kab/kota: Tel Aviv

  • Perintah Tangkap Netanyahu dari Ankara Turki Sebab Genosida di Gaza

    Perintah Tangkap Netanyahu dari Ankara Turki Sebab Genosida di Gaza

    Jakarta

    Perintah untuk menangkap Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu datang dari Ankara Turki. Perintah penangkapan terhadap Netanyahu itu dikeluarkan Turki terkait genosida di Gaza.

    Dirangkum detikcom, Minggu (9/11/2025) Pengadilan Turki merilis surat perintah penangkapan atas tuduhan genosida, pada Jumat (7/11), terhadap Netanyahu dan sebanyak 36 pejabat senior dalam pemerintahannya terkait perang mematikan di Jalur Gaza.

    Kantor Kejaksaan Istanbul dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Anadolu Agency, mengumumkan pengadilan telah merilis surat perintah penangkapan terhadap 37 pejabat senior Israel, termasuk Netanyahu, atas tuduhan genosida dan kejahatan kemanusiaan terkait perang Gaza.

    Para pejabat senior Tel Aviv yang menjadi target perintah penangkapan tersebut mencakup Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Katz, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, Kepala Staf Umum militer Israel Letnan Jenderal Eyal Zamir dan Komandan Angkatan Laut Israel David Saar Salama.

    Kantor Kejaksaan Istanbul menuduh para pejabat senior Israel tersebut telah melakukan “genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan”, yang menurut Ankara, “dilakukan secara sistematis” oleh Tel Aviv di Jalur Gaza.

    Dalam pernyataannya, Kantor Kejaksaan Istanbul juga menyinggung soal rentetan serangan militer Israel terhadap rumah-rumah sakit di wilayah Jalur Gaza, termasuk Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina, yang dibangun oleh Ankara dan dibom oleh militer Tel Aviv pada Maret lalu.

    Kantor Kejaksaan Istanbul menyatakan bahwa akibat genosida dan kejahatan kemanusiaan sistematis yang dilakukan Israel di Jalur Gaza, ribuan orang, termasuk perempuan dan anak-anak, kehilangan nyawa, dengan ribuan orang lainnya luka-luka, dan area-area permukiman tidak dapat dihuni lagi.

    “Berdasarkan bukti yang diperoleh, telah ditetapkan bahwa para pejabat negara Israel memikul tanggung jawab pidana atas tindakan sistematis ‘kejahatan terhadap kemanusiaan’ dan ‘genosida’ yang dilakukan di Jalur Gaza,” sebut Kantor Kejaksaan Istanbul dalam pernyataannya.

    “Telah ditetapkan bahwa para tersangka tidak dapat ditangkap karena mereka saat ini tidak berada di Turki,” imbuh pernyataan itu.

    “Atas permintaan Kantor Kejaksaan, pada 7 November 2025, Pengadilan Kriminal Perdamaian Istanbul yang bertugas mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk 37 tersangka, termasuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu … atas tuduhan ‘kejahatan terhadap kemanusiaan’ berdasarkan pasal 77 dan ‘genosida’ berdasarkan pasal 76 Undang-undang Pidana Turki,” demikian pernyataan Kantor Kejaksaan Istanbul pada Jumat (7/11).

    Turki, yang merupakan salah satu pengkritik paling vokal terhadap perang Israel di Jalur Gaza, tahun lalu bergabung dengan gugatan yang diajukan Afrika Selatan ke Mahkamah Internasional (ICJ), yang menuduh Israel melakukan genosida.

    Israel Geram Turki Rilis Perintah Tangkap Netanyahu

    Israel memberikan reaksi keras terhadap langkah pengadilan Turki merilis surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu atas tuduhan genosida dalam perang Gaza. Tel Aviv menolak tuduhan genosida dan menyebut langkah Ankara itu sebagai “aksi publisitas” belaka.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Gideon Saar, dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (8/11/2025), bahkan menyebut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai “tiran”.

    “Israel dengan tegas menolak, dengan penghinaan, aksi publisitas terbaru oleh tiran Erdogan,” kata Saar dalam pernyataan via media sosial X.

