kab/kota: Timika

  • Kisah Elsa Laksono dan Lilie Wijayati: Sahabat Sejak SMP yang Tewas Bersama di Puncak Carstensz – Halaman all

    Kisah Elsa Laksono dan Lilie Wijayati: Sahabat Sejak SMP yang Tewas Bersama di Puncak Carstensz – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, PAPUA – Lilie Wijayati dan Elsa Laksono Meninggal Dunia di Puncak Carstensz, Papua, pada Sabtu (1/3/2025).

    Lilie Wijayati dan Elsa Laksono merupakan teman sejak duduk di bangku SMP.

    Mereka sudah bersahabat sejak duduk di bangku SMP. 

    Mereka bersekolah di Malang, Jawa Timur. 

    Lilie Wijayati lahir di Malang pada 2 Oktober 1965. 

    Sementara Elsa Laksono merupakan pendaki kelahiran Malang pada 24 Juli 1965.

    Pada SMA, mereka bersekolah di SMAK St. Albertus Malang atau yang akrab disebut Dempo.

    Di Dempo, mereka mulai mendaki gunung.

    Setelah lulus SMA, mereka terpisah. Lilie Wijayati pernah mendapatkan pendidikan militer Susbintal Pusdikhub Cimahi pada 1985, atau saat usianya 20 tahun.

    Lilie menempuh pendidikan di Telkom hingga akhirnya bekerja di perusahaan Telkom Indonesia.

    Sementara itu, Elsa menempuh pendidikan di salah satu fakultas Ilmu Kedokteran di Jakarta.

    Setelah berpisah lama, mereka kembali berhubungan dekat. Melalui media sosial mereka kembali menjalin hubungan komunikasi.

    Hingga akhirnya mereka melakukan pendakian bersama.

    Di kalangan pendaki, mereka dikenal sebagai pendaki veteran.

    Mereka menjuluki diri sebagai Ratu Pendaki.

    Kronologi

    Puncak Carstensz Pyramid di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, memakan korban jiwa.

    Seperti dilansir dari TribunPapua, dua pendaki dilaporkan meninggal dunia saat menuruni Puncak Carstensz. Ini merupakan puncak tertinggi yang menjadi bagian dari Pegunungan Barisan Sudirman yang terdapat di Kabupaten Mimika.

    Berdasarkan informasi, insiden itu terjadi pada Sabtu (1/3/2025). Namun, kabar ini baru tersebar luas di media sosial pada Minggu (2/3/2025).

    Identitas Pendaki

    Dua orang pendaki wanita dikabarkan meninggal dunia, yaitu:

    Elsa Laksono

    Lilie Wijayati

    Mereka mengalami Acute Mountain Sickness (AMS) atau penyakit ketinggian. Sementara itu, dua pendaki lainnya, Indira Alaika dan Saroni, juga mengalami gejala AMS, namun kondisinya stabil.

    Keempat pendaki ini mulai menunjukkan gejala AMS sejak Jumat (28/2/2025), saat berada di area bawah Puncak Carstensz Tembagapura. Untuk korban selamat, mereka telah berhasil dievakuasi ke Timika.

    Elsa Laksono

    Elsa Laksono merupakan seorang pendaki perempuan asal Malang, Jawa Timur, yang lahir pada 24 Juli 1965.

    Elsa menghembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan turun dari Puncak Carstensz akibat gejala AMS yang dideritanya. Jenazahnya kini disemayamkan di RSUD Kabupaten Mimika.

    Lilie Wijayati

    Perempuan asal Bandung, Lilie Wijayanti Poegiono, meninggal dunia.

    Dia merupakan warga Jalan Mochamad Romadhan, No 63C, RT 002 RW 001, Desa Cigereleng, Kecamatan Regol, Kota Bandung. Jenazahnya masih berada di area Gunung Carstensz Pyramid dan direncanakan akan dievakuasi pada Senin (3/3/2025).

    Rencananya, jenazah kedua korban akan diterbangkan ke Jakarta pada Senin besok menggunakan pesawat Lion Air.

    Fiersa Besari Dikabarkan Ikut Ekspedisi

    Dikabarkan, musisi Fiersa Besari berada dalam rombongan ekspedisi itu. Fiersa Besari belum angkat bicara soal kejadian ini.

    Seperti dilihat dari akun media sosial Instagramnya pada Minggu (2/3/2025) sekitar pukul 13.05 WIB, Fiersa membuat unggahan di Instagram Story berupa layar hitam dengan emoji hati yang patah.

  • Kronologi Dua Pendaki Meninggal di Puncak Carstensz: Ada Badai, Kena Hipotermina

    Kronologi Dua Pendaki Meninggal di Puncak Carstensz: Ada Badai, Kena Hipotermina

    Bisnis.com, JAKARTA – Dua pendaki perempuan, yang bernama Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, meninggal dunia saat mendaki puncak Carstensz di Papua. Simak kronologi lengkapnya dari sudut pandang pendaki Indira Alaika.

