kab/kota: Tel Aviv

  • Warga Israel pun bersuka cita atas kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas

    Warga Israel pun bersuka cita atas kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas

    Jumat, 10 Oktober 2025 08:01 WIB

    Warga Israel merayakan pengumuman kesepakatan gencatan senjata Israel dan Hamas di Tel Aviv, Israel, Kamis (9/10/2025). Israel dan Hamas pada Kamis (9/10) menyepakati gencatan senjata di Gaza, menawarkan langkah sementara untuk mengakhiri konflik dua tahun yang telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina, melukai hampir 170.000 lainnya, dan menghancurkan wilayah tersebut. ANTARA FOTO/Xinhua/​​​​​​Chen Junqing/nym.

    Warga Israel berpelukan setelah adanya pengumuman kesepakatan gencatan senjata Israel dan Hamas di Tel Aviv, Israel, Kamis (9/10/2025). Israel dan Hamas pada Kamis (9/10) menyepakati gencatan senjata di Gaza, menawarkan langkah sementara untuk mengakhiri konflik dua tahun yang telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina, melukai hampir 170.000 lainnya, dan menghancurkan wilayah tersebut. ANTARA FOTO/Xinhua/​​​​​​Chen Junqing/nym.

    Warga Israel berdoa setelah adanya pengumuman kesepakatan gencatan senjata Israel dan Hamas di Tel Aviv, Israel, Kamis (9/10/2025). Israel dan Hamas pada Kamis (9/10) menyepakati gencatan senjata di Gaza, menawarkan langkah sementara untuk mengakhiri konflik dua tahun yang telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina, melukai hampir 170.000 lainnya, dan menghancurkan wilayah tersebut. ANTARA FOTO/Xinhua/​​​​​​Chen Junqing/nym.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Video Penyiksaan Tahanan Palestina Bocor, Israel Tangkap Eks Jaksa Militer

    Video Penyiksaan Tahanan Palestina Bocor, Israel Tangkap Eks Jaksa Militer

    Tel Aviv

    Kepolisian Israel menangkap mantan jaksa militer Yofat Tomer-Yerushalmi menyusul skandal yang mencuat, setelah dia membocorkan video penyiksaan tahanan Palestina oleh tentara-tentara Israel di pangkalan militer Sde Teiman.

    Mayor Jenderal Yifat Tomer-Yerushalmi, seperti dilansir AFP, Senin (3/11/2025), menghilang beberapa jam setelah mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya sebagai Kepala Advokat Jenderal Militer, pada Minggu (2/11) waktu setempat, yang sempat memicu spekulasi di media soal upaya bunuh diri.

    Menurut salinan surat pengunduran dirinya yang dipublikasikan media-media Israel pada Jumat (31/10) lalu, Tomer-Yerushalmi mengakui bahwa kantornya telah merilis video tersebut ke media tahun lalu.

    Lima tentara cadangan Israel telah didakwa secara resmi sejak video itu bocor ke media pada tahun 2024. Di antara dakwaan yang menjerat tentara-tentara Israel itu adalah penggunaan “benda tajam” untuk menusuk tahanan Palestina di dekat dubur.

    Penangkapan terhadap Tomer-Yerushalmi diumumkan oleh Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, dalam pernyataan via Telegram pada Senin (3/11).

    “Telah disepakati bahwa mengingat kejadian tadi malam, dinas penjara akan bertindak dengan kewaspadaan ekstra untuk memastikan keselamatan tahanan di pusat penahanan tempat dia ditahan,” ucap Ben Gvir.

    Dalam pernyataannya, Ben Gvir menekankan “pentingnya… melakukan penyelidikan secara profesional untuk mengungkap kebenaran sepenuhnya terkait kasus yang menyebabkan fitnah berdarah terhadap tentara IDF (Angkatan Bersenjata Israel)”.

    Dia tidak menyebut dakwaan apa yang dijeratkan kepada Tomer-Yerushalmi.

    Pada Jumat (31/10) lalu, militer Israel mengumumkan bahwa Tomer-Yerushalmi telah mengundurkan diri dari jabatannya sambil menunggu penyelidikan atas rekaman video yang bocor dari pangkalan militer Sde Teiman di Israel bagian selatan tahun lalu.

    Video penganiayaan tahanan Palestina, yang diambil dari rekaman kamera keamanan di pusat penahanan itu, ditayangkan televisi lokal Israel, Channel 12 dan sejumlah media lainnya, hingga memicu kemarahan internasional dan protes di dalam wilayah Israel sendiri.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Serahkan 30 Jenazah Tahanan Palestina

    Israel Serahkan 30 Jenazah Tahanan Palestina

    Gaza City

    Israel telah menyerahkan 30 jenazah tahanan Palestina ke Jalur Gaza, sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang sedang berlangsung. Hal itu dilakukan setelah Hamas sebelumnya memulangkan dua jenazah sandera kepada Tel Aviv.

    Kompleks Medis Al-Nasser di Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan, seperti dilansir AFP, Jumat (31/10/2025), telah mengonfirmasi bahwa jenazah tahanan Palestina telah diterima dari pihak Israel.

    “Jenazah 30 tahanan Palestina telah diterima dari pihak Israel sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran,” kata otoritas Kompleks Medis Al-Nasser kepada AFP.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Israel akan mengembalikan 15 jenazah warga Palestina yang tewas dalam penahanannya untuk setiap jenazah sandera Israel yang diserahkan oleh Hamas.

    Dua jenazah sandera baru saja diserahkan Hamas kepada Israel pada Kamis (30/10) waktu setempat. Sebagai imbalannya, Tel Aviv menyerahkan 30 jenazah tahanan Palestina ke Jalur Gaza.

    Penyerahan jenazah tersebut menjadikan jumlah jenazah tahanan Palestina yang telah dipulangkan Israel sejauh ini menjadi 225 jenazah.

    Jenazah-jenazah tahanan Palestina itu dibawa ke Al-Nasser oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC), setelah diserahkan oleh Israel. ICRC selalu memfasilitasi pertukaran jenazah tahanan Palestina dan jenazah sandera Israel selama gencatan senjata Gaza berlangsung.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku 10 Oktober lalu, Hamas telah menyerahkan semua 20 sandera yang masih hidup kepada Israel.

    Kelompok tersebut juga telah mulai memulangkan 28 jenazah sandera, yang dilaporkan hilang, secara bertahap. Namun prosesnya lambat, yang membuat kemarahan Israel memuncak. Hamas mengakui adanya kesulitan mencari jenazah sandera karena banyak puing yang disebabkan pengeboman Israel yang menghancurkan Jalur Gaza.

    Sejauh ini, Hamas baru memulangkan 15 jenazah sandera yang telah diidentifikasi sebagai warga negara Israel dan dua jenazah pekerja asing — satu warga Thailand dan satu lagi warga Nepal.

    Hamas juga telah memulangkan sebagian jenazah seorang sandera Israel yang telah ditemukan, serta satu jenazah tidak teridentifikasi yang tidak terdaftar di antara 28 sandera yang dilaporkan hilang itu.

    Terdapat 10 jenazah sandera yang diperkirakan masih berada di Jalur Gaza, ditambah satu jenazah lagi yang hilang sejak tahun 2014 di sana. Semuanya merupakan warga negara Israel, kecuali satu warga negara Tanzania dan satu warga negara Thailand.

    Lihat juga Video ‘100 Warga Gaza Tewas saat Gencatan Senjata, PBB: Mengerikan!’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Ratusan Tentara Israel Coba Bunuh Diri Selama Perang Gaza

    Ratusan Tentara Israel Coba Bunuh Diri Selama Perang Gaza

    Tel Aviv

    Informasi berikut ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

    Ratusan tentara Israel melakukan percobaan bunuh diri selama 18 bulan terakhir saat perang Gaza berkecamuk. Puluhan percobaan bunuh diri di antaranya berujung kematian.

    Laporan terbaru yang dirilis Pusat Penelitian dan Informasi Knesset, parlemen Israel, seperti dilaporkan media Israel KAN dan dilansir kantor berita Anadolu Agency, Jumat (31/10/2025), menyebutkan bahwa total 279 tentara Israel telah melakukan percobaan bunuh diri selama 18 bulan terakhir.