    Saar, dalam postingannya menggunakan bahasa Inggris via media sosial X, melontarkan serangan lebih lanjut terhadap Erdogan. Dia menyinggung soal penangkapan rival-rival politik Erdogan, terutama Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu yang ditahan sejak Maret lalu.

    Halaman 2 dari 3

    (whn/fas)

  • Bantahan Iran ke AS soal Tuduhan Mau Bunuh Dubes Israel di Meksiko

    Bantahan Iran ke AS soal Tuduhan Mau Bunuh Dubes Israel di Meksiko

    Jakarta

    Iran membantah keras tuduhan Amerika Serikat (AS) yang menuding Teheran berencana membunuh Duta Besar Israel untuk Meksiko, Eniat Kranz Neiger. Pemerintah Iran menilai tuduhan tersebut sebagai fitnah politik yang bertujuan merusak hubungan diplomatiknya dengan Meksiko.

    Pernyataan bantahan itu muncul tak lama setelah pejabat AS mengklaim telah menggagalkan upaya pembunuhan yang diduga disusun oleh Pasukan Quds, unit elite Garda Revolusi Iran. Washington menyebut rencana itu aktif sejak akhir 2024 dan berhasil dicegah pada tahun ini.

    AS Tuduh Iran Berencana Bunuh Dubes Israel

    Pejabat AS yang berbicara secara anonim kepada Reuters dan AFP mengatakan, rencana pembunuhan terhadap Dubes Israel di Meksiko telah disusun sejak akhir tahun lalu. “Rencana tersebut telah digagalkan dan tidak menimbulkan ancaman pada saat ini,” ujarnya, dikutip Sabtu (8/11/2025).

    Menurut sumber yang sama, Pasukan Quds diduga merekrut agen dari Kedutaan Besar Iran di Venezuela untuk melancarkan operasi itu. Venezuela, yang presidennya Nicolas Maduro dikenal beraliansi taktis dengan Teheran, disebut menjadi salah satu titik koneksi dalam dugaan plot tersebut. Namun pejabat AS itu menolak menjelaskan secara detail bagaimana rencana itu berhasil digagalkan.

    Otoritas Israel dalam pernyataan terpisah menyebut pemerintah Meksiko turut berperan dalam mencegah rencana tersebut. Namun, Kementerian Luar Negeri Meksiko menegaskan bahwa pihaknya “tidak menerima informasi apa pun” mengenai rencana pembunuhan Dubes Israel di wilayahnya.

    Bantahan Iran dan Hubungannya dengan Meksiko

    Kedutaan Besar Iran di Meksiko melalui pernyataan resmi di media sosial X menolak tuduhan tersebut. “Itu merupakan rekayasa media, sebuah kebohongan besar,” tegas pernyataan Kedubes Iran seperti dilansir AFP.

    Iran menilai tuduhan yang dilontarkan Washington dimaksudkan untuk mengganggu hubungan baik antara Teheran dan Mexico City. “Tujuannya adalah untuk merusak hubungan yang bersahabat dan historis antara kedua negara (Meksiko dan Iran), yang dengan tegas kami tolak,” lanjut pernyataan itu.

    Kedubes Iran juga menekankan bahwa hubungan diplomatiknya dengan Meksiko selama ini berjalan baik dan berdasarkan prinsip saling menghormati. Pemerintah Meksiko sendiri menyatakan terbuka untuk kerja sama keamanan yang “saling menghormati dan terkoordinasi, selalu dalam kerangka kedaulatan nasional”.

    Respons Meksiko

    Sikap Meksiko dinilai hati-hati di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel. Negara tersebut memiliki kebijakan luar negeri yang menekankan prinsip non-intervensi, berbeda dari sejumlah negara Amerika Latin lain yang banyak mendukung blok tertentu dalam konflik Timur Tengah.

    Meksiko diketahui mendukung penyelidikan atas tuduhan kejahatan perang oleh Israel di Jalur Gaza, namun tetap mempertahankan hubungan diplomatik yang baik dengan Tel Aviv. Dubes Israel untuk Meksiko, Eniat Kranz Neiger, menyebut bahwa otoritas keamanan dan intelijen Meksiko “bertindak untuk menetralisir ancaman ini”.

    Halaman 2 dari 3

    (wia/jbr)

  • Turki Rilis Perintah Penangkapan Netanyahu, Hamas Lontarkan Pujian

    Turki Rilis Perintah Penangkapan Netanyahu, Hamas Lontarkan Pujian

    Gaza

    Kelompok Hamas menyambut baik pengumuman Turki soal dirilisnya surat perintah penangkapan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu atas tuduhan genosida dalam perang Gaza. Hamas menyebutnya “langkah terpuji” dari Ankara.

    Hamas dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Anadolu Agency, Sabtu (8/11/2025), menyebut langkah pengadilan Turki merilis surat perintah penangkapan untuk 37 pejabat senior Israel, termasuk Netanyahu, menunjukkan “ikatan persaudaraan” yang kuat dengan rakyat Palestina yang tertindas.

    “Langkah terpuji ini mencerminkan posisi tulus rakyat dan kepemimpinan Turki dalam menegakkan keadilan, kemanusiaan, dan ikatan persaudaraan yang menyatukan mereka dengan rakyat Palestina tertindas, yang telah dan terus menghadapi salah satu perang genosida paling brutal dalam sejarah modern di tangan para pemimpin pendudukan fasis,” sebut Hamas dalam pernyataannya.

    Lebih lanjut, Hamas menyerukan kepada pemerintah dunia dan badan peradilan dunia untuk “mengeluarkan surat perintah hukum untuk mengejar para pemimpin pendudukan Zionis di mana pun mereka berada”.

    “Dan membawa mereka ke pengadilan untuk mempertanggungjawabkan kejahatan mereka terhadap kemanusiaan,” cetus Hamas dalam pernyataannya.

    Kantor Kejaksaan Istanbul mengumumkan, pada Jumat (7/11) waktu setempat, bahwa Pengadilan Kriminal Perdamaian Istanbul telah merilis surat perintah penangkapan terhadap 37 pejabat senior Israel, termasuk Netanyahu, atas tuduhan genosida dan kejahatan kemanusiaan terkait perang Gaza.

    Para pejabat senior Tel Aviv lainnya yang menjadi target perintah penangkapan tersebut mencakup Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Katz, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, Kepala Staf Umum militer Israel Letnan Jenderal Eyal Zamir dan Komandan Angkatan Laut Israel David Saar Salama.

    Kantor Kejaksaan Istanbul menyatakan bahwa akibat genosida dan kejahatan kemanusiaan sistematis yang dilakukan Israel di Jalur Gaza, ribuan orang, termasuk perempuan dan anak-anak, kehilangan nyawa, dengan ribuan orang lainnya luka-luka, dan area-area permukiman tidak dapat dihuni lagi.

    “Berdasarkan bukti yang diperoleh, telah ditetapkan bahwa para pejabat negara Israel memikul tanggung jawab pidana atas tindakan sistematis ‘kejahatan terhadap kemanusiaan’ dan ‘genosida’ yang dilakukan di Jalur Gaza,” sebut Kantor Kejaksaan Istanbul dalam pernyataannya.

    Israel memberikan reaksi keras dengan menyebut langkah pengadilan Turki merilis surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu itu sebagai “aksi publisitas”.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Gideon Saar, bahkan menyebut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai “tiran”.

    “Israel dengan tegas menolak, dengan penghinaan, aksi publisitas terbaru oleh tiran Erdogan,” kata Saar dalam pernyataan via media sosial X.

    Tonton juga video “Israel Tuduh Hamas Rekayasa Pengambilan Sisa Jenazah Sandera”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Presiden Iran Akui Inginkan Perdamaian, Tapi Tolak Setop Program Nuklir

    Presiden Iran Akui Inginkan Perdamaian, Tapi Tolak Setop Program Nuklir

    Teheran

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan negaranya menginginkan perdamaian. Namun Pezeshkian juga menegaskan bahwa Teheran tidak akan dipaksa untuk menghentikan program nuklir dan rudalnya.

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan pada Kamis (6/11) bahwa Iran telah menanyakan apakah sanksi-sanksi Washington terhadap negara itu dapat dicabut.

    Pezeshkian dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters, Sabtu (8/11/2025), mengatakan Iran bersedia melakukan perundingan, namun menolak tunduk terhadap paksaan untuk menghentikan program nuklirnya.

    “Kami bersedia mengadakan perundingan di bawah kerangka kerja internasional, tetapi tidak jika mereka mengatakan Anda tidak dapat memiliki ilmu pengetahuan (nuklir), atau hak untuk mempertahankan diri (dengan rudal), atau kami akan mengebom Anda,” kata Pezeshkian dalam pernyataannya.

    Iran telah berulang kali menepis kemungkinan negosiasi mengenai kemampuan pertahanan, termasuk program rudalnya, dan gagasan untuk menghentikan semua pengayaan uranium di wilayahnya.

    “Kami ingin hidup di dunia dengan damai dan aman, tetapi tidak dipermalukan, dan tidak dapat diterima jika mereka memaksakan apa pun yang mereka inginkan kepada kami dan kami hanya melayani mereka,” tegas Pezeshkian.

    “Mereka memasok senjata ke Israel sementara mereka melarang kami memiliki rudal untuk pertahanan, lalu mereka mengebom kami kapan pun mereka mau,” imbuhnya.

    Teheran dan Washington telah mengadakan lima putaran perundingan nuklir sebelum perang 12 hari pecah antara Iran dan Israel pada pertengahan Juni lalu.

    Israel pada saat itu melancarkan gelombang pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Iran, dengan menargetkan fasilitas nuklir dan militer Teheran, serta area permukiman, yang menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk para ilmuwan nuklir negara tersebut.

    Iran membalas dengan melancarkan rentetan serangan rudal balistik dan drone yang ditargetkan ke kota-kota Israel.

    Tel Aviv memandang Teheran sebagai ancaman eksistensial. Namun Iran mengatakan rudal balistiknya, dengan jangkauan hingga 2.000 kilometer, merupakan kekuatan pencegah dan pembalasan yang penting terhadap AS, Israel, dan musuh-musuh regional lainnya.

    Iran membantah sedang berupaya mengembangkan senjata nuklir.

    Tonton juga video “Alasan Iran Masih Ogah Kerja Sama dengan AS”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • 2 Remaja Palestina Tewas Ditembak Tentara Israel di Tepi Barat

    2 Remaja Palestina Tewas Ditembak Tentara Israel di Tepi Barat

    Tepi Barat

    Dua remaja Palestina tewas ditembak tentara Israel dalam insiden terbaru di wilayah Tepi Barat. Militer Tel Aviv menyebut kedua individu yang mereka tembak sebagai “teroris”, dan mengklaim mereka telah melemparkan bom molotov.

    Kementerian Kesehatan Palestina, yang berbasis di Ramallah, Tepi Barat, seperti dilansir AFP, Sabtu (8/11/2025), mengumumkan kematian dua remaja yang berusia 16 tahun pada Jumat (7/11) waktu setempat. Keduanya diidentifikasi Mohammed Abdullah Mohammed Ateem dan Muhammad Rashad Fadl Qasim.

    Disebutkan Kementerian Kesehatan Palestina bahwa kedua remaja itu ditembak mati oleh pasukan Israel.

    Kementerian Kesehatan Palestina menambahkan bahwa militer Israel masih menahan jenazah kedua remaja Palestina tersebut.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, menyebut pasukannya telah menewaskan dua orang yang mereka sebut melemparkan bom molotov di area Judeira pada Kamis (6/11) malam.

    “Tadi malam… dua teroris teridentifikasi saat mereka menyalakan dan melemparkan bom molotov ke arah jalur sipil utama,” demikian pernyataan militer Israel.

    Ditambahkan militer Tel Aviv bahwa unit militer yang dikerahkan ke area tersebut telah “menghabisi” orang-orang tersebut — istilah yang umumnya digunakan ketika tentara Israel membunuh seorang tersangka.

    Militer Israel juga merilis video kamera pengawas yang menunjukkan dua orang sedang melemparkan objek terbakar ke atas tembok, mirip dengan tembok yang memisahkan area dekat Judeira dari ruas jalanan yang secara eksklusif digunakan oleh warga Israel.

    Meskipun terletak di Tepi Barat, Judeira dikelilingi oleh ruas jalanan dan lahan yang dianeksasi oleh Israel.

    Ayah salah satu remaja yang tewas, Mohammed, mengatakan kepada AFP bahwa pihak keluarga kehilangan jejak dua remaja itu sekitar “satu atau dua jam” setelah pasukan Israel memasuki kota Judeira, dan baru mengetahui kematian mereka pada Jumat (7/11) pagi waktu setempat.

    Sementara itu, pada Rabu (5/11), militer Israel menewaskan seorang remaja Palestina lainnya, yang diklaim melemparkan alat peledak ke arah pasukan Tel Aviv.

    Rentetan tindak kekerasan di Tepi Barat melonjak sejak perang Gaza pecah pada Oktober 2023. Menurut data Kementerian Kesehatan Palestina, sedikitnya 1.001 warga Palestina, termasuk militan, tewas di Tepi Barat oleh tentara atau pemukim Israel sejak dimulainya perang Gaza.

    Selama periode yang sama, sedikitnya 43 warga Israel, termasuk tentara, tewas dalam rentetan serangan yang didalangi warga Palestina di wilayah Tepi Barat.

    Tonton juga video “Trump Sebut Pasukan Stabilitas Internasional untuk Gaza Segera Tiba”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Israel Geram Turki Rilis Perintah Tangkap Netanyahu, Sebut Erdogan ‘Tiran’

    Israel Geram Turki Rilis Perintah Tangkap Netanyahu, Sebut Erdogan ‘Tiran’

    Tel Aviv

    Israel memberikan reaksi keras terhadap langkah pengadilan Turki merilis surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu atas tuduhan genosida dalam perang Gaza. Tel Aviv menolak tuduhan genosida dan menyebut langkah Ankara itu sebagai “aksi publisitas” belaka.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Gideon Saar, dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (8/11/2025), bahkan menyebut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai “tiran”.

    “Israel dengan tegas menolak, dengan penghinaan, aksi publisitas terbaru oleh tiran Erdogan,” kata Saar dalam pernyataan via media sosial X.

    Saar, dalam postingannya menggunakan bahasa Inggris via media sosial X, melontarkan serangan lebih lanjut terhadap Erdogan. Dia menyinggung soal penangkapan rival-rival politik Erdogan, terutama Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu yang ditahan sejak Maret lalu.

    “Di Turki di bawah Erdogan, peradilan telah lama menjadi alat untuk membungkam rival politik dan menahan para jurnalis, hakim, dan wali kota,” sebutnya.

    Saar menuduh Kantor Kejaksaan Istanbul “baru-baru ini telah mengatur penangkapan Wali Kota Istanbul hanya karena berani mencalonkan diri melawan Erdogan”.

    Pada Jumat (7/11) waktu setempat, Kantor Kejaksaan Istanbul mengumumkan bahwa Pengadilan Kriminal Perdamaian Istanbul telah merilis surat perintah penangkapan terhadap 37 pejabat senior Israel, termasuk Netanyahu, atas tuduhan genosida dan kejahatan kemanusiaan terkait perang Gaza.

    Para pejabat senior Tel Aviv lainnya yang menjadi target perintah penangkapan tersebut mencakup Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Katz, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, Kepala Staf Umum militer Israel Letnan Jenderal Eyal Zamir dan Komandan Angkatan Laut Israel David Saar Salama.

    Kantor Kejaksaan Istanbul menyatakan bahwa akibat genosida dan kejahatan kemanusiaan sistematis yang dilakukan Israel di Jalur Gaza, ribuan orang, termasuk perempuan dan anak-anak, kehilangan nyawa, dengan ribuan orang lainnya luka-luka, dan area-area permukiman tidak dapat dihuni lagi.

    “Berdasarkan bukti yang diperoleh, telah ditetapkan bahwa para pejabat negara Israel memikul tanggung jawab pidana atas tindakan sistematis ‘kejahatan terhadap kemanusiaan’ dan ‘genosida’ yang dilakukan di Jalur Gaza,” sebut Kantor Kejaksaan Istanbul dalam pernyataannya.

    Reaksi keras lainnya disampaikan oleh mantan Menlu Israel Avigdor Lieberman, yang menyebut surat perintah penangkapan yang dirilis Turki terhadap para pejabat senior Israel itu “dengan jelas menjelaskan mengapa Turki tidak boleh hadir di Jalur Gaza — secara langsung maupun tidak langsung”.

    Turki diketahui ingin berpartisipasi dalam pasukan keamanan internasional yang bertujuan menjaga stabilisasi Jalur Gaza pascaperang, sesuai dengan rencana perdamaian yang diusulkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Namun niat Ankara itu menuai penolakan Tel Aviv, yang menganggap Turki terlalu dekat dengan Hamas.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Iran Kutuk Serangan Israel terhadap Hizbullah di Lebanon: Biadab!

    Iran Kutuk Serangan Israel terhadap Hizbullah di Lebanon: Biadab!

    Teheran

    Pemerintah Iran mengutuk apa yang mereka sebut sebagai serangan “biadab” oleh Israel terhadap Lebanon. Kecaman ini disampaikan Teheran setelah Tel Aviv, musuh bebuyutannya, menyerang posisi kelompok Hizbullah, sekutu Iran, di wilayah Lebanon bagian selatan.

    Dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir AFP, Jumat (7/11/2025), Kementerian Luar Negeri Iran mendesak “Perserikatan Bangsa-Bangsa, komunitas internasional, dan negara-negara regional untuk mengkonfrontasi hasutan perang” Israel.

    Kementerian Luar Negeri Teheran juga menyampaikan “belasungkawa atas gugurnya warga Lebanon dalam serangan biadab tersebut”.

    Militer Israel mengatakan pada Kamis (6/11) bahwa pasukannya melancarkan serangan udara besar-besaran di Lebanon bagian selatan, yang diklaim menargetkan serangkaian posisi Hizbullah. Tel Aviv menuduh Hizbullah sedang berusaha membangun kembali kemampuan militer mereka di wilayah tersebut.

    Dalam pernyataannya, militer Israel mengklaim serangan terbarunya itu dimaksudkan untuk mencegah Hizbullah mempersenjatai kembali para petempurnya, setelah mengalami kerugian besar dalam pertempuran melawan Israel, termasuk terbunuhnya pemimpin mereka, Hassan Nasrallah, tahun lalu.

    Serangan itu dilancarkan tidak lama setelah militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi kepada penduduk Lebanon di beberapa wilayah. Perintah evakuasi itu dikeluarkan kepada para penduduk desa Taybeh, Tayr Debba, Aita Al-Jabal dan Zawtar al-Sharqiya di Lebanon bagian selatan.

    Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa sedikitnya satu orang tewas akibat pengeboman Israel pada Kamis (6/11) waktu setempat.

    Perintah evakuasi dan serangan udara itu terjadi setelah Israel menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan Lebanon pada November 2024, yang dimaksudkan untuk mengakhiri pertempuran selama lebih dari setahun antara Tel Aviv dan Hizbullah.

    Beberapa bulan terakhir, militer Lebanon berupaya membersihkan lokasi-lokasi Hizbullah di wilayah selatan negaranya, sesuai ketentuan dalam perjanjian itu.

    Meskipun ada gencatan senjata, Israel berdalih pihaknya memiliki hak untuk menyerang target-target Hizbullah yang dianggap sebagai ancaman.

    Hizbullah, dalam pernyataan pada Kamis (6/11), menegaskan kelompoknya berkomitmen pada gencatan senjata, namun juga menegaskan tetap memiliki “hak yang sah” untuk melawan Israel. Hizbullah menolak untuk melucuti senjata mereka sepenuhnya, tetapi tidak menghalangi upaya militer Lebanon di wilayah selatan negara tersebut.

    Ditegaskan juga oleh Hizbullah bahwa pasukannya tidak menembaki Israel sejak kesepakatan gencatan senjata mulai berlaku tahun lalu.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • AS Bersiap Tempatkan Militernya di Pangkalan Udara Damaskus Suriah

    AS Bersiap Tempatkan Militernya di Pangkalan Udara Damaskus Suriah

    Damaskus

    Amerika Serikat (AS) dilaporkan sedang mempersiapkan kehadiran militernya di sebuah pangkalan udara di Damaskus, ibu kota Suriah. Hal tersebut bertujuan untuk membantu mewujudkan pakta keamanan, yang dimediasi oleh Washington, antara Suriah dan Israel.

    Dilansir Reuters, Jumat (7/11/2025), rencana AS untuk menempatkan pasukan militer di ibu kota Suriah, yang belum pernah dilaporkan itu, akan menjadi tanda penyelarasan strategis Suriah dengan AS, setelah lengsernya pemimpin lama negara itu, Bashar al-Assad, tahun lalu.

    Persiapan membangun kehadiran militer AS di Damaskus itu diungkapkan oleh enam sumber yang mengetahui persiapan tersebut, yang berbicara kepada Reuters. Keenam sumber itu termasuk dua pejabat negara Barat dan seorang pejabat pertahanan Suriah.

    Sumber-sumber yang dikutip Reuters itu mengonfirmasi bahwa AS berencana menggunakan pangkalan tersebut untuk membantu memantau potensi perjanjian antara Suriah dan Israel.

    Pangkalan yang akan menampung militer AS itu dilaporkan terletak di gerbang menuju wilayah selatan Suriah, yang diperkirakan akan membentuk zona demiliterisasi sebagai bagian dari pakta non-agresi antara Damaskus dan Tel Aviv. Kesepakatan itu sedang dimediasi oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

    Trump dijadwalkan akan bertemu Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa di Gedung Putih pada Senin (10/11) pekan depan. Itu akan menjadi kunjungan pertama seorang kepala negara Suriah ke Gedung Putih.

    Pentagon dan pemerintah Suriah belum memberikan tanggapan langsung atas laporan tersebut.

    Seorang pejabat pemerintah AS, yang tidak disebut namanya, mengatakan bahwa Washington “terus mengevaluasi postur yang diperlukan di Suriah untuk memerangi ISIS (Islamic State) secara efektif dan (kami) tidak mengomentari lokasi atau kemungkinan lokasi (tempat) pasukan beroperasi”.

    Lebih lanjut, seorang pejabat militer Barat yang dikutip Reuters mengatakan bahwa Pentagon mempercepat rencananya selama dua bulan terakhir dengan beberapa misi pengintaian ke pangkalan tersebut. Misi-misi tersebut menyimpulkan bahwa landasan pacu yang panjang di sana siap untuk segera digunakan.

    Dua sumber militer Suriah menyebut bahwa pembicaraan teknis difokuskan pada penggunaan pangkalan itu untuk logistik, pengintaian, pengisian bahan bakar, dan operasi kemanusiaan, sementara Damaskus akan mempertahankan kedaulatan penuh atas fasilitas tersebut.

    Salah satu pejabat pertahanan Suriah mengungkapkan bahwa pesawat angkut militer C-130 milik AS telah melakukan pendaratan di pangkalan itu sebagai “uji coba”. Namun tidak diketahui secara jelas kapan para personel militer AS akan dikirimkan ke pangkalan tersebut.

    Sebelumnya, Al-Sharaa mengatakan bahwa setiap kehadiran pasukan AS harus disetujui oleh negara Suriah yang baru.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Keji! Israel Tembak Mati 3 Warga Gaza Saat Gencatan Senjata

    Keji! Israel Tembak Mati 3 Warga Gaza Saat Gencatan Senjata

    Gaza City

    Pasukan Israel kembali melancarkan serangan di wilayah Jalur Gaza saat gencatan senjata masih berlangsung. Sedikitnya tiga warga Palestina tewas akibat tembakan pasukan Israel di wilayah Rafah, bagian selatan Jalur Gaza yang masih dikuasai pasukan Israel.

    Kematian tiga warga Palestina itu, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (4/11/2025), dilaporkan terjadi pada Senin (3/11) waktu setempat, saat gencatan senjata rapuh yang berlaku sejak 10 Oktober masih bertahan, meskipun diwarnai sejumlah serangan oleh Tel Aviv dan kelompok militan di Jalur Gaza.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, mengatakan pasukannya mengidentifikasi orang-orang yang ditembak itu sebagai “teroris” yang melanggar “Garis Kuning”, batas area yang menandai wilayah-wilayah Jalur Gaza yang masih diduduki oleh pasukan Tel Aviv.

    Disebutkan militer Israel bahwa orang-orang itu bergerak maju mendekati tentara-tentara yang berjaga di wilayah selatan Jalur Gaza, yang dianggap memberikan ancaman langsung, dan akhirnya melepaskan tembakan ke arah mereka.

    Otoritas medis setempat melaporkan bahwa dari tiga orang yang tewas, salah satu di antaranya berjenis kelamin perempuan.

    Insiden ini menyusul serangan Israel selama beberapa hari terakhir di Jalur Gaza, yang memicu saling tuduh antara Tel Aviv dan Hamas atas pelanggaran gencatan senjata yang menghentikan pertempuran selama dua tahun di wilayah tersebut.

    Penduduk Gaza menuturkan bahwa pasukan Israel terus menghancurkan rumah-rumah di area timur Rafah, Khan Younis, dan Kota Gaza, di mana tentara-tentara Tel Aviv masih beroperasi.

    Gencatan senjata yang meredakan sebagian besar pertempuran di Jalur Gaza itu, telah memungkinkan ratusan ribu warga Palestina untuk kembali ke rumah-rumah mereka yang sudah menjadi puing.

    Israel sendiri telah menarik pasukannya dari beberapa posisi di wilayah Jalur Gaza. Lebih banyak bantuan kemanusiaan juga diizinkan masuk ke daerah kantong Palestina tersebut.

    Namun, kekerasan belum sepenuhnya berhenti di Jalur Gaza. Otoritas kesehatan Palestina melaporkan pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 239 orang dalam serangan-serangan di Jalur Gaza sejak gencatan senjata diberlakukan.

    Dalam pembelaannya, militer Tel Aviv mengklaim pihaknya membalas serangan-serangan terhadap pasukannya yang masih berada di Jalur Gaza.

    Lihat juga Video Perintah Netanyahu Jika Pasukannya Diserang di Gaza: Serang Balik!

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Warga Israel pun bersuka cita atas kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas

    Warga Israel pun bersuka cita atas kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas

    Jumat, 10 Oktober 2025 08:01 WIB

    Warga Israel merayakan pengumuman kesepakatan gencatan senjata Israel dan Hamas di Tel Aviv, Israel, Kamis (9/10/2025). Israel dan Hamas pada Kamis (9/10) menyepakati gencatan senjata di Gaza, menawarkan langkah sementara untuk mengakhiri konflik dua tahun yang telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina, melukai hampir 170.000 lainnya, dan menghancurkan wilayah tersebut. ANTARA FOTO/Xinhua/​​​​​​Chen Junqing/nym.

    Warga Israel berpelukan setelah adanya pengumuman kesepakatan gencatan senjata Israel dan Hamas di Tel Aviv, Israel, Kamis (9/10/2025). Israel dan Hamas pada Kamis (9/10) menyepakati gencatan senjata di Gaza, menawarkan langkah sementara untuk mengakhiri konflik dua tahun yang telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina, melukai hampir 170.000 lainnya, dan menghancurkan wilayah tersebut. ANTARA FOTO/Xinhua/​​​​​​Chen Junqing/nym.

    Warga Israel berdoa setelah adanya pengumuman kesepakatan gencatan senjata Israel dan Hamas di Tel Aviv, Israel, Kamis (9/10/2025). Israel dan Hamas pada Kamis (9/10) menyepakati gencatan senjata di Gaza, menawarkan langkah sementara untuk mengakhiri konflik dua tahun yang telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina, melukai hampir 170.000 lainnya, dan menghancurkan wilayah tersebut. ANTARA FOTO/Xinhua/​​​​​​Chen Junqing/nym.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.