    Indira Alaika mengonfirmasi bahwa dirinya merupakan salah satu dari pihak ikut dalam dalam rombongan untuk mendaki puncak Carstensz bersama almarhum Lilie dan Elsa. 

    Dikutip melalui instagram pribadi @indiraalaika, Indira membagikan unggahan melalui instastorynya untuk menjelaskan kronologi dapat selamat dari cuaca ekstrem yang melanda Puncak Carstensz.

    “Sebanyak 3 Pendaki selamat dan 2 pendaki meninggal dunia akibat cuaca yang sangat buruk hujan salju, hujan deras dan angin kencang sehingga menyebabkan hipotermia,” ujarnya melalui unggahan Instagram Story yang dikutip Minggu (2/3/2025).

    Dia melanjutkan bahwa dua Pendaki meninggal dunia Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono bertempat di teras 2. Pada saat perjalanan turun dari Puncak Carstensz, keduanya menghembuskan nafas terakhir akibat hipotermia atau kedinginan akut akibat cuaca buruk.  

    Sementara itu, tiga pendaki yang selamat terjebak terpaksa bermalam di area Summit Ridge dekat puncak hingga tim rescue datang, yaitu Indira Alaika, Alvin Reggy Perdana. dan Saroni.

    Detik-detik Dua Pendaki Meninggal di Puncak Carstensz

    Indira menceritakan bahwa Insiden ini bermula pada pukul 04.00 WIT atau ketika rombongan pendaki berangkat menuju Puncak Carstensz, salah satu gunung tertinggi di Indonesia.

    Rombongan yang terdiri dari 20 orang, termasuk lima orang pemandu, tujuh pendaki WNI, enam pendaki WNA, dan dua pendaki dari Taman Nasional Lorentz, memulai perjalanan mereka dari Basecamp Yellow Valley.

    Sebelumnya, mereka telah melakukan aklimatisasi dan latihan teknis selama dua hari di basecamp untuk mempersiapkan pendakian menuju puncak. 

    Namun, perjalanan tersebut tidak berjalan sesuai rencana. Sekitar pukul 20.45 WIT, seorang pemandu lokal bernama Nurhuda, tiba di basecamp dalam kondisi hipotermia dan meminta bantuan untuk menyelamatkan rekan-rekannya yang terjebak di atas. Tim basecamp pun segera melakukan briefing untuk mencari solusi terbaik guna memberikan pertolongan. 

    Upaya penyelamatan dilakukan oleh beberapa pemandu. Yustinus Sondegau, salah satu guide lokal, mencoba naik untuk mencapai para korban yang berada di summit ridge, tetapi terkendala oleh cuaca buruk di teras besar.

    Selanjutnya, guide asal Nepal Dawa Gyalje Sherpa juga berusaha memberikan bantuan di teras dua. Sayangnya, langkah mereka terhenti saat menemui dua pendaki, yaitu Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono, sudah dalam keadaan meninggal dunia.

    Poxy dan Damar, dua guide lainnya, kembali naik untuk memberikan pertolongan di teras dua dan menghubungi basecamp untuk melaporkan kondisi para korban. Kedua korban Lilie dan Elsa dinyatakan meninggal dunia. 

    Tim penyelamat kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Tim pertama, yang terdiri dari tiga guide internasional, Garret Madison, Tashi Sherpa, dan Ben Jones, berhasil mencapai tiga pendaki yang masih hidup, yaitu Indira, Alvin Reggy, dan Saroni, yang berada di summit ridge.

    Ketiganya dalam kondisi kritis, dan tim memberikan pertolongan pertama dengan mengganti pakaian, memberi isotonik, makanan, dan obat-obatan. 

    Setelah memberikan pertolongan, tim penyelamat bersama dengan para survivor akhirnya berhasil turun ke basecamp Yellow Valley. Pada akhirnya, seluruh tim penyelamat dan tiga pendaki yang selamat tiba kembali di basecamp dalam keadaan selamat, meski mengalami masa-masa kritis yang penuh tantangan. 

    Keberhasilan penyelamatan menjadi momen duka lantaran tidak bisa menyelamatkan nyawa Lilie dan Elsa. Namun, semua pihak tetap mengapresiasi dedikasi tim penyelamat. 

    Sementara itu, pegiat jurnalisme sastrawi Andreas Harsono mengamini bahwa dua pendaki Puncak Jaya atau Carstensz di Papua meninggal dunia lantaran disebabkan oleh hipotermia atau kedinginan akut. 

    Saat dihubungi oleh Bisnis, Andreas Harsono, seorang jurnalis dan juga merupakan teman SMA dari Lilie mengonfirmasi bahwa dua pendaki yang meninggal itu adalah Lilie Wijati Poegiono dan Elsa Laksono.

    “Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, keduanya berumur 60 tahun, meninggal dunia karena kedinginan di di Puncak Carstensz, dekat Timika, Papua. Lilie perancang busana di Bandung, Elsa dokter gigi di Jakarta. Mereka alumni SMA Dempo Malang tahun 1984,” katanya kepada Bisnis melalui pesan teks, Minggu, (2/3/2025).

