kab/kota: Tiongkok

  • Huru-hara Tarif Trump, DPR Desak Pemerintah Segera Tetapkan Dubes untuk AS

    Huru-hara Tarif Trump, DPR Desak Pemerintah Segera Tetapkan Dubes untuk AS

    PIKIRAN RAKYAT – Anggota Komisi I DPR RI Sarifah Ainun Jariyah menekankan pentingnya Indonesia segera menetapkan Duta Besar untuk Amerika Serikat (AS) guna mengantisipasi dinamika politik dan kebijakan perdagangan AS, termasuk tarif impor yang diambil Presiden Donald Trump.

    “Kehadiran Dubes sangat vital untuk memahami sekaligus mengantisipasi berbagai kebijakan AS, termasuk isu tarif impor yang berdampak pada ekspor Indonesia,” ujar Sarifah kepada wartawan, Jumat, 11 April 2025.

    Anggota Fraksi PDI Perjuangan tersebut mendorong penguatan kerja sama bilateral antara Indonesia dan AS untuk mencari solusi alternatif menghadapi kebijakan perdagangan Amerika.

    “Kerja sama bilateral harus terus diperkuat sebagai langkah strategis mencari jalan tengah,” tuturnya.

    Lebih lanjut, Sarifah juga menekankan pentingnya gotong royong seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat kemandirian ekonomi dalam negeri.

    “Kita perlu mengurangi ketergantungan dengan memperkuat fondasi ekonomi domestik, sekaligus mencari peluang pasar baru,” katanya.

    Langkah ini dinilai krusial mengingat AS merupakan mitra dagang strategis Indonesia, dengan nilai perdagangan bilateral mencapai miliaran dolar AS setiap tahunnya.

    “Kehadiran diplomat tetap di Washington DC diharapkan dapat lebih memuluskan komunikasi dan negosiasi antara kedua negara,” ujar legislator dapil Banten II ini.

    Pangkas Tarif Impor 10 Persen

    Donald Trump akhirnya melunak soal tarif impor barang perdagangan yang masuk ke Negeri Paman Sam, termasuk pengenaan tarif resiprokal (timbal balik) yang menyasar pada hampir seluruh negara di dunia.

    Demikian pula halnya bagi Indonesia, yang awalnya terkena tarif timbal balik sebesar 32 persen. Kini, barang-barang Indonesia yang masuk ke AS hanya dikenakan sebesar 10 persen.

    Mengutip The Guardian, Kamis, 10 April 2025, Trump mengumumkan penghentian sementara tarif selama 90 hari bagi sebagian besar negara kecuali Tiongkok, yang tarifnya justru dinaikkan menjadi 125 persen.

    Setelah berhari-hari bersikeras ia akan berpegang teguh pada strategi perdagangan agresifnya, Trump mengumumkan semua negara yang tidak membalas tarif AS akan menerima penangguhan hukuman, dan hanya menghadapi tarif AS menyeluruh sebesar 10 persen.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • IHSG Turun Lagi! Simak 6 Saham Pilihan Hari Ini yang Masih Menarik Dicermati

    IHSG Turun Lagi! Simak 6 Saham Pilihan Hari Ini yang Masih Menarik Dicermati

    Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka melemah pada perdagangan Jumat pagi, 11 April 2025. IHSG tercatat turun 58,45 poin atau 0,93 persen ke level 6.195,57.
     
    Sementara itu, indeks LQ45 yang berisi saham-saham unggulan juga ikut melemah, turun 10,94 poin atau 1,55 persen ke posisi 696,17.
     
    Berdasarkan data RTI, pada pukul 09.02 WIB IHSG terus terkoreksi lebih dalam, melemah hingga 1,07 persen atau 67,2 poin menjadi 6.186,81.
    Perdagangan lesu, mayoritas saham terkoreksi
    Hingga pukul 09.02 WIB, nilai transaksi pasar mencapai Rp714,1 miliar dengan volume perdagangan mencapai 711,98 miliar saham.

    Sebanyak 242 saham melemah, hanya 112 saham yang menguat, dan 178 saham lainnya stagnan.
     
    Tekanan jual masih dominan di pasar seiring meningkatnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
     

    Potensi IHSG hari ini
    Menurut Head of Retail Research BNI Sekuritas Fanny Suherman, IHSG masih berpotensi melemah mengikuti sentimen global.
     
    “IHSG hari ini berpotensi melemah kembali seiring dengan menguatnya tensi trade war US-Tiongkok,” ujar Fanny.
     
    Adapun level support IHSG berada di 6.150-6.200, sedangkan area resistance diperkirakan di 6.300-6.400.
    Rekomendasi saham hari ini
    Meskipun pasar sedang tertekan, masih ada beberapa saham yang bisa dilirik untuk trading jangka pendek. Berikut ide trading hari ini dari tim riset BNI Sekuritas:
     
    1. BRMS (Bumi Resources Minerals)
    Strategi: Buy on Weakness
    Area beli: 290–296
    Cutloss: di bawah 280
    Target harga: 308–314 (jangka pendek)
     
    2. MBMA (Merdeka Battery Materials)
    Strategi: Speculative Buy
    Area beli: 250–258
    Cutloss: di bawah 240
    Target harga: 268–274 (jangka pendek)
     
    3. MDKA (Merdeka Copper Gold)
    Strategi: Speculative Buy
    Area beli: 1.140–1.170
    Cutloss: di bawah 1.100
    Target harga: 1.270–1.320 (jangka pendek)
     
    4. WIFI (Solusi Sinergi Digital)
    Strategi: Buy if Break
    Level breakout: 1.990
    Target harga: 2.050–2.100
    Alternatif beli: 1.900–1.950 jika belum break
    Cutloss: di bawah 1.900
     
    5. INET (PT IndoInternet Tbk)
    Strategi: Speculative Buy
    Area beli: 100–104
    Cutloss: di bawah 95
    Target harga: 109–114 (jangka pendek)
     
    6. MAPI (PT Mitra Adiperkasa Tbk)
    Strategi: Speculative Buy
    Area beli: 1.240–1.260
    Cutloss: di bawah 1.210
    Target harga: 1.300–1.350 (jangka pendek)

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Mengapa China Tak Takut dengan Ancaman Tarif Trump? Ini Kata Analis

    Mengapa China Tak Takut dengan Ancaman Tarif Trump? Ini Kata Analis

    Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah analis maupun ahli menyatakan bahwa China bakal bertahan dari tekanan dan ancaman ekonomi yang disebabkan tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump.

    Direktur Pusat Penelitian RAND China Jude Blanchette mengatakan bahwa “intimidasi” Trump tidak akan membuat Beijing tertekan. Menurutnya, strategi yang telah disusun Presiden China Xi Jinping dalam mempersiapkan perang dagang AS vs China bakal berhasil. Dengan demikian, China tidak perlu bernegosiasi dengan AS terkait tarif Trump.

    “Beijing tidak mencari negosiasi [dengan Trump],” ujar Blanchette dilansir ABC News pada Jumat (11/4/2025).

    Dia menilai bahwa kedua pemimpin negara itu memiliki pandangan berbeda terkait gejolak ekonomi akibat tarif Trump. Ambil contoh, kata dia, Washington berpandangan bahwa pemberlakuan tarif Trump dapat membuat China tunduk.

    Sebab, menurut AS, China sangat bergantung terhadap ekspor. Di lain sisi, Xi Jinping justru memiliki pandangan bahwa tarif Trump bakal membuat negara-negara enggan berbisnis dengan AS

    “Di sisi lain, Beijing melihat AS semakin lemah secara ekonomi di bawah Trump dan menjauh dari sekutu-sekutunya,” tutur Blanchette.

    Selain Blanchette, Peneliti Politik sekaligus Analis Tiongkok di Asia Society Policy Institute Neil Thomas mengungkap persiapan untuk perang dagang dari Xi Jinping telah dilakukan selama bertahun-tahun.

    Salah satu strategi itu yakni dengan mengembangkan mitra dagang seluas-luasnya. Alhasil, Thomas, menyatakan bahwa wajar apabila Xi Jinping optimistis bakal membuat Trump “tunduk”.

    “Saat ini, Xi tampaknya menghitung bahwa Tiongkok dapat menahan kerusakan dan pada akhirnya Amerika Serikat yang akan mengalah terlebih dahulu,” ujar Thomas.

    Adapun, Thomas mengemukakan bahwa Xi Jinping bisa saja memberikan serangan balik dengan melarang lebih banyak perusahaan AS untuk berbisnis di China.

    Kemudian, China bisa membatasi lebih jauh ekspor bahan-bahan penting ke AS seperti mineral bumi yang langka sekaligus menutup rantai pasokan teknologi canggih.

    Selain itu, pemerintah China juga bisa membatasi film-film Hollywood di China. Meski ini bukan tindakan balasan yang “signifikan”, namun Thomas menilai bahwa tindakan ini sejalan dengan agenda politik Xi Jinping untuk mengurangi pengaruh asing pada masyarakatnya.

    “Tarif akan menyakitkan secara ekonomi, tetapi Xi juga melihat ini sebagai peluang untuk membawa China ke situasi yang lebih sehat dengan mengurangi ketergantungan pada AS,” pungkasnya.

    Lebih jauh, Penasihat Senior Bidang Bisnis dan Ekonomi China Scott Kenney berpendapat bahwa apabila China sudah melakukan serangan balik maka kebijakan tarif Trump itu hanya akan berlangsung sampai 90 hari.

    “Saya pikir China akan membaca ini sebagai kelemahan Presiden Trump dan mereka akan menunggu,” ujar Kenney.

    Seperti diketahui, perang dagang semakin memanas setelah Amerika Serikat mengenakan Tarif Trump 125% kepada China, naik dari sebelumnya yang sebesar 104%. Namun, Trump justru menunda pengenaan tarif bagi negara-negara lain selama 90 hari.

    Dilansir dari Bloomberg, Presiden Amerika Serikat (AS) mengumumkan keputusannya itu melalui media sosial Truth Social pada Rabu (9/4/2025) pukul 13.18 waktu AS. Perubahan sikap itu terjadi sekitar 13 jam setelah bea masuk tinggi terhadap 56 negara dan Uni Eropa mulai berlaku.

