kab/kota: Tel Aviv

  • PM Baru Inggris Soal Pengakuan Atas Palestina: Tak Bisa Disangkal!

    PM Baru Inggris Soal Pengakuan Atas Palestina: Tak Bisa Disangkal!

    London

    Perdana Menteri (PM) baru Inggris Keir Starmer berbicara via telepon dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Dengan Abbas, Starmer membahas soal pengakuan terhadap negara Palestina yang disebutnya sebagai “hak yang tidak bisa disangkal”.

    Sedangkan dengan Netanyahu, Starmer menyebut gencatan senjata dan pembebasan sandera di Jalur Gaza menjadi “kebutuhan yang jelas dan mendesak”.

    Seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (9/7/2024), Starmer berbicara via telepon dengan Abbas dan Netanyahu pada Minggu (7/7) waktu setempat. Dalam percakapan telepon itu, Starmer pada dasarnya membahas hal yang tidak jauh berbeda, yakni soal mewujudkan gencatan senjata di Jalur Gaza.

    Namun secara khusus, menurut juru bicara Downing Street atau kantor PM Inggris, Starmer membahas soal komitmen negaranya dalam mengakui negara Palestina sebagai bagian dari proses yang menghasilkan solusi dua negara berdampingan dengan Israel.

    Starmer menyebut pengakuan bagi negara Palestina merupakan “hak yang tidak bisa disangkal bagi rakyat Palestina”.

    “Perdana Menteri memberikan informasi kepada Presiden Abbas mengenai prioritas-prioritas mendesaknya, termasuk mengamankan gencatan senjata, pemulangan para sandera, peningkatan dan percepatan bantuan kemanusiaan, dan dukungan keuangan untuk Otoritas Palestina,” demikian pernyataan yang dirilis kantor PM Inggris.

    “Membahas pentingnya reformasi, dan memastikan legitimasi internasional bagi Palestina, Perdana Menteri mengatakan bahwa kebijakannya sejak lama soal pengakuan untuk berkontribusi pada proses perdamaian tidak berubah, dan itu adalah hak rakyat Palestina yang tidak bisa disangkal,” imbuh pernyataan itu.

    Menurut kantor berita Palestina, WAFA News Agency, Abbas menekankan pentingnya Inggris mengakui negara Palestina secara resmi saat berbicara via telepon dengan Starmer.

    Palestina telah diakui sebagai negara yang berdaulat oleh lebih dari 140 negara, dengan Irlandia, Spanyol dan Norwefia menjadi negara-negara Eropa terbaru yang memberikan pengakuan resmi pada akhir Mei lalu.

    Starmer Serukan Gencatan Senjata Gaza Saat Telepon Netanyahu

    Selain berbicara dengan Abbas, Starmer juga melakukan percakapan telepon dengan Netanyahu pada Minggu (7/7) waktu setempat. Dengan Netanyahu, Starmer disebut membahas soal pentingnya gencatan senjata segera untuk perang yang berkecamuk di Jalur Gaza.

    Dia juga menyerukan pembebasan para sandera dan peningkatan aliran bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina di Jalur Gaza.

    “Perdana Menteri mengemukakan kebutuhan jelas dan mendesak untuk gencatan senjata, pemulangan para sandera, dan peningkatan segera untuk jumlah bantuan kemanusiaan yang menjangkau warga sipil,” demikian disampaikan kantor PM Inggris dalam pernyataannya.

    “Dia (Starmer-red) menambahkan bahwa penting juga untuk memastikan adanya kondisi jangka panjang untuk solusi dua negara, termasuk memastikan Otoritas Palestina memiliki sarana keuangan untuk beroperasi secara efektif,” imbuh pernyataan tersebut.

    Dalam percakapan telepon dengan Netanyahu, Starmer juga menegaskan komitmen negaranya untuk “melanjutkan kerja sama penting Inggris dan Israel untuk mencegah ancaman jahat”. Dia juga menyatakan harapannya untuk memperdalam hubungan erat antara London dan Tel Aviv.

    Kantor PM Israel tidak merilis pernyataan apa pun soal percakapan telepon dengan Starmer tersebut.

    Perang yang berkecamuk antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza sejak Oktober tahun lalu, menurut otoritas kesehatan Gaza, telah menewaskan lebih dari 38.000 orang. Lebih dari 87.000 orang lainnya mengalami luka-luka dan ribuan orang lainnya dilaporkan hilang.

    Starmer, yang sebelumnya menjadi pemimpin oposisi Inggris dari Partai Buruh, pernah dituding tidak menyerukan gencatan senjata, yang menjadi sikap yang sama dengan mantan PM Rishi Sunak dari Partai Konservatif. Dia baru menyerukan gencatan senjata pada Februari lalu setelah tekanan publik yang intens.