    Di sisi lain, penyanyi Fiersa Besari turut mengunggah emoji patah hati tak lama setelah beredar kabar dua korban meninggal di pendakian ke Puncak Carstenz yang menewaskan dua orang pendaki.

    Berdasarkan akun X @Jateng_Twit, Fiersa pun menjadi salah satu pihak yang tergabung dalam tim pendakian ke Puncak Carstenz yang menelan korban. Kendati demikian, Fiersa Besari belum memberi pernyataan apa pun terkait dengan kejadian ini.

    Pria kelahiran 3 Maret 1984 itu hanya membagi cerita di Instagram @fiersabesari melalui unggahan Instastory berlatar hitam dengan emotikon ‘broken heart’ atau patah hati yang menyisipkan lagu Now At Last dari Fesit sebagai backsound.

    Kronologi Pendakian Puncak Carstensz hingga Lilie dan Elsa Meninggal Dunia

    1. Rombongan berangkat dari Bandara Moses Kilangin Timika menuju basecamp Yellow Valley Carstensz Pyramid menggunakan helikopter.

    2. Setelah sampai di basecamp Yellow Valley Carstensz Pyramid, rombongan melakukan aklimatisasi selama 2 hari.

    3. Rombongan melaksanakan kegiatan aklimatisasi dan latihan teknis hingga Teras 1 (Teknik ascending dan descending).

    4. Rombongan pendaki yang berjumlah 20 orang berangkat untuk melakukan summit dari basecamp Yellow Valley menuju Puncak Carstensz pukul 04.00 WIT (5 orang guide, 7 WNI pendaki, 6 WNA pendaki, dan 2 pendaki Taman Nasional Lorentz).

    5. Tim BC melakukan briefing untuk mengupayakan pertolongan terhadap korban dan sekitar pukul 20.45 WIT Nurhuda (Guide WNI) tiba di basecamp sendirian dengan gejala hipotermia, selanjutnya meminta bantuan kepada Tim BC. Beliau istirahat sebentar untuk kemudian naik membantu pendaki yang ada di atas.

    6. Yustinus Sondegau (Guide lokal) berusaha naik untuk mencapai titik lokasi survivor yang berada di summit ridge korban atas nama Indira, Alvin Reggy, dan Saroni, dengan membawa bantuan emergency (sleeping bag), flysheet, air panas, dan radio. Tetapi upaya tersebut terhenti di teras besar karena cuaca semakin memburuk dan pada perjalanan turun, Yustinus bertemu dengan Luddy dan mendampingi Luddy hingga ke basecamp. Seluruh peralatan yang dibawa ditinggal di teras besar.

    7. Guide Nepal Dawa Gyalje Sherpa naik untuk memberikan pertolongan, tetapi terhenti di teras dua untuk memberikan pertolongan terhadap kedua korban, Lilie Wijayati dan Elsa Laksono yang kemudian meninggal dunia. 

    8. Poxy (guide lokal) dan Damar (Guide) kembali mencoba naik ke teras dua untuk memberikan bantuan kepada korban, menghubungi basecamp dan melaporkan sudah memberikan pertolongan kepada kedua korban, namun korban Lilie dan Elsa dinyatakan meninggal dunia.

    9. Octerus (Guide) yang berkomunikasi dengan Poxy dan Dawa menginformasikan dari basecamp bahwa dua pendaki WNI atas nama Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono yang berada di Teras Dua telah meninggal dunia.

    10. Huda (Guide) naik untuk mencoba menolong Indira, Alvin, dan Saroni yang berada di summit ridge.

    11. Huda mengabarkan bahwa mereka tiba di basecamp dan tidak sanggup lagi meneruskan ke titik posisi Indira, Alvin, dan Saroni. (Barang untuk melaksanakan emergency sudah disimpan di bawah summit ridge). 

    12. Dibagi dua tim penyelamat, tim 1 terdiri atas tiga guide Internasional. Garret Madison, Tashi Sherpa, dan Ben Jones kembali mendaki untuk menyelamatkan Indira, Alvin, dan Saroni di Summit Ridge, dan tim 2 yaitu Dokter Adnan dan Meidi bergerak menuju korban di teras dua. 

    13. Tashi, Garret, dan Ben bertemu dengan tiga pendaki (Indira, Alvin, dan Saroni), menginformasikan ke basecamp bahwa semuanya masih hidup dan dalam kondisi kritis. Tim rescue memberikan pertolongan pertama dan menormalisasi dengan mengganti pakaian, memberikan isotonik, makanan, obat-obatan.

    14. Tim rescue dan survivor melakukan perjalanan turun ke basecamp Yellow Valley.

    15. Tim rescue dan survivor dari Summit Ridge tiba di basecamp Yellow Valley.

  • Fiersa Besari Unggah Simbol Patah Hati di Instagram, Warganet Kepo Soal Tragedi Pendaki di Carstensz – Halaman all

    Fiersa Besari Unggah Simbol Patah Hati di Instagram, Warganet Kepo Soal Tragedi Pendaki di Carstensz – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, PAPUA – Musisi Fiersa Besari mengunggah simbol patah hati di media sosial Instagram pada Minggu (2/3/2025).