    Trump menghadapi tekanan besar dari para pemimpin bisnis dan investor untuk mengubah arah kebijakannya. Pasalnya, tarif Trump dinilai berisiko memicu gejolak pasar dan ketakutan akan resesi ekonomi.

    “Saya pikir orang-orang sedikit keluar jalur … Mereka menjadi sedikit cerewet, sedikit takut,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih ketika ditanya mengapa dia menunda pengenaan tarif, Rabu (9/4/2025) waktu AS.

  • Ketua DK OJK: Stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga

    Ketua DK OJK: Stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga

    Jakarta (ANTARA) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulan Maret 2025 menilai bahwa stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga di tengah tantangan perekonomian global.

    “Perekonomian global cenderung divergent seiring rilis data perekonomian Amerika Serikat (AS) yang berada di bawah ekspektasi, sementara di Eropa dan Tiongkok justru di atas ekspektasi sebelumnya,” kata Ketua Dewan Komisioner (DK) OJK Mahendra Siregar dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RKDB) Maret 2025 di Jakarta, Jumat.

    Ia menjelaskan bahwa volatilitas pasar tetap tinggi seiring ketidakpastian kebijakan ekonomi serta risiko geopolitik yang semakin cenderung meningkat.

    Proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun 2025 ini untuk global direvisi ke bawah oleh OECD dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global diproyeksikan 3,1 persen dan 3 persen pada tahun 2026, utamanya akibat peningkatan hambatan perdagangan dan ketidakpastian kebijakan.

    “OECD juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9 persen di tahun ini. Namun penurunan itu masih sejalan dengan perbandingan peer countries ataupun negara-negara berkembang di kawasan dan di luar kawasan,” kata Mahendra.

    Untuk PDB AS pada triwulan IV 2024 tercatat tumbuh sebesar 2,4 persen. Namun pada triwulan I tahun 2025 ini diprediksi oleh Bank Sentral Amerika atau The Fed bahwa PDB AS akan terkontraksi.

    Data aktivitas ekonomi di AS cenderung melambat dengan tingkat pengangguran naik ke 4,2 persen. The Fed tetap mempertahankan tingkat suku bunganya dan akan memangkas Fed Funds Rate (FFR) hanya 1 hingga 2 kali di tahun 2025.

    Untuk prakiraan Tiongkok, pemerintah meluncurkan stimulus mendorong konsumsi dengan sisi demand yang menunjukkan indikasi perbaikan permintaan antara lain peningkatan pada penjualan retail dan penjualan kendaraan bermotor.

    Untuk Indonesia di domestik, pada Maret 2025 kembali terjadi inflasi indeks harga konsumen (IHK) yang terjaga baik sebesar 1,03 persen year on year (yoy).

    Inflasi inti pada Februari cukup terkendali yaitu 2,48 persen yang menunjukkan permintaan domestik cukup baik, namun perlu dicermati beberapa indikator permintaan yang termoderasi.

    Kinerja perekonomian nasional masih solid sejalan juga dengan hasil peninjauan berkala dari lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service yang menegaskan bahwa peringkat kredit Indonesia di level BAA2 dengan outlook stabil. Selain itu, Fitch juga mempertahankan rating Indonesia di level BBB dengan outlook stabil.

    “Hal itu merepresentasikan keyakinan global terhadap fundamental ekonomi Indonesia dan kebijakan yang diambil mampu menjaga ketahanan sektor keuangan di tengah kondisi ketidakpastian global,” kata Mahendra.

    Saat ini, ujar Mahendra, rating Indonesia dan posisi indikator kerentanan eksternal yang biasa digunakan menilai daya tahan perekonomian dan pasar keuangan suatu negara menunjukkan kondisi yang relatif baik dibandingkan peer countries.

    Hal itu tercermin baik dari sisi defisit fiskal Indonesia yang adalah 2,29 persen, kalau dibandingkan dengan India 7,8 persen, Turki 5,2 persen. Lalu rasio utang luar negeri terhadap PDB untuk Indonesia 30,42 persen, India 19,3, persen, Turki 43,9 persen.

    Adapun transaksi neraca berjalan terhadap PDB, untuk Indonesia rasionya surplus 0,63 persen, untuk India defisit atau negatif 1,1 persen, dan Turki negatif 2,2 persen.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2025

  • Indonesia Bisa Manfaatkan Peluang Tarif Resiprokal AS Lewat Pengalihan Impor – Halaman all

    Indonesia Bisa Manfaatkan Peluang Tarif Resiprokal AS Lewat Pengalihan Impor – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pasar saham Indonesia memiliki ketahanan yang relatif lebih baik dibanding banyak negara lain, terutama di tengah tekanan pasar global akibat tarif balasan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok,

    Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, IHSG sempat turun hingga 9 persen di sesi pembukaan dan ditutup melemah 7,9 persen ke level 5.996,14. Namun, posisi Indonesia tetap lebih baik dibandingkan banyak negara lain.