    KAN dalam laporannya menyebut data resmi yang dirilis Knesset itu menunjukkan “data yang mengkhawatirkan mengenai percobaan bunuh diri di kalangan tentara Israel”.

    Data tersebut menyoroti percobaan bunuh diri antara Januari 2024 hingga Juli 2025, dengan 12 persen di antaranya tergolong sangat serius dan 88 persen lainnya tergolong sedang.

    Sebanyak 36 kasus percobaan bunuh diri, menurut data yang dirilis Knesset, mengakibatkan kematian.

    Menurut laporan terbaru itu, sebanyak 124 tentara Israel tewas karena bunuh diri sejak tahun 2017 lalu hingga Juli 2025, dengan 68 persen di antaranya menjalani wajib militer, 21 persen menjadi tentara cadangan, dan 11 persen lainnya bertugas secara permanen.

    Laporan tersebut menunjukkan peningkatan signifikan kasus bunuh diri di kalangan tentara cadangan Israel sejak tahun 2023, yang menghubungkannya dengan peningkatan jumlah tentara aktif sejak pecahnya perang Gaza.

    “Epidemi bunuh diri, yang diperkirakan akan meningkat seiring berakhirnya perang, membutuhkan pembentukan sistem pendukung yang nyata bagi para tentara, upaya untuk mengakhiri perang, dan mencapai perdamaian sesungguhnya,” kata anggota sayap kiri Knesset, Ofer Cassif, mengomentari laporan tersebut.

    “Pemerintah yang mengirimkan tentaranya berperang dan membiarkan mereka menanggung akibatnya sendirian, sebenarnya merugikan mereka,” sebutnya. Cassif merupakan sosok yang mendesak agar laporan tersebut disusun.

    Perang Gaza yang berkecamuk sejak Oktober 2023, di mana militer Israel melancarkan gelombang serangan udara dan darat terhadap Jalur Gaza, telah menewaskan lebih dari 68.500 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 170.000 orang lainnya.

    Perang mematikan itu terhenti di bawah kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada 10 Oktober lalu, berdasarkan rencana perdamaian 20 poin yang diusulkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Serbuan Israel Tewaskan 1 Orang, Presiden Lebanon Perintahkan Ini!

    Serbuan Israel Tewaskan 1 Orang, Presiden Lebanon Perintahkan Ini!

    Beirut

    Presiden Lebanon Joseph Aoun memerintahkan militernya untuk mengkonfrontasi setiap serangan Israel ke negara tersebut. Perintah itu diberikan setelah pasukan Israel melakukan penyerbuan lintas perbatasan ke Lebanon bagian selatan dan menewaskan seorang pegawai pemerintah setempat.

    Penyerbuan pasukan Israel via darat hingga melanggar perbatasan Lebanon itu terjadi pada Kamis (30/10) dini hari, saat gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat (AS) masih berlangsung.

    Militer Lebanon secara historis berada di pinggir konflik besar yang berkecamuk antara kelompok Hizbullah, yang bermarkas di Lebanon bagian selatan, dan Israel.

    Namun, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Jumat (31/10/2025), posisi itu tampaknya akan berubah, setelah pasukan Israel terdeteksi memasuki kota perbatasan Blida pada Kamis (30/10) pagi waktu setempat dan menembaki gedung pemerintah setempat, hingga menewaskan seorang pegawai di sana.

    Militer Lebanon, dalam pernyataannya, menyebut penyerbuan pasukan Israel di wilayah negara tersebut sebagai “aksi kriminal” dan merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata.

    Kantor berita pemerintah Lebanon, National News Agency (NNA), mengidentifikasi pegawai yang tewas sebagai Ibrahim Salameh, yang sedang tidur di gedung pemerintah yang ditembaki tentara-tentara Israel. Belum diketahui secara jelas apakah Salameh memang menjadi target serangan itu, dan jika iya, apa alasannya.

    Setelah mengerahkan personel ke lokasi serangan pada pukul 04.00 dini hari, militer Lebanon tidak menemukan infrastruktur militer di gedung yang diserang Israel. Pasukan militer Lebanon melihat bekas-bekas tembakan yang mengindikasikan pasukan Israel melepaskan tembakan secara intens dari luar gedung.

    Seorang pejabat keamanan senior Lebanon mengatakan kepada Reuters bahwa jenazah Salameh ditemukan mengenakan piyama dengan genangan darah di lantai, dan beberapa luka tembak di sekujur tubuhnya.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, pasukannya telah melepaskan tembakan di area Blida setelah mengidentifikasi “ancaman langsung” selama operasi penghancuran infrastruktur Hizbullah. Ditambahkan militer Tel Aviv bahwa insiden itu sedang ditinjau lebih lanjut.

    Presiden Aoun mengecam serangan itu sebagai pola agresi Israel, dan menurut pernyataan kantor kepresidenan Lebanon, telah memerintahkan komandan militer Jenderal Rudolph Haykal “agar militer Lebanon mengkonfrontasi setiap penyerbuan Israel ke wilayah selatan yang telah dibebaskan, untuk mempertahankan wilayah Lebanon dan keselamatan warga”.

    Itu menjadi perintah pertama yang diberikan Presiden Aoun agar militer Lebanon menghadapi pasukan Israel sejak dia menjabat pada Januari lalu.

    Hizbullah, yang bertempur melawan Israel selama lebih dari setahun setelah perang Gaza meletus pada Oktober 2023, menyatakan dukungan terhadap perintah Presiden Aoun. Kelompok itu menyerukan dukungan untuk militer Lebanon dalam mengkonfrontasi Israel.

    Lihat juga Video: Detik-detik Drone Israel Hantam Mobil di Lebanon, 2 Tewas

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Hamas Tuduh Israel Sabotase Rencana Perdamaian Trump untuk Gaza

    Hamas Tuduh Israel Sabotase Rencana Perdamaian Trump untuk Gaza

    Gaza City

    Kelompok Hamas menyatakan Israel bertanggung jawab penuh atas “eskalasi berbahaya” yang terjadi di Jalur Gaza, menyusul rentetan pengeboman mematikan oleh militer Tel Aviv yang menewaskan lebih dari 100 orang saat gencatan senjata berlangsung.

    Hamas menuduh Israel berupaya melakukan sabotase terhadap rencana perdamaian yang digagas oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengakhiri perang Gaza.

    Dalam pernyataan terbarunya, seperti dilansir kantor berita Turki, Anadolu Agency, Kamis (30/10/2025), Hamas menekankan bahwa mereka tidak akan membiarkan Israel memaksakan “realitas baru” di Jalur Gaza yang sedang dihujani serangan.

    “Hamas menegaskan bahwa pendudukan (Israel) bertanggung jawab penuh atas eskalasi berbahaya ini, beserta konsekuensinya di lapangan dan secara politik, dan atas upaya menyabotase rencana Trump dan kesepakatan gencatan senjata,” sebut Hamas dalam pernyataannya.

    Lebih lanjut, Hamas menegaskan kembali komitmen penuh terhadap kesepakatan gencatan senjata dan meminta para mediator, serta para penjamin kesepakatan itu, untuk memikul tanggung jawab mereka dan memberikan tekanan segera kepada Israel agar menghentikan “pembantaian” terhadap warga Palestina.

    Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan sedikitnya 104 orang, termasuk 46 anak dan 24 perempuan, tewas dalam pengeboman Israel pada Selasa (28/10) malam waktu setempat. Pengeboman itu terjadi setelah Tel Aviv mengumumkan kematian seorang tentaranya dalam penembakan di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan.

    Militer Israel mengklaim pengeboman itu menargetkan 30 militan senior di Jalur Gaza, dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Katz mengklaim “puluhan komandan Hamas telah dinetralisir”.

    Namun Hamas, dalam pernyataan sebelumnya, telah menegaskan bahwa para petempurnya “tidak ada hubungannya dengan insiden penembakan di Rafah” dan menegaskan kembali komitmen terhadap gencatan senjata Gaza.

    Dalam perkembangan situasi terbaru, militer Israel kembali melancarkan serangan terhadap Jalur Gaza pada Rabu (29/10), yang diklaim menargetkan sebuah gudang senjata.

    Militer Tel Aviv mengumumkan bahwa pasukannya telah melancarkan serangan presisi terhadap sebuah lokasi di wilayah Beit Lahia, Jalur Gaza bagian utara, yang diklaim sebagai tempat senjata-senjata ditimbun untuk “serangan teror yang akan segera terjadi”.

    Ditegaskan militer Israel dalam pernyataannya bahwa pasukannya akan tetap dikerahkan “sesuai dengan perjanjian gencatan senjata dan akan terus beroperasi untuk mengatasi ancaman langsung apa pun”.

    Otoritas Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza, yang menerima korban jiwa akibat serangan itu, melaporkan sedikitnya dua warga Palestina tewas dalam serangan terbaru Israel tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Korban Tewas Gempuran Israel di Gaza Bertambah Jadi 50 Orang

    Korban Tewas Gempuran Israel di Gaza Bertambah Jadi 50 Orang

    Gaza City

    Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa rentetan serangan udara Israel semalam telah menewaskan sedikitnya 50 orang di berbagai wilayah Jalur Gaza. Militer Israel membombardir serangkaian target di Jalur Gaza pada Selasa (28/10), setelah seorang tentaranya tewas dalam penembakan di wilayah tersebut.

    Juru bicara badan pertahanan sipil, Mahmud Bassal, seperti dilansir AFP, Rabu (29/10/2025), menyebut serangan Israel itu sebagai “pelanggaran yang jelas dan mencolok terhadap kesepakatan gencatan senjata”, meskipun Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan “tidak ada” yang akan membahayakan gencatan senjata Gaza.

    Badan pertahanan sipil Gaza, yang beroperasi sebagai pasukan penyelamat di bawah kekuasaan Hamas, melaporkan 22 anak-anak termasuk di antara korban tewas, yang juga terdiri atas perempuan dan lansia. Sekitar 200 orang lainnya mengalami luka-luka.

    “Serangan-serangan Israel menargetkan tenda-tenda pengungsi, rumah-rumah, dan area sekitar sekitar sebuah rumah sakit di Jalur Gaza,” sebut Bassal.

    Militer Israel mulai melancarkan serangan udara pada Selasa (28/10) waktu setempat, setelah menuduh Hamas menyerang pasukannya di Jalur Gaza dan melanggar gencatan senjata.

    Seorang pejabat militer Israel mengatakan bahwa seorang tentaranya bernama Yona Efraim Feldbaum (37) tewas di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, ketika sebuah kendaraan teknik dihantam “tembakan musuh”.

    “Beberapa menit kemudian, beberapa rudal antitank ditembakkan ke sebuah kendaraan lapis baja lainnya milik pasukan di area tersebut,” kata pejabat militer Tel Aviv tersebut.

    Kelompok Hamas, dalam pernyataannya, menegaskan para petempurnya “tidak ada hubungannya dengan insiden penembakan di Rafah”, dan menegaskan kembali komitmen pada gencatan senjata Gaza yang didukung AS.

    Sementara Trump membela respons yang diberikan Israel di Jalur Gaza, namun menambahkan bahwa “tidak ada yang akan membahayakan” gencatan senjata.

    “Mereka membunuh seorang tentara Israel. Jadi, Israel membalas. Dan mereka seharusnya membalas,” kata sang Presiden AS di pesawat kepresidenan Air Force One selama kunjungannya ke Asia.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Bombardir Gaza Saat Gencatan Senjata, Trump Bilang Gini

    Israel Bombardir Gaza Saat Gencatan Senjata, Trump Bilang Gini

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan bahwa gencatan senjata Gaza tidak terancam setelah rentetan serangan Israel menewaskan sedikitnya 26 orang di wilayah tersebut. Israel kembali membombardir Jalur Gaza setelah menuduh kelompok Hamas melanggar gencatan senjata.

    Trump, seperti dilansir Reuters, Rabu (29/10/2025), menyebut Israel memiliki hak untuk menyerang balik jika diserang di wilayah Jalur Gaza.

    Otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa gempuran terbaru yang melibatkan pesawat-pesawat militer Israel, pada Selasa (28/10), menewaskan sedikitnya 26 orang di beberapa wilayah Jalur Gaza.

    “Sejauh yang saya pahami, mereka menembak seorang tentara Israel,” kata Trump kepada wartawan di dalam pesawat kepresidenan AS Air Force One yang terbang dari Jepang ke Korsel, pada Rabu (29/10). Trump ditanya soal serangan terbaru Israel di Jalur Gaza yang merenggut korban jiwa.

    “Jadi, Israel menyerang balik dan mereka seharusnya menyerang balik. Ketika itu terjadi, mereka seharusnya menyerang balik,” ucapnya.

    Mengenai gencatan senjata Gaza yang berlangsung selama tiga pekan terakhir, Trump meredakan kekhawatiran yang muncul.

    “Tidak ada yang akan membahayakan (gencatan senjata Gaza),” tegasnya. “Anda harus memahami bahwa Hamas merupakan bagian yang sangat kecil dari perdamaian di Timur Tengah, dan mereka harus berperilaku baik,” ujar Trump.

    “Jika mereka (Hamas) baik, mereka akan senang, dan jika mereka tidak baik, mereka akan diakhiri, nyawa mereka akan diakhiri,” tegas Trump.

    Pernyataan senada disampaikan oleh Wakil Presiden AS JD Vance, seperti dilansir Reuters dan Anadolu Agency, yang menegaskan bahwa gencatan senjata Gaza masih bertahan meskipun Israel kembali membombardir Jalur Gaza.

    “Presiden mewujudkan perdamaian bersejarah di Timur Tengah, gencatan senjata masih berlaku. Bukan berarti tidak akan ada pertempuran kecil di sana dan di sini,” kata Vance kepada wartawan di Washington DC.

    “Kita mengetahui bahwa Hamas atau kelompok lainnya di Gaza menyerang seorang tentara (Israel). Kita memperkirakan Israel akan membalas, tetapi saya pikir perdamaian yang diwujudkan Presiden akan tetap bertahan meskipun ada hal tersebut,” ucapnya.

    Militer Israel menggempur Jalur Gaza pada Selasa (28/10), menyusul perintah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu “untuk segera melancarkan serangan dahsyat” setelah dia menuduh Hamas melanggar gencatan senjata Gaza.

    Militer Israel tidak menjelaskan alasan spesifik di balik serangan terbarunya itu, namun seorang pejabat militer Tel Aviv menyebut Hamas melanggar gencatan senjata dengan menyerang pasukan Israel di area yang dikuasai pasukan Tel Aviv di Jalur Gaza.

    Hamas membantah bertanggung jawab atas serangan terhadap pasukan Israel tersebut, dan menegaskan pihaknya tetap berkomitmen pada kesepakatan gencatan senjata Gaza.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Pasukan Israel Tembak Mati 3 Warga Palestina di Tepi Barat

    Pasukan Israel Tembak Mati 3 Warga Palestina di Tepi Barat

    Tepi Barat

    Otoritas Israel mengatakan pasukan keamanan mereka telah menewaskan tiga warga Palestina dalam sebuah operasi di wilayah Tepi Barat bagian utara pada Selasa (28/10) pagi waktu setempat. Tel Aviv mengklaim ketiga orang yang tewas itu sedang merencanakan serangan.

    Kepolisian Israel dalam pernyataannya, seperti dilansir Associated Press, Selasa (28/10/2025), mengatakan tiga pria ditembak ketika mereka keluar dari sebuah gua di dekat Jenin, Tepi Barat bagian utara, yang dikenal sebagai basis militan.

    Otoritas Israel mengklaim ketiga pria yang ditembak mati itu merupakan para militan yang merencanakan serangan, namun tidak dijelaskan lebih lanjut soal rencana serangan tersebut.

    Laporan The Times of Israel menyebut pasukan keamanan Israel bertindak atas informasi intelijen yang diberikan oleh badan keamanan Shin Bet, dan mendapatkan dukungan militer Israel.

    Pernyataan otoritas Israel menyebut pasukan militernya melancarkan serangan udara tak lama kemudian untuk menghancurkan gua tersebut. Militer Tel Aviv mengonfirmasi adanya serangan udara di area tersebut, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.

    Belum ada tanggapan langsung dari Otoritas Palestina yang berkantor di Ramallah, Tepi Barat.

    Israel semakin meningkatkan aktivitas militernya di wilayah Tepi Barat sejak perang Gaza berkecamuk pada 7 Oktober 2023 lalu. Militer Tel Aviv mengklaim operasinya bertujuan menindak militan-militan di Tepi Barat.

    Namun, Otoritas Palestina dan kelompok hak asasi manusia (HAM) mengatakan bahwa sejumlah warga sipil yang tidak terlibat juga termasuk di antara korban tewas, sementara puluhan ribu orang telah mengungsi dari rumah-rumah mereka di Tepi Barat.

    Operasi militer berskala besar dilancarkan Israel sejak Januari lalu terhadap kamp Jenin, yang sejak lama menjadi markas kelompok-kelompok militan, termasuk Hamas, dan Jihad Islam. Operasi militer Tel Aviv itu membuat sebagian besar wilayah Jenin terbengkalai dan hancur.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Netanyahu Bilang Israel Tak Butuh Izin Serang Musuh di Gaza atau Lebanon

    Netanyahu Bilang Israel Tak Butuh Izin Serang Musuh di Gaza atau Lebanon

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa negaranya tidak akan meminta persetujuan untuk menyerang target di Jalur Gaza atau Lebanon. Dia bersikeras akan mempertahankan kendali keamanan atas Jalur Gaza, meskipun telah menandatangani perjanjian gencatan senjata.

    Berbicara dalam rapat dengan jajaran menteri dalam pemerintahannya, seperti dilansir AFP, Senin (27/10/2025), Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan memutuskan sendiri soal di mana dan kapan akan menyerang musuh-musuhnya.

    “Israel merupakan negara merdeka. Kami akan membela diri dengan cara kami sendiri dan kami akan terus menentukan nasib kami sendiri,” tegas Netanyahu.

    “Kami tidak meminta persetujuan siapa pun untuk hal ini. Kami mengendalikan keamanan kami sendiri,” ujarnya dalam rapat yang digelar Minggu (26/10).

    Beberapa waktu terakhir, Israel kembali melancarkan rentetan serangan di wilayah Jalur Gaza dan Lebanon, yang diklaim menargetkan posisi Hamas dan sekutunya, kelompok Hizbullah. Serangan dilancarkan Tel Aviv meskipun ada perjanjian gencatan senjata di kedua wilayah tersebut.

    Pernyataan Netanyahu itu disampaikan setelah kunjungan para pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) yang berupaya mengkonsolidasikan gencatan senjata Gaza.

    Berdasarkan ketentuan gencatan senjata Gaza yang dimediasi AS, ketika pasukan Israel ditarik mundur setelah berakhirnya dua tahun pertempuran melawan Hamas, pasukan keamanan internasional, yang sebagian besar berasal dari negara Arab atau Muslim, akan menjaga keamanan Jalur Gaza.

    Namun, Israel menentang peran apa pun bagi rival regionalnya, Turki, dengan Netanyahu menegaskan Tel Aviv akan memutuskan sendiri soal negara mana yang akan diizinkan untuk mengirimkan pasukan guna mengawasi gencatan senjata di Jalur Gaza.

    “Kami menegaskan dengan rasa hormat terkait pasukan internasional bahwa Israel akan menentukan pasukan mana yang tidak dapat kami terima,” ucap Netanyahu, sehari setelah Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengakhiri kunjungan tingkat tinggi ke Israel.

    Juru bicara pemerintah Israel, Shosh Bedrosian, secara terpisah menegaskan maksud dari pernyataan Netanyahu pada Minggu (26/10) tersebut.

    “Perdana Menteri telah mengatakan hal itu akan dilakukan dengan cara mudah atau cara yang sulit, dan Israel akan memiliki kendali keamanan menyeluruh atas Jalur Gaza,” ujarnya.

    “Gaza akan didemiliterisasi dan Hamas tidak akan memiliki peran dalam memerintah rakyat Palestina,” tandas Bedrosian.

    Lihat Video ‘Momen Warga Gaza Gelar Pemakaman Massal Korban Tahanan Israel’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)