    Seperti dilihat Tribunnews.com, di Instastory FIersa Besari terlihat berlatar hitam dengan emotikon ‘patah hati’ atau broken heart.

    Ini membuat Warganet penasaran.

    Di antara mereka ada yang menanyakan soal insiden yang dialami dua pendaki wanita di Puncak Carstenzs, Papua.

    Dikabarkan Fiersa Besari ikut dalam rombongan ekspedisi tersebut.

    Warganet menuliskan di kolom komentar yang ada di salah satu foto bergambar gunung.

    “Turut berduka cita bung utk Lili dan Elsa,” tulis akun Sumar1204

    “Turut berduka ya bang, semoga kalian diberi kesabaran dan almarhum diterima amal ibadahnya,” tulis _winda_m.

    “Tombol CARTENS>>>>>” tulis rafik_hasan 07

    “Bang lu aman? Denger berita simpang siur meresahkan,” tulis nurmhammadiikhsan.

    Puncak Carstensz Pyramid di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, memakan korban jiwa.

    Seperti dilansir dari TribunPapua, dua pendaki dilaporkan meninggal dunia saat menuruni Puncak Carstensz.

    Ini merupakan sebuah puncak tertinggi yang menjadi bagian dari Pegunungan Barisan Sudirman yang terdapat di Kabupaten Mimika.

    Berdasarkan informasi, insiden itu terjadi pada Sabtu (1/3/2025).

    Namun, kabar ini baru tersebar luas di media sosial pada Minggu (2/3/2025).

    Identitas Pendaki

    Dua orang pendaki wanita dikabarkan meninggal dunia.

    Yaitu:

    Elsa Laksono 

    Lilie Wijayati

    Mereka mengalami Acute Mountain Sickness (AMS) atau penyakit ketinggian.

    Sementara itu, dua pendaki lainnya, Indira Alaika dan Saroni, juga mengalami gejala AMS namun kondisinya stabil.

    Keempat pendaki ini mulai menunjukkan gejala AMS sejak Jumat (28/2/2025), saat berada di area bawah Puncak Cartenz Tembagapura.

    Untuk korban selamat telah berhasil dievakuasi ke Timika.

    Elsa Laksono 

    Elsa Laksono merupakan seorang pendaki perempuan asal Malang, Jawa Timur,  yang lahir pada 24 Juli 1965.

    Elsa menghembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan turun dari Puncak Cartenz akibat gejala AMS yang dideritanya.

    Jenazahnya kini disemayamkan di RSUD Kabupaten Mimika.

    Lilie Wijayati

    Perempuan asal Bandung, Lilie Wijayanti Poegiono, meninggal dunia.

    Dia merupakan warga Jalan Mochamad Romadhan, No 63C, RT 002 RW 001, Desa Cigereleng, Kecamatan Regol, Kota Bandung.

    Jenazahnya masih berada di area Gunung Cartenz Pyramid dan direncanakan akan dievakuasi pada Senin (3/3/2025).

    Rencananya, jenazah kedua korban akan diterbangkan ke Jakarta pada Senin besok menggunakan pesawat Lion Air.

  • Dua Pendaki Perempuan Meninggal di Puncak Carstensz karena Hipotermia

    Dua Pendaki Perempuan Meninggal di Puncak Carstensz karena Hipotermia

    Bisnis.com, JAKARTA – Dua pendaki perempuan yang bernama Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono meninggal dunia lantaran terkena hipotermia atau kedinginan saat mendaki puncak Carstenz, Papua. 

    Kabar duka tersebut disampaikan oleh jurnalis senior Andreas Harsono melalui akun X resmi miliknya @andreasharsono, yang telah diizinkan untuk dikutip. 

    Andreas Harsono, yang ternyata merupakan teman SMA dari Lilie, mengonfirmasi bahwa dua pendaki yang meninggal itu adalah Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono.

    “Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, keduanya berumur 60 tahun, meninggal dunia karena kedinginan di di Puncak Carstensz, dekat Timika, Papua. Lilie perancang busana di Bandung, Elsa dokter gigi di Jakarta. Mereka alumni SMA Dempo Malang tahun 1984,” katanya kepada Bisnis melalui pesan teks, Minggu, (2/3/2025).

    Andreas menambahkan Lilie dan Elsa ikut dalam kelompok pendaki puncak Carstenz yang terdiri dari 10 orang. Rombongan tersebut termasuk 1 orang warga negara Rusia, 2 warga negara Turki, penyanyi Fiersa Besari, dan lima orang pemandu. 

    Di sisi lain, penyanyi Fiersa Besari turut mengunggah emoji patah hati tak lama setelah beredar kabar dua korban meninggal di pendakian ke Puncak Carstenz yang menewaskan dua orang pendaki.

    Berdasarkan akun X @Jateng_Twit, Fiersa pun menjadi salah satu pihak yang tergabung dalam tim pendakian ke Puncak Carstenz yang menelan korban.

    Pendakian dilakukan pada akhir Februari 2025 tersebut berakhir dengan meninggalnya Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono.

    Menurut pantauan Bisnis, hingga berita ini dibuat, sudah lebih dari 4.100 netizen ikut memantau pergerakan kabar duka ini. Kendati demikian, Fiersa Besari belum memberi pernyataan apa pun terkait dengan kejadian ini.

    Pria kelahiran 3 Maret 1984 itu hanya membagi cerita di Instagram @fiersabesari melalui unggahan Instastory berlatar hitam dengan emotikon ‘broken heart’ atau patah hati yang menyisipkan lagu Now At Last dari Fesit sebagai backsound.

  • Pendaki Gunung Lilie Wijayati Meninggal Dunia di Puncak Carstensz – Page 3

    Pendaki Gunung Lilie Wijayati Meninggal Dunia di Puncak Carstensz – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Pendaki Lilie Wijayati Poegiono meninggal dunia Puncak Jaya atau Carstensz di Papua. Kabar duka tersebut dibenarkan jurnalis Andreas Harsono yang juga merupakan teman SMA Lilie.

    Dikutip dari akun twitter atau X @andreasharsono dan sudah mendapatkan konfirmasi, Andreas menyebut Lilie meninggal dunia dalam pendakian bersama sahabatnya Elsa Laksono karena hipotermia atau kedinginan di Puncak Carstensz.

    “Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, keduanya berumur 60 tahun, meninggal dunia karena kedinginan di di Puncak Carstensz, dekat Timika, Papua. Lilie perancang busana di Bandung, Elsa dokter gigi di Jakarta. Mereka alumni SMA Dempo Malang tahun 1984,” tulis Andreas dikutip atas izin pada Minggu, (2/3/2025).

    Menurut Andreas, jenazah kedua pendaki ada di Lembah Kuning. Mulanya, mereka menggunakan helikopter dan berhenti di Lembah Kuning, namun terkena hipotermia. 

    “Selain Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, ada tiga pendaki lain terkena hipotermia. Kesehatan mereka sudah membaik, kini tunggu evakuasi,” tulis Andreas.

    Andreas menyatakan, Lilie Wijayati merupakan kawan sekolah di SMA Dempo Malang pada tahun 1981-1984. Lilie disebut memiliki tubuh dan jiwa sehat dan ingin mendaki ketujuh puncak tertinggi di Indonesia.

    “Lilie meninggal di urutan terakhir: Puncak Cartenz, Papua. Lilie dan Elsa ikut kelompok pendaki Puncak Cartenz, total 10 orang, termasuk 1 warga Rusia dan 2 warga Turki, dengan lima pemandu, naik helikopter sampai Lembah Kuning, perjalanan selanjutnya jalan kaki, namun mereka kedinginan dan meninggal,” pungkasnya.

  • Penemuan Jasad Teranus dengan Posisi Kaki Tergantung Picu Aksi Blokade Jalan di Mimika Papua Tengah – Halaman all

    Penemuan Jasad Teranus dengan Posisi Kaki Tergantung Picu Aksi Blokade Jalan di Mimika Papua Tengah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM- TIMIKA – Teranu Diwitau 24 ditemukan tewas di jalan masuk galian C Distrik Iwaka Jalan Trans Nabire, Mimika, Papua Tengah, Sabtu (13/2/2025).

    Mayat Teranu Diwitau pertama kali ditemukan oleh seorang sopir truk bernama Jony Anabokay.

    Saat ditemukan, jasad korban dalam posisi terbaring di kursi dengan kaki tergantung.

    Korban mengenakan celana pendek hijau daun dan kaus motif loreng Rusia.

    Aparat kepolisian menemukan luka diduga bekas tikaman di paha kiri korban.

    Polisi juga menemukan satu ikat potongan rambut dan satu batang rokok.

    Sementara itu, bercak darah ditemukan di tanah menuju arah kali.

    Lalu, di pinggir kali berjarak sekitar 45 meter juga ditemukan bercak darah.

    Olah TKP juga telah dilakukan oleh tim Inafis Polres Mimika.

    Kapolsek Kuala Kencana AKP Djemi Rinhard mengatakan sempat terjadi aksi pemalangan jalan oleh warga. “Tadi sempat dilakukan pemalangan jalan oleh warga. Jenazah juga sudah dibawa ke RSUD Mimika untuk diautopsi,” ujarnya.

    Warga memblokade jalan dan membakar ban bekas menyebabkan lumpuhnya arus lalu lintas.

    Tampak aksi blokade jalan masih berlangsung di pertigaan Jalan Poros Mapurujaya, Mimika, Papua Tengah, Sabtu (2/12/2023). (Tribun-Papua.com/Marselinus Labu Lela)

    2 Jasad Korban Tabrak Lari

    Aksi blokade jalan dipicu penemuan mayat sebelumnya juga terjadi di Jalan Poros Mapurujaya Distrik Mimika Timur, Mimika, Papua Tengah, Sabtu (21/2/2023).

    Lokasi tersebut tepat berada di pertigaan Kantor Polsek Mimika Timur dan Kantor Distrik Mimika, Papua Tengah.

    Aksi blokade jalan merupakan buntut ditemukannya 2 jenazah diduga korban tabrak lari oleh mobil truk pengangkut bahan bakar minyak.

    Peristiwa itu terjadi di area Kilometer 10 Kapung Kadun Jaya Timika.

    Dalam video singkat menunjukkan sosok mayat laki-laki ditemukan dalam selokan air dengan posisi tengkurap.

    Kasat Reskrim Polres Mimika Iptu Fajar Zadiq saat dikonfirmasi TribunPapua.com membenarkan hal tersebut.

    Menurutnya, saat ini jenazah sudah berada di ruang jenazah RSUD Mimika. “Korban sudah di ruang jenazah RSUD Mimika,” kata Iptu Fajar Zadiq.

    Dia juga membenarkan aksi blokade di Jalan Poros Mapurujaya.

    Warga tidak puas dengan keluarganya yang ditemukan meninggal dunia sehingga mereka blokade jalan,” pungkasnya.

    Sementara itu, dalam melakukan aksi blokade jalan, warga menggunakan batang bambu, kayu, membakar ban, dan menebang pohon rambutan menutupi ruas jalan.

    Personel Polres Mimika telah merespons lokasi blokade guna mengamankan situasi, namun palang jalan tak kunjung dibuka.

    Warga meminta pertanggungjawaban dari para pelaku yang menabrak korban.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunPapuacom dengan judul Buntut Penemuan Mayat Warga Bakar Ban dan Lumpuhkan Arus Lalu Lintas Mimika.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Pelni Siapkan 781.723 Tiket untuk Periode Mudik Lebaran 2025

    Pelni Siapkan 781.723 Tiket untuk Periode Mudik Lebaran 2025

    JAKARTA – PT Pelayaran Nasional Indonesia atau PT Pelni (Persero) telah menyediakan layanan akomodasi untuk periode mudik Lebaran 2025.

    Menyambut Hari Raya Idulfitri 1446 H ini, Pelni menyiapkan 781.723 tiket.

    Sebanyak 25 kapal penumpang dan 30 kapal perintis dengan total kapasitas penumpang sebanyak 60.212 seat disiapkan PELNI sebagai angkutan Lebaran 2025.

    Kapal-kapal tersebut menjangkau hingga 230 pelabuhan di seluruh Indonesia.

    Adapun periode angkutan Lebaran PELNI ini akan di mulai pada 16 Maret hingga 16 April 2025.

    Direktur Usaha Angkutan Penumpang PELNI Nuraini Dessy menjelaskan sejumlah persiapan sudah dilakukan demi menunjang kenyamanan penumpang.

    “Persiapan kami meliputi ramp check kapal, perbaikan armada, dan workshop keselamatan demi menjamin keandalan layanan selama periode 16 Maret hingga 16 April.

    “Tiket sudah bisa dipesan mulai H-30 untuk memudahkan masyarakat merencanakan perjalanan,” ujar Dessy.

    Dari sisi keselamatan, PELNI menyediakan alat keselamatan lengkap untuk 25 kapal penumpang, meliputi 216 lifeboat, 1.716 life-raft, 70.671 life-jacket, 376 life-buoy dan 26 MES dengan total kapasitas untuk 67.892 orang.

    Sementara untuk 30 kapal perintis, tersedia 84 lifeboat, 600 life-raft, 16.253 life-jacket dan 307 life-buoy yang mampu menampung 19.438 orang.

    Fasilitas ini memastikan keamanan penumpang selama perjalanan mudik dan balik Lebaran.

    “Tidak hanya fokus pada keselamatan, kami juga terus meningkatkan kenyamanan penumpang dengan fasilitas modern di kapal, seperti poliklinik, restoran, minimarket, mini theater, serta tambahan layanan terbaru berupa TV channel dan WiFi komersial,” tambah Dessy.

    Selain itu, tiket kapal PELNI sendiri dapat diperoleh di aplikasi perbankan seperti fitur Lifestyle BCA Mobile, Sukha Livin Mandiri, dan BNI agen46, jaringan Indomaret dan OMI mitra Indomaret, jaringan Alfamart dan Alfamidi, ATA Tour, Fastpay, easybook.com, via.com, MMBC, Darmawisata Indonesia hingga Versa dan Topindo.

    Untuk pembayaran, PELNI juga sudah bekerja sama dengan Bank BTN, BRIVA, BNI Virtual Account, Permata Bank, Mandiri Virtual Account, Indomaret dan OMI mitra Indomaret, jaringan Alfamart dan Alfamidi, iSaku, Finpay, dan Fastpay.

