kab/kota: Tel Aviv

  • Israel Gempur Lebanon Selatan, Tewaskan 1 Wanita-Lukai 5 Orang Lainnya

    Israel Gempur Lebanon Selatan, Tewaskan 1 Wanita-Lukai 5 Orang Lainnya

    Beirut

    Serangan artileri Israel menghantam wilayah Lebanon bagian selatan hingga menewaskan seorang wanita. Sekitar lima orang lainnya, termasuk salah satunya anak-anak, mengalami luka-luka akibat serangan yang terjadi pada Rabu (4/9) waktu setempat.

    Serangan artileri ini menjadi yang terbaru sejak serangan lintas perbatasan marak antara militer Tel Avi dan kelompok Hizbullah, yang bermarkas di Lebanon bagian selatan, sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza selama 11 bulan terakhir.

    “Tembakan artileri musuh Israel yang menargetkan wilayah Qabrikha, telah menewaskan seorang wanita dan melukai dua orang lainnya, termasuk seorang anak berusia 12 tahun,” demikian pernyataan Kementerian Kesehatan Lebanon, seperti dilansir AFP, Kamis (5/9/2024).

    Tiga orang lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, mengalami luka-luka akibat serangan Israel lainnya yang menargetkan wilayah perbatasan Hula.

    Militer Israel, dalam pernyataannya pada Rabu (4/9) waktu setempat, menyebut Angkatan Udaranya telah menyerang wilayah Qabrikha yang diyakini digunakan oleh Hizbullah untuk menembakkan roket ke arah Israel dalam beberapa hari terakhir.

    Disebutkan juga oleh militer Tel Aviv bahwa serangan itu dilancarkan setelah pasukannya berhasil mencegat beberapa proyektil, dari total 65 proyektil yang terdeteksi ditembakkan dari wilayah Lebanon.

    Beberapa proyektil yang tidak ditembak jatuh, terjatuh di area lapangan terbuka dan memicu kebakaran.

    Kelompok Hizbullah mengatakan pihaknya melancarkan beberapa serangan terhadap Israel pada Rabu (4/9) waktu setempat, termasuk serangan roket Katyusha ke barak militer dan posisi artileri di dua wilayah terpisah di bagian utara Israel.

    Serangan lintas perbatasan yang meningkat sejak Oktober tahun lalu, menurut penghitungan AFP, telah menewaskan sedikitnya 610 orang di wilayah Lebanon. Sebagian besar korban tewas merupakan para petempur Hizbullah, dengan sekitar 135 korban tewas lainnya merupakan warga sipil.

    Di kubu Israel, otoritas setempat melaporkan sedikitnya 24 tentara dan 26 warga sipil tewas akibat rentetan serangan lintas perbatasan dari Lebanon.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • 3 Polisi Israel Tewas Ditembak di Tepi Barat, Pelaku Dibunuh

    3 Polisi Israel Tewas Ditembak di Tepi Barat, Pelaku Dibunuh

    Tepi Barat

    Tiga polisi Israel tewas ketika kendaraan mereka ditembaki saat melaju di dekat kota Hebron, Tepi Barat yang diduduki. Pelaku yang diidentifikasi sebagai warga Palestina, yang terafiliasi dengan gerakan Fatah, tewas dalam baku tembak dengan tentara Israel usai sempat kabur dari lokasi kejadian.

    Militer dan Kepolisian Israel dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters dan The Times of Israel, Senin (2/9/2024), melaporkan bahwa ketiga polisi yang bertugas di distrik Tepi Barat itu tewas dalam penembakan yang terjadi di kota Tarqumiyah, Tepi Barat bagian selatan, pada Minggu (1/9) pagi.

    Ketiga polisi Israel yang tewas diidentifikasi sebagai Arik Ben Eliyahu, Hadas Branch dan Roni Shakuri. Layanan ambulans Israel, Magen David Adom, menuturkan pihaknya sempat merawat ketiga korban saat mereka dalam kondisi kritis usai penembakan terjadi di Tepi Barat.

    Namun dua polisi di antaranya — Ben Eliyahu dan Branch — dinyatakan tewas seketika di lokasi kejadian, sedangkan satu polisi lainnya, yakni Shakuri, dinyatakan meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit.

    Dalam insiden itu, menurut militer Israel, seorang pria bersenjata melepas tembakan ke arah mobil polisi yang sedang melaju di ruas jalanan Route 35 dekat Persimpangan Idhna-Tarqumiyah, tepat di sebelah timur pos pemeriksaan antara Tepi Barat dan Israel.

    Pelaku melarikan diri dengan berlari usai melakukan serangan tersebut. Namun tentara Angkatan Bersenjata Israel (IDF) melakukan pengejaran terhadap pelaku, kemudian menemukan keberadaannya dan membunuhnya di Hebron.

    Militer Israel menjelaskan bahwa pasukan unit Komando Duvdevan mengepung sebuah bangunan di Hebron yang menjadi tempat pelaku bersembunyi, setelah mendapat informasi intelijen dari Shin Bet dan Direktorat Intelijen Militer.

    Lihat Video ‘Israel Serang Sekolah Tempat Pengungsian di Gaza, 11 Orang Tewas’:

    Pasukan mengerahkan taktik “pressure cooker” yang melibatkan peningkatan volume tembakan yang diarahkan ke sebuah bangunan untuk memaksa tersangka keluar. Tentara Israel menembakkan rudal yang diluncurkan dari bahu ke arah bangunan itu, dan pelaku penyerangan itu akhirnya terbunuh.

    Sumber militer menyebut tentara-tentara Israel menemukan senapan serbu M16 pada tubuh pelaku.

    IDF dan Shin Bet mengidentifikasi pelaku sebagai Muhannad al-Aswad yang berusia 31 tahun dan berasal dari Idhna. Militer Israel menyebut Al-Aswad berafiliasi dengan gerakan Fatah yang kini menguasai Otoritas Palestina, dan di masa lalu pernah bertugas sebagai pengawal kepresidenan Palestina.

    Belum ada tanggapan dari Otoritas Palestina atas serangan ini.

    Penyerangan yang menewaskan polisi Israel itu terjadi saat militer Tel Aviv melanjutkan operasi penyerbuan yang melibatkan ratusan tentara di wilayah Tepi Barat. Penyerbuan militer yang dimulai sejak Rabu (28/8) pekan lalu itu tercatat sebagai salah satu aksi terbesar Israel di Tepi Barat.

    Tel Aviv sebelumnya menyebut penyerbuan itu bertujuan membasmi militan Islamis yang didukung Iran di Tepi Barat.

    Operasi yang memasuki hari kelima itu telah menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur di Jenin dan kamp pengungsi di dekatnya, yang menjadi fokus penyerbuan. Rumah-rumah dan bangunan di area itu banyak yang rusak, dengan ruas jalanan hancur akibat dilindas buldoser lapis baja yang dikerahkan untuk memburu bom pinggir jalan yang ditanam para militan.

    Sedikitnya 24 warga Palestina, sebagian besar diklaim oleh Hamas atau Jihad Islam sebagai anggota mereka, telah terbunuh sejak dimulainya operasi militer Israel di wilayah Tepi Barat. Menurut laporan asosiasi tahanan Palestina, pasukan Israel telah melakukan 110 penangkapan di wilayah tersebut.

    Lihat Video ‘Israel Serang Sekolah Tempat Pengungsian di Gaza, 11 Orang Tewas’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Warga Israel Mogok Massal Protes Kematian 6 Sandera, Bandara Ditutup

    Warga Israel Mogok Massal Protes Kematian 6 Sandera, Bandara Ditutup

    Tel Aviv

    Unjuk rasa secara nasional, yang diwarnai aksi mogok kerja massal, berlangsung di berbagai wilayah Israel mulai Senin (2/9) waktu setempat, setelah pasukan Tel Aviv menemukan enam jenazah sandera di terowongan bawah tanah di Jalur Gaza.

    Aksi itu dimaksudkan untuk menekan pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu agar mencapai kesepakatan pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina yang ditahan di negara tersebut.

    Demikian seperti dilansir The Jerusalem Post dan Anadolu Agency, Senin (2/9/2024).

