kab/kota: Tiongkok

  • Trump Umumkan Investigasi Tarif Besar-Besaran untuk Impor Furnitur

    Trump Umumkan Investigasi Tarif Besar-Besaran untuk Impor Furnitur

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan rencana investigasi tarif besar-besaran terhadap produk furnitur impor yang masuk ke AS.

    Dikutip melalui Reuters, dia menilai langkah ini disebut sebagai awal menuju penetapan bea masuk lebih tinggi pada sektor yang sudah lebih dulu terdampak kenaikan harga akibat kebijakan tarif.

    “Furnitur yang datang dari negara lain ke Amerika Serikat akan dikenakan tarif dengan besaran yang belum ditentukan,” kata Trump melalui akun Truth Social, Sabtu (23/8/2025).

    Trump menyebut investigasi ini akan rampung dalam 50 hari ke depan, meski pengalaman sebelumnya menunjukkan penyelidikan sejenis bisa memakan waktu lebih lama. Gedung Putih mengonfirmasi investigasi akan dilakukan di bawah undang-undang Section 232 yang memungkinkan tarif baru diberlakukan atas dasar alasan keamanan nasional.

    Pengumuman tersebut langsung berdampak pada pasar. Saham perusahaan ritel furnitur RH (Restoration Hardware) anjlok 7,5% pada perdagangan after hours.

    Trump menekankan langkah ini akan mendorong kebangkitan industri furnitur dalam negeri.

    “Ini akan membawa bisnis furnitur kembali ke North Carolina, South Carolina, Michigan, dan negara bagian lain di seluruh negeri,” ujarnya.

    Data pemerintah menunjukkan sektor manufaktur furnitur dan produk kayu yang mempekerjakan 1,2 juta orang pada 1979, kini tinggal sekitar 340.000 pekerja.

    Menurut Furniture Today, Amerika Serikat mengimpor furnitur senilai US$25,5 miliar pada 2024, naik 7% dibanding tahun sebelumnya. Sekitar 60% impor tersebut berasal dari Vietnam dan Tiongkok.

    Namun, kebijakan ini menuai penolakan dari pelaku industri. American Home Furnishings Alliance (AHFA), asosiasi yang berbasis di High Point, North Carolina, sebelumnya menentang upaya tarif baru pada kayu dan furnitur.

    Dalam komentarnya ke Departemen Perdagangan, mereka menilai tidak ada hubungan rasional antara impor furnitur dengan keamanan nasional.

    “Tak ada jumlah tarif berapa pun yang mampu mengembalikan industri furnitur AS ke masa jayanya. Sebaliknya, tarif akan merugikan manufaktur yang masih bertahan di dalam negeri,” tulis AHFA.

  • BI meyakini kinerja ekspor tetap positif di tengah dinamika tarif AS

    BI meyakini kinerja ekspor tetap positif di tengah dinamika tarif AS

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    BI meyakini kinerja ekspor tetap positif di tengah dinamika tarif AS
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 22 Agustus 2025 – 20:22 WIB

    Elshinta.com – Bank Indonesia (BI) meyakini bahwa ke depan, kinerja ekspor Indonesia tetap positif di tengah dinamika pengenaan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).

    Kondisi tersebut dinilai dapat menjaga stabilitas eksternal dan meningkatkan kepercayaan investor, sehingga investasi dapat tumbuh kuat dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi.

    “Secara umum, karena tarifnya (pengenaan tarif untuk Indonesia) lebih rendah (dibandingkan negara-negara lain), confidence-nya (kepercayaan pasar) lebih tinggi, tentunya kita harapkan ekspor ke depan juga meningkat,” kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter (DKEM) BI Juli Budi Winantya dalam diskusi bersama media di Yogyakarta, Jumat.

    Juli mencatat sejak 7 Agustus 2025 tarif resiprokal AS diperluas dari 44 menjadi 70 negara. Beberapa negara seperti India dan Swiss bahkan dikenakan tarif lebih tinggi dari pengumuman awal.

    Sebaliknya, tarif untuk Indonesia justru turun menjadi 19 persen dari sebelumnya 32 persen. Mitra dagang utama Indonesia, seperti Tiongkok, juga mendapat tarif yang lebih rendah.

    Meski masih ada risiko tambahan tarif untuk transhipment, secara keseluruhan kondisi ini diyakini mampu menjaga kinerja ekspor Indonesia tetap positif.

    Meski demikian, Juli memperkirakan bahwa transaksi berjalan masih akan mencatatkan defisit namun dalam level rendah yakni kisaran 0,5-1,3 persen dari PDB. Defisit tersebut dinilai tetap sehat dan tidak mengganggu stabilitas eksternal.

    Sebagai catatan, defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2025 tercatat sebesar 3,0 miliar dolar AS (0,8 persen dari PDB), lebih tinggi dibandingkan dengan defisit 0,2 miliar dolar AS (0,1 persen dari PDB) pada triwulan I 2025.

    “Ekspor-impor barang dan jasa di transaksi berjalan, ini kami perkirakan masih akan defisit, tapi defisit masih akan rendah. Masih dalam level yang sehat,” ujar Juli.

    Selain dari sisi eksternal, permintaan domestik juga diproyeksikan meningkat seiring belanja pemerintah terkait berbagai program, yang menjadi penopang tambahan bagi pertumbuhan ekonomi pada semester II 2025.

    Di samping belanja rutin, pemerintah juga memberikan dorongan fiskal tambahan berupa stimulus, yang diharapkan semakin mendorong konsumsi domestik dan aktivitas ekonomi.

    Sementara dari sisi moneter, Bank Indonesia juga telah menyesuaikan suku bunga acuan sebanyak lima kali sejak September 2024 hingga Agustus 2025, masing-masing sebesar 25 basis poin (bps), serta menambah likuiditas salah satunya melalui Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

    Kombinasi langkah fiskal dan moneter ini diperkirakan akan menjaga pertumbuhan ekonomi sepanjang 2025 tetap berada di atas titik tengah kisaran 4,6-5,4 persen.

    “Itu yang juga diharapkan akan lebih mendorong ekonomi lebih baik di semester II. Sehingga seluruh tahun akan berada di atas titik tengah kisaran 4,6 persen sampai 5,4 persen,” kata Juli.

    Sumber : Antara

  • Developer Black Myth: Wukong Bakal Rilis Sekuel Black Myth: Zhong Kui

    Developer Black Myth: Wukong Bakal Rilis Sekuel Black Myth: Zhong Kui

    Jakarta

    Game Science mengungkapkan akan merilis sekuel Black Myth: Wukong. Mereka mengumumkannya dalam acara Opening Night Live 2025.

    “Berlatar belakang cerita rakyat China klasik ‘Zhong Kui Mengusir Kejahatan’, Black Myth: Zhong Kui adalah game aksi peran pemain tunggal yang berakar pada fantasi Tiongkok kuno,” ujar Game Science, dikutip detikINET dari IGN, Jumat (22/8/2025).

    Mereka menegaskan akan menghadirkan pengalaman bermain dan fitur gameplay yang unik. Game Science juga mengklaim game ini akan menghadirkan hal-hal baru untuk para pemainnya.

    Sayangnya gamer yang sudah kepincut dengan trailer pertamanya, harus bersabar terlebih dahulu bila ingin memainkannya. Saat ini Black Myth: Zhong Kui masih dalam tahap pengembangan awal, sehingga mereka belum bisa memberikan tanggal rilisnya.

    Memang tidak banyak informasi yang bisa dicerna dari trailer pertama game ini. Apalagi apa yang ditampilkan di video berdurasi hampir dua menit itu tidak mencerminkan apa yang nantinya ditawarkan di dalam game. Hal ini sudah disampaikan Game Science di deskripsi YouTube.

    “Game action role playing ini mengambil inspirasi kreatif utamanya dari tokoh rakyat China yang terkenal, ‘Zhong Kui’. Karena proyek ini masih dalam tahap pengembangan awal, belum ada rekaman dalam game yang tersedia saat ini,” tulisnya di deskripsi YouTube yang menayangkan trailer Black Myth: Zhong Kui.

    Tentunya game ini layak untuk dinantikan, mengingat pendahulunya Black Myth: Wukong sangat sukses. Banyak hal besar yang terjadi sejak game ini rilis, seperti salah satunya membuat Steam meraih rekor baru ketika digeruduk 37.242.724 gamer.

    Saat itu kejadiannya berlangsung pada 25 Agustus 2025. Di sini Black Myth: Wukong menyumbang jumlah pemain yang memainkannya secara bersamaan di Steam sebanyak 2.415.714 orang.

    Pencapaiannya tak sampai di situ saja, karena Black Myth: Wukong juga berhasil masuk nominasi Game of The Year dalam cara The Game Awards 2024, meskipun mereka tidak berhasil menjadi pemenangnya. Namun di ajang penghargaan game yang digelar Steam, mereka mendominasi.

    Game besutan developer Game Science tersebut menyabet tiga penghargaan di Steam Awards 2024, di antaranya Game of the Year, Best Game You Suck At, dan Outstanding Story-Rich Game.

    Rekor ciamik lainnya adalah Black Myth: Wukong yang diluncurkan di PC dan PS5 pada tahun lalu ini, terjual 10 juta unit hanya dalam tiga hari. Lantas bagaimana dengan penerusnya Black Myth: Zhong Kui? Masih harus ditunggu sepak terjangnya sampai nantinya resmi diluncurkan.

    (hps/fay)

  • BI Pede Ekspor RI Tetap Moncer Meski Dibayangi Tarif Trump

    BI Pede Ekspor RI Tetap Moncer Meski Dibayangi Tarif Trump

    Yogyakarta

    Bank Indonesia (BI) menyampaikan prospek ekspor Indonesia masih bisa tumbuh meskipun dibayangi ketidakpastian perdagangan global akibat tarif impor Amerika Serikat (AS). Menurut Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juli Budi Winantya, ada beberapa faktor yang bisa membuat ekspor Indonesia masih menjanjikan.

    Pertama, Indonesia dengan mitra dagang utama masih dikenakan relatif lebih rendah. Juli mencontohkan negara-negara mitra dagang Indonesia, seperti Eropa yang tetap dikenakan tarif impor AS rendah.

    “Terkait dengan tarif memang ketidakpastiannya masih ada dalam jangka pendek, tapi bahwa yang disampaikan terakhir ini adalah bahwa Indonesia tarifnya lebih rendah, kemudian mitra dagang utama kita yaitu Tiongkok juga tarifnya lebih rendah, Eropa juga lebih rendah. Ini kita yakini ke depan ekspornya masih akan tetap baik,” ujar Juli dalam acara media briefing di Yogyakarta, Jumat (22/8/2025).

    Kedua, investasi yang masuk juga dapat mendorong ekspor Indonesia. Seperti diketahui, investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) menjadi salah satu motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) PMTB tumbuh sebesar 6,99%.

    Kendati begitu, Juli mengingatkan masih ada risiko tambahan, berupa tarif transhipment yang dapat mempengaruhi arus perdagangan. “Tapi memang secara umum karena tarifnya lebih rendah, output-nya lebih tinggi, ya tentunya kita harapkan ekspornya ke depan akan juga meningkat,” imbuh dia.

    Berdasarkan data BPS, nilai ekspor sepanjang Januari-Juni 2025 tercatat US$ 135,41 miliar, lebih tinggi dibandingkan impor yang mencapai US$ 115,94 miliar. Hal ini berarti neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus US$ 19,48 miliar sepanjang periode Januari hingga Juni 2025, atau naik US$ 3,90 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu.

    Nilai ekspor Januari-Juni 2025 naik 7,70% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pudji menjelaskan, peningkatan ini terutama didorong oleh sektor industri pengolahan, yang mencatat nilai ekspor sebesar US$107,60 miliar, atau naik 16,57%.

    (rea/ara)

  • DPR soroti banjir impor dan kebutuhan gas ancam industri nasional

    DPR soroti banjir impor dan kebutuhan gas ancam industri nasional

    Cilegon (ANTARA) – Ketua Tim Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspek) Komisi VII DPR RI, Chusnunia Chalim, menyoroti sejumlah persoalan krusial yang mengancam daya saing industri nasional, mulai dari dampak perjanjian dagang internasional hingga kendala pasokan bahan baku domestik seperti garam dan gas.

    Hal tersebut diungkapkannya saat memimpin Kunjungan Spesifik (Kunspek) Komisi VII ke PT Chandra Asri Pacific Tbk di Kota Cilegon, Banten, Jumat. Kunjungan ini bertujuan untuk menyerap aspirasi dan menemukan solusi konkret atas tantangan yang dihadapi sektor industri.

    Menurutnya, kolaborasi dan evaluasi kebijakan mendesak dilakukan agar industri dalam negeri tidak kalah saing.

    “Dari panja daya saing industri, kami kunjungan ke Chandra Asri, terutama bagaimana kita bisa bersama-sama kolaborasi agar daya saing industri kita ini enggak kalah dengan negara lainnya,” ujarnya.

    Ia menekankan perlunya meninjau ulang berbagai kebijakan dan perjanjian dagang, seperti Free Trade Agreement (FTA), yang dirasa mulai memberikan efek negatif bagi industri. Pertanyaan utamanya adalah apakah manfaat yang diharapkan dari perjanjian tersebut sudah sesuai target yang dicanangkan.

    “Mulai terasa efeknya di industri. Contohnya dengan beberapa negara, di mana produk-produk kita karena bahan bakunya juga enggak semuanya maksimal di Indonesia, beberapa impor, akhirnya harganya jadi tidak bersaing,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Chusnunia menyoroti adanya “efek domino” dari perang tarif global yang menyebabkan banjir nya produk-produk asal Tiongkok ke pasar Indonesia.

    “Ini jadi perhatian yang perlu kita serius, karena Indonesia itu dianggap pasar. Kita mesti melindungi industri kita,” tegasnya.

    Di sisi domestik, masalah klasik seperti pemenuhan kebutuhan garam industri kembali menjadi sorotan. Ia mempertanyakan kebijakan pemerintah yang berkehendak meminimalkan impor, sementara produksi dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan industri.

    “Kalau belum siap terus disetop atau sangat dikurangi tapi enggak cukup kebutuhan, efeknya produksinya bisa berhenti,” kata Chusnunia, mengingatkan pentingnya melihat kondisi riil di lapangan.

    Selain garam, persoalan pasokan gas untuk industri juga menjadi temuan serius. Ia menyebut bahwa kebutuhan gas industri baru terpenuhi separuhnya.

    “Gas sama kayak garam tadi, kan itu menjadi bahan baku. Kalau gasnya enggak ada, gimana produksi,” tanya nya.

    Temuan ini akan dibahas lebih lanjut di tingkat panjang untuk mencari solusi, termasuk kemungkinan membuka opsi pengadaan baru.

    Pewarta: Desi Purnama Sari
    Editor: Budi Suyanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Vivo Vision Explorer Edition Resmi Meluncur, Saingan Apple Vision Pro

    Vivo Vision Explorer Edition Resmi Meluncur, Saingan Apple Vision Pro

    Jakarta

    Vivo resmi memperkenalkan headset mixed reality (MR) pertamanya yang diberi nama Vivo Vision Explorer Edition. Perangkat ini debut di China dan langsung menarik perhatian karena desain serta spesifikasinya yang futuristik, hingga disebut-sebut bisa menjadi pesaing Apple Vision Pro.

    Vivo Vision Explorer Edition tampil dengan desain ringkas dan ergonomis. Bobotnya hanya 398 gram dengan dimensi tinggi 83 mm dan tebal 40 mm. Headset ini dilengkapi zona penyangga wajah untuk distribusi beban merata, empat pelindung cahaya berbahan busa yang bisa diganti, serta tali cincin ganda yang bisa disesuaikan agar nyaman dipakai dalam jangka waktu lama.

    Bagian depan headset berlapis kaca cermin dengan kamera serta sensor pelacakan, sekilas menghadirkan tampilan futuristik yang mirip dengan Apple Vision Pro.

    Untuk urusan tampilan, Vivo membenamkan dua layar Micro-OLED 8K beresolusi 3.840 x 3.552 piksel per mata. Layar ini mendukung 94% DCI-P3 color gamut, sudut pandang 180 derajat, dan mampu memberikan pengalaman imersif setara menonton layar berukuran 120 inch.

    Vivo Vision Explorer Edition MR Foto: VivoVivo Vision Explorer Edition MR Foto: VivoVivo Vision Explorer Edition MR Foto: Vivo

    Tak hanya visual, Vivo Vision Explorer Edition juga membawa teknologi audio spasial untuk menghadirkan pengalaman lebih nyata. Headset ini mendukung kontrol gestur tangan, pelacakan mata, hingga penyesuaian diopter lewat lensa magnetik.

    Urusan performa diserahkan pada Snapdragon XR2+ Gen 2, chipset khusus perangkat XR (extended reality). Sistem operasi yang digunakan adalah OriginOS Vision, dikombinasikan dengan sistem manajemen daya Blue Ocean untuk menjaga efisiensi baterai.

    Fitur unggulannya meliputi passthrough penuh warna dengan latensi hanya 13 ms, dukungan pemutaran video spasial, serta kompatibilitas untuk game MR dan PCVR.

    Vivo Vision Explorer Edition MR Foto: Vivo

    Sayangnya, Vivo belum mengumumkan detail harga maupun ketersediaan perangkat ini. Namun, mulai 22 Agustus 2025, publik di Tiongkok sudah bisa mencoba langsung headset ini di 12 zona pengalaman Vivo yang tersebar di berbagai kota.

    Dengan kombinasi desain ergonomis, layar 8K, serta performa bertenaga, Vivo Vision Explorer Edition jelas menjadi langkah besar Vivo dalam memasuki arena mixed reality. Tinggal menunggu, apakah headset ini nantinya juga akan dijual di luar China dan benar-benar bisa menjadi pesaing serius Apple Vision Pro.

    (afr/afr)

  • Proyeksi Bisnis Kawasan Industri di Tengah Rencana Eksodus Pabrik China

    Proyeksi Bisnis Kawasan Industri di Tengah Rencana Eksodus Pabrik China

    Bisnis.com, JAKARTA — Bisnis penjualan lahan di kawasan industri diproyeksi semakin bergeliat menyusul adanya sejumlah investor China yang berencana merelokasi pabrik pascapenetapan tarif resiprokal AS sebesar 19% terhadap Indonesia.

    Konsultan Properti CBRE Indonesia, mengatakan sektor bisnis kawasan industri nasional akan dibanjiri oleh perusahaan asal China yang bergerak di sektor otomotif hingga tekstil.

    Divisional President, India, Souheast Asia, Middle East & Africa CBRE Indonesia, Anshuman Magazine juga menjelaskan bahwa pihaknya turut melihat adanya peningkatan permintaan lahan dari sektor perusahaan farmasi di beberapa kawasan industri di Indonesia.

    “Jadi, saya pikir sektor otomotif adalah salah satunya, kemudian ada juga sektor farmasi di beberapa kawasan yang ada,” kata Anshuman saat ditemui dalam media briefing di Jakarta, Kamis (21/8/2025).

    Senada, Head of Real Estate Asia Konsultan Properti Turner & Townsend, Sumit Mukherjee juga memproyeksi sektor manufaktur nasional bakal meningkat dalam beberapa waktu ke depan.

    Sumit mewanti-wanti potensi geliat pasar itu perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Mengingat, tambah dia, komponen kemantapan infrastruktur menjadi salah satu yang menjadi pertimbangan para calon investor.

    “Jadi tantangan yang kita lihat sekarang adalah bagaimana produk dari investor itu nantinya terdistribusi dengan baik. Bukan hanya di Jakarta, jika kita pergi ke Karawang, Cikarang tentu saja, fasilitas logistik sudah besar di sana. Tapi masalahnya adalah bagaimana saya bisa mengantarkan produk ke Toraja atau ke Balikpapan misalnya,” ujarnya.

    Untuk itu, dia mengatakan pemerintah juga perlu memantapkan ekosistem dan simpul-simpul logistik agar rencana ekspansi dari Penanam Modal Asing (PMA) itu benar-benar bisa ditangkap di Indonesia.

    “Karena tak semestinya investasi menumpuk di Jabodetabek mengingat pasar Cirebon, Tegal, Pekalongan ini juga besar. Sehingga, diperlukan simpul logistik yang kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya.

    Diberitakan sebelumnya, sejumlah perusahaan asal Tiongkok dikabarkan bakal segera memperluas bisnisnya ke Indonesia. Hal itu terjadi imbas AS menetapkan tarif bea masuk sebesar 19% untuk barang asal Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand, sedangkan Vietnam sebesar 20%. China sendiri dikenakan tarif bea masuk lebih dari 30% saat ini.

    Dibandingkan negara-negara tersebut, Indonesia diklaim memiliki keunggulan yakni potensi pasar konsumen yang besar. Mengingat Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan negara terpadat keempat di dunia.

    Reuters dalam laporan bertajuk ‘Chinese Investors Eyeing Indonesia Avoid US Tariffs, Tap Local Market’ menyebut bahwa pendiri firma konsultan lahan industri di Jakarta, Gao Xiaoyu, menerima banyak permintaan dari perusahaan China untuk memperluas usaha ke Indonesia demi menghindari tarif tinggi dari Amerika Serikat (AS).

    “Kami cukup sibuk akhir-akhir ini. Kami rapat dari pagi hingga malam,” kata Gao, yang mendirikan perusahaannya PT Yard Zeal Indonesia.

  • BI nilai prospek ekonomi global dibayangi dampak pengenaan tarif AS

    BI nilai prospek ekonomi global dibayangi dampak pengenaan tarif AS

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    BI nilai prospek ekonomi global dibayangi dampak pengenaan tarif AS
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 20 Agustus 2025 – 18:39 WIB

    Elshinta.com – Bank Indonesia (BI) memandang bahwa prospek pertumbuhan ekonomi global pada 2025 dibayangi oleh pemberlakuan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) kepada sejumlah negara, sehingga diprakirakan tumbuh lebih rendah dari proyeksi semula yang sebesar 3 persen.

    Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa sejak 7 Agustus 2025, tarif resiprokal AS meluas dari 44 negara menjadi 70 negara, dengan tarif kepada sebagian negara seperti India dan Swiss lebih tinggi dari pengumuman semula.

    “Secara keseluruhan, dampak dari (jalur) perdagangan, menurunnya volume perdagangan dan ada beberapa aspek mengenai transhipment, bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh Bank Indonesia akan berpotensi lebih rendah dari prakiraan,” kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Agustus 2025 secara daring di Jakarta, Rabu.

    Bank Indonesia menilai pengenaan tarif resiprokal akan menurunkan kinerja ekspor dan volume perdagangan antar negara, termasuk terkait dengan isu transhipment, sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi AS dan menekan potensi pertumbuhan ekonomi global lebih rendah dari prakiraan.

    Penerapan kebijakan tarif resiprokal juga diprakirakan masih akan mengalami dinamika, meskipun tingkat tarif secara keseluruhan lebih rendah dibanding pengumuman awal pada 2 April 2025.

    Ketidakpastian mengenai dampak ke depan tetap tinggi dan sulit diprediksi, sehingga negara-negara mitra dagang, termasuk Indonesia, perlu untuk terus memantau perkembangan ini.

    Perry menambahkan, bank sentral Indonesia juga memprakirakan ekonomi dunia yang tumbuh lebih rendah akan terjadi pada 2026 dengan adanya kebijakan tarif resiprokal AS, meski dampaknya ke setiap negara bisa berbeda-beda.

    “Untuk Tiongkok, Eropa, dan Jepang, dampak pertumbuhan ekonominya kemungkinan juga lebih rendah dari prakiraan,” ujar dia.

    BI memandang bahwa penurunan permintaan akibat tarif AS mulai menekan inflasi global, termasuk di AS, lebih cepat daripada pengaruh keterbatasan pasokan (supply constraint).

    Kondisi ini membuat bank sentral di berbagai negara cenderung menerapkan kebijakan moneter akomodatif, termasuk Fed Funds Rate (FFR) yang diprakirakan turun dua kali masing-masing sebesar 25 basis poin (bps) pada semester kedua 2025.

    “Tapi tentu saja, dalam jangka pendek karena ketidakpastian, kebijakan tarif itu masih dinamis, masih akan terus bergerak. Inilah yang membawa suatu ketidakpastian pasar keuangan global jangka pendek yang perlu harus tetap kita waspadai dan perlu kita respon, terutama di Indonesia,” kata Perry.

    Pada kesempatan yang sama, Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman menambahkan bahwa Bank Indonesia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada 2025 dari 2,1 persen menjadi 2 persen.

    Sementara ekonomi Eropa diprakirakan naik dari 0,9 persen ke 1 persen, Jepang dari 0,8 persen ke 1 persen, dan Tiongkok ke 4,6 persen. Adapun ekonomi India diproyeksikan turun dari 6,6 persen ke 6,5 persen karena kenaikan tarif lebih tinggi.

    “Semuanya ini mengakibatkan Bank Indonesia melihat pertumbuhan ekonominya berpotensi untuk lebih rendah daripada asesmen kami di global yang sekarang di 3 persen. Mengapa? Karena masih ada risiko transhipment yang bisa menambah pengenaan tarif. Kemudian negosiasi yang masih berlangsung. Semuanya ini tentunya mengakibatkan secara potensial risk dari skenario-nya bisa lebih rendah daripada 3 persen,” tutup Aida. 

    Sumber : Antara

  • China Tertarik Eksplorasi Tambang Mineral Afghanistan

    China Tertarik Eksplorasi Tambang Mineral Afghanistan

    JAKARTA – China tertarik untuk mengeksplorasi dan menambang mineral di Afghanistan dan ingin Kabul secara resmi bergabung dengan Inisiatif Sabuk dan Jalan.

    Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengunjungi Kabul dan mengadakan pembicaraan dengan Penjabat Menteri Luar Negeri Afghanistan Amir Khan Muttaqi. Kedua negara ingin memperluas kerja sama di berbagai bidang.

    Wang mengatakan kedua negara bekerja sama untuk menghilangkan hambatan dalam perdagangan produk pertanian dan meningkatkan ekspor Afghanistan ke Tiongkok, menurut pernyataan Afghanistan.

    “Bapak Wang Yi juga menyebutkan bahwa Tiongkok bermaksud untuk memulai kegiatan penambangan praktis tahun ini,” kata kata Kementerian Luar Negeri Afghanistan yang dipimpin Taliban dilansir Reuters, Rabu, 20 Agustus.

    Beijing belum mengeluarkan hasil pembicaraan tersebut.

    China adalah negara pertama yang menunjuk duta besar untuk Afghanistan di bawah Taliban dan berupaya mengembangkan hubungannya dengan kelompok Islam garis keras yang menguasai negara yang dilanda perang itu pada tahun 2021.

    Negara miskin yang kaya akan endapan litium, tembaga, dan besi, dapat menawarkan kekayaan sumber daya mineral untuk meningkatkan keamanan rantai pasokan Beijing, kata para analis.

  • BPJPH Sebut Kesadaran UMKM untuk Sertifikasi Halal Masih Rendah
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        20 Agustus 2025

    BPJPH Sebut Kesadaran UMKM untuk Sertifikasi Halal Masih Rendah Regional 20 Agustus 2025

    BPJPH Sebut Kesadaran UMKM untuk Sertifikasi Halal Masih Rendah
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) mengungkapkan bahwa kesadaran pelaku Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) di Indonesia masih minim dalam memiliki sertifikat halal.
    Data BPJPH menunjukkan bahwa dari 66 juta pelaku usaha di Indonesia, sebagian besar UMKM, hanya sekitar 2,4 juta yang telah mengantongi sertifikasi halal.
    Kepala BPJPH, Ahmad Haikal Hasan, menegaskan bahwa meskipun potensi pasar halal dunia mencapai Rp 21.000 triliun, Indonesia baru menguasai sekitar 3,4 persen dari potensi tersebut.
    “Halal bukan lagi sekadar urusan agama, tetapi sudah menjadi lifestyle global, simbol kualitas, dan kesehatan. Ironisnya, negara produsen halal terbesar saat ini justru Tiongkok, sementara Indonesia hanya berada di peringkat keempat. Jika UMKM kita tidak segera mengurus sertifikasi halal, mereka akan tertinggal di pasar global,” ujarnya dalam acara Rapat Koordinasi Fasilitasi Sertifikasi Halal Indonesia di Yogyakarta, Rabu (20/8/2025).
    Haikal menekankan pentingnya percepatan sertifikasi halal bagi UMKM agar mampu bersaing dengan produk asing.
    Ia mengungkapkan bahwa saat ini hampir 2 juta produk asing telah masuk ke Indonesia, sebagian besar di antaranya telah bersertifikat halal, sedangkan kesadaran pelaku UMKM dalam negeri masih rendah.
    Ia juga menyebutkan empat strategi percepatan yang harus ditempuh: perbaikan regulasi, peningkatan kapasitas lembaga, penguatan sosialisasi, dan kerja sama lintas sektor.
    “Jadikan halal sebagai mesin ekonomi bangsa, bukan hanya untuk umat Islam, tetapi juga untuk seluruh masyarakat. Dengan kerja sama yang kuat, UMKM Indonesia bisa tangguh, berdaya saing, dan menjadi pemain utama di pasar global,” tambahnya.

    Pj Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Aria Nugrahadi, membacakan sambutan Gubernur DIY yang menekankan bahwa sertifikasi halal bukan hanya kewajiban hukum, tetapi juga kebutuhan masyarakat serta peluang besar dalam pengembangan ekonomi nasional.
    Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, jaminan produk halal memiliki peran strategis untuk memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global.
    “Proses sertifikasi halal saat ini memang masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari birokrasi yang panjang, biaya sertifikasi yang tinggi, hingga keterbatasan kapasitas lembaga dan tenaga ahli,” ungkap Aria.
    Ia menambahkan bahwa hambatan tersebut semakin terasa bagi pelaku UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi lokal.
    Selain itu, rendahnya pemahaman sebagian pelaku usaha mengenai manfaat sertifikasi halal serta kompleksitas rantai pasok bahan baku turut memperlambat konsistensi halal produk.
    Aria menekankan pentingnya peran pemerintah dalam menghadapi persoalan ini.
    “Pemerintah perlu mendorong penyederhanaan regulasi dan prosedur sertifikasi, meningkatkan kapasitas lembaga dan auditor halal, serta memanfaatkan digitalisasi untuk mempercepat proses pengajuan hingga pemantauan produk halal,” jelasnya.
    Ia juga menambahkan pentingnya edukasi dan sosialisasi kepada pelaku usaha untuk meningkatkan pemahaman mengenai sertifikasi halal.
    “Sertifikasi halal harus dilihat bukan sebagai beban, tetapi sebagai peluang untuk memperluas pasar, baik domestik maupun ekspor,” tuturnya.
    Aria optimis bahwa dengan sinergi yang kuat antara pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha, dan masyarakat, sertifikasi halal dapat menjadi motor penggerak penguatan ekonomi nasional.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.