    Tidak hanya itu, menurut Al Jazeera, Starmer juga pernah dikritik secara luas karena mengatakan Israel “berhak” untuk memutus pasokan air dan listrik ke Jalur Gaza saat berbicara dalam podcast media LBC pada Oktober tahun lalu.

    Juru bicara Partai Buruh, pada saat itu, membantah Starmer membenarkan tindakan Israel memblokade pasokan air dan listrik untuk warga Gaza. Juru bicara tersebut mengatakan bahwa komentar Starmer itu merespons pertanyaan soal hak Israel untuk mempertahankan diri.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • PM Baru Inggris Tak Akan Halangi ICC Tangkap Netanyahu

    PM Baru Inggris Tak Akan Halangi ICC Tangkap Netanyahu

    London

    Pemerintahan baru Inggris, yang kini dipimpin Partai Buruh, diperkirakan tidak akan menghalangi Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menerbitkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu atas dugaan kejahatan perang di Jalur Gaza.

    Seperti dilansir The Guardian, Selasa (9/7/2024), pemerintahan baru Inggris yang dipimpin PM Keir Starmer dilaporkan akan membatalkan upaya, yang diajukan pemerintahan sebelumnya, untuk menunda ICC dalam mengambil keputusan dalam menerbitkan surat perintah penangkapan bagi Netanyahu.

    Perkembangan terbaru ini mencuat ketika Starmer mengatakan kepada Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, bahwa dirinya meyakini rakyat Palestina memiliki hak yang tidak bisa disangkal atas negara Palestina.

    Dalam percakapan telepon dengan Abbas pada Minggu (7/7) waktu setempat, Starmer berbicara soal “penderitaan yang berkelanjutan dan hilangnya banyak nyawa” di Jalur Gaza.

    Dia juga berbicara via telepon dengan Netanyahu untuk menguraikan kebutuhan yang “jelas dan mendesak” bagi gencatan senjata di Jalur Gaza.

    “Dia menambahkan bahwa penting juga untuk memastikan kondisi jangka panjang bagi solusi dua negara yang sudah ada, termasuk memastikan Otoritas Palestina memiliki sarana keuangan untuk beroperasi secara efektif,” demikian seperti disampaikan otoritas London membahas percakapan Starmer dan Abbas.

    Dalam percakapan telepon itu, Starmer juga menyebut situasi di perbatasan utara Israel, di mana pasukan Tel Aviv terlibat serangan lintas perbatasan dengan Hizbullah, “sangat memprihatinkan” dan “penting bagi semua pihak untuk bertindak dengan hati-hati”.

    Para pejabat Partai Buruh menjelaskan bahwa mereka terus meyakini jika ICC, yang berkedudukan di Den Haag, memiliki yurisdiksi atas Jalur Gaza.

    Dalam pengajuan kepada ICC yang disampaikan pemerintahan sebelumnya di bawah mantan PM Rishi Sunak, Inggris menyebut ICC tidak memiliki yurisdiksi atas warga negara Israel. Upaya London menghalangi ICC merilis perintah penangkapan itu diajukan pada 10 Juni lalu, namun baru diungkap dua minggu lalu oleh ICC.

    Majelis pra-peradilan ICC memberikan waktu kepada Inggris hingga 12 Juli untuk mengajukan gugatan secara penuh. Namun kini tampaknya sangat kecil kemungkinannya bahwa pemerintahan baru Inggris akan meneruskan gugatan itu, sehingga menghilangkan potensi penundaan untuk keputusan ICC soal perintah penangkapan tersebut.

    Dalam gugatan hukumnya, otoritas London sebelumnya mempertanyakan apakah ICC bisa memerintahkan penangkapan warga negara Israel. Kementerian Luar Negeri Inggris sebelumnya juga mengatakan bahwa otoritas Palestina tidak memiliki yurisdiksi atas warga negara Israel berdasarkan perjanjian Oslo, dan akibatnya, mereka tidak bisa mentransfer yurisdiksi kepada ICC.

    Pada tahun 2021 lalu, ICC memutuskan bahwa meskipun Palestina bukan negara berdaulat, ICC memiliki yurisdiksi atas dugaan pelanggaran Statuta Roma, piagam fundamental ICC, di wilayah Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza.

    Lihat juga Video ‘Rishi Sunak Ucapkan Selamat ke PM Baru Inggris Keir Starmer’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Gempuran Israel di Sekolah Gaza Tewaskan Wakil Menteri Hamas

    Gempuran Israel di Sekolah Gaza Tewaskan Wakil Menteri Hamas

    Gaza City

    Seorang wakil menteri pemerintahan Hamas tewas akibat serangan militer Israel yang menghantam sebuah sekolah yang menjadi tempat penampungan pengungsi di Jalur Gaza pada Minggu (7/7) waktu setempat. Tiga orang lainnya tewas dalam serangan yang sama.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (8/7/2024), badan pertahanan sipil Gaza, yang dikuasai Hamas, melaporkan bahwa serangan terbaru Israel pada Minggu (7/7) terhadap sebuah sekolah di Gaza City telah menewaskan sedikitnya empat orang.

