 juta (sekitar Rp13 triliun) pada kuartal Juni dan diperkirakan membengkak hingga US$1,1 miliar (sekitar Rp17 triliun) untuk kuartal berikutnya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • BPS catat 637 ribu wisman masuk Bali sepanjang Juni

    BPS catat 637 ribu wisman masuk Bali sepanjang Juni

    Denpasar (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat sebanyak 637.868 kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) masuk Bali sepanjang Juni 2025.

    Kepala BPS Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan di Denpasar, Jumat, mengatakan jumlah wisman yang langsung datang ke Bali pada Juni 2025 mencapai 637.868 kunjungan, naik 5,92 persen dibanding Mei 2025 dan naik 22,46 persen dari Juni 2024.

    Dengan jumlah tersebut maka secara kumulatif semester pertama 2025 ini sebanyak 3.282.747 kunjungan wisman masuk Bali atau naik 12,68 persen dibanding semester pertama tahun 2024.

    BPS Bali mendata wisman Australia masih menjadi pengunjung tertinggi Bali dengan sebanyak 143.915 kunjungan sepanjang Juni 2025 disusul India 65.659 kunjungan, Tiongkok 45.755 kunjungan, Korea Selatan 30.258 kunjungan, dan Amerika Serikat 29.738 kunjungan.

    “Kontributor utama wisman berkunjung ke Bali masih Australia kemudian India, Tiongkok, Korea Selatan, Amerika Serikat, dari lima ini empat di antaranya menunjukkan peningkatan, hanya India yang mengalami penurunan tingkat kunjungan,” kata Agus Gede.

    Ia mengatakan peningkatan ini sejalan dengan catatan positif pada tingkat penghunian kamar hotel (TPK) yang ikut naik.

    “Progresnya bagus ya peningkatan wisman diikuti dengan peningkatan TPK, hampir mirip TPK-nya meningkat 6 persen,” ucapnya.

    Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kunjungan Wisman ke RI Naik Jadi 1,42 Juta, Tapi Belanjanya Menyusut

    Kunjungan Wisman ke RI Naik Jadi 1,42 Juta, Tapi Belanjanya Menyusut

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan kenaikan pada jumlah wisatawan mancanegara atau wisman ke Indonesia pada Juni 2025 mencapai 1,42 juta kunjungan.

    Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menjelaskan bahwa jumlah kunjungan tersebut mengalami kenaikan 8,42% jika dibandingkan 1,19 juta kunjungan pada Mei 2025.

    “Serta naik 18,20% jika dibandingkan bulan yang sama pada tahun lalu,” ujar Pudji dalam konferensi pers, Jumat (1/8/2025).

    Kendati mencatatkan kenaikan kunjungan, rata-rata pengeluaran per kunjungan oleh wisatawan mancanegara mengalami penurunan pada triwulan kedua tahun 2025.

    Kini, rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan hanya US$ 1.199,71 atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar US$ 1.277,17 per kunjungan.

    “Pengeluaran wisman triwulan kedua 2025 rata-rata per kunjungan US$1.199,71 menurun dibandingkan triwulan I 2025 dan triwulan II 2024,” ujar Pudji.

    Adapun per kunjungan, akomodasi menjadi pengeluaran terbesar per kunjungan. Diikuti oleh makan dan minum, belanja cinderamata, hiburan serta paket tur lokal.

    “Ini tidak ada perubahan pada triwulan pertama dan kedua,” ujarnya.

    Dari segi kebangsaan, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia selama Juni 2025 didominasi oleh wisman berkebangsaan Malaysia sebanyak 236,42 ribu kunjungan atau 16,70%.

    Diikuti oleh wisman berkebangsaan Singapura 183,75 ribu kunjungan atau 12,98%, Australia 154,22 ribu kunjungan atau 10,89% , dan Tiongkok 113,52 ribu kunjungan atau 8,02%.

    (haa/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Trump Umumkan Tarif Impor Tertinggi ke AS, Suriah jadi 41%, Myanmar, dan Laos dapat 40%

    Trump Umumkan Tarif Impor Tertinggi ke AS, Suriah jadi 41%, Myanmar, dan Laos dapat 40%

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan rencana revisi tarif global dan menjadikan Suriah sebagai negara dengan pungutan terbesar, yakni 41%. Sementara itu, Laos dan Myanmar dikenakan bea masuk sebesar 40%.

    Gedung Putih belum memberikan penjelasan terkait alasan kebijakan tersebut, sementara nilai perdagangan AS dengan ketiga negara itu relatif kecil dibandingkan mitra dagang utamanya.

    Melansir Bloomberg pada Jumat (1/8/2025) Myanmar hingga kini masih berada di bawah sanksi AS sejak kudeta militer pada 2021. Sementara itu, Laos mendapat sorotan Washington karena mempererat hubungan dengan China. 

    Adapun, Suriah sebelumnya dikenai sanksi atas pelanggaran HAM di bawah rezim Bashar Al-Assad. Pada saat yang sama, sejak penggulingan Assad tahun lalu, AS mulai melonggarkan pembatasan tersebut.

    Bagi Myanmar, perdagangan dengan AS tercatat mencapai US$734 juta tahun lalu. Namun, tarif baru ini diperkirakan semakin memperburuk krisis ekonomi yang dimulai sejak Jenderal Min Aung Hlaing merebut kekuasaan lebih dari empat tahun lalu. Washington menuding junta menggunakan kekerasan terhadap warga sipil dan menekan aktivis prodemokrasi.

    Pengumuman tarif ini muncul hanya sehari setelah junta Myanmar mencabut status darurat, membuka jalan bagi pemilu yang dijadwalkan akhir tahun ini. Namun, AS dan sejumlah negara lain menilai pemilu tersebut tidak akan berlangsung bebas dan adil.

    Dalam surat langka bulan lalu, Min Aung Hlaing memuji Trump dan membandingkan kudeta militernya dengan klaim tidak berdasar Trump soal kecurangan pemilu, menyebut keduanya sebagai korban pemilu yang dicurangi. 

    Dia juga meminta pengurangan tarif dan menawarkan untuk mengirim delegasi dagang tingkat tinggi ke Washington.

    Wakil Menteri Perdagangan Myanmar Min Min mengatakan melalui sambungan telepon bahwa pemerintah belum mengetahui perkembangan tersebut dan menolak memberikan komentar.

    Sementara itu, nilai ekspor AS ke Laos mencapai US$40,4 juta tahun lalu, sedangkan impor dari Laos sebesar US$803,3 juta. Washington menyoroti ketergantungan ekonomi Laos terhadap China serta utang yang terus meningkat terkait proyek infrastruktur Tiongkok.

    Di sisi lain, Trump baru-baru ini menandatangani perintah eksekutif untuk melonggarkan sanksi terhadap Suriah guna mendukung pembangunan kembali negara yang dilanda perang serta menopang pemerintahan barunya.

    Menurut pengamat, tingginya tarif mungkin dipicu alasan sederhana.

    “Bukan berarti Washington sengaja menyasar tiga negara ini. Kemungkinan, keterbatasan kapasitas di DC membuat pejabat lebih fokus pada negara-negara besar,” ujar Simon Evenett, pendiri St. Gallen Endowment for Prosperity Through Trade, lembaga asal Swiss yang memantau kebijakan perdagangan global.

  • Indeks Kepercayaan Industri Naik, Kemenperin Ungkap Industri di Jalur Ekspansi

    Indeks Kepercayaan Industri Naik, Kemenperin Ungkap Industri di Jalur Ekspansi

    Jakarta

    Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juli 2025 naik ke 52,89, meningkat 1,05 poin dibandingkan capaian Juni 2025 (51,84). Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan capaian ini mencerminkan sektor industri tetap berada di jalur ekspansi, di tengah tekanan global dan perlambatan ekonomi di negara mitra dagang utama seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, Jepang, dan Tiongkok.

    Juru bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif menyebut peningkatan IKI Juli 2025 didorong oleh peningkatan seluruh variabel pembentuk indeks. Indeks pesanan naik jadi 54,40 (naik 0,19 poin), indeks persediaan mencapai 54,99 (naik 1,29 poin), dan indeks produksi mencapai 48,99 (naik 2,35 poin), meski masih berada di bawah ambang ekspansi.

    “Kenaikan variabel pesanan mencerminkan adanya peningkatan permintaan, baik di luar negeri maupun di pasar domestik, yang didukung oleh kebijakan pro-industri seperti Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2025 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Namun, kontraksi pada variabel produksi menunjukkan kehati-hatian pelaku industri dalam meningkatkan kegiatan produksinya di tengah ketidakpastian global,” ucap Febri dalam keterangan tertulis, Jumat (1/8/2025).

    Diketahui dari sisi pasar, ekspor dan domestik sama-sama mencatatkan ekspansi. IKI ekspor bulan Juli 2025 naik menjadi 53,35, meningkat 1,16 poin dibandingkan bulan Juni sebesar 52,19.

    “Kenaikan ini menunjukkan adanya permintaan luar negeri yang terus tumbuh terhadap produk manufaktur Indonesia, dan menjadi sinyal positif bahwa pelaku industri berhasil menjaga daya saingnya di pasar global,” terang Febri.

    Kemenperin mencatat, sektor dengan nilai ekspor tertinggi pada bulan Mei 2025 adalah industri logam dasar (US$4,6 miliar), diikuti industri makanan (US$3,9 miliar), lalu industri bahan kimia dan barang (US$1,9 miliar), dan industri komputer dan barang elektronik (US$1,08 miliar).

    “Sementara itu, sejumlah industri pengolahan lainnya, seperti industri aneka, di antaranya adalah industri perhiasan, mengalami kenaikan ekspor hingga 152,55% (m to m), serta industri pencetakan dan reproduksi media rekaman yang naik 152,86%. Ini luar biasa, kenaikannya di atas 100%,” ungkapnya.

    Lalu, IKI domestik juga mencatatkan pertumbuhan dari 51,32 di bulan Juni menjadi 52,16 pada Juli 2025. Ini menjadikan tanda bahwa permintaan ekspor masih cukup tinggi di tengah gejolak ekonomi dunia.

    “Ini mencerminkan permintaan pasar dalam negeri yang tetap kuat, sejalan dengan upaya pemerintah dalam menjaga daya beli dan mendorong penggunaan produk dalam negeri,” tambahnya.

    Febri menambahkan, pemerintah saat ini tengah menyiapkan langkah strategis menyambut peluang dari kesepakatan dagang Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) serta kerja sama Indonesia-Amerika Serikat.

    “Kami akan mendorong pertumbuhan kawasan-kawasan industri baru yang diarahkan pada ekspor. Kami juga mengajak perusahaan industri yang selama ini kesulitan menembus pasar ekspor, untuk bersiap memanfaatkan peluang ini,” ujar Febri.

    Ia juga mengingatkan, para pelaku industri ekspor khususnya di sektor pakaian, alas kaki, dan furniture, untuk meningkatkan utilisasi produksi dan memperkuat kualitas serta daya saing.

    “Mari kita banjiri pasar Amerika Serikat dan Eropa dengan produk unggulan Indonesia. Kita manfaatkan momentum ini untuk mempercepat pembangunan ekosistem industri yang mendukung lonjakan produksi ekspor,” tegasnya.

    Sebagai informasi, peningkatan IKI pada Juli juga turut ditopang oleh Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang naik menjadi 117,8 penjualan eceran juga diperkirakan tumbuh 2,0% (yoy) mencapai level 233,7 pada bulan Juni 2025.

    Dari 23 subsektor industri pengolahan yang dianalisis, sebanyak 22 subsektor berada dalam fase ekspansi dan menyubang 99,9% terhadap PDB Industri Pengolahan Nonmigas Triwulan I 2025. Dua subsektor dengan nilai IKI tertinggi adalah Industri Alat Angkutan Lainnya (KBLI 30), dan Industri Pengolahan Tembakau (KBLI 12). Satu-satunya subsektor yang mengalami kontraksi adalah Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan (KBLI 33).

    Penjualan sepeda motor domestik yang meningkat sebesar 0,79% dibanding bulan sebelumnya, mencapai 509.326 unit (naik 0,79%) pada bulan Juni dan ekspor kendaraan CBU yang mencapai 756.611 unit. Permintaan dari Selandia Baru untuk maritim dan gerbong kereta juga turut mendorong kinerja subsektor tersebut. Sementara, penguatan subsektor pengelolaan tembakau meningkat, dipicu lonjakan pesanan dari pasar AS menjelang penerapan tarif baru oleh pemerintah AS.

    “Subsektor KBLI 33 mengalami kontraksi pada seluruh variabel, yaitu pesanan, produksi, dan persediaan, yang dipengaruhi oleh faktor musiman pengadaan barang dan jasa serta masih lesunya aktivitas jasa reparasi dan perawatan industri otomotif maupun kapal,” jelas Febri.

    Industri Kulit dan Alas Kaki (KBLI 15) kembali ekspansi, didorong pesanan ekspor jelang tarif AS dan investasi baru di Jawa Tengah.

    Di tengah tekanan global, termasuk penerapan tarif resiprokal AS yang berdampak pada komponen lokal dan alat kesehatan, Febri mengungkapkan pihaknya terus memperkuat kebijakan proteksi melalui penerapan SNI dan pembatasan impor selektif.

    “Kami terus berkoordinasi dengan kementerian lain untuk memperkuat kebijakan pembatasan impor, seperti deregulasi impor melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 16 sampai 24 Tahun 2025, guna melindungi 19 juta tenaga kerja di sektor manufaktur,” ujarnya.

    Diketahui pada Juli 2025, 77,1% pelaku usaha melaporkan kondisi usaha yang membaik atau stabil, dengan rincian 31,2% membaik (turun dari 32,1% di Juni) dan 45,9% stabil. Optimisme enam bulan ke depan juga meningkat dari 65,8% menjadi 67,6%, sementara pesimisme menurun dari 9,0% menjadi 7,1%.

    “Optimisme ini didorong oleh kebijakan pemerintah yang konsisten mendukung industri dalam negeri, seperti perpanjangan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) dan penguatan TKDN,” tambah Febri.

    Sebagai bagian dari kontribusi industri terhadap pembangunan nasional, Kemenperin juga mendukung penuh program prioritas Presiden Prabowo dalam Asta Cita, khususnya terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG), ketahanan energi dan pangan, penyediaan perumahan rakyat, layanan kesehatan gratis, serta penguatan koperasi melalui program Koperasi Merah Putih.

    Dukungan tersebut akan diwujudkan melalui berbagai program prioritas Kemenperin, termasuk hilirisasi berbasis sumber daya, penguatan jaringan pemasok lokal melalui linkage hulu-hilir, pengembangan teknologi industri dan ekosistem hijau, serta peningkatan kapasitas SDM industri agar mampu bersaing dalam rantai nilai global.

    Secara keseluruhan, kinerja industri manufaktur Indonesia pada Juli 2025 tetap ekspansif, didukung oleh permintaan domestik yang kuat dan kebijakan pro-industri. Kemenperin optimis bahwa langkah-langkah strategis, seperti hilirisasi dan penguatan pasar domestik, akan terus memperkuat daya saing industri nasional di tengah tantangan global.

    (prf/ega)

  • BPS: Impor Indonesia pada Juni 2025 capai 19,33 miliar dolar AS

    BPS: Impor Indonesia pada Juni 2025 capai 19,33 miliar dolar AS

    Peningkatan nilai impor secara tahunan didorong oleh kenaikan impor non-migas dengan andil kenaikan sebesar 9,94 persen

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada Juni 2025 mencapai 19,33 miliar dolar AS atau naik 4,28 persen dibandingkan dengan Juni 2024 yang sebesar 18,54 miliar dolar AS.

    Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan nilai impor migas sebesar 2,22 miliar dolar AS atau turun 32,07 persen secara tahunan, sementara nilai impor non-migas senilai 17,11 miliar dolar AS dan mengalami peningkatan secara tahunan sebesar 12,07 persen.

    “Peningkatan nilai impor secara tahunan didorong oleh kenaikan impor non-migas dengan andil kenaikan sebesar 9,94 persen,” kata Pudji di Jakarta, Jumat.

    Pada Juni 2025, terjadi peningkatan impor untuk golongan penggunaan barang konsumsi dan barang modal secara tahunan.

    Nilai impor barang konsumsi naik sebesar 1,18 persen, dari 1,78 miliar dolar AS pada Mei 2025, menjadi 1,80 miliar dolar AS.

    Nilai impor bahan baku penolong turun sebesar 2,74 persen, menjadi 13,35 miliar dolar AS pada 2025.

    Sedangkan barang modal sebagai pendorong utama peningkatan impor mengalami peningkatan sebesar 37,8 persen menjadi 4,18 miliar dolar AS.

    Total impor pada Januari-Juni 2025 mencapai 115,94 miliar dolar AS, meningkat 5,25 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

    Tiga komoditas utama non-migas yang diimpor Indonesia pada Januari-Juni 2025, yaitu peralatan mekanis, mesin perlengkapan elektrik, serta kendaraan dan bagiannya.

    Sepanjang Januari-Juni 2025, nilai impor ketiga komoditas tersebut memberikan share sekitar 36,94 persen terhadap total impor non-migas Indonesia.

    Nilai impor komoditas utama mengalami peningkatan baik dari sisi nilai maupun dari sisi volume jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

    Nilai impor mesin atau peralatan mekanis sebesar 17,09 miliar dolar AS dengan volume 2,22 juta ton. Kemudian nilai impor mesin atau perlengkapan elektrik adalah sebesar 14,53 miliar dolar AS dengan volume 0,89 juta ton.

    Sementara nilai impor untuk kendaraan dan bagiannya adalah sebesar 5,35 miliar dolar AS dengan volume sebesar 0,80 juta ton.

    Tiga besar negara asal impor yakni Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat dengan share sekitar 52,30 persen dari total impor non-migas Indonesia dalam periode Januari hingga Juni 2025.

    Impor non-migas dari Tiongkok mencapai 40,00 miliar dolar AS terdiri atas mesin dan peralatan mekanis, mesin dan perlengkapan elektrik, serta kendaraan dan bagiannya.

    Jepang tercatat 7,47 miliar dolar AS terdiri dari mesin dan peralatan mekanis, kendaraan dan bagiannya, serta besi dan baja.

    Dari Amerika Serikat nilai impor tercatat sebesar 4,87 miliar dolar AS, terdiri atas mesin dan peralatan mekanis, mesin dan perlengkapan elektrik, serta biji dan buah mengandung minyak.

    Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • BPS: CPO hingga komponen elektronik penyumbang ekspor terbesar

    BPS: CPO hingga komponen elektronik penyumbang ekspor terbesar

    Sektor industri pengolahan menjadi pendorong utama atas peningkatan kinerja ekspor non-migas pada Januari hingga Juni 2025

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap sektor industri pengolahan seperti minyak kelapa sawit, logam dasar bukan besi, serta kimia dasar organik, komponen elektronik menjadi pendorong peningkatan kinerja ekspor Indonesia pada Januari-Juni 2025.

    Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyebut ekspor sektor industri pengolahan mencapai 107,60 miliar dolar AS, naik 16,57 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 92,31 miliar dolar AS.

    “Sektor industri pengolahan menjadi pendorong utama atas peningkatan kinerja ekspor non-migas pada Januari hingga Juni 2025 dengan andil sebesar 12,16 persen,” ujar Pudji Ismartini di Jakarta, Jumat.

    Pudji menyampaikan ekspor hasil industri pengolahan yang naik cukup besar, yaitu minyak kelapa sawit, logam dasar bukan besi, kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian, semikonduktor dan komponen elektronik lainnya, serta peralatan listrik lainnya.

    Ekspor sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh 49,77 persen. Ekspor hasil pertanian yang naik cukup besar, yaitu kopi, buah-buahan tahunan, tanaman obat, aromatik dan rempah-rempah, sayur-sayuran, serta ikan segar atau dingin hasil tangkap.

    Nilai ekspor sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada Januari-Juni 2025 sebesar 3,39 miliar dolar AS, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 2,26 miliar dolar AS.

    Total ekspor Januari-Juni 2025 mencapai 135,41 miliar dolar AS, kemudian meningkat 7,70 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024.

    Sementara itu, nilai ekspor pada Juni 23,44 miliar dolar AS atau naik 11,29 persen dibandingkan dengan Juni 2024. Nilai ekspor migas tercatat senilai 1,11 miliar dolar AS atau turun 9,85 dolar AS.

    Pada Juni 2025, total ekspor non-migas sebesar 22,33 miliar dolar AS dengan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan berkontribusi sebesar 0,59 miliar dolar AS, sektor pertambangan dan lainnya berkontribusi sebesar 2,74 miliar dolar AS, serta sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar 19,00 miliar dolar AS.

    Sepanjang Januari-Juni 2025, tiga besar negara tujuan ekspor adalah Tiongkok, Amerika Serikat dan India dengan share sekitar 41,34 persen dari total ekspor non-migas Indonesia.

    Nilai ekspor non-migas ke Tiongkok tercatat sebesar 29,31 miliar dolar AS yang utamanya terdiri atas besi dan baja, bahan bakar mineral serta nikel dan barang daripadanya.

    Amerika Serikat tercatat sebesar 14,79 miliar dolar AS yang terdiri atas mesin dan perlengkapan elektrik, alas kaki, serta pakaian dan aksesorisnya atau rajutan.

    Sementara India tercatat sebesar 8,97 miliar dolar AS yang terdiri atas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani atau nabati, serta besi dan baja.

    Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Surplus neraca dagang semester 1 capai 19,48 miliar dolar AS

    Surplus neraca dagang semester 1 capai 19,48 miliar dolar AS

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut surplus neraca perdagangan pada semester 1 2025 atau Januari hingga Juni mencatat surplus sebesar 19,48 miliar dolar AS.

    “Surplus semester 1 ini ditopang oleh surplus komoditas non-migas yang sebesar 28,31 miliar dolar AS, sementara komoditas migas masih mengalami defisit 8,83 miliar dolar AS,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini di Jakarta, Jumat.

    Surplus didorong oleh komoditas lemak dan minyak hewani atau nabati, yaitu sebesar 15,74 miliar dolar AS, bahan bakar mineral 13,28 miliar dolar AS, serta besi dan baja 9,04 miliar dolar AS.

    Sedangkan defisit utamanya berasal dari komoditas mesin dan peralatan mekanis sebesar 13,40 miliar dolar AS, kemudian mesin dan perlengkapan elektrik sebesar 5,26 miliar dolar, serta plastik dan barang dari plastik sebesar 3,72 miliar dolar AS.

    Jika dilihat berdasarkan negara mitra dagang, maka tiga negara penyumbang surplus adalah Amerika Serikat sebesar 8,57 miliar dolar AS, kemudian India sebesar 6,59 miliar dolar AS, dan Filipina sebesar 4,40 miliar dolar AS.

    BPS juga mencatat surplus neraca perdagangan sebesar 4,10 miliar dolar AS pada Juni 2025. Surplus ditopang oleh non-migas sebesar 5,22 miliar dolar AS dengan komoditas lemak dan minyak hewani, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.

    Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit 1,11 miliar dolar AS, dengan komoditas penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak.

    Tiga negara penyumbang surplus terbesar adalah Amerika Serikat sebesar 9,92 miliar dolar AS, kemudian India sebesar 6,64 miliar dolar AS, dan Filipina sebesar 4,36 miliar dolar AS.

    Sedangkan tiga negara penyumbang defisit terdalam pada kelompok non-migas adalah Tiongkok sebesar 10,69 miliar dolar AS, Australia sebesar minus 2,39 miliar dolar AS, dan Brasil sebesar minus 0,83 miliar dolar AS.

    Sementara itu, nilai ekspor pada Juni 2025 mencapai 23,43 miliar dolar AS, dan impor sebesar 19,33 miliar dolar AS.

    Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Trump Geram Serangan Rusia di Ukraina Tewaskan 16 Orang, Ancam Sanksi Baru

    Trump Geram Serangan Rusia di Ukraina Tewaskan 16 Orang, Ancam Sanksi Baru

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, geram usai serangan militer Rusia di Ukraina tidak surut di tengah upaya gencatan senjata. Trump menyebut serangan terbaru Rusia di wilayah Zaprizhzhia yang menewaskan 16 orang sebagai tindakan menjijikkan.

    “Rusia — menurut saya menjijikkan apa yang mereka lakukan. Saya pikir itu menjijikkan,” kata Trump dilansir AFP, Jumat (1/8/2025).

    Trump mengatakan segera mengirimkan utusan khususnya, Steve Witkoff, ke Rusia. Witkoff saat ini masih berada di Israel membahas gencatan senjata di Gaza.

    Washington telah memberi Moskow waktu hingga akhir pekan depan untuk menghentikan permusuhan di Ukraina. Trump bahkan telah berjanji akan memberikan sanksi ekonomi berat kepada Rusia jika tidak menghentikan serangan.

    “Kami akan menjatuhkan sanksi. Saya tidak tahu apakah sanksi itu mengganggunya,” kata Trump, merujuk pada Putin.

    Trump sebelumnya mengancam bahwa langkah-langkah baru tersebut dapat berarti “tarif sekunder” yang menargetkan mitra dagang Rusia yang tersisa, seperti Tiongkok dan India. Hal ini akan semakin menekan Rusia, tetapi berisiko menimbulkan gangguan internasional yang signifikan.

    Diberitakan sebelumnya, Rusia terus melancarkan serangan ke Ukraina. Setidaknya 20 orang tewas dan lebih dari 40 orang terluka dalam serangan terbaru Rusia ke sejumlah lokasi di Ukraina.

    Kepala administrasi militer wilayah Zaporizhzhia, Ivan Fedorov, mengatakan bahwa Rusia melancarkan delapan serangan di wilayah Zaporizhzhia pada Senin (28/7), menghantam sebuah penjara.

    “16 orang tewas, 35 orang terluka,” tulisnya di Telegram, seraya menambahkan bahwa gedung penjara tersebut hancur dan rumah-rumah di sekitarnya rusak.

    Sejumlah orang juga tewas dan beberapa lainnya terluka dalam serangan di wilayah Dnipropetrovsk, menurut pejabat pemerintah daerah, dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (29/7).

    (ygs/ygs)