kab/kota: Tel Aviv

  • Pasukan Israel Serbu Desa Suriah, 10 Orang Tewas

    Pasukan Israel Serbu Desa Suriah, 10 Orang Tewas

    Damaskus

    Pasukan Israel menyerbu sebuah desa di wilayah Suriah bagian selatan, dalam operasi yang diklaim bertujuan menangkap anggota kelompok militan Jamaah Islamiyah asal Lebanon. Sedikitnya 10 orang tewas akibat penyerbuan pasukan Israel tersebut.

    Militer Israel melaporkan enam tentaranya mengalami luka-luka dalam operasi di area tersebut.

    Televisi pemerintah Suriah, seperti dilansir AFP, Jumat (28/11/2025), melaporkan korban tewas dalam serangan militer Israel terhadap desa bernama Beit Jin itu mencakup wanita dan anak-anak.

    “Jumlah korban tewas akibat agresi Israel… telah bertambah menjadi 10 orang, termasuk sejumlah wanita dan anak-anak, sedangkan yang lainnya masih terjebak di bawah reruntuhan,” demikian dilaporkan televisi pemerintah Suriah.

    Disebutkan juga bahwa puluhan keluarga telah meninggalkan desa Beit Jin untuk mencari tempat aman di area-area sekitarnya.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, menyebut operasi semalam di Suriah bertujuan untuk menangkap sejumlah tersangka dari kelompok Jamaah Islamiyah.

    “Para tersangka beroperasi di area Beit Jin di selatan Suriah dan melancarkan serangan-serangan teror terhadap warga-warga sipil Israel,” demikian pernyataan militer Israel.

    Militer Israel mengatakan bahwa setidaknya enam tentaranya terluka dalam operasi tersebut, dengan tiga tentara di antaranya mengalami luka parah.

    Dalam pernyataan terpisah, seorang pejabat lokal Abdul Rahman Al-Hamrawi mengatakan kepada AFP bahwa Israel menyerbu desa di barat daya Damaskus, yang terletak di kaki Gunung Hermon, hingga memicu bentrokan.

    “Tentara pendudukan Israel menyerbu Beit Jin untuk menangkap tiga pemuda dari desa tersebut, yang memicu bentrokan dengan penduduk yang mencoba melawan penyerbuan Israel,” sebutnya.

    “Setelah bentrokan tersebut, pasukan pendudukan Israel menembaki area tersebut dengan artileri dan drone,” ujar Al-Hamrawi.

    Setelah lengsernya rezim Bashar al-Assad di Suriah pada Desember 2024, dan kedatangan pemimpin Islamis baru di Damaskus, Israel melancarkan ratusan serangan di wilayah Suriah.

    Tel Aviv dengan cepat mengirimkan pasukan ke zona penyangga yang menjadi area patroli Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang memisahkan pasukan Israel dan Suriah di Dataran Tinggi Golan sejak tahun 1974 silam.

    Tonton juga video “Bentrok! Tentara Israel Adu Jotos-Lempar Kursi di Pangkalan Militer”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Hamas Minta Israel Izinkan Anggotanya Keluar dari Terowongan Gaza

    Hamas Minta Israel Izinkan Anggotanya Keluar dari Terowongan Gaza

    Gaza City

    Kelompok Hamas menyerukan kepada negara-negara mediator untuk menekan Israel agar mengizinkan akses aman bagi puluhan anggotanya yang bersembunyi di dalam terowongan bawah tanah di Jalur Gaza bagian selatan, yang kini dikuasai pasukan Israel.

    Permintaan tersebut, seperti dilansir AFP, Jumat (28/11/2025), muncul setelah militer Israel mengatakan pasukannya telah menewaskan lebih dari 20 anggota Hamas dalam sepekan terakhir. Para anggota Hamas yang tewas itu, menurut Israel, “berusaha melarikan diri dari infrastruktur bawah tanah di area tersebut”.

    Militer Israel juga mengatakan bahwa pasukannya menangkap delapan anggota Hamas lainnya di area yang sama.

    “Kami menganggap (Israel) sepenuhnya bertanggung jawab atas nyawa para petempur kami dan menyerukan kepada para mediator kami untuk segera mengambil tindakan untuk menekan (Israel) agar mengizinkan putra-putra kami pulang,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan pada Rabu (26/11).

    Ini merupakan pertama kalinya Hamas secara terbuka mengakui bahwa para petempurnya terjebak di dalam terowongan Gaza, sejak gencatan senjata berlangsung.

    Media Israel melaporkan bahwa selama berminggu-minggu, antara 100-200 militan Hamas terjebak dalam jaringan terowongan di bawah kota Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, yang kini berada di bawah kendali militer Tel Aviv.

    Berdasarkan ketentuan gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat (AS) dan mulai berlaku pada 10 Oktober lalu, pasukan militer Israel harus menarik diri dari area-area pesisir di daerah kantong Palestina tersebut, hingga ke apa yang disebut sebagai “garis kuning” yang menandai area yang dikuasai pasukan Tel Aviv.

    Awal bulan ini, utusan khusus AS Steve Witkoff menyinggung soal “200 petempur yang terjebak di Rafah” saat berbicara dalam konferensi bisnis di Miami. Witkoff menyebut penyerahan diri mereka, yang mencakup penyerahan senjata, dapat menjadi “ujian” bagi kedua belah pihak dalam gencatan senjata, Israel dan Hamas.

    Namun, Israel tampaknya tidak bersedia untuk berkompromi terkait pembebasan para petempur Hamas itu dengan aman dari terowongan Gaza.

    Seorang juru bicara pemerintah Israel mengatakan kepada AFP pada awal bulan bahwa Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu “tidak mengizinkan perjalanan aman bagi 200 teroris Hamas”.

    Ditegaskan juga bahwa Netanyahu “tetap teguh pada pendiriannya untuk membongkar kemampuan militer Hamas dan melakukan demiliterisasi Jalur Gaza”.

    Dalam pernyataan pada Rabu (26/11), Hamas menuduh Israel telah melanggar kesepakatan gencatan senjata melalui “pengejaran, likuidasi, dan penangkapan para petempur perlawanan yang terkepung di terowongan Rafah”.

    Tonton juga video “Hamas Tolak Pengerahan Pasukan Internasional di Gaza”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Keji! Tentara Israel Bunuh 2 Pria Palestina yang Menyerahkan Diri

    Keji! Tentara Israel Bunuh 2 Pria Palestina yang Menyerahkan Diri

    Tepi Barat

    Tentara Israel menembak mati dua pria Palestina dalam operasi penyerbuan di Tepi Barat pada Kamis (27/11) waktu setempat. Tembakan mematikan itu tetap dilepaskan oleh tentara Israel, meskipun kedua pria Palestina itu dalam posisi menyerahkan diri dan tidak bersenjata.

    Militer Israel, dalam tanggapannya, mengumumkan penyelidikan akan dilakukan terhadap penembakan fatal tersebut.

    Rekaman video yang ditayangkan televisi lokal Palestina, seperti dilansir Reuters, Jumat (28/11/2025), menunjukkan kedua pria tersebut tampak keluar dari sebuah gedung yang dikepung oleh pasukan Israel yang bersenjata di area Jenin, Tepi Barat bagian utara.

    Menurut rekaman video itu, kedua pria itu mengangkat baju mereka dan berbaring di atas tanah sebagai tanda menyerahkan diri. Pasukan Israel kemudian tampak mengarahkan pria-pria itu untuk kembali masuk ke dalam gedung, sebelum melepaskan tembakan dari jarak dekat.

    Seorang jurnalis Reuters yang berada di sekitar lokasi kejadian, menuturkan dirinya melihat kedua pria itu meninggalkan gedung, tampak menyerahkan diri, dan kemudian, setelah mendengar suara tembakan, melihat pasukan Israel berdiri di dekat sesosok tubuh yang tampak tak bernyawa.

    Kementerian Kesehatan Palestina, dalam pernyataannya, menyebutkan bahwa kedua pria itu tewas dalam penembakan yang didalangi tentara Israel. Keduanya diidentifikasi sebagai Montasir Abdullah (26) dan Yusuf Asasa (37).

    Militer Israel kemudian merilis pernyataan bersama dengan kepolisian yang isinya mengumumkan bahwa mereka telah memulai penyelidikan setelah pasukan Tel Aviv menembaki tersangka-tersangka yang keluar dari sebuah gedung dalam operasi di Tepi Barat.

    Pernyataan itu tidak memberikan alasan apa pun soal mengapa pasukan Israel melepaskan tembakan, juga tidak menyebutkan bawa kedua pria Palestina itu telah berbaring di atas tanah sebelum diarahkan untuk kembali ke dalam gedung dan akhirnya ditembak.

    Gubernur Jenin, Kamal Abu al-Rub, menuduh pasukan Israel melakukan “eksekusi mati berdarah dingin” terhadap dua pemuda yang, menurutnya, tidak bersenjata dan telah menyerahkan diri.

    Dia mengatakan bahwa tentara Israel yang melepas tembakan harus bertanggung jawab, tetapi juga menyatakan keraguan jika otoritas Tel Aviv akan melakukan penyelidikan secara sungguh-sungguh.

    Militer dan kepolisian Israel, dalam pernyataan bersama, menyebut pasukannya melaksanakan operasi di area Jenin untuk menangkap individu-individu yang sedang diburu terkait “aktivitas teror, termasuk melemparkan peledak dan menembaki pasukan keamanan”.

    Disebutkan pernyataan militer dan kepolisian Israel itu bahwa dua pria yang ditembak berafiliasi dengan “jaringan teror di area Jenin”.

    Kelompok Hamas, yang sedang gencatan senjata dengan Israel, mengecam pembunuhan dua pria tersebut sebagai “eksekusi mati lapangan”. Namun Hamas tidak mengklaim keduanya sebagai anggota kelompok mereka.

    Tonton juga video “Bentrok! Tentara Israel Adu Jotos-Lempar Kursi di Pangkalan Militer”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Putra Mahkota Saudi Tolak Desakan Trump untuk Normalisasi dengan Israel

    Putra Mahkota Saudi Tolak Desakan Trump untuk Normalisasi dengan Israel

    Washington DC

    Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), menolak desakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk bergerak maju menuju normalisasi hubungan dengan Israel dalam pertemuan puncak keduanya baru-baru ini di Gedung Putih.

    Penolakan MBS itu, seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (26/11/2025), dilaporkan oleh media Axios yang mengutip sejumlah pejabat AS yang enggan disebut namanya.

    Pembahasan di Gedung Putih pekan lalu, menurut laporan Axios, menyentuh soal keinginan Washington agar Riyadh bergabung dengan perjanjian perdamaian regional yang semakin luas, Abraham Accords, yang mengatur normalisasi dengan Tel Aviv.

    Namun, MBS dengan tegas menegaskan kembali posisi Saudi sejak lama bahwa normalisasi apa pun bergantung pada penerimaan Israel terhadap solusi dua negara dan pembentukan negara Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967 silam, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

    “Putra Mahkota Saudi menanggapi dengan tegas permintaan Trump dan memegang teguh posisinya,” sebut Axios dalam laporannya, sembari menambahkan bahwa dua pejabat AS menggambarkan MBS sebagai “pemimpin yang kuat”.

    “Selama pertemuan 18 November, Trump merupakan pihak yang mengangkat isu tersebut dan mendesak keras MBS untuk bergabung dengan Abraham Accords,” demikian dilaporkan Axios, yang mengutip sejumlah pejabat AS.

    “Pada saat itu, percakapan menjadi tegang. Saat Trump menekannya, MBS menekan balik,” imbuh laporan Axios tersebut.

    MBS tiba di Washington DC dalam kunjungan kerja resmi pada 18 November pekan lalu, atas arahan Raja Salman bin Abdulaziz, menyusul undangan dari Trump. Keduanya menggelar pembicaraan di Ruang Oval Gedung Putih, setelah MBS mendapatkan sambutan sangat hangat oleh Trump.

    Dalam konferensi pers yang digelar usai pembicaraan itu, MBS mengatakan negaranya ingin melakukan normalisasi hubungan dengan Israel melalui Abraham Accords yang digagas Trump. Tetapi, MBS menegaskan bahwa status negara Palestina menjadi kunci dalam terjalinnya hubungan dengan Israel.

    Dikatakan oleh MBS bahwa diperlukan “jalan yang jelas” menuju pembentukan negara Palestina, sebelum normalisasi bisa dilakukan.

    Ketika didesak oleh Trump, yang mengatakan bahwa tamunya memiliki “perasaan yang sangat baik” terhadap Abraham Accords, sang Putra Mahkota Saudi mengatakan bahwa: “Kami menginginkan perdamaian bagi Israel. Kami menginginkan perdamaian bagi Palestina.”

    “Kami ingin mereka hidup berdampingan secara damai di kawasan, dan kami akan melakukan yang terbaik untuk mewujudkan hal tersebut,” tegas MBS.

    Riyadh telah berulang kali menggarisbawahi perlunya resolusi yang adil, yang dimulai dengan pembentukan negara Palestina yang merdeka dan pada akhirnya mengarah pada perdamaian regional yang komprehensif juga langgeng.

    Lihat juga Video: Jelang Perdamaian Israel-Arab Saudi dan Harapan Era Baru di Timur Tengah

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Bunuh Komandan Hizbullah, Garda Revolusi Iran Ancam Pembalasan!

    Israel Bunuh Komandan Hizbullah, Garda Revolusi Iran Ancam Pembalasan!

    Teheran

    Garda Revolusi Iran (IRGC) mengecam pembunuhan komandan militer Hizbullah oleh Israel, dalam serangan terbaru di ibu kota Lebanon. IRGC, yang merupakan sekutu Hizbullah, mengancam akan memberikan “respons yang menghancurkan” sebagai balasan terhadap Tel Aviv.

    Kelompok Hizbullah telah mengonfirmasi kematian Haytham Ali Tabatabai, salah satu komandan senior kelompok tersebut, dalam serangan udara Israel yang menghantam pinggiran selatan Beirut pada Minggu (23/11) waktu setempat.

    Hizbullah mengenang Tabatabai sebagai “seorang komandan militer penting” dan sosok komandan yang “hebat” yang telah “bekerja untuk menghadapi musuh Israel hingga saat-saat terakhir hidupnya yang penuh berkah”.

    Tabatabai menjadi komandan Hizbullah paling senior yang dibunuh oleh Israel sejak dimulainya gencatan senjata antara kelompok itu dan Tel Aviv pada November 2024 lalu, yang mengakhiri pertempuran sengit selama lebih dari setahun.

    Dalam pernyataan yang dipublikasikan oleh media pemerintah Iran, seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (25/11/2025), IRGC mengatakan pihaknya “mengutuk keras kejahatan biadab ini”.

    Ditegaskan juga oleh IRGC bahwa Hizbullah dan seluruh “poros perlawanan” — merujuk pada Iran dan jaringan kelompok bersenjata yang didukung Teheran — berhak untuk membalas dendam atas kematian Tabatabai.

    IRGC, dalam pernyataannya, memperingatkan bahwa Israel akan menghadapi “respons yang menghancurkan” pada waktu yang mereka tentukan.

    Kecaman IRGC ini disampaikan setelah Kementerian Luar Negeri Iran juga menyampaikan kecaman terhadap serangan mematikan Israel tersebut. Teheran menyebutnya sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap gencatan senjata November 2024 dan pelanggaran brutal terhadap kedaulatan nasional Lebanon”.

    Israel telah berulang kali melancarkan serangan di wilayah Lebanon sejak gencatan senjata dimulai, dengan dalih serangan-serangan itu menargetkan para petempur dan infrastruktur militer Hizbullah.

    Hizbullah, yang pendukung utamanya adalah Iran, telah melemah secara signifikan akibat konfrontasi terbaru dengan Israel. Situasi semakin memburuk dengan jatuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah, yang merupakan sekutu utama Teheran dan Hizbullah.

    Kemunduran-kemunduran itu berdampak langsung pada Iran, dengan fasilitas nuklirnya menjadi target pengeboman Israel dan sekutunya, Amerika Serikat (AS), saat perang berkecamuk selama 12 hari pada pertengahan Juni lalu.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Sesumbar Netanyahu: Kami Menguasai Langit di Atas Teheran”
    [Gambas:Video 20detik]
    (nvc/ita)

  • Hizbullah Akui Komandan Seniornya Tewas dalam Serangan Israel

    Hizbullah Akui Komandan Seniornya Tewas dalam Serangan Israel

    Beirut

    Kelompok Hizbullah mengonfirmasi bahwa salah satu komandan seniornya, Ali Tabatabai, tewas dalam serangan udara terbaru Israel yang menghantam area Beirut, ibu kota Lebanon, pada Minggu (23/11) waktu setempat.

    Hizbullah dalam pernyataannya, seperti dilansir Anadolu Agency dan Al Arabiya, Senin (24/11/2025), mengenang Tabatabai sebagai “seorang komandan militer penting” dan sosok komandan yang “hebat” yang telah “bekerja untuk menghadapi musuh Israel hingga saat-saat terakhir hidupnya yang penuh berkah.

    Pernyataan Hizbullah itu menunjukkan senioritas Tabatabai, namun tanpa menyebutkan secara detail soal peran pastinya.

    Hizbullah menambahkan bahwa empat anggotanya tewas dalam serangan udara yang menghancurkan sebuah gedung di pinggiran kota Haret Hreik, sebuah basis Hizbullah.

    Salah satu pejabat Hizbullah, Mahmoud Qmati, menyebut serangan Israel itu telah melanggar “garis merah”. Dia mengatakan bahwa pimpinan Hizbullah akan memutuskan soal apakah kelompok itu akan meresponsnya dan bagaimana respons yang akan diberikan.

    Konfirmasi Hizbullah ini disampaikan pada Minggu (23/11) malam, setelah militer Israel mengklaim pada Minggu (23/11) pagi bahwa pasukannya telah “memusnahkan” Tabatabai dalam serangan yang menargetkan area pinggiran selatan Beirut.

    Militer Israel mengklaim bahwa Tabatabai “memimpin sebagian besar unit Hizbullah dan bekerja keras untuk memulihkan kesiapan mereka berperang dengan Israel”.

    Militer Israel tetap melancarkan rentetan serangan terhadap target-target, yang diklaimnya sebagai target Hizbullah, di wilayah Lebanon meskipun ada kesepakatan gencatan senjata yang berlaku sejak November 2024.

    Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa dirinya memerintahkan serangan tersebut atas rekomendasi Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Katz dan Kepala Staf Militer Eyal Zamir.

    Netanyahu, dalam pernyataannya, menuduh Tabatabai memimpin “pengembangan dan persenjataan” Hizbullah.

    Kementerian Kesehatan Lebanon, secara terpisah, melaporkan bahwa sedikitnya lima orang tewas dan 28 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan udara Israel tersebut.

    Disebutkan oleh Beirut bahwa serangan terbaru Tel Aviv itu menghantam sebuah gedung bertingkat, dengan puing-puing berjatuhan dan menghantam mobil-mobil di jalanan utama di bawahnya.

    Tonton juga video “Hizbullah Ancam Bakal Serang Israel Jika Perang Lebanon Berlanjut”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Trump Akan Sambut Putra Mahkota Saudi, Pertama Sejak Pembunuhan Khashoggi

    Trump Akan Sambut Putra Mahkota Saudi, Pertama Sejak Pembunuhan Khashoggi

    Washington DC

    Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), akan menerima sambutan mewah dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Gedung Putih pada Selasa (18/11) waktu setempat. Ini menjadi kunjungan pertama MBS ke AS sejak kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi tahun 2018 lalu.

    Trump dan MBS diperkirakan akan menandatangani kesepakatan pertahanan dan nuklir antara kedua negara.

    Trump, seperti dilansir AFP, Selasa (18/11/2025), diperkirakan akan menggelar karpet merah untuk MBS yang disertai penerbangan jet-jet tempur AS, tembakan meriam, dan jamuan makan malam — memberikan kesempatan kepada sang Pangeran Saudi untuk menikmati jamuan makan malam kenegaraan, meskipun dia bukan kepala negara.

    Sejak kembali menjabat di Gedung Putih pada Januari lalu, Trump memprioritaskan peningkatan hubungan dengan Riyadh. Pada Senin (17/11), dia mengatakan dirinya akan menjual jet tempur siluman F-35 buatan AS kepada Saudi, meskipun ada kekhawatiran dari Israel.

    Di bidang lainnya yang pernah diperdebatkan, menurut sumber yang mengetahui negosiasi kedua negara, dia akan menandatangani kesepakatan tentang kerangka kerja sama nuklir.

    Trump juga akan mendorong MBS untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, seiring dia mengupayakan kesepakatan perdamaian Timur Tengah yang lebih luas setelah perang Gaza diakhiri.

    “Kita lebih dari sekadar bertemu. Kita menghormati Arab Saudi, sang Putra Mahkota,” kata Trump kepada wartawan di dalam pesawat kepresidenan AS, Air Force One, pada Jumat (14/11) ketika ditanya tentang kunjungan tersebut.

    Di sisi lain, MBS menantikan awal baru dalam kunjungan pertamanya ke AS sejak pembunuhan Khashoggi oleh agen-agen Saudi yang memicu kemarahan global. Kasus itu sempat memperburuk hubungan antara Riyadh dan Washington, karena intelijen AS mengindikasikan MBS menyetujui operasi pembunuhan itu — sebuah tuduhan yang dibantah otoritas Saudi.

    Namun, pangeran berusia 40 tahun ini menjalin hubungan dekat dengan Trump dan keluarganya selama bertahun-tahun. Hubungan itu dipererat dengan sambutan mewah dan janji investasi US$ 600 miliar ketika Trump berkunjung ke Riyadh pada Mei lalu.

    MBS juga memiliki agenda mengupayakan jaminan keamanan AS setelah serangan Israel terhadap Qatar, sekutu dekat AS, pada September lalu mengguncang kawasan Teluk. Selain mengincar jet tempur siluman F-35, Riyadh juga berniat membeli sistem pertahanan udara dan rudal canggih AS.

    Namun, Saudi dinilai kemungkinan besar tidak akan menyetujui normalisasi dengan Israel pada tahap ini. Potensi langkah Riyadh menuju normalisasi dengan Tel Aviv, dengan imbalan jaminan keamanan dan energi tertunda setelah perang Gaza berkecamuk tahun 2023 lalu.

    Saudi tampaknya tidak ingin mengalah tanpa adanya kemajuan dalam upaya internasionalnya untuk pembentukan negara Palestina.

    Lihat juga Video: Konfrontasi Biden ke Putra Mahkota Saudi soal Pembunuhan Khashoggi

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Menteri Israel Desak Netanyahu Tangkap Abbas Jika PBB Dukung Palestina

    Menteri Israel Desak Netanyahu Tangkap Abbas Jika PBB Dukung Palestina

    Tel Aviv

    Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, yang dikenal kontroversial, mendesak Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menangkap Presiden Palestina Mahmoud Abbas, jika Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendukung pembentukan negara Palestina.

    Desakan Ben-Gvir ini, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Selasa (18/11/2025), disampaikan pada hari yang sama ketika mayoritas negara anggota Dewan Keamanan PBB menyetujui resolusi yang diajukan Amerika Serikat (AS) untuk mendukung rencana perdamaian Gaza usulan Presiden Donald Trump.

    Tidak seperti draf resolusi sebelumnya, versi terbaru dari resolusi usulan Washington, yang didukung Dewan Keamanan PBB dalam voting pada Senin (17/11) waktu setempat itu, menyebutkan kemungkinan negara Palestina di masa depan.

    Ben-Gvir, dalam pernyataannya, tidak hanya mendesak Netanyahu menangkap Abbas, tetapi juga secara terang-terangan menyerukan pembunuhan para pejabat senior Otoritas Palestina.

    “Jika mereka mempercepat pengakuan negara yang direkayasa ini, jika PBB mengakuinya, maka Anda, Bapak Perdana Menteri, harus memerintahkan pembunuhan yang ditargetkan terhadap sejumlah pejabat senior Otoritas Palestina, yang merupakan teroris dalam segala hal, dan Anda… harus memerintahkan penangkapan Abu Mazen (Abbas-red),” kata Ben Gvir dalam konferensi pers di parlemen Israel, Knesset.

    Otoritas Palestina mengecam keras seruan Ben-Gvir tersebut.

    “Negara Palestina menegaskan bahwa penghasutan sistematis semacam itu menunjukkan mentalitas politik yang menolak perdamaian dan mengancam keamanan regional dan internasional,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Palestina, yang berbasis di Ramallah, Tepi Barat.

    Kementerian Luar Negeri Palestina mendesak negara-negara untuk mengambil “langkah-langkah konkret dan mendesak untuk menghentikan eskalasi ini, mengaktifkan mekanisme akuntabilitas, dan menolak penggunaan bahasa dan penghasutan teroris sebagai alat pemerintahan”.

    Resolusi yang disetujui Dewan Keamanan PBB itu memberikan restu untuk pembentukan pemerintahan transisi dan pengerahan pasukan keamanan internasional ke Jalur Gaza, yang menandai dimulainya tahap kedua dari kesepakatan yang dimediasi AS yang dicapai bulan lalu, yang menghentikan perang selama dua tahun.

    Resolusi rancangan AS itu juga menyebutkan kemungkinan negara Palestina di masa depan, meskipun dengan bahasa yang berbelit-belit.

    Disebutkan dalam resolusi itu bahwa setelah Otoritas Palestina melaksanakan reformasi yang diminta dan pembangunan kembali Gaza sedang berlangsung, “kondisi akhirnya mungkin tersedia untuk jalur yang kredibel menuju penentuan nasib sendiri dan status negara Palestina”.

    Para pemimpin Israel telah sepakat menolak segala kemungkinan berdirinya negara Palestina.

    “Penolakan kami terhadap negara Palestina di wilayah mana pun tidak berubah,” tegas Netanyahu dalam rapat kabinet Israel pada Minggu (16/11).

    Tonton juga video “Tok! PBB Setujui Pengerahan Pasukan Internasional di Gaza”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Netanyahu Kecam Pemukim Ekstremis Israel di Tepi Barat

    Netanyahu Kecam Pemukim Ekstremis Israel di Tepi Barat

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengecam para pemukim Yahudi yang terlibat rentetan bentrokan dan serangan di Tepi Barat beberapa waktu terakhir. Netanyahu berjanji akan menangani apa yang disebutnya sebagai “segelintir ekstremis” di antara para pemukim Israel yang ada di Tepi Barat.

    Dalam serangan terbaru pada Senin (17/11) malam, sejumlah rumah dan kendaraan yang ada di sebuah desa Palestina di Tepi Barat dibakar dan dirusak, beberapa jam setelah sejumlah anggota gerakan yang disebut Hilltop Youth terlibat bentrok dengan pasukan keamanan yang membongkar pos pemukim ilegal.

    Tindak kekerasan di Tepi Barat telah melonjak sejak perang antara Israel dan Hamas berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober 2023 lalu.

    Dalam beberapa pekan terakhir, serangan-serangan yang dikaitkan dengan para pemukim Yahudi telah meningkat di Tepi Barat, yang menargetkan warga Palestina dan terkadang tentara Israel.

    “Saya memandang dengan sangat serius kerusuhan yang disertai kekerasan dan upaya segelintir ekstremis untuk main hakim sendiri,” kata Netanyahu dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Selasa (18/11/2025).

    Dia menyebut para pelaku kekerasan di Tepi Barat sebagai “kelompok yang tidak mewakili” para pemukim Israel lainnya yang ada di wilayah tersebut

    “Saya menyerukan kepada aparat penegak hukum untuk menindak para perusuh semaksimal mungkin sesuai hukum,” tegas Netanyahu.

    “Saya bermaksud untuk menangani ini secara pribadi, dan segera memanggil para menteri terkait untuk mengatasi fenomena serius ini,” ujarnya.

    Netanyahu juga mengatakan bahwa militer dan pasukan keamanan Israel akan terus mengambil tindakan tegas untuk menjaga ketertiban.

    Pasukan keamanan Israel dikerahkan dalam jumlah ratusan personel pada Senin (17/11) pagi untuk mengevakuasi dan menghancurkan permukiman Tzur Misgavi yang ilegal di area Gush Etzion, dekat kota Sair, Palestina.

    Mereka menembakkan gas air mata dan granat kejut saat bentrokan terjadi dengan para aktivis pemukim ekstremis Yahudi, yang berniat mengusir para penduduk Palestina dan membangun permukiman di Tepi Barat tanpa persetujuan pemerintah.

    Personel militer Israel bersama personel kepolisian dikerahkan ke desa Palestina terdekat, Jab’a, menyusul laporan tentang “puluhan warga sipil Israel yang membakar dan merusak rumah serta kendaraan”.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa bulan Oktober merupakan bulan terburuk bagi kekerasan pemukim Israel di Tepi Barat, sejak pencatatan insiden semacam itu dimulai tahun 2006 lalu. Laporan PBB mencatat 264 serangan yang menyebabkan korban jiwa atau kerusakan properti.

    Namun hampir tidak ada pelaku kekerasan yang dimintai pertanggungjawaban oleh otoritas Israel.

    Tonton juga video “Netanyahu Tolak Negara Palestina: Saya Menolak Upaya Ini!”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Tiga Pemain Sepak Bola Israel Ditangkap Diduga Rudapaksa Turis AS, Netizen Geram!

    Tiga Pemain Sepak Bola Israel Ditangkap Diduga Rudapaksa Turis AS, Netizen Geram!

    GELORA.CO – Sebanyak 3 pemain Israel ditangkap karena diduga melakukan Rudapaksa terhadap turis Amerika Serikat.

    Tel Aviv diguncang skandal besar yang menyeret dua pesepakbola muda Israel.

    Pemain yang berasal dari National League dan Liga Alef itu ditangkap polisi pada Senin setelah diduga merudapaksa seorang turis asal Amerika Serikat berusia 29 tahun dikutip dari The Times of Palestine. 

    Menurut laporan kepolisian, kejadian bermula pada 1 November, ketika para tersangka bertemu korban di sebuah nightclub di Tel Aviv.

    Mereka kemudian pergi bersama menuju sebuah hotel. Di tempat itulah, ketiga pria tersebut diduga melakukan hubungan seksual tanpa persetujuan korban.

    Unit penyidik Sharet Police Station, dibantu Tel Aviv Border Police, langsung melakukan identifikasi dan menangkap para terduga pelaku tidak lama setelah menerima laporan.

    Ketiga pria itu, warga Netanya berusia 20-an, kini telah diperiksa intensif dan dijadwalkan menjalani sidang perpanjangan penahanan di Pengadilan Magistrat Tel Aviv.

    Sementara itu, pengacara salah satu pemain, Moshe Maroz, menegaskan bahwa kliennya membantah seluruh tuduhan dan mengklaim bahwa hubungan tersebut dilakukan “atas persetujuan”.

    Netizen Geram

    Kabar penangkapan ini langsung menyebar luas di media sosial.

    Ribuan netizen dari berbagai negara mengungkapkan kemarahan dan kekecewaan mereka terhadap dugaan kasus tersebut.

    Beberapa komentar netizen yang ramai muncul:

    “Kok bisa atlet yang harusnya jadi panutan malah bikin ulah kayak gini?” tulis netizen. 

    “Parah banget… semoga korban dapat keadilan penuh.” tulis yang lain. 

    “Udah karier bagus, masa depan cerah, tapi menghancurkan semuanya sendiri.”

    “Kalau terbukti, hukum seberat-beratnya!”

    Sementara itu, kolom komentar juga dipenuhi luapan emosi dari netizen lain yang mengecam keras tindakan tersebut.

    Beberapa komentar bernada sangat marah dan meledak-ledak, menandakan betapa seriusnya publik menanggapi kasus ini.