    Juru bicara serikat pekerja terbesar Israel, Histadrut, mengumumkan bahwa Bandara Ben Gurion akan ditutup pada Senin (2/9) pagi, mulai pukul 08.00 waktu setempat, dengan seluruh aktivitas lepas landas dan pendaratan akan dihentikan mulai jam tersebut.

    Penutupan Bandara Ben Gurion itu menjadi bagian dari aksi mogok kerja massal yang berlangsung secara nasional di Israel mulai pukul 06.00 waktu setempat.

    Saat ditanya berapa lama penutupan operasional Bandara Ben Gurion akan berlangsung, juru bicara Histadrut menjawab “tidak jelas”.

    Kepala Histradrut, Arnon Bar-David, mengumumkan pada Minggu (1/9) waktu setempat bahwa akan terjadi aksi mogok kerja massal secara luas, dan unjuk rasa besar-besaran, yang bertujuan menyerukan pemulangan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.

    Bar-David menyebut ratusan ribu orang akan turun ke jalanan dalam unjuk rasa besar-besaran di berbagai wilayah Israel.

    “Besok (2/9), mulai pukul 06.00 pagi, perekonomian Israel akan terhenti. Saya tidak akan membiarkan begitu saja pengabaian yang terjadi,” tegas Bar-David dalam pernyataan pada Minggu (1/9) waktu setempat.

    Pengumuman itu disampaikan saat ribuan warga Israel berdemo di berbagai wilayah negara tersebut, menyerukan pemulangan para sandera dari Jalur Gaza dan memprotes pengabaian pemerintah Tel Aviv terhadap para sandera.

    Mogok kerja massal dan unjuk rasa besar-besaran itu dilakukan beberapa jam setelah militer Tel Aviv mengumumkan enam jenazah sandera telah dievakuasi dari Jalur Gaza.

    Sebelumnya dilaporkan oleh militer Israel bahwa keenam jenazah sandera itu ditemukan di dalam terowongan bawah tanah yang ada di area selatan Rafah di Jalur Gaza, atau sekitar satu kilometer dari lokasi pasukan Israel menyelamatkan satu sandera lainnya dalam keadaan hidup pada Selasa (27/8) pekan lalu.

    Hamas menyebut para sandera itu tewas karena serangan pasukan Israel di area itu. Namun militer Israel membantah, dengan juru bicara militer Tel Aviv Letnan Kolonel Nadav Shoshani menyebut keenam sandera itu dibunuh oleh “teroris” Hamas.

    Laporan surat kabar Israel, Haaretz, yang mengutip sumber Israel menyebut tiga dari enam sandera yang tewas itu seharusnya dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan pertukaran sandera-tahanan yang saat ini masih dinegosiasikan.

    “Mereka muncul dalam daftar yang diberikan pada awal Juli. Ada kemungkinan sebelumnya untuk memulangkan mereka dalam keadaan hidup,” ucap sumber Israel tersebut.

    Otoritas Israel memperkirakan ada lebih dari 100 sandera yang masih ditahan oleh Hamas dan militan lainnya di Jalur Gaza, dengan beberapa di antaranya diyakini telah terbunuh.

    Selama berbulan-bulan, Qatar dan Mesir bersama Amerika Serikat (AS) yang bertindak sebagai mediator telah berupaya keras mewujudkan kesepakatan antara Israel dan Hamas, untuk memastikan gencatan senjata dan pertukaran sandera-tahanan serta mengizinkan aliran bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza.

    Namun upaya mediasi itu terhenti karena penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas soal menghentikan perang di Jalur Gaza.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • 6 Sandera Tewas di Gaza, Netanyahu Bersumpah Balas Dendam ke Hamas!

    6 Sandera Tewas di Gaza, Netanyahu Bersumpah Balas Dendam ke Hamas!

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bersumpah akan “membalas dendam” ke kelompok Hamas setelah pasukan Tel Aviv menemukan enam jenazah sandera di terowongan bawah tanah di Jalur Gaza. Pejabat Hamas menyalahkan serangan udara Israel sebagai penyebab kematian para sandera itu.

    “Mereka yang membunuh para sandera, tidak menginginkan kesepakatan (untuk gencatan senjata di Gaza),” tegas Netanyahu dalam pernyataannya pada Minggu (1/9), seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (2/9/2024).

    Netanyahu kemudian melontarkan pesan khusus kepada para pemimpin Hamas atas kematian para sandera tersebut. “Kami akan memburu Anda, kami akan menangkap Anda, dan kami akan membalas dendam,” tegasnya.

    Dalam pernyataan sebelumnya, seorang pejabat senior Hamas, Izzat al-Risheq, seperti dikutip Al Jazeera, menyalahkan Israel atas kematian enam sandera yang jenazahnya ditemukan di terowongan bawah tanah di Jalur Gaza bagian selatan. Dia menyebut para sandera itu tewas karena serangan Israel di area itu.

    “Terbunuh oleh tembakan dan pengeboman pendudukan (Israel-red),” sebut pejabat Hamas tersebut.

    Namun militer Israel membantah tuduhan Hamas itu, dengan juru bicara militer Tel Aviv Letnan Kolonel Nadav Shoshani saat berbicara kepada wartawan mengungkapkan bahwa keenam sandera itu dibunuh oleh Hamas.

    “Menurut penilaian awal kami, mereka (para sandera) dibunuh secara brutal oleh para teroris Hamas,” sebutnya.

    “Kami mengetahui mereka dibunuh oleh para teroris Hamas. Kami mengetahui — saya bisa memberitahu Anda — tidak ada serangan yang terjadi secara real-time di dalam terowongan tersebut,” tegas Shoshani kepada para wartawan.

    Dia menyebut tuduhan Hamas soal para sandera tewas dibunuh pasukan Israel hanyalah “perang psikologis”.

    Shoshani mengatakan bahwa keenam jenazah sandera itu ditemukan di dalam terowongan bawah tanah yang ada di area selatan Rafah, atau sekitar satu kilometer dari lokasi pasukan Israel menyelamatkan satu sandera lainnya dalam keadaan hidup pada Selasa (27/8) pekan lalu.

    Netanyahu, dalam pernyataannya, menegaskan bahwa Israel “berjuang di semua front melawan musuh kejam yang ingin membunuh kita semua”. Dia menyinggung soal penembakan di dekat Hebron, Tepi Barat, pada Minggu (1/9) yang dilaporkan menewaskan tiga polisi Israel.

    Hamas belum mengklaim penembakan itu, namun menyebutnya sebagai “operasi heroik yang dilakukan kelompok perlawanan”.

    “Fakta bahwa Hamas terus melakukan kekejaman seperti yang dilakukan pada 7 Oktober, mengharuskan kita untuk melakukan segala hal yang kita bisa untuk memastikan Hamas tidak bisa lagi melakukan hal tersebut,” cetus Netanyahu dalam pernyataannya.

    Lihat Video ‘Warga Israel Marah ke Netanyahu, Tuntut Pemulangan Sandera di Gaza’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Gempuran Israel Targetkan Polisi Hamas di Sekolah Gaza, 11 Orang Tewas

    Gempuran Israel Targetkan Polisi Hamas di Sekolah Gaza, 11 Orang Tewas

    Gaza City

    Serangan udara Israel menargetkan sekelompok polisi Hamas yang berjaga di sebuah sekolah di Jalur Gaza, yang kini menjadi tempat penampungan para pengungsi Palestina. Sedikitnya 11 orang tewas dalam serangan yang terjadi pada Minggu (1/9) waktu setempat.

    Militer Israel mengklaim serangan udaranya itu menghantam pusat komando Hamas di Jalur Gaza. Demikian seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (2/9/2024).
    “Sedikitnya 11 orang, termasuk seorang wanita dan seorang anak perempuan, tewas ketika serangan udara Israel menghantam sekolah Safad di Gaza City yang menampung para pengungsi,” tutur juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, saat berbicara kepada AFP.

    Disebutkan juga oleh Bassal bahwa beberapa orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan Israel tersebut.

    Seorang pejabat kesehatan Gaza lainnya, yang enggan disebut namanya, mengakui bahwa terdapat pos polisi Hamas di kompleks sekolah tersebut.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, menyebut Angkatan Udaranya telah menyerang pusat komando Hamas yang ada di sekolah Safad di Jalur Gaza.

    “IAF (Angkatan Udara Israel-red) menyerang teroris-teroris Hamas yang beroperasi di dalam pusat komando dan kendali yang terletak di dalam area yang sebelumnya berfungsi sebagai sekolah Safad di Gaza City,” demikian pernyataan militer Israel mengenai serangannya tersebut.

    Lihat Video ‘Warga Israel Marah ke Netanyahu, Tuntut Pemulangan Sandera di Gaza’:

    Perang yang berkecamuk antara militer Israel dan kelompok Hamas meletus setelah militan Gaza itu menyerang Tel Aviv pada 7 Oktober tahun lalu. Serangan Hamas itu menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan membuat lebih dari 250 orang lainnya disandera.

    Sejak saat itu, militer Israel tanpa henti mengebom Jalur Gaza dari udara, laut dan darat. Laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza, yang dikuasai Hamas, menyebut sedikitnya 40.738 orang, kebanyakan warga sipil, tewas akibat rentetan serangan Israel selama 11 bulan terakhir.

    Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebagian korban tewas di Jalur Gaza adalah perempuan dan anak-anak.

    Lihat Video ‘Warga Israel Marah ke Netanyahu, Tuntut Pemulangan Sandera di Gaza’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/zap)

  • Warga Israel Demo Desak Gencatan Senjata Usai 6 Sandera Tewas di Gaza

    Warga Israel Demo Desak Gencatan Senjata Usai 6 Sandera Tewas di Gaza

    Jakarta

    Puluhan ribu warga Israel turun ke jalan menuntut kesepakatan gencatan senjata setelah enam sandera ditemukan tewas di Gaza. Demo ini juga diikuti aksi pemogokan oleh serikat pekerja Israel.

    Dilansir Aljazeera, Senin (2/9/2024), terjadi bentrokan antara pengunjuk rasa dengan aparat keamanan pada Minggu (1/9) malam waktu setempat. Para pengunjuk rasa menuntut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menyepakati gencatan senjata dengan Hamas.

    Para pengunjuk rasa meneriakkan “Sekarang! Sekarang!” dan menuntut Netanyahu mencapai gencatan senjata dengan kelompok Palestina Hamas untuk memulangkan para tawanan yang tersisa.

    Banyak warga Israel memblokir jalan-jalan di Tel Aviv dan berdemonstrasi di luar kantor Netanyahu di Yerusalem Barat.

    Dalam sebuah pernyataan, Forum Sandera dan Keluarga Hilang, yang mewakili keluarga para tawanan yang ditahan di Gaza, mengatakan kematian enam sandera adalah akibat langsung dari kegagalan Netanyahu mencapai kesepakatan untuk menghentikan pertempuran dan memulangkan orang-orang yang mereka cintai.

    “Mereka semua dibunuh dalam beberapa hari terakhir, setelah bertahan selama hampir 11 bulan dari penganiayaan, penyiksaan dan kelaparan di penawanan Hamas,” kata forum tersebut.

    Salah satu sandera yang tewas adalah Carmel Gat, sepupunya bernama Gil Dickmann mendesak Israel untuk memberikan tekanan lebih besar pada pemerintah mereka.

    Lebih lanjut, kolumnis surat kabar Israel Haaretz, Gideon Levy, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Netanyahu telah membela partai-partai sayap kanan di pemerintahannya yang menentang konsesi apa pun kepada Hamas.

    “Mereka [pihak-pihak] tidak peduli dengan para sandera,” katanya.

    Levy menekankan bahwa di dalam Partai Likud Netanyahu, kelompok terbesar di pemerintahan, Netanyahu memiliki banyak kekuasaan dan partai tersebut mendukungnya.

    “Oleh karena itu, tantangan dari dalam pemerintah sangat terbatas,” ujarnya.

    “Tantangan yang nyata dan satu-satunya yang mungkin terjadi adalah jalanan (demo), namun masih terlalu dini untuk menilainya,” imbuhnya.

    (zap/yld)

  • Korban Tewas di Gaza Akibat Serangan Israel Tembus 40.738

    Korban Tewas di Gaza Akibat Serangan Israel Tembus 40.738

    Jakarta

    Jumlah korban tewas di Gaza, Palestina, akibat serangan Israel terus bertambah. Terkini, total korban tewas mencapai 40.738 jiwa.

    Dilansir AFP, Minggu (1/9/2024), Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas melaporkan setidaknya 40.738 orang tewas selama lebih dari 11 bulan terakhir sejak Israel menyerang Gaza.

    Jumlah tersebut mencakup sedikitnya 47 orang tewas dalam serangan Israel dalam 24 jam terakhir. Sebanyak 94.154 orang terluka di Jalur Gaza sejak perang Hamas vs Israel pada 7 Oktober 2023.

    Seperti diketahui, pada Sabtu 31 Agustus 2024, Israel mengumumkan pasukannya telah menyelesaikan operasi militer selama sebulan terakhir di wilayah Jalur Gaza bagian tengah dan selatan. Militer Tel Aviv mengklaim telah menewaskan lebih dari 250 militan Palestina dalam pertempuran di wilayah-wilayah tersebut.

    Laporan warga Gaza menyebut pasukan Israel meninggalkan kehancuran serta mayat-mayat yang membusuk usai menuntaskan operasi di area Khan Younis dan Deir al-Balah, yang ada di area selatan dan tengah Gaza.

    “Pasukan Divisi ke-98 telah menyelesaikan operasi divisi mereka di area Khan Younis dan Deir al-Balah, setelah sekitar satu bulan melancarkan aktivitas operasional di atas dan bawah tanah secara bersamaan,” sebut militer Israel dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP.

    (whn/taa)

  • Militer Israel Selamatkan 1 Sandera dari Terowongan Gaza

    Militer Israel Selamatkan 1 Sandera dari Terowongan Gaza

    Gaza City

    Militer Israel mengumumkan pasukannya berhasil menyelamatkan seorang sandera dari terowongan bawah tanah di Jalur Gaza bagian selatan. Penyelamatan sandera ini disebut Tel Aviv sebagai “operasi penyelamatan yang rumit”.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (28/8/2024), Kaid Alkadi yang berusia 52 tahun diculik oleh militan Palestina saat serangan Hamas melanda Israel pada 7 Oktober tahun lalu. Militer Israel menyebut Alkadi berhasil diselamatkan oleh pasukannya di Jalur Gaza bagian selatan.

    Disebutkan bahwa Alkadi merupakan warga komunitas Bedouin Israel. Dia merupakan warga Rahat, sebuah kota di Israel yang mayoritas penduduknya keturunan Arab.

    Saat serangan Hamas terjadi tahun lalu, Alkadi sedang bekerja sebagai penjaga keamanan di sebuah gudang yang ada di salah satu kibbutz di Israel bagian selatan, dekat perbatasan Gaza.

    “Kaid Alkadi telah diselamatkan… dalam operasi rumit di Jalur Gaza bagian selatan,” sebut militer Israel dalam pernyataannya

    “Dia dalam kondisi medis yang stabil dan sedang dipindahkan untuk pemeriksaan medis ke sebuah rumah sakit,” imbuh pernyataan tersebut.

    Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari, seperti dilansir Reuters, menyebut Alkadi diselamatkan oleh pasukan Israel dari dalam terowongan bawah tanah di Jalur Gaza bagian selatan. Namun dia tidak menjelaskan lebih detail soal operasi penyelamatan itu, dengan alasan bisa membahayakan keamanan sandera yang masih ditahan dan pasukan Israel di Jalur Gaza.

    “Kami berkomitmen untuk memanfaatkan setiap kesempatan untuk membawa para sandera kembali ke rumah mereka,” tegas Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Yoav Gallant, dalam pernyataan terpisah via media sosial X.

    Seorang pejabat militer Israel, yang enggan disebut namanya, mengatakan kepada Reuters bahwa pasukan Tel Aviv beroperasi di area yang menjadi tempat Alkadi ditemukan. Pasukan Israel melakukan navigasi sistem bawah tanah di mana para sandera diduga ditahan bersama militan Gaza dan bahan-bahan peledak.

    Menurut pejabat militer Israel tersebut, Alkadi ditemukan oleh pasukan Tel Aviv saat dia sendirian, dan langsung dievakuasi keluar dari terowongan bawah tanah.

    Laporan media lokal Israel menyebut Alkadi menuturkan dirinya tidak melihat matahari selama hampir delapan bulan, dan seorang sandera lainnya yang bersama dirinya selama dua bulan telah “meninggal di sebelah saya”.

    Nyaris 1.200 orang tewas di Israel akibat serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu, yang memicu perang di Jalur Gaza. Lebih dari 250 orang lainnya disandera di Jalur Gaza, dengan saat ini diyakini sekitar 104 orang masih ditahan di daerah kantong Palestina itu usai puluhan dibebaskan dalam kesepakatan gencatan senjata singkat pada November tahun lalu.

    Rentetan serangan Israel terhadap Jalur Gaza untuk membalas Hamas, menurut otoritas kesehatan Gaza, telah menewaskan sedikitnya 40.476 orang sejauh ini. Menurut kantor hak asasi manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebagian besar korban tewas di Jalur Gaza adalah perempuan dan anak-anak.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Iran Tegaskan Serangan Balasan ke Israel Tak Akan Bisa Diprediksi

    Iran Tegaskan Serangan Balasan ke Israel Tak Akan Bisa Diprediksi

    Teheran

    Pemerintah Iran menegaskan pembalasan terhadap Israel atas pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh akan “tidak bisa diprediksi”. Teheran menyebut Tel Aviv harus tetap berada dalam “kecemasan dan kepanikan” saat menantikan pembalasan dari pihaknya.

    Penegasan dari Iran itu, seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (28/8/2024), disampaikan oleh Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Hojatollah Ghoreishi dalam pernyataan yang dikutip kantor berita Tasnim.

    “Untuk sementara waktu, (Israel) harus tetap berada dalam kecemasan dan kepanikan saat menunggu pembalasan dendam dari kami, namun yang sudah pasti adalah responsnya tidak akan bisa diprediksi,” tegas Ghoreishi.

    Haniyeh tewas di Teheran pada 31 Juli lalu setelah serangan menghantam wisma tamu yang menjadi tempatnya menginap, sehari setelah menghadiri pelantikan Presiden Masoud Pezeshkian.

    Israel tidak mengonfirmasi juga tidak menyangkal keterlibatan mereka. Negara itu bahkan belum berkomentar apa pun soal kematian Haniyeh.

    Namun Teheran dan sekutunya, terutama Hamas, menyalahkan Tel Aviv atas kematian Haniyeh dan bersumpah akan melakukan pembalasan.

    Sementara para pejabat Amerika Serikat (AS), yang enggan disebut namanya, mengungkapkan bahwa militer Israel ada di balik pembunuhan Haniyeh di Teheran.

    Pekan lalu, juru bicara Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan bahwa janji pembalasan oleh Teheran terhadap Israel atas pembunuhan Haniyeh mungkin memerlukan “waktu yang lama” untuk bisa dilaksanakan.

    Pentagon atau Departemen Pertahanan AS, yang merupakan sekutu dekat Israel, mengatakan pada Senin (26/8) bahwa Washington masih menilai ada ancaman serangan baru terhadap Israel oleh Iran atau proksi-proksinya.

    Hal itu disampaikan Pentagon setelah kelompok Hizbullah, yang didukung Iran, melancarkan rentetan serangan roket dan drone terhadap Israel pada akhir pekan untuk merespons pembunuhan komandan seniornya Fuad Shukr. Tel Aviv telah mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan Shukr di pinggiran Beirut pada 30 Juli lalu, atau sehari sebelum Haniyeh terbunuh di Teheran.

    Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby, dalam pernyataannya seperti dilansir Reuters, mengatakan kepada media lokal Israel Channel 12 bahwa sulit untuk memprediksi kapan serangan Iran mungkin terjadi. Namun dia menegaskan Gedung Putih menganggap serius retorika yang dilontarkan Teheran.

    “Kami meyakini bahwa mereka (Iran-red) masih dalam posisi telah mengambil sikap dan siap untuk melancarkan serangan jika mereka ingin melakukan hal tersebut, itulah sebabnya kami meningkatkan postur kekuatan di wilayah tersebut,” ucap Kirby dalam pernyataannya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • AS Yakin Iran Siap Lancarkan Serangan ke Israel!

    AS Yakin Iran Siap Lancarkan Serangan ke Israel!

    Washington DC

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) menegaskan komitmen untuk membela sekutunya Israel jika terjadi serangan Iran. Washington meyakini Teheran telah “mengambil sikap dan siap” untuk melancarkan serangan terhadap Tel Aviv, seperti yang telah dijanjikan negara tersebut, usai kematian pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh bulan lalu.

    Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby, seperti dilansir Reuters, Rabu (28/8/2024), mengatakan kepada media lokal Israel Channel 12 bahwa sulit untuk memprediksi kapan serangan Iran mungkin terjadi. Namun dia menegaskan Gedung Putih menganggap serius retorika yang dilontarkan Teheran.

    “Kami meyakini bahwa mereka (Iran-red) masih dalam posisi telah mengambil sikap dan siap untuk melancarkan serangan jika mereka ingin melakukan hal tersebut, itulah sebabnya kami meningkatkan postur kekuatan di wilayah tersebut,” ucap Kirby dalam pernyataannya.

    “Pesan kami kepada Iran konsisten, telah dan akan tetap konsisten. Pertama, jangan lakukan itu. Tidak ada alasan untuk memicu eskalasi dalam situasi ini. Tidak ada alasan untuk berpotensi memulai perang regional secara besar-besaran. Dan yang kedua, kami akan siap membela Israel jika hal itu terjadi,” tegasnya.

    Iran sebelumnya bersumpah akan memberikan respons keras terhadap pembunuhan Haniyeh yang terjadi ketika dia mengunjungi Teheran pada akhir Juli lalu. Teheran menyalahkan Israel atas kematian Haniyeh, yang terjadi setelah wisma tamu tempatnya menginap dihantam serangan.

    Namun Tel Aviv tidak mengonfirmasi juga tidak menyangkal keterlibatan mereka. Israel belum berkomentar apa pun soal kematian Haniyeh.

    Kendati demikian, para pejabat AS mengungkapkan bahwa militer Israel ada di balik pembunuhan Haniyeh di Teheran.

    Saat ini, AS telah menyiagakan dua kapal induknya, serta satu skuadron tambahan jet tempur jenis F-22, di kawasan Timur Tengah. Kirby mengatakan aset dan pasukan militer AS akan tetap berada di kawasan “selama kita merasa perlu mempertahankannya untuk membantu membela Israel dan mempertahankan pasukan dan fasilitas kita sendiri di kawasan tersebut”.

    Kirby juga menegaskan AS tetap optimis mengenai kemungkinan tercapainya kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza untuk mengakhiri perang yang berkecamuk selama 10 bulan terakhir, dan pembebasan sekitar 108 sandera tersisa yang masih ditahan di daerah kantong Palestina tersebut.

    Dia menyebut prosesnya “konstruktif” dan menantikan perundingan lanjutan di Doha, Qatar, yang dijadwalkan digelar beberapa hari lagi.

    Lebih lanjut, Kirby menolak untuk menyalahkan kedua pihak — Israel dan Hamas — atas kebuntuan yang terjadi dalam perundingan. Menurut Kirby, kesepakatan gencatan senjata memerlukan kompromi dan kepemimpinan dari Israel dan Hamas.

    “Para pihak masih terlibat dan itu hal yang baik. Fakta bahwa kita telah maju ke tingkat yang lebih tinggi di sini dengan kelompok kerja yang kini ada di Doha, itu bukanlah hal yang buruk. Artinya kedua pihak masih melakukan pembicaraan. Artinya masih ada harapan bahwa kita bisa menyelesaikan beberapa detail terakhir dan melangkah maju,” ucapnya.

    “Hamas masih terwakili dalam diskusi kelompok kerja dan itu adalah hal yang baik. Tidak ada seorang pun yang benar-benar berhenti dari proses ini,” tegas Kirby.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)