kab/kota: Tel Aviv

  • Pengeboman Israel Tewaskan 23 Orang di Gaza, Termasuk 8 Anak

    Pengeboman Israel Tewaskan 23 Orang di Gaza, Termasuk 8 Anak

    Gaza City

    Rentetan pengeboman Israel menghujani wilayah Jalur Gaza pada Kamis (10/7) dini hari. Sedikitnya 23 orang, termasuk delapan anak, tewas akibat pengeboman militer Tel Aviv tersebut.

    Serangkaian serangan itu terjadi hanya beberapa jam setelah kelompok Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, mengumumkan kesediaan untuk membebaskan 10 sandera Israel sebagai bagian dari perundingan gencatan senjata Gaza yang sedang berlangsung di Qatar.

    Jumlah korban tewas yang tinggi ini muncul setelah badan pertahanan sipil Gaza melaporkan sedikitnya 26 orang tewas di berbagai wilayah Jalur Gaza akibat serangan Israel sepanjang Rabu (9/7), kemudian 29 orang lainnya tewas pada Selasa (8/7), dan sedikitnya 12 orang tewas pada Senin (7/7).

    Pejabat badan pertahanan sipil Gaza, Mohammed al-Mughair, seperti dilansir AFP, Kamis (10/7/2025), mengatakan gelombang pengeboman terbaru menghantam wilayah Jalur Gaza bagian tengah dan bagian selatan, dengan serangan paling mematikan telah menewaskan sedikitnya 12 orang di area Deir el-Balah.

    Delapan anak-anak dan dua wanita, sebut al-Mughair, termasuk di antara korban tewas.

    Dia menambahkan bahwa pesawat-pesawat militer Israel menargetkan lokasi “pertemuan warga di depan sebuah pos medis”.

    Al-Mughair menyebut sedikitnya dua orang tewas dalam serangan terpisah yang menghantam area kamp Nuseirat, sedangkan empat orang lainnya tewas di area kamp Bureij. Kedua kamp pengungsian itu berada di wilayah Jalur Gaza bagian tengah.

    Sedikitnya lima orang lainnya, sebut Al-Mughair, tewas saat serangan menghantam tenda pengungsi di area Al-Mawasi, Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan.

    Belum ada tanggapan langsung dari militer Israel terhadap laporan serangan mematikan tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Cegat Rudal yang Ditembakkan dari Yaman

    Israel Cegat Rudal yang Ditembakkan dari Yaman

    Tel Aviv

    Militer Israel mengatakan pasukannya berhasil mencegat sebuah rudal yang diluncurkan dari wilayah Yaman, yang dikuasai kelompok Houthi. Serangan rudal dari Yaman ini terjadi beberapa hari setelah Tel Aviv melancarkan serangan terhadap target-target Houthi di negara tersebut.

    Serangan rudal dari Yaman itu, seperti dilansir AFP, Kamis (10/7/2025), memicu suara sirene peringatan serangan udara yang meraung-raung di beberapa wilayah Israel pada Kamis (10/7).

    “Setelah sirene yang berbunyi beberapa saat yang lalu di beberapa wilayah di Israel, sebuah rudal yang diluncurkan dari Yaman berhasil dicegat,” sebut militer Israel dalam pernyataan via media sosial.

    Belum ada kelompok atau pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan rudal dari Yaman tersebut.

    Namun serangan itu terjadi beberapa hari setelah militer Israel melancarkan rentetan serangan udara terhadap target-target Houthi di Yaman, termasuk serangan pekan ini terhadap kota pelabuhan Hodeidah.

    Houthi yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman selama lebih dari satu dekade, mulai menargetkan Israel dan kapal-kapal di Laut Merah dan sekitarnya tidak lama setelah perang Gaza meletus pada Oktober 2023.

    Baru-baru ini, Houthi melanjutkan kembali operasi serangannya terhadap kapal-kapal di perairan strategis tersebut, setelah berbulan-bulan ketenangan.

    Pekan ini, Houthi mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang menenggelamkan dua kapal kargo di Laut Merah.

    Juru bicara Houthi, Yahya Saree, mengatakan kapal kargo jenis bulk carrier, yang pertama diserang pada Senin (7/7) dan tenggelam pada Selasa (8/7), sedang berlayar menuju ke pelabuhan Eliat, Israel dan diserang untuk mendukung warga Palestina di Jalur Gaza.

    Houthi juga mengatakan pada Senin (7/7) bahwa pasukannya menaiki dan menenggelamkan kapal kargo lainnya, Magic Seas, karena pemiliknya berbisnis dengan Israel dan menggunakan pelabuhan di negara tersebut.

    Saree, dalam pernyataannya, memperingatkan perusahaan-perusahaan yang bertransaksi dengan pelabuhan-pelabuhan di Israel bahwa kapal mereka akan menjadi sasaran hingga Tel Aviv terpaksa “mengakhiri pengepungan” terhadap Jalur Gaza dan mengakhiri perang.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Houthi Klaim Dalangi Serangan yang Tenggelamkan Kapal Kargo di Laut Merah

    Houthi Klaim Dalangi Serangan yang Tenggelamkan Kapal Kargo di Laut Merah

    Sanaa

    Kelompok Houthi mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan yang menenggelamkan sebuah kapal kargo di perairan Laut Merah. Kapal kargo berbendera Liberia dan dioperasikan Yunani itu menjadi kapal kedua yang diserang oleh Houthi dalam waktu kurang dari 24 jam.

    Operation Aspides, satuan tugas Angkatan Laut Uni Eropa yang dikerahkan ke Laut Merah sebagai respons atas serangan terbaru Houthi, seperti dilansir AFP, Kamis (10/7/2025), mengatakan sedikitnya tiga orang tewas dan dua orang luka-luka dalam serangan terhadap kapal bulk-carrier bernama Eternity C.

    Kapal kargo itu pertama kali diserang pada Senin (7/7) dan berlanjut hingga Selasa (8/7) hingga mengalami kerusakan parah dan tenggelam di Laut Merah. Insiden ini terjadi saat Houthi kembali melanjutkan aksi penyerangan berbahaya di perairan strategis itu, setelah ketenangan selama berbulan-bulan.

    “Angkatan Laut pada Angkatan Bersenjata Yaman menargetkan kapal Eternity C,” kata juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam pernyataannya.

    Ditegaskan Saree bahwa serangan itu merupakan solidaritas untuk warga Palestina di Jalur Gaza dan menyebut kapal kargo tersebut sedang berlayar menuju ke Eilat, Israel.

    Saree mengatakan serangan Houthi itu dilakukan dengan melibatkan sebuah kapal tanpa awak dan enam rudal jelajah serta balistik.

    Menurut Saree, Houthi telah “bergerak untuk menyelamatkan sejumlah awak kapal tersebut, memberikan mereka perawatan medis, dan mengangkut mereka ke lokasi yang aman”.

    Operation Apsides mengatakan pada Rabu (9/7) bahwa sedikitnya 19 awak kapal Eternity C masih hilang, dengan upaya pencarian dan penyelamatan masih berlangsung. Enam awak kapal di antaranya berhasil diselamatkan.

    Lihat juga Video ‘Warga Israel Panik Berhamburan saat Sirene Meraung di Yerusalem’:

    Dalam pernyataannya, Saree memperingatkan “semua perusahaan yang bertransaksi dengan pelabuhan-pelabuhan di wilayah Palestina yang diduduki (Israel) bahwa kapal dan awak mereka akan menjadi sasaran” hingga Tel Aviv dipaksa “mencabut pengepungan saudara-saudara kami di Gaza, menghentikan agresi terhadap mereka, dan mengakhiri perang yang sedang berlangsung”.

    Houthi yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman selama lebih dari satu dekade, mulai menargetkan Israel dan kapal-kapal di Laut Merah dan sekitarnya tidak lama setelah perang Gaza meletus pada Oktober 2023.

    Serangan yang menenggelamkan Eternity C itu terjadi tak lama setelah serangan serupa menenggelamkan sebuah kapal kargo lainnya, Magic Seas, pada Minggu (6/7) waktu setempat. Serangan itu memaksa para awak untuk meninggalkan kapal, yang kemudian dinaiki dan ditenggelamkan oleh Houthi dengan peledak.

    Lihat juga Video ‘Warga Israel Panik Berhamburan saat Sirene Meraung di Yerusalem’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Disambut Hangat Trump di Gedung Putih, Netanyahu Ditolak Mentah-mentah Warga AS Termasuk Rabi Yahudi

    Disambut Hangat Trump di Gedung Putih, Netanyahu Ditolak Mentah-mentah Warga AS Termasuk Rabi Yahudi

    GELORA.CO – Betapa kontrasnya nasib Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Amerika Serikat (AS). Di satu sisi, ia disambut hangat, bahkan dimanja Presiden Donald Trump di Gedung Putih. Tapi di sisi lain, ribuan warga Amerika, termasuk para Rabi Yahudi sendiri, ramai-ramai berteriak lantang di depan kediaman orang nomor satu AS itu: “Usir Penjahat Perang!”

    Suasana di depan Gedung Putih, Senin (7/7/2025), memanas saat Netanyahu berkunjung. Puluhan, bahkan mungkin ratusan orang, berteriak-teriak menuntut Netanyahu untuk segera melakukan gencatan senjata permanen dan tanpa syarat di Jalur Gaza, Palestina.

    Pemandangan ini jelas menampar keras narasi ‘persahabatan abadi’ yang coba dibangun antara Washington dan Tel Aviv.

    Aksi massa yang bikin telinga penguasa panas itu digagas oleh American Muslims for Palestine (AMP), berkolaborasi dengan kelompok anti-perang CODEPINK dan Council on American-Islamic Relations (CAIR). 

    Mereka berunjuk rasa di Taman Lafayette, hanya beberapa jam sebelum Netanyahu masuk ke Gedung Putih untuk bertemu Trump. Sengaja, agar pesan penolakan itu sampai langsung ke kuping sang tamu.

    Para demonstran tak tanggung-tanggung. Mereka menyebut kunjungan Netanyahu ke Washington sebagai ‘noda hitam’ bagi kebijakan luar negeri AS. Spanduk-spanduk bertuliskan “Netanyahu Penjahat Perang” bertebaran di mana-mana.

    Banyak juga yang membawa tanda merujuk pada surat perintah penangkapan Netanyahu oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Jelas sekali, mereka tak menganggapnya sebagai kepala negara biasa, melainkan buronan keadilan.

    “Ini bukan kunjungan diplomatik. Ini memalukan!” seru Robert McCaw, Direktur Urusan Pemerintahan CAIR, seperti dikutip Middle East Monitor.

    Ia menambahkan dengan nada keras, “Setiap salaman, setiap kesepakatan, setiap foto (Netanyahu) dengan para pemimpin Amerika menodai tangan seluruh rakyat AS dengan darah anak-anak di Gaza.” Sebuah kalimat yang menusuk kalbu.

    Memang, sejak agresi Israel ke Gaza pada Oktober 2023, sudah lebih dari 57.000 warga Palestina tewas, mayoritas adalah anak-anak dan perempuan. Angka kematian yang mengerikan ini adalah bukti nyata kebrutalan agresi tersebut.

    Karena agresi inilah, ICC merilis surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan eks Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Belum lagi, Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ). Beban hukumnya berat, tapi seolah tak digubris.

    “Amerika bukan pihak netral. Trump bukan mediator. Trump adalah mitra dalam genosida ini. Dia harus menghentikan genosida ini dan mendesak Netanyahu menyudahi genosida ini,” tegas Osama Abu Irshaid, Direktur Eksekutif AMP, tanpa basa-basi.

    Medea Benjamin, salah satu pendiri CODEPINK, juga menyoroti jurang lebar antara sikap politisi AS dan opini publik. Menurutnya, mayoritas warga AS saat ini tak lagi mendukung agresi Israel di Gaza.

    “Cukup menakjubkan bahwa, terlepas dari pemberitaan media mainstream, mayoritas warga Amerika sekarang tidak mendukung Israel,” kata Benjamin.

    “Semua kelompok usia, simpatisan Republikan, Demokrat, Independen, orang kulit hitam, kulit putih, semua demografi di Amerika, mereka tidak ingin terus memberikan uang dan bom ke Israel,” tegasnya lagi. Sebuah fakta yang menampar muka para politisi pro-Israel.

    Yang paling mencolok, Rabi Dovid Feldman ikut berdiri di antara para demonstran. Dalam pidatonya, ia menegaskan aksinya bukanlah antisemitisme, melainkan desakan untuk penghentian kejahatan.

    “Benjamin Netanyahu adalah penjahat perang yang diburu ICC. Yudaisme dan Zionisme tidaklah sama. Yudaisme adalah agama, sementara Zionisme adalah gerakan politik,” ucapnya, memisahkan secara tegas keyakinan agama dengan agenda politik Zionis.

    Di tengah riuhnya penolakan ini, Netanyahu tetap melenggang masuk ke Gedung Putih. Ini adalah kunjungan ketiga kalinya ke AS sejak Trump menjabat presiden. Dalam pertemuan itu, keduanya membahas prospek gencatan senjata di Gaza yang, entah kenapa, Trump ingin tercapai minggu ini.

    Yang bikin kening berkerut, Netanyahu dan Trump juga membahas soal kerja sama untuk merelokasi warga Palestina dari Jalur Gaza –sebuah langkah yang ditentang keras oleh komunitas internasional dan beraroma etnis cleansing alias pembersihan etnis.

    Ironi di atas ironi. Sementara dunia mengecam kejahatan di Gaza, seorang pemimpin yang dicap penjahat perang justru disambut karpet merah oleh penguasa adidaya. Namun, suara nurani rakyat Amerika tak bisa dibungkam. Dan itu, jauh lebih keras dari riuhnya sambutan di dalam Gedung Putih.

  • Dianggap Melunak pada AS, Presiden Iran Dikecam!

    Dianggap Melunak pada AS, Presiden Iran Dikecam!

    Teheran

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian menuai kecaman setelah menyatakan dukungan untuk perundingan baru dengan Amerika Serikat (AS), yang terhenti akibat perang melawan Israel. Para pengkritik menuduh Pezeshkian “terlalu lunak” terhadap Washington setelah pengeboman fasilitas nuklir Teheran bulan lalu.

    Kecaman itu, seperti dilansir AFP, Selasa (8/7/2025), muncul setelah wawancara Pezeshkian dengan tokoh media AS Tucker Carlson, di mana sang Presiden Iran mengatakan “tidak ada masalah” untuk melanjutkan kembali perundingan dengan AS selama rasa saling percaya dapat dibangun lagi antara kedua negara.

    Pernyataan Pezeshkian itu disampaikan kurang dari sebulan setelah Israel melancarkan operasi pengeboman pada 13 Juni lalu, yang menewaskan sejumlah komandan militer senior dan para ilmuwan nuklir di Iran.

    Otoritas Iran, dalam pengumuman terbaru, menyebut sedikitnya 1.060 orang tewas akibat serangan Israel selama perang.

    Serangan Tel Aviv dilancarkan dua hari sebelum Teheran dan Washington dijadwalkan bertemu untuk putaran terbaru perundingan nuklir antara. Serangan tersebut menghambat negosiasi yang bertujuan mencapai kesepakatan atas program nuklir Iran, dengan perundingan terhenti sejak saat itu.

    “Apakah Anda lupa bahwa orang-orang Amerika yang sama ini, bersama dengan para Zionis, menggunakan perundingan untuk mengulur waktu dan mempersiapkan serangan?” demikian bunyi editorial surat kabar garis keras Iran, Kayhan, yang sejak lama menentang keterlibatan dengan Barat.

    Perang antara Iran dan Israel itu juga menyeret AS, yang melancarkan pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap tiga fasilitas nuklir Teheran, yakni Fordow, Isfahan, dan Natanz. Pertempuran udara sengit itu diakhiri dengan gencatan senjata yang berlangsung sejak 24 Juni lalu.

    Surat kabar konservatif Iran, Javan, juga mengkritik Pezeshkian, dengan menyebut pernyataannya tampak “sedikit terlalu lunak”.

    “Kami mempercayai makna sebenarnya dari percakapan dengan presenter Amerika tersampaikan ketika kata-kata tersebut mencerminkan kemarahan publik dan rasa tidak percaya total terhadap Amerika,” sebut Javan dalam kritikannya.

    Sedikit berbeda, surat kabar reformis Iran, Ham Mihan, justru memuji apa yang disebutnya sebagai “pendekatan positif” oleh Pezeshkian.

    “Wawancara ini seharusnya dilakukan sejak lama,” tulis Ham Mihan dalam artikelnya. “Para pejabat Iran sangat disayangkan telah lama absen dari lanskap media internasional dan Amerika,” sebutnya.

    Dalam wawancara dengan Carlson, Pezeshkian mengatakan Iran “tidak ada masalah” untuk memulai kembali perundingan nuklir dengan AS, asalkan rasa saling percaya dibangun kembali.

    “Kami tidak melihat masalah dalam memulai kembali perundingan. Ada persyaratan … untuk memulai kembali perundingan. Bagaimana kami akan mempercayai Amerika Serikat lagi? Kami telah memulai kembali perundingan, lalu bagaimana kami bisa mengetahui secara pasti bahwa di tengah perundingan, rezim Israel tidak akan diberi izin lagi untuk menyerang kami?” ucapnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Iran Umumkan 1.060 Orang Tewas dalam Perang Lawan Israel

    Iran Umumkan 1.060 Orang Tewas dalam Perang Lawan Israel

    Teheran

    Pemerintah Iran mengumumkan angka kematian terbaru akibat perang yang berkecamuk melawan Israel selama 12 hari pada Juni lalu. Teheran menyebut saat ini dikonfirmasi sedikitnya 1.060 orang tewas, dan memperingatkan bahwa angka tersebut masih bisa bertambah.

    Kepala Yayasan Urusan Martir dan Veteran Iran, Saeed Ohadi, seperti dilansir Associated Press, Selasa (8/7/2025), menyampaikan angka tersebut dalam wawancara terbaru yang disiarkan oleh televisi pemerintah Iran pada Senin (7/7) malam.

    Ohadi memperingatkan bahwa jumlah korban tewas dalam mencapai angka 1.100 orang mengingat sejumlah korban mengalami luka sangat parah.

    Selama perang berkecamuk pada pertengahan Juni lalu, Iran meremehkan dampak pengeboman Israel selama 12 hari di berbagai target di wilayahnya, yang menghancurkan pertahanan udaranya, menghancurkan fasilitas militer, dan merusak fasilitas nuklirnya.

    Perang antara Iran dan Israel itu juga menyeret Amerika Serikat (AS), yang melancarkan pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap tiga fasilitas nuklir Teheran, yakni Fordow, Isfahan, dan Natanz.

    Pertempuran udara sengit itu diakhiri dengan gencatan senjata yang berlangsung sejak 24 Juni lalu.

    Sejak gencatan senjata diberlakukan, Iran perlahan-lahan mengakui besarnya kerusakan yang dialaminya, meskipun masih belum mengatakan berapa banyak material militer yang hancur akibat perang tersebut.

    Lihat juga Video: Pengadilan Iran: Serangan Israel ke Penjara Evin Tewaskan 71 Orang

    Kelompok Aktivis Hak Asasi Manusia, yang berbasis di Washington, melaporkan sedikitnya 1.190 orang tewas di Iran, yang terdiri atas 436 warga sipil dan 435 personel pasukan keamanan. Aktivis Hak Asasi Manusia selama ini memberikan angka korban yang detail dari berbagai gelombang kerusuhan di Iran.

    Dilaporkan juga oleh Aktivis Hak Asasi Manusia bahwa serangan-serangan Israel telah melukai sebanyak 4.475 orang di berbagai wilayah Iran.

    Iran sempat membalas serangan Israel dengan melancarkan rentetan serangan drone dan rudal, yang menurut laporan otoritas Tel Aviv, telah menewaskan sedikitnya 28 orang tewas di negara Yahudi tersebut.

    Lihat juga Video: Pengadilan Iran: Serangan Israel ke Penjara Evin Tewaskan 71 Orang

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 5 Tentara Israel Tewas dalam Pertempuran di Gaza, 14 Orang Luka

    5 Tentara Israel Tewas dalam Pertempuran di Gaza, 14 Orang Luka

    Gaza City

    Sedikitnya lima tentara Israel tewas dalam pertempuran di wilayah Jalur Gaza bagian utara, yang melibatkan ledakan bom dan penyergapan bersenjata. Belasan orang lainnya mengalami luka-luka dalam insiden yang sama di wilayah yang dikuasai kelompok Hamas tersebut.

    Dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan kantor berita Anadolu Agency, Selasa (8/7/2025), militer Israel mengumumkan lima tentaranya “gugur dalam pertempuran di Jalur Gaza bagian utara”. Sekitar 14 orang lainnya, menurut militer Tel Aviv, mengalami luka-luka dalam insiden yang sama.

    Para korban luka, sebut militer Israel, telah “dievakuasi ke rumah sakit untuk menerima perawatan medis dan keluarga mereka telah diberitahu”.

    Kematian itu terjadi pada Senin (7/7) malam ketika tentara-tentara Israel dari Batalion Netzah Yehuda melakukan patroli berjalan kaki melewati kota Beit Hanoun, Jalur Gaza bagian utara.

    “Lima tentara dari Batalion Netzah Yehuda dari Brigade Kfir tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza bagian utara pada Senin (7/7) malam, dan 14 tentara lainnya mengalami luka-luka, termasuk dua orang terluka parah,” sebut militer Israel dalam pernyataannya.

    Laporan Radio Militer Israel, secara terpisah, menyebut kematian personel militer Tel Aviv itu disebabkan oleh bom yang ditanam di pinggir jalanan kota Beit Hanoun, yang meledak saat tentara-tentara itu melakukan patroli berjalan kaki di sana.

    “Para tentara infanteri terkena bom yang ditanam di pinggir jalan sesaat setelah pukul 22.00 malam pada Senin (7/7), selama operasi darat di Beit Hanoun. Para tentara tersebut beroperasi dengan berjalan kaki, dan tidak berada di dalam kendaraan,” sebut Radio Militer Israel dalam laporannya.

    “Saat mengevakuasi para korban luka dari lokasi ledakan, para militan bersenjata melepaskan tembakan dari penyergapan ke arah pasukan penyelamat, yang mengakibatkan lebih banyak korban,” imbuh laporan tersebut.

    “Evakuasi menjadi rumit dan berkepanjangan, dan pasukan penyelamat tambahan dipanggil,” kata militer Israel dalam pernyataannya.

    Perang Gaza telah berkecamuk selama 22 bulan, yang dipicu oleh serangan mematikan Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023. Tel Aviv terus menggempur wilayah Jalur Gaza, dengan tujuan menghancurkan Hamas.

    Lebih dari 57.500 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, tewas di berbagai wilayah Gaza selama perang berkecamuk.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Presiden Iran Bilang Israel Coba Bunuh Dirinya Saat Perang, Tapi Gagal

    Presiden Iran Bilang Israel Coba Bunuh Dirinya Saat Perang, Tapi Gagal

    Teheran

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengungkapkan bahwa Israel, yang bulan lalu terlibat perang selama 12 hari dengan Teheran, telah melakukan upaya pembunuhan terhadap dirinya. Pezeshkian menyebut upaya Tel Aviv itu berujung kegagalan.

    Pernyataan ini, seperti dilansir AFP, Selasa (8/7/2025), disampaikan Pezeshkian dalam wawancara dengan tokoh media Amerika Serikat (AS), Tucker Carlson, yang dirilis pada Senin (7/7) waktu setempat.

    Hal ini diungkapkan Pezeshkian sekitar kurang dari sebulan setelah Israel melancarkan rentetan pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Iran, yang menewaskan sejumlah komandan militer dan ilmuwan nuklir negara tersebut.

    Serangan-serangan mematikan Tel Aviv dilancarkan dua hari sebelum Teheran dan Washington dijadwalkan bertemu untuk putaran terbaru perundingan nuklir antara kedua negara. Serangan itu menghambat negosiasi yang bertujuan mencapai kesepakatan atas program nuklir Iran.

    Saat ditanya soal apakah dirinya meyakini Israel telah mencoba untuk membunuhnya, Pezeshkian mengatakan: “Iya, mereka memang mencoba. Mereka bertindak seperti itu, tetapi gagal.”

    “Bukan Amerika Serikat yang berada di balik upaya pembunuhan terhadap saya. Melainkan Israel. Saya sedang dalam sebuah pertemuan… mereka mencoba membombardir area yang menjadi tempat kami mengadakan pertemuan itu,” ucap Pezeshkian, merujuk pada upaya pembunuhan selama perang baru-baru ini.

    Menurut otoritas kehakiman Iran, lebih dari 900 orang tewas selama perang 12 hari berlangsung. Sementara laporan otoritas Tel Aviv menyebut sedikitnya 28 orang tewas di Israel akibat rentetan serangan balasan Iran yang melibatkan rudal dan drone.

    Perang 12 hari antara Iran dan Israel juga menyeret AS, yang melancarkan pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap tiga fasilitas nuklir Teheran, yakni Fordow, Isfahan, dan Natanz. Pertempuran udara sengit itu diakhiri dengan gencatan senjata yang berlangsung sejak 24 Juni lalu.

    Lihat juga Video ‘Pentagon Klaim Fasilitas Nuklir Iran Hancur Total: Mundur 2 Tahun’:

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, pada 16 Juni lalu, tidak mengesampingkan rencana untuk membunuh pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang disebutnya akan “mengakhiri konflik”, setelah muncul laporan yang menyebut Presiden AS Donald Trump memveto tindakan tersebut.

    Pezeshkian, dalam wawancara dengan Carlson, menuduh Netanyahu mengejar “agendanya sendiri” untuk “perang selamanya” di Timur Tengah, dan mendesak AS untuk tidak terseret ke dalamnya.

    “Pemerintah AS harus menahan diri untuk tidak terlibat dalam perang yang bukan perangnya Amerika, melainkan perangnya Netanyahu,” cetusnya.

    Pezeshkian menambahkan bahwa Iran “tidak memiliki masalah” untuk memulai kembali perundingan nuklir dengan AS, asalkan rasa saling percaya dapat dibangun kembali antara kedua negara. Dia memperingatkan bahwa AS memiliki dua cara untuk menghadapi Iran: perdamaian atau perang.

    Lihat juga Video ‘Pentagon Klaim Fasilitas Nuklir Iran Hancur Total: Mundur 2 Tahun’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Netanyahu Izinkan Bantuan Masuk Gaza, Menteri Garis Keras Israel Geram!

    Netanyahu Izinkan Bantuan Masuk Gaza, Menteri Garis Keras Israel Geram!

    Tel Aviv

    Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, yang kontroversial mengecam Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu soal keputusan kabinet pemerintahan Israel untuk mengizinkan sejumlah bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza.

    Smotrich yang berhaluan sayap kanan ini menyebut keputusan semacam itu sebagai “kesalahan besar”, yang menurutnya akan menguntungkan kelompok Hamas.

    Smotrich, seperti dilansir Reuters, Senin (7/7/2025), juga menuduh Netanyahu gagal memastikan bahwa militer Israel mematuhi arahan pemerintah dalam melancarkan perang melawan Hamas di Jalur Gaza.

    Menteri garis keras Israel itu mengatakan dirinya sedang mempertimbangkan “langkah selanjutnya”, tetapi tidak secara eksplisit mengancam akan keluar dari koalisi.

    Komentar Smotrich ini disampaikan pada Minggu (6/7) waktu setempat, atau sehari sebelum Netanyahu dijadwalkan melakukan pembicaraan di Washington DC, Amerika Serikat (AS), dengan Presiden Donald Trump mengenai proposal yang didukung AS untuk gencatan senjata Gaza terbaru selama 60 hari.

    “Kabinet dan Perdana Menteri membuat kesalahan besar kemarin dengan menyetujui masuknya bantuan melalui rute yang juga menguntungkan Hamas,” kata Smotrich dalam pernyataan via media sosial X.

    Dia berargumen bahwa bantuan yang diperbolehkan masuk ke Jalur Gaza itu pada akhirnya akan mencapai kelompok Hamas, dan dijadikan sebagai “dukungan logistik bagi musuh selama masa perang”.

    Pemerintah Israel belum mengumumkan perubahan apa pun untuk kebijakan soal akses bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza. Media lokal Israel melaporkan bahwa pemerintah Netanyahu telah melakukan voting untuk mengizinkan bantuan tambahan masuk ke wilayah wilayah Jalur Gaza bagian utara.

    Kantor PM Israel belum memberikan tanggapan langsung atas pernyataan Smotrich tersebut. Sedangkan militer Tel Aviv menolak berkomentar.

    Israel menuduh Hamas mencuri bantuan kemanusiaan Gaza untuk para petempurnya sendiri, atau menjualnya untuk mendanai operasi militer kelompok itu. Hamas membantah keras tuduhan semacam itu.

    Jalur Gaza kini berada dalam cengkeraman bencana kemanusiaan, dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan kondisi yang mengancam akan mendorong hampir setengah juta orang ke dalam kelaparan dalam hitungan bulan.

    Pada Mei lalu, Israel mencabut sebagian blokade bantuan kemanusiaan yang diberlakukan selama hampir tiga bulan. Dua pejabat Israel, yang enggan disebut namanya, mengatakan pada 27 Juni bahwa pemerintah Tel Aviv telah menghentikan sementara bantuan masuk ke wilayah Jalur Gaza bagian utara.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Tentara Israel Tembak Mati 2 Pria Palestina di Tepi Barat

    Tentara Israel Tembak Mati 2 Pria Palestina di Tepi Barat

    Tepi Barat

    Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya dua orang ditembak mati oleh tentara Israel dalam insiden yang terjadi di dekat kota Nablus yang ada di wilayah Tepi Barat.

    Dua pria yang tewas diidentifikasi oleh Kementerian Kesehatan Palestina sebagai Qusai Nasser Mahmud Nassar, yang berusia 23 tahun, dan Wissam Ghassan Shtayyeh, yang berusia 37 tahun. Insiden itu terjadi pada Minggu (6/7) waktu setempat.

    “Mereka ditembak dan dibunuh oleh pasukan pendudukan (Israel) pada Minggu (6/7) sore di desa Salem, sebelah timur Nablus,” sebut Kementerian Kesehatan Palestina, seperti dilansir AFP, Senin (7/7/2025).

    Tidak disebutkan lebih lanjut alasan penembakan tersebut.

    Militer Israel, saat dihubungi oleh AFP, belum memberikan komentarnya atas insiden tersebut.

    Tindakan kekerasan di wilayah Tepi Barat, yang diduduki Israel sejak tahun 1967 silam, semakin meningkat sejak perang Gaza berkecamuk pada Oktober 2023, yang dipicu oleh serangan mematikan Hamas terhadap Israel.

    Sejak saat itu, menurut data Kementerian Kesehatan Palestina, pasukan Israel atau pemukim Yahudi di Tepi Barat telah menewaskan sedikitnya 949 warga Palestina — kebanyakan dari mereka yang tewas adalah militan, tetapi banyak juga warga sipil yang tewas.

    Lihat juga Video: Warga Israel Picu Bentrok di Tepi Barat, 3 Warga Palestina Tewas

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Sementara data resmi otoritas Tel Aviv menyebut setidaknya 35 warga Israel, termasuk warga sipil dan anggota pasukan keamanan, tewas akibat serangkaian serangan Palestina atau dalam operasi militer Israel di wilayah Tepi Barat.

    Pada Jumat (4/7) waktu setempat, menurut laporan AFP, puluhan warga Palestina dan pemukim Israel terlibat bentrok di desa Sinjil, Tepi Barat. Bentrokan itu terjadi saat aksi memprotes serangan pemukim Israel dilakukan oleh warga setempat.

    Laporan jurnalis AFP pada saat itu menyebut penduduk dan aktivis setempat memulai aksi mereka sebelum para pemukim Israel dilaporkan muncul di salah satu bukit milik desa tersebut.

    Menurut laporan AFP, para pemuda Palestina lantas bergerak ke bukit untuk mengusir para pemukim Israel, dan membahas pangkalan mereka sedangkan para pemukim Israel melemparkan bebatuan dari area yang lebih tinggi. Para pemukim Israel juga disebut melakukan aksi pembakaran dalam bentrokan tersebut.

    Bentrokan berakhir saat sejumlah jip militer Israel tiba di lokasi kejadian dan tentara-tentara Israel melepaskan beberapa tembakan ke udara, yang membuat warga Palestina mundur kembali ke area desa.

    Lihat juga Video: Warga Israel Picu Bentrok di Tepi Barat, 3 Warga Palestina Tewas

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini