kab/kota: Tiongkok

  • China Tolak Tunduk ke Trump, Bersumpah Siapkan Balasan untuk Hajar Ekonomi AS – Halaman all

    China Tolak Tunduk ke Trump, Bersumpah Siapkan Balasan untuk Hajar Ekonomi AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah China menegaskan bahwa negaranya menolak tunduk atas ancaman Presiden AS Donald Trump.

    “Kami tidak akan menoleransi segala upaya untuk merugikan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan China. Kami akan terus mengambil tindakan tegas dan kuat untuk melindungi hak dan kepentingan sah kami,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, Selasa (8/4/2025)

    Pernyataan itu dilontarkan usai Donald Trump menaikkan tarif tambahan sebesar 50 persen terhadap barang-barang asal Tiongkok.

    Setelah awal Februari kemarin Trump telah mengenakan tarif 10 persen untuk semua barang China tanpa pengecualian, karena menilai China ikut terlibat dalam membantu imigrasi ilegal dan menyelundupkan fentanil ke AS.

    Kemudian pada Maret 2025, Trump kembali mengenakan tarif 20 persen kepada semua barang asal China dengan alasan yang sama.

    Dilanjutkan pada 2 April, Trump mengumumkan kombinasi tarif impor tambahan sebesar 34 persen ke China.

    Dengan total tarif impor tersebut, maka China akan dikenakan tarif impor 104 persen berlaku mulai Rabu (9/4/2025).

    “Mulai hari Rabu, total tarif rata-rata ekspor China ke AS akan melonjak hingga hampir 125 persen,” dikutip pernyataan Gedung Putih.

    Meski diancam tarif tinggi, namun China terlihat tetap tak gentar.

    Lewat Kementerian Perdagangan, Pemerintah China menyatakan tekad akan terus melawan tarif Trump.

    “Ancaman AS untuk menaikkan tarif terhadap China adalah kesalahan fatal, yang sekali lagi mengungkap sifat pemerasan AS,” tegas Juru Bicara Kementerian Perdagangan dikutip dari CNBC International.

    “China tidak akan pernah menerimanya. Jika AS bersikeras dengan caranya sendiri, China akan berjuang sampai akhir,” imbuhnya.

    China Gertak Balik AS

    Merespons tarif impor Trump, China lantas mengumumkan pengenaan tarif tambahan sebesar 34 persen atas barang-barang asal AS, selain tarif yang sudah berlaku saat ini.

    Langkah itu seolah menegaskan kembali tekad China untuk menyerang di tengah perang dagang yang meningkat pesat.

    Terlebih saat ini China merupakan pemegang kunci kekuatan ekonomi global oleh karena itu untuk mengatasi tantangan harus pemerintah berjanji akan terus membela hak pembangunan, serta integritas ekonominya.

    Sebagai informasi, sejak tahun lalu China menjadi negara kedua sumber impor AS. China memasok barang-barang dengan total harga 439 miliar dolar AS atau sekitar Rp7.440 triliun.

    Sementara AS hanya mengekspor barang dengan nilai total 144 miliar dolar AS atau Rp2.400 triliun ke China pada 2024.

    Meskipun Trump berulang kali mengklaim kenaikan tarif akan membantu menghasilkan pendapatan bagi pemerintah AS, mengurangi defisit perdagangan, dan merevitalisasi manufaktur AS.

    Namun pada kenyataannya penerapan tarif 125 persen ke China berdampak negatif terhadap saham-saham AS.

    Pada Rabu pagi, saham-saham AS mengalami penurunan pada penutupan.

    Seperti Turun S&P 550 turun 1,57 persen ke kisaran 4.982,77. Disusul Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang ikut anjlok 0,84 persen ke 37.645,59.

    Sementara Nasdaq Composite (IXIC) merosot 2,15 persen ke 15.267,91.

    Industri Film AS Terdampak

    Lebih lanjut selain memberlakukan tarif balasan, China turut melarang penayangan semua film dari Amerika Serikat.

    Upaya ini dilakukan sebagai respons kebijakan tarif impor yang diterapkan Presiden AS Donald Trump.

     The Independent mencatat Industri film AS di China merupakan pasar yang cukup besar.

    Pada 2024, film-film Hollywood meraup sekitar 585 juta dollar AS atau sekitar Rp 9,9 triliun di pasar China, setara 3,5 persen dari total box office China.

    Dengan total keuntungan yang fantastis ini industri film dianggap penting bagi surplus perdagangan AS dengan China, mengingat film-film dari China kurang diminati di pasar internasional.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Demi lindungi nilai, investor ramai-ramai borong emas dan bitcoin

    Demi lindungi nilai, investor ramai-ramai borong emas dan bitcoin

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Demi lindungi nilai, investor ramai-ramai borong emas dan bitcoin
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 08 April 2025 – 22:56 WIB

    Elshinta.com – Di tengah ketidakpastian global, pasar kembali memalingkan wajahnya ke aset safe haven yang telah berusia ribuan tahun yakni logam mulia, emas.

    Maka jika lonjakan harga emas spot hampir satu persen hari ini bukan hanya refleksi dari kepanikan jangka pendek akibat perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok, tetapi juga sinyal yang lebih dalam tentang bagaimana pasar mulai mendefinisikan ulang fungsi emas di era ekonomi yang terfragmentasi dan tidak pasti.

    Konteksnya sederhana namun mengkhawatirkan. Ketika Presiden AS Donald Trump melontarkan ultimatum kepada Beijing untuk mencabut tarif balasan sebesar 34 persen atau menghadapi tambahan tarif 50 persen, pasar global langsung tersentak.

    Bukan karena pernyataan itu tak terduga, tapi karena timing dan skalanya yang memaksa pelaku pasar mempertimbangkan kembali asumsi-asumsi dasar yang selama ini menopang perdagangan global.

    Harga emas, yang sebelumnya sempat tergelincir ke titik terendah empat pekan karena semu harapan akan meredanya ketegangan, kini kembali melesat ke atas 3.000 dolar AS per ons.

    Zain Vawda, analis di MarketPulse dari OANDA dalam pernyataannya kepada Reuters mengatakan, emas kembali menguat didukung oleh pelemahan dolar AS dan ketidakpastian yang terus berlanjut terkait perkembangan perang dagang.

    Kenaikan harga emas ini juga tidak semata reaksi spontan. Ini adalah refleksi dari krisis kepercayaan terhadap sistem yang selama dua dekade terakhir menjadi fondasi globalisasi, stabilitas tarif, prediktabilitas kebijakan, dan kepastian rantai pasok.

    Dalam lanskap seperti ini, emas tak lagi dilihat hanya sebagai alat lindung nilai terhadap inflasi atau pelarian modal jangka pendek.

    Ia mulai diposisikan sebagai jangkar nilai dalam sistem yang sedang mencari titik keseimbangannya kembali.

    Investor cerdas memahami bahwa risiko yang dihadapi saat ini bukan lagi volatilitas biasa, melainkan kemungkinan restrukturisasi menyeluruh terhadap arsitektur ekonomi dunia. Dengan kata lain, emas mulai dilihat sebagai alat lindung nilai lintas siklus dan lintas sistem.

    Inilah mengapa banyak manajer investasi atau analisis pasar yang terus menyarankan agar eksposur terhadap emas spot setidaknya berkisar antara 5 hingga 10 persen dari total portofolio.

    Ini bukan semata strategi defensif, tetapi bentuk kesiapan menghadapi kemungkinan masa depan yang tak bisa lagi dijelaskan dengan model-model ekonomi lama.

    Sementara itu, untuk emas berjangka, meski banyak yang melewatkan sebagian keuntungan karena harga sempat menembus 3.200, pendekatan konservatif tetap menjadi prinsip utama dalam menghadapi pasar yang rentan terhadap kejutan geopolitik.

    Konsolidasi Bitcoin

    Namun, narasi emas sebagai pelindung nilai tak bisa berdiri sendiri. Seseorang juga harus melihat bagaimana Bitcoin, sebagai aset digital yang sering dijuluki “emas versi milenial”, bereaksi terhadap tekanan pasar.

    Analis Reku Fahmi Almuttaqin mengatakan, kebijakan tarif Trump menekan Bitcoin pada awal April 2025, turun ke level 83.000 dolar AS walaupun sempat naik  ke level 87.000 dolar AS saat pengumuman awal.

    Hingga berlanjut sempat menyentuh titik terendah di 74.604 dolar AS, dan kini mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan dengan kembali naik ke atas 79.000 dolar.

    Meski dalam jangka pendek masih mencatat penurunan 3,1 persen dan telah terkoreksi hampir 30 persen dari puncaknya di awal tahun, struktur pergerakannya mengisyaratkan sesuatu yang berbeda, ini bukan kehancuran, tapi lebih serupa fase konsolidasi.

    Koreksi tajam seperti ini kerap kali menjadi filter alami terhadap modal spekulatif jangka pendek. Dalam konteks pasar bullish, koreksi semacam ini justru membuka ruang bagi penguatan yang lebih sehat. Indikator Exchange Inflow Coin Days Destroyed (CDD), yang melacak pergerakan koin lama ke bursa, menunjukkan lonjakan tajam.

    Banyak analis melihat ini sebagai sinyal bahwa investor jangka panjang tengah mempertimbangkan profit taking.

    Namun sejarah menunjukkan bahwa lonjakan indikator CDD justru sering kali terjadi di tengah fase konsolidasi sebelum tren naik berikutnya.

    Dengan kata lain, Bitcoin sedang mengalami proses “pembersihan”, di mana posisi-posisi lemah disingkirkan demi membuka ruang bagi kelanjutan tren naik.

    Ini bukan tanda bahwa pasar kehilangan kepercayaan terhadap aset digital ini, melainkan proses alamiah dari siklus pembentukan harga.

    Fenomena koin lama yang kembali berpindah tangan lebih mencerminkan keputusan rasional untuk merealisasikan keuntungan, bukan eksodus karena ketakutan mendasar terhadap masa depan teknologi blockchain atau aset kripto itu sendiri.

    Persamaan antara emas dan Bitcoin dalam konteks ini sangat menarik. Keduanya sedang menguji batas peran masing-masing dalam lanskap ekonomi baru.

    Jika emas mulai dilihat sebagai jangkar nilai sistemik di tengah hancurnya kepercayaan terhadap stabilitas geopolitik, maka Bitcoin tengah berevolusi dari sekadar aset spekulatif menjadi bagian dari infrastruktur finansial yang sedang tumbuh.

    Kedua aset ini tidak berada dalam kompetisi, melainkan saling melengkapi sebagai dua sisi dari mata uang yang sama yakni pencarian akan nilai yang tahan terhadap guncangan dunia.

    Manusia saat ini hidup di zaman ketika kesepakatan internasional dapat runtuh dalam satu cuitan, ketika tarif dapat berubah dalam hitungan jam, dan ketika sistem yang dibangun atas dasar efisiensi mulai digantikan oleh sistem berbasis resiliensi.

    Dalam dunia seperti ini, pendekatan investasi tak lagi cukup hanya berbasis logika pertumbuhan. Investor harus mulai berpikir dalam kerangka perlindungan nilai, diversifikasi ekstrem, dan adaptasi terhadap disrupsi sistemik.

    Emas dan Bitcoin, dalam caranya masing-masing, menawarkan bukan hanya perlindungan tetapi juga refleksi bahwa dunia saat ini sedang berubah, dan bahwa strategi masa depan bukan tentang meramal arah pasar, tapi memahami logika baru yang sedang terbentuk di bawah permukaan.

    Sumber : Antara

  • Pakar: Putin Menikmati Drama Global akibat Tarif Impor yang Ditetapkan Trump – Halaman all

    Pakar: Putin Menikmati Drama Global akibat Tarif Impor yang Ditetapkan Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia, Vladimir Putin, sedang menikmati drama global yang terjadi akibat tarif impor yang diberlakukan Presiden AS, Donald Trump, terhadap puluhan negara di dunia, menurut pakar.

    Pada Rabu (2/9/2025) lalu, Trump menetapkan tarif timbal balik sebesar 10 persen terhadap puluhan negara, dan tarif yang lebih tinggi kepada negara-negara tertentu, termasuk China dan Indonesia.

    Langkah ini sempat memicu anjloknya pasar saham global, Mirror UK melaporkan.

    Saat pasar saham terguncang dan blok-blok dagang serta negara-negara besar mulai memicu perang dagang dengan AS, China menyatakan, akan membalas tindakan Trump dengan tarif timbal baliknya sendiri.

    Di sisi lain, Putin—yang negaranya tidak dikenai tarif oleh Trump—dilaporkan tengah mengamati kekacauan ini dengan penuh kepuasan.

    Trump tidak menerapkan tarif terhadap Rusia karena pada dasarnya hubungan perdagangan antara kedua negara sangat terbatas.

    Rusia juga saat ini dikenai sanksi ekonomi akibat perangnya melawan Ukraina.

    Namun, seorang pakar memperingatkan bahwa kegembiraan Putin atas situasi ini bisa berubah menjadi penderitaan besar bagi Eropa, apabila kebijakan tarif Trump tidak terkendali.

    PRESIDEN RUSIA – Tangkapan layar YouTube Kremlin pada Selasa (25/2/2025) yang menunjukkan wawancara jurnalis Pavel Zarubin dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin (24/2/2025). Pakar menyebut, Putin saat ini sedang menikmati drama global akibat penetapan tarif impor AS. (Tangkapan layar YouTube Kremlin)

    Profesor politik dari Universitas Buckingham, Anthony Glees, mengatakan:

    “Bahaya besar di sini adalah bahwa sejarah menunjukkan kebijakan tarif berkaitan erat dengan nasionalisme agresif.”

    “Baik pada tahun 1880-an ketika Kekaisaran Jerman menerapkan tarif, maupun pada 1930-an ketika AS dan kemudian Nazi Jerman melakukan hal yang sama, perang segera menyusul.”

    “Jika Amerika Serikat terjebak dalam kebijakan proteksionis ekstrem, maka Eropa akan menghadapi ancaman serius dari Rusia.”

    “Putin menikmati setiap detik dari drama psikologis besar ini.”

    “Ada pihak yang meyakini bahwa Trump tengah menyerang China dengan ‘senjata’ ekonomi terbesar yang dimilikinya.”

    Sementara itu, Partai Republik berargumen bahwa tarif dapat mendorong relokasi produksi dan manufaktur ke dalam negeri, serta menciptakan lapangan kerja besar-besaran di AS.

    Namun, para kritikus menilai, tarif justru akan meningkatkan harga barang bagi konsumen, sementara banyak orang mengalami kesulitan finansial.

    Update terbaru soal penerapan tarif impor AS

    Mengutip The Guardian, berikut perkembangan terbaru mengenai penerapan tarif timbal balik Donald Trump.

    – Gelombang tarif baru yang diberlakukan Trump terhadap puluhan negara mulai berlaku pada Rabu (9/4/2025), termasuk pungutan sebesar 104 persen terhadap barang-barang dari China.

    China menjadi negara yang paling terdampak oleh kebijakan ini, namun belum menunjukkan tanda-tanda akan mundur.

    China bersumpah untuk melanjutkan perang dagang dengan AS “sampai akhir”, dan menjanjikan tindakan balasan demi melindungi kepentingan nasionalnya.

    Tarif balasan dari China sebesar 34 persen terhadap barang-barang asal AS dijadwalkan mulai berlaku pada Kamis (10/4/2025).

    – Trump menyatakan pada Selasa bahwa pemerintahannya sedang merancang kesepakatan dengan sejumlah mitra dagang.

    Gedung Putih menegaskan, negara-negara sekutu seperti Jepang dan Korea Selatan akan diprioritaskan dalam proses negosiasi.

    Pejabat perdagangan utama Trump, Jamieson Greer, mengatakan kepada Senat bahwa Argentina, Vietnam, dan Israel termasuk di antara negara-negara yang telah merayu untuk penurunan tarif.

    -Dalam sebuah jamuan makan malam bersama sesama anggota Partai Republik pada Selasa malam (8/4/2025), Trump menyampaikan bahwa banyak negara sangat ingin mencapai kesepakatan dagang dengannya.

    – Aksi jual besar-besaran kembali terjadi di pasar Asia pada Rabu.

    Indeks Nikkei Jepang turun lebih dari 3 persen, pasar saham Hong Kong anjlok lebih dari 3%, dan nilai tukar won Korea Selatan menyentuh titik terendah dalam 16 tahun terakhir.

    Obligasi pemerintah juga mengalami kerugian besar.

    Saham di Australia kehilangan nilai miliaran dolar, sementara indeks saham Taiwan merosot 5,8% pada perdagangan sore.

    Dalam beberapa hari terakhir, triliunan dolar telah menguap dari pasar saham global.

    Pasar valuta asing pun terguncang, dengan won Korea jatuh ke posisi terendah terhadap dolar AS sejak 2009, sementara yuan menyentuh titik terendah sepanjang masa terhadap dolar.

    Harga minyak ikut tertekan, dengan West Texas Intermediate ditutup di bawah $60 untuk pertama kalinya sejak April 2021.

    Bank Sentral India menurunkan suku bunga acuan, dengan alasan kondisi global yang “menantang.”

    – Uni Eropa berusaha meredakan ketegangan dagang.

    Kepala Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, dalam panggilan telepon dengan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang, memperingatkan agar semua pihak menghindari eskalasi konflik perdagangan lebih lanjut.

    Ia menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi global di tengah situasi yang memanas.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • KIM Plus Dukung Penuh Pertemuan Prabowo dengan Megawati

    KIM Plus Dukung Penuh Pertemuan Prabowo dengan Megawati

    Jakarta, Beritasatu.com – Pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri terus menuai respons positif. Tak hanya dari publik, tetapi juga dari seluruh partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.

    Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani menyatakan, KIM Plus melihat pertemuan yang berlangsung di kediaman Megawati di Teuku Umar, Jakarta Pusat, Senin (7/4/2025) malam itu sebagai langkah strategis untuk memperkuat suasana kebangsaan.

    “Semua partai koalisi kami menganggap itu sesuatu yang positif. Presiden punya kewenangan bertemu siapa saja untuk kepentingan bangsa,” ujar Muzani di kompleks parlemen, Senayan, Rabu (9/4/2025).

    Silaturahmi yang Bawa Pesan Persatuan

    Muzani menambahkan, pertemuan tersebut merupakan bagian dari upaya menjaga komunikasi dan kerja sama lintas kekuatan politik nasional.

    Prabowo, menurutnya, mendapatkan mandat dari partai koalisi untuk membuka ruang dialog dengan berbagai tokoh, termasuk mantan presiden.

    Sebelumnya, Sekjen Partai Golkar Sarmuji juga menyambut hangat momen pertemuan Prabowo dengan Megawati. Ia menilai, silaturahmi antarpemimpin nasional membawa energi positif untuk stabilitas bangsa.

    “Apa pun posisi politiknya, silaturahmi seperti ini bagus. Itu akan memperkuat persatuan bangsa menghadapi tantangan, baik dari dalam maupun luar negeri,” kata Sarmuji, Selasa (8/4/2025).

    Sarmuji menyinggung tantangan besar yang kini dihadapi Indonesia, termasuk perang tarif antara negara-negara besar, seperti AS dan Tiongkok, yang berdampak langsung pada ekonomi nasional.

    Menurutnya, pertemuan tokoh seperti Prabowo dan Megawati mencerminkan kesadaran untuk menghadapi tantangan global dengan kekompakan nasional. “Bangsa ini membutuhkan stabilitas yang lebih baik dan cara pandang yang sama,” tegasnya.

    Pertemuan Tokoh Bangsa Cerminkan Stabilitas Politik

    Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Herman Khaeron, juga memberikan apresiasi terhadap pertemuan dua tokoh besar tersebut. Ia menilai hal itu akan membawa manfaat langsung bagi rakyat dan memperkuat pondasi persatuan nasional.

    “Pak Prabowo dan Bu Megawati adalah tokoh sentral bangsa. Ketokohan mereka punya kontribusi besar bagi kekuatan dan keutuhan Indonesia,” kata Herman.

    Pertemuan Prabowo dengan Megawati, kata dia, mencerminkan suasana politik yang matang dan dewasa, menjadi fondasi penting dalam membangun Indonesia yang kuat di tengah tantangan zaman.

  • Elon Musk Murka, Sebut Penasihat Trump Idiot

    Elon Musk Murka, Sebut Penasihat Trump Idiot

    Jakarta, CNBC Indonesia – Saham Tesla terus anjlok selama 4 hari berturut-turut gara-gara kebijakan tarif Trump yang menggemparkan dunia. Kondisi ini membuat CEO Elon Musk melontarkan kritik tajam terhadap penasihat perdagangan Presiden AS Donald Trump, Peter Navarro.

    Musk mulai menyindir Navarro sejak akhir pekan lalu lewat platform media sosial X. Ia menyebut gelar PhD ekonomi dari Harvard yang dimiliki Navarro sebagai hal buruk dan tidak ada manfaatnya. Namun, sindiran itu berubah menjadi hujatan terbuka seiring berjalannya waktu.

    Musk menyebut Navarro “benar-benar idiot” sebagai tanggapan atas pernyataan sang penasihat yang menyebut Tesla lebih sebagai “perakit mobil” ketimbang produsen mobil sejati.

    Musk menambahkan bahwa klaim Navarro itu salah dan menyebutnya lebih bodoh dari sekantong batu bata. Ia bahkan secara sarkastik meminta maaf kepada batu bata, lalu menyebut Navarro “berbahaya karena kebodohannya.”

    Pertikaian ini menjadi salah satu konflik publik paling panas antara tokoh dalam lingkaran Trump sejak sang mantan presiden menjabat pada 2017.

    Kritik Musk muncul di tengah pengumuman Trump soal tarif dagang baru terhadap lebih dari 180 negara dan wilayah, kebijakan yang ternyata juga menuai penolakan dari dalam kubu konservatif sendiri.

    Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt merespons konflik ini dengan santai.

    “Keduanya jelas punya pandangan berbeda tentang perdagangan dan tarif. Laki-laki ya seperti itu, kita biarkan saja mereka saling adu argumen di ruang publik,” ujarnya, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (9/4/2025).

    Adik Musk, Kimbal Musk, yang juga duduk di dewan direksi Tesla, ikut menyuarakan kritik. Ia menyebut tarif itu sebagai pajak permanen untuk konsumen Amerika. Ia kemudian menyindir Navarro sebagai siswa C-minus yang seharusnya tidak main-main dengan isu serius seperti ini.

    Kritik tajam Elon Musk ini tak lepas dari tekanan yang dihadapi Tesla. Saham perusahaan anjlok 22% hanya dalam empat hari perdagangan, dan sudah turun 45% sepanjang tahun ini.

    Nilai pasar Tesla menyusut lebih dari US$585 miliar sejak awal tahun, menyebabkan kerugian besar bagi Musk secara pribadi.

    Kendati mobil Tesla dijual di AS dan dirakit secara lokal, yang membuatnya relatif aman dari tarif 25% atas mobil impor, biaya produksi perusahaan diprediksi melonjak karena tarif atas bahan baku dan komponen dari luar negeri, seperti baja dari Kanada dan Meksiko, serta sirkuit cetak dari Tiongkok.

    Berbicara di sebuah acara di Italia akhir pekan lalu, Musk justru mengungkapkan pandangan yang kontras dengan Trump. Ia menyuarakan dukungan terhadap zona perdagangan bebas antara Eropa dan Amerika Utara, tanpa tarif sama sekali.

    Masalah Tesla bukan cuma soal tarif. Pada Rabu, perusahaan melaporkan penurunan pengiriman kendaraan sebesar 13% dibanding tahun lalu pada kuartal pertama 2025, jauh di bawah ekspektasi analis. Laporan ini datang hanya dua hari setelah saham Tesla menutup kuartal terburuk sejak 2022.

    (fab/fab)

  • IHSG Hari Ini Rabu 9 April 2025 Dibuka Kembali Melemah Dihantam Krisis Eksternal

    IHSG Hari Ini Rabu 9 April 2025 Dibuka Kembali Melemah Dihantam Krisis Eksternal

    PIKIRAN RAKYAT – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka di zona merah pada perdagangan Rabu pagi 9 April 2025, menandakan tekanan di pasar modal Indonesia masih belum mereda pasca kejutannya kemarin.

    Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG dibuka melemah 17,70 poin atau 0,30 persen ke posisi 5.978,44. Sementara itu, indeks LQ45—yang mencerminkan performa 45 saham unggulan—juga turun tipis 1,00 poin atau 0,15 persen ke posisi 666,77.

    Melanjutkan Tren Pelemahan Sehari Sebelumnya

    Pada penutupan perdagangan Selasa 8 April 2025, IHSG mengalami penurunan tajam sebesar 514 poin atau 7,9 persen ke level 5.996. Saat itu, sebanyak 710 saham melemah, hanya 33 saham yang naik, dan 215 stagnan.

    Tim Analis Pilarmas Investindo Sekuritas menyebut bahwa pelemahan IHSG disebabkan oleh kurangnya respons konkret pemerintah terhadap kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

    “Di dalam negeri, IHSG ditutup melemah cukup dalam. Tanggapan pemerintah terkait pengenaan tarif oleh AS belum memenuhi ekspektasi pasar,” ucap tim analis Pilarmas dalam risetnya.

    Sektor saham yang mengalami penurunan paling tajam adalah bahan baku sebesar 10,55 persen, diikuti oleh sektor finansial dan sektor energi. Saham-saham seperti INCO, MAPI, SMGR, MDKA, dan MBMA mendominasi daftar penurunan LQ45.

    Volume transaksi cukup tinggi, yakni 22,38 miliar lembar saham diperdagangkan dalam 1,42 juta kali transaksi, dengan nilai total Rp20,94 triliun. Meski demikian, kapitalisasi pasar menyusut menjadi Rp10,28 triliun.

    Dinamika Eksternal Masih Bayangi Pasar

    Gejolak pasar saham Indonesia masih dipicu oleh kebijakan tarif tinggi dari pemerintah AS. Pada pekan ini, Trump mengumumkan rencana tarif 50 persen terhadap produk impor Tiongkok dan Indonesia, jika negara-negara tersebut tidak mencabut bea masuk terhadap barang-barang AS.

    “Tiongkok dengan tegas menolak ultimatum Trump yang disebutnya sebagai ‘pemerasan’. Tiongkok menegaskan akan membela kepentingan nasionalnya,” ujar Pilarmas Investindo dalam analisanya.

    Ketegangan antara dua raksasa ekonomi dunia ini memperburuk sentimen global, yang turut menyeret indeks saham di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

    Pilihan Jalur Negosiasi, Pasar Internasional Menilai Positif

    Pengamat pasar sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, menyatakan bahwa langkah pemerintah Indonesia yang memilih jalur negosiasi ketimbang retaliasi dalam menghadapi kebijakan tarif AS menjadi sinyal positif bagi pasar.

    “Rencana pemerintah untuk memilih jalur negosiasi, bukan retaliasi, dinilai positif pasar internasional karena menunjukkan Indonesia tetap terbuka terhadap investasi dan menjaga stabilitas jangka panjang,” ujar Hendra saat dihubungi di Jakarta, Rabu 9 April 2025.

    Menurutnya, beberapa strategi negosiasi telah disiapkan pemerintah Indonesia, antara lain:

    Relaksasi aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di sektor teknologi informasi dan komunikasi (ICT), Evaluasi larangan terbatas (lartas) untuk barang ekspor/impor AS, Peningkatan impor produk agrikultur dan energi dari AS, termasuk minyak dan gas (migas), Insentif fiskal dan non-fiskal, seperti pengurangan bea masuk, PPh impor, dan PPN impor.

    “Relaksasi aturan TKDN untuk sektor ICT, evaluasi larangan terbatas (lartas), hingga rencana peningkatan impor produk agrikultur dari AS adalah bagian dari strategi negosiasi yang disiapkan pemerintah,” tutur Hendra.

    Diplomasi Jadi Kunci Stabilitas Pasar

    Sementara itu, menurut informasi dari Kementerian Perdagangan, pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan paket diplomasi dalam bentuk proposal konkret untuk dibahas bersama U.S. Trade Representative (USTR) di Washington D.C. Salah satu usulannya adalah revitalisasi Trade & Investment Framework Agreement (TIFA) antara Indonesia dan AS.

    “Saat ini, diplomat Indonesia telah menjalin komunikasi dengan USTR, yang tengah menunggu proposal konkret dari Indonesia,” ujar Hendra.

    Langkah ini dianggap sebagai upaya penting untuk memulihkan kepercayaan investor dan mengembalikan stabilitas pasar saham dalam negeri yang sempat terpuruk dalam dua hari terakhir.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Warga AS Gigit Jari Gara-Gara Tarif Trump, Harga iPhone Terancam Meroket 3 Kali Lipat Sampai Rp59 Juta

    Warga AS Gigit Jari Gara-Gara Tarif Trump, Harga iPhone Terancam Meroket 3 Kali Lipat Sampai Rp59 Juta

    PIKIRAN RAKYAT – Warga Amerika Serikat kini menghadapi kenyataan pahit: harga iPhone bisa meroket hingga tiga kali lipat akibat kebijakan tarif baru dari mantan Presiden Donald Trump.

    Analis memperingatkan, iPhone 16 Pro Max yang sebelumnya dijual seharga 1.599 dolar AS (sekitar Rp25,5 juta) bisa melonjak menjadi 2.300 dolar AS (sekitar Rp36,7 juta), bahkan ada yang memperkirakan bisa mencapai 3.500 dolar AS (sekitar Rp59 juta) jika kenaikan diteruskan sepenuhnya ke konsumen.

    Tarif Trump, Apple, dan Ledakan Harga iPhone

    Kebijakan Tarif Baru: Trump kembali menerapkan tarif besar terhadap impor dari Tiongkok, Vietnam, dan India. Produk dari China — tempat mayoritas iPhone diproduksi — dikenai tarif sebesar 54%, Vietnam 46%, dan India 26%.

    Dampak Langsung ke Harga iPhone:

    iPhone 16 biasa: dari 799 dolar AS (Rp12,7 juta) bisa naik menjadi 1.142 dolar AS (Rp18,2 juta). iPhone 16e: dari 599 dolar AS (Rp9,5 juta) menjadi 856 dolar AS (Rp13,7 juta). iPhone 16 Pro Max 1TB: dari 1.599 dolar AS (Rp25,5 juta) bisa mencapai 2.300 dolar AS (Rp36,7 juta), bahkan diprediksi 3.500 dolar AS (Rp59 juta).

    “Seluruh masalah tarif China ini benar-benar bertentangan dengan ekspektasi kami bahwa ikon Amerika seperti Apple akan mendapatkan perlakuan khusus, seperti sebelumnya,” ujar Barton Crockett, analis dari Rosenblatt Securities.

    Dilema Apple: Serap Biaya atau Bebankan ke Konsumen?

    Apple bisa memilih menyerap sebagian biaya atau membebankannya penuh ke pelanggan. Jika dibebankan sepenuhnya, harga iPhone harus naik 30-43%, menurut Neil Shah dari Counterpoint Research.

    “Matematika cepat kami menunjukkan ini bisa ‘meledakkan’ Apple, berpotensi merugikan hingga 40 miliar dolar AS (Rp674 miliar),” kata Crockett.

    Pelanggan Mulai Berpaling

    Banyak pengguna media sosial mulai menyerukan boikot iPhone. Komentar seperti “Selamat tinggal iPhone, halo Samsung” mulai ramai bermunculan.

    Beberapa menyebut iPhone kini hanya jadi “kemewahan yang tak dibutuhkan.”

    “Pengguna Apple akan mengetahui seperti apa inflasi yang sebenarnya,” tulis seorang pengguna X (dulu Twitter).

    Kondisi Pasar dan Respons Apple Saham Apple anjlok 9,3% pekan lalu, kehilangan 311 miliar dolar AS (Rp5,2 triliun) dalam nilai pasar — hari terburuk sejak Maret 2020. Apple belum memberikan komentar resmi atas kenaikan harga yang diperkirakan ini. Beberapa produksi telah dialihkan ke Vietnam dan India, namun dua negara tersebut juga terdampak tarif.

    “Bahkan jika produksi dipindahkan ke AS, biaya bisa naik 10 kali lipat,” ucap analis TechInsights, Wayne Lam.

    Tarif yang Menyulut Krisis Global Tarif Trump tak hanya menghantam Apple, tapi juga memicu gejolak pasar global. Indeks saham di Eropa dan Asia turun tajam — FTSE 100 Inggris, DAX Jerman, dan CAC 40 Prancis kompak merosot lebih dari 5%.

    Kebijakan tarif “Hari Pembebasan” Donald Trump membawa dampak besar ke Apple dan konsumen. Jika Apple meneruskan biaya tambahan ke pembeli, harga iPhone bisa mencapai rekor tertinggi. Di sisi lain, permintaan yang stagnan dan kritik dari pengguna berpotensi memperburuk posisi raksasa teknologi ini di pasar global.

    “Sulit membayangkan Trump merusak ikon Amerika seperti Apple… Tapi ini terlihat cukup nyata,” ucap Barton Crockett, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Terpisah 27 Tahun, Gadis Tiongkok Temukan Orangtua Kandung Usai Postingan Video Pencarian Viral – Halaman all

    Terpisah 27 Tahun, Gadis Tiongkok Temukan Orangtua Kandung Usai Postingan Video Pencarian Viral – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, TIONGKOK – Seorang wanita adopsi berusia 27 tahun di China Selatan berhasil menemukan keluarga kandungnya hanya dalam waktu dua hari setelah memposting video pencarian di media sosial. 

    Kisahnya menjadi rekor tercepat dalam reuni keluarga di China.  

    Orang tua kandung wanita tersebut, yang bermarga He, tinggal di Heyuan, Provinsi Guangdong.

    Mereka menghubunginya tidak lama setelah video yang diunggah pada 21 Maret itu viral.

    Dalam klip tersebut, He mencantumkan alamat tempat ia diadopsi pada awal 1998 serta lokasi desa keluarga angkatnya, seperti dilaporkan Red Star News seperti dikutip dari SCMP, Rabu (9/4/2025).  

    *”Apa pun yang terjadi di masa lalu, saya bisa menerimanya. Saya harap orang tua saya bisa menemukan saya, atau setidaknya memberi tahu alamat mereka agar saya bisa menjumpai mereka,” ujarnya dalam video.  

    He juga mengungkapkan orang tua angkatnya memberitahunya bahwa keluarga kandungnya berasal dari Sichuan, dengan marga ayahnya adalah Tan.  

    He tidak bisa menahan haru saat akhirnya berbicara dengan orang tua kandungnya melalui panggilan video.

    Ia bahkan telah mendaftarkan informasi darahnya ke basis data DNA nasional untuk memastikan hubungan keluarga.  

    Keesokan harinya, ia membagikan video lanjutan yang mengungkap bahwa ayah kandungnya adalah seorang desainer pakaian, berkacamata dan memiliki dua putri sebelum dirinya.  

    Pada 23 Maret, Tan dan istrinya menelepon He untuk mengonfirmasi hubungan mereka.

    “Putri kami telah ditemukan. Kami menyambutnya pulang,” tulis Tan di media sosial.

    “Ini adalah berkah terbesar bagi keluarga kami,” katanya.  

    Tan mengaku salah seorang kerabatnya melihat video He dan langsung mengenali kemiripannya dengan anak-anaknya yang lain.

    Meski hasil tes DNA belum keluar, Tan dan istrinya telah memberikan sampel darah untuk pencocokan.  

    Misteri Masa Lalu  

    He ternyata memiliki dua kakak perempuan dan seorang adik laki-laki.

    Namun, alasan mengapa ia diadopsi saat masih berusia dua bulan belum terungkap.  

    Orangtua kandungnya mengaku sempat menyimpan kontak keluarga angkat He, tetapi kehilangan komunikasi setelah dua tahun.

    Sang ibu bahkan menyimpan baju hangat yang dikenakan He saat masih bayi sebagai bukti.  

    “Saya ingin membuktikan bahwa saya adalah ibunya,” kata sang ibu.  

    He mengisahkan, saat video call, orangtuanya terus menangis dan meminta maaf.

    “Saya bingung harus berkata apa, tapi akhirnya saya punya rumah untuk kembali,” katanya. 

    Setelah hasil tes DNA resmi keluar, He berencana mengunjungi Dazhou di Sichuan untuk bertemu keluarga kandungnya secara langsung.  (SCMP/Red Star News)

  • Perang Dagang AS Vs China, Apa Dampaknya bagi Ekonomi Dunia?

    Perang Dagang AS Vs China, Apa Dampaknya bagi Ekonomi Dunia?

    PIKIRAN RAKYAT – Ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali memanas setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif lebih dari 100% terhadap seluruh impor barang dari China mulai Rabu, 9 April 2025. Pernyataan tersebut memicu kekhawatiran luas tentang potensi pecahnya perang dagang berskala penuh antara dua raksasa ekonomi dunia.

    Sebagai respons terhadap ancaman tersebut, pemerintah China menyatakan tidak akan mundur dan siap ‘berjuang sampai akhir’. Negeri Tirai Bambu ini juga meningkatkan hambatan perdagangannya terhadap produk-produk asal Amerika Serikat, menandakan bahwa kedua negara telah memasuki fase eskalasi baru dalam konflik dagang yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun.

    Implikasi Terhadap Ekonomi Global

    Konflik dagang antara AS dan Tiongkok tidak hanya berdampak pada kedua negara tersebut, tetapi juga berisiko mengguncang ekonomi global. Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), kedua negara menyumbang sekitar 43% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Jika perang dagang benar-benar terjadi dan menyebabkan perlambatan ekonomi atau bahkan resesi di AS dan China, maka dampaknya akan menyebar ke seluruh dunia.

    Dampak yang paling nyata adalah perlambatan pertumbuhan global, penurunan investasi internasional, dan gangguan rantai pasok dunia yang saling terintegrasi. Ketidakpastian juga akan menekan pasar keuangan global dan memperbesar volatilitas di sektor-sektor penting seperti energi, teknologi, dan manufaktur.

    Pada tahun 2024, Amerika Serikat mengekspor berbagai komoditas utama ke China, di antaranya adalah kacang kedelai, produk farmasi, dan minyak bumi. Kacang kedelai menjadi komoditas penting karena digunakan sebagai pakan untuk sekitar 440 juta babi di China, mencerminkan pentingnya komoditas tersebut dalam sektor pertanian dan peternakan di negara tersebut.

    Sebaliknya, impor utama AS dari China mencakup barang-barang elektronik, komputer, mainan, dan baterai yang sangat penting untuk kendaraan listrik. Salah satu kategori terbesar adalah telepon pintar, yang menyumbang 9% dari total impor AS dari China. Banyak dari perangkat ini diproduksi di China untuk perusahaan teknologi Amerika seperti Apple.

    Kebijakan tarif yang diberlakukan Trump sebelumnya sudah menaikkan harga barang-barang tersebut sekitar 20%. Jika tarif dinaikkan hingga lebih dari 100%, dampaknya bisa meningkat hingga lima kali lipat, membebani konsumen AS dengan harga yang jauh lebih tinggi.

    Senjata Dagang Non-Tarif

    Selain tarif, kedua negara memiliki cara lain untuk menekan satu sama lain. China memiliki kontrol signifikan atas penyulingan logam langka yang vital bagi berbagai industri teknologi dan militer, seperti litium, tembaga, galium, dan germanium. China sebelumnya telah membatasi ekspor galium dan germanium, yang digunakan dalam radar dan pencitraan termal.

    Sementara itu, AS di bawah kepemimpinan sebelumnya, termasuk Presiden Joe Biden, telah memperketat pembatasan ekspor microchip canggih ke China, yang sangat penting untuk pengembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI). Trump juga berencana menekan negara-negara lain seperti Meksiko, Vietnam, dan Kamboja agar tidak berdagang dengan China jika ingin mempertahankan akses pasar AS.

    Risiko Dumping dan Persaingan Tidak Sehat

    China dikenal sebagai negara manufaktur terbesar di dunia, dengan surplus perdagangan barang hampir 1 triliun dolar AS. Banyak barang produksinya disubsidi oleh pemerintah, sehingga dapat dijual di bawah harga pasar. Jika akses ke pasar AS dibatasi, ada kemungkinan besar bahwa produk-produk seperti baja akan “dibuang” ke pasar negara lain, termasuk Eropa dan Asia Tenggara.

    Hal ini dapat mengancam industri dalam negeri negara-negara tujuan ekspor, yang pada akhirnya berdampak pada lapangan kerja dan upah pekerja lokal. Di Inggris, kelompok industri UK Steel telah memperingatkan potensi membanjirnya baja murah dari China sebagai dampak lanjutan dari konflik dagang ini.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Trump Naikkan Tarif Impor! Saham Anjlok, Investor Harus Apa Sekarang?

    Trump Naikkan Tarif Impor! Saham Anjlok, Investor Harus Apa Sekarang?

    Jakarta: Pekan pertama April 2025 jadi momen penuh gejolak bagi pasar global. Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif impor baru yang ia sebut sebagai “Liberation Day”. 
     
    Tarif dasar 10 persen dikenakan untuk semua barang impor ke AS, sementara tarif lebih tinggi dikenakan untuk mitra dagang utama seperti Tiongkok (54 persen), Vietnam (46 persen), dan Indonesia (32 persen).
     
    Kebijakan ini langsung mengguncang pasar. Mengutip Bibit, Rabu, 9 April 2025, Indeks saham utama AS seperti S&P 500 dan Nasdaq anjlok masing-masing -10,7 persen dan -11,4 persen hanya dalam waktu lima hari yakni dari 2 April hingga 7 April 2025.

    IHSG ikut terpukul
    Setelah libur panjang Idulfitri, IHSG langsung dibuka dengan penurunan tajam -9,19 persen pada 8 April 2025, sebelum akhirnya membaik dan ditutup di -7,71 persen pada sesi I.

    Meski terkesan dramatis, situasi ini tak perlu membuat kamu panik. Penting untuk melihatnya dari berbagai sisi.
     

    Mengapa tarif ini berbahaya?
    Trump ingin melindungi industri dalam negeri AS. Tapi strategi ini memicu reaksi keras dari negara lain. Tiongkok langsung membalas dengan tarif 34 persen untuk produk AS.
     
    Ketua The Fed, Jerome Powell, memperingatkan bahwa tarif ini bisa mendorong inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Pasar saham yang jatuh jadi salah satu refleksi kecemasan investor global.
     
    Bagi Indonesia, dampaknya bisa terasa di sektor ekspor. Produk seperti mesin, elektronik, pakaian, dan sepatu yang dikirim ke AS akan dikenai tarif lebih tinggi. Ini bisa menekan kinerja emiten berorientasi ekspor.
    Apa dampaknya ke aset investasi?

    Saham & Reksa Dana Saham: Secara jangka pendek, IHSG akan melihat sentimen negatif. Perusahaan yang bergantung pada ekspor, seperti manufaktur dan komoditasdapat menghadapi tekanan jika tarif balasan berlanjut dan permintaan AS serta pertumbuhan global melemah. Adapun dalam jangka menengah, Indonesia memiliki peluang untuk merebut pangsa pasar ekspor seiring berubahnya dinamika manufaktur dan perdagangan global.  
    SBN, Obligasi FR & Reksa Dana Obligasi: Meskipun pasar saham AS turun signifikan, yield obligasi jangka pendek AS (4% menjadi ~3,8 persen. Penurunan ini juga dapat mendorong naik harga obligasi Indonesia. Namun, mengingat ketidakpastian ekonomi global, investor dapat mempertimbangkan obligasi jangka pendek yang volatilitasnya lebih rendah, seperti Obligasi FR PBS003 dan ST014-T2.
    Reksa Dana Pasar Uang: Aset ini tetap bisa menjadi safe haven untuk stabilitas dan likuiditas jangka pendek, dengan imbal hasil lebih tinggi dan pajak yang lebih rendah dibandingkan deposito bank.  

    Should You Panic? Absolutely Not

    Kepanikan pasar bukan hal baru. Tahun 2008 IHSG sempat anjlok -62 persen, dan -38 persen saat pandemi 2020. Tapi apa yang terjadi setelah itu? Pasar bangkit dengan rebound 173 persen pada 2009 dan 66 persen pada 2021.
     
    Kuncinya adalah tetap tenang dan percaya pada fundamental investasi yang kamu pegang. Sejarah menunjukkan bahwa badai pasar selalu bisa berlalu.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)