    “Kalau kita lihat banyak negara yang indeks harga sahamnya pada tanggal 8 April dibanding 2 April banyak yang koreksinya sangat dalam hingga 14 persen,” ujar Sri Mulyani Indrawati dikutip, Kamis (10/4/2025).

    Verdhana Sekuritas dalam analisisnya menyatakan, Indonesia bisa memanfaatkan tarif resiprokal yang diberlakukan Pemerintah Amerika Serikat sebagai peluang strategis dengan mengalihkan impor ke produk-produk dari AS seperti produk pertanian, energi, teknologi.

    Selain itu insentif fiskal juga akan dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan impor AS dan mempertahankan daya saing ekspor. Adapun kuota, lisensi, dan hambatan impor lainnya akan dihapuskan untuk meningkatkan kemudahan berbisnis.

    “Ini adalah sebuah perkembangan besar yang disambut baik oleh komunitas bisnis. Persyaratan TKDN juga akan beralih dari mandat yang kaku ke kerangka kerja berbasis insentif untuk meningkatkan daya saing,” tulis Verdhana dalam laporan terbarunya, Kamis (10/4/2025).

    Berdasarkan analisis Verdhana, untuk mengurangi surplus perdagangan dengan AS, Indonesia hanya perlu mengalihkan sejumlah kecil impor ke AS, yang berpotensi menurunkan tarif.

    “Sebaliknya, negara-negara seperti Vietnam perlu meningkatkan impor mereka ke AS sebanyak 11 kali (sekitar 30 persen dari PDB).

    Hal ini memberikan peluang bagi perusahaan untuk berinvestasi di Indonesia dengan tarif yang berpotensi lebih rendah ke pasar AS,: jelas Verdhana.

    Selain itu pemerintah juga akan memberikan perlindungan sektor padat karya dalam negeri, misalnya tekstil, garmen, dan alas kaki, baik terhadap tarif maupun impor ilegal. Akan ada pembentukan gugus tugas khusus untuk mengurangi risiko PHK.

    Kebutuhan untuk mengeksplorasi pasar baru, seperti Uni Eropa dan kawasan lain, juga merupakan bagian dari rencana pemerintah. Terakhir, reformasi bea cukai, administrasi pajak, dan penegakan hukum akan diprioritaskan untuk mengatasi impor ilegal dan praktik dumping.

    “Pertemuan hari ini semakin mendukung pandangan kami bahwa aksi jual di pasar terlalu berlebihan,” sambungnya.

  • Akhir dari Era Perdagangan Bebas?

    Akhir dari Era Perdagangan Bebas?

    Bisnis.com, JAKARTA – Perdagangan global yang dibangun di atas sistem berbasis aturan (rules-based system) yang dipelopori antara lain oleh Amerika Serikat sejak tahun 1947 (GATT-General Agreement on Tariffs and Trade) dan dilanjutkan dengan pembentukan organisasi perdagangan dunia WTO (World Trade Organization) tahun 1995 nampak bermasa depan suram.

    Pada tanggal 2 April 2025, dalam sebuah acara dramatis di Gedung Putih, Presiden Donald Trump mengumumkan tarif bea masuk baru untuk beberapa negara mitra dagang sebagai bagian dari upayanya untuk meningkatkan ekonomi Amerika dan melindungi industri dalam negeri. Sekaligus Trump juga mengumumkan tarif timbal balik untuk sejumlah 92 negara yang memiliki defisit perdagangan terbesar dengan AS, termasuk Indonesia.

    Tarif timbal balik ini akan diterapkan mulai tanggal 9 April 2025. Kebijakan ini seharusnya bukan suatu kejutan karena sejak menjabat di periode pertama, Presiden Trump telah menerapkan kebijakan tarifikasi sebagai bagian dari kebijakan “America First” untuk membuat Amerika hebat kembali. Namun, tetap saja skala dan cakupan tarif tersebut mengkonfirmasi bahwa dalam satu gebrakan hari pembebasan (“Liberation Day”), Washington telah membatasi laju arus perdagangan internasional secara signifikan.

    Apa Dasar Penetapan Tarif Timbal Balik AS?

    Trump nampaknya melakukan penilaian kebijakan perdagangan negara mitra–baik tarif, non-tarif, dan manipulasi mata uang yang dianggap menghambat ekspor AS–untuk menetapkan tarif timbal balik tersebut. Satu sumber mengungkapkan bahwa Washington mendasarkan diri kepada ‘bad math’ (matematika yang buruk) karena menggunakan rasio perbandingan antara defisit perdagangan AS dengan Tiongkok, sebagai contoh, dengan nilai ekspor negara dimaksud ke AS. Trump juga disebutkan telah bermurah hati memberikan diskon sebesar 50% kepada Tiongkok.

    Konkritnya, pada tahun 2024 defisit perdagangan AS dengan Tiongkok mencapai USD 295,4 miliar. Impor AS dari Tiongkok sendiri tercatat sebesar USD 438,9 miliar. Dari rasio dimaksud didapatkan angka 67%, yang kemudian didiskon 50% sehingga diperoleh tarif timbal balik sebesar 34%. Tarif ini merupakan tarif tambahan di atas tarif 20% yang sudah diberlakukan sebelumnya atas Tiongkok sehingga total tarif impor mencapai 54%. (https://www.foreignaffairs.com/united-states/age-tariffs-trump-global-economy).

    Lalu bagaimana dengan tarif 34% yang dikenakan terhadap Indonesia yang memiliki suplus sebesar USD 16,8 milyar pada tahun 2024 dengan AS? Dasar pengenaan ini perlu dimintakan klarifikasi ke pihak AS. Bagaimana pula nasib sejumlah 111 negara di mana AS mencatatkan posisi surplus pada neraca perdagangan bilateralnya? Negara-negara tersebut, di antaranya Australia dan Inggris, tetap dikenakan tarif dasar sebesar 10 persen. Bagaimana pula halnya dengan perdagangan jasa–seperti pariwisata, pendidikan, asuransi dan keuangan, jasa komputer dan informasi dan jasa bisnis–di mana AS mengalami surplus dengan sebagian besar mitra dagangnya? Washington dengan mudahnya menafikan faktor perdagangan jasa ini.

    Langkah Strategis Indonesia

    Respons cepat Presiden Prabowo untuk mengirim delegasi tingkat tinggi ke Washington guna melakukan negosiasi patut diapresiasi. Meski neraca perdagangan bilateral Indonesia-AS tidak dapat diseimbangkan dalam waktu semalam, tetapi dalam engagement dimaksud kedua negara dapat menyepakati langkah awal untuk mencari solusi saling menguntungkan.

    Untuk keperluan tersebut Indonesia (pemerintah dan pelaku usaha) perlu mempersiapkan posisi trade-off yang spesifik dan terukur dengan memperhatikan kepentingan nasional dan skala prioritas pembangunan ekonomi di dalam negeri. Posisi trade-off dimaksud tentunya mempertimbangkan elemen penting surplus neraca perdagangan yang dinikmati Indonesia dan kebijakan Indonesia yang ditengarai oleh pihak AS sebagai hambatan non-tarif dalam dokumen National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers tahun 2025.

    Meskipun demikian perlu diantisipasi juga pelajaran dari kebijakan Trump periode pertama yaitu kesepakatan perjanjian sektoral pengecualian tarif impor besi baja dan alumunium sebesar 25% dan 10% antara AS dengan antara lain Australia, Brazil, Canada, Mexico, Korea Selatan, Uni Eropa, Jepang, dan Inggris. Perjanjian-perjanjian dimaksud dibatalkan secara sepihak oleh Trump pada tanggal 12 Maret 2025 lalu karena terbukti pengecualian itu menyebabkan impor dari negara-negara dimaksud meningkat dari 74% pada tahun 2018 menjadi 82% pada tahun 2024.

    Langkah strategis berikutnya adalah Indonesia perlu segera mengoptimalisasikan kerjasama kemitraan dagang dengan negara-negara partner FTA baik bilateral (Australia, Jepang, Korea, Chile, Uni Emirat Arab) maupun regional (ASEAN, ASEAN-China, ASEAN-Korea FTA, ASEAN-India, ASEAN-Australia-New Zealand, RCEP) untuk secara kolektif mengurangi dampak negatip tarif AS. Namun, perlu diwaspadai juga fenomena over capacity negara tertentu dan permintaan domestik maupun impor dunia yang lemah sehingga Indonesia tidak menjadi tempat pembuangan bagi ekspor negara lain, atau sebagai negara ‘fasilitas produksi sementara’ guna menghindari tarif AS (circumvention) apabila Indonesia nantinya mendapatkan pengecualian.

    Akhirnya, sangat disayangkan bahwa Amerika Serikat telah mencederai kepemimpinannya selama ini dalam perdagangan bebas dan sebaliknya memimpin kebangkitan proteksionisme yang justru akan lebih membebani konsumen dan bisnis Amerika sendiri karena tarif tinggi akan meningkatkan harga barang impor dan mendorong inflasi. Hari-hari ini, karena tekanan publik di dalam negeri dan lobby negara mitra dagang, kita akan menyaksikan Gedung Putih menyepakati perjanjian-perjanjian bilateral yang bersifat transaksional.

    Karena perlakuan tersebut tidak bersifat MFN (Most-Favored Nation) sesuai dengan prinsip dasar WTO maka seluruh aturan dan ketentuan perdagangan internasional berbasis WTO akan terancam. Sementara itu, apabila negara mitra menempuh jalur gugatan melalui WTO (seperti Tiongkok dan Kanada) dan Panel memutuskan bahwa AS bersalah, putusan Panel itu tetap sulit memiliki kekuatan hukum yang tetap karena AS tidak akan menerima hasil Panel begitu saja, sementara badan banding WTO diblokir oleh AS. Trump juga dengan mudah dapat memutuskan untuk meninggalkan WTO—sama seperti AS meninggalkan WHO dan Perjanjian Paris.

    Apapun keputusan yang akan diambil Pemerintah Trump, era perdagangan bebas yang ditandai dengan upaya mengurangi hambatan perdagangan dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi nampaknya sulit untuk dikembalikan ke jalur semula.

  • Tiongkok Kembangkan Tangki Penyimpanan Besi Tahan Karat untuk Dongkrak Produksi Roket – Page 3

    Tiongkok Kembangkan Tangki Penyimpanan Besi Tahan Karat untuk Dongkrak Produksi Roket – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Teknologi yang berasal dari Tiongkok kian berkembang dan kian dilirik oleh banyak pihak di belahan dunia. Tiongkok juga banyak membangun banyak hal “yang pertama” di dunia.

    Laporan terbaru dari Tiongkok mengungkapkan, negara ini telah berhasil mengembangkan tangki penyimpanan roket baja tahan karat berdiameter besar pertama dengan lebar 5 meter.

    Mengutip Gizchina, Jumat (11/4/2025), proyek ini merupakan bagian dari penelitian China Aerospace Science and Tech Group Ltd. Proyek ini menandai adanya peningkatan besar dalam kemampuan aerospace Tiongkok.

    Adapun hal ini jadi prestasi yang akan membantu Tiongkok menyelesaikan tugas-tugas teknik penting di masa mendatang.

    Sekadar informasi, tangka penyimpanan roket merupakan salah satu elemen penting dalam pembuatan roket.

    Institut Penelitian Teknologi Kendaraan Peluncuran Tiongkok mengungkapkan, tangki-tangki ini membentuk lebih dari setengah struktur roket baik dari massa maupun volume.

    Saat ini, ada banyak misi roket yang direncanakan dan tiap misi memiliki kebutuhan spesifiknya sendiri. Ukuran muatan dan spesifikasi roket tidak sama untuk tiap misi.

    Perubahan ini berarti, tiap roket Tiongkok akan dikembangkan untuk misinya sendiri dan ini memakan waktu lebih dari enam bulan dan setidaknya tiga putaran pengujian yang ketat.

    Benda asing jatuh dari angkasa di wilayah Kalimantan Barat. Benda tersebut diduga puing-puing roket milik China.

  • SDM Indonesia operasikan penuh seluruh perjalanan Whoosh

    SDM Indonesia operasikan penuh seluruh perjalanan Whoosh

    ANTARA – PT. KCIC resmi mengoperasikan seluruh perjalanan Whoosh yang dilakukan oleh SDM Indonesia, mulai Kamis (10/4). Hal ini ditandai dengan serah terima pekerjaan Masinis dan Teknisi Kereta dari pihak Tiongkok kepada KCIC. Seluruh petugas operasional Whoosh telah mengikuti pelatihan sejak Februari 2023 dan mendapatkan teori, praktik, on job training, sertifikasi kementerian, dan asesmen oleh tenaga profesional asal Tiongkok. Indonesia diharapkan mampu mengoperasikan moda transportasi modern dengan teknologi terbaru serta standar keselamatan yang tinggi.
    (Azhfar Muhammad Robbani/Sandy Arizona/I Gusti Agung Ayu N)

  • India Beli 26 Jet Tempur Rafale-Marine dari Prancis: Hadapi Ancaman China di Samudra Hindia – Halaman all

    India Beli 26 Jet Tempur Rafale-Marine dari Prancis: Hadapi Ancaman China di Samudra Hindia – Halaman all

    India Beli 26 Jet Tempur Rafale-Marine dari Prancis: Upaya Saingi China di Samudra Hindia
     
    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah India dilaporkan telah menyetujui pembelian 26 jet tempur Rafale-Marine dari Prancis untuk digunakan oleh Angkatan Lautnya.

    Pembelian jet-jet ini disebutkan sebagai langkah India memperkuat kemampuan pertahanan maritimnya guna menghadapi meningkatnya ancaman di Samudra Hindia, terutama dari Tiongkok.

    “Perjanjian pembelian senilai US$7,6 miliar (RM33,4 miliar), termasuk sistem persenjataan dan pasokan suku cadang, diharapkan akan ditandatangani dalam beberapa minggu mendatang, setelah persetujuan diberikan oleh Komite Keamanan Kabinet India, yang diketuai oleh Perdana Menteri Narendra Modi,” tulis laporan DSA, Kamis (10/4/2025).

    Perjanjian ini diharapkan akan ditandatangani ketika Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu mengunjungi India dalam waktu dekat,
      
    Dari 26 unit, sebanyak 22 jet tempur Rafale-Marine satu kursi (varian Angkatan Laut) akan bertugas di kapal induk India, INS Vikrant dan INS Vikramaditya.

    Adapun empat jet tempur Rafale-B dua kursi lainnya ditujukan untuk tujuan pelatihan.

    Rafale B tidak dirancang untuk operasi berbasis kapal induk dan diharapkan digunakan untuk pelatihan berbasis darat.

    “Periode pengiriman semua jet tempur itu adalah antara 37 hingga 65 bulan setelah perjanjian pembelian ditandatangani oleh kedua belah pihak,” kata laporan tersebut.

    KAPAL INDUK INDIA – Kapal induk INS Vikrant milik militer India. Negara tersebut dilaporkan membeli jet-jet tempur Rafael untuk beroperasi dengan kapal induknya guna menyaingi dominasi China di Samudera Hindia.

    Modernisasi 36 Jet Rafale Lain

    Angkatan Laut India saat ini mengoperasikan dua kapal induk — INS Vikramaditya, yang dibeli dari Rusia, dan INS Vikrant, yang dibangun di dalam negeri dan ditugaskan pada September 2022.
     
    Juga termasuk dalam perjanjian yang akan ditandatangani antara pemerintah India, Prancis dan produsen pesawat tempur Dassault Aviation adalah program untuk memodernisasi dan meningkatkan kemampuan 36 pesawat tempur Rafale yang sudah beroperasi di Angkatan Udara India.

    India memperoleh 36 jet tempur Rafale untuk angkatan udaranya setelah menandatangani kontrak pada tahun 2016.

    Angkatan Laut India akan memperoleh pesawat tempur Rafale Marine untuk menggantikan pesawat tempur MiG-29K dan MiG-29KUB yang saat ini dioperasikan oleh skuadron INAS 300 “White Tigers” dan INAS 303 “Black Panthers”.

    India memiliki sekitar 45 unit pesawat tempur MiG-29K yang dioperasikan oleh Angkatan Laut India.

    MiG-29K terutama digunakan untuk operasi dari kapal induk INS Vikramaditya dan INS Vikrant , meskipun telah ada laporan tentang masalah keandalan dan pemeliharaan dalam beberapa tahun terakhir — di antara faktor-faktor yang mendorong India untuk memperoleh Rafale M sebagai pesawat tambahan untuk armada kapal induknya.

    BUATAN PRANCIS – Jet tempur pabrikan Dassault Rafale M dari Prancis. India menjadi satu di antara negara yang mengandalkan jet tempur ini untuk menjaga keamanan negaranya.

    Kebijakan Make in India

    Sementara itu,  Dassault Aviation  dilaporkan sedang mengevaluasi kemungkinan membangun fasilitas perakitan akhir di India untuk mendukung pesanan potensial di masa mendatang dan sejalan dengan inisiatif “Make in India” negara tersebut.

    Kebijakan “Make in India” menetapkan bahwa 60 persen senjata yang dibeli harus diproduksi di India.

    India sebelumnya memperoleh 36 jet tempur Rafale untuk  Angkatan Udara India  melalui kontrak yang ditandatangani pada tahun 2016, dengan pengiriman penuh akan selesai pada tahun 2022.

    Pesanan tambahan untuk Angkatan Udara India saat ini sedang dipertimbangkan sebagai bagian dari upaya modernisasi militer negara yang sedang berlangsung.

    Dengan memperhitungkan pesanan baru dari  India , total pesanan tertunda Dassault Aviation untuk jet tempur Rafale kini mencapai 256 pesawat, termasuk 190 untuk pelanggan internasional dan 56 untuk Angkatan Udara Prancis.

    Pada tingkat produksi saat ini, yang direncanakan akan ditingkatkan menjadi tiga pesawat per bulan, perusahaan diperkirakan membutuhkan waktu sekitar tujuh tahun untuk memenuhi seluruh pesanan yang ada.

    Mirip dengan Angkatan Udara India (IAF), Angkatan Laut India juga telah memutuskan untuk meningkatkan pesawat tempur ini dengan beberapa perbaikan tambahan untuk meningkatkan kemampuan dan kesesuaiannya di lingkungan operasional angkatan laut negara tersebut.

    Peningkatan tersebut meliputi Helmet Mounted Display baru yang dipasang pada helm serta perubahan perangkat lunak dalam mode udara-ke-laut untuk memungkinkan Rafale-M mendarat di kapal induk India.

    Selain itu, peningkatan kemampuan interferensi dan kompatibilitas elektromagnetik (EMI dan EMC) juga akan dilakukan, meliputi Interferensi Elektromagnetik (EMI) dan Kompatibilitas Elektromagnetik (EMC), altimeter radio yang lebih baik, serta umpan frekuensi tinggi baru.

    BUATAN PRANCIS – Jet tempur pabrikan Dassault Rafale M dari Prancis. India menjadi satu di antara negara yang mengandalkan jet tempur ini untuk menjaga keamanan negaranya.

    Spesifikasi Jet Dassault Rafale M

    Berikut ini adalah spesifikasi teknis utama untuk Dassault Rafale M (Rafale-M) , varian khusus pesawat tempur Rafale yang dirancang untuk beroperasi di kapal induk :
     
    Spesifikasi Teknis Rafale M (Rafale Marine)

    Produsen: Dassault Aviation, Prancis

    Tipe: Jet tempur multiperan – versi marinir
     
    Dimensi & Desain

    Panjang: 15,3 meter

    Lebar sayap: 10,9 meter

    Tinggi: 5,3 meter

    Berat kosong: 10.600 kg

    Berat lepas landas maksimum (MTOW): 24.500 kg

    Performa

    Mesin: 2 x turbofan Snecma M88-2

    Kecepatan maksimum: Mach 1.8 (sekitar 2.222 km/jam)

    Jarak operasi (radius tempur): ~1.850 km

    Jangkauan maksimum (jangkauan feri dengan tangki tambahan): ~3.700 km

    Ketinggian operasi maksimum: 50.000 kaki (15.240 meter)

    Kecepatan pendakian: ~60.000 kaki/menit

    Kemampuan Operasional Kelautan

    Desain khusus untuk operasi di dek kapal induk (peluncuran ketapel dan pemulihan kait penahan)

    Struktur yang diperkuat untuk ketahanan terhadap korosi laut dan benturan pendaratan yang keras

    Roda pendaratan depan diperkuat untuk peluncuran ketapel

    Mampu beroperasi dalam kondisi cuaca laut yang ekstrim
     
    Avionik & Sistem Misi

    Radar utama: Thales RBE2 AESA (Active Electronically Scanned Array)

    Sistem peperangan elektronik: SPECTRA (Système de Protection et d’Évitement des

    Conduites de Tir du Rafale) – sistem peperangan elektronik yang sangat canggih

    Tampilan yang dipasang pada helm (HMD): Didukung

    Sistem komunikasi & tautan data : Untuk operasi jaringan dengan platform lain termasuk AEW, kapal, dan drone
     
    Persenjataan
     
    Stasiun gantung: 14 (termasuk 2 di ujung sayap)

    Senjata Udara-ke-Udara:

    MBDA MICA (IR dan RF)

    Meteor (Di Luar Jangkauan Visual – BVR)

    Senjata Udara-ke-Darat:

    SCALP-EG (rudal jelajah)

    Palu AASM (amunisi pintar berpemandu GPS/laser)

    Senjata Udara-ke-Laut:

    AM39 Exocet (antikapal)

    Kemungkinan integrasi dengan senjata lain seperti torpedo ringan atau rudal antikapal baru

    Lainnya:

    Meriam internal GIAT 30mm

    Tangki bahan bakar eksternal (tangki jatuh)

     
    Fitur Spesial untuk Ocean Domination

    Mampu melaksanakan superioritas air , serangan maritim , pengawasan , pengawalan , dan penindasan pertahanan udara musuh (SEAD)

    Mampu melakukan operasi malam dan segala cuaca
     
    Catatan Tambahan

    Rafale M telah diuji dan terbukti mampu mendarat dan lepas landas dari kapal induk India INS Vikrant , menjadikannya kandidat utama untuk armada kapal induk India.

    Ia juga digunakan secara aktif oleh Angkatan Laut Prancis (Marine Nationale) dari kapal induk Charles de Gaulle.

     

     

    (oln/dsa/*)

  • Intervensi BI bikin kurs rupiah kembali stabil

    Intervensi BI bikin kurs rupiah kembali stabil

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Analis: Intervensi BI bikin kurs rupiah kembali stabil
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 09 April 2025 – 17:46 WIB

    Elshinta.com – Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menganggap, intervensi Bank Indonesia (BI) terhadap nilai tukar (kurs) rupiah di pasar domestik membuat mata uang Indonesia stabil kembali.

    “Guna menenangkan pasar Bank Indonesia terus melakukan triple intervensi di perdagangan DNDF (Domestic Non Deliverable Forward) yaitu pasar valas, obligasi, dan repo, sehingga pelemahan rupiah bisa diantisipasi secara kontinyu (dan) rupiah kembali stabil, walaupun pasar global sedang tidak baik-baik saja,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.

    Triple intervention atau tiga intervensi tersebut antara lain intervensi di pasar valuta asing (valas) pada transaksi spot dan DNDF, serta Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

    Optimalisasi instrumen triple intervention dalam rangka memastikan kecukupan likuiditas valas untuk kebutuhan perbankan dan dunia usaha serta menjaga keyakinan pelaku pasar.

    Selain itu, sentimen lain terhadap kurs rupiah berasal dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatatkan perekonomian Indonesia mengalami inflasi 1,03 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada Maret 2025.

    Secara year-on-year (yoy), pada Maret 2025 terjadi inflasi sebesar 1,03 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,13 pada Maret 2024 menjadi 107,22 pada Maret 2025.

    Di sisi lain, kurs rupiah dipengaruhi pula sentimen dari pemberlakuan tarif impor tambahan sebesar 50 persen dari Amerika Serikat (AS) terhadap barang-barang dari China.

    Secara total, tarif pemerintah Amerika terhadap barang impor dari China mencapai 104 persen yang terdiri dari bea tambahan impor sebesar 20 persen, tarif resiprokal 34 persen, dan tarif tambahan pada hari ini sebesar 50 persen.

    “Tiongkok sejauh ini tidak menunjukkan niat untuk mundur, dengan Kementerian Perdagangan berjanji untuk berjuang sampai akhir dengan AS atas peningkatan tarifnya. Pasar juga berspekulasi bahwa Tiongkok membuang kepemilikan yang besar atas obligasi pemerintah AS, yang menyebabkan lonjakan besar dalam imbal hasil,” ungkap Ibrahim.

    Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini di Jakarta menguat sebesar 18 poin atau 0,11 persen menjadi Rp16.873 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.891 per dolar AS.

    Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini justru melemah ke level Rp16.943 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.849 per dolar AS.

    Sumber : Antara