    Militer Israel, yang sejak lama menuduh militan Palestina menggunakan sekolah dan infrastruktur sipil lainnya sebagai tempat persembunyian, membenarkan pasukannya melancarkan serangan terhadap “area sekolah” di Gaza City.

    Diklaim oleh Tel Aviv bahwa kompleks sekolah itu digunakan sebagai tempat persembunyian militan dan merupakan “fasilitas manufaktur senjata Hamas”.

    Badan pertahanan sipil Gaza, dalam pernyataannya, juga menyebut serangan Israel itu telah menewaskan seorang pejabat bernama Ihab al-Ghusain, yang merupakan Wakil Menteri Tenaga Kerja pada pemerintahan Hamas.

    Serangan di Gaza City itu tercatat sebagai serangan kedua terhadap sekolah di Jalur Gaza dalam dua hari terakhir. Serangan tersebut terjadi sehari setelah serangan militer Israel lainnya menewaskan 16 orang di sebuah sekolah di area Al-Nuseirat, Jalur Gaza bagian tengah, pada Sabtu (6/7) waktu setempat.

    Dalam serangan di Al-Nuseirat, Tel Aiv juga mengklaim pasukannya menargetkan para militan bersenjata yang bersembunyi di kompleks sekolah, yang juga menjadi tempat penampungan para pengungsi Palestina tersebut.

    Kelompok Hamas telah berulang kali membantah tuduhan Israel soal militannya bersembunyi di infrastruktur sipil yang ada di Jalur Gaza.

    Sebagian besar dari total 2,4 juta jiwa penduduk Jalur Gaza telah mengungsi akibat perang yang kini memasuki bulan ke-10 sejak meletus pada Oktober tahun lalu. Kebanyakan pengungsi Palestina itu berlindung di sekolah-sekolah, yang kebanyakan dikelola Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), di Jalur Gaza.

    Sedikitnya 38.153 orang, sebagian besar warga sipil, tewas akibat rentetan serangan Israel terhadap Jalur Gaza selama beberapa bulan terakhir. Gempuran Tel Aviv itu dimaksudkan untuk membalas Hamas yang melancarkan serangan mengejutkan pada 7 Oktober tahun lalu hingga menewaskan 1.200 orang di wilayahnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Netanyahu Ingin Lanjut Perang Lawan Hamas Meski Ada Gencatan Senjata

    Netanyahu Ingin Lanjut Perang Lawan Hamas Meski Ada Gencatan Senjata

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menginginkan agar kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza masih memungkinkan pasukan Tel Aviv melanjutkan pertempuran melawan Hamas sampai tujuan perang tercapai.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (8/7/2024), pernyataan terbaru Netanyahu itu disampaikan saat pembicaraan akan dimulai kembali untuk membahas tawaran Amerika Serikat (AS), sekutu Israel, yang bertujuan mengakhiri perang yang berkecamuk selama sembilan bulan terakhir di Jalur Gaza.

    Sekitar lima hari setelah kelompok Hamas mengumumkan pihaknya menyetujui bagian penting dari tawaran Washington itu, dua pejabat kelompok militan Palestina itu mengatakan pihaknya sedang menunggu respons Israel terhadap usulan terbaru mereka.

    Netanyahu dijadwalkan melakukan konsultasi pada Minggu (7/7) malam soal langkah selanjutnya dalam merundingkan proposal gencatan senjata tiga fase yang diumumkan Presiden AS Joe Biden pada akhir Mei lalu dan dimediasi oleh Qatar dan Mesir.

    Proposal itu bertujuan mengakhiri perang dan membebaskan sekitar 120 sandera Israel yang masih ditahan di Jalur Gaza.

    Hamas, pekan lalu, mencabut atau membatalkan tuntutan utamanya yang menuntut Israel terlebih dahulu berkomitmen pada gencatan senjata permanen sebelum menandatangani perjanjian dengan kelompoknya.

    Sebaliknya, menurut sumber Hamas yang dikutip Reuters, Hamas akan mengizinkan dilakukannya perundingan lanjutan untuk mencapai tujuan itu selama enam pekan fase pertama — merujuk pada gencatan senjata fase pertama yang diatur dalam proposal Washington tersebut.

    Namun ternyata, Netanyahu bersikeras menyatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata tidak boleh menghalangi pasukan Israel untuk melanjutkan pertempuran melawan Hamas hingga tujuan-tujuan perangnya tercapai. Tujuan perang yang dimaksud mencakup penghancuran kemampuan militer dan pemerintahan Hamas, serta pemulangan para sandera.

    “Rencana yang telah disetujui Israel dan disambut baik oleh Presiden Biden akan memungkinkan Israel memulangkan para sandera tanpa melanggar tujuan perang lainnya,” tegas Netanyahu dalam pernyataannya pada Minggu (7/7) waktu setempat.

    Lebih lanjut, Netanyahu juga menegaskan bahwa kesepakatan harus melarang penyelundupan senjata ke Hamas melalui perbatasan Jalur Gaza-Mesir dan tidak mengizinkan ribuan militan bersenjata untuk kembali ke Jalur Gaza bagian utara.

    Direktur Badan Intelijen Pusat AS, William Burns, dijadwalkan bertemu PM Qatar dan kepala intelijen Israel dan Mesir pada Rabu (10/7) mendatang di Doha. Menurut sumber, Burns juga akan mengunjungi Kairo pekan ini, bersama delegasi perunding Israel.

    Perundingan gencatan senjata dilanjutkan kembali sejak pekan lalu, setelah mengalami kebuntuan selama berbulan-bulan dengan upaya diplomasi para mediator terhenti dan tidak menghasilkan apa pun.

    Seorang pejabat Palestina yang enggan disebut namanya menyebut tawaran AS itu bisa menghasilkan kesepakatan kerangka kerja jika diterima oleh Israel dan akan mengakhiri perang di Jalur Gaza.

    “Kami telah menyerahkan respons kami kepada mediator dan menunggu untuk mendengar respons pendudukan (Israel-red),” ujar salah satu dari dua pejabat Hamas yang berbicara kepada Reuters, namun enggan disebut namanya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Arab Saudi Kutuk Serangan Israel Tewaskan 16 Orang di Sekolah Gaza

    Arab Saudi Kutuk Serangan Israel Tewaskan 16 Orang di Sekolah Gaza

    Riyadh

    Pemerintah Arab Saudi mengutuk serangan militer Israel yang menewaskan sedikitnya 16 orang di sebuah sekolah di Jalur Gaza bagian tengah, yang dialihfungsikan sebagai penampungan para pengungsi Palestina. Riyadh menyerukan perlindungan untuk warga sipil Palestina di Jalur Gaza.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Senin (8/7/2024), militer Israel berdalih serangannya pada Sabtu (6/7) waktu setempat menargetkan militan-militan bersenjata di area tersebut.

    Namun Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa serangan Israel terhadap sekolah di area Al-Nuseirat menewaskan sedikitnya 16 orang dan melukai lebih dari 50 orang lainnya.

    Kecaman disampaikan Kementerian Luar Negeri Saudi, dalam pernyataan yang dikutip Saudi Press Agency (SPA).

    “Menegaskan penolakan sepenuhnya Kerajaan terhadap penargetan sistematis terhadap warga sipil, sambil menuntut gencatan senjata segera,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Saudi.

    Riyadh dalam pernyataannya menyerukan “perlindungan warga sipil dan fasilitas bantuan serta para pekerjanya” dan menekankan “perlunya mengaktifkan mekanisme akuntabilitas internasional dalam menghadapi pelanggaran terus-menerus oleh Israel terhadap hukum kemanusiaan internasional dan resolusi legitimasi internasional”.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, menyebut pasukannya mengambil tindakan pencegahan untuk meminimalkan risiko terhadap warga sipil sebelum menargetkan orang-orang bersenjata yang menggunakan area tersebut sebagai tempat persembunyian.

    Diklaim oleh Tel Aviv bahwa para militan bersenjata di area itu merencanakan dan melancarkan serangan terhadap pasukannya. Kelompok Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, membantah para petempurnya ada di area pengungsi tersebut.

    Di lokasi kejadian, salah satu warga setempat bernama Ayman al-Atouneh menuturkan dirinya melihat anak-anak di antara korban tewas.

    “Kami ke sini berlari untuk melihat area yang menjadi sasaran, kami meliat mayat anak-anak, hancur berkeping-keping, ini taman bermain, di sini ada trampolin, ada ayunan, dan para pedagang kaki lima,” tuturnya.

    Juru bicara Dinas Urusan Darurat Gaza, Mahmoud Basal, mengatakan secara terpisah bahwa jumlah korban tewas masih mungkin bertambah karena banyak korban luka-luka yang kini dalam kondisi kritis.

    Serangan tersebut, sebut Bassal, menunjukkan tidak ada tempat aman bagi keluarga-keluarga Palestina yang mengungsi dari rumah mereka untuk mencari perlindungan selama perang berlanjut.

    Area Al-Nuseirat yang merupakan salah satu dari delapan kamp pengungsi bersejarah di Jalur Gaza, menjadi lokasi pengeboman Israel yang terus meningkat pada Sabtu (6/7) waktu setempat. Sebelumnya, serangan udara dilaporkan menghantam sebuah rumah di area itu hingga menewaskan sedikitnya 10 orang dan melukai banyak orang lainnya.

    Dalam laporan harian soal korban tewas selama sembilan bulan perang berkecamuk, Kementerian Kesehatan Gaza menyebut serangan militer Israel di daerah kantong Palestina itu telah menewaskan sedikitnya 29 orang dan melukai 100 orang lainnya dalam 24 jam terakhir.

    Dengan tambahan itu, maka sejauh ini lebih dari 38.000 orang tewas akibat rentetan serangan Israel di Jalur Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza tidak membedakan antara kombatan dan non-kombatan dalam laporannya, namun menyebut sebagian besar korban tewas merupakan warga sipil Palestina.

    Sepertiga dari total korban tewas di Jalur Gaza itu disebut sebagai petempur atau militan.

    Sementara di kubu Israel, dilaporkan sedikitnya 323 tentara tewas dalam operasi militer di Jalur Gaza sejak perang berkecamuk pada Oktober tahun lalu.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Balas Kematian Komandan, Hizbullah Kirim 200 Roket ke Israel

    Balas Kematian Komandan, Hizbullah Kirim 200 Roket ke Israel

    Beirut

    Kelompok Hizbullah yang bermarkas di Lebanon melancarkan serangan besar-besaran dengan melibatkan ratusan roket dan drone ke target-target militer Israel untuk membalas kematian komandannya. Hizbullah juga mengancam akan menyerang target baru di wilayah Israel.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Jumat (5/7/2024), konflik antara Hizbullah yang didukung Iran dan militer Tel Aviv secara bertahap meningkat selama beberapa bulan terakhir, yang meningkatkan kekhawatiran atas terjadinya perang skala penuh antara kedua pihak.

    Baik Hizbullah maupun Israel telah mengindikasikan keinginan untuk menghindari eskalasi konflik di perbatasan, dengan para diplomat sedang berupaya mencegah terjadinya perang lebih luas.

    Kelompok Hizbullah, dalam pernyataannya, menyebut pasukannya telah menembakkan lebih dari 200 roket dan meluncurkan segerombolan drone ke sedikitnya 10 posisi militer Israel pada Kamis (4/7) waktu setempat.

    Disebutkan oleh Hizbullah bahwa rentetan serangan roket dan drone itu merupakan pembalasan atas pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap seorang komandan Hizbullah bernama Mohammed Nasser di selatan Lebanon pada Rabu (3/7) waktu setempat.

    Nasser disebut sebagai salah satu komandan Hizbullah paling senior yang tewas dibunuh oleh militer Israel selama ketegangan di perbatasan meningkat sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu.

    Dalam pernyataan terpisah, militer Israel mengatakan bahwa sekitar “200 proyektil dan lebih dari 20 target udara mencurigakan teridentifikasi mengudara dari Lebanon ke dalam wilayah Israel”. Beberapa proyektil dan target udara itu berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara dan jet tempur Israel.

    Lihat juga Video: Momen Pemakaman Komandan Top Hizbullah yang Tewas Diserang Israel

    Layanan ambulans Israel melaporkan tidak ada korban jiwa sejauh ini akibat serangan tersebut.

    Militer Israel menyebut beberapa drone dan serpihan rudal pencegat sempat memicu kebakaran di wilayahnya.

    Sebagai respons atas serangan itu, sebut militer Tel Aviv, Angkatan Udara Israel “menyerang struktur-struktur militer Hizbullah” di wilayah Ramyeh dan Houla, yang merujuk pada dua desa di wilayah Lebanon bagian selatan.

    Laporan kantor berita Lebanon, National News Agency (NNA), secara terpisah menyebut jet-jet tempur Israel memecahkan pembatas suara yang memicu suara dentuman sonik di beberapa area di wilayah Lebanon. Tidak diketahui secara jelas apakah serangan jet tempur Israel itu memicu korban jiwa.

    Sementara itu, seorang pejabat senior Hizbullah, Hashem Safieddine, mengindikasikan kelompoknya akan memperluas sasaran serangannya. Hal itu disampaikan saat dia berbicara dalam sebuah acara di Beirut untuk mengenang mendiang Nasser yang tewas dalam serangan Israel.

    “Rentetan respons terus berlanjut, dan rentetan ini akan terus menargetkan situs-situs baru yang tidak dibayangkan oleh musuh akan diserang,” tegas Safieddine dalam pernyataannya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Geger Penikaman di Mal Israel, Pelaku Ditembak Mati

    Geger Penikaman di Mal Israel, Pelaku Ditembak Mati

    Tel Aviv

    Serangan penikaman terjadi di sebuah mal di wilayah Karmiel, Israel bagian utara. Sedikitnya dua orang mengalami luka-luka dalam penyerangan itu, dengan pelaku akhirnya ditembak mati oleh pasukan keamanan Israel.

    Seperti dilansir Reuters dan The Times of Israel, Rabu (3/7/2024), Kepolisian Israel melaporkan serangan penikaman itu terjadi di dalam sebuah mal yang ada di area Karmiel, Israel, pada Rabu (3/7) waktu setempat.

    Disebutkan bahwa pelaku penikaman telah “dinetralkan”. Kepolisian Israel, seperti dikutip The Times of Israel, menyebut pelaku telah ditembak mati di lokasi kejadian.

    Identitas pelaku penikaman belum diungkap ke publik.

    Petugas medis Israel mengatakan pihaknya merawat dua pria berusia 20-an tahun yang menjadi korban luka dalam penikaman tersebut.

    Salah satu korban luka dilaporkan dalam kondisi kritis di rumah sakit setempat, sedangkan satu lainnya dalam kondisi luka parah.

    Laporan The Times of Israel menyebut penikaman itu sempat terekam CCTV di salah satu toko yang ada di dalam mal. Rekaman CCTV itu menunjukkan pelaku awalnya menyerang satu orang, sebelum tentara Israel yang ada di mal tersebut melepaskan tembakan ke arahnya.

    Motif di balik serangan penikaman itu belum diketahui secara jelas. Namun otoritas Tel Aviv menyebut penikaman itu sebagai dugaan serangan teror.

    Para personel Kepolisian Israel saat ini sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut di lokasi kejadian.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Pejabat AS Ramai-ramai Mundur karena Dukungan Biden untuk Israel

    Pejabat AS Ramai-ramai Mundur karena Dukungan Biden untuk Israel

    Washington DC

    Dukungan yang diberikan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden kepada Israel, selama hampir sembilan bulan perang berkecamuk di Jalur Gaza, telah mendorong belasan pejabat AS mengundurkan diri.

    Sejumlah pejabat Washington itu bahkan menuduh Biden menutup mata terhadap kekejaman Israel di daerah kantong Palestina tersebut. Demikian seperti dilansir Reuters, Rabu (3/7/2024).

    Pemerintahan Biden menyangkal tuduhan tersebut, merujuk pada kritikan yang dilontarkan Washington terhadap jatuhnya banyak korban sipil di Jalur Gaza dan upaya meningkatkan bantuan kemanusiaan ke wilayah yang dilanda perang tersebut.

    Otoritas kesehatan Gaza, dalam laporan terbaru, menyebut nyaris 38.000 orang tewas akibat rentetan serangan Israel sejak Oktober tahun lalu. Gempuran tanpa henti militer Tel Aviv itu memicu kehancuran dan kelaparan yang meluas di Jalur Gaza.

    Israel melancarkan rentetan serangan terhadap Jalur Gaza untuk membalas serangan mengejutkan Hamas terhadap bagian selatan wilayahnya pada 7 Oktober tahun lalu, yang dilaporkan menewaskan sekitar 1.200 orang dan membuat lebih dari 250 orang lainnya disandera.

    Berikut daftar para pejabat AS yang mengundurkan diri sejauh ini:

    1. Maryam Hassanein – Asisten Khusus pada Departemen Dalam Negeri AS

    Hassanein mengundurkan diri dari jabatannya sebagai asisten khusus pada Departemen Dalam Negeri AS pada Selasa (2/7) waktu setempat. Dia mengecam kebijakan luar negeri Biden, yang digambarkannya sebagai kebijakan yang memungkinkan terjadinya genosida dan tidak manusiawi terhadap orang Arab dan Muslim. Israel telah membantah tuduhan genosida.

    2. Mohammed Abu Hashem – Angkatan Udara AS

    Abu Hashem yang merupakan warga AS keturunan Palestina, mengatakan bulan lalu bahwa dirinya mengakhiri kariernya selama 22 tahun di Angkatan Udara AS. Dia mengakui kehilangan kerabat-kerabatnya di Jalur Gaza dalam perang yang sedang berlangsung, termasuk seorang bibi yang terbunuh dalam serangan udara Israel pada Oktober tahun lalu.

    3. Riley Rivermore – Insinyur Angkatan Udara AS

    Livermore mengumumkan dirinya mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai insinyur Angkatan Udara AS pada pertengahan Juni lalu.

    “Saya tidak ingin mengejarkan sesuatu yang bisa berbalik dan digunakan untuk membantai orang-orang yang tidak bersalah,” ucapnya kepada situs berita Intercept.

    Saksikan juga ‘Gedung Putih Akui Biden Tampil Buruk di Debat, Bahas Faktor Medis’:

    4. Stacy Gilbert – Departemen Luar Negeri AS

    Gilbert yang bertugas di Biro Kependudukan, Pengungsi dan Migrasi pada Departemen Luar Negeri AS, mengundurkan diri pada akhir Mei lalu. Dia mengaku pengunduran dirinya didasari atas laporan pemerintah kepada Kongres AS, yang menurutnya, secara keliru menyatakan Israel tidak memblokir bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

    5. Alexander Smith – Kontraktor USAID

    Smith mengundurkan diri dari posisinya sebagai kontraktor untuk USAID pada akhir Mei lalu.

    Pada saat itu, dia menuduh otoritas AS melakukan penyensoran setelah badan bantuan luar negeri AS membatalkan publikasi presentasinya tentang kematian ibu dan anak di kalangan warga Palestina. Badan tersebut mengatakan presentasi itu belum melalui peninjauan dan belum mendapat persetujuan yang tepat.

    6. Lily Greenberg Call – Pejabat Departemen Dalam Negeri AS

    Greenberg Call yang merupakan seorang pejabat politik Yahudi, mengundurkan diri pada Mei lalu dari jabatannya sebagai asisten khusus kepala staf di Departemen Dalam Negeri AS.

    “Sebagai seorang Yahudi, saya tidak bisa mendukung malapetaka di Gaza,” tulisnya dalam pernyataan yang dikutip The Guardian.

    7. Anna Del Castillo – Pejabat Gedung Putih

    Del Castillo mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil direktur pada Kantor Manajemen dan Anggaran Gedung Putih pada April lalu. Dia menjadi pejabat Gedung Putih pertama yang meninggalkan pemerintahan karena kebijakan AS terhadap Jalur Gaza.

    8. Hala Rharrit – Jubir Departemen Luar Negeri AS

    Rharrit mundur dari jabatannya sebagai juru bicara bahasa Arab pada Departemen Luar Negeri AS pada April lalu. Dalam pernyataan pada halaman LinkedIn-nya, Rharrit secara terang-terangan menyatakan dirinya menentang kebijakan AS di Jalur Gaza.

    9. Annele Sheline – Pejabat Departemen Luar Negeri AS

    Sheline mengundurkan diri dari biro hak asasi manusia (HAM) pada Departemen Luar Negeri AS pada akhir Maret lalu. Dalam tulisannya yang dimuat media terkemuka CNN, Sheline menyatakan dirinya tidak bisa mengabdi pada pemerintah yang “memungkinkan kekejaman seperti itu”.

    10. Tariq Habash – Pejabat Departemen Pendidikan AS

    Habash yang seorang warga AS keturunan Palestina, mundur dari jabatannya sebagai asisten khusus pada kantor perencanaan Departemen Pendidikan AS pada Januari lalu. Dia mengatakan pada saat itu bahwa pemerintahan Biden menutup mata terhadap kekejaman yang terjadi di Jalur Gaza.

    11. Harrison Mann – Angkatan Darat AS dan Badan Intelijen Pertahanan

    Mann yang berpangkat Mayor pada Angkatan Darat AS dan merupakan pejabat Badan Intelijen Pertahanan, mengundurkan diri pada November tahun lalu. Dia baru mengumumkan alasannya mengundurkan diri pada Mei lalu, yakni karena kebijakan pemerintah AS di Jalur Gaza.

    12. Josh Paul – Pejabat Departemen Luar Negeri AS

    Paul mengundurkan diri dari jabatannya sebagai direktur biro urusan politik dan militer pada Departemen Luar Negeri AS pada Oktober tahun lau. Paul menjadi pejabat AS yang pertama mengundurkan diri dengan diketahui publik.

    Pada saat itu, dia menyebut apa yang digambarkannya sebagai “dukungan buat” AS untuk Israel sebagai alasannya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Netanyahu Marah Direktur RS Al-Shifa Dibebaskan: Kesalahan Serius!

    Netanyahu Marah Direktur RS Al-Shifa Dibebaskan: Kesalahan Serius!

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengecam pembebasan direktur Rumah Sakit (RS) Al-Shifa, Mohammed Abu Selmia, dari tahanan, yang disebutnya sebagai “kesalahan serius”. Netanyahu mengakui dirinya tidak diberitahu soal pembebasan tersebut.

    Seperti dilansir Al Jazeera, Rabu (3/7/2024), Abu Selmia yang merupakan direktur rumah sakit terbesar di Jalur Gaza itu dibebaskan bersama 54 tahanan Palestina lainnya pada Senin (1/7). Dia ditangkap tujuh bulan lalu saat pasukan Israel menyerbu RS Al-Shifa setelah menuding Hamas menggunakannya sebagai markas.

    Sejumlah laporan yang belum terkonfirmasi menyebut pembebasan puluhan tahanan Palestina, termasuk Abu Selmia, itu bertujuan untuk mengosongkan ruang di penjara-penjara Israel yang penuh sesak.

    Pembebasan Abu Selmia itu dengan cepat memicu kemarahan dan kritikan di Tel Aviv. Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, yang kontroversial menyebut pembebasan itu sebagai “kelalaian keamanan”.

    Netanyahu, yang berada di bawah tekanan dari mitra koalisi garis keras Israel, mengatakan dirinya tidak diberitahu soal rencana pembebasan puluhan tahanan Palestina tersebut. Dia mengungkapkan bahwa dirinya telah memerintahkan Shin Bet, badan intelijen domestik Israel, untuk menyelidiki masalah tersebut.

    “Pembebasan direktur RS Shifa merupakan kesalahan serius dan kegagalan moral,” sebut Netanyahu dalam pernyataannya.

    “Tempat bagi orang ini, yang bertanggung jawab atas pembunuhan dan penahanan para korban penculikan kita, adalah di penjara,” tegasnya.

    Dalam pernyataannya, Netanyahu menyebut keputusan itu dibuat “tanpa sepengetahuan eselon politik”.

    Netanyahu saat ini sedang menunggu hasil penyelidikan Shin Bet terhadap pembebasan direktur RS Al-Shifa tersebut.

    Usai dibebaskan, Abu Selmiya menarik perhatian global dengan mengklaim bahwa para tahanan Palestina dari Jalur Gaza secara rutin dilecehkan dan disiksa dalam tahanan Israel.

    Kecaman terhadap pembebasan Abu Selmia juga dilontarkan oleh mantan anggota kabinet perang Israel, Benny Gantz, yang menyebut siapa saja yang memerintahkan pembebasan itu harus diberhentikan.

    Dia menyerukan kepada Netanyahu untuk “menutup beberapa kantor pemerintah untuk memberikan ruang dan anggaran bagi para tahanan”.

    Dalam tanggapannya, Shin Bet membela pembebasan puluhan tahanan Palestina telah mendapatkan persetujuan dari militer Israel.

    “Untuk membebaskan ruang di pusat penahanan,” sebut Shin Bet dalam pernyataannya.

    Dijelaskan juga oleh Shin Bet bahwa pihaknya “menentang pembebasan teroris” yang terlibat dalam serangan terhadap warga sipil Israel “sehingga diputuskan untuk membebaskan beberapa tahanan Gaza yang mewakili bahaya yang lebih kecil”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Tak Akan Biarkan ‘Angin Kekalahan’ di Perang Gaza

    Israel Tak Akan Biarkan ‘Angin Kekalahan’ di Perang Gaza

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menegaskan negaranya tidak akan menyerah pada “angin kekalahan” dalam perang yang terus berkecamuk melawan Hamas di Jalur Gaza. Netanyahu menegaskan kembali tujuan perang Tel Aviv untuk mengalahkan Hamas.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (3/7/2024), pemerintahan sayap kanan Netanyahu bersumpah untuk menghancurkan Hamas dan memulangkan semua sandera yang ditahan di Jalur Gaza setelah serangan mematikan pada 7 Oktober tahun lalu.

    Namun, Israel menghadapi tekanan internasional untuk meredakan serangan militernya di wilayah Jalur Gaza.

    Sumpah kemenangan terbaru disampaikan Netanyahu setelah laporan media terkemuka Amerika Serikat (AS), New York Times (NYT), yang mengutip sumber-sumber menyebut Tel Aviv siap mencapai kesepakatan tanpa mencapai semua tujuannya dalam perang.

    “Saya berada di sini untuk memperjelas: Ini tidak akan terjadi. Perang akan berakhir setelah Israel mencapai semua tujuannya, termasuk penghancuran Hamas dan pembebasan semua sandera kita,” tegasnya.

    Ditekankan oleh Netanyahu bahwa militer Israel memiliki “segala cara untuk mencapai” target-targetnya di Jalur Gaza.

    “Kita tidak akan menyerah pada angin kekalahan, baik di New York Times maupun di mana saja. Kita terinspirasi oleh semangat kemenangan,” cetusnya.

    Perilaku Israel dalam perang melawan Hamas di Jalur Gaza telah memicu ketegangan dengan sekutu utamanya, AS.

    Dalam komentarnya pada 24 Juni lalu, Netanyahu mengatakan bahwa “perang dalam fase intens akan segera berakhir di Rafah”. Pernyataan itu semakin meningkatkan spekulasi mengenai perubahan taktik militer Israel.

    Namun ketika mengunjungi pasukan Israel pada Senin (1/7) waktu setempat, Netanyahu berusaha menegaskan kembali tekad pemerintahannya.

    “Saya melihat pencapaian yang sangat besar dalam pertempuran yang berlangsung di Rafah. Kita sedang bergerak maju menuju akhir tahap pemusnahan pasukan teroris Hamas,” tegasnya.

    Militer Israel melanjutkan beberapa operasinya di Jalur Gaza bagian utara dan area-area lainnya, yang sebelumnya diklaim telah diambil alih dari kelompok militan setempat. Tel Aviv juga merilis perintah evakuasi terbaru kepada warga sipil yang ada di area sekitar Khan Younis dan Rafah di Jalur Gaza bagian selatan.

    Serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu dilaporkan menewaskan sekitar 1.200 orang, yang kebanyakan warga sipil. Lebih dari 250 orang diculik dan disandera Hamas di Jalur Gaza, dengan Tel Aviv memperkirakan masih ada sekitar 116 sandera yang ditahan usai puluhan dibebaskan pada November lalu.

    Militer Israel melancarkan rentetan serangan terhadap Jalur Gaza untuk membalas Hamas, dengan laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 37.925 orang, yang sebagian besar warga sipil, tewas.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)