    Adapun saat ini terdapat sejumlah kapal PELNI yang menjalani perawatan tahunan. Berikut daftar kapal dan rute kapal yang sedang menjalani doking:

    1. KM Awu

    Rute : Kumai – Surabaya – Benoa – Bima – Waingapu – Ende – Kupang – Kalabahi (PP)

    2. KM Nggapulu

    Rute : Tj. Priok – Surabaya – Makassar – Bau-Bau – Namlea – Ambon – Ternate – Jailolo – Bitung (PP)

    3. KM Tatamailau

    Rute A: Bitung – Tidore – Sorong – Fak Fak – Kaimana – Tual – Timika – Agats – Merauke (PP)

    Rute B: Bitung – Ternate – Ambon – Tual – Dobo – Timika – Agats – Merauke (PP)

    4. KM Kelimutu

    Rute A: Tj. Priok – Tj. Pandan – Pontianak – Semarang – Kumai (PP)

    Rute B: Tj. Priok – Tj. Pandan – Pontianak – Semarang – Kumai – Surabaya – Batulicin (PP)

    5. KM Egon

    Rute : Waingapu – Lembar – Surabaya – Batulicin – Pare Pare – Bontang (PP).

    “Lima kapal di atas kami pastikan sudah kembali beroperasi normal sebelum tanggal 10 Maret 2025,” tutup Dessy.

  • Freeport Dapat Restu Ekspor Konsentrat, Ini Alasan Bahlil

    Freeport Dapat Restu Ekspor Konsentrat, Ini Alasan Bahlil

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebutkan pemerintah akan memberikan relaksasi izin ekspor konsentrat tembaga khususnya untuk PT Freeport Indonesia (PTFI). Di mana sejatinya, ekspor konsentrat tersebut sudah berakhir pada 31 Desember 2024 lalu.

    Bahlil menyebutkan, izin ekspor konsentrat tembaga tersebut akan diberikan untuk PTFI setidaknya hingga perbaikan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga PTF, di Gresik, Jawa Timur tuntas pada Juni 2025.

    Memang, pada Oktober 2024 lalu, smelter tembaga PTFI mengalami kejadian kebakaran yang membuat perusahaan tersebut harus menghentikan operasinya.

    “Smelter ini sebenarnya sudah jadi. US$ 3 miliar sudah sempat diresmikan. Kemudian kan kita tahu bahwa terjadi kebakaran. Tapi setelah dicek ternyata baik asuransi maupun dari Polisi mengatakan bahwa ini memang terjadi kesalahan yang tidak disengaja. Artinya kahar (force majeure),” kata Bahlil saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (21/2/2025).

    Lantas apa pertimbangan pemerintah untuk memberikan relaksasi izin ekspor konsentrat tembaga PTFI?

    Berbicara hal itu, Bahlil menyebutkan jika negara tidak memberikan izin ekspor konsentrat tembaga untuk PTFI, salah satu hal yang dikorbankan adalah ribuan karyawan PTFI yang terancam dirumahkan.

    Hal itu, lantaran smelter PTFI tidak bisa beroperasi, sedangkan produksi tembaga yang dilakukan PTFI tidak bisa diproses menjadi katoda tembaga. Sehingga operasi PTFI pun terhambat.

    Pun, kata Bahlil, saat ini negara sudah memegang kepemilikan PTFI lebih dari setengahnya yakni mencapai 51%. “Karena 51% saham freeport itu kan sudah beli negara. Masalahnya gini loh. Kalau kita tidak izinin, karyawannya itu jadi apa tuh? Gitu loh,” tegasnya.

    Belum lagi, lanjutnya, perputaran ekonomi khususnya di Timika, Papua juga terancam lantaran hasil tambang tembaganya tidak bisa diproses maupun diekspor.

    “Aku mikir, kalau tidak kita izinin pendapatan untuk Papua, Timika sama Pemda Papua gimana? Terkecuali konsentratnya itu masuk di Smelter supaya ada perputaran ekonomi. Tapi kalau ini stuck. Abis stuck dia nggak bisa produksi. Karyawan semua disuruh stay. Yang nanggung siapa?,” tambah Bahlil.

    Walaupun pemerintah akan memberikan izin ekspor konsentrat tembaga untuk PTFI setidaknya hingga Juni 2025, Bahlil klaim pemerintah tidak akan terus terlena dengan kondisi tersebut.

    Dia menyebutkan, pihaknya akan tegas jika PTFI tidak kunjung menyelesaikan pembenahan pabrik tembaganya, maka pemerintah tidak segan untuk memberikan sanksi tegas untuk PTFI.

    “Saya sudah minta Pak Tony Wenas (Presiden Direktur PTFI) untuk tanda tangan pernyataan diatas materai dinotariskan agar kalau sampai bulan Juni pun tidak selesai maka dia akan mendapatkan sanksi,” imbuhnya.

    Tidak terkecuali, Bahlil juga mengungkapkan pemerintah juga memberikan sanksi berupa pajak ekspor tertinggi untuk PTFI lantaran tidak menepati kebijakan pemerintah untuk menghentikan ekspor konsentrat tembaga pada 31 Desember 2024 lalu. “Yang untuk ekspornya kita memberikan pajak ekspor yang maksimal,” tandasnya.

    (pgr/pgr)

  • DPRD Tolikara minta semua pihak dukung program kepala daerah terpilih

    DPRD Tolikara minta semua pihak dukung program kepala daerah terpilih

    Timika (ANTARA) – DPRD Kabupaten Tolikara, Papua Pegunungan, meminta semua pihak di daerah tersebut mendukung program bupati dan wakil bupati terpilih hasil Pilkada 2024.

    Ketua DPRD Kabupaten Tolikara Soni Wanimbo dalam keterangan yang diterima di Timika, Selasa, mengharapkan bupati dan wakil bupati terpilih dapat mengemban amanah masyarakat setempat dalam membangun daerah ini menjadi lebih maju.

    “Sehingga ke depan Kabupaten Tolikara lebih maju dan berkembang di masa mendatang,” katanya.

    Menurut Wanimbo, pihaknya memberikan apresiasi kepada kepada seluruh masyarakat Kabupaten Tolikara yang turut serta dalam mengawal semua tahapan Pilkada 2024

    “Kami juga menyampaikan terima kasih kepada jajaran TNI-Polri dan tokoh agama, tokoh intelektual dan tokoh adat yang berperan aktif mewujudkan pilkada yang aman dan damai,” ujarnya.

    Sebelumnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tolikara telah melaksanakan rapat pleno penetapan pasangan Wilem Wandik dan Yotam Wenda sebagai Bupati dan Wakil Bupati Tolikara periode 2025-2030.

    Kemudian DPRD Kabupaten Tolikara juga telah menggelar rapat paripurna dengan agenda pengusulan dan penetapan Bupati dan Wakil Bupati Tolikara periode 2025-2030 di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua pada Sabtu (8/2).

    Berdasarkan Surat Keputusan Nomor 2/II/2025 tentang pengusulan dan penetapan Tentang Bupati dan Wakil Bupati menetapkan Wilem Wandik dan Yotam Wenda sebagai Bupati dan Wakil Bupati Tolikara periode 2025-2030.

    Penjabat Bupati Tolikara Marthen Kogoya mengatakan pihaknya berharap peran dari semua pihak, baik pemerintah, TNI-Polri maupun masyarakat dapat berperan aktif dalam menjaga kedamaian di Tolikara sehingga semua pembangunan dapat berjalan dengan baik.

    “Karena Kabupaten Tolikara merupakan salah satu daerah yang masuk dalam kategori rawan konflik,” katanya.

    Pewarta: Ardiles Leloltery
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

  • Kuala Kencana, Kota Modern Berpadu dengan Hutan Tropis Papua

    Kuala Kencana, Kota Modern Berpadu dengan Hutan Tropis Papua

    Liputan6.com, Papua – Di tengah lebatnya hutan tropis Papua, sebuah kota modern dengan konsep yang tidak biasa ditemui di Indonesia. Kuala Kencana di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, memperlihatkan bagaimana pembangunan perkotaan dapat berjalan selaras dengan pelestarian lingkungan.

    Mengutip dari berbagai sumber, Kuala Kencana didirikan PT Freeport Indonesia (PTFI) pada 5 Desember 1995. Kota ini merupakan kota modern pertama di Indonesia yang dibangun di tengah hutan tropis.

    Membentang di area seluas 17.078 hektare di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, kota ini dibangun dengan konsep kota berwawasan lingkungan. Pembangunan Kuala Kencana ditujukan untuk mendukung operasional perusahaan sekaligus berkontribusi pada perkembangan kota Timika.

    Infrastruktur kota ini dirancang dengan standar modern. Hal ini menempatkan seluruh utilitas seperti jaringan listrik, air, dan komunikasi di bawah tanah.

    Sistem pengelolaan limbah dan sampah menjadi salah satu keunggulan Kuala Kencana. Dengan pemantauan berkala, kota ini berhasil mencegah penumpukan sampah yang kerap menjadi masalah di perkotaan Indonesia.

    Di balik modernitas infrastrukturnya, Kuala Kencana menyimpan keunikan dalam mempertahankan keanekaragaman hayati Papua. Flora dan fauna asli daerah ini tetap hidup berdampingan dengan aktivitas perkotaan.

    Salah satu kontribusi kota Kuala Kencana bagi masyarakat Kabupaten Mimika adalah kehadiran Instalasi Pengolahan Air atau Water Treatment Plant (WTP). Fasilitas ini telah diresmikan oleh Bupati Mimika, Dr Eltinus Omaleng pada Oktober 2023.

    Peresmian ini sebagai upaya menyediakan sarana air bersih untuk masyarakat Timika. WTP senilai 10 juta dolar AS atau 150 miliar rupiah tersebut merupakan kerja sama PTFI dan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Mimika. Saat ini, fasilitas ini sedang dalam tahap uji coba dan akan memberikan air bersih untuk mendukung peningkatan kualitas hidup warga Kota Timika.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun