kab/kota: Tel Aviv

  • 2 Tanda Hamas Dinilai Masih Kuat Hadapi Gempuran Israel di Gaza

    2 Tanda Hamas Dinilai Masih Kuat Hadapi Gempuran Israel di Gaza

    Jakarta, CNN Indonesia

    Serangan beruntun Israel di Gaza dengan bombardir dan artilerinya tidak membuat Hamas gentar.

    Sejumlah pengamat menilai bahwa kekuatan sayap bersenjata Hamas tidak bisa diremehkan. Yon Machmudi, pengamat hubungan internasional Universitas Indonesia menyatakan Hamas masih kuat melawan Israel walaupun sudah digempur selama dua bulan.

    “Tujuan Israel dalam perang adalah melenyapkan kelompok Hamas, tetapi yang terjadi Hamas masih kuat posisinya,” ungkap Yon kepada CNNIndonesia.com, Selasa (5/12).

    “Bahkan kemarin [Hamas] bisa bernegosiasi untuk mengatur [pembebasan] tawanan perang.” imbuhnya.

    Berapa keputusan yang diambil Hamas menunjukkan keberaniannya dalam menentang Israel.

    Hamas masih punya posisi tawar

    Hamas saat ini menegaskan tidak akan ada negosiasi mengenai pembebasan sandera yang tersisa sampai perang di Jalur Gaza benar-benar berhenti.

    Pejabat senior Hamas menyatakan sandera Israel yang tersisa di Gaza saat ini adalah tentara dan mantan tentara.

    “Kami menganggap (Perdana Menteri Israel) Netanyahu bertanggung jawab penuh atas nyawa para sandera Israel dan menghalangi penyelesaian kesepakatan pertukaran,” ungkap Osama Hamdan, pejabat Hamas, dikutip dari Al Arabiya News.

    Hamas secara konsisten siap untuk membebaskan sandera asing tanpa menuntut pertukaran tahanan Palestina yang disandera di penjara-penjara Israel.

    Al-Arouri, wakil kepala biro politik Hamas, menekankan bahwa pasukannya tidak menganiaya dan akan membebaskan tahanan anak-anak dan perempuan Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Bersambung ke halaman berikutnya…

    Menggunakan strategi pembersih

    Institute for the Study of War (ISW) menganalisis strategi yang digunakan Hamas dalam melawan Israel yang serupa strategi pembersih atau clearing operations.

    Milisi Hamas semakin sering menggunakan peledak rakitan hingga ranjau jenis claymore ketika menyerang pasukan dan tank Israel.

    Hamas merancang taktik yang lebih canggih untuk menyerbu Israel, terutama sejak berakhirnya gencatan senjata dan dimulainya perang babak selanjutnya.

    “Kelompok (Hamas) ini bahkan mengklaim mereka memenuhi sebuah terowongan bawah tanah di bawah barak militer dengan bahan peledak dan meledakkannya ketika ada sekitar 60 tentara Israel di sana,” bunyi laporan ISW.

    Dilansir dari MEHR News Agency, Brigade Al-Qassam mengumumkan pasukannya telah menargetkan Tel Aviv sebagai pembalasan atas kekejaman rezim Zionis terhadap warga sipil, terutama anak-anak dan perempuan di Gaza.

    Brigade Al-Qassam juga mengklaim kelompoknya berhasil membunuh 10 pasukan Zionis dan menghancurkan lima kendaraan lapis baja Israel, termasuk tiga buldoser, satu tank, dan sebuah pengangkut personel di wilayah utara Khan Yunis di selatan Gaza.

  • Taktik Hamas Teror Pasukan Israel, Rekam Isi Barak IDF dari Terowongan

    Taktik Hamas Teror Pasukan Israel, Rekam Isi Barak IDF dari Terowongan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kelompok perlawanan Palestina Hamas disebut melancarkan strategi dan taktik yang lebih canggih selama melawan agresi Israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober.

    Salah satunya meneror pasukan Israel dengan merekam isi barak Israel Defense Force (IDF) dari lubang-lubang terowongan Hamas.

    Lembaga think tank asal Washington D.C., Institute for the Study of War (ISW), membeberkan kelompok Hamas sempat merekam isi barak militer Israel. Dalam rekaman itu, mereka mendapati tentara Zionis sedang bersantai di dekat Juhor ad Dik.

    Hamas kemudian memanfaatkan informasi itu untuk menyiapkan serangan balasan, hingga mengklaim berhasil meledakkan bom ketika ada sekitar 60 pasukan Israel.

    “Kelompok [Hamas] ini bahkan mengklaim mereka memenuhi sebuah terowongan bawah tanah di bawah barak militer dengan bahan peledak dan meledakkannya ketika ada sekitar 60 tentara Israel di sana,” bunyi laporan ISW, seperti dilansir dari Al Jazeera.

    Analisis ISW menyebutkan bahwa milisi Hamas fokus melakukan serangan yang menargetkan pasukan Israel di belakang garda terdepan mereka. Strategi ini disebut dengan strategi pembersihan atau clearing operations.

    Hamas, dalam analisis ISW, juga semakin sering memakai peledak rakitan hingga ranjau jenis claymore saat menyerang pasukan dan tank-tank Israel.

    ISW turut melaporkan sayap bersenjata Hamas, Brigade Al Qassam, meluncurkan setidaknya enam roket ke wilayah Israel termasuk salah satu roket salvo yang menargetkan Ibu Kota Tel Aviv.

    Namun, ISW menjelaskan militer Israel tidak tinggal diam dalam menghadapi taktik tersebut. Pasukan Israel masih berupaya melancarkan invasi darat ke Gaza Selatan, sama seperti yang mereka lakukan pada awal agresi ketika fokus menggempur Gaza Utara.

    ISW meyakini Komandan Komando Selatan militer Israel saat ini memfokuskan gempuran untuk mengepung dan merangsek lebih dalam lagi ke Khan Younis, kota terbesar di Gaza Selatan.

    “Pasukan Israel memasuki wilayah perkotaan di Khan Younis dan Bani Suheila. Pasukan milisi Palestina, termasuk Brigade al Qassem dan Brigade al Quds, berusaha melawan serangan Israel ke wilayah Khan Younis,” tulis laporan ISW.

    Sementara itu, korban tewas akibat agresi Israel ke Palestina sejak 7 Oktober lalu kini sudah menembus 16.159 ribu jiwa per Selasa (5/12).

    Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan sebanyak 15.899 orang tewas akibat agresi Israel di wilayah itu. Sementara itu, sebanyak 42 ribu warga Palestina lainnya terluka akibat gempuran Israel ini.

    (frl/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Taktik Gila Hamas Ladeni Agresi Israel di Gaza, Disebut Makin Canggih

    Taktik Gila Hamas Ladeni Agresi Israel di Gaza, Disebut Makin Canggih

    Jakarta, CNN Indonesia

    Milisi Hamas Palestina disebut menggunakan taktik yang lebih canggih selama dua bulan melawan agresi Israel ke Jalur Gaza yang berlangsung sejak 7 Oktober.

    Lembaga think tank berbasis di Washington D.C, Institute for the Study of War (ISW), memaparkan Hamas dan milisi sekutunya di Gaza terus menerapkan taktik yang lebih canggih untuk melawan Israel terutama sejak gencatan senjata berakhir dan perang memasuki fase baru.

    ISW menganalisis bahwa milisi Hamas fokus melakukan serangan yang menargetkan pasukan Israel di belakang garda terdepan mereka. Menurut lembaga itu, strategi ini konsisten dengan “strategi pembersihan” atau clearing operations.

    Menurut ISW, milisi Hamas juga semakin sering menggunakan peledak rakitan hingga ranjau jenis claymore saat menyerang pasukan dan tank-tank Israel.

    Pada 5 Desember, ISW juga melaporkan sayap bersenjata Hamas, Brigade Al Qassam, meluncurkan setidaknya enam roket ke wilayah Israel termasuk salah satu roket salvo yang menargetkan Ibu Kota Tel Aviv.

    ISW juga menyebut milisi Hama sempat merekam isi barak militer Israel, di mana tentara negara Zionis terlihat sedang bersantai di dekat Juhor ad Dik.

    “Kelompok (Hamas) ini bahkan mengklaim mereka memenuhi sebuah terowongan bawah tanah di bawah barak militer dengan bahan peledak dan meledakannya ketika ada sekitar 60 tentara Israel di sana,” bunyi laporan ISW.

    Meski begitu, ISW juga memaparkan bahwa militer Israel terlihat tak tinggal diam. Menurut lembaga tersebut, Israel berupaya melancarkan invasi darat ke Gaza selatan sama seperti yang mereka lakukan d awal agresinya dengan fokus menggempur Gaza Utara.

    [Gambas:Twitter]

    ISW meyakini Komandan Komando Selatan militer Israel saat ini memfokuskan gempuran untuk mengepung dan merangsek lebih dalam lagi ke Khan Younis, kota terbesar di Gaza Selatan.

    “Pasukan Israel memasuki wilayah perkotaan di Khan Younis dan Bani Suheila. Pasukan milisi Palestina, termasuk Brigade al Qassem dan Brigade al Quds, berusaha melawan serangan Israel ke wilayah Khan Younis,” bunyi laporan ISW.

    Israel kembali melancarkan agresinya ke Jalur Gaza setelah masa gencatan senjata berakhir tanpa perpanjangan.
    Israel bahkan memulai “perang fase baru” dengan kini fokus menggempur Gaza selatan yang diklaim menjadi sarang pelarian pentolan Hamas yang kabur dari Gaza utara imbas gempuran di awal agresi sejak 7 Oktober lalu.

    Saat ini, lebih dari 16 ribu warga Palestina meninggal dunia akibat agresi Israel sejak 7 Oktober lalu. Sebagian besar korban tewas itu anak-anak dan perempuan.

    Tak hanya warga sipil, petugas medis, dan dokter di Gaza juga ikut tewas menyusul gempuran Israel ke sejumlah rumah sakit di Gaza selama agresi.

    Selain itu, sebanyak 63 wartawan dan pekerja media di Gaza juga tewas selama meliput agresi Israel ke Palestina.

    Militer Israel mengakui bahwa dua warga Palestina tewas dalam setiap operas militer Israel yang menewaskan satu milisi Hamas.

    (rds/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Jurnalis Gaza Putus Asa: Liput Apa Lagi buat Setop Agresi Israel?

    Jurnalis Gaza Putus Asa: Liput Apa Lagi buat Setop Agresi Israel?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Jurnalis peliput agresi Israel ke Palestina semakin putus asa lantaran dokumentasi kebrutalan negara Zionis di hampir dua bulan terakhir tak cukup membuat dunia bisa menghentikan Tel Aviv menggempur Jalur Gaza.

    Seorang pewarta foto sekaligus aktivis di Gaza, Ismail Jood, mengaku kebingungan harus meliput dan mendokumentasikan suasana pilu dan tragis seperti apa lagi agar bisa menghentikan agresi Israel ke Palestina.

    “Kami tidak mengerti lagi apa yang harus kami dokumentasikan lagi agar bisa menghentikan perang di Gaza,” kata Jood dalam sebuah video yang ia unggah dan viral di media sosial.

    Jood mengatakan hal itu saat berdiri di antara puluhan jasad warga Palestina yang tergeletak di tanah di sebuah kamp. Ia mengatakan puluhan jasad anak-anak hingga orang dewasa ini korban gempuran terbaru Israel ke Deir el-Balah, Gaza.

    “Semua pembantaian ini terjadi dan Anda tidak melakukan apa-apa,” ucap Jood dalam videonya yang sudah diverifikasi Al Jazeera.

    “Hari ini, lebih dari 50 orang yang tidak ada hubungannya dengan perang terbunuh begitu saja. Anak-anak, perempuan, lansia. Jujur saja, kami tidak tahu apa lagi yang bisa kami katakan dari sini,” papar Jood.

    “Selama Anda tinggal di Gaza, Anda adalah target Israel. Tidak ada tempat yang aman di Gaza.”

    Israel kembali melancarkan agresinya ke Jalur Gaza setelah masa gencatan senjata berakhir tanpa perpanjangan.
    Israel bahkan memulai “perang fase baru” dengan kini fokus menggempur Gaza selatan yang diklaim menjadi sarang pelarian pentolan Hamas yang kabur dari Gaza utara imbas gempuran di awal agresi sejak 7 Oktober lalu.

    Saat ini, lebih dari 16 ribu warga Palestina meninggal dunia akibat agresi Israel sejak 7 Oktober lalu. Sebagian besar korban tewas itu anak-anak dan perempuan.

    Tak hanya warga sipil, petugas medis, dan dokter di Gaza juga ikut tewas menyusul gempuran Israel ke sejumlah rumah sakit di Gaza selama agresi.

    Selain itu, sebanyak 63 wartawan dan pekerja media di Gaza juga tewas selama meliput agresi Israel ke Palestina.

    Militer Israel mengakui bahwa dua warga Palestina tewas dalam setiap operas militer Israel yang menewaskan satu milisi Hamas.

    [Gambas:Instagram]

    (rds/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Cerita Pasien Kanker Gaza di Ambang Kematian Gegara Agresi Israel

    Cerita Pasien Kanker Gaza di Ambang Kematian Gegara Agresi Israel

    Jakarta, CNN Indonesia

    Nasib sebagian besar pasien kanker di Palestina semakin berada di ambang akhir gegara agresi Israel ke Jalur Gaza 7 Oktober lalu.

    Selama agresinya berlangsung, Israel mengepung Jalur Gaza dan menggempur wilayah itu tanpa ampun, termasuk membombardir kamp pengungsi, sekolah, hingga rumah sakit.

    Hal ini menyebabkan sebagian besar rumah sakit di Jalur Gaza lumpuh dan tidak bisa membuka layanan medis secara menyeluruh, termasuk perawatan untuk pasien kanker.

    Salah satu pasien kanker di Gaza yang terdampak agresi Israel, Ahmed Al Yaqoubi (28) menceritakan kesulitannya mendapat perawatan sejak agresi Israel berlangsung. Al Yaqoubi didiagnosa kanker darah pada Februari 2021 lalu.

    Sebelum agresi Israel ke Gaza berlangsung, Al Yaqoubi mengaku sudah kesulitan mendapat perawatan lantaran kanker yang dideritanya sangat langka dan tidak semua rumah sakit di Gaza memiliki pengobatan yang diperlukannya.

    “Setelah menjalani biopsi dan menjalani tes komprehensif, jelas bahwa jenis leukemia yang saya derita adalah MDS [sindrom myelodysplastic], bentuk leukemia langka yang memerlukan transplantasi sumsum,” kata Yaqoubi kepada Middle East Eye.

    Sejak saat itu, Yaqoubi berpindah-pindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain.

    Ia sempat dirawat di Rumah Sakit Al Rantisi di Gaza. Karena kondisi dia kian parah, Yaqoubi dibawa ke RS di An Najah, Nablus, Tepi Barat.

    Namun, agresi Israel ke Gaza membuat Yaqoubi tak lagi bisa mendapat perawatan. Kondisi semacam itu bisa berdampak ke peluang hidup dia.

    “Ini menjadi bencana besar sejak agresi Israel di Gaza dimulai. Obat yang saya minum untuk menghilangkan rasa sakit dan mencegah sistem kekebalan menyerang seluruh tubuh saya telah berhenti,” kata Yaqoubi.

    Yaqoubi bercerita karena terus memburuk dia perlu diperiksa di rumah sakit di Tepi Barat satu atau dua kali dalam sebulan.

    “Sistem saraf saya mulai memburuk sepenuhnya, menyebabkan rasa sakit yang parah pada saraf di mata dan di seluruh tubuh saya,” ungkap dia.

    Tanpa obat penghilang rasa sakit, Yaqoubi sulit tidur barang cuma satu jam di malam hari.

    Sejak agresi, setidaknya 26 rumah sakit di Gaza tak bisa beroperasi karena berbagai macam. Beberapa di antaranya rusak karena serangan Israel atau kehabisan bahan bakar minyak (BBM).

    Agresi Israel juga memperburuk peluang warga Gaza mendapatkan pengobatan, bahkan di kondisi kritis.

    Pihak berwenang Israel menyadari kondisi Yaqoubi. Namun, di tengah agresi, sulit mendapat perawatan yang intensif dan harus melewati pemeriksaan yang rumit.

    Yaqoubi bercerita sempat akan dibawa ke Tel Aviv untuk perawatan lebih lanjut. Namun, dia tertahan lebih dari empat jam di pos pemeriksaan Qalandiya, dekat Ramallah.

    “Saya saat itu betul-betul lelah dan haus, dan muncul masalah soal izin transit saya dari Nablus ke Tel Aviv,” ujar dia.

    Yaqoubi kemudian berkata, “Penantian yang sangat melelahkan, dan saya hampir tidak bisa bernapas.”

    Dia sempat terpapar Covid-19 pada 2021. Usai puluh, Yaqoubi perlu menjalani transplantasi sum-sum.

    (isa/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Kenapa Gaza Selatan Jadi Target Agresi Israel Pasca Gencatan Berakhir?

    Kenapa Gaza Selatan Jadi Target Agresi Israel Pasca Gencatan Berakhir?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Israel dilaporkan tak berhenti melancarkan gempuran udara ke sejumlah titik di Jalur Gaza Palestina, terutama bagian selatan wilayah itu, sejak gencatan senjata berakhir pada Jumat (1/12).

    Di awal agresi brutalnya pada 7 Oktober lalu, Israel fokus menggempur Gaza utara yang berbatasan langsung dengan wilayahnya.

    Kini, Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Force/IDF) menuturkan akan fokus menggempur Gaza Selatan, tepatnya di Kota Khan Younis.

    Dikutip Al Jazeera, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant bahkan mengatakan serangan pasukannya ke Gaza Selatan tidak hanya sama seperti gempuran ke Gaza Utara, bahkan akan lebih buruk lagi.

    Militer Israel bahkan telah mewanti-wanti warga Palestina agar tidak kembali ke Gaza Selatan kalau tak ingin jadi sasaran gempuran.

    Gallant pun memastikan agresi Israel di Gaza Utara akan tetap berlanjut meski kini pasukannya akan fokus menggempur Gaza Selatan.

    Apa alasan Israel kini fokus menggempur Gaza Selatan?

    Dikutip CNN, alasan utama Israel kini menggempur Gaza Selatan adalah karena menurut analisis intelijen, para pemimpin milisi Hamas telah mengungsi ke wilayah itu sejak Gaza Utara diserang habis-habisan di awal agresi.

    Seorang pejabat AS yang mengetahui hal ini memaparkan analisis intelijen menyatakan sebagian besar petinggi Hamas, terutama komandan sayap bersenjata Brigade Al Qassam, sudah kabur dan bersembunyi di Gaza Selatan.

    Meski begitu, pejabat AS itu tak menjelaskan apakah analisis intelijen itu datang dari intelijen Washington atau Tel Aviv.

    Gempuran Israel yang mulai menargetkan wilayah Gaza Selatan ini juga berlangsung terlepas dari tekanan Amerika Serikat yang kurang setuju dengan rencana sekutunya ini.

    AS disebut sudah mewanti-wanti Israel tak bisa melancarkan agresi militer ke Gaza Selatan sama seperti ketika mereka menggempur Gaza Utara.

    Sebab, sebagian besar warga Palestina di Gaza Utara telah mengungsi dan mencari perlindungan ke Gaza Selatan sejak agresi Israel berlangsung.

    Pemerintahan Presiden Joe Biden bahkan disebut sempat berdiskusi dengan Israel soal bagaimana melindungi ribuan warga Palestina di Gaza Selatan jika Tel Aviv kekeh ingin melancarkan gempuran ke wilayah itu ketika gencatan senjata berakhir.

    Di antara banyak opsi yang secara aktif dipertimbangkan oleh pejabat AS-Israel adalah memindahkan warga sipil yang pergi ke selatan di awal agresi untuk kembali ke Gaza Utara setelah gempuran Israel di sana benar-benar berakhir.

    Padahal, sebagian besar wilayah di Gaza Utara sudah hancur akibat gempuran Israel sejak 7 Oktober lalu.

    (rds/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Israel Bantah Ultimatum WHO Evakuasi Gudang Medis dari Gaza 24 Jam

    Israel Bantah Ultimatum WHO Evakuasi Gudang Medis dari Gaza 24 Jam

    Jakarta, CNN Indonesia

    Israel membantah tuduhan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) yang mengatakan Tel Aviv meminta organisasi tersebut mengevakuasi gudang di Gaza Selatan, Palestina.

    “Sebenarnya kami tidak. meminta Anda untuk mengevakuasi gudang dan kami juga telah menjelaskannya (dan secara tertulis) kepada perwakilan PBB terkait,” kata Kantor Koordinasi Israel di wilayah Palestina (COGAT) dalam unggahannya di X.

    Sebelumnya, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan organisasinya mendapatkan pesan dari militer Israel untuk segera memindahkan pasokan dari dua gudang medisnya di Gaza selatan.

    Gaza selatan memang tengah menjadi target utama agresi Israel sejak gencatan senjata berakhir pada pekan lalu.

    “Hari ini WHO mendapatkan pesan dari militer Israel (IDF) bahwa kami harus memindahkan pasokan dari gudang medis kami di Gaza selatan dalam 24 jam, karena serangan darat akan dilakukan,” ungkap Tedros di Twitter atau X pada Senin (4/12) waktu setempat.

    Menanggapi hal tersebut, Tedros mengimbau Israel untuk mencabut perintah tersebut dan harus memastikan keselamatan warga sipil.

    “Kami mengimbau #Israel untuk mencabut perintah tersebut, dan mengambil segala tindakan yang mungkin untuk melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit dan fasilitas kemanusiaan.”

    Israel langsung membombardir Jalur Gaza lagi setelah masa gencatan senjata berakhir tanpa ada perpanjangan lagi pada Jumat pekan lalu. Israel dan Hamas saling menyalahkan satu sama lain atas kegagalan memperpanjang masa gencatan senjata.

    Sementara itu, Kementerian Kesehatan di Gaza mengungkapkan jumlah korban tewas di wilayah tersebut terus bertambah hingga jadi 15.899 orang sejak agresi militer Israel dimulai 7 Oktober hingga Senin (4/12).

    Dari angka itu, Ashraf Al-Qudra selaku juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 70 persen dari korban merupakan perempuan dan anak-anak. Jumlah korban luka-luka juga terus meningkat hingga 42 ribu saat ini.

    (rds/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • PM Netanyahu Tak Lagi Ditemani Menhan Kabinet Perang saat Konpers

    PM Netanyahu Tak Lagi Ditemani Menhan Kabinet Perang saat Konpers

    Jakarta, CNN Indonesia

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggelar konferensi pers tanpa didampingi anggota Kabinet Perang, Menteri Pertahanan Yoav Gallant.

    Awak media lalu mempertanyakan ketidakhadiran Gallant ke Netanyahu di acara konferensi pers itu.

    “Saya minta ke menteri pertahanan malam ini untuk menggelar konferensi pers, dan dia memutuskan apa yang dia putuskan,” kata Netanyahu, dikutip Middle East Monitor, Minggu (3/12).

    Beberapa waktu lalu, surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan muncul perbedaan sikap antara Netanyahu dan pejabat militer, terkait penilaian dan perencanaan serangan Israel ke Gaza. Namun, Netanyahu mencoba untuk menepis isu yang beredar.

    “Ini penting untuk masyarakat mendengar kami. [Pemerintah] bekerja sama [dalam perang Gaza],” kata Netanyahu, demikian dikutip Middle East Monitor (MEMO), Minggu (3/12).

    Sementara itu, menurut laporan media berbahasa Yahudi, Maariv, keretakan Netanyahu dan Gallant tampak kian runcing belakangan ini.

    Netanyahu disebut berusaha mencegah anggota Kabinet Keamanan Israel termasuk Gallant dan Benny Gantz menerima pujian usai 110 sandera Israel dibebaskan dari Gaza.

    Gantz merupakan eks menteri pertahanan dan salah satu saingan politik utama Netanyahu. Ia tergabung kabinet perang usai serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

    PM Israel ini sebelumnya juga menghadapi minggu-minggu yang sulit dan menghadapi pertanyaan-pertanyaan rumit.

    “Netanyahu bersandar pada tim pendukung yang konsisten, yang muncul setiap malam, Menteri Pertahanan Gallant dan Menteri Gantz,” demikian laporan Maariv.

    Maariv mengklaim bahwa persepsi yang selama ini muncul adalah Gallant dan Gantz mendukung serta memberi legitimasi ke Netanyahu selaku juru bicara kabinet. Konferensi kali ini menunjukkan perubahan dalam narasi tersebut.

    Sementara itu, analisis media harian di Tel Aviv menyatakan Netanyahu sengaja muncul untuk menyampaikan pesan dan menjawab pertanyaan menantang. Dia juga membawa berita positif sejak dinilai gagal gegara serangan dadakan pada 7 Oktober.

    Di konferensi pers kali ini, Netanyahu juga membeberkan informasi terkini terkait situasi di Gaza. Menurut dia, tentara Israel telah menggempur target Hamas di Jalur Gaza.

    “Perang akan berlangsung lama dan sulit,” ungkap dia.

    (isa/dna)

    [Gambas:Video CNN]

  • VIDEO: Penampakan Serangan Rudal Hamas Gagal Capai Tel Aviv

    VIDEO: Penampakan Serangan Rudal Hamas Gagal Capai Tel Aviv

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kelompok Hamas mengklaim telah membombardir Tel Aviv pada Sabtu (2/12).

    Brigade Al Qassam menyebut mereka telah melepaskan rentetan rudal sebagai respons atas serangan Israel ke Jalur Gaza.

    Namun dalam video yang tersebar, rudal-rudal itu tidak berhasil mencapai dataran Israel.

    Rudal itu dicegat di udara dan ditembak jatuh oleh sistem pertahanan Israel.

    Setelah gencatan senjata berakhir pada Jumat (1/12), Israel langsung melancarkan serangan ke Gaza.

    Terhitung sudah 193 warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel ke Jalur Gaza.

  • Alasan Gencatan Senjata Israel-Hamas Berakhir sampai Gaza Dibom Lagi

    Alasan Gencatan Senjata Israel-Hamas Berakhir sampai Gaza Dibom Lagi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Gencatan senjata Israel dan Hamas di Jalur Gaza Palestina akhirnya berakhir pada Jumat (1/12) setelah keduanya tak lagi mencapai kesepakatan soal perpanjangan jeda pertempuran.

    Israel pun segera melancarkan rentetan serangannya lagi ke Jalur Gaza tak lama setelah masa gencatan senjata habis pada Jumat pagi pukul 07.00 waktu lokal atau 12.00 WIB.

    Militer Israel menyalahkan Hamas atas kegagalan perpanjangan gencatan senjata. Tel Aviv menuding Hamas melanggar kesepakatan gencatan senjata terutama soal pembebasan sandera.

    Beberapa jam sebelum gencatan senjata selesai, Hamas mengklaim Israel menolak tawaran milisi tersebut soal pembebasan sejumlah sandera tambahan.

    Dilansir Al Jazeera, tiga dari beberapa sandera yang rencananya dibebaskan Hamas ini tewas akibat bombardir Israel selama masa tawanan dan kelompok penguasa Gaza itu berencana mengembalikan jasad mereka.

    Namun, Israel disebut menolaknya lantaran menganggap Hamas melanggar janji untuk membebaskan sandera dengan kondisi selamat.

    Senada dengan Israel, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony J. Blinken juga menyalahkan sikap Hamas yang mengingkari komitmennya menjadi alasan gencatan senjata berakhir tanpa ada perpanjangan lagi. 

    Blinken mengatakan sudah melihat tanda-tanda bahwa Israel telah mengambil langkah baru untuk melindungi warga sipil saat mereka melanjutkan operasi militernya.

    “Penting untuk dipahami mengapa jeda ini berakhir: Ini berakhir karena Hamas. Hamas mengingkari komitmen yang dibuatnya,” kata Blinken di akhir kunjungannya ke Timur Tengah seperti dilaporkan The New York Times.

    Dia mencatat bahwa beberapa jam sebelum gencatan tujuh hari berakhir, Hamas “melakukan serangan teroris yang mengerikan di Yerusalem”. Penembakan pada Kamis (30/11) itu menewaskan tiga orang dan melukai enam orang.

    Hamas memang mengakui bertanggung jawab atas penembakan di Yerusalem tersebut. Blinken juga menambahkan Hamas turut menembakkan roket ke Israel pada Jumat dan gagal membebaskan sandera yang telah dijanjikan untuk bebas.

    PM Netanyahu kian tertekan

    Gencatan senjata berakhir juga berlangsung kala Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terus ditekan untuk terus melanjutkan peperangan di Gaza.

    Dikutip Al Jazeera, elite militer Israel telah lama mendesak agar perang di Gaza berlanjut. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant bahkan menegaskan pasukannya telah siap menggempur Gaza lagi dari darat, udara, dan laut ketika gencatan selesai.

    Gallant memang sejauh ini yang paling agresif menyerukan agresi Israel ke Gaza berlanjut. Sementara itu, Netanyahu mempertahan sikap hawkish-nya selama konflik ini berlangsung dan memilih untuk tampil sebagai pemimpin secara umum dengan menyerahkan urusan pertahanan sepenuhnya pada militer Israel.

    Sikap ini diambil Netanyahu kala dirinya terus menghadapi tekanan untuk mundur tak hanya dari publik Israel tapi dari beberapa pendahulunya. Sejauh ini, setidaknya tiga mantan PM Israel telah mengkritik keras kepemimpinan Netanyahu yang dianggap gagal menyelamatkan keamanan nasional imbas serangan Hamas ke negara itu pada 7 Oktober lalu.

    Serangan Hamas itu menjadi pematik agresi brutal Israel ke Palestina hingga hari ini telah menewaskan lebih dari 15 ribu orang, termasuk lebih dari 6 ribu anak-anak dan 4 ribu perempuan.

    Sejak itu, sebagian publik Israel, terutama warga yang tinggal di perbatasan dekat Gaza dan keluarga korban sandera Hamas menganggap pemerintah Zionis kecolongan dan gagal melindungi keamanan nasional. Beberapa survei publik yang dibuat media lokal Israel juga memaparkan mayoritas warga ingin Netanyahu bertanggung jawab atas serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu.

    (els/rds)

    [Gambas:Video CNN]