kab/kota: Tiongkok

  • DK PBB Setujui Rencana Trump soal Pengerahan Pasukan Stabilisasi di Gaza

    DK PBB Setujui Rencana Trump soal Pengerahan Pasukan Stabilisasi di Gaza

    Jakarta

    Dewan Keamanan PBB menyetujui resolusi Amerika Serikat (AS) yang memperkuat rencana Presiden AS Donald Trump terkait pengerahan pasukan internasional di jalur Gaza. Namun, masih ada beberapa negara yang menolak rencana tersebut.

    Dilansir AFP, Selasa (18/11/2025), terdapat 13 suara yang mendukung teks tersebut, yang digembar-gemborkan AS setelah pemungutan suara sebagai “bersejarah dan konstruktif,” sementara Rusia dan Tiongkok abstain dan tidak ada veto.

    Sementara itu, dilansir Middle East Eye, resolusi tersebut, yang kini dijuluki DK PBB 2803, menyatakan bahwa “kondisi saat ini memungkinkan menentukan jalur yang kredibel menuju penentuan nasib sendiri dan kenegaraan Palestina” jika Otoritas Palestina (PA) menjalani reformasi, dan pembangunan kembali Gaza “telah maju”.

    Washington awalnya tidak memasukkan referensi tentang penentuan nasib sendiri Palestina, tetapi membuat perubahan tersebut untuk menenangkan negara-negara Muslim dan Arab, yang diharapkan akan menyediakan pasukan untuk “Pasukan Stabilisasi Internasional” di wilayah kantong tersebut.

    Secara resmi, baik Israel maupun AS telah mempertahankan kebijakan di atas kertas sejak awal 1990-an yang mengupayakan solusi dua negara bagi Israel dan Palestina. Namun, koalisi sayap kanan Netanyahu, serta pemerintahan sayap kanan Trump, secara efektif telah sepenuhnya menepis gagasan tersebut.

    AS juga telah mendirikan pusat koordinasi militer di Israel untuk mengawasi gencatan senjata, meskipun, kata Hamas, Israel telah melanggar gencatan senjata tersebut lebih dari 250 kali.

    Lihat juga Video ‘Pasokan yang Masih Diblokir Masuk Gaza: Jarum Suntik-Alat Sekolah’:

    (zap/yld)

  • Investasi Manufaktur Indonesia Makin Dilirik

    Investasi Manufaktur Indonesia Makin Dilirik

    Liputan6.com, Jakarta – Seminar bertajuk Enhancing Logistic Efficiency for Manufacturing in Indonesia digelar di kantor Drew & Napier, Singapura. Acara ini merupakan upaya promosi kolaboratif Investasi di sektor manufaktur hasil kerja sama antara Subang Smartpolitan, Drew & Napier, Makarim & Taira S., dan UOB Indonesia, serta didukung oleh PT Patimban Global Gateway Terminal (PGT) dan Indonesia Investment Promotion Centre (IIPC) Singapura.

    Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Indonesia memaparkan bahwa Indonesia masih menjadi salah satu tujuan favorit investor global, terutama dari Asia. Singapura, Hong Kong, dan Tiongkok konsisten masuk jajaran lima besar negara dengan Penanaman Modal Asing (PMA) terbesar di Indonesia. Secara khusus, Singapura mencatat kontribusi rata-rata 31 persen dalam tiga tahun terakhir dengan CAGR mencapai 22,9 persen.

    Direktur Promosi ASEAN dan Australia BKPM menegaskan bahwa di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi 7–8 persen pada 2028.  “Memudahkan investor dan downstream industri adalah cara yang paling efektif untuk mencapainya,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (17/11/2025).

    Ia menekankan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan kawasan industri menjadi kunci mempercepat ekspansi bisnis di Indonesia.

    Setelah sesi pembuka, paparan dilanjutkan oleh Direktur IIPC Singapura, Andria Buchara, yang menyoroti pentingnya kebijakan pemerintah dalam memperkuat daya saing logistik nasional.  “Pengembangan koridor industri-logistik, peningkatan kapasitas pelabuhan, serta digitalisasi layanan perizinan menjadi prioritas,” ujarnya.

    Langkah tersebut dinilai mampu menurunkan biaya logistik dan mempercepat arus barang bagi pelaku industri.

     

  • Bocoran Spesifikasi Oppo Reno 15c dan Reno 15 Pro, Apa Saja Peningkatannya?

    Bocoran Spesifikasi Oppo Reno 15c dan Reno 15 Pro, Apa Saja Peningkatannya?

    Liputan6.com, Jakarta – Seri Oppo Reno 15 sepertinya akan hadir dengan tiga varian berbeda. Namun sejauh ini, perusahaan baru mengonfirmasi dua model: Reno 15 dan Reno 15 Pro, yang dijadwalkan meluncur pada 17 November di Tiongkok.

    Muncul informasi terbaru yang mengungkap keberadaan model ketiga, Oppo Reno 15c, bersamaan dengan bocoran spesifikasi lengkap dari Reno 15 Pro.

    Informasi Awal Oppo Reno 15c

    Informasi tentang Oppo Reno 15c pertama kali diungkap oleh sejumlah pembocor teknologi asal Tiongkok, Digital Chat Station dan Experience. Namun, keduanya belum ada rincian spesifikasi dari perangkat tersebut. Banyak pihak menduga, Reno 15c akan diperkenalkan secara terpisah setelah versi standar dan Pro dirilis resmi.

    Dikutip dari Gizmochina, Senin (17/11/2025), seri Reno 15 kabarnya akan menawarkan tiga pilihan ukuran layar yakni 6,32 inci, 6,59 inci, dan 6,78 inci. Berdasarkan daftar perangkat di China Telecom, model 6,32 inci dan 6,78 inci masing-masing tercatat sebagai Reno 15 dan Reno 15 Pro.

    Sementara itu, perangkat berlayar 6,59 inci yang belum memiliki nama resmi kemungkinan besar adalah Reno 15c. Namun, belum ada keterangan resmi dari pihak Oppo mengenai penamaan dan spesifikasi pasti dari setiap model.

    Bocoran Spesifikasi Oppo Reno 15 Pro

    Rumor mengenai Oppo Reno 15 Pro sempat menimbulkan kebingungan, terutama terkait kapasitas baterai dan kamera depan. Laporan sebelumnya menyebut perangkat ini dibekali baterai 6.300mAh dan kamera depan 32MP.

  • Perusahaan Jack Ma Dituding Bantu Militer China Susupi AS

    Perusahaan Jack Ma Dituding Bantu Militer China Susupi AS

    Jakarta

    Alibaba diduga membantu militer China untuk menargetkan Amerika Serikat, menurut sebuah memo Gedung Putih yang diberitakan Financial Times. Memo tersebut menuduh Alibaba menyediakan dukungan teknologi untuk operas’ militer China terhadap target di AS.

    FT menyebut pihaknya tak dapat memverifikasi klaim tersebut dan tidak mempublikasikan memo lengkapnya. Tak jelas pula kapan memo itu dirilis. Alibaba yang didirikan oleh Jack Ma pun membantahnya. “Pernyataan dan insinuasi dalam artikel tersebut sepenuhnya salah,” kata Alibaba dalam pernyataannya kepada CNBC yang dikutip detikINET.

    “Kami meragukan motivasi di balik bocoran anonim tersebut, yang bahkan diakui FT tidak bisa mereka verifikasi. Operasi PR yang jahat ini jelas berasal dari pihak yang mencoba merusak kesepakatan dagang Presiden Trump baru-baru ini dengan China,” tambahnya.

    Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping bertemu di Korea Selatan bulan lalu untuk pertama kalinya sejak Trump memulai masa jabatan keduanya pada Januari. Kedua pemimpin sepakat mencabut sebagian tarif dan kontrol ekspor selama 12 bulan, meredakan ketegangan bilateral yang meningkat sepanjang tahun ini.

    “Kurangnya rincian memunculkan pertanyaan apakah sebagian kalangan garis keras terhadap China di pemerintahan sedang berusaha menggagalkan kesepakatan Trump dengan Xi Jinping,” ujar Andy Rothman, pendiri firma konsultan Sinology. Ia menyoroti bahwa Trump tidak mengatakan apa pun mengenai laporan FT tersebut.

    Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir meningkatkan upaya untuk membatasi akses China terhadap semikonduktor canggih untuk melatih model kecerdasan buatan.

    “Fakta bahwa harga saham Alibaba anjlok begitu cepat sebagai respons terhadap laporan FT menunjukkan betapa industri AI China sedang berada dalam situasi waspada terhadap kemungkinan sanksi baru,” kata Kyle Chan, peneliti di Brookings yang berfokus pada teknologi Tiongkok.

    Saham Alibaba sempat ditutup turun 3,78% di AS setelah laporan itu muncul, namun kemudian naik lebih dari 1% di Hong Kong. Chan juga mencatat laporan FT muncul ketika model AI open source Alibaba, Qwen, kian populer di Silicon Valley, meningkatkan ancaman terhadap model berbayar dari perusahaan AS seperti OpenAI dan Anthropic.

    (fyk/rns)

  • Perusahaan Kecil dan Menengah Inovatif dari Seoul Mempercepat Masuk ke Pasar Indonesia

    Perusahaan Kecil dan Menengah Inovatif dari Seoul Mempercepat Masuk ke Pasar Indonesia

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Perusahaan kecil dan menengah yang menjanjikan dari Kota Seoul akan mengunjungi Jakarta, Indonesia, dari tanggal 24 hingga 28 November untuk mencari peluang kerja sama ekspor dan pertumbuhan bersama melalui pertukaran dengan perusahaan serta lembaga lokal.

    Kunjungan ini merupakan bagian dari proyek “Delegasi Perusahaan HI SEOUL untuk Pengembangan Pasar Indonesia (2025 HI SEOUL 1:1 Business Matching in Indonesia)” yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Seoul dan Seoul Business Agency (SBA).

    Sebanyak 20 perusahaan kecil dan menengah unggulan yang berbasis di Seoul akan berpartisipasi dalam kegiatan ini. Program sertifikasi “HI SEOUL” yang dijalankan oleh Pemerintah Kota Seoul sejak tahun 2004 bertujuan untuk mempercepat ekspansi global bagi perusahaan kecil dan menengah yang memiliki inovasi dan daya saing teknologi tinggi.

    Setiap tahun, sekitar 100 perusahaan baru ditetapkan melalui proses seleksi ketat berdasarkan kriteria inovasi dan kapabilitas teknologi. Hingga saat ini, lebih dari 1.100 perusahaan telah memperoleh sertifikasi HI SEOUL.

    Berdasarkan data tahun 2024, total penjualan gabungan mencapai 16 triliun won, dengan rata-rata penjualan sebesar 14,5 miliar won per perusahaan. Sekitar 550 perusahaan di antaranya telah aktif memperluas bisnis ke pasar global, dengan Amerika Serikat, Jepang, dan Tiongkok sebagai mitra utama, sementara Indonesia menempati posisi keempat sebagai tujuan ekspor utama.

    Indonesia memiliki potensi pertumbuhan tinggi karena laju ekonomi yang stabil, populasi besar, serta meningkatnya minat terhadap produk dan budaya Korea (Hallyu).

  • Laporan Liputan6.com dari Sydney: Investasi Australia ke Indonesia Tersendat di Level Pola Pikir

    Laporan Liputan6.com dari Sydney: Investasi Australia ke Indonesia Tersendat di Level Pola Pikir

    Liputan6.com, Sydney Anggota Dewan Institut Australia–Indonesia, Rob Law, mengatakan hubungan ekonomi Indonesia–Australia sebenarnya menyimpan potensi besar, namun hingga kini masih belum tergarap optimal. 

    Salah satu penyebab utama adalah pola pikir pelaku bisnis Australia yang masih tertuju pada pasar-pasar tradisional. Amerika Serikat dan Tiongkok tetap menjadi magnet utama bagi ekspansi bisnis mereka. 

    Selain dianggap lebih familiar, kedua negara itu menawarkan skala pasar yang sangat besar sehingga terasa lebih “aman” bagi perusahaan Australia.

    Menurut Law, rendahnya minat ke pasar Indonesia bukan karena kurangnya peluang, melainkan karena kurangnya kesadaran. Banyak perusahaan Australia, terutama yang besar, cenderung fokus pada pasar domestik dan enggan melihat ke luar. 

    Ketika pun mereka melirik pasar internasional, pilihan mereka hampir selalu jatuh pada AS, Tiongkok, atau India yang belakangan semakin menarik perhatian.

    “Dari sisi kesadaran, masih ada kecenderungan di kalangan pelaku bisnis Australia untuk melihat Amerika Serikat atau Tiongkok sebagai tujuan. Mereka melihat Tiongkok sebagai peluang besar, dan tentu saja Amerika Serikat terasa lebih familiar karena bahasanya sama dan budayanya mirip, meskipun tetap ada perbedaan, tetapi cukup mirip,” kata Rob Law di The Grace Hotel, Sydney, Australia, Senin (17/11/2025).

    Mindset ini menjadi hambatan signifikan dalam upaya memperkuat hubungan dagang dan investasi kedua negara. 

    Indonesia sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa, seharusnya masuk dalam radar bisnis Australia. Namun persepsi terhadap jarak budaya, risiko regulasi, dan ketidakpastian pasar membuat Indonesia sering dipandang kurang menggoda.

    Kondisi ini menunjukkan perlunya pendekatan baru untuk membuka mata pelaku bisnis Australia mengenai besarnya peluang yang tersedia. Tanpa perubahan pola pikir, kerja sama ekonomi bilateral hanya akan berjalan di tempat meski potensi di depan mata begitu besar.

  • Keamanan Memburuk, Wisatawan Tiongkok Diminta Hindari Jepang

    Keamanan Memburuk, Wisatawan Tiongkok Diminta Hindari Jepang

    Hubungan Tiongkok dan Jepang kian memanas, menyusul pernyataan PM Jepang Sanae Takaichi terkait Taiwan yang dianggap tidak pantas. Tiongkok pun mengeluarkan peringatan perjalanan ke Jepang di tengah meningkatnya kekhawatiran akan keamanan.

    Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tiongkok telah mengeluarkan peringatan serius yang mengimbau wisatawan Tiongkok untuk menghindari perjalanan ke Jepang dalam waktu dekat.

  • Jepang Harus Memberikan Penjelasan Terkait Tiga Masalah Fundamental kepada Asia dan Masyarakat Internasional

    Jepang Harus Memberikan Penjelasan Terkait Tiga Masalah Fundamental kepada Asia dan Masyarakat Internasional

    Baru-baru ini, Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, secara terbuka di parlemen mengaitkan masalah penanganan Taiwan oleh Tiongkok dengan apa yang disebut sebagai “krisis eksistensi Jepang.” Pernyataan ini tidak hanya secara serius melanggar prinsip-prinsip dasar hubungan internasional, tetapi juga merupakan pelanggaran kasar terhadap semangat prinsip empat dokumen politik Jepang-Tiongkok. Pernyataan semacam ini dengan sengaja mendistorsi fakta dan memperburuk urusan domestik Tiongkok menjadi ancaman terhadap keamanan nasional Jepang. Tingkat absurditasnya sangat mengejutkan, dan sifat jahatnya tidak bisa dianggap enteng. Di baliknya terdapat niat buruk yang patut diwaspadai oleh negara-negara di kawasan serta masyarakat internasional. Ini adalah tantangan terbuka terhadap keadilan internasional serta provokasi tak berdasar terhadap tatanan internasional pasca Perang Dunia II. Tak diragukan lagi, hal ini menambah hambatan besar dalam hubungan Tiongkok-Jepang yang sudah kompleks dan sensitif, menjadi penyebab langsung meningkatnya ketegangan antara kedua negara belakangan ini.

