kab/kota: Tel Aviv

  • Viral Video Tentaranya Bakar Al-Qur’an di Gaza, Israel Menyelidiki!

    Viral Video Tentaranya Bakar Al-Qur’an di Gaza, Israel Menyelidiki!

    Gaza City

    Militer Israel melakukan penyelidikan terhadap foto dan video yang viral di media sosial menunjukkan seorang tentara Israel yang ada di Jalur Gaza sedang membakar buku-buku, dengan salah satunya diduga merupakan kitab suci agama Islam, Al-Qur’an.

    “Penyelidikan telah dibuka oleh divisi investigasi kriminal pada polisi militer,” demikian pernyataan militer Israel kepada AFP merespons pertanyaan soal video yang beredar, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Sabtu (25/5/2024).

    “Perilaku tentara dalam video itu tidak sejalan dengan nilai-nilai (militer Israel),” tegas pernyataan militer Israel itu.

    Disebutkan juga bahwa militer Israel “menghormati semua agama dan dengan tegas mengutuk perilaku seperti itu”.

    Video yang viral di media sosial itu belum bisa diverifikasi keasliannya oleh AFP hingga Jumat (24/5) malam. Video itu menunjukkan seorang tentara yang mengenakan seragam militer mirip dengan yang biasa dipakai tentara-tentara Israel, melemparkan sebuah buku yang diduga salinan Al-Qur’an ke dalam api.

    Baik video maupun foto insiden itu disiarkan di televisi lokal Israel.

    Seorang jurnalis dari situs investigasi Bellingcat melaporkan bahwa rak buku yang muncul dalam video itu sama dengan rak buku yang ada di perpustakaan Universitas Al-Aqsa di Gaza City.

    Saksikan juga ‘Saat Israel Tembaki Toko di Jalur Gaza, 12 Orang Tewas’:

    Sejak perang berkecamuk pada Oktober tahun lalu, tentara Israel berulang kali dituduh mengunggah konten yang merendahkan warga sipil Palestina pada akun-akun media sosial mereka.

    Salah satu video yang sempat viral pada November tahun lalu diduga menunjukkan seorang tentara Israel mendedikasikan ledakan di Jalur Gaza untuk anak perempuannya yang saat itu sedang berulang tahun.

    Pada Februari lalu, pengacara militer top Israel memulai penyelidikan kriminal terhadap beberapa insiden dugaan pelanggaran oleh tentara-tentara Tel Aviv selama perang di Jalur Gaza.

    Disebutkan oleh Korps Advokat Jenderal Militer Israel dalam pernyataan pada saat itu bahwa insiden-insiden yang terjadi “menimbulkan kecurigaan akan adanya penganiayaan terhadap para tahanan, kematian tahanan, penjarahan, dan penggunaan kekerasan secara ilegal”.

    Perang yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober tahun lalu telah memicu kehancuran dan memakan banyak korban jiwa. Data yang dilaporkan otoritas kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 35.800 orang, sebagian besar warga sipil, tewas akibat rentetan serangan Israel.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Negara Mana Saja yang Tegas Menentang Israel, Apa Dampaknya?

    Negara Mana Saja yang Tegas Menentang Israel, Apa Dampaknya?

    Jakarta

    Tentara Israel pada Senin (06/05) memerintahkan warga Palestina meninggalkan wilayah bagian timur Kota Rafah di bagian selatan Jalur Gaza sebelum menggelar operasi militer.

    Melalui pesan teks, selebaran, dan unggahan di media sosial, militer Israel memerintahkan sekitar 100.000 orang untuk bermigrasi ke kamp-kamp di kota-kota tetangga, yaitu Khan Younis dan al-Mawasi.

    Sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, telah memperingatkan Israel untuk menghindari serangan terhadap Rafah tempat perlindungan terakhir bagi satu juta lebih warga Palestina.

    ReutersPengungsi Palestina yang melarikan diri dari Rafah ke Khan Younis pada 6 Mei 2024.

    Sementara itu, semakin banyak suara dari komunitas internasional menyerukan agar Israel menghentikan serangan di seluruh wilayah tersebut.

    Beberapa negara bahkan telah mengambil langkah-langkah konkret menekan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, baik dengan memutus hubungan diplomatik, menangguhkan penjualan senjata, hingga menempuh jalur hukum internasional.

    Pekan lalu, Kolombia mengumumkan bahwa mereka memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.

    ReutersAsap mengepul setelah serangan Israel di Rafah, selatan Jalur Gaza pada 6 Mei 2024 di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok milisi Palestina Hamas.

    Dampak dari tindakan-tindakan ini bisa jadi “hanya bersifat simbolis”, ujar Yossi Mekelberg, seorang pengamat Timur Tengah dan Afrika Utara di Chatham House, sebuah lembaga konsultasi dan penelitian di London, kepada BBC News Mundo.

    “Namun, efek kumulatifnya terhadap isolasi diplomatik atau apa yang mereka sampaikan tentang Israel, dan bagaimana Israel melakukan perang adalah penting.”

    Ini bukan pertama kalinya Israel menghadapi kecaman dari negara-negara lain atas tindakannya di Gaza atau Tepi Barat.

    Namun, tekanan internasional tidak pernah sekuat sekarang, terutama mengingat skala kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Serangan ini merupakan aksi balasan Israel atas serangan Hamas pada 7 Oktober.

    Saat itu Israel mendapat serangan terburuk selama 75 tahun terakhir yang menewaskan 1.200 orang, dan juga 253 orang disandera.

    Israel merespons dengan sangat keras: lebih dari 34.000 orang tewas di Gaza sejak saat itu akibat serangan bom tentara Israel; 85% penduduk telah mengungsi dari rumah mereka; dan sekitar setengahnya atau sekitar 1,1 juta orang berada di ambang kelaparan, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Dengan latar belakang ini, kami akan menjelaskan negara mana saja yang telah memutuskan untuk mengambil tindakan nyata terhadap Israel.

    Memutus hubungan diplomatik

    Setelah perang pecah, dan seiring meningkatnya kehancuran di Gaza, sejumlah negara menarik duta besar mereka atau menangguhkan hubungan diplomatik dengan Israel.

    Negara-negara di wilayah Timur Tengah seperti Yordania, Bahrain dan Turki, memulangkan duta besar mereka. Aksi ini disusul oleh Chad dan beberapa negara di Amerika Latin, seperti Cile, Honduras, dan Kolombia.

    Mereka kini memutuskan untuk mengambil langkah lebih jauh dengan menangguhkan hubungan diplomatik. Langkah ini juga diikuti Bolivia dan Belize.

    Baca juga:

    Getty ImagesPresiden Kolombia Gustavo Petro mengumumkan pada tanggal 1 Mei bahwa ia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.

    “Hari ini umat manusia, di semua jalan, setuju dengan kami. Era genosida, pemusnahan seluruh bangsa di depan mata kita, di depan kemanusiaan kita, tidak dapat kembali,” kata Presiden Kolombia Gustavo Petro dalam pidatonya saat mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel beberapa waktu lalu.

    Enam bulan sebelumnya, pada 31 Oktober, juru bicara pemerintah Bolivia mengumumkan keputusan yang sama, dengan menggunakan kata-kata serupa.

    “(Bolivia) mengambil keputusan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Negara Israel sebagai bentuk penolakan dan kecaman atas serangan militer Israel yang agresif dan tidak proporsional yang dilakukan di Jalur Gaza,” ujar Wakil Menteri Luar Negeri, Freddy Mamani pada saat itu.

    Getty ImagesDi jantung Universitas California, Los Angeles (UCLA) salah satu kampus paling bergengsi di Amerika Serikat tengah berlangsung unjuk rasa menentang kondisi di Gaza saat ini.

    Dua minggu kemudian, Belize mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menangguhkan hubungan diplomatik dengan Israel karena “pengeboman tanpa pandang bulu yang tak henti-hentinya” di Gaza, karena Israel “terus-menerus” melanggar hukum internasional sejak 7 Oktober.

    Namun, apa arti pemutusan hubungan ini?

    Faktanya, tidak jelas. Tak satu pun dari ketiga negara ini yang memiliki pengaruh politik yang besar di Timur Tengah. Hubungan perdagangan dan diplomatik mereka dengan Israel sebelum krisis ini juga tidak banyak.

    Namun, Kolombia adalah mitra dagang terbesar kedua Israel di Amerika Latin, setelah Brasil.

    Kolombia dan Israel menandatangani perjanjian perdagangan bebas pada tahun 2020. Angkatan Darat Kolombia menggunakan pesawat serta senjata Israel untuk memerangi kartel narkoba dan kelompok pemberontak.

    Namun untuk saat ini, perjanjian ini tampaknya tidak berpengaruh, dan Kementerian Luar Negeri Kolombia telah mengumumkan niatnya untuk “mempertahankan aktivitas masing-masing bagian konsuler di Tel Aviv dan Bogota”.

    ReutersPengunjuk rasa pro-Palestina berfoto di depan Mahkamah Internasional (ICJ) ketika hakim memutuskan putusan sela atas gugatan Afrika Selatan terhadap Israel

    Efek dari pemutusan hubungan diplomatik ini, bersifat “simbolis, dan menunjukkan rasa terisolasi dan perubahan sikap terhadap Israel,” demikian analisis Mekelberg.

    Namun, pakar dari Chatham House ini juga menunjukkan bahwa keputusan semacam ini biasanya memiliki muatan ideologis dan pengaruh politik dalam negeri.

    “Ini seperti yang terjadi di Brasil; dengan [mantan presiden Jair] Bolsonaro, yang dulu mendukung penuh Israel, tapi ketika sayap kiri kembali [berkuasa], kritik itu kembali muncul.”

    Memutus hubungan perdagangan

    Pekan lalu, Turki mengumumkan bahwa mereka akan menangguhkan semua perdagangan dengan Israel sampai pemerintah pimpinan Benjamin Netanyahu itu menerima “aliran bantuan kemanusiaan yang tidak terputus dan cukup” ke Gaza.

    Menurut menteri perdagangan Turki, “transaksi ekspor dan impor yang terkait dengan Israel, yang mencakup semua produk, telah dihentikan”.

    Perdagangan antara kedua negara mencapai Rp111,7 triliun tahun lalu.

    ReutersBenjamin Netanyahu menjawab dengan mengatakan Turki di bawah “kediktatoran kelam”.

    Turki adalah negara mayoritas Muslim pertama yang mengakui Israel pada tahun 1949. Namun hubungan bilateralnya memburuk dalam beberapa dekade terakhir.

    Episode paling menegangkan terjadi pada tahun 2010, ketika Turki memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.

    Saat itu, Israel menyerang enam armada kapal Turki di perairan internasional yang mencoba mencapai Gaza. Mereka menerobos blokade maritim yang diberlakukan Israel di wilayah tersebut.

    Serangan oleh militer Israel tersebut mengakibatkan tewasnya 10 aktivis pro-Palestina asal Turki.

    Hubungan kedua negara kembali membaik pada tahun 2016, namun kedua negara kembali mengusir duta besar masing-masing dua tahun kemudian karena konflik baru terkait pembunuhan warga Palestina di perbatasan Gaza.

    Getty ImagesPresiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengeraskan sikapnya terhadap Israel.

    Situasinya makin memburuk sejak 7 Oktober. Netanyahu dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan makin sering saling baku tuduh.

    Erdogan membandingkan pemimpin Israel seperti Hitler, Mussolini dan Stalin – dan menyebut Netanyahu “penjagal Gaza”.

    Sebaliknya, Netanyahu mengeklaim bahwa presiden Turki “mendukung pembunuhan masal dan pemerkosaan oleh Hamas, menyangkal genosida Armenia (dan) membantai orang-orang Kurdi di negaranya sendiri”.

    Penangguhan penjualan senjata

    Beberapa negara seperti Kanada, Italia, Jepang, Belgia dan Spanyol telah mengumumkan dalam beberapa bulan terakhir ini bahwa mereka akan menghentikan penjualan senjata ke Israel.

    Tetapi jika kita menganalisa keputusan-keputusan ini secara lebih rinci, kenyataan yang ada agak berbeda.

    Di Belgia, hanya wilayah Walloon yang memutuskan untuk menangguhkan penjualan mesiu ke Israel.

    ReutersSistem anti-rudal Iron Dome Israel mencegat roket yang diluncurkan dari Gaza, seperti yang terlihat dari Ashkelon, pada 7 Mei 2024.

    Italia juga mengumumkan penangguhan ekspor senjata mulai 7 Oktober. Namun, menteri pertahanannya mengatakan tetap mengirim senjata ke Israel yang sudah dipesan sebelum tanggal tersebut, dengan jaminan senjata-senjata itu tidak akan digunakan di Gaza.

    Hal serupa juga terjadi di Spanyol, yang juga mengumumkan bahwa mereka akan menangguhkan pengiriman senjata dan kemudian diketahui bahwa mereka tetap mengirimkan amunisi. Namun, Madrid mengatakan bahwa senjata-senjata itu dimaksudkan untuk latihan militer.

    Situasi di Kanada juga serupa. Perdana Menteri negara itu, Justin Trudeau, mengumumkan bahwa kemungkinan perjanjian penjualan senjata baru dengan Israel ditangguhkan, tetapi tidak untuk perjanjian yang sudah disepakati sebelumnya.

    Di Jepang, sebuah perusahaan, Itochu Corporation yang menangguhkan kolaborasinya dengan produsen senjata Israel. Dan di Belanda, sebuah pengadilan memaksa negara itu untuk menghentikan penjualan pesawat militer ke Israel.

    Getty ImagesSebagian besar senjata yang diimpor Israel berasal dari Amerika Serikat dan Jerman.

    Namun, keputusan-keputusan ini sepertinya tidak akan berdampak pada serangan di Gaza.

    Lebih dari 95% impor senjata Israel berasal dari Amerika Serikat dan Jerman, yang tidak jelas memberikan tanda-tanda bahwa mereka akan menghentikannya.

    Dampak langkah penangguhan ini penjualan senjata “terbatas, karena Amerika Serikat dan Jerman-lah yang memasok sebagian besar senjata, sementara yang lain terutama mengirim komponen atau peralatan yang sangat spesifik yang mungkin bisa digantikan oleh yang lain, sehingga tidak akan mengubah apa pun,” kata Yossi Mekelberg.

    Pengadilan internasional

    Menghadapi serangan Israel di Gaza dan meningkatnya jumlah korban jiwa di wilayah tersebut, pada bulan Desember lalu, Afrika Selatan memilih strategi yang berbeda untuk mencoba menghentikan Israel: Afrika Selatan beralih ke peradilan internasional.

    Para pengacaranya mengajukan kasus ke Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, di mana mereka menuduh Israel melakukan genosida terhadap penduduk Palestina di Gaza, yang dibantah oleh negara Israel.

    Bagaimana dengan Indonesia?

    Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan Indonesia “secara moral dan politis” mendukung sepenuhnya upaya hukum Afrika Selatan atas dugaan genosida Israel di Gaza.

    “Namun secara hukum Indonesia tidak bisa ikut menggugat karena dasar gugatan adalah Konvensi Genosida dimana Indonesia bukan Negara Pihak,” ujar juru bicara Kemenlu Lalu Muhammad Iqbal melalui pesan teks yang diterima BBC Indonesia.

    Baca juga:

    Getty ImagesMenteri Kehakiman Afrika Selatan Ronald Lamola menjelaskan kasus yang diajukan negaranya terhadap Israel di Mahkamah Internasional.

    Pada bulan Januari, pengadilan, yang mengadili sengketa antarnegara, mengeluarkan keputusan sementara: memerintahkan Israel mengambil langkah-langkah mencegah tindakan genosida di Gaza. Tapi pengadilan tidak sampai menuntut Israel menghentikan serangan militer.

    “Israel muncul relatif tanpa cedera dari proses ini, tetapi fakta bahwa proses [pengadilan] ini terbuka, berarti Israel telah kalah dalam pertarungan,” kata Michael Oren, duta besar Israel untuk Amerika Serikat periode 2009-2013, kepada BBC.

    Namun, saat ini, ada kekhawatiran yang kuat di antara para petinggi Israel, terutama karena langkah-langkah yang mungkin diambil oleh pengadilan internasional lainnya.

    Kemungkinan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap para pemimpin politik dan militer Israel, termasuk Netanyahu sendiri, merupakan sumber ketegangan.

    EPA-EFE/REX/SHUTTERSTOCKPutusan pengadilan dibacakan oleh Hakim Joan E. Donoghue (kedua dari kiri) pada Jumat (26/01).

    ICC, yang memiliki wewenang untuk mendakwa dan mengadili individu atas kejahatan perang atau kejahatan terhadap kemanusiaan, telah menyelidiki tindakan Israel di wilayah pendudukan selama tiga tahun – dan, baru-baru ini, tindakan Hamas.

    Di masa lalu, ICC telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap para pemimpin negara seperti Vladimir Putin dari Rusia, Muammar Gaddafi dari Libya, dan gerilyawan Uganda, Joseph Kony.

    Meskipun ICC belum mengkonfirmasi apa pun, ketika kepala jaksa penuntut mahkamah, Karim Khan, mengunjungi Israel dan Tepi Barat yang diduduki pada bulan Desember tahun lalu, ia menegaskan bahwa “semua protagonis harus mematuhi hukum kemanusiaan internasional”.

    “Jika Anda tidak melakukan hal ini, jangan mengeluh ketika kantor saya dipaksa untuk bertindak,” tambahnya pada saat itu.

    Mekelberg mengatakan: “Ke mana arahnya (keputusannya), saya tidak tahu, tetapi ini seharusnya mengirimkan pesan kepada Israel bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi.”

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Netanyahu Kembali Berulah Sebut Tak Ada Bencana Kemanusiaan di Rafah

    Netanyahu Kembali Berulah Sebut Tak Ada Bencana Kemanusiaan di Rafah

    Tel Aviv

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali berulah. Terbaru, Netanyahu menyebut tak ada bencana kemanusiaan di Rafah, Jalur Gaza, Palestina.

    Netanyahu awalnya menyebut hampir 500.000 orang mengungsi dari Rafah saat ancaman invasi darat membayangi. Netanyahu lalu menepis kekhawatiran dunia soal potensi terjadinya bencana kemanusiaan di Rafah.

    “Upaya kami yang bertanggung jawab telah membuahkan hasil. Sejauh ini, di Rafah, hampir setengah juta orang telah dievakuasi dari zona pertempuran,” ucap Netanyahu dalam pernyataan terbaru, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Kamis (16/5/2024).

    Komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu utama Israel, telah mendesak Tel Aviv untuk menahan diri dari serangan darat secara besar-besaran di Rafah. Dunia khawatir serangan itu bakal menimbulkan bencana kemanusiaan di Rafah yang menjadi tempat mengungsi 1,4 juta.

    Namun, Netanyahu bersikeras menyatakan tidak ada bencana kemanusiaan di Rafah. Dia tetap mengabaikan desakan internasional untuk segera melakukan gencatan senjata.

    “Bencana kemanusiaan yang dibahas-bahas tidak terjadi, dan tidak akan terjadi,” tegas Netanyahu.

    Israel telah mengabaikan peringatan internasional, termasuk dari AS, dan mengirimkan pasukan militernya bersama tank-tank ke wilayah Rafah bagian timur untuk memburu militan di sana sejak pekan lalu. PBB menyebut 450.000 orang telah mengungsi dari Rafah sejak Israel mengeluarkan perintah evakuasi untuk wilayah timur area tersebut pada 6 Mei lalu.

    Sekitar 100.000 orang lainnya, menurut PBB, telah meninggalkan rumah-rumah mereka di tengah pertempuran baru yang berkecamuk di Jalur Gaza bagian utara. Hal itu berarti sekitar seperempat penduduk Jalur Gaza telah mengungsi lagi hanya dalam waktu seminggu.

    “Pasukan kami bertempur di seluruh Jalur Gaza. Kami melakukan hal ini sambil mengevakuasi penduduk sipil dan memenuhi komitmen kami terhadap kebutuhan kemanusiaan mereka,” ujar Netanyahu.

    Netanyahu juga menyatakan Israel ingin menghancurkan Hamas sepenuhnya usai serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang di Jalur Gaza. Serangan Hamas itu menewaskan 1.200 orang di Israel. Sementara, serangan Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 35 ribu orang.

    “Memusnahkan Hamas adalah langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa pada ‘hari berikutnya’, tidak akan ada elemen di Gaza yang mengancam kita,” ujarnya.

    Netanyahu Tuduh Mesir Sandera Warga Gaza

    Netanyahu juga menuduh Mesir ‘menyandera’ warga Jalur Gaza dengan tidak mau bekerja sama dengan Tel Aviv untuk membuka perlintasan perbatasan Rafah. Israel beberapa waktu terakhir menekan Kairo membuka perlintasan perbatasan Rafah, namun negara itu menolak karena mengkhawatirkan hal tersebut dimanfaatkan Tel Aviv untuk mengusir paksa warga Palestina dari Rafah.

    Dilansir AFP dan Al Arabiya, pernyataan Netanyahu itu disampaikan sehari setelah Mesir dengan marah menuding Israel menyangkal tanggung jawab atas krisis kemanusiaan di Jalur Gaza. Mesir merupakan negara Arab pertama yang berdamai dengan Israel dan menjadi tuan rumah perundingan gencatan senjata serta pembebasan sandera yang kini berujung kebuntuan.

    Perlintasan perbatasan Rafah menghubungkan Jalur Gaza bagian selatan dengan wilayah Mesir. Perlintasan Rafah menjadi pintu gerbang utama bagi masuknya barang juga orang ke daerah kantong Palestina tersebut.

    Perlintasan perbatasan Rafah di sisi Gaza telah ditutup sejak militer Israel pada 7 Mei lalu mengumumkan pasukannya berhasil mengambil alih perlintasan perbatasan itu dari Hamas. Mesir pun menolak untuk berkoordinasi dengan Israel mengenai perlintasan perbatasan Rafah karena mengkhawatirkan pengambilalihan itu menjadi bagian dari upaya Netanyahu melancarkan serangan darat di dalam Rafah.

    “Kami ingin melihatnya terbuka,” ucap Netanyahu dalam wawancara dengan media AS, CNBC.

    “Saya berharap kami bisa mencapai kesepahaman (dengan Mesir),” imbuhnya.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Netanyahu mengatakan perlintasan perbatasan Rafah akan dibuka ‘kemarin’ jika semuanya bergantung pada Israel.

    “Maksud saya, itu bukan masalah kami. Kami tidak menunda pembukaan Rafah. Saya berharap Mesir mempertimbangkan apa yang saya katakan sekarang,” ujarnya.

    “Tidak seorang pun boleh menyandera penduduk Palestina dengan cara apa pun dan saya tidak menyandera mereka. Saya pikir tidak ada pihak yang seharusnya melakukan itu,” ujar Netanyahu merujuk pada Mesir.

    Klaim Setengah Korban Tewas di Gaza Adalah Hamas

    Netanyahu juga mengklaim hampir setengah korban tewas dalam perang Gaza merupakan pejuang Hamas. Netanyatu menyebut jumlah korban jiwa keseluruhan lebih rendah ketimbang data dari pihak berwenang Palestina.

    Dilansir AFP, pernyataan itu diucapkan Netanyahu dalam sebuah podcast ‘Call Me Back’. Dia meremehkan jumlah korban sipil yang telah memicu kemarahan global.

    Data Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, setidaknya 35.091 orang telah tewas di wilayah tersebut selama lebih dari tujuh bulan perang antara Israel dan militan Palestina.

    Namun, Netanyahu menyatakan bahwa jumlah korban tewas di Gaza sekitar 30.000. Dia juga menyebut pejuang Hamas menyumbang hampir setengah dari jumlah korban tersebut.

    Pihak berwenang Gaza tidak memberikan gambaran umum mengenai jumlah militan Palestina yang tewas, namun berulang kali mengatakan bahwa sebagian besar korban tewas dalam perang tersebut adalah perempuan dan anak-anak. PBB dan banyak negara telah menyuarakan kekhawatiran atas jumlah kematian warga sipil.

    Netanyahu bersikeras kepada podcaster Dan Senor bahwa Israel ‘mampu menjaga rasio warga sipil dan kombatan yang terbunuh… (menjadi) rasio sekitar satu banding satu’.

    “Empat belas ribu orang tewas, kombatan, dan mungkin sekitar 16.000 warga sipil tewas,” katanya.

    Dia memberikan angka serupa pada bulan Maret saat wawancara dengan Politico, pada saat Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan jumlah korban jiwa sedikitnya 31.045 orang. Netanyahu mengklaim saat itu jumlah tersebut termasuk 13.000 militan dan jumlah warga sipil ‘jauh kurang dari’ 20.000.

    Komentar terbarunya ini muncul di saat meningkatnya tekanan dari pemasok militer utama Israel, AS, mengenai jumlah korban jiwa di pihak Palestina dalam perang tersebut. Washington telah menghentikan pengiriman 3.500 bom, dan Presiden AS Joe Biden memperingatkan dia akan berhenti memasok peluru artileri dan senjata lainnya jika Israel melakukan invasi besar-besaran ke Rafah.

    Laporan Departemen Luar Negeri AS pada hari Jumat menyebut ‘menilai secara masuk akal’ bahwa Israel telah menggunakan senjata Amerika dengan cara yang tidak sesuai dengan standar hak asasi manusia, namun Amerika Serikat tidak dapat mencapai ‘temuan yang meyakinkan’.

    Halaman 2 dari 2

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Balas Serangan Udara, Hizbullah Luncurkan 60 Roket ke Israel

    Balas Serangan Udara, Hizbullah Luncurkan 60 Roket ke Israel

    Beirut

    Kelompok Hizbullah yang bermarkas di Lebanon meluncurkan rentetan serangan roket ke wilayah Israel, tepatnya posisi militer Tel Aviv. Rentetan roket ini diluncurkan Hizbullah untuk membalas serangan udara Tel Aviv semalam sebelumnya.

    Seperti dilansir AFP, Kamis (16/5/2024), kelompok Hizbullah dalam pernyataannya mengumumkan pasukannya “meluncurkan serangan rudal dengan lebih dari 60 roket Katyusha” terhadap sejumlah posisi militer Israel, termasuk di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Tel Aviv.

    Disebutkan Hizbullah bahwa serangan roket itu dimaksudkan untuk “merespons serangan musuh Israel semalam di wilayah Bekaa”, yang merupakan wilayah di Lebanon bagian timur.

    Laporan kantor berita Lebanon, National News Agency (NNA), sebelumnya menyebut serangan udara Israel menghantam wilayah Lebanon bagian timur, yang dikuasai Hizbullah, pada Rabu (15/5) malam waktu setempat.

    “Pinggiran area pegunungan di Lebanon bagian timur, pada tengah malam (15/5), menjadi sasaran dari lima serangan musuh,” sebut NNA dalam laporannya.

    Serangan di area Baalbek, Lebanon bagian timur itu, menurut NNA, “memicu luka ringan pada seorang warga” dan sempat memicu kebakaran.

    Seorang sumber yang dekat dengan Hizbullah menuturkan kepada AFP bahwa salah satu serangan “menghantam kamp militer Hizbullah”.

    Dalam pernyataan terpisah, juru bicara militer Israel mengonfirmasi pasukannya menggempur target Hizbullah di Lebanon bagian timur pada Rabu (15/5) malam.

    “Saya bisa mengonfirmasi bahwa serangan udara memang dilancarkan jauh ke dalam wilayah Lebanon, terhadap target teror terkait proyek rudal presisi Hizbullah,” sebut juru bicara militer Israel itu kepada AFP.

    Belum ada tanggapan resmi Tel Aviv soal serangan roket terbaru Hizbullah ke wilayahnya.

    Hizbullah dan militer Israel terlibat serangan lintas perbatasan hampir setiap hari sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 5 Tentara Israel Tewas di Gaza Utara, Ditembak Rekan Sendiri

    5 Tentara Israel Tewas di Gaza Utara, Ditembak Rekan Sendiri

    Gaza City

    Militer Israel melaporkan lima tentaranya tewas dalam pertempuran di wilayah Jalur Gaza bagian utara. Namun Tel Aviv mengungkapkan bahwa kelima tentaranya itu kehilangan nyawa akibat tembakan rekan sesama tentara Israel.

    Seperti dilansir AFP, Kamis (16/5/2024), militer Israel dalam pernyataannya menyebut lima tentaranya tewas “dalam pertempuran” di Jalur Gaza bagian utara pada Rabu (15/5) malam. Area itu menjadi lokasi pertempuran sengit terbaru antara pasukan Israel dan militan Hamas yang berperang selama tujuh bulan terakhir.

    Awalnya militer Israel tidak menjelaskan lebih lanjut soal penyebab kematian tentara-tentaranya itu.

    Namun kemudian militer Israel mengakui bahwa kelima tentaranya tewas akibat tembakan rekan sesama tentara, atau terkena “friendly fire”, saat bertempur melawan militan Hamas.

    Saat diminta untuk mengonfirmasi laporan media yang menyebut lima tentaranya tewas akibat tembakan sesama tentara Israel, salah satu juru bicara militer Tel Aviv menjawab singkat: “Iya.”

    Dalam pernyataan terbaru, militer Israel menyebut kelima tentara yang tewas berasal dari Batalion Penerjun Payung yang ditugaskan ke Jalur Gaza bagian utara.

    “Lima tentara dari Batalion Penerjun Payung ke-202 tewas tadi malam dalam insiden yang menimbulkan korban massal akibat tembakan pasukan kami,” demikian pernyataan terbaru militer Israel.

    Disebutkan juga bahwa tujuh tentara Israel lainnya mengalami luka-luka dalam insiden yang sama.

    Lebih lanjut, militer Israel dalam pernyataannya menjelaskan bahwa dua tank, yang terlibat pertempuran sengit di area tersebut, melepaskan tembakan ke arah sebuah rumah yang digunakan oleh seorang wakil komandan batalion Israel.

    “Penembakan itu melibatkan dua peluru tank. Dari penyelidikan awal…tampaknya para petempur tank, dari kompi penerjun payung Hetz ultra-Ortodoks, mengidentifikasi laras senapan yang keluar dari salah satu jendela bangunan, dan saling membidik satu sama lain untuk menembak ke arah bangunan itu,” sebut militer Israel dalam penjelasannya.

    Kematian lima tentaranya itu menambah jumlah personel militer Israel yang terbunuh dalam perang melawan Hamas di Jalur Gaza. Sedikitnya 278 tentara Israel, menurut data otoritas Tel Aviv, tewas di Jalur Gaza sejak serangan darat dilancarkan pada 27 Oktober tahun lalu.

    Pertempuran berkobar kembali dalam beberapa hari terakhir di Jalur Gaza bagian utara. Juru bicara militer Israel menyebut ada “upaya-upaya Hamas untuk membangun kembali kemampuan militernya” beberapa bulan setelah Israel menyatakan struktur komando kelompok militan itu dimusnahkan.

    Pertempuran sengit dan pengeboman besar-besaran oleh militer Israel dilaporkan melanda area kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza bagian utara dan kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza bagian tengah, sejak pasukan Tel Aviv melancarkan operasi “terarah” yang fokus pada Rafah di selatan daerah kantong Palestina itu pada awal Mei.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Dituduh Aniaya Tahanan Palestina, AS Serukan Penyelidikan

    Israel Dituduh Aniaya Tahanan Palestina, AS Serukan Penyelidikan

    Washington DC

    Israel dituduh melakukan penganiayaan terhadap para tahanan Palestina, yang disebut ditutup matanya dan dipukuli. Amerika Serikat (AS) sebagai sekutu dekat mengakui prihatin dan menyerukan Tel Aviv menyelidiki laporan yang disampaikan oleh media terkemuka CNN tersebut.

    Seperti dilansir AFP, Selasa (14/5/2024), CNN dalam laporannya menyebut pihaknya berbicara dengan tiga whistleblower Israel di pangkalan Sde Teiman di gurun Negev, yang menjadi tempat menahan atau menampung warga Palestina yang luka-luka selama operasi militer di Jalur Gaza.

    Salah satu whistleblower yang dikutip CNN menunjukkan sejumlah foto dan berbicara soal para tahanan Palestina yang ditutup matanya dan diperintahkan duduk tegak serta tidak boleh berbicara, dengan para penjaga meneriakkan “diam” kepada mereka dalam bahasa Arab.

    Laporan CNN menyebut bahwa bagian lainnya dari kamp itu merupakan fasilitas medis di mana para dokter mengamputasi anggota tubuh tahanan yang luka-luka akibat diborgol terlalu lama.

    Disebutkan CNN dalam laporannya bahwa kamp itu menampung sekitar 70 tahanan yang berada dalam situasi penahanan ekstrem, serta menjadi lokasi sebuah rumah sakit lapangan, di mana beberapa tahanan yang terluka “diikat” ke tempat tidur dengan menggunakan popok dan diberi makan melalui sedotan.

    Salah satu whistleblower yang enggan disebut namanya mengatakan kepada CNN bahwa para tahanan dipukuli bukan untuk mengumpulkan informasi intelijen, tetap “sebagai balas dendam” atas serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu yang memicu perang.

    Menanggapi laporan itu, Angkatan Bersenjata Israel (IDF) mengatakan pihaknya sedang memeriksa setiap tuduhan pelanggaran dan mengaku tidak mengetahui adanya insiden “pemborgolan yang melanggar hukum”.

    Sementara itu, saat dimintai tanggapan soal tuduhan itu, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel menyampaikan keprihatinannya.

    “Kami prihatin dengan tuduhan itu, dan kami sedang menyelidiki tuduhan itu dan tuduhan-tuduhan pelecehan lainnya terhadap warga Palestina di dalam tahanan,” ucap Patel dalam pernyataan kepada wartawan setempat.

    Dia mengatakan bahwa AS telah memberitahu Israel jika mereka memiliki “kewajiban untuk menyelidiki secara menyeluruh” tuduhan-tuduhan pelanggaran hukuman kemanusiaan internasional yang kredibel.

    “Kami sudah memperjelas dan konsisten dengan negara mana pun, termasuk Israel, bahwa mereka harus memperlakukan semua tahanan secara manusiawi, secara bermartabat, dan sesuai dengan hukum internasional dan harus menghormati hak asasi para tahanan,” sebut Patel.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Bilang Apa yang Terjadi di Gaza Bukan Genosida

    AS Bilang Apa yang Terjadi di Gaza Bukan Genosida

    Washington DC

    Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS), Jake Sullivan, mengatakan pemerintahan Presiden Joe Biden tidak menganggap pembunuhan warga Palestina oleh militer Israel dalam perang yang berkecamuk di Jalur Gaza adalah genosida.

    Namun Sullivan mengakui bahwa Tel Aviv seharusnya bisa melakukan lebih banyak hal untuk melindungi warga sipil tidak bersalah yang terjebak perang di Jalur Gaza. Demikian seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Selasa (14/5/2024).

    “Kami meyakini Israel bisa dan harus berbuat lebih banyak hal untuk menjamin perlindungan dan kesejahteraan warga sipil yang tidak bersalah,” ucap Sullivan dalam pernyataan kepada wartawan setempat.

    “Kami tidak meyakini apa yang terjadi di Gaza adalah genosida. Kami dengan tegas menolak anggapan tersebut,” tegasnya.

    Dalam pernyataan kepada wartawan, Sullivan mengatakan bahwa AS ingin melihat Hamas dikalahkan. Namun dia juga memperingatkan bahwa warga sipil Palestina yang terjebak di tengah-tengah perang bagaikan berada “di neraka”.

    Lebih lanjut, Sullivan menegaskan kembali penolakan yang disampaikan berulang kali oleh pemerintahan Biden terhadap operasi militer besar-besaran Israel terhadap Rafah, Jalur Gaza bagian selatan. Dia menyebut operasi militer terhadap Rafah adalah sebuah kesalahan.

    Menurut Sullivan, AS prihatin dengan invasi Israel terhadap Rafah yang disebutnya tidak mempertimbangkan “apa yang akan terjadi selanjutnya”. Dia merujuk pada operasi militer besar-besaran Israel di Jalur Gaza bagian utara dan kemudian kembalinya militan Hamas.

    Sullivan dalam pernyataannya juga menyampaikan keprihatinan atas laporan para pemukim Israel yang menyerang konvoi bantuan kemanusiaan yang sedang dalam perjalanan ke perlintasan perbatasan Erez di Jalur Gaza bagian utara. Insiden itu menjadi yang kedua dalam waktu kurang dari seminggu.

    “Sangat disayangkan ada orang yang menyerang dan menjarah barang-barang ini. Ini benar-benar perilaku yang tidak bisa diterima,” ucapnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Iran Tegaskan Bisa Ubah Doktrin Nuklir Jika Terancam Israel

    Iran Tegaskan Bisa Ubah Doktrin Nuklir Jika Terancam Israel

    Teheran

    Iran menegaskan pihaknya bisa mengubah doktrin nuklirnya jika keberadaan Teheran terancam oleh Israel. Penegasan ini semakin meningkatkan kekhawatiran mengenai senjata nuklir Iran.

    “Kami tidak ada keputusan untuk membuat bom nuklir, tetapi jika keberadaan Iran terancam, tidak ada pilihan selain mengubah doktrin militer kami,” tegas penasihat pemimpin tertinggi Iran, Kamal Kharrazi, dalam pernyataannya, seperti dilaporkan Iran’s Student News Network dan dilansir Reuters, Kamis (9/5/2024).

    Dalam pernyataannya, Kharrazi menyebut Teheran sudah memberikan isyarat bahwa mereka memiliki potensi untuk memproduksi senjata sejenis itu.

    “Jika terjadi serangan terhadap fasilitas nuklir kami oleh rezim Zionis, pencegahan kami akan berubah,” ucapnya.

    Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei diketahui melarang pengembangan senjata nuklir dalam sebuah fatwa yang dikeluarkan pada awal tahun 2000-an.

    Khamenei menegaskan kembali pendiriannya dalam pernyataan serupa tahun 2019 lalu.

    “Membuat dan menimbun bom nuklir adalah salah dan menggunakannya adalah haram… Meskipun kita memiliki teknologi nuklir, Iran dengan tewas menghindarinya,” demikian penegasan Khamenei pada saat itu.

    Namun demikian, Menteri Intelijen Iran yang menjabat tahun 2021 mengatakan bahwa tekanan Barat bisa mendorong Iran untuk mengupayakan senjata nuklir.

    Pada April lalu, Iran dan Israel mencapai tingkat ketegangan tertinggi, dengan Teheran secara langsung meluncurkan sekitar 300 rudal dan drone terhadap Tel Aviv.

    Rentetan serangan itu disebut sebagai pembalasan atas dugaan serangan mematikan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada bulan yang sama.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Gempuran Israel Tewaskan Komandan Angkatan Laut Hamas di Gaza

    Gempuran Israel Tewaskan Komandan Angkatan Laut Hamas di Gaza

    Gaza City

    Militer Israel mengklaim serangan udaranya telah menewaskan komandan unit angkatan laut Hamas di Gaza City, Jalur Gaza. Tel Aviv menyebut komandan Hamas yang tewas itu telah melancarkan “serangan-serangan” terhadap tentara Israel dalam perang yang berkecamuk selama tujuh bulan terakhir.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Kamis (9/5/2024), militer Israel mengidentifikasi komandan angkatan laut Hamas yang tewas sebagai Mohammed Ahmed Ali.

    Disebutkan militer Israel pada Rabu (8/5) waktu setempat bahwa Ahmed Ali tewas dalam serangan udara “sehari lalu”.

    Hamas belum memberikan komentar terkait klaim kematian salah satu komandannya.

    Sejumlah sumber dalam kelompok Hamas menyebut Ahmed Ali sebagai anggota sayap bersenjata Brigade Ezzedine al-Qassam.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, mengatakan bahwa “selama perang, Ali bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Israel dan terhadap pasukan darat (tentara Israel) yang beroperasi di Jalur Gaza” termasuk yang ada di Jalur Gaza bagian tengah selama seminggu terakhir.

    Sayap bersenjata Hamas telah terlibat dalam pertempuran sengit dengan pasukan Israel di berbagai wilayah Jalur Gaza sejak perang meletus pada 7 Oktober tahun lalu, setelah serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel bagian selatan.

    Brigade Ezzedine al-Qassam secara rutin meluncurkan roket ke wilayah Israel. Sayap bersenjata Hamas itu juga mengklaim serangan roket pada Minggu (5/5) terhadap perlintasan Kerem Shalom, yang menghubungkan wilayah Israel dengan Jalur Gaza bagian selatan. Empat tentara Israel tewas akibat serangan itu.

    Serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu dilaporkan menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil. Militer Israel tidak menjelaskan lebih lanjut apakah mereka meyakini Ahmed Ali terlibat dalam perencanaan atau pelaksanaan serangan tersebut.

    Rentetan serangan Israel terhadap Jalur Gaza untuk membalas Hamas, menurut otoritas kesehatan Gaza, telah menewaskan sedikitnya 34.904 orang, kebanyakan perempuan dan anak-anak. Sekitar 78.514 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan Israel di berbagai wilayah Jalur Gaza.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 49 Mayat Ditemukan di RS Al-Shifa Gaza yang Pernah Diserbu Israel

    49 Mayat Ditemukan di RS Al-Shifa Gaza yang Pernah Diserbu Israel

    Gaza City

    Para pekerja medis di Jalur Gaza menemukan sedikitnya 49 jenazah di kompleks Rumah Sakit Al-Shifa, yang pernah diserbu pasukan Israel beberapa waktu lalu. Temuan puluhan jenazah didapat pada area yang diyakini sebagai kuburan massal ketiga yang ditemukan di kompleks rumah sakit, beberapa bulan terakhir.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Kamis (9/5/2024), militer Israel telah berulang kali menargetkan RS Al-Shifa, yang merupakan rumah sakit terbesar di wilayah Jalur Gaza, dan fasilitas-fasilitas medis lainnya dalam perang melawan Hamas yang berkecamuk sejak Oktober tahun lalu.

    Tel Aviv menuduh Hamas memanfaatkan rumah sakit di Jalur Gaza sebagai pusat komando, dan lokasi penahanan para sandera yang diculik sejak tahun lalu. Tuduhan itu telah dibantah keras oleh Hamas.

    “Kuburan massal ketiga ditemukan di dalam rumah sakit ini,” ucap kepala unit gawat darurat RS Al-Shifa, Motassem Salah, saat berbicara kepada wartawan.

    Kantor media pemerintah Gaza mengatakan dalam pernyataan terpisah bahwa setidaknya 49 jenazah ditemukan dari kompleks RS Al-Shifa pada Rabu (8/5) waktu setempat.

    Dalam pernyataannya, kantor media pemerintah Gaza menuduh Israel telah melakukan “pembunuhan… di dalam dan di luar rumah sakit”. Tidak dijelaskan lebih lanjut kondisi jenazah-jenazah yang ditemukan.

    Militer Israel belum memberikan komentar atas temuan jenazah tersebut.

    Rekaman video AFP dari RS Al-Shifa menunjukkan setidaknya selusin jenazah dibungkus kantong jenazah berwarna hitam.

    Lihat Video ‘Israel Serang Rafah, Sejumlah Anak Terluka Dilarikan ke RS’:

    Salah yang berbicara kepada wartawan sambil berdiri di depan reruntuhan rumah sakit, mengatakan bahwa beberapa jenazah telah membusuk. RS Al-Shifa mengalami kehancuran akibat pertempuran sengit selama dua pekan pada Maret lalu.

    Temuan jenazah di kompleks RS Al-Shifa ini bukan yang pertama kalinya. Bulan lalu, sekitar 30 jenazah didapati terkubur di dua area kuburan massal lainnya yang ditemukan di halaman rumah sakit.

    Setelah pasukan Israel menyerbu RS Al-Shifa pada Maret lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut rumah sakit itu telah menjadi abu, meninggalkan “cangkang kosong” dengan banyak mayat.

    Pasukan Israel bertempur melawan militan Palestina di rumah sakit tersebut, bahkan saat banyak pasien terjebak di sana. Militer Israel sebelumnya mengklaim 200 militan tewas dan ratusan militan ditahan, sedangkan otoritas Pertahanan Sipil Gaza melaporkan sedikitnya ada “300 martir” dalam pertempuran dua minggu itu.

    Pada Rabu (8/5) waktu setempat, kantor media pemerintah Gaza mengatakan bahwa para petugas medis terus menemukan mayat-mayat di kompleks rumah sakit.

    Sejauh ini, menurut kantor media pemerintah Gaza, total 520 jenazah ditemukan dari “tujuh kuburan massal” yang ditemukan di tiga rumah sakit berbeda di Jalur Gaza dalam beberapa pekan terakhir.

    Lihat Video ‘Israel Serang Rafah, Sejumlah Anak Terluka Dilarikan ke RS’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini