kab/kota: Tel Aviv

  • Memanas! Hizbullah Kembali Tembakkan Puluhan Roket ke Israel

    Memanas! Hizbullah Kembali Tembakkan Puluhan Roket ke Israel

    Beirut

    Kelompok Hizbullah menembakkan rentetan roket ke wilayah Israel bagian utara. Serangan roket itu dimaksudkan untuk membalas serangan mematikan Israel terhadap wilayah Lebanon bagian selatan, yang menewaskan salah satu petempurnya.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (21/6/2024), Hizbullah yang didukung Iran terlibat serangan lintas perbatasan dengan Israel hampir setiap hari sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu. Hizbullah merupakan sekutu Hamas, yang sedang berperang melawan Israel di Jalur Gaza.

    Kelompok Hizbullah, pada Kamis (20/6) waktu setempat, mengklaim pasukannya telah menargetkan barak militer Israel dengan “puluhan roket Katyusha”.

    “Sebagai respons atas pembunuhan yang dilakukan oleh musuh Israel di desa Deif Kifa,” demikian pernyataan Hizbullah.

    Kantor berita Lebanon, National News Agency (NNA), melaporkan sedikitnya satu orang tewas akibat serangan “drone musuh” yang menghantam sebuah kendaraan di area Deir Kifa, Lebanon bagian selatan.

    Hizbullah, dalam pengumumannya, menyebut bahwa salah satu petempurnya terbunuh. Seorang sumber yang dekat dengan kelompok itu menuturkan kepada AFP bahwa satu petempur Hizbullah itu tewas dalam serangan di Deir Kifa.

    Militer Israel dalam pernyataannya menyebut serangan udara mereka telah “memusnahkan” seorang anggota Hizbullah di area Deif Kifa, Lebanon. Disebutkan Tel Aviv bahwa anggota Hizbullah yang tewas itu “bertanggung jawab dalam merencanakan dan melancarkan serangan teror terhadap Israel, dan memimpin pasukan darat Hizbullah” di area Jouaiyya, Lebanon bagian selatan.

    Serangan roket Hizbullah terhadap Israel itu terjadi di saat kekhawatiran akan terjadinya perang regional semakin meningkat, setelah pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah pada Rabu (19/6) memperingatkan bahwa “tidak ada tempat” di Israel yang akan terhindar jika perang total terjadi dengan kelompoknya.

    Nasrallah juga mengancam Siprus jika negara kepulauan itu membuka bandaranya untuk Israel.

    Sementara itu, militer Israel dalam pernyataan terpisah, menyebut jet-jet tempur mereka menyerang target yang disebut sebagai “peluncur rudal permukaan-ke-udara milik Hizbullah yang menimbulkan ancaman bagi pesawat yang beroperasi di Lebanon”.

    Aksi saling serang antara Hizbullah dan Israel itu, yang pernah berperang tahun 2006 lalu, semakin meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Militer Israel menyatakan pada Selasa (18/6) waktu setempat bahwa “rencana operasional untuk serangan di Lebanon telah disetujui dan divalidasi”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Menlu Israel Ancam Hizbullah Akan Hancur dalam Perang!

    Menlu Israel Ancam Hizbullah Akan Hancur dalam Perang!

    Tel Aviv

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Israel Katz, melontarkan ancaman bahwa kelompok Hizbullah, yang didukung Iran, akan hancur jika terjadi “perang total”. Katz juga memperingatkan bahwa Lebanon, yang menjadi markas Hizbullah, akan turut terkena dampaknya jika perang total terjadi.

    Seperti dilansir AFP, Rabu (19/6/2024), peringatan dari Katz disampaikan setelah Hizbullah mempublikasikan sebuah video berdurasi lebih dari sembilan menit, yang menunjukkan rekaman dari kamera drone yang diklaim diambil oleh kelompok itu di wilayah Israel bagian utara, termasuk sebagian kota dan pelabuhan Haifa.

    Israel dan Hizbullah terlibat dalam serangan lintas perbatasan yang terjadi hampir setiap hari sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu. Kelompok Hizbullah merupakan sekutu Hamas yang sedang berperang melawan Tel Aviv di daerah kantong Palestina tersebut.

    “Kami sangat dekat dengan momen di mana kami akan memutuskan untuk mengubah aturan main terhadap Hizbullah dan Lebanon,” sebut Katz dalam pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Israel pada Selasa (18/6) waktu setempat.

    “Dalam perang total, Hizbullah akan hancur dan Lebanon akan terkena dampak parah,” cetusnya memperingatkan.

    Belum ada respons dari kelompok Hizbullah atas ancaman yang dilontarkan Katz.

    Hizbullah semakin meningkatkan serangan terhadap Israel sejak pekan lalu, setelah serangan udara Tel Aviv menewaskan salah satu komandan senior kelompok itu.

    Video yang dirilis oleh Hizbullah itu, yang tidak bisa segera diverifikasi secara independen oleh AFP, menunjukkan apa yang diklaim sebagai fasilitas militer, pertahanan, dan energi Israel, serta infrastruktur sipil dan militer negara Yahudi tersebut.

    Saksikan juga ‘Hizbullah Luncurkan Rudal ke Israel Setelah Kematian Komandan Senior’:

    Saat ketegangan meningkat, utusan kepresidenan Amerika Serikat (AS) Amos Hochstein melakukan kunjungan ke Lebanon dan menyerukan deeskalasi “mendesak” atas konflik lintas perbatasan antara Israel dan Hizbullah.

    “Konflik antara Israel dan Hizbullah sudah berlangsung cukup lama. Menjadi kepentingan semua orang untuk menyelesaikan masalah ini dengan cepat dan diplomatis — hal ini bisa dicapai dan hal ini mendesak,” tegasnya.

    Sementara itu, saat utusan AS mengunjungi Beirut, Hizbullah mengklaim bertanggung jawab atas beberapa serangan terhadap pasukan dan posisi militer Israel sepanjang Selasa (18/6) waktu setempat. Sirene terdengar beberapa kali di berbagai wilayah utara negara tersebut.

    Laporan kantor berita resmi Lebanon, National News Agency (NNA), secara terpisah menyebut serangan Israel menghantam wilayah selatan Lebanon, termasuk menargetkan sebuah mobil dan sebuah sepeda motor.

    Pekan lalu, Hizbullah mengklaim pihaknya telah melancarkan lebih dari 2.100 operasi militer terhadap Israel sejak 8 Oktober tahun lalu, sehari usai serangan Hamas memicu perang di Jalur Gaza. Serangan-serangan itu dimaksudkan untuk mendukung Hamas dan warga Palestina di Jalur Gaza.

    Kelompok ini juga menegaskan bahwa hanya dengan berakhirnya perang di Jalur Gaza, maka serangan lintas perbatasan akan terhenti.

    Menurut penghitungan AFP, sedikitnya 473 orang tewas akibat serangan lintas perbatasan di Lebanon, dengan sebagian besar merupakan petempur Hizbullah dan sekitar 92 orang merupakan warga sipil.

    Otoritas Israel, dalam pernyataan terpisah, menyebut sedikitnya 15 tentara dan 11 warga sipil sipil akibat serangan lintas perbatasan di wilayah utara negara tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Tanda Tanya Gencatan Senjata Gaza Usai Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang

    Tanda Tanya Gencatan Senjata Gaza Usai Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang

    Tel Aviv

    Gencatan senjata di Gaza, Palestina, kini menjadi tanda tanya. Hal itu menyusul langkah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membubarkan kabinet perang Israel.

    Netanyahu membubarkan kabinet perang usai tokoh berhaluan tengah, Benny Gantz, pergi dari pemerintahan. Dilansir Reuters, Al-Jazeera dan Associated Press, Selasa (18/6/2024), Netanyahu membubarkan kabinet perangnya pada Senin (17/6).

    Langkah Netanyahu ini sudah diperkirakan secara luas setelah kepergian Benny Gantz yang merupakan mantan panglima militer berhaluan tengah.

    Absennya Gantz dalam pemerintahan Netanyahu meningkatkan ketergantungan Netanyahu pada sekutu ultra-nasionalis yang menentang gencatan senjata dengan Hamas. Hal ini diprediksi menambah tantangan terhadap perundingan gencatan senjata untuk perang di Gaza, Palestina.

    Kabinet perang Israel dibentuk pada 11 Oktober 2023 setelah Israel menyatakan perang terhadap Gaza sebagai tanggapan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Serangan itu menewaskan 1.200 orang di Israel.

    Kabinet tersebut dibentuk sebagai badan yang lebih kecil dalam kabinet keamanan, yang merupakan bagian dari kabinet koalisi yang lebih luas. Kabinet perang tersebut terdiri dari Netanyahu, Benny Gantz, Menteri Pertahanan Yoav Gallant, dan tiga pengamat: menteri Pemerintah Aryeh Deri dan Gadi Eisenkot, dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer.

    Kabinet perang itu ditujukan untuk membuat keputusan cepat tentang jalannya perang, yang kemudian akan dikirim untuk disetujui oleh kabinet yang lebih luas. Meski demikian, kabinet perang ini sering kali tidak mencapai kesepakatan dan perselisihan terus merajalela di dalam tubuh yang lebih kecil.

    Nasib Gencatan Senjata di Gaza

    Netanyahu diyakini bergantung pada mitranya dari kubu ultranasionalis yang dikenal menolak gencatan senjata dengan Hamas. Kebijakan perang besar-besaran sekarang hanya akan disetujui oleh Kabinet Keamanan Netanyahu.

    Badan itu didominasi oleh kelompok garis keras dan dikenal menentang proposal gencatan senjata yang didukung AS serta ingin melanjutkan perang di Gaza, Palestina. Serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 37.000 warga.

    Netanyahu diperkirakan akan berkonsultasi mengenai beberapa keputusan dengan sekutu dekatnya dalam pertemuan ad-hoc, kata seorang pejabat Israel yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang memberi pengarahan kepada media. Pertemuan tertutup ini dapat menumpulkan pengaruh kelompok garis keras.

    Netanyahu sendiri tidak menunjukkan antusiasme terhadap rencana gencatan senjata. Bergantung pada kabinet keamanan secara penuh dapat memberinya perlindungan untuk memperpanjang keputusan soal perang.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Pembubaran kabinet perang ini diyakini semakin menjauhkan Netanyahu dari politisi garis tengah yang lebih terbuka terhadap perjanjian gencatan senjata dengan Hamas. Pembicaraan gencatan senjata selama berbulan-bulan telah gagal menemukan titik temu antara Hamas dan para pemimpin Israel.

    Baik Israel maupun Hamas enggan untuk sepenuhnya mendukung rencana yang didukung Amerika Serikat (AS). Perjanjian itu antara lain berisi pembebasan sandera, membuka jalan untuk mengakhiri perang, dan memulai upaya pembangunan kembali wilayah Gaza yang hancur.

    Netanyahu sekarang bergantung pada anggota kabinet keamanannya, yang beberapa di antaranya menentang perjanjian gencatan senjata dan menyuarakan dukungan untuk menduduki kembali Gaza. Setelah kepergian Gantz, Menteri Keamanan Nasional ultranasionalis Israel, Itamar Ben-Gvir, menuntut dirinya masuk ke kabinet perang yang diperbarui.

    Langkah yang diambil Netanyahu dengan membubarkan kabinet perang diyakini dapat membantu menjaga jarak dari Ben-Gvir, tetapi hal itu tidak dapat mengesampingkannya sama sekali. Langkah ini juga memberi Netanyahu kelonggaran untuk mengakhiri perang agar tetap berkuasa.

    Para pengkritik Netanyahu menuduhnya menunda berakhirnya perang berarti penyelidikan atas kegagalan pemerintah pada 7 Oktober 2023 dan meningkatkan kemungkinan diadakannya pemilu baru ketika popularitas perdana menteri sedang rendah.

    “Ini berarti bahwa dia akan membuat semua keputusan sendiri, atau dengan orang-orang yang dia percayai dan tidak menentangnya,” kata Ketua Departemen Ilmu Politik di Universitas Ibrani Yerusalem, Gideon Rahat.

    “Dan ketertarikannya adalah melakukan perang yang lambat,” ujar Rahat.

    Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich merupakan perwakilan dari konstituen ultra-Ortodoks dan sayap kanan dalam politik Israel. Mereka terkait erat dengan gerakan pemukim, yang berupaya membangun di tanah Palestina.

    Keduanya telah mengancam akan mengundurkan diri jika Israel tidak melancarkan serangan ke Rafah di Gaza. Keduanya juga mengancam akan mundur jika Netanyahu melanjutkan perjanjian gencatan senjata yang didukung AS sebelum mereka menganggap Hamas ‘hancur’.

    Ben-Gvir dan Smotrich juga mendukung pendirian permukiman ilegal di Gaza, menyusul ‘migrasi sukarela’ warga Palestina yang tinggal di sana. Posisi itu sangat kontras dengan kebijakan perang resmi Israel.

    Tak satu pun sekutu Israel, termasuk AS, yang kemungkinan akan terlibat dengan salah satu politisi tersebut. Namun, Ben-Gvir dan Smotrich memiliki gabungan 14 kursi di parlemen Israel, Knesset. Jumlah itu lebih banyak dibandingkan dengan Partai Persatuan Nasional pimpinan Gantz yang memiliki 12 kursi.

    Penarikan diri dua menteri ultranasionalis itu akan menyebabkan runtuhnya kabinet koalisi dan berakhirnya masa jabatan Netanyahu. Netanyahu diyakini akan membentuk kabinet dapur yang lebih kecil, di mana diskusi dan konsultasi sensitif dapat dilakukan.

    Menurut surat kabar Yedioth Ahronoth, badan baru tersebut akan mencakup Menteri Pertahanan Yoav Gallant, Menteri Urusan Strategis Ron Dermer, serta Ketua Dewan Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi. Ini juga akan menghalangi upaya Smotrich dan Ben-Gvir untuk bergabung dengan badan tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (haf/haf)

  • Otoritas Israel Dilaporkan Abaikan Info Intel soal Serangan Hamas 7 Oktober

    Otoritas Israel Dilaporkan Abaikan Info Intel soal Serangan Hamas 7 Oktober

    Tel Aviv

    Otoritas keamanan Israel dilaporkan mengabaikan dokumen intelijen pada September 2023 yang meramalkan serangan Hamas pada 7 Oktober. Hal itu diungkap outlet media yang dikelola pemerintah Israel.

    Dilansir Anadolu Agency, Selasa (18/6/2024), laporan yang diungkapkan oleh Otoritas Penyiaran Israel mengklaim bahwa dokumen bertanggal 19 September atau sekitar tiga minggu sebelum serangan yang Israel gambarkan sebagai yang terburuk dalam sejarahnya, disiapkan oleh unit intelijen militer 8200.

    Outlet tersebut mengutip sumber keamanan Israel yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa dokumen tersebut ‘diketahui oleh pimpinan intelijen dan, setidaknya, komando Gaza’ dari militer Israel.

    Laporan tersebut mengatakan dokumen itu ‘menggambarkan secara rinci serangkaian latihan yang dilakukan oleh unit elite Hamas, yang melakukan serangan terhadap posisi militer dan kibbutzim (komunitas kecil Israel), penculikan tentara dan warga sipil, dan bahkan instruksi tentang cara menahan dan menjaga korban penculikan. saat berada di Jalur Gaza’.

    Dokumen itu disebut menguraikan langkah awal latihan tersebut sebagai ‘menciptakan pelanggaran dalam simulasi posisi tentara Israel yang dibangun di Gaza yang meniru lokasi di dekat Jalur Gaza’ dengan empat brigade masing-masing ditugaskan di lokasi yang berbeda.

    Laporan tersebut mengatakan analis intelijen Israel yang mengamati latihan tersebut kemudian ‘menguraikan langkah-langkah selanjutnya setelah menyusup ke wilayah Israel dan merebut posisi terdepan’ dan mencatat bahwa instruksi tersebut menyerukan penyerahan setiap tentara yang ditangkap kepada komandan brigade, dengan perkiraan jumlah sandera 200-250 orang.

    Dokumen tersebut juga dilaporkan merinci target serangan militer yang dilakukan unit-unit tersebut, termasuk ‘pos komando, pusat operasi, kuil Yahudi di pangkalan militer, markas besar angkatan udara, markas komunikasi, posisi tembak, dan area perumahan tentara’.

    Stasiun penyiaran Israel menyimpulkan bahwa bukan hanya Komando Selatan dan Divisi Gaza yang tidak mengetahui rencana penculikan Hamas, namun dokumen tersebut juga ‘merinci kondisi di mana para sandera akan ditahan, termasuk instruksi bagi para penculik tentang bagaimana bertindak dalam kasus-kasus ekstrem dan dalam keadaan apa para tawanan dapat dieksekusi’.

    Laporan itu juga disebut mencatat meskipun ada peringatan, otoritas keamanan Israel mengabaikan dokumen intelijen tersebut.

    Sumber keamanan Israel itu menambahkan bahwa sebelum pecahnya perang pada 7 Oktober 2023, lembaga pertahanan telah membual tentang penghalang keamanan ‘pintar’ baru yang diselesaikan 2 tahun sebelum serangan Hamas. Sistem itu menampilkan teknologi di atas dan di bawah tanah.

    Banyak pejabat senior politik, keamanan, dan militer Israel kemudian menggambarkan serangan Hamas sebagai ‘kegagalan intelijen yang besar’.

    Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Lebih dari 37.300 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 85.000 lainnya terluka.

    Lebih dari 8 bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.

    Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang keputusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserbu pada 6 Mei.

    (haf/imk)

  • Tentang Kabinet Perang yang Dibubarkan Netanyahu Usai Ditinggal Tokoh Moderat

    Tentang Kabinet Perang yang Dibubarkan Netanyahu Usai Ditinggal Tokoh Moderat

    Tel Aviv

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah membubarkan kabinet perang. Apa sebenarnya kabinet perang tersebut?

    Dilansir Al-Jazeera, Selasa (18/6/2024), pembubaran kabinet perang ini dilakukan menyusul penarikan mundur tokoh oposisi beraliran moderat, Benny Gantz, dari kabinet perang. Kabinet perang yang beranggotakan enam orang sekarang akan digantikan oleh ‘kitchen cabinet’, di mana Netanyahu dapat berkonsultasi untuk mendapatkan nasihat mengenai perang di Gaza.

    Kabinet perang Israel dibentuk pada 11 Oktober 2023 setelah Israel menyatakan perang terhadap Gaza sebagai tanggapan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Serangan itu menewaskan 1.200 orang di Israel.

    Kabinet tersebut dibentuk sebagai badan yang lebih kecil dalam kabinet keamanan, yang merupakan bagian dari kabinet koalisi yang lebih luas. Kabinet perang itu terdiri dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, saingan utamanya, mantan jenderal Benny Gantz, Menteri Pertahanan Yoav Gallant, dan tiga pengamat: menteri Pemerintah Aryeh Deri dan Gadi Eisenkot, dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer.

    Kabinet perang itu ditujukan untuk membuat keputusan cepat tentang jalannya perang, yang kemudian akan dikirim untuk disetujui oleh kabinet yang lebih luas. Meski demikian, kabinet perang ini sering kali tidak mencapai kesepakatan dan perselisihan terus merajalela di dalam tubuh yang lebih kecil.

    Pada bulan Januari 2024, surat kabar Israel Haaretz melaporkan bahwa pemimpin oposisi Yair Lapid menyatakan Gallant dan Netanyahu ‘tidak lagi berbicara satu sama lain’ dan pertemuan kabinet perang telah menjadi ‘arena memalukan untuk menyelesaikan masalah, pertempuran dan diskusi yang tidak menghasilkan apa-apa’.

    Terbaru, Gantz dan pengamat Eisenkot yang berasal dari Partai Persatuan Nasional keluar dari kabinet perang pada 9 Juni 2024. Mereka pergi karena merasa kurangnya rencana untuk Gaza setelah serangan terjadi dan menewaskan lebih dari 37.000 orang Palestina.

    “Itu adalah bagian dari perjanjian koalisi dengan Gantz, atas permintaannya. Saat Gantz pergi, tidak ada forum seperti itu lagi,” ujar Netanyahu seperti disampaikan salah satu pejabat.

    Kepergian Gantz meningkatkan tekanan dari Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang sedang melobi untuk bergabung dengan kabinet perang internal. Dalam suratnya kepada Netanyahu tertanggal Kamis, Ben-Gvir menulis bahwa perang Israel telah ‘dilakukan secara rahasia’, selama delapan bulan terakhir, melalui ‘forum terbatas yang mengubah nama dan definisinya secara berulang-ulang, semua untuk tujuan semata-mata kendali atas keputusan dan menghindari diskusi tentang posisi lain yang akan menantang konsepsi lama’.

    Pembubaran kabinet perang ini diprediksi akan membuat perundingan gencatan senjata di Gaza menjadi tidak jelas. Israel sendiri sedang menghadapi serangan dari Hizbullah di Lebanon yang terletak di sisi utara negaranya.

    (haf/imk)

  • Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang, Bagaimana Nasib Gencatan Senjata Gaza?

    Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang, Bagaimana Nasib Gencatan Senjata Gaza?

    Tel Aviv

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membubarkan kabinet perang usai ditinggal oleh Benny Gantz, pensiunan jenderal dan anggota parlemen yang dikenal sebagai tokoh moderat. Netanyahu kini diyakini bergantung pada mitranya dari kubu ultranasionalis yang dikenal menolak gencatan senjata dengan Hamas.

    Dilansir Al-Jazeera dan Associated Press, Selasa (18/6/2024), pembubaran kabinet perang ini kemungkinan besar mengurangi peluang gencatan senjata di Jalur Gaza dalam waktu dekat. Kebijakan perang besar-besaran sekarang hanya akan disetujui oleh Kabinet Keamanan Netanyahu – sebuah badan yang didominasi oleh kelompok garis keras dan dikenal menentang proposal gencatan senjata yang didukung AS serta ingin melanjutkan perang di Gaza, Palestina.

    Netanyahu diperkirakan akan berkonsultasi mengenai beberapa keputusan dengan sekutu dekatnya dalam pertemuan ad-hoc, kata seorang pejabat Israel yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang memberi pengarahan kepada media.

    Pertemuan tertutup ini dapat menumpulkan pengaruh kelompok garis keras. Namun, Netanyahu sendiri tidak menunjukkan antusiasme terhadap rencana gencatan senjata dan ketergantungannya pada kabinet keamanan penuh dapat memberinya perlindungan untuk memperpanjang keputusannya.

    Pembubaran kabinet perang ini diyakini semakin menjauhkan Netanyahu dari politisi garis tengah yang lebih terbuka terhadap perjanjian gencatan senjata dengan Hamas. Pembicaraan gencatan senjata selama berbulan-bulan telah gagal menemukan titik temu antara Hamas dan para pemimpin Israel.

    Baik Israel maupun Hamas enggan untuk sepenuhnya mendukung rencana yang didukung Amerika Serikat (AS). Perjanjian itu antara lain berisi pembebasan sandera, membuka jalan untuk mengakhiri perang, dan memulai upaya pembangunan kembali wilayah Gaza yang hancur.

    Netanyahu sekarang akan bergantung pada anggota kabinet keamanannya, yang beberapa di antaranya menentang perjanjian gencatan senjata dan menyuarakan dukungan untuk menduduki kembali Gaza. Setelah kepergian Gantz, Menteri Keamanan Nasional ultranasionalis Israel, Itamar Ben-Gvir, menuntut dirinya masuk ke kabinet perang yang diperbarui.

    Langkah yang diambil Netanyahu dengan membubarkan kabinet perang diyakini dapat membantu menjaga jarak dari Ben-Gvir, tetapi hal itu tidak dapat mengesampingkannya sama sekali. Langkah ini juga memberi Netanyahu kelonggaran untuk mengakhiri perang agar tetap berkuasa.

    Para pengkritik Netanyahu menuduhnya menunda berakhirnya perang berarti penyelidikan atas kegagalan pemerintah pada 7 Oktober 2023 dan meningkatkan kemungkinan diadakannya pemilu baru ketika popularitas perdana menteri sedang rendah.

    “Ini berarti bahwa dia akan membuat semua keputusan sendiri, atau dengan orang-orang yang dia percayai dan tidak menentangnya,” kata Ketua Departemen Ilmu Politik di Universitas Ibrani Yerusalem, Gideon Rahat.

    “Dan ketertarikannya adalah melakukan perang yang lambat,” ujar Rahat.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

    2 Menteri Problematik di Sisi Netanyahu

    Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich merupakan perwakilan dari konstituen ultra-Ortodoks dan sayap kanan dalam politik Israel. Mereka juga terkait erat dengan gerakan pemukim, yang berupaya membangun di tanah Palestina.

    Keduanya telah mengancam akan mengundurkan diri jika Israel tidak melancarkan serangan ke Rafah di Gaza, yang merupakan rumah bagi 1,5 juta pengungsi. Keduanya juga mengancam akan mundur jika Netanyahu melanjutkan perjanjian gencatan senjata yang didukung AS sebelum mereka menganggap Hamas ‘hancur’.

    Ben-Gvir dan Smotrich juga mendukung pendirian permukiman ilegal di Gaza, menyusul ‘migrasi sukarela’ warga Palestina yang tinggal di sana – sebuah posisi yang sangat kontras dengan kebijakan perang resmi Israel. Terakhir adalah kedudukan internasional mereka, yang cukup bermasalah.

    Tak satu pun sekutu Israel, termasuk AS, yang kemungkinan akan terlibat dengan salah satu politisi tersebut. Secara fundamental, keberadaan keduanya akan melemahkan peran potensial apa pun dalam kabinet perang.

    Ben-Gvir dan Smotrich memiliki gabungan 14 kursi di parlemen Israel, Knesset. Jumlah itu lebih banyak dibandingkan dengan Partai Persatuan Nasional pimpinan Gantz yang memiliki 12 kursi.

    Penarikan diri dua menteri ultranasionalis itu akan menyebabkan runtuhnya kabinet koalisi dan berakhirnya masa jabatan Netanyahu. Netanyahu diyakini akan membentuk kabinet dapur yang lebih kecil, di mana diskusi dan konsultasi sensitif dapat dilakukan.

    Menurut surat kabar Yedioth Ahronoth, badan baru tersebut akan mencakup Menteri Pertahanan Yoav Gallant, Menteri Urusan Strategis Ron Dermer, serta Ketua Dewan Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi. Ini juga akan menghalangi upaya Smotrich dan Ben-Gvir untuk bergabung dengan badan tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (haf/imk)

  • Digempur Roket-Drone Hizbullah, Israel Ancam Pembalasan!

    Digempur Roket-Drone Hizbullah, Israel Ancam Pembalasan!

    Tel Aviv

    Militer Israel mengancam akan memberikan respons yang kuat dan tegas terhadap semua serangan yang dilancarkan kelompok Hizbullah yang bermarkas di Lebanon dalam beberapa hari terakhir.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (14/6/2024), militer Israel dalam pernyataan terbaru menyebut sirene peringatan serangan udara terdengar di kota-kota yang ada di wilayah utara negara tersebut pada Kamis (13/6) sore waktu setempat, saat sekitar 40 roket terdeteksi ditembakkan dari wilayah Lebanon.

    Sehari sebelumnya, atau sepanjang Rabu (12/6), rentetan serangan Hizbullah juga menghujani wilayah Israel. Dilaporkan bahwa sedikitnya 250 roket ditembakkan oleh Hizbullah terhadap target-target di Israel sebagai pembalasan atas kematian komandan seniornya dalam serangan udara Tel Aviv.

    Pemerintah Israel, dalam pernyataan pada Kamis (13/6) waktu setempat, berjanji akan merespons dengan tegas semua serangan Hizbullah tersebut.

    “Israel akan merespons dengan kekerasan terhadap semua agresi Hizbullah,” tegas juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, dalam konferensi pers.

    “Baik melalui upaya diplomatik atau lainnya, Israel akan memulihkan keamanan di perbatasan utara kami,” ucapnya.

    Militer Israel menyebut roket-roket dari Lebanon itu berhasil dicegat di udara. “Banyak peluncuran berhasil dicegat,” sebut militer Israel dalam pernyataannya.

    Televisi pemerintah Israel, Kan, menayangkan rekaman yang menunjukkan roket-roket ditembak jatuh di udara di atas kota-kota Israel, termasuk di Safed, yang berjarak sekitar 12 kilometer dari perbatasan Lebanon.

    Laporan layanan ambulans nasional Israel menyebut dua orang mengalami luka-luka akibat terkena serpihan roket yang ditembak jatuh. Sejumlah kebakaran hutan dilaporkan terjadi akibat roket-roket yang jatuh di area terbuka di wilayah Israel.

    Ditambahkan oleh militer Israel bahwa sedikitnya lima “target udara yang mencurigakan”, yang tampaknya merujuk pada drone, juga teridentifikasi di wilayah udaranya. Taga target udara di antaranya, menurut militer Israel, berhasil dicegat.

    Hizbullah yang didukung Iran membuka front kedua melawan Israel tak lama setelah serangan Hamas, sekutunya, pada 7 Oktober tahun lalu yang memicu perang berkelanjutan di Jalur Gaza. Sejak saat itu, perbatasan Israel-Lebanon marak dilanda serangan lintas perbatasan yang terjadi hampir setiap hari.

    Kekerasan semakin meningkat pekan ini ketika Hizbullah menembakkan ratusan roket untuk membalas serangan udara Israel yang menewaskan salah satu komandan lapangan senior mereka.

    Komandan senior Hizbullah bernama Taleb Sami Abdullah, atau Taleb Abdallah, alias Abu Taleb itu tewas bersama tiga petempur lainnya dalam serangan udara Israel pada Selasa (11/6) tengah malam yang menghantam desa Jouaiyya, Lebanon bagian selatan.

    Salah satu sumber menyebut Abu Taleb sebagai komandan paling senior Hizbullah yang tewas dalam serangan Israel.

    Pada Kamis (13/6) waktu setempat, Hizbullah mengatakan pasukannya telah meluncurkan roket-roket dan drone bersenjata ke setidaknya sembilan target militer Israel, termasuk markas komando, markas intelijen dan barak militer, dalam serangan terkoordinasi. Serangan ini masih bagian dari pembalasan kematian Abu Taleb.

    Kelompok Hizbullah, dalam pernyataannya, menyatakan para petempurnya menembakkan rentetan roket Katyusha dan Falaq ke arah enam lokasi militer Israel. Laporan televisi Al-Manar yang dikelola Hizbullah menyebut lebih dari 100 roket ditembakkan sekaligus.

    Sumber keamanan setempat secara terpisah menuturkan kepada Reuters bahwa sedikitnya 30 drone tempur diluncurkan sekaligus oleh Hizbullah ke arah Israel, yang menjadikannya sebagai serangan drone terbesar oleh kelompok tersebut sejauh ini.

    Lihat juga Video ‘Hizbullah Luncurkan Rudal ke Israel Setelah Kematian Komandan Senior’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • AS Geram Israel Alihkan Dana Palestina Rp 573 M ke Korban Terorisme

    AS Geram Israel Alihkan Dana Palestina Rp 573 M ke Korban Terorisme

    Washington DC

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengecam keputusan Menteri Keuangan (Menkeu) Israel Bezalel Smotrich untuk mengalihkan pendapatan pajak sebesar US$ 35 juta (Rp 573,7 miliar) yang dikumpulkan atas nama Otoritas Palestina kepada keluarga “korban terorisme” di negara Yahudi tersebut.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Jumat (14/6/2024), Washington menyebut keputusan Smotrich itu “salah” dan “tidak tepat”.

    “Kami telah menjelaskan dengan sangat jelas kepada pemerintah Israel bahwa dana ini adalah milik rakyat Palestina,” tegas juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, saat berbicara kepada wartawan setempat pada Kamis (13/6) waktu setempat.

    “Dana itu harus segera ditransfer kepada Otoritas Palestina. Dana itu tidak seharusnya ditahan. Dana itu tidak seharusnya ditunda,” ucapnya.

    “Kami pikir ini adalah keputusan yang sangat salah oleh menteri tersebut,” ujar Miller tanpa menyebut langsung nama Smotrich.

    Smotrich yang merupakan politisi sayap kanan Israel ini mengumumkan langkah tersebut via media sosial.

    “Otoritas Palestina mendorong dan mendukung terorisme dengan membayar keluarga para teroris, para tahanan, dan para tahanan yang dibebaskan,” kata Smotrich dalam pernyataannya.

    “Sesuai dengan keputusan yang memberikan kompensasi kepada para korban terorisme, kami mengganti kerugian dengan jumlah yang sama dari dana Otoritas Palestina dan mentransfer uang yang diberikan kepada keluarga korban terorisme,” imbuhnya.

    Berdasarkan perjanjian perdamaian yang dimediasi sebagian oleh Norwegia tahun 1990-an silam, Israel mengumpulkan dana untuk Otoritas Palestina, yang menjalankan otonomi terbatas di beberapa bagian wilayah Tepi Barat.

    Namun Tel Aviv telah memblokir pengiriman dana tersebut sejak serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, yang menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, di wilayah Israel.

    Serangan balasan militer Israel terhadap Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, menurut laporan terbaru Kementerian Kesehatan Gaza, telah menewaskan sedikitnya 37.232 orang, kebanyakan juga warga sipil.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Warga Gaza Kritik Hamas karena Gagal Akhiri Perang dengan Israel

    Warga Gaza Kritik Hamas karena Gagal Akhiri Perang dengan Israel

    Gaza City

    Sejumlah warga Palestina di Jalur Gaza menyampaikan kritikan untuk kelompok Hamas karena gagal mengakhiri perang dengan Israel yang menghancurkan kehidupan mereka. Salah satu warga Gaza menyebut Hamas telah membawa mereka ke dalam “perang pembinasaan”.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Jumat (14/6/2024), salah satu warga Gaza bernama Umm Ala, yang berusia 67 tahun, menuturkan dirinya telah dua kali mengungsi selama delapan bulan terakhir perang berkecamuk antara Hamas dan Israel.

    Ala menyebut Hamas telah “membawa rakyat Palestina ke dalam perang pembinasaan”.

    “Jika para pemimpin Hamas berniat mengakhiri perang ini dan mengakhiri penderitaan rakyat Palestina, mereka pasti telah menyetujuinya (kesepakatan gencatan senjata),” cetus Ala dalam pernyataannya kepada AFP.

    Beberapa warga Gaza yang berbicara kepada AFP ditanya apakah menurut mereka, Hamas juga bertanggung jawab atas penundaan dalam tercapainya gencatan senjata terbaru di wilayah tersebut.

    Perang berkecamuk setelah Hama melancarkan serangan mengejutkan terhadap wilayah Israel bagian selatan pada 7 Oktober tahun lalu. Otoritas Tel Aviv melaporkan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan Hamas itu.

    Lebih dari 250 orang lainnya diculik dan disandera oleh Hamas di Jalur Gaza. Saat ini diperkirakan masih ada sekitar 116 orang yang disandera di Jalur Gaza, meskipun militer Israel meyakini 41 orang di antaranya telah tewas.

    Rentetan serangan Israel terhadap Jalur Gaza untuk membalas Hamas, menurut laporan otoritas kesehatan Gaza, telah menewaskan sedikitnya 37.232 orang, dengan kebanyakan perempuan dan anak-anak.

    Sejauh ini gencatan senjata di Jalur Gaza baru dilaksanakan satu kali, yakni selama seminggu pada November tahun lalu, yang berujung pembebasan lebih dari 100 sandera oleh Hamas dan sekitar 240 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.

    Upaya-upaya untuk mewujudkan gencatan senjata terbaru di Jalur Gaza berujung kegagalan. Para mediator seperti Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat (AS), sekali lagi terlibat dalam perundingan dengan Israel dan Hamas demi mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang.

    Namun sebagian warga Gaza, yang hidup diselimuti ketakutan dan pembatasan sejak Hamas merebut kekuasaan tahun 2007 lalu, menyalahkan kelompok militan tersebut atas kehancuran besar yang disebabkan oleh perang.

    Abu Eyyad (55) yang tinggal di Jalur Gaza bagian utara menilai Hamas telah “mengolok-olok kami, penderitaan kami, dan kehancuran hidup kami”.

    Eyyad yang ketiga anaknya terpaksa tinggal dengan kerabat berbeda di beberapa lokasi berbeda ini, mengkritik kepemimpinan politik Hamas di Qatar yang disebutnya bisa “tidur dengan nyaman, makan dan minum”.

    “Pernahkah Anda mencoba menjalani kehidupan kami hari ini? Tahukah Anda bahwa seringkali kami tidak memiliki makanan sama sekali?” tanyanya.

    AS saat ini sedang terlibat dalam upaya baru untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, yang proposalnya diumumkan oleh Presiden Joe Biden sendiri pada 31 Mei lalu. Namun hingga saat ini belum ada kesepakatan yang dicapai dari pihak-pihak yang bertikai.

    Baik Hamas maupun Israel sekali lagi justru saling menyalahkan, sama seperti mereka saling menuduh telah menggagalkan upaya-upaya sebelumnya dalam mengakhiri perang.

    “Kami lelah, kami tewas, kami hancur, dan tragedi yang tak terhitung jumlahnya,” ucap seorang warga Gaza lainnya bernama Abu Shaker (35).

    “Apa yang Anda tunggu? Apa yang Anda inginkan? Perang harus diakhiri bagaimanapun caranya. Kami tidak bisa merasakannya lebih lama lagi,” tanya Shaker kepada Hamas.

    Meski Dikritik, Hamas Masih Populer di Gaza

    Meskipun dihujani kritikan, Hamas masih menjadi kekuatan politik paling populer berdasarkan survei terbaru di Jakur Gaza dan Tepi Barat, dengan preferensi 40 persen, yang diikuti oleh Fatah yang menguasai Otoritas Palestina di Ramallah dengan 20 persen.

    Jajak pendapat yang dilakukan Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina menunjukkan bahwa “dukungan keseluruhan terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober tetap tinggi” meskipun ada sedikit penurunan.

    Pada awal Mei lalu, Hamas mengumumkan pihaknya menerima proposal gencatan senjata yang memicu perayaan spontan di Jalur Gaza. Namun

    Survei menunjukkan dua pertiga dari warga Gaza yang ditanyai menyatakan mendukung keputusan Hamas pada saat itu dan mengharapkan penghentian pertempuran dalam beberapa hari. Namun pada akhirnya, mereka menuai kekecewaan.

    Sekarang, warga Gaza yang berbicara dengan AFP merasa putus asa, dan yang mereka inginkan hanyalah diakhirinya konflik.

    Umm Shadi (50) menyerukan Hamas untuk “segera mengakhiri perang tanpa berusaha menguasai dan memerintah Gaza”.

    “Apa yang kita peroleh dari perang ini selain pembunuhan, kehancuran, pemusnahan, dan kelaparan?” tanyanya.

    “Setiap hari perang di Gaza meningkat, penderitaan kami dan penderitaan orang-orang semakin meningkat. Apa yang ditunggu oleh Hamas?” imbuh Shadi.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Serangan Israel Hantam Gedung di Lebanon, 1 Orang Tewas-Puluhan Luka

    Serangan Israel Hantam Gedung di Lebanon, 1 Orang Tewas-Puluhan Luka

    Beirut

    Serangan udara Israel menghantam sebuah gedung di area kota pelabuhan Tirus di Lebanon pada Jumat (14/6) dini hari waktu setempat. Sedikitnya satu warga sipil tewas dan puluhan orang lainnya mengalami luka-luka.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (14/6/2024), dua sumber keamanan Lebanon menuturkan bahwa satu korban tewas berjenis kelamin perempuan. Sedangkan kebanyakan korban luka merupakan anak-anak.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, mengatakan pihaknya sedang menyelidiki laporan yang menyebut perempuan dan anak-anak menjadi korban serangannya.

    Serangan Tel Aviv itu dilancarkan tak lama setelah kelompok Hizbullah yang bermarkas di Lebanon mengumumkan pasukannya melancarkan rentetan serangan roket dan drone bersenjata ke sedikitnya sembilan lokasi militer Israel, dalam serangan terkoordinasi, pada Kamis (13/6) waktu setempat.

    Serangan itu semakin meningkatkan permusuhan di perbatasan selatan Lebanon selama dua hari berturut-turut, tepatnya setelah Hizbullah menembakkan ratusan roket ke target-target di wilayah Israel untuk membalas kematian seorang komandan seniornya.

    Sumber keamanan menyebut serangan itu merupakan yang terbesar yang pernah dilancarkan Hizbullah terhadap Israel sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober lalu.

    Hizbullah dan militer Israel terlibat serangan lintas perbatasan hampir setiap hari sejak perang meletus di daerah kantong Palestina tersebut.

    Rentetan serangan Israel, menurut data Reuters, telah menewaskan lebih dari 300 petempur Hizbullah di Lebanon — lebih banyak dari korban tewas dalam pertempuran besar kedua pihak tahun 2006 lalu. Jumlah korban sipil akibat serangan Tel Aviv di wilayah Lebanon disebut mencapai sekitar 80 orang.

    Sementara serangan dari Lebanon, menurut data otoritas Tel Aviv, menewaskan sedikitnya 18 tentara dan 10 warga sipil Israel.

    Serangan lintas perbatasan antara Hizbullah dan Israel juga menyebabkan puluhan ribu orang di kedua sisi perbatasan terpaksa mengungsi ke tempa aman.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)