    Namun, perkembangan beberapa hari terakhir menunjukkan bahwa beberapa pihak berusaha mengalihkan perhatian masyarakat internasional dengan cara membingungkan dan mengecilkan pentingnya serta bahaya dari pernyataan Takaichi, dan malah tanpa dasar menuding Tiongkok sebagai pihak yang menyebabkan perburukan hubungan Jepang-Tiongkok. Salah satu taktik yang paling mencolok adalah dengan memperbesar pernyataan di media sosial oleh pejabat diplomatik Tiongkok di Jepang dan reaksi opini publik domestik Tiongkok yang sah. Suara-suara ini dengan sengaja menghindari bahaya ekstrem yang terkandung dalam pernyataan Takaichi serta potensi dampaknya terhadap perdamaian dan stabilitas kawasan, dan sebaliknya berfokus pada tuduhan yang tak berdasar bahwa Tiongkok melakukan “reaksi berlebihan.” Bahkan Menteri Luar Negeri Jepang, Toshimitsu Motegi, mengajukan permintaan yang sama sekali tidak masuk akal, dengan menyatakan bahwa Tiongkok harus “memprioritaskan kepentingan hubungan Jepang-Tiongkok.” Ini jelas merupakan tindakan terbalik yang mengaburkan kenyataan, dan semakin mengonfirmasi bahwa sebagian kekuatan politik di Jepang tidak hanya gagal melakukan refleksi sejarah, tetapi juga memiliki kecenderungan yang cukup meluas. Lebih mengejutkan lagi, beberapa media Barat juga ikut serta, memainkan peran dalam memperburuk keadaan dengan menggembar-gemborkan “teori tanggung jawab Tiongkok,” berusaha menimpakan penyebab eskalasi perselisihan ini kepada Tiongkok.

    Pernyataan-pernyataan yang penuh maksud tersembunyi ini pada dasarnya mencoba mereduksi sebuah masalah prinsipil yang sangat serius, yang berkaitan dengan kepentingan inti Tiongkok, arah perkembangan masa depan Jepang, dan integritas tatanan internasional pasca perang, menjadi perdebatan permukaan seputar “apakah diplomasi itu tepat.” Apa yang dipicu oleh pernyataan berbahaya Takaichi ini bukan sekadar gesekan diplomatik biasa atau “perang kata-kata” yang sepele, tetapi tiga masalah fundamental yang sangat menentukan masa depan kawasan, yaitu: pertama, apakah Jepang akan terus mempertahankan jalur perdamaian dan pembangunan yang telah diikuti sejak perang dunia kedua, ataukah sengaja berniat kembali ke jalur ekspansi militer? Kedua, apakah Jepang benar-benar berkomitmen untuk menjaga kerangka kerja sama damai dan persahabatan yang telah dibangun dengan susah payah antara Jepang dan Tiongkok, ataukah berusaha mendorong hubungan kedua negara ke jurang konfrontasi dan konflik? Ketiga, apakah Jepang ingin menjadi kekuatan konstruktif yang mendukung perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Timur, ataukah akan berperan sebagai pihak yang membahayakan kawasan dengan memicu risiko perang? Tiga masalah mendasar ini jelas perlu dijelaskan dan diterangkan dengan tegas oleh pihak Tokyo kepada Tiongkok dan masyarakat internasional.

    Mengenang sejarah, Jepang telah berulang kali menggunakan alasan “keberlangsungan negara” untuk melancarkan perang agresi terhadap negara lain. Misalnya, saat merencanakan Insiden 18 September, kekuatan militer Jepang secara besar-besaran mengangkat propaganda bahwa “Manchuria dan Mongolia adalah garis hidup Jepang.” Ketika Jepang memulai Perang Pasifik dan menyerang Pearl Harbor, mereka dengan pura-pura mengklaim bahwa “membangun Greater East Asia Co-Prosperity Sphere adalah kunci untuk kelangsungan hidup Jepang.” Slogan-slogan yang memikat ini pada waktu itu digunakan secara sistematis oleh militer, pemerintah, dan alat propaganda Jepang untuk menciptakan ilusi bahwa “Jepang tidak dapat bertahan hidup tanpa ekspansi ke luar,” guna menutupi sifat imperialisme mereka yang agresif. Kini, pernyataan Perdana Menteri Takaichi yang mengaitkan masalah Taiwan, yang sepenuhnya merupakan urusan dalam negeri Tiongkok, dengan “krisis eksistensi” Jepang, pada dasarnya adalah pengulangan taktik lama yang menyalahgunakan alasan “keberlangsungan negara” untuk menipu. Hal ini jelas mencerminkan adanya kekuatan politik di dalam negeri Jepang yang berusaha menggunakan isu Taiwan sebagai celah untuk menghindari pembatasan konstitusi damai Jepang, dan dengan berbahaya berusaha kembali ke jalan ekspansi militer.

    Argumen yang sering ditekankan oleh beberapa kekuatan dalam negeri Jepang mengenai “krisis eksistensi” ini sebenarnya sangat mirip dengan alasan yang digunakan oleh militerisme Jepang saat melancarkan perang agresi. Namun, zaman telah berubah secara fundamental. Jika Jepang berusaha mengulang taktik lama ini, mereka pasti akan menghadapi penolakan yang meluas dan perlawanan keras dari seluruh kawasan Asia, dan akan terisolasi sepenuhnya.

  • Tegang dengan Jepang, Kapal Penjaga Pantai China Melintas di Senkaku

    Tegang dengan Jepang, Kapal Penjaga Pantai China Melintas di Senkaku

    Jakarta

    Formasi kapal Penjaga Pantai (Coast Guard) China melintasi perairan Kepulauan Senkaku pada Minggu waktu setempat. Coast Guard China menyatakan ini sebagai ‘patroli penegakan hak’ di tengah meningkatnya ketegangan China dan Jepang buntut pernyataan Perdana Menteri Sanae Takaichi soal Taiwan.

    Dilansir Reuters, Minggu (16/11/2025), perseteruan diplomatik China dan Jepang semakin memanas sejak PM Takaichi mengatakan kepada Parlemen Jepang bahwa serangan hipotetis China terhadap Taiwan yang diperintah secara demokratis dapat memicu respons militer dari Tokyo.

    Pernyataan tersebut kemudian memicu kemarahan dari Beijing, yang mengisyaratkan bahwa mereka berharap Takaichi akan menarik kembali pernyataan tersebut.

    China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya dan tidak mengesampingkan kemungkinan penggunaan kekuatan untuk menguasai pulau tersebut, yang terletak hanya 110 km (68,35 mil) dari wilayah Jepang. Namun Pemerintah Taiwan menolak klaim kedaulatan Beijing.

    “Formasi kapal Penjaga Pantai Tiongkok 1307 melakukan patroli di perairan teritorial Kepulauan Diaoyu. Ini adalah operasi patroli yang sah yang dilakukan oleh Penjaga Pantai China untuk menegakkan hak dan kepentingannya,” demikian pernyataan itu.

    China dan Jepang telah berulang kali berseteru di sekitar kepulauan yang dikelola Jepang, yang disebut Beijing sebagai Diaoyu dan Tokyo sebagai Senkaku. Kedutaan Besar Jepang di Beijing belum memberikan tanggapan mengenai hal itu.

    Beijing kemudian memanggil duta besar Jepang untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun. Kementerian Pertahanan China menyatakan bahwa intervensi Jepang apa pun pasti akan gagal.

    Pada Jumat kemarin, China memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke Jepang. Hal itu dibalas Tokyo, yang mendesak Beijing mengambil ‘tindakan yang tepat’ meskipun tidak memberikan penjelasan lebih lanjut. Tiga maskapai penerbangan China mengatakan pada hari Sabtu bahwa tiket ke Jepang dapat dikembalikan dananya atau diubah secara gratis.

    Di Taiwan, Kementerian Pertahanan mengatakan pada Minggu pagi bahwa mereka telah mendeteksi 30 pesawat militer China yang beroperasi di sekitar pulau itu dan tujuh kapal angkatan laut selama 24 jam terakhir.

    Sabtu malam, Kementerian Pertahanan menyampaikan China telah melakukan ‘patroli tempur gabungan’ lainnya untuk ‘mengganggu wilayah udara dan laut di sekitar kita’. Taiwan telah mengirimkan pesawat dan kapalnya sendiri untuk memantau situasi. Taiwan melaporkan patroli Chinasemacam itu beberapa kali sebulan sebagai bagian dari apa yang disebutnya sebagai kampanye tekanan militer yang sedang berlangsung.

    Pemerintah Taiwan mengatakan hanya rakyat pulau itu yang dapat menentukan masa depannya.

    Tonton juga video “Imbas Topan Kalmaegi, Bangkai Kapal Abad ke-14 Muncul di Pantai Vietnam”

    (knv/gbr)

  • Rusia Tiba-Tiba ‘Serang’ NATO, Bawa-Bawa Bom Yugoslavia

    Rusia Tiba-Tiba ‘Serang’ NATO, Bawa-Bawa Bom Yugoslavia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rusia mengecam keras pernyataan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte yang menuding Moskow bersekongkol dengan China dan negara lain untuk “merusak aturan global”.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyebut Rutte menerapkan standar ganda dan menantang NATO untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan “aturan global” itu.

    “Apa sebenarnya ‘aturan global’ yang mereka maksud? Mungkin NATO bisa mengunggah daftar lengkapnya di situs resmi mereka,” sindir Zakharova dalam unggahan di kanal Telegram-nya, dikutip Minggu (16/11/2025).

    Ia menilai tudingan NATO tidak berdasar, mengingat blok militer Barat itu sendiri memiliki catatan panjang pelanggaran hukum internasional. Zakharova mencontohkan pengeboman Yugoslavia oleh NATO pada 1999 serta invasi Irak pada 2003 yang dipimpin Amerika Serikat dengan “dalih yang dibuat-buat”.

    Zakharova juga menyinggung bahwa tak satupun negara anggota NATO menghentikan kerja sama dengan China, meski Rutte mengkritik Rusia karena hal serupa.

    “Beberapa hari lalu, KTT AS-China baru saja digelar. Saya tidak mendengar Rutte mengkritik Presiden AS Donald Trump untuk itu,” ujarnya.

    Sebelumnya, dalam Forum Industri NATO di Bucharest, Rumania, Rutte mengatakan Rusia “tidak sendirian dalam upayanya melemahkan aturan global.” Ia menuding Moskow bekerja sama dengan China, Korea Utara, Iran, dan negara lain, serta memperkuat kolaborasi industri pertahanan untuk menghadapi konfrontasi jangka panjang.

    Pernyataan itu memperpanjang ketegangan antara Moskow dan aliansi Barat. Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menuding NATO berusaha “memperluas zona tanggung jawabnya jauh melampaui kawasan Euro-Atlantik” untuk membendung Tiongkok dan mengisolasi Rusia.

    Sementara itu, Beijing berulang kali membantah tuduhan Barat yang menyebutnya membantu militer Rusia dalam konflik Ukraina.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]