kab/kota: Tiongkok

  • Nvidia Dikabarkan Terhindar dari Kontrol Ekspor Setelah Kesepakatan dengan Trump

    Nvidia Dikabarkan Terhindar dari Kontrol Ekspor Setelah Kesepakatan dengan Trump

    Bisnis.com, JAKARTA — CEO Nvidia Jensen Huang dikabarkan telah mencapai kesepakatan dengan pemerintahan Donald Trump untuk menghindari pembatasan ekspor pada chip AI H20.

    Melansir dari Techcrunch, Kamis (10/4/2025) menurut laporan NPR, Jensen Huang mencapai kesepakatan tidak resmi dengan Trump dalam sebuah pertemuan tertutup di resor Mar-a-Lago minggu lalu.

    Dalam pertemuan itu, Huang dikabarkan menawarkan komitmen investasi besar untuk membangun pusat data AI baru di dalam negeri sebagai imbalan atas pelonggaran kebijakan ekspor untuk chip H20. 

    Akan tetapi, Nvidia menolak memberikan komentar terkait dengan rumor kesepakatan antara Jensen dengan Trump.

    Laporan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan politisi dan industri semikonduktor. Senator dari Partai Demokrat maupun Republik sebelumnya telah menyerukan pembatasan atas H20.

    Pemerintahan Trump sendiri disebut telah menyiapkan kontrol ekspor sebelum akhirnya mengubah arah kebijakan.

    Keputusan ini dinilai kontroversial karena bertentangan dengan tujuan utama kebijakan ekspor chip, yaitu menjaga dominasi teknologi AI AS dan membatasi kemampuan negara pesaing seperti Tiongkok. 

    Terlebih lagi, pemerintahan Trump dikabarkan tetap melanjutkan sejumlah aturan ekspor ketat yang diwariskan dari era Presiden Joe Biden, termasuk larangan ekspor ke negara-negara sekutu.

    Kritik terhadap kebijakan ini tidak hanya datang dari kalangan pemerintah. Nvidia sendiri sebelumnya telah menyebut pedoman ekspor sebagai belum pernah terjadi sebelumnya dan salah arah, dengan kekhawatiran bahwa kebijakan tersebut akan menghambat laju inovasi AI global.

    Banyak perusahaan AI selain Nvidia yang telah condong ke pendekatan Trump yang mengutamakan Amerika dalam upaya untuk menarik hati pemerintahan. 

    OpenAI bekerja sama dengan SoftBank dan Oracle untuk inisiatif pusat data AS senilai US$500 miliar yang dijuluki Proyek Stargate pada bulan Januari. 

    Microsoft menjanjikan US$80 miliar untuk membangun pusat data AI pada tahun fiskal 2025, dengan 50% dari jumlah tersebut dialokasikan untuk AS.

  • Tarif Impor Trump Bikin Pengusaha China di Amazon Khawatir

    Tarif Impor Trump Bikin Pengusaha China di Amazon Khawatir

    Jakarta

    Pengusaha China yang menjual produk di perusahaan e-commerce asal Amerika Serikat (AS) Amazon sedang memperhitungkan dua langkah imbas penetapan tarif impor Trump. Pertama, para pengusaha mempertimbangkan harga jual baru. Kedua, para pengusaha meninggalkan platform tersebut.

    Diketahui, Trump menetapkan tarif impor untuk barang dari China menjadi 125% dari sebelumnya 104% pada Rabu (9/4/2025). Tarif tersebut telah berlaku dan dinilai akan meningkatkan risiko tinggi terhadap dua negara dengan ekonomi terbesar dunia tersebut.

    Dikutip dari Reuters penetapan tarif impor itu membuat banyak pengusaha China kewalahan. Menurut mereka tak cuma masalah pajak, pengusaha juga menyebut tarif impor bisa membuat biaya-biaya lainnya naik.

    “Ini bukan sekadar masalah pajak, tetapi seluruh struktur biaya bisa naik,” kata Kepala Asosiasi E-Commerce Lintas Batas Shenzhen Wang Xin, dikutip dari Reuters, Kamis (10/4/2025).

    Wang Xin mengatakan, kondisi ini sulit dihadapi bagi siapapun yang hidup di pasar AS. Ia mengaku, penetapan tarif tinggi yang diputuskan AS untuk China menjadi pukulan yang besar bagi para pengusaha.

    “Jadi bagi kita semua yang berkecimpung dalam bisnis e-commerce lintas batas saat ini, ini benar-benar pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ungkapnya.

    Wang Xin mengatakan, saat ini beberapa pengusaha China yang berdagang di Amazon ingin menaikkan harga di AS sementara yang lain ingin mencari pasar baru. Adapun saat ini, China menjadi rumah bagi sekitar setengah dari penjual Amazon, dengan lebih dari 100.000 bisnis Amazon terdaftar di kota selatan Shenzhen dengan pendapatan tahunan sebesar $35,3 miliar berdasarkan data dari layanan e-commerce SmartScout.

    Selain itu, China juga menjadi tuan rumah bagi basis manufaktur platform e-commerce besar lainnya seperti Shein dan Temu. Impor dan ekspor yang melibatkan e-commerce negara itu tercatat sebesar 2,63 triliun yuan atau sekitar US$358 miliar tahun lalu.

    Laporan Reuters mengatakan, ada dua dari lima pengusaha yang hendak beralih meninggalkan pasar Amazon. Sementara tiga lainnya berencana menaikkan harga ekspor ke AS.

    Salah seorang pengusaha tas sekolah hingga speaker aktif asal China Dave Fong, mengaku telah menaikkan harga ekspor di AS hingga 30% dan akan membiarkan tingkat persediaan turun dan menurunkan pengeluaran untuk biaya iklan Amazon, yang pernah menghabiskan 40% dari pendapatannya di AS.

    “Bagi kami dan siapa pun, Anda tidak dapat bergantung pada pasar AS, itu sudah cukup jelas. Kami harus mengurangi investasi, dan menempatkan lebih banyak sumber daya ke kawasan seperti Eropa, Kanada, Meksiko, dan seluruh dunia,” kata Dave Fong.

    Sementara itu, Brian Miller, pengusaha yang telah berjualan di Amazon selama tujuh tahun mengaku tidak memiliki alasan untuk mengembangkan produk baru pada kondisi saat ini, Untuk mengantisipasi tarif tinggi, ia perlu menaikkan harga secara tajam ketika persediaan saat ini habis dalam satu atau dua bulan.

    Miller mengatakan, balok bangunan untuk anak-anak yang dijual di Amazon seharga US$20 yang menghabiskan biaya produksi perusahaannya sebesar US$3 kini akan menelan biaya $7 termasuk tarif. Untuk mempertahankan margin, diperlukan kenaikan harga setidaknya 20%, dan harga mainan yang lebih mahal mungkin akan naik 50%.

    “Saya tidak melihat skenario, jika keadaan tidak berubah, bahwa melayani AS dari Tiongkok masih layak dan manufaktur yang melayani AS harus dipindahkan ke negara lain seperti Vietnam, atau Meksiko,” kata Miller.

    Lihat juga Video: Kala Trump Tunda Kenaikan Tarif 90 Hari, China Justru Naik 125%

    (kil/kil)

  • Pasar Saham Global Bangkit Usai Trump Umumkan Penundaan Tarif

    Pasar Saham Global Bangkit Usai Trump Umumkan Penundaan Tarif

    Jakarta

    Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menunda pengenaan tarif impor pada puluhan negara selama 90 hari membuat pasar saham global sedikit lega. Hal ini terlihat dari sejumlah indeks AS yang menguat pada Kamis (10/4/2025).

    Dikutip dari Reuters, indeks saham AS menguat setelah penundaan tarif tinggi diumumkan Trump. Indeks S&P 500 misalnya, ditutup menguat 9,5% pada Rabu (9/4/2025). Tren penguatan juga diikuti indeks saham milik Jepang N225 yang menguat lebih dari 8%.

    Selain penguatan pada pasar saham, harga komoditas berjangka di Eropa juga mengalami tren positif kendati menunjukkan reli jangka pendek dengan harga saham AS yang diperdagangkan lebih rendah. Namun, harga minyak terpantau menurun sekitar 1% yang dipicu oleh kekhawatiran atas ketegangan perdagangan yang dipercaya mendorong ekonomi global ke arah resesi.

    Sejak kembalinya Trump ke Gedung Putih pada bulan Januari, ia berulang kali mengancam akan memberikan serangkaian tindakan hukuman terhadap mitra dagang, tetapi kemudian mencabut beberapa di antaranya pada menit terakhir. Pendekatan yang kadang-kadang dilakukannya telah membingungkan para pemimpin dunia dan membuat para eksekutif dilingkupi kekhawatiran.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan, perubahan penetapan tarif terhadap mitra dagang AS sebelumnya telah direncanakan sejak awal bagi yang mau bernegosiasi. Namun, Trump kemudian mengindikasikan kepanikan di pasar yang terjadi sejak pengumumannya pada tanggal 2 April telah menjadi faktor dalam pemikirannya.

    “Anda harus fleksibel,” kata Bessent dikutip dari Reuters, Kamis (10/4/2025).

    Meski begitu, Bessent mengatakan negara tetap menerapkan tarif tinggi kepada China sebagai negara dengan ekonomi nomor 2 dunia dan pemasok impor AS terbesar kedua.

    Trump segera menaikkan tarif impor China menjadi 125% dari level 104% yang berlaku pada hari Rabu. Kemudian, perusahaan China yang menjual produk di Amazon bersiap untuk menaikkan harga untuk AS atau meninggalkan pasar tersebut karena tarif.

    Beijing mungkin akan membalas dengan cara yang sama setelah mengenakan tarif sebesar 84% pada impor AS pada hari Rabu untuk menyamai tarif yang sebelumnya diberlakukan Trump. Beijing telah berulang kali berjanji untuk memberikan perlawanan dalam perang dagang yang meningkat antara dua ekonomi teratas dunia tersebut.

    “Kami tidak takut dengan provokasi. Kami tidak akan mundur,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning di X pada Kamis.

    Trump mengatakan bahwa resolusi dengan China terkait perdagangan juga mungkin terjadi. Namun, para pejabat mengatakan bahwa mereka akan memprioritaskan pembicaraan dengan negara-negara lain, termasuk Vietnam, Jepang, dan Korea Selatan yang mengantre untuk mencoba mencapai kesepakatan.

    “China ingin membuat kesepakatan. Mereka hanya tidak tahu bagaimana cara melakukannya,” kata Trump.

    Di sisi lain, Beijing mengatakan pihaknya telah mengadakan pembicaraan dengan Uni Eropa dan Malaysia untuk memperkuat perdagangan sebagai respons atas ketegangan tersebut, meskipun Australia mengatakan telah menolak tawaran dari China, mitra dagang utamanya, untuk bekerja sama melawan tarif.

    “Kami tidak akan bergandengan tangan dengan China sehubungan dengan persaingan apapun yang terjadi di dunia,” kata Wakil Perdana Menteri Richard Marles kepada Sky News.

    Harapan akan dukungan negara membantu menopang saham Tiongkok pada hari Kamis, bahkan saat mata uang yuan jatuh ke level terlemah sejak krisis keuangan global. Bank investasi AS Goldman Sachs merevisi turun perkiraannya untuk pertumbuhan PDB Tiongkok menjadi 4% pada tahun 2025, dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,5%, dengan alasan efek negatif tarif.

    (kil/kil)

  • IHSG Melejit 5% Berkat Penundaan Tarif Trump

    IHSG Melejit 5% Berkat Penundaan Tarif Trump

    Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan Kamis, 10 April 2025 dengan lonjakan tajam. 
     
    Melansir Antara, IHSG dibuka menguat 302,62 poin atau setara 5,07 persen ke posisi 6.270,61. Indeks LQ45 juga ikut melesat 44,78 poin atau 6,69 persen ke level 714,15.
     
    Kenaikan ini menjadi sinyal bahwa pelaku pasar kembali optimis, setelah sebelumnya sempat dihantui ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan mitra dagangnya.
    Dampak langsung dari penundaan tarif AS
    Sentimen positif datang dari langkah Presiden AS Donald Trump yang menunda implementasi tarif impor selama 90 hari untuk sejumlah negara, meskipun pengecualian tetap berlaku untuk China.

    “IHSG hari ini berpotensi rebound mengikuti pergerakan bursa AS karena melemahnya tensi perang dagang setelah Presiden Trump menunda pengenaan tarif 90 hari, kecuali untuk China,” kata Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, di Jakarta, Kamis.
     
    Keputusan ini memberi angin segar bagi pasar yang sebelumnya resah terhadap dampak kebijakan proteksionis AS terhadap perekonomian global.
     

    Perang dagang masih jadi ancaman
    Meski ada penundaan, tensi perang dagang belum sepenuhnya reda. Trump tetap memberlakukan tarif sebesar 10 persen untuk sebagian besar barang impor AS, dan menaikkan bea masuk untuk produk asal Tiongkok menjadi 125 persen. 
     
    Langkah ini memicu respons dari China, yang juga meningkatkan tarif tambahan hingga 84 persen untuk produk-produk AS.
     
    Kondisi ini menunjukkan bahwa risiko dari kebijakan dagang unilateral masih membayangi pergerakan pasar keuangan global, termasuk pasar saham di Indonesia.
    Bursa global ikut bergairah
    Euforia pasar juga tercermin dari lonjakan indeks di bursa Wall Street pada perdagangan sebelumnya. S&P 500 naik 9,5 persen, Dow Jones naik 7,69 persen, dan Nasdaq melonjak 12,16 persen.
     
    Bursa Asia pun mengikuti jejak penguatan ini Nikkei Jepang tercatat naik 4,46 persen, Bursa Malaysia menguat 4,46 persen, Indeks Shanghai naik 1,49 persen, sementara Strait Times Singapura terkoreksi 6,01 persen.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Apa Itu Blackbox AI, Bisa Bikin Programmer Makin Produktif? – Page 3

    Apa Itu Blackbox AI, Bisa Bikin Programmer Makin Produktif? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Artificial intelligence (AI) kini jadi trend di dunia teknologi. Sejak kemunculan ChatGPT, mulai banyak perusahaan teknologi yang menciptakan AI mereka masing-masing dengan klaim bisa membantu memudahkan pekerjaan manusia.

    Sebut saja nama Gemini milik Google, DeepSeek besutan startup Tiongkok, Microsoft dengan Bing, dan lain-lain. Kini, ada pula yang menarik perhatian yakni Blackbox AI.

    Apa itu Blackbox AI? Mengutip laman Blackbox AI, Kamis (10/4/2025), kecerdasan buatan ini merupakan platform AI canggih yang dirancang secara spesifik untuk pengembangan software.

    Tidak seperti model AI yang memiliki tujuan umum, Blackbox AI dioptimisasi untuk mengerjakan tugas-tugas terkait coding sehingga menyediakan para programer atau pengembang dengan tool bantuan untuk membuat pekerjaan lebih cepat.

    Blackbox AI juga disebut mampu menyelesaikan tantangan pemrograman yang kompleks.

    “Kami merancang Blackbox agar sesuai dengan alur kerja pengguna dengan mudah, baik sebagai ekstensi IDE atau langsung dari peramban web, sehingga menyediakan bantuan pengkodean real-time, otomatisasi, dan lingkungan pengembangan berbasis cloud,” kata Blackbox dalam lamannya.

    Blackbox AI diklaim bisa mengubah cara pengembang menulis, men-debug, dan mengoptimalkan kode.

  • Apa Dampak Perang Dagang AS Melawan China yang Digaungkan Donald Trump Terhadap Ekonomi Dunia? – Halaman all

    Apa Dampak Perang Dagang AS Melawan China yang Digaungkan Donald Trump Terhadap Ekonomi Dunia? – Halaman all

    Apa Dampak Perang Dagang AS-China Terhadap Ekonomi Dunia?

    TRIBUNEWS.COM- Perang dagang total antara Amerika Serikat dengan China diperkirakan akan terjadi setelah Presiden Donald Trump mengenakan tarif lebih dari 125 persen pada impor barang China.

    Tiongkok mengatakan akan “berjuang sampai akhir” daripada menyerah pada apa yang dilihatnya sebagai paksaan Amerika Serikat.

    Dan akan menaikkan tarifnya sendiri atas barang-barang Amerika dari 34% menjadi 84% sebagai respons terhadap langkah terbaru Gedung Putih.

    Apa arti konflik perdagangan yang meningkat ini bagi ekonomi dunia? Berapa banyak perdagangan yang mereka lakukan?

    Perdagangan barang antara kedua kekuatan ekonomi tersebut berjumlah sekitar $585 miliar tahun lalu.

    Meskipun AS mengimpor jauh lebih banyak dari China ($440 miliar) dibandingkan China yang mengimpor dari Amerika ($145 miliar).

    Hal ini mengakibatkan AS mengalami defisit perdagangan dengan China – selisih antara barang yang diimpor dan diekspor – sebesar $295 miliar pada tahun 2024. Itu adalah defisit perdagangan yang cukup besar, setara dengan sekitar 1?ri ekonomi AS.

    Namun, jumlah tersebut kurang dari angka $1 triliun yang berulang kali diklaim Trump minggu ini.

    Trump telah memberlakukan tarif yang signifikan terhadap China pada masa jabatan pertamanya sebagai presiden. Tarif tersebut tetap berlaku dan ditambah oleh penggantinya, Joe Biden.

    Secara bersama-sama hambatan perdagangan tersebut membantu menurunkan barang-barang yang diimpor AS dari China dari pangsa 21% total impor Amerika pada tahun 2016 menjadi 13% tahun lalu.

    Jadi ketergantungan AS terhadap China untuk perdagangan telah berkurang selama dekade terakhir.

    Namun para analis menunjukkan bahwa beberapa ekspor barang China ke AS telah dialihkan melalui negara-negara Asia Tenggara.

    Misalnya, pemerintahan Trump mengenakan tarif 30% pada panel surya impor Cina pada tahun 2018.

    Namun, Departemen Perdagangan AS menyajikan bukti pada tahun 2023 bahwa produsen panel surya China telah mengalihkan operasi perakitan mereka ke negara-negara seperti Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Vietnam, lalu mengirimkan produk jadi ke AS dari negara-negara tersebut, sehingga secara efektif menghindari tarif.

    Tarif “timbal balik” Trump yang baru yang dikenakan pada negara-negara tersebut karenanya akan menaikkan harga AS atas berbagai macam barang yang pada akhirnya berasal dari Tiongkok.

     

    Apa yang diimpor AS dan China satu sama lain?

    Pada tahun 2024, kategori barang ekspor terbesar dari AS ke Cina adalah kacang kedelai – yang terutama digunakan untuk memberi makan sekitar 440 juta babi di Cina.

    AS juga mengirim produk farmasi dan minyak bumi ke China.

    Sebaliknya, dari Tiongkok ke AS, sejumlah besar barang elektronik, komputer, dan mainan diekspor. Sejumlah besar baterai, yang sangat penting untuk kendaraan listrik, juga diekspor.

    Kategori impor AS terbesar dari Cina adalah telepon pintar, yang mencakup 9?ri total. Sebagian besar telepon pintar ini dibuat di Cina untuk Apple, perusahaan multinasional yang berbasis di AS.

    Tarif AS terhadap China telah menjadi salah satu kontributor utama penurunan nilai pasar Apple dalam beberapa minggu terakhir, dengan harga sahamnya turun sebesar 20% selama sebulan terakhir.

    Semua barang impor ke AS dari China tersebut telah ditetapkan menjadi jauh lebih mahal bagi warga Amerika karena tarif 20% yang telah dikenakan pemerintahan Trump terhadap Beijing.

    Sekarang tarifnya naik menjadi 104%, dampaknya bisa lima kali lebih besar.

    Dan impor AS ke China juga akan naik harganya karena tarif pembalasan China, yang pada akhirnya merugikan konsumen China dengan cara yang sama.

    Namun di luar tarif, ada cara lain bagi kedua negara ini untuk mencoba merugikan satu sama lain melalui perdagangan.

    China memiliki peran utama dalam memurnikan banyak logam penting untuk industri, dari tembaga dan litium hingga tanah jarang.

    Beijing dapat saja menempatkan rintangan untuk menghalangi logam-logam ini mencapai AS.

    Ini adalah sesuatu yang telah dilakukan dalam kasus dua bahan yang disebut germanium dan galium , yang digunakan oleh militer dalam pencitraan termal dan radar.

    Adapun AS, mereka dapat mencoba memperketat blokade teknologi terhadap China yang dimulai oleh Joe Biden dengan mempersulit China mengimpor jenis microchip canggih – yang vital untuk aplikasi seperti kecerdasan buatan – yang hingga kini belum dapat diproduksi sendiri.

    Penasihat perdagangan Donald Trump, Peter Navarro, telah menyarankan minggu ini bahwa AS dapat memberikan tekanan pada negara lain, termasuk Kamboja, Meksiko, dan Vietnam, untuk tidak berdagang dengan China jika mereka ingin terus mengekspor ke AS.

     

    Bagaimana hal ini dapat memengaruhi negara lain?

    AS dan China bersama-sama menyumbang porsi yang sangat besar dalam ekonomi global, sekitar 43% tahun ini menurut Dana Moneter Internasional.

    Jika mereka terlibat dalam perang dagang habis-habisan yang memperlambat pertumbuhan mereka, atau bahkan mendorong mereka ke dalam resesi, hal itu kemungkinan akan merugikan ekonomi negara lain dalam bentuk pertumbuhan global yang lebih lambat.

    Investasi global kemungkinan besar juga akan menderita.

     

    Ada konsekuensi potensial lainnya.

    China merupakan negara manufaktur terbesar di dunia dan memproduksi jauh lebih banyak daripada yang dikonsumsi penduduknya di dalam negeri.

    Negara ini sudah mengalami surplus barang hampir $1 triliun – yang berarti negara ini mengekspor lebih banyak barang ke seluruh dunia daripada yang diimpornya.

    Dan sering kali memproduksi barang-barang tersebut di bawah biaya produksi sebenarnya karena subsidi dalam negeri dan dukungan keuangan negara, seperti pinjaman murah, untuk perusahaan-perusahaan yang disukai.

    Baja adalah contohnya.

    Terdapat risiko bahwa jika produk tersebut tidak dapat masuk ke AS, perusahaan China dapat berupaya untuk “membuangnya” ke luar negeri.

    Meskipun hal itu mungkin menguntungkan bagi sebagian konsumen, hal itu juga dapat merugikan produsen di negara-negara yang mengancam lapangan pekerjaan dan upah.

    Kelompok lobi UK Steel telah memperingatkan bahaya kelebihan baja yang berpotensi dialihkan ke pasar Inggris.

    Dampak limpahan perang dagang habis-habisan antara Tiongkok dan AS akan terasa secara global, dan sebagian besar ekonom menilai bahwa dampaknya akan sangat negatif.

     

     

    SUMBER: BBC

  • Buyback Tanpa RUPS, 19 Emiten Serbu Pasar Saham Triliunan Rupiah

    Buyback Tanpa RUPS, 19 Emiten Serbu Pasar Saham Triliunan Rupiah

    Jakarta, Beritasatu.com – Sejak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan relaksasi kebijakan buyback tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 19 Maret 2025, gelombang pembelian kembali saham oleh emiten terus mengalir deras.

    Hingga awal April 2025, tercatat 19 emiten telah memanfaatkan kebijakan ini untuk melakukan aksi buyback dengan nilai total mencapai triliunan rupiah.

    Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menyatakan, langkah ini diambil sebagai respons atas gejolak pasar saham yang terjadi belakangan ini.

    “Buyback kini dapat dilakukan tanpa perlu melalui RUPS. Ini memberikan fleksibilitas bagi emiten dalam menjaga kestabilan harga sahamnya,” ujar Inarno dalam konferensi pers di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (9/4/2025).

    Relaksasi ini memberikan batas maksimum buyback saham sebesar 20% dari modal disetor dan berlaku selama enam bulan sejak 18 Maret 2025. Emiten juga diwajibkan untuk menyampaikan laporan pelaksanaan buyback secara berkala.

    “Kami tetap melakukan pengawasan agar pelaksanaan buyback berjalan sesuai regulasi. Apabila kondisi pasar membaik, emiten boleh menghentikan aksi buyback saham, tetapi fleksibilitas ini penting dalam situasi seperti sekarang,” tambah Inarno.

    Beberapa emiten papan atas langsung merespons kebijakan ini dengan mengumumkan rencana buyback besar-besaran. Grup Barito milik konglomerat Prajogo Pangestu menjadi salah satu yang paling agresif.

    PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menetapkan nilai buyback sebesar Rp2 triliun, yang berlangsung dari 24 Maret hingga 23 Juni 2025. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) juga melaksanakan aksi serupa senilai Rp2 triliun dari 21 Maret hingga 20 Juni 2025, dengan batas harga maksimal Rp10.000 per saham.

    Sementara itu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) mengalokasikan Rp500 miliar untuk buyback dalam periode yang sama. Di luar Grup Barito, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) milik Jusuf Hamka, ikut serta dengan nilai buyback mencapai Rp815,61 miliar yang akan dimulai pada 2 Mei hingga 2 Juni 2025.

    Langkah buyback ini dinilai bukan sekadar upaya menjaga harga saham, tetapi juga mencerminkan kepercayaan diri manajemen terhadap kinerja perusahaan.

    Pendiri Stocknow.id Hendra Wardana menyebut, kebijakan ini sebagai penyangga IHSG di tengah volatilitas.

    “Ketika saham-saham mengalami tekanan berlebih, aksi buyback memberi sinyal kuat bahwa saham tersebut undervalued dan manajemen mengambil langkah konkret,” ujarnya.

    Ia menambahkan, mekanisme buyback tanpa RUPS memungkinkan emiten bertindak cepat tanpa terhambat proses birokrasi yang bertele-tele. 

    Selain itu, kebijakan ini juga mampu menstabilkan psikologi pasar, mencegah kepanikan, serta menarik kembali minat investor.

    VP, Head of Marketing, Strategy & Planning PT Kiwoom Sekuritas Indonesia menyatakan, aksi buyback menjadi instrumen penting di tengah tekanan eksternal, seperti kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump terhadap produk Tiongkok dan Indonesia.

    “Aksi buyback menjadi sinyal bahwa harga saham mulai menyimpang dari nilai intrinsiknya. Jika dilakukan oleh emiten dengan fundamental kuat dan valuasi rendah, ini bisa jadi penopang signifikan untuk harga saham maupun indeks secara keseluruhan,” jelasnya.

    Namun, ia juga mengingatkan bahwa dampak buyback akan sangat bergantung pada kekuatan neraca keuangan emiten dan dinamika pelaku institusi. Emiten dengan modal dan likuiditas kuat akan lebih mudah menahan tekanan dan menjadi incaran investor institusi kembali.

    Hendra menambahkan, dalam kondisi pasar yang oversold, buyback secara masif dapat mengurangi tekanan jual, menambah permintaan, dan memperkecil jumlah saham beredar. Hal ini berpotensi memperbaiki struktur harga dan menjaga indeks dari penurunan yang lebih tajam.

    “Buyback memang bukan satu-satunya alat untuk menahan IHSG, tetapi bisa sangat membantu menjaga psikologi pasar. Investor akan merasa bahwa perusahaan tidak tinggal diam menghadapi gejolak,” imbuhnya.

    Menurut data OJK, hingga awal April 2025, terdapat 16 emiten yang telah menyampaikan keterbukaan informasi terkait rencana pembelian kembali saham. Jumlah ini kemungkinan masih akan bertambah, seiring respons dunia usaha terhadap dinamika pasar yang belum stabil.

    “Jumlahnya terus bergerak dan kami prediksi akan bertambah, karena fleksibilitas ini berlaku hingga enam bulan sejak 18 Maret,” tutur Inarno.

    Kebijakan ini mengacu pada Peraturan OJK (POJK) Nomor 13 Tahun 2023 yang memberikan keleluasaan bagi perusahaan terbuka melakukan buyback tanpa harus menggelar RUPS dalam situasi pasar bergejolak.

    Dengan semakin banyak emiten yang terlibat, buyback saham berpotensi menjadi katalis positif jangka pendek untuk pasar modal Indonesia, sekaligus menjaga kepercayaan investor di tengah tekanan eksternal dan ketidakpastian global.

  • Donald Trump Tunda Tarif Impor, Rupiah Perkasa terhadap Dolar AS – Page 3

    Donald Trump Tunda Tarif Impor, Rupiah Perkasa terhadap Dolar AS – Page 3

    Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan pada Rabu, 9 April 2025. Rupiah ditutup menguat 18 poin terhadap Dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat melemah 85 poin di level Rp 16.872 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.890.

    “Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 16.860 – Rp 16.900,” ungkap pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (9/3/2025).

    Rupiah menguat meski Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) inflasi 1,65% secara bulanan atau month to month (MtM) pada Maret 2025.

    Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah mengungkapkan bahwa erjadi kenaikan IHK dari 105,48 pada Februari 2025 menjadi 107,22 pada Maret 2025. Secara year on year (YoY), Indonesia mengalami inflasi sebesar 1,03% dan secara tahun kalender atau year to date (YtD) terjadi inflasi sebesar 0,39%.

    “Hari ini pasar sedikit goyah setelah Presiden AS Donald Trump menambah tarif baru yang juga ditujukan pada beberapa ekonomi utama di luar Tiongkok salah satunya Indonesia yang terkena dampak tarif 32%,” kata Ibrahim.

    Pada Selasa (8/4), Trump menandatangani perintah yang mengenakan tarif tambahan sebesar 50% pada Tiongkok, sehingga tarif kumulatif AS terhadap negara tersebut menjadi 104%.

    Angka tersebut jauh di atas 60% yang diumumkan Trump selama kampanye Pilpres AS di 2024 lalu.

     

  • Bursa Asia Ikut Rebound, Investor Tarik Napas Lega

    Bursa Asia Ikut Rebound, Investor Tarik Napas Lega

    PIKIRAN RAKYAT – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) melesat tajam pada Kamis pagi, 10 April 2025. IHSG dibuka menguat 302,62 poin atau 5,07 persen ke level 6.270,61.

    Kenaikan ini menjadi salah satu lonjakan terbesar yang tercatat sejak awal tahun, mencerminkan sentimen pasar yang sangat positif terhadap perkembangan geopolitik global, khususnya kebijakan perdagangan Amerika Serikat.

    Selain IHSG, indeks LQ45 yang mencerminkan kinerja 45 saham unggulan juga melonjak signifikan. LQ45 dibuka naik 44,78 poin atau 6,69 persen ke posisi 714,15, menandai kepercayaan tinggi investor terhadap saham-saham berkapitalisasi besar dan likuid.

    Pemicu Rebound: Penundaan Tarif Trump

    Kenaikan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penundaan implementasi tarif impor selama 90 hari terhadap berbagai negara. Meski tidak berlaku untuk China, kebijakan ini tetap dipandang sebagai langkah meredakan ketegangan dagang global.

    “IHSG hari ini berpotensi rebound mengikuti pergerakan bursa AS karena melemahnya tensi perang dagang setelah Presiden Trump menunda pengenaan tarif 90 hari, kecuali untuk China,” ujar Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman di Jakarta, Kamis 10 April 2025.

    Trump memang memberikan ruang jeda bagi beberapa negara dari beban tarif berat, namun tetap mengenakan bea masuk sebesar 10 persen secara luas terhadap hampir semua impor AS. Sementara untuk China, tarif justru dinaikkan menjadi 125 persen.

    Ini disebut sebagai respons atas kebijakan China yang menetapkan bea masuk 84 persen terhadap barang-barang dari AS mulai 10 April 2025.

    Bursa AS dan Asia Ikut Menguat

    Langkah AS ini memberi efek domino ke berbagai bursa global. Pada perdagangan Rabu 9 April 2025, Wall Street mengalami rebound tajam. Indeks S&P 500 naik 9,5 persen, Dow Jones melonjak 7,69 persen, Nasdaq terbang 12,16 persen, dan Russell 2000 menguat 8,66 persen.

    Sektor teknologi memimpin reli dengan kenaikan 14,15 persen, sementara sektor utilitas naik 3,91 persen. Saham Nvidia meroket 18,7 persen dan Apple melonjak 15,3 persen.

    Dampaknya juga terasa hingga Asia. Berikut adalah pergerakan indeks saham utama di kawasan:

    Nikkei (Jepang): Naik 2.630,18 poin atau 4,46% ke 34.344,21 Kuala Lumpur (Malaysia): Naik 62,41 poin atau 4,46% ke 1.463,00 Shanghai (Tiongkok): Naik 47,38 poin atau 1,49% ke 3.234,19 Strait Times (Singapura): Terkoreksi 203,86 poin atau turun 6,01% ke 3.597,55

    Lonjakan indeks ini biasanya turut memengaruhi penguatan nilai tukar rupiah, karena aliran modal asing cenderung masuk kembali ke pasar negara berkembang ketika sentimen global membaik. Investor kini akan mencermati arah kebijakan lanjutan dari Washington dan Beijing serta rilis data ekonomi berikutnya.

    Dengan tensi global yang sedikit mereda, pasar domestik mendapat momentum untuk bangkit. Namun demikian, pelaku pasar tetap perlu berhati-hati terhadap ketidakpastian yang mungkin muncul kembali apabila konflik dagang kembali memanas, khususnya jika jeda tarif AS bersifat sementara.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Oppo Find X8 Ultra bakal Jadi Pesaing Kuat Samsung Galaxy S25 Series, Mana yang Paling Powerful? – Page 3

    Oppo Find X8 Ultra bakal Jadi Pesaing Kuat Samsung Galaxy S25 Series, Mana yang Paling Powerful? – Page 3

    Untuk urusan fotografi, Find X8 Ultra juga tampil impresif dengan konfigurasi empat kamera belakang.

    Sistem kameranya terdiri dari kamera utama 50 MP menggunakan sensor Sony Lytia LYT-900, kamera ultra-wide 50 MP (Sony IMX882), kamera telefoto dengan zoom optik 3x 50 MP (Sony IMX906), serta kamera periskop telefoto 50 MP yang juga menggunakan sensor Sony IMX882.

    Dengan kombinasi sensor-sensor kamera canggih tersebut, Oppo menjanjikan hasil foto dan video yang tajam, jernih, dan detail dalam berbagai kondisi pencahayaan.

    Satu hal yang masih menjadi misteri dan sangat dinantikan adalah harga dari Find X8 Ultra. Hingga saat ini, belum ada informasi resmi maupun bocoran yang mengungkapkan berapa harga yang akan dipatok Oppo untuk flagship barunya ini.

    Namun banyak yang memprediksi kalau Oppo bisa menawarkan harga yang lebih kompetitif dibanding Galaxy S25, maka Find X8 Ultra berpeluang besar untuk meraih kesuksesan besar, tidak hanya di pasar Tiongkok tetapi juga di global.

    Dengan kombinasi spesifikasi gahar, desain premium, teknologi kamera mutakhir, serta efisiensi daya yang unggul, Oppo Find X8 Ultra berpotensi menjadi pesaing kuat di segmen flagship.